Pada era masa kini berbicara eksistensi perempuan bukanlah suatu hal yang tabu. Peremuan
sudah diakui keberadaannya dan tidak lagi disebut sosok kedua setelah laki-laki. Terlihat
telah dibuktikan melalui eksistensinya, sampai derajat perempuan dan laki-laki setara. Seperti
halnya banyak sosok perempuan yang berhasil menduduki peran didunia yang dahulu tidak
diperuntukkan untuknya. Dari pengacara, motivator, perdana mentri, bahkan sampai
presiden.
Salah satu tokoh perempuan Indonesia yang selalu disoroti karena prestasi yakni Sri Mulyani
karena telah berhasil menduduki posisi Direktur Pelaksana Bank Dunia pada tahun 2009
sebagai orang pertama di Indonesia. Hal demikian adalah suatu capaian besar yang
dibanggakan pada kalangan masyarakat terkhusus perempuan, karena jelas terlihat banyak
perempuan yang mampu menggeluti karirnya diluar kewajiban domestiknya.
Hal demikian merupakan salah satu pembuktian bahwa keberadaan perempuan telah diakui
secara internasional. Pada tahun 1960-an gerakan feminisme telah berhasil mengubah
pemikiran masyarakat dalam memandang perempuan terpaku pada laki-laki dalam
bergantung, dibuktikan melalui berbagai profesi perempuan masa kini baik dalam
pemerintahan maupun diluar daripada itu.
Penulis perempuan semakin eksis dalam dunia sastra terhitung pada abad ke-21. Berikut
nama penulis perempuan Djenar Maesa Ayu, Ayu Utami, dan Dee Lestari telah menciptakan
novel kontroversial yang mampu mendobrak sejarah sastra. Tema yang diangkat dalam novel
Djenar dan Ayu adalah seksualitas dan perempuan. Berbeda dengan tahun sebelumnya,
terlihat para penulis perempuan mengungkapkan keresahan dan sebuah keinginan kesetaraan
gender dalam karya karyanya. Hal demikian ditunjukkan dalam beberapa karya yang
membahas keadaan sosial pada perempuan. Seperti karya Ayu Utami, Wajah Sebuah Vagina
(2003) dan Perempuan Berkalung Sorban (2001) karya Abidah El Khalieqy.
Pada abad ke-18 muncul gerakan perempuan yang disebut dengan feminis, sehingga merubah
kedudukan perempuan yang pada awalnya tidak dianggap. Lahirnya novel yang mengangkat
tema feminis berawal dari keresahan perempuan yang selalu diperlakukan berbeda dan tidak
adil. Sudah bukan hal yang tabu banyak bermunculan novel dengan tema feminisme baik itu
menceritakan tentang ketidakadilan ataupun tentang perjuangan perempuan dalam merebut
haknya.
Seperti novel yang akan dikaji oleh peneliti bertema feminis dengan judul Perempuan
Berkalung Sorban. Isi pembahasannya mengenai isu seorang anak perempuan dari pemilik
pesantren yang memerankan tokoh utama memiliki sikap keras serta membangkang segala
aturan yang telah ditetapkan oleh ayahnya karena ia merasa selalu mendapat perlakuan yang
berbeda sehingga merasa sosoknya selalu tersudutkan. Terlebih dari itu novel yang akan
dikaji juga menunjukkan segala keterbatasan perempuan dalam pendidikan dan merasa
terbungkam dalam hal memilih dan berpendapat. Walau demikian seiring berjalannya waktu
tokoh Annisa dapat melewati segala badai yang telah menguji dirinya dengan segala bentuk
kesabaran dan percaya dirinya dalam memperjuangkan segala hak yang seharusnya
diperuntukkan untuknya dengan menunjukkan bahwa keberadaannya patut dilihat oleh
banyak mata. Annisa gigih ingin terlihat oleh banyak mata bahwa ia adalah sosok yang hebat
sebagai seorang perempuan dan ia ingin sosoknya dapat setara dengan laki-laki.
Sikap Annisa pada novel tersebut memuat pandangan mengenai teori feminisme
eksistensialisme Simone de Beauvoir salah seorang ahli dalam feminis. Beberapa hal
demikian yang menggerakan hati penulis mencoba mengkaji lebih dalam tentang isu pada
novel tersebut.
Sebagai seorang perempuan dirasa sangat penting untuk melakukan penelitian yang banyak
kaitannya dengan hak-hak yang seharusnya diperuntukkan untuk sosok nya. Terlebih sudah
banyak karya-karya yang memuat keresahan dan ditujukan untuk sebuah kepentingan bagi
dirinya maupun orang banyak. Djajanegara (2000:49) berpendapat bentuk kesadaran sosok
yang selalu termarginalkan dapat terealisasi dalam sebuah karya yang indah yaitu sastra,
tempat serta dalam kurun waktu tertentu. Upaya sosok perempuan agar terlepas dari segala
bentuk penindasan adalah lewat sebuah karya, dengan banyaknya dukungan agar terlepas dari
segala keterbatasan yang ada baik segi sosial maupun sastra.
Dengan berbagai pertimbangan diatas, peneliti menjadikan novel tersebut sebagai objek yang
akan dikajinya. Pendekatan yang digunakan adalah salah satu pendekatan dari ahli feminis
yakni pendekatan eksistensialisme Simone de Beauvoir. bertujuan untuk mengetahui bentuk
bentuk usaha perempuan dalam memperjuangkan haknya atas ketidakadilan yang
dirasakannya sebagai sosok yang selalu termarginalkan.
METODE PENELITIAN
Beauvoir mengungkapkan pengertian dari eksistensi, yang dikutip pada Tong (1998: 262)
dengan mengangkat bahasa ontologis dan bahasa etis eksistensialisme, Beauvoir mengatakan
bahwa laki-laki dinamakan Sang Diri, sedangkan perempuan Sang Liyan. Jika ancaman bagi
diri adalah Liyan, maka bagi laki-laki perempuan adalah ancaman. Dengan demikian apabila
laki laki ingin kebebasan ia harus memposisikan kedudukan bawahan perempuan terhadap
dirinya. Dapat dipahami eksistensi adalah bentuk keberadaan yang harus diakui dengan sadar.
Melakukan hal-hal yang sesuai dengan inginnya namun tak terlepas dari fungsinya.
Eksistensi bukanlah bentuk kemauan untuk memunculkan dirinya diatas permukaan namun
lebih jelasnya adalah suatu bentuk kesadaran bahwa dirinya itu menyadari akan
kemunculannya terlebih adalah sebuah kebebasan mengekspresikan apapun tanpa melupakan
bahkan meninggalkan kewajiban serta tanggung jawabnya. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan pendekatan feminisme bertujuan menguraikan segala bentuk eksistensi yang
terdapat pada novel yang akan dikaji.
Pendapat Beauvoir titik perempuan telah mencapai eksistensinya ketika ia dapat menjalankan
kehidupannya sesuai tekadnya dan dapat mengira dirinya adalah manusia yang integral.
Banyak pandangan bahwa perempuan adalah tidak penting yang disebabkan oleh
pertaruhannya dengan laki-laki, dan dijadikannya sebagai bawahan laki-laki.
Berikut beberapa bentuk dari eksistensi pada novel yang dikaji oleh peneliti yang
menimbulkan beberapa sikap yang menjadi sorotan peneliti yakni a) tekad yang kuat untuk
terus belajar guna mendapat prestasi b) hasrat untuk setara dengan laki-laki c) tekad menjadi
seorang yang berpengaruh d) serta tekad menjadi diri sendiri sebagai sosok perempuan.
Berikut analisis terhadap bentuk eksistensi yang ditulis oleh peneliti pada novel yang dikaji :
“Aku tidak mau menjadi budak. Pun masa depan yang kerontang bukanlah impianku, juga
impain siapapun” (hlm. 85) “Niat dan usaha kerasku telah menyatu dalam diriku. Aku
berhasil dan diterima pada salah satu perguruan tinggi. Aku pilih filsafat sebagai pilihan
ilmu yang ingin kudalami, dengan kuliah, aku menaiki jenjang pendidikan setapak demi
setapak ilmu yang merasuki otak. Membentuk pola pikir dan kepribadianku. Dengan
organisasi aku mempelajari cara berdebat, berpidato dan manajemen kata untuk menguasai
massa, juga lobby dengan banyak orang yang lebih lama kuliahnya… Lengkaplah jam demi
jam kulalui dalam keterpesonaan ilmu dan kehausanku untuk mendalami segala
sesuatu”(hlm. 202-203).
Pemikiran Annisa dalam kutipan tersebut ilmu yang didapat tidak hanya sampai pada
lingkungan pesantren dan sekolah dasarnya saja terlebih harus sampai pada perguruan tinggi,
pemikirannya yang sudah sangat terbuka membuat ia berfikir ingin membawa perubahan dan
pengaruh terutama untuk dirinya dan sekitarnya. Annisa sudah lebih jauh berfikir untuk
kehidupannya dimasa depan. Karena banyak mimpi yang harus ia capai walau ia tinggal
dilingkungan yang agamanya begitu kental, namun menjadikannya sosok yang kuat sebagai
muslimah idealis yang kritis. Terkadang kebebasan juga bukan suatu hal yang buruk, namun
kebebasan dalam memilih itu adalah hak setiap manusia dari kebebasan itulah setiap orang
dapat menentukkan arah hidupnya.
SIMPULAN
Djajanegara, Soenarjati. (2000). Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Khalieqy, Abidah El. (2008). Perempuan Berkalung Sorban. Yogyakarta: Arti Bumi
Antara.
Beauvoir, Simone de. (2016). Second Sex: Kehidupan Perempuan. Terjemahan oleh Toni
Setiawan; Nuraini Yualiastuti. Yogjakarta: Narasi-Pustaka Promethea.
Djajanegara, Soenarjati. (2000). Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Sumardjo, Jakob. (1999). Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977. Bandung: Penerbit
Alumni.