Anda di halaman 1dari 19

K3 Dalam Perusahaan

Minyak dan Gas


Di Buat oleh :
NAMA : DANI ROOY SALAKA
NIM : 2019061034087
K3 Karyawan Dalam Perusahaan
Migas
• Keselamatan dan kesehatan kerja atau yang biasa di singkat K3 dalam
pencarian minyak dan gas di Indonesia dimulai pada tahun 1897.
Peraturan pertambangan minyak dan gas pertama kali dikeluarkan
pada tahun 1899 oleh indische minjwet yang mengatur hak dan
kewajiban pemegang konsesi(wilayah otoritas penambangan untuk
pemerintah).
Gambar ini merupakan contoh perusahaan
migas yang akan dibahas
Sejarah K3 di Industri Migas
• Bisnis pertambangan minyak dan gas (migas) telah mengalami
pembenahan sistem konsesi di era kolonial Belanda untuk
menjadi sistem perjanjian kerja setelah diberlakukannya
Undang-Undang No. 44 tahun 1960 dan Kontrak Bagi Hasil
(PSC) yang beroperasi sejak awal tahun kegiatan di lepas
pantai Indonesia pada tahun 1966.
• Sejak awal, hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja di lingkungan bisnis pertambangan minyak dan
gas (migas) telah menjadi masalah besar yang perlu dipantau
secara ketat oleh pemerintah Indonesia.
• Bisnis pertambangan minyak dan gas (migas) memiliki resiko
yang sangat tinggi. Oleh karena itu, untuk mendorong motivasi
agar meningkatkan kinerja di bidang keselamatan operasional
di sub-sektor minyak dan gas, kebijakan untuk pemberian
penghargaan keselamatan minyak dan gas, sertifikasi tenaga
teknis minyak dan gas, serta sertifikasi instalasi dan peralatan
harus terus dilakukan secara berkala.
Ruang Lingkup Keselamatan Kerja

• Dalam Undang Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja pasal 2, dijelaskan bahwa ruang lingkung keselamatan
kerja dalam segala tempat, baik di darat, dalam tanah,
permukaan air, maupun udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaaan hukum Republik Indonesia
Dasar Hukum yang Mengatur K3 Migas
• Dasar hukum keselamatan dan kesehatan kerja (k3) ini diatur dalam
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 5 Tahun
2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
Permenaker tersebut sekaligus mencabut peraturan sebelumnya
yaitu Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 tahun 1964 tentang
Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan di Tempat Kerja
dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13 Tahun
2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat
Kerja
• Sementara itu, terdapat dasar hukum yang mengatur kewajiban dan
hak tenaga kerja sebagaimana yang telah disebutkan pada Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pasal 12. Sedangkan untuk tugas dan kewajiban seorang
pengurus atau pengawas diatur pada pasal 8, 9, 11, dan 14.
• Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan Peraturan
Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait
penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
khususnya di lingkungan kerja minyak dan gas (migas), di
antaranya adalah sebagai berikut.
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979
tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi
• Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang
Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan
• Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2005 tentang Kegiatan
Hulu Minyak dan Gas Bumi
• Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan
Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi
• SK Dirjen Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kerja No 45
Tahun 2008 tentang Pedoman Kerja di Ketinggian
• Bekerja di bidang eksplorasi minyak lepas pantai atau lepas
pantai juga memiliki potensi bahaya yang luar biasa. Untuk
dapat bekerja di sektor ini, biasanya perusahaan akan memilih
orang-orang yang berpengalaman karena durasi kerja
di riglebih lama dari pekerjaan kantor, yaitu 12 jam.
• Oleh karena itu, selain harus memiliki kompetensi, orang yang
bekerja di rig harus memiliki fisik yang kuat, kehati-hatian yang
tinggi, serta tingkat ketelitian yang baik.
• Standar keamanan bekerja di sektor pertambangan sangatlah
tinggi. Setiap karyawan wajib dilengkapi pakaian dan sepatu
tahan api, helm kevlar, rompi, pelampung, dan perlengkapan
keamanan lainnya. Begitu juga dengan safety kit atau
keselamatan pendukung lainnya.
• Selain itu, karyawan yang bekerja di sub-sektor ini harus
memahami cara pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan
kerja. Hal ini disebabkan karena rig lepas pantai berada di
tengah lautan dan sangat jauh dari fasilitas kesehatan seperti
rumah sakit maupun pusat kesehatan masyarakat.
Tugas Serta Kewajiban Pengawas Serta
Pengurus Keselamatan Kerja
• Sebagaimana yang diatur dalam Undang Undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, adapun yang dimaksud pengawas dalam
pasal 4 s.d 8 adalah:
• Direktur, yang melakukan pengawasan umum pelaksanaan Undang
Undang
• Pegawai Pengawas dan Ahli Keselamatan Kerja, yang melakukan
pengawasan langsung terhadap pelaksanaan kerja
• Sementara kewajiban pengawas antara lain sebagai berikut:
• Diwajibkan memeriksa kesehatan badan, kondisi mental, kemampuan
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimaknya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan
padanya.
• Diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah
kepemimpinannya secara berkala kepada dokter yang ditunjuk oleh
pengurus dan dibenarkan oleh direktur.
• Pengurus juga diwajibkan dalam melakukan penunjukan dan
menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan terhadap
tenaga kerja baru. Penjelasan tersebut di antaranya harus memuat
beberapa unsur, di antaranya sebagai berikut.
• Kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja
• Alat pengaman dan perlindungan yang harus dikenakan selama
bekerja
• Alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan, dan
• Cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaan
Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja
• Dalam Undang Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 12, dijelaskan bahwa kewajiban dan hak tenaga kerja adalah
sebagai berikut.
• Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
dan atau keselamatan kerja
• Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan
• Memenuhi dan menaati semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan
• Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan
dan kesehatan kerja yang diwajibkan
• Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri (APD) yang
diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain
oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masing
dipertanggungjawabkan
Kewajiban Saat Memasuki Tempat Kerja
• Semua pekerja yang berada di area kerja wajib menaati petunjuk
keselamatan kerja serta menggunakan alat-alat perlindungan diri (APD)
yang telah diwajibkan. Adapun peralatan perlindungan diri secara umum di
antaranya adalah sebagai berikut:
• Sepatu safety (pengaman)
• Sarung tangan
• Masker
• Penyumbat telinga
• Kacamata safety
• Pelindung wajah
• Helmet Head Protection (Helm pengaman)
• Safety Harnerss, yang merupakan alat perlengkapan diri yang bentuknya
seperti sabuk pengaman yang umumnya digunakan seseorang yang
pekerjaannya berhubungan dengan ketinggian.’
• Dan peralatan khusus lainnya
Klasifikasi Kecelakaan kerja di Industri Migas
• Dalam kegiatan bisnis di industri minyak dan gas (migas),
kecelakaan kerja dibagi menjadi empat klasifikasi, di antaranya
adalah sebagai berikut:
• Ringan, kecelakaan yang tidak menyebabkan hilangnya hari kerja
(pertolongan pertama).
• Sedang, kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya hari kerja (tidak
dapat bekerja sementara) dan diduga tidak akan menyebabkan
cacat fisik dan / atau spiritual yang akan mengganggu tugas kerja.
• Bobot, kecelakaan yang menyebabkan hilangnya hari kerja dan
diperkirakan menyebabkan cacat fisik atau spiritual yang akan
mengganggu pekerjaan.
• Mati / fatal, kecelakaan yang menyebabkan kematian langsung atau
dalam 24 jam setelah kecelakaan.
• Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi mengamanatkan bahwa setiap badan usaha dan
atau perusahaan harus menjamin standar dan kualitas
keamanan kerja, menerapkan prinsip-prinsip teknik yang baik,
keselamatan kerja serta manajemen kesehatan dan lingkungan
yang baik, juga memprioritaskan penggunaan tenaga kerja
lokal dan produk dalam negeri.
• Melalui penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada bidang minyak
dan gas (migas) adalah ketentuan yang mengatur tentang
standarisasi peralatan, sumber daya manusia, pedoman umum
untuk instalasi migas sehingga proses instalasi dapat
beroperasi secara andal, aman, dan ramah lingkungan
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3
• Adapun tujuan dari keselamatan kerja dan inspeksi kesehatan
di perusahaan minyak dan gas (migas) di antaranya adalah
sebagai berikut.
• Mencegah kecelakaan kerja
• Mencegah penyakit karena bekerja
• Memastikan keamanan lingkungan kerja
• Memelihara proses dan produktivitas kerja
• Sedangkan manfaat dari terselenggaranya pemeriksaan K3
pada industri minyak dan gas secara berkala adalah sebagai
berikut.
• Untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan / konflik dari
program yang telah ditentukan
• Untuk menghidupkan kembali minat pada keselamatan kerja
• Mengevaluasi standar keselamatan kerja
• Sebagai bahan untuk rapat keselamatan
• Untuk memeriksa kelayakan fasilitas kerja
Sekian dan Terima Kasih🙂

Anda mungkin juga menyukai