0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas mengenai sanksi administratif yang dapat dijatuhkan kepada notaris yang melanggar ketentuan dalam UUJN, yaitu peringatan tertulis, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat, dan pemberhentian tanpa hormat. Sanksi-sanksi tersebut diterapkan secara berjenjang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh notaris.
Dokumen tersebut membahas mengenai sanksi administratif yang dapat dijatuhkan kepada notaris yang melanggar ketentuan dalam UUJN, yaitu peringatan tertulis, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat, dan pemberhentian tanpa hormat. Sanksi-sanksi tersebut diterapkan secara berjenjang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh notaris.
Dokumen tersebut membahas mengenai sanksi administratif yang dapat dijatuhkan kepada notaris yang melanggar ketentuan dalam UUJN, yaitu peringatan tertulis, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat, dan pemberhentian tanpa hormat. Sanksi-sanksi tersebut diterapkan secara berjenjang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh notaris.
Mekanisme Penerapan Sanksi Atas Pelanggaran, Larangan Serta
Kewajiban Notaris dalam UUJN
Dalam menjalankan profesinya para Notaris tidak hanya menjalankan
pekerjaan yang diamanatkan oleh Undang-Undang semata tetapi meliputi bidang yang lebih luas dari apa yang diuraikan dalam Undang-Undang. Para Notaris menjalankan suatu fungsi sosial yang sangat penting, dimana meliputi bidang yang lebih luas dari jabatan yang sesungguhnya telah diamanatkan kepadanya.
Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan
Notaris mengenai kewenangan, kewajiban dan larangan menyatakan bahwa Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse salinan dan kutipan akta, semuannya sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejaabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang
Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pelayan
masyarakat, seorang profesional harus menjalankan jabatannya dengan menyelaraskan antara keahlian yang dimiliki dengan menjunjung tinggi kode etik profesional. Dalam menjalaankan tugas profesinya seorang Notaris harus:
1. Mempunyai integritas moral yang mantap.
2. Seorang Notaris harus jujur terhadap klien maupun dirinya sendiri (kejujuran intelektual) . 3. Sadar akan batas-batas kewenangannya.
Untuk melindungi kepentingan masyarakat umum dan menjamin pelaksanaan
Jabatan Notaris yang dipercayakan oleh Undang-Undang dan masyarakat, maka adanya pengaturan secara hukum mengenai pengawasan terhadap pelaksanaan Jabatan Notaris sangatlah tepat, dengan adanya kode etik adalah untuk mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis dan memberikan arah serta menjamin mutu moral anggotanya. Pemegang profesi dituntut mengutamakan profesinya secara bertanggung jawab.
Majelis Pengawas adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan
kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris. Pengawasan terhadap Notaris dimaksudkan agar Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya wajib berdasarkan dan mengikuti peraturan perundang- undangan yang mengatur jabatan Notaris. Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya wajib berpegang dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur Jabatan Notaris secara melekat, artinya segala hal yang disebutkan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur Jabatan Notaris wajib diikuti.
Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 67 sampai dengan Pasal 81 UUJN,
telah diatur tentang pengawasan terhadap Notaris, yang kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam:
a. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor M.02.PR08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris; b. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.39- PW.07.10 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris; dan c. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.01- HT.03.01 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Notaris.
Peran Majelis Pengawas sangat penting dalam membina dan mengawasi
jabatan Notaris secara terus menerus mengenai prilaku diri pribadi di dalam menjalankan jabatan maupun di luar jabatannya sebagai ujung tombak untuk menjamin kepastian hukum terhadap masyarakat yang menggunakan jasa Notaris.
Majelis Pengawas Daerah (selanjutnya disebut MPD) dibentuk di
Kabupaten/Kota untuk membina dan mengawasi Notaris-Notaris yang memiliki daerah kerja di Kabupaten/Kota, apabila jumlah Notaris tidak sebanding dengan jumlah anggota Majelis Pengawas Daerah, maka dapat dibentuk Majelis Pengawas Daerah gabungan untuk beberapa Kabupaten/Kota hal tersebut berdasarkan ketentuan dalam Pasal 69 ayat 2a UUJN. Pasal 70 UUJN, telah ditentukan kewenangan Majelis Pengawas Daerah Notaris sebagai berikut:
a. menyelenggarakan sidang untuk. memeriksa adanya dugaan pelanggaran
Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris; b. melakukan pemeriksaan terhadap Protokol Notaris secara berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu; c. memberikan izin cuti untuk waktu sampai dengan 6 (enam) bulan; menetapkan Notaris Pengganti dengan memperhatikan usul Notaris yang bersangkutan; d. menentukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada saat serah terima Protokol Notaris telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih; e. menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang sementara Protokol Notaris yang diangkat sebagai pejabat negara; f. menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan dalam Undang-Undang Notaris; dan g. membuat dan menyampaikan laporan Kepada Majelis Pengawas Wilayah
UUJN mengklasifikasikan empat jenis Sanksi administratif yang dijatuhkan
terhadap Notaris yang melanggar kewajiban dan larangan UUJN terdiri atas:
1. peringatan tertulis, 2. pemberhentian sementara, 3. pemberhentian dengan hormat dan 4. pemberhentian dengan tidak hormat.
Penjatuhan sanksi-sanksi administratif dilakukan hanya apabila terbukti
melanggar ketentuan Pasal 7 ayat (1), Pasal 16 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf l, Pasal 16 ayat (13), Pasal 17 ayat (1), Pasal 19 ayat (2), Pasal 32 ayat (1, 2, dan 3), Pasal 37 ayat (1) dan Pasal 54 ayat (1) UUJN.
Pengaturan sanksi administratif dalam UUJN yaitu dengan menempatkan
teguran tertulis pada urutan pertama pemberian sanksi, merupakan suatu peringatan kepada Notaris dari Majelis Pengawas yang jika tidak dipenuhi ditindaklanjuti dengan pemberhentian sementara, jika sanksi seperti ini tidak dipenuhi juga oleh Notaris yang bersangkutan, maka dapat dijatuhi sanksi berikutnya secara berjenjang. Penerapan ketentuan pasal di atas tentunya harus memperhatikan tingkat berat ringannya pelanggaran yang dilakukan Notaris, dalam arti bahwa penerapan sanksi tersebut sifatnya gradual atau berjenjang.