Anda di halaman 1dari 28

PENDEKATAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran PAI

Dosen Pengampu : Najminnur Hasanatun Nida, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun Oleh

Kelompok 5

PAI E 2019

1. Auliyani 190101010650
2. Muzdalifah 190101010676

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkah dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan dalam Kegiatan Pembelajaran”.
Makalah ini berisikan penjelasan mengenai pengertian pendekatan dan berbagai macam
pendekatan dalam pembelajaran beserta penerapannya. Shalawat serta salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW. Utusan dan manusia pilihan-Nya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Najminnur Hasanatun Nida, selaku dosen
pengampu kami dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran PAI, juga kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan serta motivasi kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi
kita semua dan bermanfaat di waktu yang akan datang.

Banjarmasin. 20 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendekatan dalam Kegiatan Pembelajaran.............................................................. 2


B. Macam-macam Pendekatan dan Penerapannya dalam Kegiatan Pembelajaran...... 4
a. Pendekatan Konsep............................................................................................ 4
b. Pendekatan Proses............................................................................................. 5
c. Pendekatan Kontekstual (CTL)......................................................................... 6
d. Pendekatan Ekspositori...................................................................................... 10
e. Pendekatan Heuristik......................................................................................... 11
f. Pendekatan Induktif........................................................................................... 13
g. Pendekatan Deduktif.......................................................................................... 14
h. Pendekatan Kontruktivisme............................................................................... 15
i. Pendekatan Saintifik.......................................................................................... 16
j. Pendekatan Inquiry............................................................................................ 18
k. Pendekatan Pembelajaran dari Srinivasan......................................................... 19

BAB III PENUTUP

A. Simpulan.................................................................................................................. 23
B. Saran........................................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 24

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia perlu proses pendewasaan, baik pendewasaan secara fisik maupun
pendewasaan secara psikis. Pendewasaan seseorang tidak sempurna tanpa didukung
dengan pengalaman berupa pelatihan, pembelajaran serta proses belajar. Belajar dan
pembelajaran merupakan proses yang sangat penting dalam pendewasaan manusia.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang
sepanjang hidupnya, sejak dilahirkan hingga manusia mati. Belajar merupakan kegiatan
yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan
setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik
ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumahnya.
Keberhasilan proses pembelajaran juga ditentukan oleh banyak hal, salah satunya
pendekatan dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan dalam kegiatan pembelajaran
merupakan sudut pandang berupa rencana awal untuk menentukan pelaksanaan proses
pembelajaran dalam menerapkan perlakuan yang akan digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar. Dalam pendekatan pembelajaran terbagi menjadi beberapa jenis pendekatan
yang akan dijelaskan dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran?
2. Apa saja macam-macam pendekatan dalam kegiatan pembelajaran?
3. Bagaimana cara menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut dalam kegiatan
pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan dalam kegiatan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan dalam pembelajaran.

4
3. Untuk memahami cara menerapkan pendekatan-pendekatan belajar dalam
pembelajaran.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan dalam Kegiatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah ide atau prinsip cara memandang dalam
menentukan kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang
akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu
satuan intruksional tertentu. Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam
memilih kegiatan pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan
materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, atau dengan
menggunakan materi yang terkait satu dengan lainnya dalam tingkat kedalaman yang
berbeda, atau bahkan merupakan materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi
disiplin ilmu.1
Berbeda dengan metode pembelajaran yang telah menentukan langkah di kelas
atau model pembelajaran yang memiliki kerangka konseptual, pendekatan pembelajaran
itu lebih luas lagi. Artinya, pendekatan merupakan landasan berpikir atau filosofi dalam
menentukan pembelajaran.
1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran menurut Para Ahli
a. Gulo
Pendekatan menurut Gulo adalah sudut pandang kita dalam memandang seluruh
masalah yang ada dalam kegiatan belajar-mengajar (pembelajaran). Sudut pandang
tersebut menggambarkan cara berpikir dan sikap seorang pendidik dalam menyelesaikan
persoalan yang dihadapi pada kegiatan pembelajaran.
b. Sanjaya
Sementara itu, Sanjaya berpendapat bahwa pendekatan pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.2
c. Wati
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
guru terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya

1
H. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2005), hal. 68.
2
Jamil Suprihatingrum, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2013), hal. 146.

6
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. 3 Pendekatan mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
d. Rahmawati
Pendekatan pembelajaran ialah jalan atau cara yang akan ditempuh dan digunakan
oleh pendidik untuk memungkinkan siswa belajar sesuai dengan tujuan tertentu.4
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah pandangan atau sudut
pandang berupa rencana awal untuk menentukan pelaksanaan proses pembelajaran dalam
menerapkan perlakuan (tindakan kelas) yang akan digunakan dalam kegiatan belajar-
mengajar.
2. Ciri Ciri Pendekatan Pembelajaran
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditentukan beberapa unsur
penting yang membedakan pendekatan dari konsepsi pembelajaran yang lain, yakni:
a. Merupakan sebuah filosofi/landasan.
b. Merupakan sudut pandang.
c. Serangkaian gagasan untuk mencapai tujuan tertentu.
d. Jalan yang ditempuh untuk menyampaikan pembelajaran.
Pendekatan merupakan sebuah filosofi atau landasan sudut pandang dalam
melihat bagaimana proses pembelajaran dilakukan sehingga tujuan yang diharapkan
tercapai.
3. Jenis Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan dalam pembelajaran secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu: teacher centered (berpusat pada guru) dan student centered (berpusat pada siswa).
a. Pendekatan Teacher Centered
Pada pendekatan ini, pembelajaran berpusat pada guru sebagai seorang ahli yang
memegang kontrol selama proses pembelajaran dalam aspek organisasi, materi, dan
waktu. Guru bertindak sebagai pakar yang mengutarakan pengalamannya sehingga dapat
menstimulus perkembangan siswa. Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan
beberapa strategi seperti: pembelajaran langsung (direct instruction), dan pembelajaran
deduktif atau pembelajaran ekspositori.
3
Widya Wati, Makalah Pendekatan Pembelajaran, (Padang: Konsentrasi Pendidikan Fisika Program Pasca Sarjana,
Universitas Negeri Padang, 2010), hal. 7.
4
Fitriana Rahmawati, Pengaruh Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Induktif, edumatica Vol. 01. No. 02,
2011, hal. 74.

7
b. Pendekatan Student Centered
Sementara itu, pendekatan student centered mendorong siswa untuk mengerjakan
sesuatu sebagai pengalaman praktik dan membangun makna atas pengalaman yang
diperolehnya. Pusat pembelajaran diserahkan langsung ke peserta didik dengan supervisi
dari guru. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran seperti discovery learning dan inquiry (penyingkapan atau penyelidikan).

B. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran dan Penerapannya


Macam-macam pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau
sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk
pengetahuan meliputi prinsip, hukum dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,
pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak, kegunaan konsep untuk
menjelaskan.5
Konsep menunjukkan suatu hubungan antar konsep-konsep yang lebih sederhana
sebagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat asasi tentang mengapa suatu gejala itu bisa terjadi.
Pendekatan pembelajaran ini oleh para ahli pendidikan didasarkan pada
pengorganisasian bahan pengajaran, yang meliputi pengajaran linier dan pengajaran
komulatif. Pengajaran linier materi bidang studi terbagi atas urutan linier dengan
kedalaman yang sama, pendekatan linier ini seringkali membuat murid cepat bosan dan
sukar mengingat fakta atau konsep yang diajarkan. Pada pendekatan komulatif ini
diorganisasikan menurut urutan tertentu dengan jenjang kesulitan yang berbeda, yaitu
meningkat. Jumlah unit yang diajarkan tidak sebanyak pendekatan linier, bahan ajar yang
berupa konsep dan fakta menjadi banyak berkurang dibandingkan pada pendekatan
dengan pengajaran linier. Pada pendekatan komulatif, pemahaman konsep atau fakta
lebih ditekankan sebagai suatu pengertian konsep secara mendalam dan menyeluruh.

5
H. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2005), hal. 71.

8
Penerapan pendekatan proses dalam kegiatan pembelajaran dapat dibagi menjadi
tiga tahap, antara lain:
1) Tahap I (Enaltik). Dalam tahap ini kegiatan pembelajaran dilakukan berupa
pengenalan benda konkret, menghubungkan pengalaman lama dengan pengalaman
baru dan melakukan pengamatan, penafsiran tentang benda baru.
2) Tahap II (Simbolik). Dalam tahap ini kegiatan pembelajaran dilakukan berupa
pengenalan simbol, lambang, kode, huruf dan simbol lainnya. Kemudian
membandingkan antara contoh dan non contoh untuk menangkap apakah siswa
mengerti akan ciri-cirinya. Lalu memberikan nam, istilah dan definisi.
3) Tahap III (Ikonik). Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti
menyebut nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.

b. Pendekatan Proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pemgajaran memberi kesempatan
kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep
sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan proses dalam pembelajaran dikenal pula
sebagai keterampilan proses, guru menciptakan bentuk kegiatan pengajaran yang
bervariasi, agar siswa terlibat dalam berbagai pengalaman. Siswa diminta untuk
merencanakan, melaksanakan, dan menilai sendiri suatu kegiatan. Siswa melakukan
kegiatan percobaan, pengamatan, pengukuran, perhitungan, dan membuat kesimpulan-
kesimpulan sendiri.6
Pendekatan proses ini menggambarkan bahwa kegiatan belajar yang berlangsung
di sekolah bersifat formal, prosesnya disengaja dan direncanakan dengan bimbingan guru
dan pendidik lainnya agar siswa mencapai tujuan dan menguasai bahan belajar yang
diberikan guru sesuai kurikulum untuk dipelajari.
Dalam pendekatan proses ini, siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari
sesama temannya, dan dari sumber-sumber di luar sekolah. Kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan proses adalah:
1) Mengamati gejala yang timbul
2) Mengklasifikasikan sifat-sifat yang sama

6
Ibid, hal. 74.

9
3) Mengukur besaran-besaran yang bersangkutan
4) Mencari hubungan antar konsep-konsep yang ada
5) Mengenal adanya suatu masalah dan merumuskan masalah
6) Memperkirakan penyebab suatu gejala dan merumuskan hipotesa
7) Meramalkan gejala yang mungkin akan terjadi
8) Berlatih menggunakan alat-alat ukur
9) Melakukan percobaan
10) Mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data
11) Berkomunikasi
12) Mengenal adanya variabel, mengendalikan suatu variabel.
Penerapan pendekatan proses dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
1) Pemanasan, bertujuan untuk mengarahkan siswa pada pokok permasalahan agar
setiap siswa siap, baik secara mental, emosional maupun fisik. Kegiatan ini antara
lain:
 Pengulasan langsung pengalaman yang pernah dialami siswa maupun guru.
 Pengulasan bahan pengajaran yang pernah dipelajari pada waktu sebelumnya.
 kegiatan-kegiatan yang menggugah dan mengarahkan perhatian siswa antara
lain meminta pendapat/saran siswa, menunjukkan gambar, slide, film atau
benda lain.
2) Proses belajar mengajar, hendaknya selalu mengikut sertakan siswa secara aktif
guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan
mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep,
merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil
penemuannya.

c. Pendekatan Kontekstual (CTL)


Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang
dikenal dengan sebutan CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa.
Melalui pendekatan kontekstual diharapkan hasil belajar dapat lebih bermakna bagi

10
siswa, karena siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya dalam kehidupan mereka
dalam jangka panjang.
Pendekatan pembelajaran kontekstual lebih mengutamakan aktivitas siswa dalam
pembelajaran sehingga siswa dapat menemukan konsep tentang materi pembelajaran dan
mengaitkan konsep tersebut dengan situasi dunia nyata mereka.
Menurut Nurhadi sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual,
jika menerapkan tujuh komponen utama contextual teaching and learning berikut, yaitu:
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru
dalam struktur kognitif peserta didik berdasarkan pengalamannya. Dalam
pembelajaran kontekstual penerapan kontruktivisme peserta didik akan mengalami
pengembangan dalam berfikir karena peserta didik akan mudah menunjukan
pemikirannya.
Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki
informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus
dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan.
Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk
itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan
pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa; (2) memberikan kesempatan siswa
menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan (3) menyadarkan siswa agar
menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2. Bertanya
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:
a. Menggali informasi baik administrasi maupun akademis
b. Mengecek pemahaman siswa
c. Membangkitkan respon pada siswa
d. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
e. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
f. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru

11
g. Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
h. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
3. Menemukan (inqury)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hanya hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil
menemukan sendiri. Siklus inqury adalah:
a. Observasi
b. Bertanya
c. Mengajukan dugaan
d. Pengumpulan data
e. Penyimpulan
Adapun langkah-langkah kegiatan menemukan sendiri adalah:
a. Merumuskan masalah dalam mata pelajaran apapun
b. Mengamati atau melakukan observasi
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, tabel dan
lainnya
d. Mengkomunikasikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau
pendengar lainnya.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar
kelompok, dan antara tahu ke yang belum tahu. Di dalam kelas yang menggunakan
pendekatan kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam
kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang
anggotanya heterogen, yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu
yang belum tahu, yang mempunyai gagasan memberikan usul dan lain sebagainya.
5. Pemodelan (Modeling)
Pada pembelajaran kontekstual menekankan arti penting dalam pemodelan,
dikarenakan peserta didik akan lebih mudah memahami materi pelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru peserta didik.

12
Sebagian guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa
melaksanakan tugas, misalnya cara menemukan kata kunci dalam bacaan. Dalam
pembelajaran tersebut guru mendemonstrasikan cara menemukan kata kunci dalam
bacaan dengan menelusuri bacaan secara cepat, dengan memanfaatkan gerak mata
(scanning). Gerak mata guru dalam menelusuri bacaan menjadi perhatian utama siswa.
Dengan begitu siswa tahu bagaimana gerak mata yang efektif dalam melakukan
scanning. Secara sederhana, kegiatan itu disebut dengan pemodelan. Artinya ada
model yang bisa ditiru dan diamati oleh siswa, sebelum mereka berlatih menemukan
kata kunci. Dalam kasus ini guru menjadi model.
6. Refleksi (reflection)
Refleksi ialah proses untuk melihat kembali, mengingat kembali, dan
menganalisis kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah
diproses peserta didik. Melalui proses refleksi tidak menutup kemungkinan peserta
didik akan memperbarui atau menambah pengetahuan berdasarkan pemikiran yang
mereka tanggapi.
7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian nyata adalah upaya yang dilakukan guru dalam mengumpulkan berbagai
informasi dan data tentang perkembangan belajar yang dilakukan peserta didik.
Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik
pada saat melakukan pembelajaran.
Penerapan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran menekankan pada
tiga hal yaitu:
1) Pendekatan kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik
untuk menemukan materi pelajaran. Artinya, proses belajar diorientasikan pada
proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks kontekstual
tidak mengharapkan agar peserta didik hanya menerima pelajaran, tetapi proses
mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran tersebut
2) Pendekatan kontekstual mendorong agar peserta didik dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan realitas kehidupan nyata. Artinya,
peserta didik dituntut dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar
disekolah dengan kehidupan nyata.

13
3) Pendekatan kontekstual mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Artinya pendekatan kontekstual bukan hanya
mengharapkan peserta didik dapat memahami materi yang dipelajari, tetapi lebih
kepada aktualisasi dan kontekstualisasi materi pelajaran dalam kehidupan sehari-
hari.

d. Pendekatan Ekspositori
Pendekatan Ekspositori menekankan pada penyampaian informasi yang
disampaikan sumber belajar kepada peserta pembelajaran. Dalam pendekatan ekspositori
sumber belajar dapat menyampaikan materi sampai tuntas, artinya pembelajaran
dilaksanakan secara holistik dan tidak khusus.7
Hakikat mengajar menurut pendekatan ini adalah menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang
diberikan guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran
dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan, yang dikenal dengan istilah kuliah,
ceramah dan lecture. Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan
mengingat informasi yang telah diberikan guru, serta kembali mengungkapkan kembali
apa yang dimilikinya melalui respons yang ia berikan pada saat diberikan pertanyaan oleh
guru.
Pendekatan ekspositori menempatkan guru sebagai pusat pengajaran, karena guru
lebih aktif memberikan informasi, menerangkan suatu konsep, mendemonstrasikan
keterampilan dalam memperoleh pola, aturan, dalil, memberi contoh soal beserta
penyelesaiannya, memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, dan kegiatan guru
lainnya dalam pendekatan pembelajaran ini.
Pendekatan Ekspositori lebih cocok untuk jenis bahan belajar yang bersifat
informatif dan umum. Misalnya prinsip-prinsip dasar yang perlu dipahami untuk
menunjang tahap pembelajaran lebih lanjut pendekatan ini juga hanya cocok apabila
jumlah peserta didik dalam kegiatan pembelajaran relatif lebih banyak seperti dalam
keadaan perkuliahan antar program studi di perguruan tinggi.

7
Nara, H, Siregar. E, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hal. 117.

14
Pendekatan ini cenderung berpusat pada sumber belajar, dan memiliki ciri atau
karakteristik sebagai berikut:
1) adanya dominasi sumber belajar dalam pembelajaran,
2) bahan belajar terdiri dari konsep-konsep dasar atau materi yang baru bagi warga
belajar,
3) materi lebih cenderung bersifat informasi,
4) terbatasnya sarana pembelajaran.
Secara garis besar prosedurnya pelaksanaan pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1) Persiapan (preparation) yaitu guru menyiapkan bahan selengkapnya secara
sistematik dan rapi.
2) Pertautan (aperception) bahan terdahulu yaitu guru bertanya atau memberikan
uraian singkat untuk mengarahkan perhatian siswa kepada materi yang telah
diajarkan.
3) Penyajian (presentation) terhadap bahan yang baru, yaitu guru menyajikan
dengan cara memberi ceramah atau menyuruh siswa membaca bahan yang telah
dipersiapkan diambil dari buku, teks tertentu atau ditulis oleh guru.
4) Evaluasi (resitation) yaitu guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengan
bahan yang dipelajari, atau siswa yang disuruh menyatakan kembali dengan kata-
kata sendiri pokok-pokok yang telah dipelajari secara lisan maupun tulisan.

e. Pendekatan Heuristik
Heuristik berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein, yang berarti “Saya
Menemukan”8, Dalam perkembangannya, strategi ini berkembang menjadi sebuah
strategi pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa dalam memahami materi
pembelajaran dengan menjadikan “heuriskein (saya menemukan)” sebagai acuan.
Strategi ini berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki
dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan
alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir. Manusia memiliki
keinginan untuk mengenal apa saja melalui berbagai indra yang ada di dalam diri

8
H. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2006), hal. 80.

15
manusia. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan lebih bermakna manakala didasari
oleh keingintahuan itu.
Pendekatan heuristik adalah pendekatan pengajaran yang menyajikan sejumlah
data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan menggunakan data tersebut,
implementasinya dalam pengajaran menggunakan metode penemuan dan metode inkuiri.
Metode penemuan didasarkan pada anggapan, bahwa materi suatu bidang studi tidak
saling lepas, tetapi ada kaitan antara materi-materi itu. Dengan metode ini akan dicari
hubungan antar materi-materi yang sebelumnya belum diketahui oleh siswa. Sedangkan
metode inkuiri adalah siswa bebas memilih atau menyusun objek yang dipelajarinya,
mulai dari menentukan masalah, mengumpulkan data, analisis data hingga pada
kesimpulannya yaitu siswa menemukan sendiri.
Prinsip pendekatan heuristik menurut Rusyan9 adalah:
1) Aktivitas peserta didik menjadi fokus perhatian utama dalam belajar.
2) Berpikir logis adalah cara paling utama dalam menemukan sesuatu.
3) Proses mengetahui dari sesuatu yang sudah diketahui menuju kepada yang belum
diketahui adalah jalan pelajaran yang paling rasional dalam pelajaran di sekolah.
4) Pengalaman yang penuh tujuan adalah tonggak dari usaha pembelajaran peserta didik
ke arah belajar berbuat, bekerja dan berusaha.
5) Perkembangan mental seseorang berlangsung selama ia berpikir dan belajar mandiri.
Penerapan pendekatan heuristik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental
(developmentally appropriate) siswa.
2) Membentuk kelompok belajar yang saling bergantung (independent learning group).
3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated
learning).
4) Mempertimbangkan keragaman siswa (diversity of students).
5) Memperhatikan multi intelegensi (multiple intelligences) siswa.

9
Ibid, hal. 81.

16
6) Menggunakan teknik-teknik bertanya (questioning) untuk meningkatkan
pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir
tingkat tinggi.
7) Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).

f. Pendekatan Induktif
Menurut Purwanto pendekatan induktif dalam pembelajaran adalah pendekatan
yang bermula dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan
menjadi suatu fakta, prinsip, atau aturan. Pembelajaran diawali dengan memberikan
contoh-contoh khusus kemudian sampai kepada generalisasinya. Dengan kata lain,
pengajaran berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat
disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau aturan yang spesifik.10
Tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara berpikir yang diambil secara induktif ini
bergantung pada representatif atau sampel yang diambil mewakili fenomena keseluruhan.
Makin besar jumlah sampel yang diambil berarti makin representatif dan makin besar
pula taraf dapat dipercaya (validitas) dari kesimpulan itu, dan sebaliknya. Taraf validitas
kebenaran kesimpulan itu masih ditentukan pula oleh obtektivitas dari si pengamat dan
homogenitas dari fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam konteks pembelajaran
pendekatan induktif adalah pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan
sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi fakta, prinsip dan aturan.
Karakteristik atau ciri dari pendekatan ini meliputi:
1) Dimulai dengan melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang bersifat khusus,
kemudian siswa dibimbing guru untuk dapat menyimpulkan generalisasinya
(prinsip, hukum yang mengatur hal-hal khusus tersebut).
2) Kegiatan utama siswa adalah: mengamati, menyelidiki, memeriksa, memikirkan,
dan menganalisis berdasarkan kemampuan masing-masing hal-hal yang bersifat
khusus dan membangun konsep atau generalisasi atau sifat-sifat umum berdasar
hal-hal khusus tersebut.
3) Siswa memiliki kesempatan ikut aktif di dalam menemukan suatu rumus atau
formula umum yang diperoleh dari penyelidikan contoh-contoh khususnya.
10
Fitriana Rahmawati, Pengaruh Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Induktif, edumatica Vol. 01. No. 02,
2011, hal. 75.

17
4) Memiliki semangat untuk menemukan, adanya kesadaran akan hakikat
pengetahuan, dan mampu berpikir logis.
5) Menemukan dan memahami rumus atau teorema tersebut membutuhkan waktu
yang tidak singkat.
Penerapan pendekatan pembelajaran induktif ini dapat digunakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif.
2) Menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan yang
memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung
dalam contoh-contoh itu.
3) Menyajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau
menyangkal perkiraan itu.
4) Menyusun pertanyaan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan
langkah-langkah yang terdahulu.

g. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah pembelajaran yang berpangkal dari hal yang bersifat
umum lalu diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Pendekatan ini adalah kebalikan dari
pendekatan induktif. Deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang
bersifat umum kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Oleh karena itu pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering
disebut pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat ke
penerapan teori (contoh). Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada
guru mentransfer informasi atau pengetahuan kepada siswa.
Karakteristik atau ciri pendekatan deduktif adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran menekankan transfer informasi oleh guru kepada siswa berupa
pemaparan abstraksi, definisi dan penjelasan istilah-istilah.
2) Dilandasi suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan baik
jika siswa telah mengetahui wilayah persoalan dan konsep dasarnya.
3) Menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus yaitu guru
memberikan materi dan kemudian memberikan contoh-contoh khususnya.

18
4) Lebih menekankan ingatan siswa dan siswa bersifat pasif dalam kegiatan
pembelajaran. Guru berperan banyak dalam kegiatan pembelajaran.
Penerapan pendekatan deduktif dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif.
2) Menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan
buktinya.
3) Menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara
keadaan khusus itu dengan aturan, prinsip umum.
4) Menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa
keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.

h. Pendekatan Kontruktivisme
Dalam kelas kontruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana
menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan mendorong siswa untuk
menemukan cara mereka sendiri dalam meyelesaikan permasalahan.
Pendekatan ini tidak menginginkan siswa untuk dapat menjawab pertanyaan
sesuai dengan apa yang ada dalam sumber belajar. Guru tidak akan sesederhana
mengatakan bahwa jawaban dari siswa benar atau salah namun justru lebih
mengutamakan perkembangan daya kritis siswa dalam menyikapi berbagai opsi jawaban
yang ada.
Guru terus mendorong siswa untuk menyetujui atau justru menolak ide seseorang
dan saling bertukar pikiran hingga persetujuan dicapai. Siswa diberdayakan oleh
pengetahuannya yang berada dalam dirnya sendiri dan saling berbagi strategi dan
penyelesaiannya dengan sesama siswa yang disupervisi oleh guru.
Penerapan pendekatan kontruktivisme dalam kegiatan pembelajaran sebagai
berikut:
1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada. Pengetahuan awal yang sudah dimiliki
peserta didik akan menjadi dasar awal untuk mempelajari informasi baru. Langkah ini
dapat dilakukan dengan cara pemberian pertanyaan terhadap materi yang akan
dibahas.

19
2) Pemerolehan pengetahuan baru. Pemerolehan pengetahuan perlu dilakukan secara
keseluruhan tidak dalam paket yang terpisah-pisah.
3) Pemahaman pengetahuan. Siswa perlu menyelidiki dan menguji semua hal yang
memungkinkan dari pengetahuan baru siswa.
4) Menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh. Siswa memerlukan waktu
untuk memperluas dan memperhalus stuktur pengetahuannya dengan cara
memecahkan masalah yang di temui.
5) Melakukan refleksi. Pengetahuan harus sepenuhnya dipahami dan diterapkan secara
luas, maka pengetahuan itu harus dikontekstualkan dan hal ini memerlukan refleksi.

i. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah proses pembelajaran yang
dirancang agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, prosedur, hukum atau
prinsip melalui tahapan saintifik, yakni:
1) mengamati;
2) merumuskan masalah;
3) mengajukan/merumuskan hipotesis;
4) mengumpulkan data;
5) menganalisis data;
6) menarik kesimpulan;
7) mengomunikasikan.
Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran K13. Artinya, kurikulum
2013 menggunakan pendekatan ini sebagai induk model dan metode pembelajarannya.
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran (menurut kurikulum 2013) menggunakan 5
langkah yang tidak harus berurut namun harus selalu ada dalam proses pembelajaran.
Beberapa langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1) Mengamati
Mengamati berarti peserta didik mengidentifikasi suatu objek menggunakan
panca indera dengan atau tanpa alat bantu. Alternatif kegiatannya meliputi: observasi
lingkungan, mengamati gambar, video, grafik data atau tabel, menganalisis peta, hingga
membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa (medali cetak ataupun

20
internet). Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati adalah siswa dapat
mengidentifikasi masalah. Kata kerja operasional yang dibutuhkan dalam evaluasi agar
kemampuan siswa dapat terukur.
2) Menanya
Merupakan kegiatan siswa untuk mengungkapkan yang ingin diketahuinya
berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, maupun proses tertentu. Dalam kegiatan ini
siswa dapat bertanya secara individu maupun kelompok mengenai apa yang belum
diketahuinya. Siswa dapat bertanya kepada guru, narasumber, atau siswa lainnya. Siswa
juga dapat bertanya kepada dirinya sendiri lewat bimbingan guru, sehingga siswa dapat
mandiri dan terbiasa untuk melakukannya. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan atau
melalui tulisan dan harus membangkitkan motivasi siswa agar tetap aktif dan bergembira
dalam pembelajaran. Sementara bentuknya dapat berupa kalimat pertanyaan atau kalimat
hipotesis. Bentuk hasil belajar dari menanya adalah siswa dapat merumuskan masalah
dan merumuskan hipotesis.
3) Mengumpulkan Data
Kegiatan siswa mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis dan
disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data dapat dilakukan dengan studi pustaka
(membaca buku), observasi lapangan, eksperimen (jua coba), wawancara, menyebarkan
kuesioner, dll. Hasil belajar yang didapatkan melalui kegiatan ini adalah siswa dapat
menguji hipotesis.
4) Mengasosiasi
Merupakan kegiatan siswa dalam mengolah data dalam serangkaian aktivitas fisik
dan psikis (pikiran) dengan bantuan alat tertentu. Kegiatan mengolah data antara lain
melakukan pengurutan, menghitung, membagi, menyusun data dan melakukan
klasifikasi. Kegiatan konkretnya antara lain membuat tabel, bagan, grafik, peta konsep
hingga merumuskan perhitungan dan pemodelan tertentu. Selanjutnya siswa menganalisis
data untuk membandingkan atau menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya
dengan teori yang ada.
Sehingga dapat ditarik simpulan ada ditemukan konsep dan prinsip penting yang
bermakna dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman dan wawasan

21
pengetahuannya. Hasil belajar dari kegiatan mengasosiasi atau menalar adalah siswa
dapat menyimpulkan hasil kajian dari hipotesis.
5) Mengomunikasikan
Kegiatan siswa yang mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari
kegiatan sebelumnya di atas, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan data dan
mengolahnya, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan
maupun tulisan. Bentuk kegiatan dapat berupa presentasi lisan di depan siswa lainnya
menggunakan diagram, bagan, gambar menggunakan teknologi sederhana atau teknologi
informasi dan komunikasi. Hasil belajar dari kegiatan mengomunikasikan adalah siswa
dapat menjabarkan dan mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.

j. Pendekatan Inquiry
Pendekatan inquiry adalah pendekatan yang berusaha untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar melalui penyingkapan atau penyelidikan
terhadap suatu permasalahan. Pendekatan inquiry lebih berpusat pada keaktifan siswa
yang berusaha memecahkan permasalahan secara mandiri.
Dalam pendekatan ini materi yang disajikan tidak dibahas sampai tuntas, sehingga
memberi peluang kepada peserta didik untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan
menggunakan berbagai cara yang distimulus oleh guru.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menggunakan pendekatan inquiry
yaitu:
1) Stimulation, sumber belajar mulai dengan bertanya mengajukan persoalan atau
memberi kesempatan kepada warga belajar untuk membaca atau mendengarkan
uraian yang memuat permasalahan. Problem Statement, peserta didik diberi
kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Permasalahan yang dipilih
selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis.
2) Data Collection, untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis itu, peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai
nara sumber, uji coba sendiri dan sebagainya.

22
3) Data Processing, Semua informasi itu diolah, dilacak, diklasifikasikan,
ditabulasikan kalau mungkin dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu.
4) Verification, Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada
tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian
dicek terbukti atau tidak.
5) Generalization, Berdasarkan hasil verifikasi maka peserta didik menarik
generalisasi atau kesimpulan tertentu.

k. Pendekatan Pembelajaran dari Srinivasan


Pandangan Lyra Srinivasan dalam bukunya Perspective on Nonformal Adult
Learning (1977), dilatarbelakangi oleh kondisi peserta didik di lapangan sebagai hasil
observasi di beberapa negara sedang berkembang. Kondisi ini berkaitan dengan
kecenderungan bahwa peserta didik yang tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi,
merasa rendah diri, cepat patah semangat, merasa tidak berdaya terhadap tekanan-tekanan
yang datang dari lingkungannya.11
Srinivasan memusatkan perhatian pada masalah kegiatan pembelajaran, karena
kegiatan ini dipandang sebagai salah satu penyebab utama terjadinya kondisi peserta
didik sebagaimana yang dikemukakan di atas. Ia mengajukan tiga alternatif pembelajaran
untuk mengatasi kondisi tersebut, yaitu:
a) Pendekatan yang berpusat pada masalah
Pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa suatu tujuan akan tercapai apabila
permasalahan yang dihadapi dalam mencapai tujuan itu dapat dipecahkan.
Berdasarkan asumsi ini maka peserta didik harus dilatih untuk peka terhadap masalah
dan mampu untuk memecahkannya. Ada empat langkah yang perlu ditempuh dalam
penyusunan program pendidikan, yaitu:
1) Mengidentifikasi kebutuhan pelajar peserta didik dan menyusun kebutuhan
belajar itu ke dalam klasifikasi yang mudah diolah.

11
H. D. Sudjana, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Falah Production, 2005), hal 73.

23
2) Menyusun satuan pengalaman belajar dan proses diskusi kelompok untuk
berlatih dalam pemecahan masalah. Langkah-langkah diskusi kelompok dapat
dilakukan sebagai berikut:
 Pendidik menggunakan kartu-kartu berukuran poster guna
menstimulasi peserta didik untuk menghubungkan gambar yang
menunjukkan masalahnya dengan kalimat atau kata-kata kunci yang
tercantum dibawahnya.
 Peserta didik kemudian menanggapi dan menganalisis masalah dengan
memperhatikan kata-kata kunci, serta mendiskusikannya dalam
kelompok-kelompok kecil.
 Peserta didik melanjutkan diskusi dalam kelompok besar. Dalam
kelompok besar itu peserta didik dirangsang untuk semakin berani dan
percaya diri dalam memberikan berbagai alternatif pemecahan
masalah. Diskusi memberikan kebebasan kepada setiap peserta didik
untuk mengambil keputusan atau menentukan pilihannya sendiri.
3) Menggunakan gambar untuk merangsang diskusi kelompok pada keseluruhan
program pembelajaran.
4) Program-program pembelajaran disusun secara luas untuk memberi jawaban
terhadap berbagai kebutuhan belajar peserta didik.
Program belajar disusun secara luwes sehingga pelaksanaannya dapat
disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Urutan kegiatan belajar disesuaikan
dengan keinginan dan minat peserta didik. Peserta didik dapat memunculkan
masalah-masalah baru dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
bahan belajar yang sedang dipelajari. Kegiatan kelompok diatur secara
longgar, pertemuan pembelajaran dapat dilakukan dimana saja berdasarkan
kesepakatan antara peserta didik dan pendidik. Waktu dan lamanya belajar
dalam setiap pertemuan dapat diatur berdasarkan keadaan dan permintaan
peserta didik.
b) Pendekatan proyektif
Pendekatan proyektif memaparkan sesuatu objek atau permasalahan secara tidak
langsung, yaitu dengan menggunakan sarana belajar atau alat proyeksi seperti cerita

24
pendek yang disajikan lewat sandiwara, radio, TV, atau cerita bergambar. Cerita
tersebut disajikan untuk dapat merangsang diskusi kelompok. Cerita disusun dalam
lakon yang diperankan oleh tokoh yang kebutuhannya sangat mirip dengan kebutuhan
peserta didik, keluarga dan masyarakat.
Cerita itu menggambarkan suatu masalah nyata yang cara penyelesaiannya tidak
diberikan. Peserta didik harus memberikan bagaimana penyelesaian masalah itu.
Setiap cerita hanya memerlukan waktu yang singkat, terpusat pada satu masalah
pokok saja yang memiliki cukup banyak pertentangan untuk dapat merangsang suatu
diskusi di antara peserta didik.
Pendekatan tidak langsung ini digunakan dengan tidak menyinggung perasaan
peserta didik, karena mereka seakan-akan hanya menafsirkan tindakan dari tokoh-
tokoh pemegang peran dalam lakon itu. Tiap peserta didik dapat mengambil pelajaran
dan bebas untuk memberikan pendapatnya.
c) Pendekatan aktualisasi diri
Pendekatan ini berdasarkan pandangan bahwa setiap orang memiliki potensi atau
kemampuan di dalam dirinya untuk berkembang. Kemampuan diri itu harus
diidentifikasi untuk kemudian dikembangkan sehingga kemampuan itu akan berguna
bagi kemajuan kehidupannya. Pendekatan aktualisasi diri mempunyai empat ciri
sebagai berikut:
1) Proses aktualisasi diri bertolak dari dan ditimbulkan oleh diri sendiri. Aktualisasi
diri dimulai dari keyakinan yang kuat bahwa setiap orang mempunyai
kemampuan untuk menata kembali dan meningkatkan taraf kehidupannya.
2) Belajar melalui pasangan belajar. Belajar melalui pasangan belajar ini ditandai
dengan besarnya peran peserta didik dibandingkan dengan peran pendidik.
Kegiatan pembelajaran didasari oleh rasa saling mempercayai di antara peserta
didik dan adanya kesediaan untuk saling membantu antar peserta didik.
3) Membantu munculnya konsep diri yang positif pada peserta didik. Konsep diri ini
menjadi motivasi yang timbul dari dalam diri peserta didik untuk berani
melakukan sesuatu.

25
4) Mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas. Aktualisasi diri menekankan
pentingnya pendidikan untuk mengembangkan daya imajinasi guna
menumbuhkan daya cipta secara kreatif.

26
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendekatan pembelajaran adalah ide atau prinsip cara memandang dalam
menentukan kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang
akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu
satuan intruksional tertentu. Jenis-jenis pendekatan pembelajaran antara lain yaitu,
teacher centered (berpusat pada guru) dan student centered (berpusat pada siswa).Ciri-
ciri pendekatan pembelajaran, yaitu:
a. Merupakan sebuah filosofi/landasan.
b. Merupakan sudut pandang.
c. Serangkaian gagasan untuk mencapai tujuan tertentu.
d. Jalan yang ditempuh untuk menyampaikan pembelajaran.
Macam-macam pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran, antara lain sebagai berikut:
1. Pendekatan Konsep
2. Pendekatan Proses
3. Pendekatan Kontekstual (CTL)
4. Pendekatan Ekspositori
5. Pendekatan Heuristik
6. Pendekatan Induktif
7. Pendekatan Deduktif
8. Pendekatan Kontruktivisme
9. Pendekatan Saintifik
10. Pendekatan Inquiry
11. Pendekatan Pembelajaran dari Srinivasan

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna. Karena itu, saran dan masukan dari pembaca sangat kami harapkan dalam
penyempurnaan makalah ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

Rusyan. Tabrani dkk. 1992. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Karya.
Sagala. H. Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.
Siregar. Nara, H. 2011. E, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia.
Sudjana. H. D. 2005. Strategi Pembelajaran, Bandung: Falah Production.
Suprihatingrum. Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Rahmawati. Fitriana, 2011. Pengaruh Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Induktif,
edumatica Vol. 01. No. 02.
Wati. Widya. 2010. Makalah Pendekatan Pembelajaran, Padang: Konsentrasi Pendidikan Fisika
Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Padang.

28

Anda mungkin juga menyukai