Kristya Suryani Pengembangan Profesi
Kristya Suryani Pengembangan Profesi
OLEH :
Kristya Suryani.S.Kep.,Ns
197203061994022001
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat
dan inayah-Nya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul
“Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien
Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari
”
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam
kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr Heru Sulistyowati.SpA selaku direktur RSUD Wonosari
2. Bp Trisnawan Syahyeri AMK selaku kepala ruang poliklinik
3. Teman – teman Poli Klinik Dalam dan semua pihak yang telah
membantu sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
Penyusun
ABSTRAK
Kristya Suryani. Program Pengembangan Profesi. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum
Daerah WONOSARI TAHUN 2021
Aktivitas fisik merupakan satu dari empat pilar program penatalaksanaan pada pasien
diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivtas fisik
dengan kadar gula darah puasa pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum
Daerah Wonosari. Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif analitik
dengan pendekatan potong lintang yang menggunakan sampel sebanyak 20 pasien
diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah
Wonosari. Hasil penelitian didapatkan dari 18 pasien yang memiliki gula darah puasa
(GDP) tidak normal terdapat 8 pasien memiliki aktivitas ringan dan 10 pasien memiliki
aktivitas sedang, sedangkan 2 orang pasien yang memiliki kadar GDP normal memiliki
aktivitas sedang. Penelitian ini tidak menunjukkan hubungan antara aktivitas fisik dengan
kadar gula darah puasa pada pasien diabetes melitus tipe 2. (p = 0,495)
ABSTRACT
Kristya Suryani. Medical Study. Correlation between Physical Activity and Fasting Blood
Glucose Level of Diabetes Mellitus Type 2 in Wonosari General Hospital 2021
Physical activity is one of four main management for diabetes mellitus patients. This
research aims to determine the relation between physical activity with fasting blood
glucose level from patients with diabetes mellitus type 2 in Wonosari General Hospital.
The method of this research is analytic descriptive with cross sectional approach that
took 20 diabetes mellitus type 2 patients from Outpatient Polyclinic of Wonosari General
Hospital as research samples. The results are from 18 patients who had abnormal fasting
blood glucose level there are 8 patients have mild activity and 10 patients have medium
activity. Whereas 2 patients who had normal fasting blood glucose level have medium
activity. This research showed no relation between physical activity with fasting blood
glucose level in patients with diabetes mellitus type 2. ( p = 0,495)
vii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Langkah-langkah Diagnostik Diabetes Melitus dan Toleransi Glukosa
Terganggu ................................................................................................ 9
Gambar 2. Pelepasan Insulin dari Sel Beta Pankreas ................................................. 10
Gambar 3. Jalur Transduksi Sinyal Insulin pada Otot Rangka .................................. 11
Gambar 4. Upregulation Insulin ................................................................................ 21
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah
puasa pada pasien DM tipe 2 di RSUD Wonosari.
3
1.3.2 Khusus
1. Mengetahui gambaran demografi pasien DM tipe 2 di RSUD
Wonosari.
2. Mengetahui gambaran kadar gula darah puasa pasien DM tipe 2 di
RSUD Wonosari.
3. Mengetahui gambaran aktivitas fisik pasien DM tipe 2.
4. Mengetahui gambaran proporsi kadar gula darah puasa penderita
DM tipe 2 yang melakukan aktivitas fisik.
5. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik terhadap kadar gula
darah puasa pasien DM tipe 2 di RSUD Wonosari.
1.4 Hipotesis
Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa pasien
DM tipe 2 di RSUD Wonosari.
1.5 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
➢ Bagi responden:
Memberikan informasi tentang hubungan antara kebiasaan aktivitas
fisik dengan kadar gula darah puasa sehingga dapat dijadikan acuan
program pemantauan kadar gula darah puasa pasien.
➢ Bagi institusi
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi bahan referensi bagi
peneliti berikutnya.
➢ Bagi masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat aktivitas fisik
dalam mengontrol kadar gula darah puasa.
4
➢ Bagi peneliti
Memberikan data tambahan tentang hubungan antara kebiasaan
aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa agar bisa dilaksanakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, DM
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. WHO sebelumnya telah merumuskan bahwa DM dikatakan
sebagai suatu kumpulan problem anatomi dan kimiawi akibat gangguan
berbagai faktor yang mengakibatkan defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin.7
Perubahan dalam diagnosis dan klasifikasi DM terus-menerus terjadi
baik oleh WHO maupun ADA. Para pakar di Indonesia pun bersepakat
melalui Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) pada tahun 1993
untuk membicarakan standar pengelolaan DM, yang kemudian direvisi tahun
1998 dan 2002.7
Secara epidemiologic, DM seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan
onset DM adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan. Morbiditas dan
mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini. Penelitian lain
menyatakan bahwa dengan dengan adanya urbanisasi, populasi DM tipe 2
akan meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku rural-
tradisional menjadi urban. Faktor risiko yang berubah secara epidemiologi
diperkirakan adalah : bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya
obesitas, kurangnya aktivitas jasmani, dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini
berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan
terjadinya diabetes melitus tipe 2.7
5
6
glukosa. Klasifikasi ini telah disahkan oleh WHO dan telah dipakai di seluruh
dunia. Klasifikasi tersebut sesuai dengan tabel di bawah ini :
Diabetes melitus
Tabel 2.3 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan
Diagnosis DM (mg/dL)3
Bukan DM Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa Plasma vena <100 100-199 ≥200
darah sewaktu
Darah kapiler <90 90-199 ≥200
(mg/dL)
Kadar glukosa Plasma vena <100 100-125 ≥126
darah puasa
Darah kapiler <100 90-99 ≥100
(mg/dL)
Prosedur yang dilakukan untuk melakukan tes gula darah puasa yaitu :
mengambil darah vena 5 sampai 10 ml dan memasukkan ke dalam tabung
bertutup. Darah diambil setelah pasien puasa makan dan minum 12 jam
sebelum pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dari gula darah puasa ini memiliki
makna klinis jika lebih besar dari 125 mg/dL dapat digunakan sebagai indikasi
diabetes, dan untuk mengkonfirmasi diagnosis bila gula darah puasa rata–rata
atau sedikit lebih tinggi.9
Hasil pemeriksaan gula darah puasa ini dapat digunakan untuk
mengetahui masalah masalah klinis yang terdapat pada pasien. Penurunan
kadar gula darah puasa disebabkan oleh reaksi hipoglikemik syok insulin,
kanker abdomen, hepar, dan paru paru, hipofungsi kelenjar adrenal, malnutrisi,
alkoholisme, sirosis hepatis, hiperinsulinemia, dan latihan yang berat.
Peningkatan kadar seperti pada orang DM disebabkan oleh diabetik asidosis,
hipofungsi kelenjar adrenal (syndrom cushing’s), stres, luka bakar, latihan
fisik, infeksi, akut miokard infark (AMI), pankreatitis akut, pembedaan yang
lama, akromegali, dan gangguan ginjal kronik. 9
Langkah-langkah diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa dapat
dilihat pada gambar 1. Untuk hasil pemeriksaan yang tidak termasuk normal
atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT.3
9
Pelepasan insulin dari simpanan granula sel beta pankreas dipicu oleh
peningkatan kadar glukosa darah yang berasal dari makanan dan minuman.
Insulin ini berfungsi mengalami glukosa agar selalu dalam batas-batas
fisiologis. Proses sekresi insulin dimulai dengan proses masuknya glukosa
melewati membran sel beta melalui Glucosa transporter 2 (GLUT 2) yang
11
terdapat dalam membran sel beta pankeras. Selanjutnya glukosa di dalam sel
akan mengalami glikolisis dan fosforilasi yang kemudian akan membebaskan
molekul ATP. ATP tersebut akan berperan dalam penutupan kanal K+
sehingga terjadi hambatan dalam pengeluaran ion K+ yang menyebabkan
depolarisasi membran. Keadaan ini menyebabkan pembukaan kanal Ca2+
sehingga terjadi peningkatan kadar Ca2+ intrasel. Keadaaan ini yang akan
memicu sekresi insulin ke dalam sirkulasi.11
Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan
dengan reseptor pada membran sel tersebut. Ikatan ini akan menghasilkan
sinyal yang akan meregulasi glukosa dalam sel dengan cara peningkatan
GLUT-4 dan mendorong penempatannya pada membran sel. Melalui GLUT-
4 inilah glukosa dimasukkan ke dalam sel dan selanjutnya akan mengalami
proses metabolisme.11
sangat bergantung pada fase mana diagnosis diabetes ditegakkan yaitu sesuai
dengan kelainana dasar yang terjadi. Berupa (1) resistensi insulin pada
jaringan lemak, otot, dan hati. (2) Kenaikan produksi glukosa oleh hati dan
(3) Kekurangan sekresi oleh pankreas.8
Penatalaksanaan DM dimulai dengan melakukan pendekatan non
farmakologi yang berupa edukasi, perencanaan makan untuk terapi nutrisi
medik, penurunan berat badan bila obesitas, dan kegiatan jasmani. Bila
penatalaksanaan non farmakologis ini belum dapat mengendalikan kadar
glukosa darah, maka diberikan tambahan terapi farmalogis. 3
Terapi gizi medis pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola
makan yang didasarkan pada status gizi diabetesi dan melakukan modifikasi
diet berdasarkan kebutuhan individual. Keuntungan yang bisa didapatkan dari
terapi gizi ini: dapat menurunkan kadar gula darah, memperbaiki profil lipid,
dan meningkatkan sensitivitas reseptor insulin.8
Jenis bahan makanan yang dianjurkan pada pasien diabetes melitus
secara garis besar meliputi 55-65% karbohidrat, 10-15% protein, dan lemak.8
Sedangkan komposisi secara lebih rinci sebagai berikut:
A. Karbohidrat
➢ Karbohidrat yang disarankan adalah 45–65% total asupan energi
➢ Tidak disarankan pembatasan karbohidrat total 130 g/hari
➢ Karbohidrat yang berserat tinggi diutamakan
➢ Diperbolehkan menggunakan gula dalam bumbu
➢ Sukrosa lebih dari 5% total asupan energi tidak boleh dikonsumsi
➢ Pemanis aternatif bisa digunakan asal tidak melebihi batas aman
konsumsi harian (accepted daily intake)
➢ Untuk mendistribusikan karbohidrat, dianjurkan makan tiga kali
sehari. Dapat juga diberikan selingan buah atau makanan lain.
B. Lemak
➢ Anjuran kebutuhan lemak adalah sebesar 20-25%, dan tidak boleh
lebih 30% dari kebutuhan kalori.
➢ Anjuran kebutuhan lemak jenuh <7% dari kebutuhan kalori.
14
➢ Lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal.
➢ Bahan makanan yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak
trans seperti daging berlemak dan whole milk perlu dibatasi.
➢ Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/hari.
C. Protein
➢ Kebutuhannya adalah sebesar 10-20% total asupan energi.
➢ Seafood (ikan, udang, cumi, dan lain lain), daging tanpa lemak,
ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan,
tahu, dan tempe adalah sumber protein yang baik.
➢ Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein
menjadi 0,8 g/kg bb/hari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65%
hendaknya bernilai biologik tinggi.
D. Natrium
➢ Asupan natrium yang dianjurkan untuk penyandang DM sama
dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari
3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.
➢ Pasien dengan hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg
garam dapur.
➢ Garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium
benzoat dan natrium nitrit adalah sumber natrium.
E. Serat
➢ Sama seperti masyarakat umum penyandang DM disarankan
mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran
serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung
vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.
➢ Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.
F. Pemanis alternatif
➢ Pemanis terdiri dari pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori.
Contoh pemanis yang berkalori adalah gula alkohol dan fruktosa.
➢ Contoh gula alkohol adalah isomalt, lactitol, maltitol, mannitol,
sorbitol, dan xylitol.
15
jam jika tidak dibarengi dengan aktivitas lain. Namun, pada aktivitas dalam
jangka waktu lama dapat menginduksi peningkatan sensitivitas insulin otot
ditunjukkan oleh peningkatan ekspresi atau aktivitas sinyal-sinyal protein yang
mempengaruhi regulasi ambilan glukosa otot rangka. Hal ini mungkin
disebabkan aktivitas pada orang sehat dan resistensi insulin otot rangka
dapat meningkatkan ekspresi protein GLUT-4.27
Diabetes melitus
Hiperglikemik
Pilar Program
Tatalaksana
Karbohidrat 55 – 65%
Kronik
Defisiensi Akut
Resistensi Protein 10 – 15%
insulin insulin
Lemak 9 kilokalori
Menunda
Sulfonylurea Metformin T2DM
pada yang
(AMP-dependent mempunyai
Teraktivasinya
protein kinase) faktor
phosphatidylinositol 3- resiko
Keterangan : kinase (PI3-K)
Rekrutmen GLUT - 4
Faktor yang di teliti: → ke permukaan sel
Faktor Perancu -------- ›
Pencegahan DM
Penurunan kadar gula darah
tipe 2
Edukasi
Keterangan :
Terapi Nutrisi
Faktor yang di teliti: →
Faktor Perancu -------- ›
Terai Farmakologi
25
25
26
3. 5 Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
➢ Pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan
➢ Bersedia menjadi responden
➢ Responden berada di tempat ketika pengambilan data
b. Kriteria eksklusi
➢ Penderita DM tipe 1
➢ Penderita diabetes gestasional
➢ Pasien dengan indeks aktivitas berat
3.8 Variabel
Variabel bebas
➢ Aktivitas fisik
Variabel terikat
➢ Kadar gula darah puasa pada pasien DM tipe 2
Penelitian ini menggunakan metode variabel bivariat yang terdiri dari
aktivitas fisik sebagai variabel terikat dan kadar gula darah pada penderita
DM tipe 2 sebagai variabel independen.
dianalisis terhadap kadar gula darah puasa pasien serta dilakukan pengujian
hipotesis menggunakan metode chi square. Nilai akan dikatakan bermakna
secara statistik bila didapatkan nilai p < 0,05. Namun bila tidak memenuhi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner Baecke et al 1982
pada pasien DM tipe 2 yang berobat ke poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Wonosari sejak bulan Juli 2021 sampai dengan bulan Agustus 2021 dan melihat
rekam mediknya untuk mencari data nilai kadar gulah darah puasa (GDP) .
Penelitian dilakukan dengan metode consequtive sampling. Total sampel yang
diambil berdasarkan rumus besar hitung sampel sebanyak 70 sampel disertai
penambahan 10% untuk menanggulangi bila ada yang dieksklusi. Selama
penelitian sudah didapatkan 82 sampel, namun setelah dieksklusi yang memenuhi
kriteria hanya 20 sampel.
Pada tabel 4.1.1 bisa kita lihat pasien DM tipe 2 yang laki-laki
berjumlah 9 pasien (45 %), dan yang perempuan berjumlah 11 pasien (55
%). Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadyah dkk di
RSU Manado didapatkan jumlah pasien DM tipe 2 dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 78 pasien (58 %) dan laki-laki sebanyak 60 pasien ( 43
%). 31
29
1
Pada tabel 4.1.2 bisa kita lihat bahwa pasien yang berusia 20-44 tahun
berjumlah 5 pasien (25%), dengan usia 45 – 64 tahun berjumlah 12 pasien
(60%), dan usia > 65 tahun berjumlah 3 pasien (15%). Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari global prevalence of diabetes bahwa pada negara
berkembang prevalensi tertinggi DM tipe 2 terjadi pada rentan usia 45-64
tahun.32
4.1.3 Gambaran Kadar Gula Darah Puasa Pasien DM Tipe 2
Variabel Jumlah Persentase (%)
Kadar gula darah puasa
Tidak normal 18 90
Normal 2 10
Jumlah 20 100
Pada tabel 4.1.3 bisa kita lihat bahwa kadar gula darah dari pasien yang
masuk kriteria tidak normal ( ≥ 100 mg/dL) yaitu sebanyak 18 orang pasien
dari 20 pasien, sedangkan pasien yang masuk kriteria normal ( < 100 mg/dL)
sebanyak 2 orang pasien. Hasil ini menunjukkan bahwa memang rata-rata
gula darah puasa pasien pada pasien DM tipe 2 di RSUD Wonosari belum
terkontrol. Sesuai dengan konsensus 2011 yang menyatakan dari 2/3 pasien
yang terdiagnosis DM yang menjalani pengobatan, hanya 1/3 yang terkendali
gula darahnya 3. Dan juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Rachmawati, dkk di Makassar tahun 2011 didapatkan pasien DM tipe 2
dengan kadar gula darah tidak terkontrol sebanyak 71,4 % pasien, sedangkan
yang terkontrol sebanyak 28,6 % pasien. 6
2
Aktivitas fisik merupakan salah satu tatalaksana terapi DM dari segi non
farmakologis yang dianjurkan 3,8. Berdasarkan tabel 4.1.4 menunjukkan bahwa
dari total 20 sampel yang telah mengisi kuesioner untuk dinilai aktivitas
fisiknya. Mendapatkan jumlah pasien yang termasuk dalam kategori aktivitas
fisik ringan sebanyak 8 pasien (40%) dari 20 pasien, sedangkan yang termasuk
dalam kategori aktivitas fisik sedang sebanyak 12 pasien (60 %) dari 20 pasien.
Hasil ini sesuuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani tahun 2012
mengenai aktivitas fisik masyarakat di kecamatan Pulo Merak, Wonosari
mendapatkan hasil dari 500 responden, terdapat 369 (73,8%) memiliki aktivitas
sedang, dan 107 (21,4%) responden memiliki aktivitas ringan. 33
Hal ini menunjukkan pengelolaan tata laksana dari segi non-farmakologis
terutama aktivitas fisik pada pasien DM tipe 2 di RSUD Wonosari masih perlu
3
ditingkatkan guna mencapai target pengendalian DM . Hal ini telah
dilaksanaakan sejak seabad yang lalu oleh dokter dari Dinasti Sui di China .8
3
Pada tabel 4.1.2 bisa kita lihat bahwa pasien yang berusia 20-44 tahun
berjumlah 5 pasien (25%), dengan usia 45 – 64 tahun berjumlah 12 pasien
(60%), dan usia > 65 tahun berjumlah 3 pasien (15%). Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari global prevalence of diabetes bahwa pada negara
berkembang prevalensi tertinggi DM tipe 2 terjadi pada rentan usia 45-64
tahun.32
4.1.6 Gambaran Kadar Gula Darah Puasa Pasien DM Tipe 2
Variabel Jumlah Persentase (%)
Kadar gula darah puasa
Tidak normal 18 90
Normal 2 10
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 18 pasien (90%) yang gula
darah puasa (GDP) nya tidak normal, didapatkan 8 pasien (100%) dengan
aktivitas fisik ringan, dan 10 pasien (83,3%) dengan aktivitas sedang.
Sedangkan pasien yang gula darah puasa (GDP) nya normal didapatkan
sebanyak 2 pasien (10%), yang keduanya dengan aktivitas sedang. Dari hasil
4
uji antara aktivitas fisik (ringan dan sedang) dengan kontrol gula darah puasa
(GDP) menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p (0,495), yang berarti nilai
p lebih dari 0,05. Sehingga menurut diagnosis statistik dapat disimpulkan
bahwa aktivitas fisik tidak berhubungan terhadap kadar gula darah puasa
(GDP) pasien DM tipe 2 yang berada di RSUD Wonosari. Meskipun bila
dilihat lebih teliti lagi pada tabel 4.2.1, berdasarkan diagnosis klinis terdapat
hubungan antara aktivitas fisik terhadap kadar gula darah puasa oleh adanya 2
pasien dengan aktivitas sedang yang GDP nya masuk dalam kategori normal.
Dalam penelitian ini, peneliti telah berusaha meminimalisir faktor-faktor
yang menjadi perancu dalam penelitian ini dengan cara menghomogenkan
terapi farmakologis serta diet seluruh pasien, sehingga hanya aktivitas fisik
yang menjadi variabel bebasnya. Namun, hal ini belum menunjukkan hasil
yang bermakna. Mungkin disebabkan juga penatalaksanaan DM yang telah
dilakukan di RSUD Wonosari yang tergolong kategori sangat kurang.
Dikarenakan berdasar tabel 4.1.3, menggambarkan hanya terdapat 2 pasien
DM tipe 2 dari 20 pasien yang peneliti dapatkan di RSUD Wonosari yang GDP
nya dalam kategori normal. Serta jumlah pasien yang peneliti dapatkan terlalu
sedikit sehingga menyebabkan data yang didapatkan kurang variatif.
Hasil ini juga tidak sesuai dengan dasar teori yang menyatakan selama
aktivitas fisik terjadi peningkatan masukan glukosa ke otot dikarenakan adanya
insulin independent yang mempengaruhi terjadinya peningkatan jumlah
transporter GLUT-4 pada membran sel. Dan terjadi selama beberapa jam
setelah aktivitas atau lebih panjang lagi disertai peningkatan sensitivitas insulin
dengan aktivitas yang tetap.34 penelitian ini bertentangan dengan William yang
menerangkan bahwa aktivitas fisik dengan dimediasi oleh AMP-dependent
protein kinase (AMPK) menghasilkan peningkatan penyerapan glukosa serta
peningkatan sensitivitas transpor glukosa yang disebabkan oleh translokasi
berlebih transporter GLUT-4 ke membran sel untuk setiap dosis tertentu insulin
26
. Penelitian ini tidak bisa menggambarkan pernyataan Konsensus 2011 yang
menjadikan aktivitas fisik terutama kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
jasmani secara teratur sebagai salah satu pilar penatalaksanaan diabetes melitus
tipe 2.
5
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :
a) Dari total 20 pasien DM tipe 2 di RSUD Wonosari, didapatkan pasien
yang dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 9 pasien (45%) dan yang
perempuan berjumlah 11 pasien (55 %).
b) Dari total 20 pasien DM tipe 2 di RSUD Wonosari, didapatkan pasien
yang berusia 20-44 tahun berjumlah 5 pasien (25%), usia 45–64 tahun
berjumlah 12 pasien (60%), dan usia > 65 tahun berjumlah 3 pasien (15%).
c) Dari total 20 pasien DM tipe 2 di RSUD Wonosari, didapatkan 18 orang
pasien yang pengendalian gula darah puasanya tidak normal (≥ 100
mg/dL) dan 2 orang pasien yang normal (< 100 mg/dL).
d) Dari total 20 pasien DM tipe 2 di RSUD Wonosari, didapatkan sebanyak 8
orang pasien (40 %) aktivitas fisiknya tergolong dalam kategori ringan,
dan sebanyak 12 orang pasien (60 %) tergolong kategori sedang.
e) Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan aktivitas fisik dengan
kadar gula darah puasa, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa pasien DM tipe 2 di
RSUD Wonosari (p=0,495). Namun terlihat adanya pengaruh aktivitas
fisik terhadap GDP yang dinyatakan adanya 2 pasien dengan aktivitas
sedang mempunyai GDP dalam kategori normal.
5.2 Saran
a) Masyarakat Umum
Untuk pengendalian DM tipe 2, disarankan kepada pasien untuk lebih
memperhatikan aspek terapinya baik yang berupa non farmakologis dan
farmakologis. Sehingga apabila mendapatkan terapi dari tenaga kesehatan
ataupun rumah sakit setempat dilaksanakan dengan baik.
7
b) Rumah Sakit
Memperhatikan target pengelolaan terapi DM, sehingga pasien yang
beobat ke rumah sakit dapat memenuhi kriteria pengelolaan berdasarkan
target yang telah dicanangkan oleh PERKENI dalam konsensus 2011. Dari
data yang didapatkan mencapai 90% pasien DM tipe 2 tidak terkontrol,
seyogyanya dilakukan evaluasi ulang terhadap terapi baik itu farmakologis
dan non farmakologis yang telah dilaksanakan guna mencapai target
pengendalian DM yang tertuang dalam konsensus 2011.
c) Peneliti
Penelitian tentang hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa
(GDP) sebaiknya menggunakan studi kohort, karena studi kohort
merupakan metode yang paling baik dalam menerangkan dinamika
hubungan antara faktor dependen yang diteliti dengan efek secara
temporal.
8
Daftar Pustaka
11. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, et al. Diabetes Mellitus Dalam Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 18th ed. USA : Mc Graw Hill Company. 2012
Chapter 334.
12. Salzler Michael J C, Crowford James M, Kumar V. Pankreas Dalam Robbins
Buku Ajar Patologi. Vol 2. Edisi 7. Jakarta : EGC. 2007. hal. 718.
13. Fathoni. Penurunan Glukosa Darah Postprandial Pada Latihan Fisik Intensitas
Ringan Durasi 30 Menit Dan Intensitas Sedang Durasi 10 Menit Pada Penderita
Diabetes Melitus. Surabaya : Airlangga University Library. 2008.
14. Cooper DM, Bartow TJ, Lee WN, Bersgner R. 1989. Blood Glucose Turnover
Durung Hight And Low Intensity Exercise. Am J Physiol Endocrinol Metab
257:E405-E412, American Physiological Society.
15. Henriksen EJ. Exercice Effect Of Molecule Insulin Signalling And Action
Invited Review : Effect Of Acut Exercise And Exercuse Training On Insulin
Resistance. J Appl physiology 93:788-796. 2002 department of
physiology,University of Arizona College of Medicine.
16. Guelfi KJ, ratnam N, Smythe GA, Jones TW, Fournier PA, 2007. Effect Of
Intermittent High-Intensity Compared With Continous Moderate Exercise On
Glucose Production And Utilization In Individuals With Type 1 Diabetes. AM J
Physiol Endocrinol Metab 292: E865-E870, 2007.
17. Molina, Patricia E. Adrenal Gland Dalam Buku Endocrine Physiology. Third
Edition. Louisiana USA : Mc-Graw-hill Companies. 2010. Chapter 6.
18. Direktorat pengendalian penyakit tidak menular. Direktorat jenderal
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan ( DITJEN PP & PL)
Departemen Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Resiko Diabetes
Melitus. 2008.
19. The President’s Council on Physical Fitness and Sports – Publications.
President’s Council on Fitness, Sports & Nutrition. Diunduh 14 September 2021,
dari http://www.fitness.gov/fitness .html
20. Kevin N, Lynda N, Daryl S. . Position Statement on Physical Activity and
Exercise Intensity Terminology 2009; 13(2010): 496-502.
10
Cases
kat_aktfis
Total Count 8 12 20
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 20
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,80.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Frequencies
kat_aktfis
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lembar Kuesioner
Kuesioner Aktivitas Fisik Pada Pasien DM Tipe 2 di RSUD Wonosari
Nama Pasien :
No. Pertanyaan Respon Penilaian (V)
1 Apa pekerjaan utama anda Menulis, mengemudi,
panjang toko,
mengajar, belajar, ibu
rumah tangga, praktisi
kesehatan
Kerja pabrik,
pertukangan kayu dan
pertanian
Pekerjaan dermaga,
pekerjaan kontruksi,
olahraga profesial
2 Ditempat kerja, seberapa Tidak pernah
banyak anda duduk? Jarang
Kadang – kadang
Sering
Selalu
3 Ditempat kerja, seberapa Tidak pernah
banyak anda berdiri? Jarang
Kadang – kadang
Sering
Selalu
4 Ditempat kerja, seberapa Tidak pernah
banyak anda berjalan? Jarang
Kadang – kadang
Sering
Selalu
5 Ditempat kerja, berapa kali Tidak pernah
16
kadang
Sering
Selalu
Aktivitas
No Nama Usia Jenis Kelamin GDP Fisik Kriteria
1 Tt 55 Laki laki 143 8 Sedang
2 Mr 40 Perempuan 460 6 Ringan
3 Kr 50 Perempuan 402 6 Ringan
4 Jf 34 Laki laki 160 6,25 Ringan
5 Rg 54 Perempuan 83 7 Sedang
6 Mt 65 Laki laki 122 7 Sedang
7 Sh 53 Laki laki 178 8 Sedang
8 Mh 40 Perempuan 169 6 Ringan
9 Bd 70 Laki laki 388 6,5 Ringan
10 Kt 50 Perempuan 245 7,5 Sedang
11 Iy 52 Perempuan 161 7,5 Sedang
12 Jp 34 Perempuan 159 5,25 Ringan
13 Am 45 Laki laki 154 8,75 Sedang
14 Jy 47 Perempuan 241 6,5 Ringan
15 Ss 49 Laki laki 146 7 Sedang
16 Jg 65 Laki laki 110 7,5 Sedang
17 Sn 43 Laki laki 90 7 Sedang
18 Mh 45 Perempuan 175 7 Sedang
19 Sn 56 Perempuan 226 6 Ringan
20 Hp 59 Perempuan 201 7 Sedang
20
Nomor Telepon/HP :
Email :
RIWAYAT PENDIDIKAN
1996 – 1998 : ----------------------------------------------------------
1998 – 2004 :
2004 – 2007 :
2007 – 2010 : ------------------------------------------------
2010 – Sekarang :