Perbedaan mazhab Klasik dan Mazhab Positive adalah dalam mencari fakta-
fakta empiris untuk mengkonfirmasikan gagasan bahwa kejahatan itu ditentukan oleh
berbagai factor.
Para Positivis pada abad 19: Mencari factor pada akal dan tubuh pada
masing-masing individu penjahat, kemungkinan secara Psikologis terdapat cacat
dalam kesadaran, ketidak matangan emosi, sosialisasi yang tidak memadai dimasa
kecil, kehilangan hubungan dengan ibu, perkembangan moral yang lemah, termasuk
pula mempelajari sikap agresi. Situasi-situasi tersebut yang menjadi pendorong
delikuen melakukan kekerasan,…. dan sebagainya.
Teori C.Lombroso adalah “Born Criminal” (penjahat yang dilahirkan) bahwa para
penjahat adalah suatu bentuk yang lebih rendah dalam kehidupan, lebih mendekati nenek
moyang mereka yang mirip kera dalam hal sifat bawaan dan wataknya dibanding mereka
yang bukan penjahat.
Menurut C Lombroso, seseorang individu yang lahir dengan salah satu dari lima
stigmata adalah seseorang “born criminal” (penjahat yang dilahirkan),
PSIKOSES:
NEUROSES
Pelaku kejahatan antara Psikoses dan Neuroses, pelaku yang terbanyak adalah
Neuroses.
a. Anxiety Neuroses dan Phobia, keadaan ini ditandai dengan ketakutan yang tidak
wajar dan berl;ebih-lebihan terhadap adanya bahaya dari sesuatu atau pada
sesuatu yang tidak ada sama sekali. Jika dihubungkan dengan obyek atau ideology
tertentu disebut phobia.
Misalnya :
Nycotophobia - takut pada kegelapan
Gynophobia - takut terhadap wanita
Aerophobia - takut terhadap tempat yang tinggi
CACAT MENTAL
Pengertian cacat mental lebih ditekankan pada kekuranagan intelegensia dari
pada karakter atau kepribadian yaitu dilihat dari tinggi-rendahnya IQ dan tingkat
kedewasaannya.
Bentuk-bentuk cacat mental seperti, Idiot yaitu orang yang mempunyai IQ di
bawah 25 dan tingkat kedewasaannya dibawah 3 tahun, Imbecil yaitu orang yang
mempunyai IQ antara 25-50 dan tingkat kedewasaanya anatara 3-6 tahun dan Feeble-
Minded, yaitu dengan IQ antara 50-70 dan tingkat kedewasaanya anatara 6-10 tahun.
CATATAN:
Pemaparan factor Psikologis senantiasa berkaitan dengan factor Sosiologis, dalam
arti bahwa Faktor sosiologis akan melaporkan bahwa terdapat factor tertentu pada
lingkungan individu tertentu yang kemungkinan akan menghasilkan kejahatan,
sedangkan factor Psikologis menggambarkan jenis kepribadian individu tertentu yang
mungkin cenderung melakukan kejahatan jika dihadapkan pada situasi tertentu.
Teori biologis dan psikologis berdasarkan asumsi bahwa tingkah laku criminal
disebabkan oleh beberapa kondisi fisik dan mental yang mendasari pemisahan antara
penjahat dan yang bukan penjahat. Mencoba menginentifikasi “macam manusia” yang
jahat dan yang bukan jahat. Teori tsb menjelajah pada kasus kasus individu.
Teori Sosiologis:
Mencari alasan perbedaan kejahatan/penjahat dalam lingkungan social.
Teori Sosiologis
a. Teori Strain
b. Teori Cultural Deviance (Penyimpangan Budaya)
c. Teori Social Control (control social)
Teori Strain berpendapat seluruh anggota masyarakat mengikuti satu set nilai–
nilai budaya yakni nilai budaya kelas menengah. Salah satu nilai terpenting adalah
keberhasilan ekonomi. Oleh karena orang kelas bawah tidak mempunyai sarana yang sah
untuk mencapai tujuan tsb, mereka menjadi frustasi dan beralih dan menggunakan
sarana-saran yang tidak sah.
TEORI-TEORI STRAIN
Masyarakat dapat dilihat sebagai suatu struktur dan bagaimana ia berfungsi. Jika
masyarakat stabil, bagian-bagiannya beroperasi secara lancar, dan susunan sosial berfungsi.
Maka masyarakat ini ditandai adanya keterpaduan, kerjasama dan kesepakatan. Namun jika
bagian-bagian komponen tsb dalam keadaan yg membahayakan keteraturan/ketertiban sosial,
maka susunan masyarakat itu disebut di fungsional (tidak berfungsi). Oleh sebab itu disebut
teori Struktural Fungsionalis
Menurut E Durkheim: Penjelasan perbuatan manusia (terutama perbuatan yg salah)
tidak terletak pada diri si individu, tetapi terletak pada kelompok dan organisasi sosial.
Dalam konteks ini menurut E Durkheim memperkenalkan istilah ANOMIE (hancurnya
keteraturan sosial sebagai akibat hilangnya norma/patokan dan nilai-nilai).
Bahwa jika sebuah masyarakat sederhana berkembang menuju masyarakat modern
maka kedekatan yg dibutuhkan untuk melanjutkan norma-norma umum (a common set of
rules) akan merosot. Kelompok-kelompok menjadi terpisah dan menjadikan sehingga suatu
aturan/norma umum menjadi kabur/tidak ada, sehingga dapat terjadi tindakan dan harapan-
harapan orang di satu sektor mungkin bertentangan dengan tindakan dan harapan orang lain.
Dengan tidak dapat diprediksinya perilaku tsb maka sistem perilaku tsb secara bertahap
akan runtuh dan masyarakat tsb berada dalm kondisi ANOMIE.
Kekurang paduan antara apa yg diminta oleh budaya (yg mendorong kesusksesan) dengan apa yg
diperbolehkan oleh struktur (yg mencegahnya memperoleh kesuksesan) dapat menyebabkan
norma-norma runtuh karena tidak lagi efektif untuk membimbing tingkah laku.
Menurut Merton: dalam masyarakat yg berorientasi kelas, kesempatan untuk menjadi yg teratas
tidaklah dibagikan secara merata. Sangat sedikit anggota kelas bawah yg mencapainya.
Teori Anomie dari K. Merton menekankan pentingnya 2 unsur penting dalam masyarakat
yakni:
1. Kultur aspirasi atau cultur goals yg diyakini berharga untuk diperjuangkan
2. Tujuan Institusional (institutionalsed means) atau accepted ways untuk mencapai tujuan
itu.
Jika masyarakat stabil, dua unsur ini terintegrasi, dengan kata lain sarana harus ada bagi setiap
individu guna mencapai tujuan-tujuan yang berharga bagi mereka.
Berdasarkan perspektif tsb struktur sosial merupakan akar masalah timbulnya kejahatan.
Teori Strain berasumsi bahwa orang taat hukum, tetapi di bawah tekanan besar mereka akan
melakukan kejahatan, disparitas antara tujuan dan sarana inilah yg memberikan tekanan
tadi.
Pertanyaan: mengapa keinginan untuk meningkat secara sosial (social mobility) membawa
seseorang pada tindakan penyimpangan ? menurut Merton, bahwa struktur sosial yg
membatasi akses menuju tujuan (berupa kesuksesan melalui legitimate means (seperti,
pendidikan tinggi, bekerja keras, koneksi keluarga) anggota-anggota kelas bawah terbebani
sebab mereka mulai jauh ke belakang dalam mencoba meraih kesuksesan tsb dan mereka benar-
benar haruslah orang yg berbakat dan beruntung.
Model ADAPTION dari K MERTON:
REBELLION: adapatasi yg dilakukan oleh mereka yg tidsk hanya menolak tetapi ingin
merubah sistem yg ada. Mereka ingin mengganti tujuan dan sarana-saran yang baru.
Teori Sosial Konrol lahir pada peralihan abad ke-20 oleh E.A ROSS.
Menurut EA ROSS: sistem keyakinanlah yg membimbing apa yg dilakukan orang-orang dan yg
secara universal mengontrol tingkah laku, tidak peduli apapun bentuk keyakinan yg dipilih.
Kontrol Sosial dikaji secara MAKRO dan MIKRO.
Sedangkan secara MIKRO adalah memfokuskan perhatian pada sistem kontrol secara
informal . Tokohnya: TRAVIS HIRSCHI (1969), JACKSON TOBY (1957), ALBERT J
REISS (1951),
Terdapat 3 (tiga) komponen kontrol sosial dalam menjelaskan kenakalan remaja yakni:
1. Kurangnya kontrol internal yg memadai selama masa anak-anak
2. Hilangnya kontrol internal
3. Tidak adanya norma-norma sosial atau konflik antara norma-norma dimaksud di keluarga,
lingkungan dekat, sekolah)
Selanjutnya REISS membedakan 2 macam kontrol yakni: Personal kontrol (personal
control) dan Sosial kontrol (social control). Personal Kontrol adalah kemampuan seseorang
untuk menahan diri agar tidak mencapai kebutuhannya dengan cara melanggar norma-norma yg
berlaku di masyarakat. Sedangkan Sosial Kontrol adalah kemampuan kelompok sosial atau
lembaga-lembaga di masyarakat melaksanakan norma-norma atau peraturan-peraturan menjadi
lebih efektif.
Menurut HIRASCHI terdapat 4 elemen ikatan sosial dalam setiap masyarakat yakni:
1. Attachment adalah kemampuan manusia untuk melibatkan dirinya terhadap orang lain.
Kalau attachment sudah terbentuk maka orang tsb akan peka terhadap pikiran, perasaan,
dan kehendak orang lain. Kaitan attachment dengan penyimpangan adalah sejauh mana
orang tsb peka terhadap pikiran perasaan, dan kehendak orang lain sehingga ia dapat
dengan bebas melakukan penyimpangan. (adanya keterikatan dengan teman sebaya,
orang tua, guru/sekolah)
2. Commitment adalah keterikatan seseorang pada sub sistem konvensional seperti sekolah,
pekerjaan, organisasi dsb. Komitmen merupakan aspek rasional yg ada dalam ikatan
sosial. Segala kegiatan yg dilakukan seseorang seperti, sekolah, pekerjaan, kegiatan
dalam organisasi akan mendatangkan manfaat bagi orang tsb. Manfaat tsb dapat berupa
harta benda, reputasi, masa depan dsb.
3. Involvement merupakan aktifitas seseorang dalam susb sistem. Jika seseorang berperan
aktif dalam organisasi maka kecil kecenderungannya untuk melakukan penyimpangan.
Logikanya apabila orang aktif disegala kegiatan maka ia akan menghabiskan waktu dan
tenaganya dalam kegiatan tsb.
4. Belief merupakan aspek moral yg terdapat dalam ikatan sosial. Dan tentunya berbeda
dalm ketiga aspek diatas Belief merupakan kepercayaan seseorang pada nilai-nilai moral
yg ada. Kepercayaan seseorang terhadap norma-norma yg ada menimbulkan kepatahuan
terhadap norma tsb.
Kepatuhan seseorang terhadap norma tentunya akan mengurangi hasrat untuk melanggar, tetapi
bila orang tidak mematuhi norma maka lebih besar kemungkinan melakukan pelanggaran.
TEORI CULTURAL DEVIANCE
1. Social disorganization,
2. Differential association,
3. Cultural conflict.
Cultural deviance theories memandang kejahatan sebagai seperangkat nilai-nilai yang khas pada
lower class (kelas bawah) di Amerika Serikat.
Differential association theory: memgang pendapat bahwa orang belajar melakukan kejahatan
sebagai akibat hubungan (contact) dengan nilai-nilai dan sikap-sikap anti sosial, serta pola-pola
tingkah laku kriminal.
Cultural conflict: menegaskan bahwa kelompok – kelompok yang berlainan belajar conduct
norm (aturan yang mengatur tingkah laku) yang berbeda dan bahwa conduct norm (aturan yang
mengatur tingkah laku) dari suatu kelompok mungkin berbenturan dengan aturan-aturan
konvensional kelas menengah.
Ketiga teori di atas sepakat bahwa penjahat dan deliquent pada kenyataannya
menyesuaikan diri (bukan pada nilai-nilai konvensional) melainkan pada norma-norma yang
menyimpang dari nilai-nilai kelompok dominan yaitu kelas menengah.
Teori-teori cultural deviance berargumen bahwa masyarakat terdiri atas kelompok dan sub
kelompok yg berbeda, masing-masing dengan standar atau ukuran benar dan salahnya sendiri.
Tingkah laku yg dianggap normal di suatu masyarakat mungkin dianggap
menyimpang oleh kelompok lain.
Akibatnya orang-orang yg menyesuaikan diri dengan standar budaya yg dipandang
penyimpang sebenarnya telah berlaku sesuai dengan norma mereka sendiri, tetapi dengan
melakukan hal tsb mungkin ia telah melakukan kejahatan (yaitu norma-norma dari kelompok
dominan).
DIFFERENTIAL ASSOCIATION THEORY
Apakah pengaruh –pengaruh kriminal atau non kriminal lebih kuat dalam kehidupan
seseorang menentukan ia menganut atau tidak kejahatan sebagai satu jalan hidup yg
diterima.
Dengan kata lain ratio dari definisi-definisi (kriminal terhadap non kriminal) menentukan
apakah seseorang akan terlibat dalam tingkah laku kriminal.
SUTHERLAND memperkenalkan differential association pada tahun 1939.