Anda di halaman 1dari 3

Konsep Memanusiakan manusia berpegang kepada nilai-nilai keadilan, kesetaraan dan nilai

persaudaraan. Hak atas pelayanan, kesejahteraan, berpendapat dan beraktivitas menjadi salah satu
cara memanusiakan manusia. Seorang yang dianggap gila sekali pun tidak hilang haknya sebagai
manusia.

Istilah memanusiakan manusia merupakan upaya untuk membuat manusia menjadi berbudaya dan
atau berakal budi. Sesama manusia harus saling menghargai, menghormati dan tidak mengadili.
Tidak ada tindakan yang merendahkan, mencibir atau hal lain yang membuat sakit hati dan
sebagainya.

Kata “Memanusiakan Manusia” sering ditujukan pada pelayanan pemerintah kepada rakyat melalui
pelayanan publik. Padahal Memanusiakan Manusia menyentuh seluruh dimensi kehidupan manusia.

Pada dasarnya Memanusiakan Manusia merupakan bagian dari humanisme. Humanisme berasal dari
kata Latin humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti manusia. Humanus berarti sifat
manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia (A.Mangunhardjana dalam Haryanto Al-Fandi,
2011:71).

Humanisme adalah paham yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-
citakan pergaulan hidup yang lebih baik.

Dalam aplikasinya, humanisme tidak memandang bangsa, agama, daerah, suku, warna kulit dan
sejenisnya. Seorang yang memanusiakan manusia akan berusaha membantu siapa pun tidak
memandang apa pun.

Seperti kata Presiden keempat Indonesia Dr. K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus
Dur bahwa: “Tidak penting apa pun agamamu, kalau kamu bisa berbuat baik untuk semua orang,
mereka tidak akan pernah tanya apa agamamu.”

Gus Dur juga berkata: “Tuhan tidak perlu dibela, dia sudah maha segalanya. Belalah mereka yang
diperlakukan tidak adil.”

Dilansir Kompasiana, ada juga pengertian Memanusiakan Manusia adalah menjadi manusia
seutuhnya. Artinya adalah tatkala kita sebagai manusia dapat menjadikan sesama manusia lebih
terdidik, lebih bermartabat, lebih sukses, lebih pintar dan lebih baik hidupnya. Lewat hal ini baru
seseorang benar-benar dapat memperoleh gelar “kemanusiaaan”.
Kata - kata "Memanusiakan Manusia" begitu populer dan kerap diucapkan saat ini. Bahkan kita
terkesan seolah - olah latah mengucapkan kata - kata tersebut.

Kata - kata "Memanusiakan Manusia" memang begitu indah. Maknanya pun sangat dalam dan
menyentuh hati. Saya rasa ini yang membuat kita latah menyebut kata tersebut seakan - akan kita
menuntut itu diterapkan dalam kehidupan dan berbangsa dan bernegara terlebih dalam berinteraksi
dengan sesama manusia sebagai mahluk sosial.

Sebelum masuk kedalam pembahasan makna "Memanusiakan Manusia", penulis mencoba memberi
contoh beberapa tokoh di Indonesia yang disebut telah melakukan hal yang "Memanusiakan
Manusia. Contoh ini saya buat agar kita lebih mudah memahami maknanya nantinya.

Ada tiga orang yang penulis contohkan dalam tulisan ini yakni mendiang KH. Abdurrahman Wahid
atau Gus Dur. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi dan dan Walikota Surabaya Tri
Rismaharini.

Gus Dur disebut telah "Memanusiakan Manusia" karena sikap mantan presiden RI ini yang
berpegang pada nilai keadilan, kesetaraan serta nilai persaudaraan. Gus Dur sosok pemimpin,
pembela rakyat marjinal, pembela minoritas agama etnis yang hak-haknya terhalangi baik dalam
berkeyakinan, beragama atau mendirikan rumah ibadah. Selain itu, keyakinannya pada iman yang
terbuka sehingga mengembangkan Pluralisme.

Jokowi, terlihat dari cara memindahkan pedagang kaki lima kala menjabat sebagai Walikota
Surakarta. Tanpa menggusur secara paksa, pedagang kaki lima pindah. Di Jakarta pun, setelah
menjabat Gubernur, ia membangun tanpa menggusur.

Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Achmad Sodiki bahkan menyebut Jokowi menerapkan
konsep "Memanusiakan Manusia".

Walikota Surabaya Tri Rismaharini pun demikian. Ia dinilai memanusiakan warga karena aktivitasnya
keluar-masuk lokalisasi untuk membujuk para pekerja seks komersial untuk berganti profesi. Ia
datang pada siang hari, sore atau malam. Tekadnya, ia ingin mengurangi lokalisasi di kota Surabaya,
tetapi tidak memilih cara menggusur. Ia turun langsung, mengajari para pekerja seks itu dengan
aneka keterampilan.
Banyak lagi tokoh di Indonesia ini yang disebut telah menerapkan "Memanusiakan Manusia". Namun
tidak bisa dituliskan seluruhnya dalam tulisan ini. Pemuatan tiga tokoh diatas hanya untuk
membantu kita memahami konsep "Memanusiakan Manusia".

Kata - kata "Memanusiakan Manusia" ini memang kerap ditujukan pada pelayanan pemerintah
kepada rakyatnya. Singkatnya, pelayanan publik yang dirasakan oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai