Anda di halaman 1dari 209

i

Merancang Program dan Modul

PSIKOEDUKASI
Edisi Revisi

A. Supratiknya

Untuk Yonita, Ryo, Karysta

Penerbit
Universitas Sanata Dharma
The Possibler
028724

ii © 2011 Kanisius
PENERBITProgram
Merancang KANISIUS
dan(Anggota
Modul IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
PSIKOEDUKASI
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Edisi Revisi
Website : www.kanisiusmedia.com

Copyright © 2011
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
PENERBIT UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Jl. Affandi (Gejayan),
Tahun 15 Mrican,
14 Yogyakarta
13 55281
12 11
Telp. (0274) 513301, 515253 Ext.1527/1513
Fax (0274) 562383
e-mail:
Editor publisher@usd.ac.id
: Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo
Diterbitkan oleh:

Penerbit Universitas Sanata


Dharma
Jl. Affandi (Gejayan), Mrican
Yogyakarta 55281
ISBN 978-979-21-3041-6
Telp. (0274) 513301, 515253; Penerbit USD
Ext.1527/1513
Hak cipta dilindungi
Fax (0274) 562383 undang-undang
Universitas Sanata Dharma berlambangkan daun
e-mail: publisher@usd.ac.id teratai coklat bersudut lima dengan sebuah obor
Dilarang memperbanyak karyahitam tulisyang
ini dalam
menyala bentuk dan dengan
merah, sebuah buku terbu-
cara apa pun, termasuk fotokopi,
A. Supratiknya ka tanpa
dengan izin
tulisan ”Ad Maiorem
tertulis dari Dei Gloriam” dan
Penerbit.
tulisan ”Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”
berwarna hitam di dalamnya. Adapun artinya
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
sebagai berikut.
Teratai: kemuliaan dan sudut lima: Pancasila;
Desain Sampul Obor: hidup dengan semangat yang menyala-
Sigit Pius nya­la; Buku yang terbuka: iImu pengetahuan
Tata letak yang selalu berkembang; Teratai warna coklat: si-
Thoms kap dewasa yang matang; ”Ad Maio­rem Dei Glo-
riam”: demi kemuliaan Allah yang lebih besar.

Cetakan I : 2008; II : 2011


x, 197 hlm.; 150 x 220 mm.
ISBN: 978-602-9187-07-6
EAN: 9-786029-187076

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun,
termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit.
iii

Sekapur Sirih

Salah satu kompetensi psikolog sebagai professional helper adalah


memberikan layanan konsultasi dan pendidikan. Kompetensi ini sesung-
guhnya mencakup dua subkompetensi yang berbeda, yaitu memberi-
kan konsultasi dan menyelenggarakan psikoedukasi. Dalam kurikulum
pendidikan prajabatan calon psikolog, khususnya sejak jenjang program
pendidikan Sarjana Psikologi, kedua subkompetensi tersebut sebaiknya
dipelajari dalam dua mata kuliah yang berbeda.
Sejak tahun 2006 penulis mengampu mata kuliah Psikologi Kon-
sultasi pada program studi S-1 Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas
Sa­nata Dharma, Yogyakarta. Mata kuliah ini dimaksudkan
Untuk Yonita,untuk mem-
Ryo, Karysta
bekali mahasiswa dengan kompetensi dasar di bidang pemberian layanan
konsultasi dan psikoedukasi. Mengingat ranah isi kompetensi tersebut
luas sebagaimana disinggung di atas sedangkan sebagai mata kuliah hanya
diberi bobot standar alias kecil, yaitu 2 sks dan 2 jp, maka penulis merasa
perlu membuat pilihan membatasi isinya antara konsultasi atau psikoedu-
kasi.
Pilihan jatuh pada psikoedukasi karena dua alasan. Pertama, kendati
tidak persis sama, aspek-aspek dasar kompetensi konsultasi juga dikem-
bangkan dalam kelompok mata kuliah Konseling yang sudah tercakup
dalam kurikulum S-1 prodi Psikologi. Kedua, dari pengamatan di da-
lam maupun di luar kelas, penulis menjadi yakin bahwa mahasiswa perlu
The Possibler
028724

iv © 2011 Kanisius
PENERBIT
dibantu KANISIUS
menguasai aneka (Anggota
prinsip dan IKAPI)
strategi dalam merencanakan dan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan,
menyelenggarakan programYogyakarta
psikoedukasi 55281, INDONESIA
di berbagai lingkungan kehidu-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
pan, khususnya lingkungan pendidikan formal, industri atau organisasi,
Telepon
dan (0274)atau
komunitas 588783, 565996; Fax (0274) 563349
masyarakat.
E-mail
Pada: office@kanisiusmedia.com
tahun 2008 penulis menghimpun catatan-catatan hasil peng­
Website : www.kanisiusmedia.com
alaman mengajar maupun memberikan ceramah atau pelatihan tentang
tema-tema terkait psikoedukasi baik secara mandiri maupun bersama
kolega, termasuk pengalaman melaksanakan tugas dari Pimpinan Uni-
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
versitas Sanata Dharma untuk mengoordinasikan pengembangan dan pe-
Tahun
nyelenggaraan 15
pelatihan 14
life-skills 13 mahasiswa
bagi 12 baru 11yang disebut Pen-
dampingan Menjadi Mahasiswa Efektif (PMME) pada tahun 1997/1998,
menjadi sebuah buku pegangan kuliah yang diberi judul Merancang Pro-
Editor : Dwiko
gram dan Modul Psikoedukasi (Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata
Desainer sampul
Dharma). : Marius
Karena disusun Santo
secara agak tergesa-gesa, buku itu mengandung
sejumlah kekurangan, termasuk ketidak-telitian dalam mencantumkan
sumber-sumber. Buku dengan judul sama namun warna sampul berbeda
ini merupakan edisi kedua sekaligus edisi revisi dari terbitan tahun 2008.
ISBN 978-979-21-3041-6
Dari segi substansi, perbaikan dilakukan antara lain dalam bentuk klari-
Hak cipta
fikasi konsep dilindungi undang-undang
dan istilah serta peruntutan alur pembahasan pada beberapa
bab awal serta
Dilarang penambahan
memperbanyak pembahasan
karya tentangbentuk
tulis ini dalam evaluasi
danprogram
denganpsi-
cara apa pun,
koedukasi padatermasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
bab terakhir.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada para kolega baik semasa
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
masih di Program Studi Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Jurusan
Ilmu Pendidikan, IKIP Sanata Dharma pada dasawarsa 1980-an yang ke-
mudian berubah menjadi Program Studi Bimbingan dan Konseling pada
era Universitas Sanata Dharma pada dasawarsa 1990-an, secara khusus
kepada Romo W.S. Winkel, S.J., M.Sc. dan Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A.
dua pakar yang masing-masing mengembangkan bidang Konseling dan
Bimbingan Kelompok di Jurusan Ilmu Pendidikan serta menjadi mentor
penulis di kedua bidang itu, para kolega di Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma, serta para mantan mahasiswa yang pernah menggeluti
kompetensi ini bersama penulis dalam mata kuliah Psikologi Konsultasi.
Dengan cara masing-masing mereka telah memberikan kontribusi bagi
v
lahirnya buku ini lewat tangan penulis. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada Penerbitan Universitas Sanata Dharma yang bersedia
menerbitkan kembali buku ini pada edisi kedua atau edisi revisi. Meng­
ulangi harapan yang penulis sampaikan pada edisi pertama, semogalah
buku ini tetap bahkan makin memudahkan generasi mahasiswa berikut
mendalami dan mengembangkan kemampuan merancang serta melak-
sanakan program psikoedukasi, salah satu bidang layanan psikologis yang
semakin penting di masa kini dan mendatang.

Kampus Mrican, Januari 2011
A. Supratiknya.

Untuk Yonita, Ryo, Karysta


The Possibler
028724

vi © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com

Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Tahun 15 14 13 12 11

Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo

ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta


vii

Daftar Isi

Sekapur Sirih................................................................................................................................................................ v
Bab 1. Pendahuluan.......................................................................................................................................... 1
A. Peran Psikolog............................................................................................................................................... 1
B. Sifat Bantuan yang Diberikan.................................................................................................. 4
C. Jenis Klien Yang Dibantu............................................................................................................... 5
D. Aneka Kompetensi Psikolog....................................................................................................... 7

BAB 2. Dari Konseling Ke Konsultasi..................................................................................... 21


Untuk Yonita, Ryo, Karysta
A. Konseling, Psikoterapi, dan Konsultasi........................................................................ 21
B. Aneka Peran Konsultan. ................................................................................................................... 25
C. Aneka Ketrampilan Konsultan................................................................................................ 28
D. Aneka Tahap dalam Proses Konsultasi........................................................................... 30

BAB 3. Psikoedukasi........................................................................................................................................ 34
A. Alasan Berkembangnya Psikoedukasi ........................................................................... 35
B. Makna dan Cakupan Psikoedukasi. .................................................................................. 36
C. Tiga Wilayah Layanan Psikoedukasi................................................................................ 41
The Possibler
028724

viii © 2011 Kanisius


PENERBIT
BAB KANISIUS
4. Beberapa (Anggota IKAPI)
Model Pengembangan Program Psikoedukasi. ....... 53
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
A. Model Skill-Deficit atau Life-Skills...................................................................................... 54
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
B. Model Tugas Perkembangan....................................................................................................... 56
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
C. Model Ragam Bantuan..................................................................................................................... 57
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website
BAB : www.kanisiusmedia.com
5. Model Pembelajaran Eksperiensial....................................................................... 73
A. Asumsi Dasar................................................................................................................................................. 73
B. Model Pembelajaran Eksperiensial..................................................................................... 74
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
C. Aktivitas Inti dalam Pembelajaran Eksperiensial.............................................. 77
Tahun 15 14 13 12 11
BAB 6. Beberapa Metode Khas Pembelajaran Eksperiensial..................... 81
A. Metode Latihan Gugus Tugas................................................................................................... 82
Editor
B. Metode Diskusi: Kasus
Dwiko ........................................................................................................................ 85
Desainer sampul : Marius Santo
C. Simulasi dan Games............................................................................................................................... 90
D. Latihan Bermain Peran (Role-Play).................................................................................... 94
E. Diskusi Kelompok................................................................................................................................... 100
F. Latihan Individual................................................................................................................................... 104
ISBN
G. 978-979-21-3041-6
Presentasi/Lekturet . ................................................................................................................................ 107

Hak
H. cipta dilindungi
Modelling Perilakuundang-undang
. .................................................................................................................................. 110

I.Dilarang
Pedoman Menyusun Petunjuk
memperbanyak karya tulis Latihan ini dalam ........................................................................ 114
bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
BAB 7. Menyusun Program Psikoedukasi.......................................................................... 116
A. Melakukan
Dicetak Asesmen
oleh Percetakan Kebutuhan
Kanisius Yogyakarta.......................................................................................... 116
B. Menyusun Grand Design, Program Besar atau Rencana
Induk Psikoedukasi................................................................................................................................ 121

BAB 8. Menyusun Modul Psikoedukasi................................................................................ 145


A. Beberapa Prinsip dalam Menyusun Modul Psikoedukasi ................. 145
B. Contoh Modul Psikoedukasi..................................................................................................... 151
C. Beberapa Saran Praktis ..................................................................................................................... 158
ix
BAB 9. Evaluasi Program Psikoedukasi. ................................................................................ 165
A. Evaluasi Hasil Penyelenggaraan Program Psikoedukasi........................... 167
B. Evaluasi Kinerja Pelaksana Program Psikoedukasi......................................... 171
C. Pelaporan Hasil Evaluasi.................................................................................................................. 172
Daftar Pustaka............................................................................................................................................................. 175
LEMBAR EVALUASI PROSES.......................................................................................................... 190
Prinsip-Prinsip dan Langkah-Langkah......................................................................................... 192
Tentang Penulis.......................................................................................................................................................... 197

Untuk Yonita, Ryo, Karysta


The Possibler
028724

x © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com

Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Tahun 15 14 13 12 11

Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo

ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta


1

Bab 1
Pendahuluan

A. Peran Psikolog
Psikologi merupakan helping profession atau profesi penolong. Isti-
lah ini konon pertama kali dilontarkan oleh McCully pada tahun 1966
(George & Cristiani, 1981). Tentang arti istilah helping alias menolong,
Brammer dan Shostrom (1982) memberikan dua macam pengertian.
Pertama, menolong berarti memberikan kondisi bagi orang lain agar bisa
memenuhi kebutuhan mereka akan rasa aman, dicintai dan dihormati,
memiliki harga-diri, mampu mengambil tindakan tertentu, dan berkem-
bang mengaktualisasikan diri. Kedua, dalam arti lebih luas menolong
adalah memberikan aneka sumber daya dan ketrampilan agarRyo,
Untuk Yonita, orang yang
Karysta
ditolong mampu menolong diri mereka sendiri (h. 3).
Maka, seperti dikemukakan oleh McCully dan dikutip oleh George
dan Cristiani (1981), helping profession secara luas bisa diartikan sebagai
profesi yang ”based upon specialized knowledge, apply an intellectual tech-
nique to the existential affairs of others toward the end of enabling them
to cope more effectively with the dilemma and paradoxes that characterize
the human condition” (h. 18). Artinya, profesi yang dilandasi pengetahuan
khusus tertentu, menerapkan teknik berpikir tertentu terhadap problema
kehidupan orang lain dengan tujuan membuat mereka mampu mengatasi
secara lebih efektif aneka dilema dan paradoks yang menjadi ciri kondisi
kehidupan manusia.
The Possibler
028724

2 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
Atau, seperti (Anggota
dinyatakan IKAPI)pakar lain sekitar empat dasa
oleh sejumlah
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
warsa kemudian, sebagai helping profession psikologi menjalankan peran uta-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
ma ”to develop and apply psychological principles, knowledge, mo­dels and
Telepon in
methods (0274) 588783,
an ethical and565996;
scientificFax
way(0274) 563349
in order to promote the develop­
E-mail : office@kanisiusmedia.com
ment, well-being and effectiveness of individuals, groups, organizations and
Website(Lunt
society” : www.kanisiusmedia.com
et al., 2001; h. 5). Artinya, psikologi bertugas mengembangkan
dan menerapkan aneka prinsip, pengetahuan, model dan metode psikologi
secara etis dan ilmiah demi membantu meningkatkan pertumbuhan, kese­
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
jahteraan, dan keefektifan individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat.
Tahun 15
Intinya, jasa utama 14
psikologi 13
sebagai 12 penolong
profesi 11 adalah mem-
bantu orang atau lembaga agar dapat mengatasi aneka problema kehidup­
an secara lebih efektif sehingga mampu menjalankan fungsi-fungsi pokok
Editor : Dwiko
dan memperkembangkan diri mereka secara optimal.
Desainer
Secarasampul
alamiah: manusia
Marius terpanggil
Santo untuk tumbuh memekarkan diri
lewat pelaksanaan berbagai fungsi, peran, maupun tugas kehidupan baik
secara perorangan maupun dalam kebersamaan dengan orang lain sebagai
suatu pranata. Kenyataannya, dalam melaksanakan panggilan kehidupan
ISBN 978-979-21-3041-6
tersebut manusia jamak mengalami aneka bentuk hambatan antara lain
Hak cipta
karena tidakdilindungi undang-undang
memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan yang diperlukan
untuk berkembang
Dilarang memperbanyakatau sebaliknya, terlanjur
karya tulis memiliki
ini dalam pengetahuan
bentuk dan dengandan/
caraketrampilan
atau apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
yang salah.
Timbulnya kedua kondisi yang tidak kondusif bagi perkembangan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
pribadi maupun perkembangan bersama secara optimal itu sendiri bisa
disebabkan oleh sejumlah hal. Pertama, karena manusia gagal mempelajari
pengetahuan dan/atau ketrampilan yang diperlukan. Seorang anak yang
lahir dan dibesarkan di lingkungan pegunungan dan praktis tidak pernah
meninggalkan tanah tumpah darah dan tempat tinggal sepanjang hidup-
nya, boleh jadi tidak akan pernah belajar berenang karena tidak terdapat
kolam, danau, atau sekadar genangan air yang cukup luas dan dalam un-
tuk berkubangan di daerah tempat tinggalnya itu. Sebagai manusia dia ga-
gal mengembangkan salah satu aspek potensinya untuk hidup bersahabat
dan menyatu dengan lingkungan berair, semata karena tidak mendapatkan
kesempatan untuk belajar.
3
Kedua, karena manusia tanpa sadar mempelajari pengetahuan dan/atau
ketrampilan yang justru berakibat mengganggu, menimbulkan san­dungan,
atau bahkan destruktif bagi kehidupan pribadi maupun bagi kehidupan
bersama. Seorang pria direktur perusahaan yang sukses dan tumbuh di
tengah keluarga yang taat beragama sejak kecil membatinkan pengetahuan
atau kesadaran bahwa penderitaan adalah hukuman dari Tuhan atas sesuatu
perbuatan dosa. Ketika keluarganya sendiri didera penderitaan beruntun:
salah seorang putranya tewas dalam kecelakaan pesawat terbang, isterinya
menderita depresi berat setelah menjadi korban dugaan malpraktek dokter
saat menjalani bedah kecantikan di bagian wajahnya, dan dia sendiri akhir­
nya terkena serangan jantung ringan, daya coping atau tekad dan usahanya
untuk sembuh dari penyakit serta mengatasi problem yang sedang dihadap-
inya sangat lemah karena di lubuk hatinya yang terdalam bercokol perasaan
bahwa semua itu merupakan harga pantas yang harus dia bayar atas dosa
tertentu entah apa yang belum diketahuinya. Alahasil sesudah dinyatakan
sembuh dari gangguan jantungnya dan keluar dari rumah sakit perangainya
berubah total, dari seorang eksekutif yang sebelumnya penuh inisiatif, pe-
riang, dan pandai menghidupkan suasana kerja serta menggerakkan kolega
dan bawahan, kini menjadi pribadi pemurung, mudah marah, dan uring-
uringan. Orang semacam ini kiranya telah keliru belajar membentuk gam-
baran tentang Tuhan sebagai sejenis hakim yang berkuasa menganugerah-
kan pahala dan menjatuhkan hukum­an secara dingin
Untukbahkan
Yonita,kejam.
Ryo, Karysta
Menurut sejarahnya, psikologi lahir atau setidaknya berkembang pe-
sat berkat usahanya menolong orang menjalankan berbagai tugas hidup,
menyesuaikan diri pada tuntutan kehidupan baru, dan mengatasi aneka
problem kehidupan secara efektif, baik sebagai pribadi maupun secara
kolektif, dan dengan demikian terciptalah kehidupan dan perkembangan
pribadi maupun bersama yang efektif dan memuaskan. Dengan kata lain,
dalam arti tertentu seorang psikolog adalah seorang professional helper,
yaitu seorang penolong profesional yang bertugas membantu orang lain
baik sebagai pribadi maupun sebagi kelompok mengembangkan aneka ke-
mampuan psikologis yang diperlukan untuk menjalani kehidupan pribadi
maupun bersama secara optimal.
The Possibler
028724

4 © 2011 Kanisius
PENERBIT
B. KANISIUS
Sifat Bantuan (Anggota IKAPI)
yang Diberikan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Tergantung dari situasi yang sedang dihadapi oleh orang atau lem-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
baga yang hendak ditolong, bantuan yang diberikan oleh seorang psikolog
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
bisa memiliki salah satu atau kombinasi dari beberapa sifat. Sifat bantuan
E-mail : office@kanisiusmedia.com
menunjuk pada tujuan bantuan psikologis diberikan kepada orang atau
Website : www.kanisiusmedia.com
lembaga tertentu (Winkel, 1991). Salah satu cara penggolongan sifat ban-
tuan yang sering dipakai di bidang layanan psikologis adalah seperti di­
uraikan
Cetakandike-bawah ini5 (Hershenson,
4 Power,
3 dan
2 Waldo,11996):
1. Fasilitatif, yaitu bertujuan membantu memudahkan berlang­sungnya
Tahunpertumbuhan15pribadi14yang sehat 13 tanpa12hambatan-hambatan
11 yang
berarti, dengan cara memberikan aneka pengetahuan dan/atau ke-
trampilan yang diperlukan. Istilah lain yang seringkali juga digu-
Editor : Dwiko
nakan adalah perseveratif atau developmental. Intinya membantu
Desainer sampul : Marius Santo
memudahkan orang atau lembaga yang ditolong untuk memperta­
hankan bahkan meningkatkan perkembangan pribadi atau organisasi
yang sebenarnya sudah berlangsung relatif tanpa gangguan.
2. Preventif, yaitu bertujuan mencegah timbulnya kesulitan yang bisa
ISBN 978-979-21-3041-6
menghalangi pelaksanaan aneka fungsi dan pertumbuhan pribadi
Hak seseorang
cipta dilindungi undang-undang
atau sebuah lembaga.
3. Remedial,
Dilarang yaitu bertujuan
memperbanyak mengubah
karya tulis ini pola
dalamperkembangan maladaptif
bentuk dan dengan
cara atau
apa pun, termasuk
destruktif yang fotokopi,
terlanjur tanpa izin kembali
terbentuk tertulis dari Penerbit.
ke arah yang sehat
atau adaptif. Istilah lain yang seringkali juga digunakan adalah re-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
konstruktif atau kuratif, yang pada dasarnya sama arti, yaitu mem-
perbaiki atau ”menyembuhkan” pola perkembangan yang terlanjur
kurang sehat.
4. Rehabilitatif, yaitu bertujuan membantu orang atau lembaga menga-
tasi kekurangan tertentu dengan cara meningkatkan kemampuannya
menggunakan atau memanfaatkan kelebihan-ke­kuatan pribadi yang
dimiliki.
5. Enhancing atau meningkatkan, yaitu bertujuan memperbaiki kualitas
kehidupan orang atau lembaga melampaui taraf kualitas yang sudah
berhasil dicapai.
5
C. Jenis Klien Yang Dibantu
Yang dimaksud klien adalah orang atau lembaga yang menerima ban-
tuan profesional dari seorang psikolog. Istilah ini seringkali dipakai seba-
gai istilah generik atau umum untuk mengacu semua orang atau lembaga
yang memanfaatkan bantuan profesional yang ditawarkan oleh pemberi
jasa bantuan di bidang profesi tertentu. Di lingkungan profesi psikologi
istilah itu bisa diberi makna khusus, yaitu golongan pemanfaat bantuan
yang dari segi kesehatan mental termasuk sehat atau normal namun se-
dang menghadapi situasi tertentu baik berupa problem atau tantangan
hidup, dan membutuhkan bantuan seorang psikolog agar mampu meng­
atasi problem atau tantangan hidup itu secara efektif. Dengan kata lain,
menggunakan penggolongan sifat bantuan seperti dikemukakan Hershen-
son, Power, dan Waldo (1996), jenis bantuan yang dibutuhkan oleh klien
dalam arti khusus ini lazimnya lebih bersifat fasilitatif, preventif, rehabili-
tatif, atau enhancing.
Lawannya, dan khususnya sebagaimana lazim berlaku di bidang
kedokteran termasuk psikiatri atau kedokteran jiwa, adalah pasien, yaitu
golongan pemanfaat bantuan yang dari segi kesehatan mental termasuk
kurang sehat baik ringan berupa berbagai jenis neurosis, seperti kecemasan
dan fobia, maupun berat berupa aneka jenis psikosis seperti skizofrenia.
Jenis bantuan yang mereka butuhkan lazimnya bersifat remedial, rekon-
struktif, atau kuratif. Dalam konteks pembahasan tentang
Untuk Psikologi
Yonita, Kon-
Ryo, Karysta
sultasi ini, kelompok pemanfaat bantuan psikologis yang menjadi fokus
sasaran layanan adalah klien alias kelompok orang (termasuk lembaga)
yang dari segi kesehatan mental tergolong sehat atau normal.
Dari segi jumlah atau besarannya, klien juga bisa dibedakan men-
jadi dua jenis, yaitu klien individual atau perorangan dan kelompok. Kli­
en individual terdiri dari pribadi-pribadi perorangan yang perlu dibantu
untuk mengatasi problem atau tantangan hidup. Contohnya, seorang re-
maja yang perlu dibantu meningkatkan pemahaman dirinya, mengenal
aneka kelebihan-kekurangan dan minatnya dalam rangka memilih jurusan
pendidikan di SMA; seorang karyawan yang perlu dibantu mengambil
keputusan dilematis antara menerima promosi jabatan namun dengan
The Possibler
028724

6 © 2011 Kanisius
PENERBITdimutasi
konsekuensi KANISIUS (Anggota
ke daerah lain IKAPI)
dengan akibat lebih lanjut memutus
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta
karir isteri yang juga sedang menanjak55281, INDONESIA
atau tetap pada jabatan sekarang
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011,
dan menerima ketertinggalan dari karir isteri. INDONESIA
Telepon
Pada(0274)
klien 588783,
kelompok, 565996;
yang Fax (0274) 563349
menghadapi problem atau tantangan
E-mail : office@kanisiusmedia.com
hidup adalah himpunan orang sebagai pranata atau lembaga. Problem
Website
atau : www.kanisiusmedia.com
tantangan yang dikeluhkan muncul dari hakikat kelompok itu se­bagai
pranata atau lembaga. Sudah barang tentu, akibat negatif berupa stres atau
bentuk tekanan psikologis lain akan dihayati pada taraf masing-ma­sing
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
individu anggota kelompok juga. Namun sumber dan solusi problem
Tahun
atau tantangannya15tidak bisa 14 tidak 13
dilakukan 12pada tataran
11 kebersamaan
anggota-anggota tersebut sebagai pranata atau lembaga. Sebagai contoh,
problem komunikasi dalam kehidupan pasangan suami-isteri, merosotnya
Editor : Dwiko
kinerja lembaga akibat demoralisasi di antara para pekerjanya. Semua itu
Desainer
tidak bisa sampul
dipecahkan : Marius Santo masing-masing pribadi anggota me-
pada tataran
lainkan harus pada tataran kebersamaan sebagai sebuah pranata.
Klien kelompok tidak boleh dikacaukan dengan kelompok sebagai
pen­dekatan dalam pemberian bantuan. Banyak jenis bantuan psikologis,
ISBN 978-979-21-3041-6
en­tah berupa pemberian layanan informasi atau pengembangan aneka
Hak cipta dilindungi
ketrampilan (soft skillsundang-undang
atau life skills) paling efektif disampaikan lewat
peng­ alaman
Dilarang belajar di dalamkarya
memperbanyak kelompok. Dalam
tulis ini dalam halbentuk
ini klien
danyang dibantu
dengan
cara
se­
sung­apa pun,tetap
guhnya termasuk fotokopi, tanpa
masing-masing orang,izin tertulis
problem dari
atau Penerbit.psiko­
tantangan
lo­gis yang dicoba diatasi tetap bersifat perorangan, namun bantuannya
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
dibe­rikan dengan menggunakan kelompok sebagai sarana pembelajaran.
Dengan kata lain, setidaknya ada dua alasan pokok mengapa pendekat­
an kelompok lebih efektif diterapkan dalam membantu seseorang meng­atasi
sebuah problem yang sebenarnya bersifat individual. Pertama, jenis penge-
tahuan atau ketrampilan yang perlu ditumbuhkan dalam diri klien secara
wajar menuntut kehadiran orang lain sebagai mitra berbagi atau beraktivi-
tas. Contoh, jika kita ingin menyampaikan pesan tentang pentingnya keter­
bukaan dalam hubungan suami-isteri, pesan itu tidak akan terlalu efektif
jika hanya kita sampaikan kepada salah satu pihak, entah isteri atau suami.
Kedua pasangan harus hadir bersama, mendengarkan bersama, mencam-
kannya bersama, dan bertekad menjalankan atau mene­rapkannya bersama.
7
Contoh lain, jika kita ingin menumbuhkan ketrampilan bekerja se-
bagai tim pada karyawan divisi pramuniaga di sebuah toserba. Ketrampil­
an itu tidak cukup disampaikan secara lisan kepada himpunan karyawan
yang dikumpulkan di suatu tempat dalam acara pelatihan atau penyegaran,
apalagi disampaikan secara perorangan, melainkan harus disimulasikan,
dipraktekkan, dialami, dan dihayati bersama dalam kelompok-kelompok
kecil terdiri dari misal, lima orang.
Alasan lain mengapa pendekatan kelompok semacam ini lebih efektif
diterapkan dibandingkan pendekatan individual ialah karena jenis pro­
blem yang dialami masing-masing orang seringkali kurang lebih sama. Ke-
sadaran memiliki kekurangan yang sama ini bisa berdampak positif meng-
hilangkan atau setidaknya mengurangi rasa harga diri yang kurang pada
masing-masing orang akibat kekurangannya itu, sebab ternyata banyak
orang lain memiliki kekurangan yang sama. Akibatnya, mereka pun akan
ter­motivasi untuk bersama-sama saling membantu mengatasi kekurangan
masing-masing.
Winkel (1991) menyebut pembedaan penyelenggaraan bantuan psi­
kologis berdasarkan jumlah orang yang dilayani sebagai pilihan pende­kat­an
semacam ini bentuk pemberian bantuan psikologis, yaitu individual alias
perorangan atau kelompok. Sebagaimana dinyatakan oleh Winkel (1991),
pembedaan bentuk sebagai cara pendekatan penyelenggaraan bantuan
psikologis khususnya bimbingan, ”belum menyatakan apa-apa
Untuk Yonita, Ryo, tentang
Karysta
apa yang menjadi tujuan dari pelayanan bimbingan dan apa yang dijadi-
kan materi dalam pelayanan bimbingan” (h. 122) atau bantuan psikologis
lain. Sebagaimana sudah kita lihat, tujuan pemberian bantuan psikologis-
nya sendiri bisa preventif alias untuk pencegahan atau kuratif alias untuk
mengatasi problem yang sudah terlanjur muncul, sedangkan materinya
bisa tentang pentingnya keterbukaan dalam hubungan suami-isteri atau
kerja sama dalam tim sebagaimana sudah disebut dalam contoh di atas.

D. Aneka Kompetensi Psikolog


Agar mampu memberikan bantuan psikologis kepada klien secara
efektif, seorang psikolog perlu menguasai sejumlah kompetensi tertentu
The Possibler
028724

8 © 2011 Kanisius
PENERBIT
yang KANISIUS
membedakannya dari(Anggota
pekerja diIKAPI)
bidang profesi lain pada umumnya
4 Jl. Cempaka
maupun dari 9, Deresan,
pekerja Yogyakarta
di bidang profesi55281,
pemberi INDONESIA
bantuan (helping profes-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
sion) lain pada khususnya, seperti petugas social work atau pekerja sosial,
Telepon atau
psikiater (0274) 588783,
dokter 565996;
spesialis Fax (0274)
kedokteran jiwa, 563349
dan petugas bimbingan ro-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
hani (clergy).
Website
Yang: www.kanisiusmedia.com
dimaksud dengan kompetensi, dalam hal ini kompetensi
psikolog, adalah ”fundamental clusters of integrated knowledge, skills, and
attitudes that are used in practice applications by the professional psycho­
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
logists” (Bent, 1991; h. 77). Artinya, himpunan pengetahuan, ketrampil­
Tahun
an, dan sikap yang15 14 dan13
bersifat padu 12
fundamental, 11 digunakan dalam
yang
penerapan praktik oleh para psikolog profesional.
Kompetensi atau lebih tepat rangkaian kompetensi ini disebut kom-
Editor : Dwiko
petensi inti sebab dipandang merupakan serangkaian kompetensi fung-
Desainer
sional kunci sampul : Marius
(key functional Santo
competencies) bagi para psikolog yang diharap-
kan dapat menjadi inti atau fondasi serta ”a flexible guide for curriculum
development” bagi pengembangan aneka program pendidikan psikologi
sebagai suatu profesi.
ISBN 978-979-21-3041-6
Salah satu rumusan tentang rangkaian kompetensi inti psikolog di­
Hak cipta
susun oleh dilindungi
para pakar undang-undang
pendidikan psikologi di Amerika Serikat yang ter-
gabung
Dilarang dalam National Council
memperbanyak karyaoftulis
Schools of Professional
ini dalam bentuk Psychology
dan dengan lewat
cara apa pun,
serangkaian termasukyang
konferensi fotokopi, tanpa
dilakukan izin tertulis
antara dari Penerbit.
tahun 1978-1990, khusus-
nya dalam Mission Bay Conference pada 1987. Pada saat itu untuk pertama
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
kalinya berhasil dirumuskan ”six identifiable competency areas” alias enam
bidang kompetensi yang bisa diidentifikasikan secara jelas. Rumus­an awal
ini selanjutnya disempurnakan dan dikukuhkan atau disahkan pember-
lakuannya dalam sebuah pertemuan lain yang dikenal sebagai San Anto-
nio Conference pada tahun 1989-1990 (Bent, 1991; Weiss, 1991). Secara
substansial rumusan tentang kompetensi inti psikolog oleh para pakar
pendidikan profesi psikologi di Amerika Serikat ini tidak berbeda dari ru­
musan tentang kompetensi kunci (key roles) psikolog oleh para sejawat
trans-atlantik mereka di Uni Eropa (Lunt et al., 2001). Enam kompetensi
inti psikolog yang dimaksud adalah relasi, asesmen, intervensi, penelitian
dan evaluasi, konsultasi dan pendidikan, serta manajemen dan supervisi.
9
Berikut akan disajikan uraian lebih rinci tentang masing-masing kom-
petensi.

1. Relasi
Kompetensi relasi adalah kemampuan membangun dan memelihara
relasi atau hubungan kerja yang konstruktif dengan klien (Polite & Bourg,
1991). Pentingnya kompetensi ini bagi seorang psikolog tidak perlu di-
ragukan. Sebagian besar bahkan hampir semua fungsi yang dilakukan
seorang psikolog didasarkan pada kemampuan dasar untuk membangun
dan memelihara relasi yang otentik atau tulus-lugas dan efektif-mengena
dengan klien. Dalam bahasa lain, seorang psikolog pada dasarnya adalah
seorang komunikator baik dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai
fasilitator-trainer-edukator maupun sebagai konselor-terapis. Hampir se-
mua problem psikologis yang dialami oleh perorangan, kelompok, atau
lembaga sedikit atau banyak, langsung atau tidak langsung berakar pada
masalah relasi atau komunikasi. Selain itu, kompetensi relasi juga merupa-
kan fondasi atau prasyarat bagi semua kompetensi inti psikolog yang lain
(Polite & Bourg, 1991).
Kompetensi relasi memiliki setidaknya tiga unsur, yaitu knowledge,
skills, dan attitudes. Unsur knowledge atau pengetahuan dari kompetensi
relasi mencakup sedikitnya tiga hal. Pertama, pengetahuan tentang data base
psikologis yang relevan, meliputi aneka teori dan hasilYonita,
Untuk penelitian
Ryo, tentang
Karysta
relasi atau komunikasi antar pribadi serta body of knowledge tentang aneka
bidang psikologi baik yang tradisional seperti psikologi perkembang­an,
psikologi kepribadian, psikologi sosial, psikologi abnormal, psikologi in-
dustri, maupun yang baru berkembang seperti psikologi hukum, psikologi
forensik, dan sebagainya. Kedua, pemahaman diri, meliputi pengetahuan
atau kesadaran tentang aneka sifat-kemampuan, kelebihan-kekuatan,
kekurangan-kelemahan, motivasi, dan sebagainya, yang melekat dalam
diri si psikolognya sendiri. Semua ini akan mempengaruhi kemampuan
dan cara atau gayanya dalam membangun komunikasi dengan orang lain.
Ketiga, pengetahuan tentang orang lain berupa pemahaman tentang aneka
konteks tempat klien berasal dan hidup, meliputi baik mikrosistem seperti
The Possibler
028724

10 © 2011 Kanisius
PENERBIT
aneka ciri fisik,KANISIUS (Anggota
latar belakang IKAPI)
pendidikan, dan sifat-sifat pribadinya, mau-
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
pun makrosistem seperti lingkungan budayanya, dan sebagainya.
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Unsur skills dari kompetensi relasi mencakup segugusan ketrampil­an
Telepon
yang lazim (0274)
disebut588783, 565996;skills.
interpersonal Fax Gugusan
(0274) 563349
ketrampilan ini meliputi
E-mail : office@kanisiusmedia.com
namun tidak terbatas pada kemampuan-kemampuan (a) membangun rap-
Website
port atau :relasi
www.kanisiusmedia.com
yang hangat-akrab dengan klien dalam situasi pemberian
bantuan psikologis tertentu seperti testing atau konseling, (b) membuat
lawan komunikasi merasa terlibat di dalam relasi yang sedang dibangun,
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
(c) membuat lawan komunikasi merasa nyaman, (d) mengkomunikasikan
Tahun (e) mengkomunikasikan
empati, 15 14 13 menghargai
sikap 12 dan11 menghormati la-
wan komunikasi, dan sebagainya.
Unsur attitudes atau sikap meliputi namun tidak terbatas pada (a)
Editor : Dwiko
memiliki kuriositas atau rasa ingin tahu dalam arti dahaga intelektual yang
Desainer
sehat sampultentang
khususnya : Marius Santo
bidang yang menjadi keahliannya, (b) memiliki
fleksibilitas atau kelenturan-keterbukaan, khususnya kelenturan dalam
cara berpikir dan keterbukaan terhadap ide-gagasan baru, (c) memiliki
skeptikisme atau sikap kritis, dalam arti tidak mudah percaya dan tidak
ISBN 978-979-21-3041-6
mudah puas menyangkut hal-hal terkait upaya menemukan informasi
Hak lebih
yang cipta akurat,
dilindungi undang-undang
(d) berpikiran terbuka, (e) memiliki apresiasi atau peng­
akuan-penghargaan
Dilarang memperbanyak terhadap keberagaman
karya individual
tulis ini dalam bentukdandan
budaya, (f ) se-
dengan
carasecara
hat apa pun, termasuk
psikologis, fotokopi,integritas
(g) memiliki tanpa izin tertulis
dan dari Penerbit. dan
kejujuran-ketulusan,
(h) rela melayani orang lain.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta

2. Asesmen
Yang dimaksud asesmen adalah proses yang berkelanjutan, interaktif
dan inklusif, dalam arti melibatkan pihak klien yang sedang menjalani ases-
men, dalam rangka mengumpulkan informasi tentang klien dengan tujuan
menyusun deskripsi, konseptualisasi, karakterisasi dan prediksi tentang as-
pek-aspek tertentu dari klien yang bersangkutan (McHolland, dalam Gold
& De Piano, 1991). Kompetensi asesmen di satu sisi masih di­pandang
unik atau khas dan merupakan salah satu fondasi penting bagi iden­titas
dan fungsi seorang psikolog, namun di sisi lain khususnya dalam beberapa
dasa warsa terakhir telah menjadi sasaran kritik dan ketidak-puasan baik
11
dari luar maupun dari dalam profesi psikologi sendiri, karena cenderung
mereduksi fungsi dan peran psikolog sebagai sekadar tukang tes. Salah
satu sumber utama kelemahan dalam penyelenggaraan asesmen sehingga
menimbulkan ketidakpuasan dari pihak pemakai jasa maupun pengamat
kiranya adalah tidak dimilikinya wawasan yang memadai tentang hakikat
dan sejarah asesmen dalam pelayanan psikologis. Maka, kompetensi ases-
men dipandang mencakup tiga unsur penting, yaitu (a) pemilikan wa-
wasan yang jernih tentang hakikat dan sejarah asesmen, (b) pemilikan
pengetahuan yang relevan dan memadai tentang asesmen, dan (c) pemili-
kan ketrampilan yang memadai dalam penyelenggaraan asesmen (Gold &
De Piano, 1991).
Psikolog harus memiliki wawasan tentang hakikat asesmen dan seja-
rahnya, baik seperti berlangsung di tempat kelahirannya maupun di tem-
pat penerapannya kini. Muncul dan berkembangnya psychological testing
pada paruh pertama abad ke-20 di Eropa dan Amerika Serikat dipandang
ikut menandai mekarnya psikologi, khususnya psikologi klinis, sebagai
profesi. Psychological testing and evaluation sebagai sejenis kompetensi khas
psikolog telah berhasil menempatkan psikolog pada posisi terhormat kala
itu. Namun di bidang intervensi atau penanganan gangguan psikologis,
psikolog dengan kompetensi testing dan evaluasinya itu ternyata hanya
menempati peran subordinatif atau sekunder sebagai ”psychodiagnostic
assistant” atau asisten psikodiagnostik bagi para psikoterapis
Untuk yangKarysta
Yonita, Ryo, lazim-
nya berlatar belakang pendidikan psikiatri atau kedokteran jiwa. Akibat-
nya, konsep asesmen cenderung dipahami sebatas penyelenggaraan test-
ing terhadap klien perorangan yang dilakukan pada awal proses intervensi
dengan tujuan utama merumuskan diagnosis. Konsep sempit tentang ases­
men ini dikenal sebagai model ”pre-treatment testing” tentang asesmen
psikologis, dan kini mulai ditinggalkan (Gold & De Piano, 1991).
Memasuki dasawarsa 1960-an model sempit tentang asesmen psiko­
logis di atas mendapatkan kritik tajam dari kalangan dalam maupun luar
psikologi. Selain itu peran psikolog juga mengalami pergeseran, dari se­
kadar melakukan testing untuk mendukung intervensi yang dilakukan
oleh psikiater ke melakukan praktek psikoterapi sendiri. Psikolog makin
The Possibler
028724

12 © 2011 Kanisius
PENERBITpsikoterapi
memandang KANISIUSdan (Anggota IKAPI) intervensi psikologis lain se-
bentuk-bentuk
4 Jl. Cempaka
bagai aktivitas9,utama
Deresan, Yogyakarta
mereka. 55281,
Akibatnya, INDONESIA
status dan praktek asesmen di
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011,
kalang­an psikolog sendiri merosot secara tajam. INDONESIA
Telepon
Namun(0274) 588783, 565996;
menghadapi Fax (0274)
aneka kritik 563349
dan kecenderungan baru itu, bu-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
kannya menjadi surut bidang asesmen justeru melakukan aneka perubah­
Website
an sesuai : tuntutan
www.kanisiusmedia.com
masyarakat pengguna, termasuk meningkatnya per-
mintaan asesmen di aneka konteks lain selain psikoterapi dan dengan klien
yang semakin beragam pula, tidak terbatas pada klien perorangan. Mun-
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
cullah model asesmen baru yang dikenal sebagai ”broad-based model”,
Tahun
yaitu model asesmen 15 dengan14pendekatan,
13 sarana-alat,
12 11
dan sasaran layanan
yang diperluas disertai ketrampilan memberikan konsultasi dan pemilik­an
wawasan yang luas tentang asesmen sehingga mampu menanggapi aneka
Editor : Dwiko
kebutuhan yang terus berkembang di tengah masyarakat (Gold & De Pi-
Desainer
ano, 1991).sampul : Marius Santo
Psikolog juga harus memiliki pengetahuan tentang aneka konsep kun-
ci model asesmen yang baru. Beberapa contoh konsep kunci terpenting
tentang asesmen baru yang dimaksud adalah sebagai berikut (Gold & De
ISBN 978-979-21-3041-6
Piano, 1991):
Hak Psikolog
a. cipta dilindungi undang-undang
yang kompeten harus mampu memilih dari aneka metode
asesmen
Dilarang atau evaluasi,karya
memperbanyak manatulis
yanginipaling
dalamcocok
bentukdengan kasus yang
dan dengan
cara sedang
apa pun, termasuk
dihadapi, fotokopi,
bukan tanpa
sekadar izin tertulissecara
mengandalkan dari Penerbit.
otomatis-dog-
matis sejumlah tes baku yang sudah lazim dipakai.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
b. Subjek evaluasi yang harus dilayani tidak terbatas perorangan me-
lainkan mencakup pasangan, keluarga, organisasi, komunitas, atau
sistem.
c. Psikolog harus menguasai aneka teknik evaluasi lain selain evaluasi
praintervensi, seperti evaluasi terhadap hasil intervensi, evaluasi pro-
gram, dan sebagainya.
d. Tujuan utama asesmen psikologis adalah mendapatkan pemahaman
tentang klien untuk mendasari perencanaan tindakan praktis terten-
tu dalam rangka intervensi atau pemecahan masalah, bukan sekadar
menghasilkan klasifikasi diagnostik. Maka, jauh lebih penting bagi
seorang psikolog untuk mengasah kemampuan menemukan aneka
13
kekuatan dan kemampuan dalam diri klien yang bisa terus dimekar­
kan daripada mendeteksi aneka kekurangan mereka sekadar untuk
keperluan kategorisasi.
e. Psikolog tidak boleh hanya menguasai sejumlah tes baku, itu pun
hanya sebatas pada aneka aspek teknisnya seperti administrasi, pen-
skoran, dan interpretasinya. Dia harus memahami landasan kon-
septual yang lebih fundamental tentang asesmen agar tidak terjebak
menerapkan aneka teknik asesmen secara naïf atau bahkan keliru,
serta agar lebih terbuka terhadap kehadiran berbagai teknik dan
prosedur asesmen yang baru.

Selain penguasaan teknis atas alat-alat asesmen yang digunakan, se-


orang psikolog juga harus menguasai aneka ketrampilan pendukung dalam
pelaksanaan asesmen, sebagai berikut (Gold & De Piano, 1991):
a. Mampu merumuskan pertanyaan referal, yaitu pertanyaan-pertanya­
an dari pihak ketiga yang mengirim klien, yang diharapkannya akan
terjawab lewat proses asesmen. Maka, psikolog harus trampil mem-
berikan konsultasi untuk menolong sumber referal semacam itu meru-
muskan apa yang ingin diperoleh atau apa yang hendak diputuskan-
nya berdasarkan hasil asesmen. Berdasarkan pertanyaan referal yang
jelas, psikolog akan bisa menentukan jenis informasi tentang klien
yang perlu dikumpulkannya, teknik dan Untuk instrumen yang
Yonita, harus
Ryo, dia
Karysta
gunakan, dan aneka persoalan yang perlu dia pecahkan berdasarkan
hasil asesmen.
b. Memilih metode. Menurut model asesmen dengan basis yang diper-
luas, selain testing ada banyak metode pengumpulan informasi lain
yang juga memiliki fungsi penting dalam evaluasi, seperti wawancara,
asesmen perilaku, dan aneka metode khusus untuk mengevaluasi pa­
sangan, keluarga, organisasi, dan sistem. Dengan kata lain, asesmen
harus bergerak ke arah menjadi semakin eklektik dalam arti meng­
andalkan kombinasi aneka metode dan teknik demi mendapatkan
informasi paling akurat dan lengkap tentang klien untuk menjawab
pertanyaan referal.
The Possibler
028724

14 © 2011 Kanisius
PENERBIT
c. KANISIUS
Pengumpulan (Anggota informasi.
dan pemrosesan IKAPI) Ketrampilan ini meliputi
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakartatentang
55281, masing-masing
INDONESIA jenis teknik
penguasaan landasan konseptual
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
asesmen, penerapan minimal salah satu teknik tertentu mewakili
Telepon (0274) 588783,
masing-masing jenis565996;
teknik Fax (0274)dan
asesmen, 563349
penyusunan ringkasan
E-mail : office@kanisiusmedia.com
hasilnya.
Website : www.kanisiusmedia.com
d. Merumuskan dan mengintegrasikan hipotesis interpretatif. Psikolog
harus memahami perbedaan antara data mentah hasil penerapan pro­
sedur evaluasi tertentu dan kesimpulan interpretatif yang ditarik dari
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
data tersebut. Sebuah himpunan data baru akan menjadi bermakna
Tahun 15
sesudah dirumuskan 14
ke dalam13interpretasi
12 yang 11 bersifat hipotetis
dengan cara mengaitkannya dengan teori atau fakta empiris terten-
tu. Interpretasi juga akan menjadi semakin akurat bila dirumuskan
Editor : Dwiko
berdasarkan gabungan dari semakin banyak data yang diperoleh dari
Desainer
anekasampul
sumber. : Marius Santo
e. Diseminasi hasil. Nilai suatu asesmen pada akhirnya ditentukan oleh
kemampuan psikolog mengomunikasikan hasil asesmen itu kepada
subjek yang dievaluasi dan/atau sumber referal yang mengirimnya
ISBN 978-979-21-3041-6
dengan bahasa yang sederhana, jelas, lugas, konsisten, dan yang ter-
Hak penting,
cipta dilindungi undang-undang
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan referal secara me-
madai.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Itulah cakupan kompetensi di bidang asesmen dalam pengertian baru
yang perlu
Dicetak oleh dimiliki
Percetakanoleh seorang
Kanisius psikolog,
Yogyakartayang nyata-nyata jauh melam-
paui stereotipe lama tentang psikolog sebagai sekadar ”tukang tes.”

3. Intervensi
Intervensi adalah tindakan yang bertujuan mempromosikan dalam
arti memulihkan, mempertahankan, atau meningkatkan fungsi positif dan
rasa sejahtera klien lewat bentuk-bentuk layanan yang bersifat preventif, de-
velopmental, dan/atau remedial (Bent & Cox, 1991). Intervensi mencakup
bidang yang lebih luas dari sekadar psikoterapi. Psikoterapi atau konseling
individual yang didasarkan pada apa yang disebut ”indivi­dualized service
planning” memang tetap bisa menjadi bagian esensial kompetensi inter-
15
vensi, namun juga perlu dilengkapi dengan penguasaan aneka pendekatan
intervensi kelompok. Maka, konsep klien perlu diperluas tidak terbatas
pada individu melainkan juga mencakup pasangan, ke­lompok, organisasi,
dan sebagainya. Karena itu kompetensi intervensi juga harus mencakup
kemampuan menjalin relasi dengan berbagai pihak, se­perti ”referral net-
working” alias membangun jaringan dengan sumber-sumber referal, dan
”collegial planning” alias mengevaluasi dan merencanakan aneka kiat me­
ningkatkan keefektifan dalam memenuhi kebutuhan klien bersama pihak-
pihak lain yang terkait. Selain itu, menurut pandangan baru tentang in-
tervensi ini seorang psikolog bukan pertama-tama seorang psikoterapis
melainkan lebih merupakan seorang ”human resources expert” yang tugas
utamanya adalah menolong orang lain mengatasi aneka problem kehidup­
an yang mengusik rasa sejahteranya. Untuk itu metode-metode intervensi
yang bersifat preventif-developmental perlu diutamakan seraya tidak bo­
leh terpaku pada ranah diagnosis dan penyakit mental yang merupakan
wilayah psikoterapi tradisional (Bent & Cox, 1991).

4. Penelitian dan Evaluasi


Penelitian adalah kegiatan mengumpulkan dan menafsirkan data un-
tuk memperoleh informasi yang akurat tentang orang, gejala atau keadaan,
atau kelompok orang tertentu. Sebaliknya, evaluasi melibatkan kegiatan
membandingkan data dan/atau hasil penafsiran atas Yonita,
Untuk data dengan krite-
Ryo, Karysta
ria atau norma tertentu agar dapat menentukan kualitas data atau hasil
penafsiran data itu dalam sejenis kontinum atau skala baik-buruk. Bisa
dikatakan, evaluasi merupakan langkah lebih lanjut dari suatu penelitian.
Artinya, evaluasi selalu melibatkan proses penelitian, sedangkan penelitian
tidak selalu ditindak-lanjuti dengan evaluasi.
Kompetensi di bidang penelitian dan evaluasi bagi seorang psikolog
perlu mencakup unsur-unsur sebagai berikut (Trierweiler & Stricker,
1991):
a. Penguasaan pengetahuan dasar tentang filsafat ilmu, khususnya ke-
sadaran bahwa produksi suatu pengetahuan ilmiah pada dasarnya
merupakan proses sosial dan politik. Merupakan proses sosial sebab
The Possibler
028724

16 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
melibatkan kerja sama(Anggota IKAPI)pihak baik langsung maupun
dengan berbagai
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
tak langsung, termasuk dengan pihak yang diteliti sendiri. Merupa-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
kan proses politik sebab pengetahuan memiliki implikasi kekuasaan
Telepon
bagi (0274) 588783,
pihak yang 565996; Fax
memproduksi dan(0274) 563349
menguasainya.
E-mail
b. : office@kanisiusmedia.com
Penguasaan pengetahuan dasar tentang statistik terapan dan teori
Website : www.kanisiusmedia.com
pengukuran sebagai sarana utama untuk meneliti aneka konstruk
ilmiah dengan pendekatan populasi.
c. Penguasaan pengetahuan dasar tentang aneka desain penelitian mulai
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
dari yang paling terkontrol seperti eksperimen laboratorium sampai
Tahun 15
yang paling kurang 14
melibatkan 13
kontrol 12 11
seperti penelitian lapangan.
d. Penguasaan pengetahuan dasar tentang aneka metode penelitian
kualitatif-interpretatif dengan fokus pada masalah reliabilitas dan
Editor : Dwiko
validitas, atau lebih tepat kredibilitas dalam mengumpulkan dan me-
Desainer sampul
nafsirkan : Marius Santo
data kualitatif.
e. Penguasaan pengetahuan dasar tentang penerapan pendekatan pene-
litian yang khas untuk berbagai sasaran penelitian khas baik yang
berupa sistem maupun individu, seperti penelitian survei, penelitian
ISBN 978-979-21-3041-6
evaluasi, studi kasus, dan sebagainya.
Hak Penguasaan
f. cipta dilindungi undang-undang
pengetahuan dasar tentang epistemologi pribadinya
sendiri,
Dilarang berupa kesadaran
memperbanyak tentang
karya aneka
tulis ini bias bentuk
dalam pribadi,dan
predileksi
denganatau
cara kecondongan
apa pun, termasuk fotokopi,
pribadi tanpatertentu,
pada teori izin tertulis dari Penerbit.
keterbukaan terhadap
aneka perspektif dalam memandang persoalan berikut kelebihan dan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
kekurangan dari masing-masing pendekatan itu, kesadaran tentang
pentingnya memiliki bukti-bukti empiris yang memadai dalam men-
dukung suatu pandangan seraya tetap mempertahankan sikap kritis
yang sehat, kesadaran tentang keterikatan penelitian pada etika, dan
kesadaran tentang pentingnya meminta masukan dan umpan balik
dari kolega tentang setiap penelitian yang sedang dilakukan sekali-
pun melakukan penelitian sudah menjadi kegiatan rutin.
g. Penguasaan ketrampilan membuat laporan penelitian dan/atau la­
poran profesional secara mantab.
17
Secara khusus, seorang psikolog sejati merupakan seorang ”local clin-
ical scientist” alias ilmuwan klinis lokal. Maksudnya, sebagai ilmuwan dia
perlu mengembangkan ciri-sikap sebagai berikut: (a) menyangkut orientasi
pengetahuan dan metode, dia perlu lebih memilih menjadi seorang gene­
ralis daripada spesialis, (b) dalam melakukan penelitian dia perlu lebih
berfokus pada realitas lokal; di situ data dikumpulkan dari kasus tertentu
sehingga kemungkinannya untuk digeneralisasikan pada kasus lain akan
disikapinya sebagai terbatas, serta (c) memilih mengembangkan sikap
dasar sebagai peneliti yang aktif, bukannya puas sekadar karena memiliki
keahlian teknis menyangkut aneka metode ilmiah tertentu (Trierwiler &
Stricker, 1991).

5. Konsultasi dan Pendidikan


Problem kehidupan yang dihadapi manusia dan masyarakat semakin
kompleks. Keterkaitan antara berbagai problem yang dialami individu atau
kelompok dengan kehidupan komunitas dan dunia yang lebih luas pun
semakin diakui kebenarannya. Tugas psikologi tidak lagi terbatas meng­
atasi aneka problem individual melainkan lebih-lebih mmengupayakan
pemuliaan kehidupan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat
program-program yang bersifat preventif. Makna problem pun diperluas
bukan hanya terbatas pada aneka bentuk gangguan fungsi psikis melain­kan
juga mencakup pemanfaatan aneka sumber daya secara
Untuk kurang
Yonita, Ryo,optimal
Karysta
serta aneka bentuk kegagalan mendapatkan kesempatan untuk berkem-
bang secara penuh. Dengan kata lain, problem manusia-masyarakat tidak
lagi bisa diatasi hanya lewat aneka bentuk intervensi tradisional pada taraf
perorangan, melainkan bahkan perlu dicegah lewat berbagai usaha konsul-
tasi dan pendidikan yang ditujukan kepada baik perorangan, kelompok,
bahkan masyarakat luas.
Pendidikan dalam arti luas mencakup semua bentuk usaha memberi-
kan fasilitasi secara terarah oleh seorang psikolog kepada seseorang atau
sekelompok orang dengan tujuan menumbuhkan aneka pengetahuan, ke-
trampilan atau sikap tertentu dalam diri orang atau kelompok orang ber-
sangkutan yang menjadi sasaran pendidikan (Illback, Maher & Kopplin,
The Possibler
028724

18 © 2011 Kanisius
PENERBIT
1991). KANISIUS
Pendidikan (Anggota IKAPI)
selalu mengandung unsur pemberian pengaruh terten-
4 Jl. khususnya
Cempaka 9, Deresan,
tu, dari pendidikYogyakarta 55281,
kepada peserta INDONESIA
didik, dalam rangka mengatasi
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
atau mencegah terjadinya problem kehidupan tertentu. Pendidikan bisa
Telepon (0274)
diberikan secara 588783,
tatap muka565996; Fax (0274)
dan langsung atau563349
secara tidak langsung de­
E-mail : office@kanisiusmedia.com
ngan menggunakan aneka media komunikasi, seperti media cetak, media
Website : www.kanisiusmedia.com
audio-visual, dan sebagainya. Apa pun media yang digunakan, pendidik­
an yang baik harus dilaksanakan mengikuti desain instruksional yang di-
dasarkan pada aneka kebutuhan peserta didik, dengan materi dan metode
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
pembelajaran yang sesuai, dan dengan sistem evaluasi pencapaian hasil
Tahunyang memadai.
belajar 15 14 13 12 11
Sebaliknya, konsultasi adalah interaksi kolaboratif yang terencana
antara psikolog sebagai konsultan dan satu atau lebih klien atau kolega
Editor : Dwiko
sebagai konsulti dalam rangka membahas suatu problem atau program
Desaineryang
tertentu sampul
sedang: dihadapi
Marius Santo
oleh klien atau kolega yang bersangkutan
(Illback, Maher & Kopplin, 1991). Konsultasi pada dasarnya merupakan
suatu proses intervensi juga, namun berbeda dari jenis intervensi yang lain
seperti psikoterapi dalam konsultasi sang psikolog sebagai konsultan tidak
ISBN 978-979-21-3041-6
terlibat bahkan tidak memiliki kontrol langsung atas proses perubahan
Hak cipta
nyata yang dilindungi
berlangsung undang-undang
dalam diri konsulti. Sebagai bentuk intervensi,
konsultasi berfokus pada kebutuhan
Dilarang memperbanyak konsulti
karya tulis berupa
ini dalam perorangan,
bentuk pasang­
dan dengan
cara
an, apa pun, organisasi,
kelompok, termasuk fotokopi, tanpa
program, dan izin tertulis
sebagainya. daripsikolog
Tugas Penerbit.
sebagai
konsultan adalah menolong konsulti merumuskan problem yang sedang
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
dihadapi dan menemukan cara-cara solusi lewat proses pemberian penga­
ruh yang bersifat fasilitatif.
Maka, kompetensi pendidikan dan konsultasi perlu mencakup un-
sur-unsur berupa pengetahuan, sikap, dan ketrampilan baik yang bersifat
umum seperti kemampuan berkomunikasi maupun yang bersifat lebih
khusus seperti penguasaan aneka pengetahuan teoretis-empiris yang men-
dasari proses konsultasi, seperti dinamika kelompok, kesehatan mental,
teori organisasi, serta penguasaan aneka prinsip dan prosedur pengembang­
an desain instruksional.
19
6. Manajemen dan Supervisi
Di sini yang dimaksud manajemen adalah gugusan aktivitas yang ber-
tujuan mengarahkan, mengorganisasikan, dan menata atau mengendali-
kan aneka layanan yang ditawarkan psikolog kepada publik pengguna jasa
layanan psikologis (Bent, Schindler & Dobbins, 1991). Dengan kata lain,
yang menjadi fokus di sini adalah penguasaan atas aspek-aspek manaje-
rial dari praktek psikologi. Kompetensi manajerial ini mencakup minimal
empat unsur, yaitu:
a. Self-management atau manajemen-diri sebagai seorang psikolog pro­
fesional yang baik. Psikolog profesional yang baik akan mampu
men­jalankan praktek sesuai standar teknis dan etis yang berlaku,
memenuhi berbagai kewajiban, memiliki kepekaan terhadap kebu-
tuhan orang lain khususnya klien, serta menjalani kehidupan pribadi
yang sehat. Maka, kemampuan manajemen-diri ini perlu mencakup
unsur-unsur (1) kemampuan mengelola perilaku profesional sesuai
pedoman yang berlaku, (2) kemampuan mengelola waktu, (3) memi-
liki skala prioritas, khususnya memberikan prioritas yang tinggi pada
hal-hal yang berkaitan dengan profesinya, dan (4) mengembangkan
gaya hidup yang sesuai dengan profesinya.
b. Manajemen kasus, yaitu manajemen klien dengan memberikan per-
hatian pada segi-segi praktis, etis, legal, lintas-disiplin dan lintas-lem-
baga yang senantiasa akan muncul dalamUntuk menangani
Yonita,klien. Unsur-
Ryo, Karysta
unsur kemampuan ini meliputi kemampuan mengelola administrasi
dan dokumentasi data kasus, perencanaan program layanan, mem-
bangun jaringan kerjasama dengan pihak atau lembaga lain, dan se-
bagainya.
c. Manajemen profesi, yaitu penguasaan aneka standar, pedoman kerja,
dan kode etik yang diatur oleh organisasi profesi serta hal-hal lain
yang berkaitan dengan penataan profesi seperti akreditasi, sertifikasi
atau pemberian ijin praktek, dan sebagainya.
d. Sistem penyediaan layanan (service delivery system), yaitu penguasaan
aneka jenis layanan psikologis seperti praktek pribadi, praktek da-
lam lembaga, serta hal-hal yang terkait dengan praktek penyediaan
The Possibler
028724

20 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
layanan seperti (Anggota
pemahaman IKAPI)
tentang populasi sasaran yang dilayani,
4 Jl. Cempaka 9, Deresan,
penguasaan aneka caraYogyakarta
mengakses55281, INDONESIA
populasi sasaran, penyediaan ane-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
ka sumber-sarana, perijinan, kendali-mutu, dan sebagainya.
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Supervisi adalah manajemen yang dikombinasikan dengan pengajar­
Website : www.kanisiusmedia.com
an, diarahkan kepada seseorang atau sekelompok profesional muda, ber-
langsung dalam relasi kolaboratif antara psikolog senior sebagai supervisor
dan psikolog yunior sebagai pihak yang disupervisi, dan ditujukan untuk
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
meningkatkan kompetensi psikolog yunior yang disupervisi (Bent, Schin-
Tahun
dler & Dobbins, 15 14
1991). Kompetensi 13 supervisi
12 mencakup
11 baik kemam-
puan menjadi subjek sasaran supervisi yang baik maupun kemampuan
melakukan supervisi yang baik terhadap orang lain. Yang pertama bisa
Editor : Dwiko
didapat dengan cara menjalani praktikum atau tugas praktek lain dengan
Desainer sampul
disupervisi : Marius
dosen. Yang keduaSanto
bisa didapat dengan cara menjadi asisten
praktikum dengan tugas pokok mensupervisi kegiatan praktek sekelom-
pok mahasiswa yunior.
Dalam konteks psikologi konsultasi, pembicaraan kita selanjutnya
ISBN 978-979-21-3041-6
dalam buku ini akan terfokus pada kompetensi konsultasi dan pendidik­
Hakbahkan
an, cipta dilindungi
secara lebihundang-undang
khusus lagi pada kompetensi menyelenggarakan
bantuan
Dilarangberupa pendidikankarya
memperbanyak psikologis
tulis atau psikoedukasi
ini dalam bentuk pada kelompok-
dan dengan
cara apa pun,
kelompok klientermasuk fotokopi,
atau subjek tanpa izin
sehat-normal tertulis
dalam dari Penerbit.
lingkungan pendidikan,
perusahaan, dan komunitas.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
21

BAB 2
Dari Konseling Ke Konsultasi

Untuk memahami arti dan kedudukan psikologi konsultasi (dan


pen­didikan) dalam kancah penyediaan jasa layanan psikologis dalam
masyarakat masa kini, kiranya perlu kita simak sejarah perkembangan pem­
bedaan antara konseling dan psikoterapi di satu sisi, dan sejarah perkem-
bangan pembedaan antara konseling dan konsultasi sendiri di sisi lain.

A. Konseling, Psikoterapi, dan Konsultasi


Secara tradisional, dari segi substansinya konseling dan psikoterapi
memiliki arti yang sama, yaitu usaha menolong klien khususnya perorang­
an mengatasi suatu problem psikologis yang mengganggu rasa
Untuk Yonita, kesejahte­
Ryo, Karysta
ra­an pribadinya. Salah satu definisi tentang konseling yang dikemukakan
oleh Pepinsky dan Pepinsky (1954, dalam George & Cristiani, 1981) me-
nyatakan bahwa ”counselling is a process involving an interaction between
a counsellor and a client in a private setting, with the purpose of help-
ing the client change her/his behavior so that a satisfactory resolution of
needs may be obtained” (h. 4). Artinya, konseling merupakan proses yang
melibatkan suatu interaksi antara seorang konselor dan seorang klien se-
cara pribadi, dengan tujuan membantu klien mengubah tingkah lakunya
se­hingga mampu mencapai pemuasan aneka kebutuhan hidupnya secara
memuaskan. Aspek-aspek yang ditekankan pada definisi itu adalah inter-
aksi, perubahan tingkah laku, dan pemuasan kebutuhan.
The Possibler
028724

22 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
Psikoterapi lazimnya (Anggota
cenderungIKAPI)
dimaknai sebagai reedukasi atau
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta
pendidikan kembali si individu dengan 55281,
tujuan INDONESIA
mengubah persepsi, meng­
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
integrasikan pemahaman baru ke dalam tingkah lakunya sehari-hari, dan
Telepon
meng­ atasi(0274)
aneka 588783,
perasaan565996; Fax akibat
negatif akut (0274)pengalaman
563349 yang menyakit-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
kan di masa lalu (Brammer & Shostrom, 1982).
Website : www.kanisiusmedia.com
Bertolak dari kata kunci perubahan tingkah laku yang terdapat da-
lam definisi baik tentang konseling maupun psikoterapi, dapatlah dika-
takan bahwa secara substansial kedua bidang layanan psikologis itu sukar
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
dibedakan. Kekaburan batas antara konseling dan psikoterapi ini memang
Tahunoleh kalangan
diakui 15 konselor
14 dan 13 12 sendiri
psikoterapis 11 (George & Cris-
tiani, 1981; Brammer & Shostrom, 1982). Sebagian praktisi berpendapat
bahwa pembedaan itu tidak perlu, konseling dan psikoterapi merupakan
Editor : Dwiko
sinonim belaka. Namun sebagian praktisi lain berpendapat bahwa perbe-
Desainer
daan antarasampul : Marius
kedua jenis layananSanto
itu perlu dipertegas.
Akhirnya disepakati bahwa perbedaan antara konseling dan psiko­
terapi tidak terletak pada dimensi substansi atau kualitas, melainkan hanya
pada dimensi kuantitasnya. Pengakuan ini tampak dari beberapa defini-
ISBN 978-979-21-3041-6
si yang dikutip oleh George dan Cristiani (1981) berikut ini. Pertama,
Hak cipta
Blocher dilindungi
(1966, dalam undang-undang
George & Cristiani, 1981), membedakan konsel-
ing dan psikoterapi
Dilarang memperbanyakdengankarya
menekankan
tulis inibahwa
dalam”the goalsdan
bentuk of counselling
dengan
caraordinarily
are apa pun,developmental-educative-preventive,
termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari
and thePenerbit.
goals of psy-
chotherapy are generally remediative-adjustive-therapeutic” (h. 7, cetak
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
tebal oleh penulis). Jadi, tujuan konseling lazimnya lebih bersifat develop-
mental-edukatif-preventif, sedangkan tujuan psikoterapi lazimnya bersifat
remediatif-penyesuaian(kembali)-terapeutik.
Kedua, Brammer dan Shostrom (1977, dalam George & Cristiani,
1981) menegaskan bahwa ”while the two activities may overlap, coun-
selling in general can be characterized by such terms as educational, vo-
cational, supportive, situational, problem-solving, conscious awareness,
normal, present time, and short term; psychotherapy can be characteri­
zed by such terms as supportive (in a crisis setting), reconstructive, depth
emphasis, analytical, focus on the past, emphasis on ‘neurotics’ or other
severe emotional problems and long term” (h. 7, cetak tebal oleh penulis).
23
Artinya, kendati kedua aktivitas itu saling tumpang tindih, secara umum
konseling ditandai oleh ciri-ciri edukasional, vokasional, suportif, situa-
sional, pemecahan-masalah, melibatkan kesadaran, normal, masa kini,
dan berjangka pendek, sedangkan psikoterapi ditandai oleh ciri-ciri supor-
tif (dalam situasi krisis), rekonstruktif, memberi tekanan pada kedalaman,
analitis, berfokus pada masa lalu, memberi tekanan pada kasus-kasus neu-
rotik atau masalah-masalah emosi lainnya yang bersifat berat atau parah
dan berjangka panjang.
Ketiga, Hahn dan MacLean (1955, dalam George & Cristiani, 1981)
menunjukkan bahwa ”the counsellor would give heavy emphasis to pre-
vention of disruptive deviation, whereas the psychotherapists would give
primary emphasis to present deviation with secondary attention to preven-
tion. In addition … counselling has a goal of long-range educational and
vocational planning. Their total emphasis seems to view counselling as
being concerned with preventive mental health, and psychotherapy with
remediation” (h. 8, cetak tebal oleh penulis). Artinya, konselor memberi
tekanan berat pada mencegah terjadinya penyimpangan yang bersifat
merusak (perkembangan), sedangkan psikoterapis memberi tekanan uta-
ma pada menghilangkan penyimpangan yang kini telah terjadi sementara
upaya pencegahan hanya merupakan perhatian tambahan. Selain itu, kon-
seling bertujuan membantu membuat perencanaan jangka panjang dalam
memilih jurusan pendidikan dan pekerjaan. Mereka memandang
Untuk Yonita, bahwa
Ryo, Karysta
konseling lebih terkait dengan kesehatan mental yang bersifat preventif,
sedangkan psikoterapi lebih terkait dengan remediasi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, George dan Cristiani (1981)
menyimpulkan sebagai berikut, ”within the context of the continuum,
the goals of psychotherapy are more likely to involve a quite complete
change of basic character structure; the goals of counselling are apt to be
more limited, more directed toward growth, more concerned with the …
immediate situation, and more aimed at helping the individual function
adequately in appropriate roles” (h. 8). Maksudnya, bila ditempatkan
dalam sebuah kontinum tujuan psikoterapi lebih melibatkan perubahan
menyeluruh terhadap struktur karakter dasar seseorang; sedangkan tujuan
The Possibler
028724

24 © 2011 Kanisius
PENERBIT
konseling KANISIUS
lebih (Anggota
terbatas, yaitu IKAPI) pada pertumbuhan, lebih
lebih diarahkan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
terkait dengan…situasi yang sedang dihadapi kini, serta lebih diarahkan
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
untuk membantu individu menjalankan aneka peran kehidupannya secara
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
memadai.
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Ringkas kata, secara substansial konseling dan psikoterapi adalah
Website : www.kanisiusmedia.com
sama, keduanya berbeda hanya menyangkut dimensi kuantitas gangguan
klien dan jenis bantuan perubahan tingkah laku yang diberikan kepada
klien. Konseling diarahkan pada kelompok klien normal dan pemberi­
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
an bantuan yang bersifat preventif, sedangkan psikoterapi diarahkan pa­da
Tahun klien yang
kelompok 15 sudah14 tergolong13kurang12 11
normal (neurosis atau psiko-
sis) sehingga bantuan yang diberikan pun lebih bersifat remediasi. Na-
mun, boleh jadi sebagian karena didorong oleh kebutuhan untuk mene­
Editor : Dwiko
gaskan corak preventifnya bidang konseling sendiri kemudian mengalami
Desainer sampul
perkembangan pesat: dan
Marius Santo
meluas, sampai akhirnya merambah bidang baru
yang bernama konsultasi.
Lantas, bagaimana kaitan antara konseling dan konsultasi? Pada
awalnya konsultasi masih dimaknai secara agak sempit seperti tampak dari
ISBN 978-979-21-3041-6
definisi yang dikemukakan oleh Lippit (1959, dalam George & Cristiani,
Hak cipta
1981) dilindungi
berikut undang-undangbe a voluntary relationship between
ini: ”Consultation…to
aDilarang
professional helper (consultant)
memperbanyak and ini
karya tulis a help
dalamneeding
bentuk system (client) in
dan dengan
cara apa
which thepun, termasuk
consultant fotokopi, to
is attempting tanpa
giveizin
helptertulis dari Penerbit.
to the client in the solving
of some current or potential problem, and the relationship is perceived
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
as temporary by both parties. Also, the consultant is an ‘outsider,’ i.e., is
not a part of any hierarchical power system in which the client is located”
(h. 271). Maksudnya, konsultasi merupakan relasi yang dilakukan de­ngan
sengaja atau sadar antara seorang penolong profesional (konsultan) dan
sebuah sistem tertentu yang sedang membutuhkan bantuan (klien), di
mana si konsultan mencoba menolong klien mengatasi sebuah masalah
yang sudah terjadi atau berpotensi muncul, dan relasi itu dipandang bersi-
fat sementara oleh kedua belah pihak. Selain itu, si konsultan merupakan
”pihak luar”, yaitu bukan bagian dari sistem kekuasaan hirarkis tempat si
klien berada.
Yang dimaksud klien dalam definisi di atas adalah ”any functioning
25
social unit such as a family, industrial organization, individual, commit-
tee, staff, membership association, governmental department, delinquent
gang, or hospital staff” (h. 271). Artinya, yang dimaksud klien mencakup
semua satuan sosial seperti keluarga, organisasi industri, individu, komisi
atau kelompok kerja, staf atau himpunan pegawai, perkumpulan, him-
punan pegawai yang membentuk bagian dalam pemerintahan, bahkan
gang anak-remaja bermasalah, atau staf rumah sakit.
Kendati sudah diperluas dari pengertian asli konseling, definisi di
atas sedikit banyak masih mencerminkan pengertian tradisional atau sem-
pit tentang konsultasi. Pengertian yang lebih luas dan mutakhir tentang
konsultasi bisa ditemukan dalam tulisan Nelson-Jones (1982). Menurut-
nya, sejak dasa warsa delapan puluhan di lingkungan praktisi layanan psi-
kologis makin populer gerakan mengikuti apa yang disebut psychoeducator
model. Bentuk layanan konsultasi yang diutamakan bergeser dari model
konseling perorangan dalam ruang konsultasi yang bercorak remedial ke
arah psychological education yang lebih bercorak developmental dan pre-
ventif, ditujukan kepada klien sehat-normal dalam kelompok-kelompok
yang relatif besar, dan diselenggarakan dalam setting non-psikologis seperti
ruang kelas di sekolah atau ruang pertemuan di perusahaan. Dengan kata
lain, konseling telah bermetamorfosis melalui konsultasi menjadi psycho-
logical education atau psychoeducation, yaitu sejenis model komprehensif
baru layanan psikologis mencakup konseling, training atau pelatihan,
Untuk Yonita, dan
Ryo, Karysta
konsultasi sekaligus dengan tekanan pada sifat perseveratif-developmental
untuk membantu klien baik perorangan maupun kelompok-lembaga agar
mampu memperkembangkan diri secara optimal.

B. Aneka Peran Konsultan


Berdasarkan model psikoedukator, maka peran seorang psikolog-
konselor-konsultan pun mengalami perluasan. Dia tidak lagi cukup hanya
berperan tunggal entah sebagai konselor atau psikoterapis, melainkan se-
bagaimana dikemukakan oleh Kurpius dan Brubaker (1976, dalam Hersh-
enson, Power, & Waldo, 1996) serta Kurpius dan Robinson (1978, dalam
George & Cristiani, 1981), harus mampu menjalankan serangkaian peran
The Possibler
028724

26 © 2011 Kanisius
PENERBIT
baik KANISIUS maupun
secara sendiri-sendiri (Anggotabersama-sama,
IKAPI) sebagai berikut:
4 Jl. Cempaka
1. Provision 9,atau
Deresan, Yogyakarta
ahli (expert), yaitu 55281,
berperanINDONESIA
membantu sebagai ahli
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
yang mampu memberikan layanan bantuan psikologis lang­sung ke-
Telepon
pada(0274) 588783,
konsulti dalam 565996; Fax (0274)
rangka mengatasi 563349kehi­dup­an tertentu.
persoalan
E-mail
Dalam: office@kanisiusmedia.com
bahasa lugas, konsulti membeli keahlian konsultan. Konsul-
Website : www.kanisiusmedia.com
tan mendiagnosis atau merumuskan masalah yang dialami konsulti
atau klien dan menyarankan solusi tertentu berdasarkan diagnosis
masalahnya. Contoh, seorang konsulti mengeluhkan gangguan im-
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
somnia atau sulit tidur di malam hari, lewat pemeriksaan mendalam
Tahun 15
konsultan mencoba 14
menentukan13 sifat 12
masalah11 dan kemungkinan
sumber penyebabnya, dan akhirnya memberikan saran tindakan
yang perlu dilakukan konsulti untuk mengatasi problemnya itu ber-
Editor : Dwiko
dasarkan diagnosis yang berhasil dirumuskannya.
Desainer
2. sampulyaitu
Prescription, : Marius
berperan Santo
membantu dengan cara memberikan pen­
dapat atau nasehat kepada konsulti tentang persoalan yang di­alami oleh
pihak ketiga yang menjadi tanggung-jawab konsulti, serta memberikan
saran (preskripsi) atau resep tentang langkah solusi yang sebaiknya di-
ISBN 978-979-21-3041-6
ambil. Contoh, konsultan yang dimintai bantuan oleh kepala sekolah
Hak sebuah
cipta dilindungi undang-undang
SMA mengatasi problem berupa motivasi dan prestasi belajar
yang terus
Dilarang merosot darikarya
memperbanyak tahuntulis
ke tahun di kalangan
ini dalam bentukpara
dansiswanya.
dengan
cara Mediation,
3. apa pun, termasuk fotokopi,
yaitu berperan tanpa izin
membantu tertulis
dengan caradari Penerbit.
bertindak sebagai
koordinator menyelaraskan layanan dari berbagai pihak yang bersa-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
ma-sama dimintai bantuan seseorang atau lembaga mengatasi suatu
persoalan kompleks tertentu, atau bertindak sebagai negosiator mem-
bantu klien yang sedang terlibat konflik dengan pihak ketiga untuk
merundingkan solusi damai. Peran sebagai koordinator lazimnya ter-
laksana dalam dua macam kemungkinan aktivitas sebagai berikut: (a)
mengkoordinasikan berbagai jenis layanan yang sudah tersedia atau
berjalan, dan/atau (b) menciptakan rencana layanan baru yang me­
rupakan sintesis dari sejumlah solusi alternatif yang dise­pakati ber-
sama. Peran sebagai negosiator lazimnya terlaksana lewat serangkaian
aktivitas dalam rangka mendamaikan sebuah konflik.
4. Collaboration, yaitu berperan membantu dengan cara bertindak se-
27
bagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah. Sebagai fasilita-
tor tugas pokoknya adalah secara kolaboratif bekerja sama dengan
kon­sulti mendiagnosis problem baik yang dialami oleh konsulti
sendiri maupun yang dialami pihak ketiga yang menjadi tanggung
jawab konsulti, serta menemukan solusinya. Kembali kepada contoh
kepala sekolah sebuah SMA di atas, di sini konsultan bersama-sama
kepala sekolah sendiri atau staf guru yang berwenang bahu-membahu
melakukan semua langkah se­jak menentukan sifat masalah motivasi
belajar yang dialami para siswa, menentukan kemungkinan penyebab
merosotnya motiva­si belajar itu, sampai merumuskan solusi untuk
mengatasinya.
5. Trainer/Educator, yaitu berperan membantu dengan cara meng­ajar­
kan pengetahuan atau ketrampilan tertentu baik langsung kepada
konsulti maupun kepada pihak ketiga yang menjadi tanggung jawab
konsulti. Pada contoh kasus kepala sekolah di atas, di samping so­
lusi lain yang terkait dengan perubahan kebijakan sekolah maupun
terkait perubahan sikap dan cara mengajar guru, bisa jadi salah satu
solusi yang dipilih adalah meminta bantuan konsultan memberikan
pela­tihan peningkatan motivasi belajar siswa untuk seluruh tingkat­
an kelas dalam sebuah aktivitas akhir pekan yang dijadwalkan secara
khusus dan dilaksanakan di luar sekolah.
Untuk Yonita, Ryo, Karysta
Sejalan dengan makin besarnya kebutuhan untuk memberikan pen-
dampingan yang bersifat developmental-preventif kepada kelompok-ke­
lompok subjek normal-sehat di luar ruang konsultasi dalam rangka psycho-
logical education, pembahasan kita selanjutnya akan lebih difokuskan pada
peran konsultan sebagai trainer/educator.

C. Aneka Ketrampilan Konsultan


Sebagai trainer/edukator yang pada dasarnya adalah komunikator
se­orang konsultan dituntut memiliki aneka ketrampilan dasar memba­
ngun komunikasi interpersonal. Menurut Dinkmeyer dan Carlson (dalam
George & Cristiani, 1981), gugus ketrampilan komunikasi interpersonal
The Possibler
028724

28 © 2011 Kanisius
PENERBIT
ini mencakup:KANISIUS (Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
1. Mampu bersikap empatik dan menyelami pikiran dan perasaan orang
Kotak Pos
lain. 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon
2. Mampu (0274) 588783,
menjalin 565996;
relasi Faxklien
dengan (0274) 563349
anak, remaja, maupun dewasa
E-mail : office@kanisiusmedia.com
secara terarah. Maksudnya,
�����������������������������������������������
terarah pada tujuan menumbuh­kan si-
Website
kap :atau
www.kanisiusmedia.com
ketrampilan tertentu dalam diri klien, bukan sekadar untuk
mencari kedekatan emosi atau bahkan popularitas.
3. Peka terhadap kebutuhan orang lain.
Cetakan
4. ke-
Memahami 5
dinamika 4psikologis,
3 motivasi,
2 dan1 arah tingkah laku
Tahunorang lain. 15 14 13 12 11
5. Memahami dinamika kelompok dan manfaatnya dalam dunia ke­
giatan pelatihan-pendidikan.
Editor
6. Mampu menjalin : Dwiko
relasi yang dipenuhi suasana saling percaya dan sa­
Desainer sampul
ling menghormati.: Marius Santo
7. Bebas dari gangguan kecemasan atau problem pribadi lain.
8. Bersifat kreatif, spontan, dan imajinatif.
9. Memiliki kepemimpinan yang bersifat inspiratif. Artinya, mampu
ISBN 978-979-21-3041-6
menumbuhkan dalam diri orang lain motivasi dan gairah untuk be-
lajar dan berkembang.
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang
Selainmemperbanyak
gugus kemampuankarya tulisdiini
dasar dalam
bidang bentukrelasi
menjalin dan dengan
interperso­
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
nal di atas, sebagai seorang psychological trainer/educator seorang konsultan
juga perlu memiliki gugus ketrampilan khusus sebagai berikut (Nelson-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
Jones, 1982):
1. Role-decision making. Menurut pandangan tradisional tentang kon-
seling, tugas dan peran seorang konsultan yang lazim disebut kon-
selor tercurah pada upaya memberikan bantuan psikologis secara
individual dan yang bersifat remedial lewat ruang konsultasi, seh-
ingga hanya menjangkau sebagian kecil warga masyarakat. Menurut
pandangan baru yang lebih menekankan dimensi psychological educa-
tion dalam layanan konsultasi, tugas dan peran seorang konsultan
akan lebih tercurah pada upaya melayani bagian yang lebih besar dari
warga masyarakat dengan cara membantu kelompok subjek normal
baik anak, remaja, maupun dewasa mengembangkan life skills secara
29
memadai serta membantu mempersiapkan tenaga-tenaga paraprofe-
sional ter­masuk tenaga konselor sebaya. Konsultan yang baik harus
pandai membagi waktu dan tenaganya untuk menjalankan kedua
kategori peran itu secara seimbang, tidak tercurah hanya pada salah
satu kategori dengan akibat mengabaikan kategori yang lain.
2. Menjadi effective trainer. Seorang konsultan juga dituntut memiliki
kemampuan menjadi pelatih atau pendidik yang efektif bagi klien
yang membutuhkan bantuan mengembangkan aneka life skills ter-
tentu, atau bagi paraprofesional di bidang layanan psikologis yang
perlu dibantu mengembangkan aneka ketrampilan menolong (help-
ing skills). Untuk itu seorang konsultan perlu menguasai seluk-beluk
pengembangan program pelatihan atau pendidikan (training pro-
grams). Kemampuan ini lazimnya mencakup tiga bidang: (a) men-
desain atau menyusun program, meliputi antara lain: merumuskan
aneka tujuan yang realistik serta mengembangkan aneka strategi un-
tuk mencapai tujuan tersebut, (b) melaksanakan program, dan (c)
mengevaluasi program.
3. Ketrampilan memberikan konsultasi, meliputi antara lain: (a) mampu
bekerja sama dengan perorangan atau kelompok dalam sebuah ko-
munitas atau institusi untuk membantu merumuskan masalah dan
menemukan solusi, (b) mampu mengembangkan aneka jenis pro-
gram layanan bantuan psikologis baik yang bersifat
Untuk remedial,
Yonita, pre-
Ryo, Karysta
ventif, maupun developmental, dan (c) mahir berkomunikasi baik
secara lisan maupun tertulis.
4. Ketrampilan di bidang evaluasi program, meliputi dua kategori kemam­
puan: (a) mampu memanfaatkan hasil evaluasi program yang di­la­
kukan oleh pihak lain, dan (b) mampu melakukan sendiri evaluasi
pro­­gram. Untuk mendukung kedua kategori kemampuan itu seorang
konsultan perlu menguasai basic research skills meliputi kemampuan
menyusun rencana penelitian, mengumpulkan dan menganalisis da­
ta baik secara kuantitatif maupun kualitatif, dan menyusun laporan
penelitian.
The Possibler
028724

30 © 2011 Kanisius
PENERBIT
D. KANISIUS
Aneka Tahap (Anggota
dalam Proses IKAPI)
Konsultasi
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Salah satu model penyelenggaraan konsultasi membagi proses kon-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
sultasi ke dalam sembilan langkah atau tahap (Kurpius, 1978, dalam
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
George & Cristiani, 1981; Dougherty, 1990, dalam Hershenson, Power,
E-mail : office@kanisiusmedia.com
& Waldo, 1996). Langkah-langkah ini memang terutama dimaksudkan
Website : www.kanisiusmedia.com
untuk melukiskan tahapan dalam dalam membangun proses konsultasi
dalam arti sempit dengan seorang konsulti, namun dengan penyesuaian-
penyesuaian
Cetakan ke-seperlunya5 kiranya
4 juga3 bisa memberikan
2 1 gambaran tentang
langkah-langkah dalam mempersiapkan sebuah program layanan konsul-
Tahun
tasi dalam arti luas, 15khususnya
14 berupa 13 layanan
12 psikoedukasi
11 bagi kelom-
pok subjek tertentu. Sembilan langkah atau tahap dalam penyelenggaraan
konsultasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Editor : Dwiko
1. Persiapan atau Preentry. Sebelum mulai melibatkan diri dalam re­
Desainer sampul : Marius Santo
lasi konsultasi dengan konsulti atau klien, seorang konsultan perlu
melakukan persiapan pribadi. Khususnya, dia perlu merefleksikan
pandangan hidup, nilai-nilai hidup, aneka kebutuh­an, keyakinan
teoretis, pilihan metode atau pendekatan, dan ketrampilan priba­
ISBN 978-979-21-3041-6
dinya. Apakah semua itu sesuai dan memadai sehingga menunjang
Hak dalam
cipta dilindungi
membantuundang-undang
klien memecahkan masalahnya? Contohnya, apa­
kah sebagai
Dilarang calon konsultan
memperbanyak pandanganku
karya tulis ini dalam tentang masalah
bentuk dan dalam
dengan
cara kehidupan
apa pun, termasuk
wajar danfotokopi,
realistik tanpa
belaka,izin tertulis
atau dari Penerbit.
cenderung ekstrem yaitu
sebagai hukuman bahkan kutukan yang berasal dari Tuhan? Pandang­
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
an ekstrem semacam itu bisa diduga akan menghambat kesiapan
dan kemampuan konsultan dalam membantu konsulti yang sedang
meng­alami problem kehidupan. Selain itu, adakah kemungkinan
bias pribadi yang perlu diwaspadai? Contohnya, seorang konsultan
lelaki yang memiliki bias pribadi negatif terhadap perempuan, didu-
ga tidak akan mampu membantu seorang konsulti perempuan secara
efektif.
2. Entry. Sesudah merasa siap, konsultan bisa segera masuk ke tahap
membangun relasi konsultasi dengan konsulti atau klien. Langkah-
langkah yang segera perlu dikerjakan pada tahap ini adalah men­
dengarkan masalah yang dikemukakan oleh klien serta merumuskan
31
”aturan main” yang harus disepakati bersama klien sebelum melaku-
kan tindakan apa pun lebih lanjut. Aturan main yang dimaksud
khususnya mencakup hal-hal yang diatur dalam kode etik profesi
psikolog, seperti pentingnya klien membuka diri secara terus terang
kepada konsultan di satu pihak dan kewajiban konsultan untuk me­
rahasiakan semua ungkapan klien di pihak lain, dan sebagainya. Jika
perlu berbagai kesepakatan itu bisa dituangkan dalam sebuah kon-
trak perjanjian tertulis.
3. Pengumpulan informasi. Sesudah dicapai kesepakatan kerja sama,
konsultan perlu terlebih dulu mengumpulkan informasi tambahan
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas dan mendalam ten-
tang masalah yang dikemukakan oleh klien atau konsulti. Informasi
ini harus objektif. Untuk itu sedapat mungkin informasi itu perlu di-
gali dari sejumlah sumber yang di­pandang mewakili sudut pandang
yang berlainan dan sebaiknya menggunakan lebih dari satu metode
pengumpulan informasi pula. Informasi tersebut perlu dikumpulkan
sampai kurang lebih exhausted atau tuntas, dalam arti penambahan
sumber dan penggunaan metode pengumpulan informasi baru tidak
lagi menghasilkan tambahan informasi baru yang berarti. Beberapa
jenis metode pengumpulan informasi yang lazim digunakan meliputi
antara lain pengisian kuesioner, wawancara, pemberian tes psikolo-
gis, site-visit atau pengamatan, pemeriksaan dokumen
Untuk Yonita, seperti buku
Ryo, Karysta
harian, catatan medis, notulen rapat, dan seba­gainya.
4. Perumusan masalah. Semua informasi yang berhasil dikumpulkan
kini dievaluasi untuk membantu mempertegas atau mempertajam
masalah yang dikemukakan oleh klien atau konsulti. Perumusan
masalah ini selanjutnya perlu diterjemahkan ke dalam perumusan
tujuan umum (goal statements) secara tertulis yang harus disepakati
bersama oleh baik konsultan maupun konsulti.
5. Merumuskan dan memilih solusi alternatif. Berdasarkan analisis dan
sintesis dari seluruh informasi yang berhasil dikumpulkan dan akhir­
nya dirumuskan dalam goal statements, konsultan dan konsulti ber­
sama-sama melakukan problem solving yaitu ber­usaha merumuskan
The Possibler
028724

32 © 2011 Kanisius
PENERBIT
berbagai KANISIUS (Anggota
alternatif solusi besertaIKAPI)
aneka konsekuensi termasuk kele­
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
bihan dan kekurangan dari masing-masing alternatif solusi yang
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
berhasil ditemukan. Proses pemecahan masalah ini bisa dilakukan
Telepon
lewat(0274)
proses588783, 565996;
brainstorming Faxcurah
alias (0274) 563349dan analisis SWOT
pendapat
E-mail : office@kanisiusmedia.com
(Strengths alias kekuat­an, Weaknesses alias kelemahan, Opportunities
Website : www.kanisiusmedia.com
alias peluang, dan Threats alias ancamannya) terhadap masing-masing
alternatif solusi agar bisa dipilih salah satu alternatif yang dipandang
paling efektif di satu sisi dan feasible atau layak dilaksanakan di sisi
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
lain. Pada Lampiran 9 disajikan sebuah teknik pemecahan masalah
Tahunyang didasarkan 15 pada 14 13
proses diskresio 12
Ignasian. 11
6. Merumuskan aneka tujuan khusus. Satu atau lebih alternatif solusi
yang dipilih selanjutnya perlu diterjemahkan ke dalam sebuah ren-
Editor : Dwiko
cana tindakan atau kegiatan yang meliputi antara lain rumusan ane-
Desainer sampul
ka tujuan : Marius
khusus Santo dalam bentuk indikator-indikator,
yang terukur
strategi dan langkah-langkah yang harus ditempuh, kerangka waktu
atau jadwal pelaksanaan aneka langkah-kegiatan, sumber daya yang
diperlukan, serta teknik dan sarana untuk mengevaluasi pencapaian
ISBN 978-979-21-3041-6
aneka tujuan khusus tersebut.
Hak Implementasi.
7. cipta dilindungi undang-undang
Semua strategi dan langkah-langkah dalam rangka pe-
mecahan
Dilarang masalah itu kini
memperbanyak perlu
karya dilaksanakan
tulis sesuai jadwal
ini dalam bentuk yang telah
dan dengan
cara ditetapkan.
apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
8. Evaluasi. Kegiatan ini mencakup dua hal. Pertama, evaluasi for­matif
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
atau monitoring atas berbagai tahapan kegiatan. Perlu tidak­nya di-
lakukan perbaikan-penyesuaian dan penambahan langkah-langkah
baru bisa diketahui berdasarkan hasil monitoring ini. Jika semua ber-
jalan efektif seperti direncanakan, akhir­nya perlu dilakukan evaluasi
sumatif atau final dalam rangka menilai tingkat keberhasilan penca-
paian hasil akhir serta aneka dampak yang diharapkan dari seluruh
kegiatan yang direnca­nakan.
9. Terminasi atau mengakhiri proses konsultasi. Pada tahap ini konsul-
tan dan klien duduk bersama untuk memutuskan hal-hal sebagai ber-
ikut: (a) apakah tujuan-tujuan yang dicanangkan benar-benar telah
tercapai secara tuntas, atau sejauh mana telah tercapai; dan (b) ber-
33
dasarkan hasil penilaian bersama itu, diputuskan langkah selanjut-
nya yang perlu diambil: apakah keseluruhan proses konsultasi perlu
dirancang ulang dan dilaksanakan kembali, atau bisa diakhiri secara
final.

Selanjutnya, secara khusus pembahasan akan kita fokuskan pada salah


satu peran konsultan, yaitu peran sebagai trainer/educator dengan tugas
utama memberikan jasa layanan psychological education atau pendidikan
psikologis atau psikoedukasi kepada kelompok-kelompok klien atau su­
bjek sehat-normal pada berbagai setting kehidupan, khususnya pendidikan
sekolah, industri atau organisasi, dan komunitas.

Untuk Yonita, Ryo, Karysta


The Possibler
028724

34 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com BAB 3
Cetakan ke- 5 4 3 2
Psikoedukasi
1
Tahun 15 14 13 12 11

Editor : Dwiko
Pendidikan psikologis (dalam bahasa Inggris, psychological education
Desainer sampul : Marius Santo
atau psycho-education) atau psikoedukasi yang sering juga disebut personal
and social education atau pendidikan pribadi dan sosial merupakan gerak­
an yang relatif baru namun penting di lingkungan psikologi konseling.
Hakikat gerakan ini adalah “an expansion of the role of counsellor beyond
ISBNtraditional
their 978-979-21-3041-6
individual and group counselling activities” (Nelson-
Hak cipta
Jones, 1982,dilindungi undang-undang
h. 475). Atau, perluasan peran konselor melampaui aktivitas
pemberian layanan konseling
Dilarang memperbanyak individual
karya dan
tulis ini kelompok
dalam secara
bentuk dan tradisional.
dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
A. Alasan Berkembangnya Psikoedukasi
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
Ada paling sedikit empat alasan di balik menguatnya minat kalangan
psikolog dan konselor untuk mengembangkan bidang psikoedukasi atau
pendidikan pribadi-sosial ini (Nelson-Jones, 1982). Pertama, bahkan di
negara-negara maju tidak tersedia dan tidak akan pernah tersedia tenaga
psikolog-konselor termasuk paraprofesional dalam jumlah mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan psikologis, apalagi
secara individual. Sebagai contoh, dalam dasawarsa 1980-an hanya terda-
pat sekitar 49.000 sarjana psikologi di Amerika Serikat yang berpenduduk
lebih dari 200 juta jiwa. Artinya, satu orang psikolog harus melayani seki-
tar 4000 warga masyarakat Amerika Serikat. Jumlah yang sangat tidak
memadai itu pun konon sudah menyamai jumlah psikolog di 43 negara
35
maju lain yang menjadi anggota International Union of Psychological Sci-
ence bersama Amerika Serikat (Moghaddam, 1987). Jadi, bahkan di nega­
ra-negara maju pun rasanya tidak akan pernah tersedia tenaga psikolog-
konselor dalam jumlah yang ideal, apalagi jika layanan psikologis tersebut
tetap terbatas dilaksanakan secara tradisional. Untuk mengatasi situasi ini
dan mengutip pendapat seorang pengamat ahli lain, Nelson-Jones menya-
takan perlunya memberdayakan masyarakat dengan cara mempersiapkan
mereka agar memahami dan mampu menerapkan sendiri prinsip-prinsip
psikologis dalam menghadapi aneka tantangan hidup sehari-hari.
Kedua, di masa lalu terlalu banyak waktu dan tenaga para psikolog-
konselor tercurah untuk memberikan layanan remedial bagi sekelompok
kecil orang khususnya lewat pemberian layanan konseling individual da-
lam ruang praktek konsultasi. Di banyak negara kelompok kecil klien
yang beruntung bisa menikmati layanan psikologis individual semacam
itu lazim­nya hanyalah mereka yang berasal dari lapisan masyarakat me-
nengah ke atas dan yang tinggal di kota-kota besar pula. Ada tuntutan
moral yang semakin kuat untuk mendemokratisasikan dan mengupaya-
kan pemerataan pemberian layanan psikologis bagi kelompok masyarakat
yang semakin luas, menjangkau sebanyak mungkin lapisan dan menyen-
tuh sampai ke pelosok maupun kalangan pinggiran.
Ketiga, tumbuhnya kesadaran di kalangan psikolog-konselor ten-
tang semakin perlunya mengutamakan pemberian Untuklayanan
Yonita,preventif atau
Ryo, Karysta
profilaktik atau pencegahan dan developmental bagi semakin banyak ke­
lompok warga masyarakat di berbagai setting kehidupan. Inilah yang oleh
seorang pengamat ahli di lingkungan pendidikan sekolah disebut prinsip
preventif, artinya “work devoted to the personal and social education of all
pupils in such a way that it anticipates their developmental needs” (Daws,
dalam Nelson-Jones, 1982, h. 475). Atau, layanan yang ditujukan bagi
pendidikan pribadi dan sosial seluruh siswa dengan cara yang antisipatif
dalam arti membuat mereka siap menghadapi aneka kebutuhan baru da-
lam perkembangan mereka. Pemberlakuan prinsip semacam ini tentu bisa
diperluas ke berbagai setting kehidupan lain di luar pendidikan sekolah.
Keempat, akuntabilitas. Secara garis besar prinsip akuntabilitas me-
The Possibler
028724

36 © 2011 Kanisius
PENERBIT
nyatakan KANISIUS
bahwa (Anggota
makin besar IKAPI)
hasil atau manfaat yang bisa dipetik dari
4 Jl. Cempaka
biaya tertentu9,yangDeresan, Yogyakarta untuk
telah dikeluarkan 55281,melakukan
INDONESIAaktivitas terten-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
tu, maka semakin akuntabellah aktivitas tersebut. Menyiapkan tenaga
Telepon (0274) 588783,
psikolog-konselor tentulah565996; Fax biaya
menyerap (0274)dari
563349
masyarakat yang sangat
E-mail : office@kanisiusmedia.com
besar. Sebagai gambaran, total biaya penyelenggaraan pendidikan di per-
Websitetinggi
guruan : www.kanisiusmedia.com
di Tanah Air konon sebesar minimal Rp. 18 juta per maha-
siswa per tahun (Satryo Soemantri Brodjonegoro, 2011). Jika lulus tepat
waktu empat tahun, berarti dibutuhkan total biaya minimal Rp. 72 juta
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
untuk meluluskan seorang sarjana psikologi di perguruan tinggi di Tanah
Tahun
Air. Belum lagi jika 15sarjana14psikologi13tersebut12masih menempuh
11 program
pendidikan profesi psikologi di jenjang magister. Diperlukan tambahan
biaya minimal Rp. 36 juta lagi. Dengan biaya sebesar itu, jika psikolog-
Editor : Dwiko
konselor yang dihasilkan kemudian hanya duduk pasif di ruang praktek
Desainer sampul
menunggu segelintir: klien
Marius Santo
datang meminta konseling remedial, upaya itu
jelas kalah akuntabel dibandingkan dengan jika psikolog-konselor itu se-
cara proaktif melakukan berbagai aktivitas layanan lapangan berupa pen-
didikan dan konsultasi psikologis yang bertujuan preventif-developmental
ISBN 978-979-21-3041-6
bagi kelompok-kelompok klien dari berbagai lapisan masyarakat serta di
Hak cipta
berbagai dilindungi
setting undang-undang
kehidupan.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
B. Makna
cara dan
apa pun, Cakupanfotokopi,
termasuk Psikoedukasi
tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Dalam kenyataannya psikoedukasi sebagai gerakan pemberian layan-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
an publik di bidang konsultasi psikologi tidak bermakna tunggal. Menurut
Nelson-Jones (1982), ada setidaknya enam pengertian tentang psikoedu-
kasi, masing-masing mewakili gerakan tertentu, yaitu (a) melatih orang
mempelajari aneka life skills, (b) pendekatan akademik-eksperiensial da-
lam mengajarkan psikologi, (c) pendidikan humanistik, (d) melatih tenaga
paraprofesional di bidang ketrampilan konseling, (e) rangkaian kegiatan
pelayanan kepada masyarakat, dan (f ) memberikan layanan informasi ten-
tang psikologi kepada publik. Masing-masing pengertian akan dijelaskan
secara berturut-turut, mengacu pada uraian Nelson-Jones.

1. Melatih Orang Mempelajari Aneka Life Skills


37
Di kalangan psikolog-konselor pendukung gerakan ini, psikoedukasi
dimaknai sebagai usaha membantu klien mengembangkan aneka life skills
atau ketrampilan hidup lewat aneka program terstruktur yang diseleng-
garakan berbasis kelompok. Beberapa life skills penting menurut Nelson-
Jones (1982) meliputi kemampuan mendengarkan, seperti kemampuan
memahami orang lain secara empatik; kemampuan mengungkapkan-diri,
seperti kemampuan berbicara di depan publik, kemampuan bersikap aser-
tif; kemampuan memecahkan atau menyelesaikan konflik; kemampuan
memecahkan masalah dan membuat rencana; kemampuan membuat ke-
putusan; kemampuan mengelola kecemasan; kemampuan mengendalikan
dorongan seks; kemampuan menjalani aneka transisi kehidupan penting
secara efektif, seperti menikah, menjadi ayah atau ibu, menghadapi kema-
tian orang yang dikasihi, dan menghadapi masa pensiun. Tampak, di sini
psikoedukasi identik dengan pendidikan pribadi dan sosial.

2. Pendekatan Akademik-Eksperiensial dalam Mengajarkan Psikologi


Secara garis besar ada dua pendekatan dalam pembelajaran suatu di-
siplin ilmu atau pengetahuan, yaitu pendekatan akademik dan pendekat­
an eksperiensial. Yang pertama menekankan pemerolehan pengetahuan-
pengertian lewat intellectual skills atau olah pikir. Hasil belajarnya disebut
hard skills berupa pengetahuan-ketrampilan formal tentang aneka kon-
Untukmaupun
sep, teori, sejarah, dan aspek-aspek lain baik teoretis Yonita, Ryo, Karysta
praktis dari
psikologi sebagai disiplin ilmu. Yang kedua menekankan pembentukan
pengetahuan-pemahaman lewat pengalaman atau sering disebut learning
by doing. Hasil belajarnya berupa soft-skills meliputi aneka pengetahuan
nyata tentang aneka fungsi psikologis maupun ketrampilan pribadi-sosial
yang bisa diterapkan dan sangat bermanfaat dalam menghadapi berbagai
tugas kehidupan sehari-hari.
Pendekatan psikoedukasi dalam pembelajaran psikologi mengintegra­
sikan baik experiential teaching of life skills and/or the skills of applied psy-
chological practices maupun intellectual teaching of academic skills di bidang
psikologi. Dengan kata lain, pendekatan psikoedukasi dalam pembela­
The Possibler
028724

38 © 2011 Kanisius
PENERBIT
jaran psikologiKANISIUS (Anggota
baik di perguruan IKAPI)
tinggi maupun di sekolah mene­ngah (di
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Amerika Serikat psikologi juga diajarkan di Sekolah Menengah Atas) me-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
madukan pendekatan akademik dan pendekatan eksperiensial, sehingga
Telepon (0274)
menghasilkan 588783, 565996;
pembelajar Fax yang
atau lulusan (0274) 563349pengetahuan formal
memiliki
E-mail
yang : office@kanisiusmedia.com
mendalam tentang psikologi sebagai disiplin sekaligus menjadi ma-
Website : www.kanisiusmedia.com
nusia yang menguasai aneka ketrampilan pribadi-sosial yang akan menun-
jang keberhasilannya dalam studi akademik maupun dalam menjalani
tugas-tugas kehidupan pada umumnya.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
3. Pendidikan Humanistik
Tahun 15 14 13 12 11
Mengambil inspirasi dari pemikiran tokoh-tokoh filsof dan psikolog
beraliran humanistik, seperti John Dewey, Carl Rogers, dan Abraham
Editor : Dwiko
Maslow, pendidikan humanistik menekankan harkat sang pribadi siswa
Desainer sampul : Marius Santo
atau pelajar sebagai subjek secara utuh serta memandang bahwa tujuan
kon­seling khususnya dan pendidikan umumnya adalah menghasilkan
pri­badi-pribadi yang mampu mengaktualisasikan dirinya. Peran konselor
dan pendidik hanyalah memfasilitasi atau menyediakan aneka bantuan-
ISBN 978-979-21-3041-6
fasilitas agar proses belajar dalam diri pelajar berlangsung secara efektif dan
Hak cipta
optimal. dilindungi
Maka, selain undang-undang
harus menguasai pengetahuan-ketrampilan dalam
Dilarang
bidang memperbanyak
pelajaran karya
tertentu atau hardtulis
skillsini
yangdalam bentuk
relevan danguru
– misal, dengan
bahasa
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis
Indonesia harus menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang menda-dari Penerbit.
lam di bidang kebahasaan umumnya dan kebahasaan Indonesia khusus-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
nya – seorang guru atau konselor juga dituntut memiliki sikap empatik,
yaitu kesediaan dan kemampuan memahami pikiran-perasaan orang lain,
serta mampu menciptakan aneka kondisi interpersonal “inti” (‘core’ inter-
personal conditions) yang berpusat pada sang pribadi terhadap para siswa
dan kliennya. Selain pemahaman empatik, kondisi interpersonal inti yang
dimaksud menurut Carl Rogers adalah unconditional positive regards, yaitu
kemampuan mengembangkan pandangan positif tanpa syarat dari pihak
guru atau konselor terhadap para siswa atau kliennya.
39
4. Melatih Tenaga Paraprofesional di Bidang Ketrampilan Konseling
Mengingat keterbatasan jumlah psikolog-konselor di satu pihak dan
banyaknya klien yang harus dilayani di pihak lain jika kita mengikuti pan-
dangan baru tentang konseling secara konsekuen, maka untuk meningkat-
kan keefektifan dan memperluas jangkauan layanan mereka para psikolog-
konselor perlu memberikan pelatihan di bidang ketrampilan konseling
kepada baik awam maupun tenaga paraprofesional agar mampu berperan
serta memberikan layanan konseling secara terbatas sesuai kewenangan
yang dimiliki.
Yang dimaksud paraprofesional di bidang layanan psikologis-konse­
ling adalah tenaga di bidang pemberian layanan psikologi-konseling yang
tidak berlatar belakang pendidikan di bidang psikologi atau konseling,
atau yang memiliki sebagian latar belakang itu namun belum memenuhi
syarat untuk mendapatkan kualifikasi sebagai psikolog-konselor profesio­
nal, namun mampu menyelenggarakan jenis-jenis layanan dasar konseling
berkat persiapan-pelatihan di bidang aneka ketrampilan dasar konseling
yang diberikan oleh para psikolog-konselor profesional. Golong­an yang
bisa dimasukkan ke dalam kategori paraprofesional semacam ini adalah
mahasiswa Program Studi Psikologi atau Bimbingan dan Konseling yang
dilibatkan sebagai peer counsellors bagi rekan-rekannya sesama maha-
siswa yang membutuhkan bantuan psikologis sederhana. Gagasan pokok
mengembangkan peer counsellors adalah melatihUntuk
dari antara
Yonita,warga kelom-
Ryo, Karysta
pok sasaran yang dilayani aneka ketrampilan dasar konseling agar selan-
jutnya bisa berperan sebagai konselor sebaya bagi teman-teman sesama ke­
lompok sasaran. Pendekatan ini lazim diterapkan di kalangan mahasiswa
perguruan tinggi atau kelompok-kelompok dampingan dalam komunitas
seperti ibu-ibu PKK, perkumpulan remaja atau muda-mudi, dan seba-
gainya, dengan alasan yang bisa dipertanggungjawabkan untuk mengatasi
keterbatasan jumlah tenaga psikolog-konselor profesional.

5. Serangkaian Kegiatan Pelayanan kepada Masyarakat


Istilah psikoedukasi seringkali juga diartikan sebagai mencakup kese­
luruhan aktivitas pendidikan-konsultasi yang bersifat pelayanan kepada
The Possibler
028724

40 © 2011 Kanisius
PENERBIT(outreach
masyarakat KANISIUS (Anggota
activities). IKAPI)
Kegiatan ini lazimnya meliputi pelatihan
4 Jl. Cempaka
life skills pada9,berbagai
Deresan, Yogyakarta
kelompok 55281,
klien, INDONESIA
seperti siswa-siswi sekolah, pe-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
gawai lembaga atau perusahaan pemerintah maupun swasta, perkumpulan
TeleponPKK
ibu-ibu (0274)
atau588783,
Dharma565996;
Wanita,Fax
dan(0274) 563349
sebagainya; pelatihan ketrampilan
E-mail : office@kanisiusmedia.com
konseling bagi tenaga paraprofesional di berbagai lingkungan atau komu-
Website
nitas, : www.kanisiusmedia.com
khususnya yang bersifat marjinal seperti lingkungan pemukiman
kumuh di perkotaan, lingkungan pemukiman buruh migran, komunitas
buruh di kawasan industri, dan sebagainya; pemberian layanan konsul-
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
tasi kepada lembaga atau komunitas tertentu; serta pemberian layanan
Tahun psikologis
informasi 15 secara14 13 untuk12
individual 11
meningkatkan kemampuan
klien menghadapi berbagai problem kehidupan sehari-hari (psychologi-
cal self-help information) melalui berbagai media seperti pertemuan tatap
Editor : Dwiko
muka, pembicaraan telepon, layanan SMS, e-mail atau lewat media jejar-
Desainer
ing sampulseperti
sosial lainnya : Marius Santo
Facebook. Semua itu tentu saja diselenggarakan di
luar ruang­an dan di luar setting penyelenggaraan layanan konseling secara
tradisional.

ISBN
6. 978-979-21-3041-6
Memberikan Layanan Informasi tentang Psikologi kepada Publik
Hak Akhirnya,
cipta dilindungi
istilah undang-undang
psikoedukasi kadangkala juga diartikan sebagai
pen­didikanmemperbanyak
Dilarang publik, yaitu pemberian layanan
karya tulis informasi
ini dalam kepada
bentuk dan masyarakat
dengan
caratentang
luas apa pun, termasuk
berbagai fotokopi, tanpa
pengetahuan izinketrampilan
dan/atau tertulis daripsikologis
Penerbit. yang
berguna untuk menghadapi aneka problema kehidupan sehari-hari mela-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
lui berbagai jenis media massa seperti koran, majalah, radio, televisi, dan
sebagainya. Layanan informasi ini kadangkala juga disertai dengan tin-
dakan nyata yang bersifat advokasi dalam rangka mempengaruhi bahkan
memperjuangkan agar perumusan kebijakan atau pengambilan keputusan
tindakan publik didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis yang benar.
Dari antara enam pengertian pendidikan psikologis di atas, psikologi
konsultasi akan memberikan fokus utama pada pengertian yang pertama,
yaitu psikoedukasi sebagai upaya pemberian bantuan kepada kelompok-
kelompok klien dalam rangka menguasai berbagai life skills, tentu saja
sekaligus dengan memperhatikan aspek-aspek yang relevan dari beberapa
pengertian lainnya.
41
C. Tiga Wilayah Layanan Psikoedukasi
Psikoedukasi pada dasarnya terbuka bagi siapa pun, baik anak, remaja,
maupun orang dewasa, baik perorangan maupun kelompok. Namun demi
memudahkan menentukan khalayak sasaran, wilayah penyelenggaraan
layanan psikoedukasi bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu (a) psikoedukasi
di lingkungan sekolah yang ditujukan bagi para pelajar, mulai dari jenjang
Sekolah Dasar bahkan jenjang prasekolah sampai perguruan tinggi; (b)
psikoedukasi di lingkungan industri dan organisasi bagi para pegawai; dan
(c) psikoedukasi di lingkungan komunitas bagi masyarakat luas maupun
kelompok-kelompok atau komunitas baik yang terorganisasi secara formal
maupun informal, mulai dari misalnya kelompok Pendampingan Iman
Anak, perkumpulan keagamaan remaja, perkumpulan arisan ibu-ibu,
sampai ke berbagai organisasi seperti Persatuan Guru, Perhimpunan Ma-
hasiswa, dan sebagainya. Bagian berikut akan membahas masing-masing
wilayah layanan psikoedukasi yang dimaksud secara berturut-turut.

1. Psikoedukasi di Lingkungan Sekolah


Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pen­didikan Nasional antara lain dinyatakan bahwa “pendidikan nasio­nal
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta per-
adaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidup­
an bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pesertaRyo,
Untuk Yonita, didik agar
Karysta
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Ps. 3, cetak tebal
oleh penulis). Selanjutnya juga dinyatakan bahwa “pendidikan diseleng-
garakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat” (Ps. 4, Ay. 3, cetak tebal oleh
penulis).
Selain itu, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan yang merupakan implementasi dari Un-
dang-undang Nomor 20 Tahun 2003, khususnya menyangkut standar
kompetensi lulusan, antara lain menetapkan bahwa kompetensi lulusan
The Possibler
028724

42 © 2011 Kanisius
PENERBIT
mu­ lai jenjang KANISIUS (Anggota
pendidikan dasar sampaiIKAPI)
dengan jenjang pendidikan tinggi
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
mencakup unsur kepribadian dan kemandirian atau ketrampilan untuk
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
hidup mandiri (Ps. 26, Ay. 1-4, cetak tebal oleh penulis). Itulah sebabnya,
Telepon
dalam (0274) 588783,
Permendiknas 565996;
Nomor Fax (0274)
22 Tahun 2006563349
tentang standar isi untuk
E-mail : office@kanisiusmedia.com
satuan pendidikan dasar dan menengah sebagai implementasi dari Per­
Website
aturan : www.kanisiusmedia.com
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, antara lain ditekankan bahwa
“peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa, dan
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
olahraga…” (Lampiran, Bab I, cetak tebal oleh penulis). Maka, masih
Tahun peraturan15perundangan
menurut 14 13 sama,12struktur11kurikulum pendi­
yang
dikan mulai jenjang Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah
Tingkat Atas mencakup tiga komponen, yaitu mata pelajaran, muatan
Editor : Dwiko
lokal, dan pengembangan diri.
Desainer sampuldikatakan,
Selanjutnya : Mariuskomponen
Santo pengembangan diri tersebut ber-
tujuan “memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengem-
bangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan
minat setiap peserta didik…difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor,
ISBN 978-979-21-3041-6
guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk ke­
Hak cipta
giatan dilindungi undang-undang
ekstrakurikuler…dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling
yang berkenaan
Dilarang dengan masalah
memperbanyak pribadi
karya tulis ini dan
dalamkehidupan
bentuk dansosial, belajar,
dengan
carapengembangan
dan apa pun, termasuk fotokopi,
karier peserta tanpa
didik” izin tertulis dari
(Lampiran, Bab Penerbit.
II, cetak tebal
oleh penulis).
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
Semua ketentuan di atas, khususnya yang berlaku pada jenjang pen-
didikan dasar dan menengah, kiranya sangat sejalan dengan pandangan
baru di bidang konseling yang memberi tekanan penting terhadap upaya
penyelenggaraan psikoedukasi yang lebih bersifat perseveratif-develop-
mental, dalam hal ini bagi kelompok siswa sekolah.
Khusus untuk jenjang pendidikan tinggi, kendati dalam PP Nomor
19/2005 tentang standar nasional pendidikan dinyatakan bahwa kom-
petensi lulusan pendidikan tinggi ditetapkan sendiri oleh masing-masing
perguruan tinggi (Ps. 27, Ay. 2), maka memang juga tidak ada ketentuan
umum tentang kurikulum atau cara kompetensi tersebut dicapai. Namun
mengingat kompetensi itu mencakup pengembangan unsur kepribadian
43
dan kemandirian, maka di jenjang perguruan tinggi pun tetap perlu dise-
lenggarakan layanan psikoedukasi untuk membantu mahasiswa mengem-
bangkan berbagai life skills yang akan sangat bermanfaat bagi persiapannya
terjun dalam dunia kerja dan kehidupan masyarakat.
Selanjutnya sebagaimana tersurat dalam Permendiknas No. 22/2006,
layanan psikoedukasi mulai jenjang pendidikan Sekolah Dasar sampai
dengan perguruan tinggi perlu mencakup paling sedikit tiga bidang, yaitu
(a) bidang perkembangan pribadi-sosial; (b) bidang akademik; dan (c) bi-
dang perkembangan karir.
Secara garis besar, layanan psikoedukasi dalam bidang perkembangan
pribadi-sosial akan mencakup usaha membantu peserta didik (1) mengua­
sai dasar-dasar kesehatan mental, seperti pemahaman dan penerimaan
diri; (2) memahami aneka kesulitan-tantangan yang muncul berkenaan
dengan timbulnya berbagai kebutuhan dan tuntutan baru selaras dengan
proses perkembangan beserta mengembangkan ketrampilan untuk meng­
atasinya, seperti belajar mengendalikan emosi dan belajar mandiri; dan (3)
mengembangkan pemahaman yang tepat dan ketrampilan dalam menjalin
relasi dengan orang lain, seperti ketrampilan berkomunikasi dan kemam-
puan bekerja dalam tim.
Layanan psikoedukasi dalam bidang akademik secara garis besar perlu
mencakup usaha membantu peserta didik (1) memiliki sikap positif terha­
dap kegiatan belajar pada umumnya dan belajar di sekolah
Untuk Yonita,pada
Ryo,khusus-
Karysta
nya, (2) mengenal aneka cara belajar dan menemukan cara belajar yang te-
pat bagi dirinya; (3) mengembangkan aneka ketrampilan untuk mengatasi
aneka kesukaran belajar; dan (4) mengembangkan kemampuan memilih
jurusan pendidikan lanjutan yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
Layanan psikodedukasi dalam bidang perkembangan karir secara
garis besar perlu mencakup usaha membantu peserta didik (1) mengenal
kemampuan, bakat, dan minatnya terkait dengan pilihan jurusan pendi­
dik­an dan karir; (2) mengenal berbagai jenis pekerjaan dan nilai-nilai yang
terkait dengan masing-masing pekerjaan; (3) mampu membuat keputus­
an-keputusan rasional tentang aneka tujuan pribadi yang berhubungan
dengan karir atau pekerjaan yang akan diperjuangkannya; dan (4) mampu
The Possibler
028724

44 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
melaksanakan (Anggota IKAPI)
keputusan-keputusan karir tersebut dalam bentuk mem-
4 Jl. Cempaka
pelajari aneka9,pengetahuan-ketrampilan
Deresan, Yogyakarta 55281,yangINDONESIA
dituntut serta menginte-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
grasikan nilai-sikap terkait dengan karir atau pekerjaan pilihannya itu ke
Telepon
dalam (0274)
sistem 588783,
nilai 565996; Fax (0274) 563349
pribadinya.
E-mail : office@kanisiusmedia.com
2. Psikoedukasi
Website di Lingkungan Industri
: www.kanisiusmedia.com
Setiap organisasi khususnya yang berupa industri di bidang penye-
diaan jasa atau produksi barang tertentu senantiasa mengharapkan agar
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
tingkah laku para pegawainya dalam rangka menjalankan tugas pokok
Tahun dalam pekerjaan
mereka 15 14
mendukung 13pencapaian
12 tujuan11 utama organisasi
atau perusahaan, yaitu menghasilkan produk secara optimal baik dari segi
jumlah maupun mutunya. Untuk itu setiap organisasi atau perusahaan
Editor : Dwiko
perlu bahkan wajib menyelenggarakan program pendidikan-pelatihan
Desainer sampul : Marius Santo
bagi pegawainya sebagai bentuk in-service training dalam rangka on-going
formation bagi para pegawainya itu sejak mereka diterima sebagai pegawai
baru sampai memasuki masa pensiun atau purna-tugas.
Dari isi pasal 4 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
ISBN 978-979-21-3041-6
ketenaga-kerjaan bisa disimpulkan bahwa penyelenggaraan pendidikan-
Hak ciptakaryawan
pelatihan dilindungi undang-undang
oleh sebuah organisasi atau perusahaan semacam itu
merupakan upaya dalam rangka
Dilarang memperbanyak karyapembangunan ketenagakerjaan
tulis ini dalam yang ber-
bentuk dan dengan
cara apa
tujuan pun, termasuk fotokopi,
“memberdayakan tanpa izin tertulis
dan mendayagunakan tenagadari Penerbit.
kerja secara opti-
mal dan manusiawi.” Untuk itu, menurut UU No. 13/2003 perusahaan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
memiliki kewajiban menyelenggarakan pelatihan kerja yang diarahkan un-
tuk “membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja
guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan” para
pegawainya (Ps. 9 dan Ps. 12 Ay. 1). Psikoedukasi di lingkungan indus-
tri kiranya secara khusus sangat relevan dengan upaya peningkatan aspek
kesejahteraan para karyawan, secara lebih khusus lagi menyangkut aspek
kesejahteraan psikologis-sosial mereka.
Kembali pada wacana pembuka kita, tingkah laku karyawan dalam
arti luas berupa berbagai jenis kemampuan atau kecenderungan kepribadi-
an yang menunjang pencapaian tujuan organisasi tersebut secara garis besar
dapat dibedakan menjadi dua kategori atau golongan. Golongan pertama
45
adalah “hard skills,” yaitu berbagai persyratan teknis yang dituntut oleh
setiap pekerjaan (Jaju, 2006). Golongan kemampuan ini meliputi aneka
ketrampilan spesifik terkait pekerjaan khusus tertentu dan lazimnya tidak
mudah dialih-terapkan pada berbagai jenis pekerjaan lain, contohnya ke-
trampilan menjahit baju pengantin perempuan (MacFadden, O’Neil, dan
kawan-kawan, 2010).
Golongan kedua, sekaligus merupakan lawan atau pelengkapnya,
adalah “soft skills,” yaitu jenis-jenis kemampuan yang lebih umum dan
yang dapat diterapkan pada berbagai jenis pekerjaan atau bidang kehi­
dupan yang berlainan, seperti kemampuan merayu calon pembeli untuk
membeli produk tertentu, misalnya gaun pengantin perempuan di atas
(MacFadden, O’Neil, dan kawan-kawan, 2010). Seorang sumber menye-
but kategori kemampuan ini sebagai “higher standards” yang dituntut oleh
pasar kerja yang semakin kompetitif pada zaman kini (Jaju, 2006).
Selanjutnya menurut MacFadden, O’Neil, dan kawan-kawan (2010),
karena secara spesifik terkait dengan jenis pekerjaan tertentu maka pada
dasarnya sulit atau bahkan mustahil membuat sejenis daftar induk yang
memuat semua jenis “hard skill” yang dituntut oleh setiap jenis pekerjaan
yang ada di masyarakat. Sebaliknya, cukup mudah menyusun daftar aneka
“soft skills” utama yang lazim dituntut oleh para pemimpin perusahaan
atau organisasi dalam bidang apa saja.
Sebuah dokumen yang disebut Employability Skills
Untuk 2000+
Yonita, Ryo,yang di­
Karysta
susun oleh sebuah badan di Kanada memaparkan tiga kategori “soft skills”
yang mutlak harus dimiliki oleh setiap pencari kerja di zaman sekarang.
Pertama, Fundamental Skills yaitu jenis-jenis ketrampilan yang diperlukan
sebagai dasar atau pijakan agar dapat terus mengembangkan diri, meliputi
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengelola informasi, kemam-
puan menggunakan bilangan, dan kemampuan memecahkan masalah.
Kedua, Personal Management Skill, yaitu aneka kemampuan, sikap, dan
kebiasaan pribadi yang mendorong potensi diri seseorang untuk terus
tumbuh dan berkembang. Kategori ini meliputi sikap bertanggung jawab,
kemampuan beradaptasi, kesiapan dan kebiasaan untuk belajar sepa-
njang hayat, dan kesadaran untuk senantiasa mengusahakan rasa aman
The Possibler
028724

46 © 2011 Kanisius
PENERBIT
dan keamananKANISIUS
kerja (being(Anggota IKAPI)Ketiga, Teamwork Skills, yaitu
safety conscious).
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
aneka kemampuan dan sifat pribadi yang menunjang kemampuan untuk
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
berkontribusi. Kategori ini meliputi kemampuan bekerja sama dengan
Telepon
orang lain(0274) 588783, 565996;
serta kemampuan Fax (0274)
berpartisipasi 563349
dalam aneka tugas atau proyek
E-mail : office@kanisiusmedia.com
pekerjaan (MacFadden, O’Neil, dan kawan-kawan, 2010).
Website
Sebuah: www.kanisiusmedia.com
survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga bisnis di Kana­
da dalam dasawarsa 2000-an menemukan serangkaian soft skills berupa
baik ketrampilan maupun sifat pribadi yang dipandang sangat penting
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
oleh kalangan pimpinan organisasi dan perusahaan di negara itu. Yang
Tahun ketrampilan
berupa 15mencakup 14 secara 13berturut-turut
12 11
kemampuan bekerja
dalam tim, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan mengung-
kapkan gagasan, kemampuan berpikir kritis, kemampuan menulis, ke-
Editor : Dwiko
mampuan menyusun perencanaan, kemampuan dan kebiasaan membaca,
Desainer sampul
kemampuan memimpin: Marius Santo
atau kepemimpinan, dan penguasaan komputer.
Sedangkan yang berupa sifat pribadi mencakup sifat akuntabel atau ber-
tanggung jawab, sikap antusias, sifat jujur, memiliki standar kinerja yang
tinggi, memiliki inisiatif, sifat fleksibel atau lentur, memiliki orientasi me-
ISBN 978-979-21-3041-6
layani orang lain khususnya pelanggan, sifat rajin-tekun, cerdas, dan kre-
Hak(MacFadden,
atif cipta dilindungi undang-undang
O’Neil, dan kawan-kawan, 2010).
Di lingkungan
Dilarang memperbanyakindustri, kedua
karya kategori
tulis kemampuan
ini dalam tersebut
bentuk dan – yaitu
dengan
cara skills
hard apa pun,dan termasuk
soft skills –fotokopi,
lazimnyatanpa izin tertulis
diupayakan untukdari Penerbit. se-
ditingkatkan
cara terus-menerus baik lewat pengalaman melaksanakan tugas pekerjaan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
sehari-hari maupun lewat pelatihan sistematis atau yang direncanakan.
Secara garis besar, pelatihan sistematis di lingkungan industri dibe-
dakan menjadi empat jenis (McCormick & Ilgen, 1980): (1) pelatihan
orientasi, bertujuan membekali pegawai baru dengan informasi tentang
seluk-beluk organisasi atau perusahaan meliputi sejarah, visi-misi, aneka
kebijakan-peraturan, dan sebagainya; (2) pelatihan dalam jabatan, bertu-
juan membantu karyawan lama mempelajari jenis pekerjaan baru, metode
kerja baru, peralatan baru, dan sebagainya; (3) pelatihan di luar jabatan,
bertujuan membantu karyawan lama menguasai berbagai pengetahuan-
ketrampilan tambahan terkait dengan pelaksanaan tugasnya termasuk
mempelajari tugas-tugas khusus tertentu, yang bisa dilaksanakan di dalam
47
atau di luar perusahaan, namun penyelenggaranya lazimnya adalah perusa-
haan itu sendiri; dan (4) pelatihan dengan pihak luar, meliputi aneka jenis
pelatihan bekerjasama dengan pihak luar seperti konsultan dari perguruan
tinggi, bisa diselenggarakan di dalam atau di luar lingkungan perusahaan.
Seperti sudah disinggung, psikoedukasi di lingkungan industri secara
khusus diarahkan pada pelatihan di bidang pengembangan aneka soft skills
atau life skills, ditujukan bagi pegawai baru, pegawai lama, maupun pe-
gawai yang menjelang pensiun, serta bisa dilaksanakan baik dalam rangka
pelatihan orientasi, pelatihan dalam jabatan, pelatihan di luar jabatan,
maupun pelatihan dengan pihak luar.

3. Psikoedukasi di Lingkungan Komunitas


Di kalangan profesi konseling di Amerika Serikat dikenal sejumlah
bidang spesialisasi meliputi konseling karir, konseling di perguruan tinggi,
konseling komunitas, konseling perkawinan dan keluarga, konseling kese­
hatan mental, konseling rehabilitasi, konseling sekolah, konseling adiksi
atau kecanduan, konseling penempatan kerja, dan konseling bagi kaum
pelanggar hukum. Dari antara berbagai spesialisasi itu, konon konseling
komunitas paling sulit dirumuskan batas-batasnya (Hershenson, Power, &
Waldo, 1996). Sejalan dengan perkembangan baru dalam gerakan konse­
ling seperti sudah diuraikan di muka, khususnya berupa perluasan peran
konselor melampaui aktivitas pemberian layanan Untukkonseling individual
Yonita, Ryo, Karysta
secara tradisional di dalam ruang praktek serta dengan penekanan pada
pemberian layanan yang bersifat preventif-developmental, akhirnya kon-
seling komunitas dibatasi sebagai pemberian layanan konseling bagi klien
maupun kelompok klien di luar lingkungan nonsekolah dan tentu saja
di luar lingkungan nonindustri sekaligus (Hershenson, Power, & Waldo,
1996; tambahan oleh penulis).
Secara lebih spesifik ada sejumlah ciri yang dipakai sebagai pemba-
tas bidang layanan konseling komunitas (Hershenson, Power, & Waldo,
1996), yaitu: (a) layanan itu diselenggarakan dalam lingkungan commu-
nity agency atau lembaga komunitas tertentu seperti masjid, gereja, PKK;
intinya bukan sekolah atau industri; (b) intervensinya difokuskan pada
The Possibler
028724

48 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
masalah-masalah kehidupan (Anggota IKAPI)
komunitas, bukan misalnya masalah-masalah
4 Jl. Cempaka 9, Deresan,
individu atau keluarga; (3) Yogyakarta 55281, INDONESIA
layanannya bersifat proaktif dalam arti preven-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
tif-developmental, multifaset atau menyentuh berbagai aspek kebutuhan
Telepon
klien, (0274) 588783,
kontekstual, 565996; Fax (0274)
dan memberdayakan; 563349
serta (4) bertujuan mengem-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
bangkan aneka ketrampilan terkait dengan upaya membangun kesehatan
Websitekomunitas.
mental : www.kanisiusmedia.com
Seringkali tekanan diberikan pada pemberian layanan bagi kelom-
pok warga masyarakat yang terpinggirkan atau yang kurang beruntung,
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
yaitu mereka yang memiliki kebutuhan khusus namun tidak terjangkau
Tahun
oleh berbagai lembaga15 atau14layanan13publik 12 11 di masyarakat.
yang tersedia
Mereka ini mencakup warga masyarakat berpenghasilan rendah dari sek-
tor informal seperti buruh kasar, pemulung; kaum lanjut usia yang terlan-
Editor : Dwiko
tar; pen­derita aneka gangguan atau cacat baik fisik maupun mental; kaum
Desainer sampul
penganggur; : Marius
kaum remaja Santo
putus sekolah; anak jalanan; dan sebagainya.
Sekadar sebagai gambaran pembanding, di negara maju seperti Ame­
rika Serikat lingkungan layanan konseling komunitas yang cukup penting
meliputi lembaga-lembaga sebagai berikut (Hershenson, Power, & Waldo,
ISBN 978-979-21-3041-6
1996). Pertama, pusat-pusat kesehatan mental komunitas. Lembaga ini
Hak ciptamengutamakan
lazimnya dilindungi undang-undang
pemberian layanan sebagai berikut: (a) primary
prevention atau pencegahan karya
Dilarang memperbanyak dini, bertujuan menolong
tulis ini dalam kelompok
bentuk atau per-
dan dengan
cara apayang
orangan pun, dipandang
termasuk fotokopi,
memiliki tanpa
risiko izin tertulis
tinggi untukdari Penerbit.gang-
mengalami
guan tingkah laku; (b) crisis intervention atau pendampingan menghadapi
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
atau mengatasi situasi krisis; menurut salah seorang perintisnya, yaitu Ca-
plan (1964; dalam Hershenson, Power, & Waldo, 1996) yang dimaksud
krisis adalah “a period of disequilibrium accompanied by psychological and
physical distress of a relatively limited duration which temporarily taxes a
person’s ability to cope competently or to achieve mastery. Crisis can be pre-
dictable or unpredictable” atau kegoncangan yang disertai tekanan psikolo-
gis dan fisik yang berlangsung dalam waktu relatif terbatas namun bisa
berdampak mengganggu kemampuan seseorang menjalankan tugas atau
mengatasi problema hidup sehari-hari; ada jenis krisis yang bisa dipredik-
sikan, seperti kelahiran anak, memasuki masa pensiun, namun ada pula
jenis krisis yang tidak bisa diprediksikan seperti kematian anggota keluarga
49
akibat kecelakaan, bencana alam; (c) layanan konsultasi, lazimnya berupa
bantuan menjalin kontak dan konsultasi dengan lembaga-lembaga layanan
publik lain seperti rumah sakit, pusat rehabilitasi penyalahgunaan narko-
tika, dan sebagainya; (d) layanan remediasi dan rehabilitasi, termasuk tin-
dakan melakukan diagnosis dan perawatan berbagai jenis gangguan men­
tal; dan (e) layanan pendidikan psikologis, khususnya pemberian informasi
dan pelatihan aneka ketrampilan ke arah peningkatan kesehatan mental.
Kedua, lembaga pemasyarakatan, baik untuk dewasa maupun remaja
dan anak-anak. Selain membantu melakukan rehabilitasi atau menghilang­
kan kecenderungan antisosial para pesakitan seorang psikolog-konselor
juga bisa memberikan layanan konseling untuk mengatasi berbagai bentuk
tekanan mental atau psikoedukasi untuk membangun sikap-ketrampilan
hidup yang lebih sehat.
Ketiga, praktek konseling pribadi yang mengkhususkan diri pada
pemberian layanan konseling keluarga. Pergeseran dalam nilai-nilai kelu-
arga dan perkawinan, perubahan pandangan tentang seks dan seksualitas,
bahkan perubahan gaya hidup secara umum telah melahirkan fenomena
sekaligus problema-problema baru sekitar relasi antar dan sesama jenis,
kehidupan perkawinan dan kehidupan keluarga berupa perceraian, perka­
winan kembali, kawin kontrak, hubungan layaknya perkawinan di antara
sesama jenis, orang tua tunggal, anak-anak korban perceraian dan seba-
gainya. Semua itu membuka kesempatan semakin Untukluas bagiRyo,
Yonita, penyediaan
Karysta
layanan konseling perkawinan dan keluarga maupun psikoedukasi sekitar
masalah perkawinan dan seksualitas.
Keempat, rumah singgah bagi korban penelantaran anak dan atau
kekerasan dalam rumah tangga. Jenis-jenis bantuan yang disediakan bisa
berupa pendampingan bagi khususnya wanita-isteri korban kekerasan sua-
mi, penampungan sementara bagi anak-anak terlantar atau korban keke­
rasan oleh orang tua baik melalui konseling maupun psikoedukasi serta
jenis-jenis bantuan lainnya.
Kelima, lembaga-lembaga yang secara khusus menyediakan bantuan
rehabilitasi dan pendampingan bagi para korban penyalahgunaan zat baik
dewasa maupun remaja.
The Possibler
028724

50 © 2011 Kanisius
PENERBIT
Keenam, KANISIUS (Anggota
lembaga-lembaga yangIKAPI)
secara khusus menyediakan rumah
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
singgah dan pendampingan bagi orang-orang lanjut usia. Secara garis
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
besar jenis layanan yang disediakan lazimnya bisa digolongkan menjadi
Telepon
dua, yaitu(0274) 588783,
rehabilitasi 565996;
medis Fax
berupa (0274) 563349
penyembuhan dan perawatan berba-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
gai penyakit yang lazim menimpa golongan usia lanjut seperti stroke dan
Website : www.kanisiusmedia.com
kepikunan; serta pendampingan psikososial dalam rangka menyesuaikan
diri dengan kehidupan di usia senja termasuk mempersiapkan diri meng-
hadapi kematian.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Ketujuh, lembaga-lembaga yang menyediakan layanan rehabilitasi
Tahun
psi­kososial bagi para15 penderita
14 gangguan 13 12
mental 11 Layanan yang
kronik.
di­berikan meliputi layanan pemenuhan kebutuhan untuk bersosialisasi,
mencarikan pekerjaan untuk mendapatkan penghidupan, menyediakan
Editor : Dwiko
berbagai pendidikan-pelatihan untuk mempelajari aneka ketrampilan
Desainer
yang sampul mencarikan
bermanfaat, : Marius Santo
atau menyediakan tempat tinggal, serta
mem­berikan layanan evaluasi psikologis untuk melihat kemajuan hasil
upaya rehabilitasi.
Kedelapan, lembaga-lembaga konseling karir. Di Amerika Serikat
ISBN 978-979-21-3041-6
lembaga-lembaga semacam ini lazim ditemukan di lingkungan perguru-
Hak
an ciptaatau
tinggi dilindungi undang-undang
komunitas. Yang berada di lingkungan perguruan tinggi
lazim­ nya merupakan
Dilarang memperbanyak bagian dari tulis
karya program layanan
ini dalam kesejahteraan
bentuk maha-
dan dengan
cara apa
siswa yangpun, termasuk fotokopi,
diselenggarakan tanpa izin
oleh perguruan tertulis
tinggi yangdari Penerbit. Se-
bersangkutan.
dangkan yang berada di lingkungan komunitas lazimnya berupa layanan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
nirlaba yang terselenggara berkat dukungan dana dari pemerintah atau
dari penyandang dana swasta, atau berupa layanan profesional yang dise-
lenggarakan sebagai praktek pribadi psikolog-konselor. Jenis-jenis layanan
yang diberikan lazimnya berkisar pada masalah pemilihan karir, persiapan
karir, mencari pekerjaan, penyesuaian diri pada lingkungan dan tuntutan
pekerjaan, perubahan karir, dan persiapan memasuki masa pensiun.
Kesembilan, lembaga-lembaga yang menyelenggarakan employee as-
sistance program atau program layanan bantuan bagi pegawai perusahaan.
Lembaga-lembaga semacam ini lazimnya bekerjasama dengan kalangan
industri dan bertujuan membantu pegawai perusahaan yang mengalami
hambatan dalam melaksanakan tugas pekerjaan mereka akibat terbelit oleh
51
berbagai problema pribadi, seperti stres dalam pekerjaan, hubungan yang
tidak harmonis dengan atasan dan atau kolega di perusahaan, masalah di
dalam kehidupan perkawinan atau keluarga, dan sebagainya.
Kesepuluh, dinas psikologi militer. Di sini para psikolog-konselor ko-
munitas lazimnya bekerja di pusat-pusat layanan keluarga, rumah sakit,
klinik rawat jalan, dan program pendidikan-pelatihan di lingkungan lem-
baga angkatan bersenjata tertentu. Mereka memberikan layanan bimbing­
an, konseling, dan pendidikan-pelatihan bagi seluruh warga angkatan ber-
senjata, anggota keluarga mereka, para veteran, dan para pegawai sipil di
berbagai lembaga angkatan bersenjata beserta keluarga mereka.
Kesebelas, praktek pribadi yang bersifat profesional atau bukan nir-
laba. Jenis-jenis layanan yang diberikan beraneka macam sesuai kebutuhan
klien. Metode dan pendekatan psikologis yang digunakan juga berlainan,
tergantung dari filosofi dan afiliasi si psikolog-konselor pada teori atau
pendekatan tertentu. Penyelenggaraannya bersifat formal, menggunakan
fasilitas berupa kantor, dan mengenakan tarif biaya tertentu untuk berba-
gai jenis layanan yang diberikan.
Sebagian besar kalau bukan semua jenis lembaga layanan konseling
komunitas seperti dipaparkan di atas sebenarnya juga terdapat di Tanah
Air, tentu dengan struktur dan organisasi yang tidak persis sama. Dalam
Undang-undang No. 40/2004 tentang sistem jaminan sosial nasional, ten-
tang jaminan kesehatan dinyatakan bahwa “manfaat jaminan
Untuk Yonita, kesehatan
Ryo, Karysta
bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang men-
cakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk
obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan” (Ps. 22; Ay. 1). Dari
situ tampak bahwa layanan kesehatan lazimnya masih dimaknai sebatas
kesehatan fisik, belum mencakup kesehatan mental. Namun konon mulai
ada upaya untuk mengintegrasikan layanan kesehatan mental pada layan-
an kesehatan publik melalui Pusat Kesehatan Masyarakat alias Puskesmas
(Prawitasari, 2003).
Selain itu, ada paling tidak dua jenis lembaga yang bisa menjadi ajang
pemberian layanan psikoedukasi di lingkungan komunitas di Tanah Air.
Pertama, lembaga-lembaga pendampingan anak dan remaja baik yang ber-
The Possibler
028724

52 © 2011 Kanisius
PENERBIT
basis kegiatanKANISIUS
keagamaan, (Anggota IKAPI)
seperti Sekolah Minggu dan Kegiatan Mudika
4 Jl.lingkungan
Cempaka 9,umat Deresan, Yogyakarta 55281,perkumpulan
INDONESIA
di Kristiani serta berbagai pengajian un-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
tuk anak dan remaja di lingkungan umat Islam, atau berbasis lingkungan
Telepon (0274)
pemukiman 588783,
seperti Karang565996;
Taruna,Fax (0274)
atau 563349
berbasis nilai-nilai kemanusiaan
E-mail : office@kanisiusmedia.com
seperti Pramuka dan Palang Merah Remaja.
Website : www.kanisiusmedia.com
Kedua, organisasi atau perkumpulan wanita dan atau ibu-ibu baik
yang berbasis lingkungan pekerjaan seperti Dharma Wanita di lingkungan
pegawai dan isteri pegawai negeri sipil, atau berbasis lingkungan pemukim­
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
an seperti Perkumpulan Kesejahteraan Keluarga (PKK) mulai dari tingkat
Tahuntetangga sampai
rukun 15 14 kecamatan
tingkat 13 12
bahkan 11
kota/kabupaten dan
propinsi, serta berbasis keagamaan seperti perkumpulan Ibu-ibu Katolik
(IKat), perkumpulan Aisyiah, dan sebagainya.
Editor : Dwiko
Itulah tiga jenis lingkungan yang bisa menjadi ajang atau kancah pem-
Desainer
berian sampul
layanan : MariusPada
psikoedukasi. Santo
bab berikut akan diuraikan pendekatan
yang lazim dipakai dalam mengembangkan program psikoedukasi di ber-
bagai lingkungan layanan, baik lingkungan pendidikan sekolah, industri,
maupun komunitas.
ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta


53

BAB 4
Beberapa Model Pengembangan
Program Psikoedukasi

Muncul dan berkembangnya gerakan psikoedukasi mendapatkan ba­


nyak pengaruh, antara lain dari perkembangan gerakan bimbingan dan
konseling kelompok. Bimbingan dan konseling kelompok tradisional ber-
tujuan mengubah sikap dan perilaku secara tidak langsung lewat pembe-
rian informasi yang akurat. Jadi, tugas psikolog-konselor menggarap fungsi
kognitif dan intelektif klien, selebihnya bagaimana informasi itu akan di-
pakai untuk memperbaiki sikap atau perilaku sepenuhnya diserahkan ke-
pada klien. Sebaliknya, psikoedukasi atau skills training bertujuan memodi-
fikasi sikap dan perilaku secara langsung lewat pelibatan total klien dalam
suatu program pendidikan-pelatihan (Gazda, 1989). UntukJadi, psikolog-konselor
Yonita, Ryo, Karysta
tidak hanya memberikan informasi secara kognitif tentang bagaimana cara
mengubah sikap dan perilaku tertentu kepada klien, melainkan secara eks-
periensial memberikan kesempatan kepada klien untuk mengalami sendiri
peristiwa mengubah sikap dan perilakunya itu, lazimnya lewat kehadiran
dan bantuan orang lain dalam suatu aktivitas kelompok.
Sejak dasawarsa 1980-an pelatihan ketrampilan sosial (social skills
training groups) menjadi istilah umum meliputi semua jenis kelompok
pe­latihan ketrampilan, seperti training groups, encounter groups, marathon
groups, therapy groups, dan counselling groups. Metode khas yang dipa­
kai dalam pelatihan ketrampilan sosial merupakan penerapan gabungan
antara teori belajar sosial yang berkembang di lingkungan psikologi serta
The Possibler
028724

54 © 2011 Kanisius
PENERBIT
berbagai prinsipKANISIUS (Anggota
dan prosedur IKAPI)
pedagogis yang berkembang di lingkungan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta
ilmu pendidikan yang dikemas dalam 55281,
sejenis INDONESIA
model atau kerangka ber-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
pikir dan kerangka kerja (Gazda, 1989). Ada setidaknya tiga macam model
Telepon
atau (0274)
kerangka 588783,
berpikir 565996;
yang lazim Fax (0274)
dipakai 563349
dalam pengembangan program
E-mail : office@kanisiusmedia.com
pelatihan ketrampilan sosial atau lebih luas lagi, program psikoedukasi,
Website
yaitu skills: www.kanisiusmedia.com
deficit model atau life-skills model, model tugas perkembangan,
dan model ragam bantuan.

Cetakan
A. ke-Skill-Deficit
Model 5 4 Life-Skills
atau 3 2 1
Tahun 15 atau
Skills deficit model 14model 13 12
kurang trampil 11 kerangka ber-
adalah
pikir yang menyatakan bahwa seseorang akan menunjukkan atau menam­
pilkan penguasaan ketrampilan sosial yang buruk karena tidak memi­
Editor : Dwiko
liki respon spesifik tertentu dalam khazanah responnya, atau sebenarnya
Desainer
memi­ sampul
likinya namun: gagal
Marius Santo
menggunakan atau menerapkannya secara se-
mestinya. Maka, bentuk intervensi terhadap kondisi kurang trampil (skills
deficit) semacam ini adalah mengajarkan secara langsung jenis atau bentuk
ketrampilan yang dibutuhkan (Gazda, 1989).
ISBN 978-979-21-3041-6
Arah dan corak psikoedukasi menjadi semakin tajam berkat pengaruh
Hak cipta
gerakan dilindungi
konseling undang-undang
kelompok yang bernuansa perkembangan (developmen-
tal group counselling).
Dilarang memperbanyak Dalam gerakan
karya tulisini,
ini skills
dalam deficit model
bentuk dandi dengan
atas diper-
cara apa
tajam ataupun, termasuk
diberi fotokopi,
spirit baru menjaditanpa
apa izin
yangtertulis
kemudiandaridikenal
Penerbit.sebagai
life-skills model. Menurut kerangka berpikir baru ini, jenis atau bentuk
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
ketrampilan yang seringkali defisit alias kurang sehingga menimbulkan
hambatan dalam perkembangan atau menimbulkan kesulitan dalam men-
jalankan tugas kehidupan sehari-hari bagi seseorang adalah life-skills atau
aneka ketrampilan hidup.
Life skills bisa didefiniskan secara luas maupun secara sempit. Dalam
arti luas, life skills adalah berbagai ketrampilan yang diperlukan oleh se­
tiap orang agar mampu mengalami perkembangan pribadi secara optimal,
yaitu tumbuh menjadi pribadi terbaik dengan memanfaatkan semua po-
tensi dan talenta yang kita miliki, dan dengan begitu akan menjadikannya
mampu hidup bermasyarakat dengan baik (”Essential life skills”, 2011;
Dody Hermana & Didin Muhafidin, 2011). Konon perkembangan pri­
55
badi yang optimal tersebut mempersyaratkan sembilan ketrampilan hidup
esensial atau dasar yang bisa dikelompokkan ke dalam dua kategori. Per-
tama, gugus ketrampilan hidup yang menjadi landasan bagi pemilikian
konsep diri yang positif atau sehat. Gugus ini meliputi tiga ketrampilan
dasar, yaitu (1) memahami diri sendiri, (2) mencintai diri sendiri, dan
(3) bersikap jujur terhadap diri sendiri. Kedua, gugus ketrampilan hidup
yang menjadi landasan bagi kemampuan berpikir secara kritis. Gugus ini
meliputi (4) memiliki sistem nilai pribadi yang jelas, (5) memiliki per-
spektif atau wawasan hidup, (6) berpikiran terbuka, (7) memiliki selera
humor, (8) memikili resiliensi atau daya tahan menghadapi tekanan, dan
(9) memiliki sikap menerima atau pasrah (”Essential life skills”, 2011).
Dalam arti sempit, life skills diartikan sebagai ketrampilan hidup un-
tuk bekerja. Tepatnya, ”life skills constitute a continuum of knowledge
and aptitudes that are necessary for a person to function effectively and
to avoid interruption of employment experience” (Brollin, 1989, dalam
Dody Hermana & Didin Muhafidin, 2011). Artinya, life skills mencakup
serangkaian pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang
agar mampu menjalankan berbagai perannya secara efektif serta agar
mam­pu mempertahankan pengalaman atau posisinya dalam pekerjaan.
Ja­di, kendati dipandang sempit, pengertian kedua ini terbukti cukup luas
pula, sebab menurut pengertian ini life skills melampaui sekadar penger-
tian employability skills maupun vocational skills, yaituYonita,
Untuk gugus Ryo,
ketrampilan
Karysta
teknis yang terkait dengan pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu. Selain
itu, life-skills dalam arti sempit ini pun lazimnya mencakup berbagai sikap
ketrampilan yang terkait dengan tuntutan dunia pekerjaan, kehidupan
sehari-hari, perkembangan pribadi dan pengelolaan aneka problem dan
pergulatan pribadi, serta tuntutan pergaulan dengan orang lain (Dody
Hermana & Didin Muhafidin, 2011). Dengan kata lain, life skills bukan
lain adalah berbagai jenis pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan yang
lazim dituntut untuk dikuasai sebagai tugas perkembangan (Havighurst,
dalam Gazda, 1989). Sebagai tugas perkembangan, jenis-jenis life skills
yang harus dikuasai oleh setiap orang akan berlainan sesuai dengan tahap
perkembangan yang sedang dijalaninya.
The Possibler
028724

56 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
Dari sinilah muncul (Anggota
model tugas IKAPI)
perkembangan dalam penyeleng-
4 Jl. Cempaka 9, psikoedukasi.
Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
garaan program Sudah disinggung di atas, penyelenggaraan
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
psikoedukasi berfokus pada pemberian bantuan pelatihan ketrampilan
Telepon
secara (0274) 588783,
terstruktur 565996;
(structured skillsFax (0274)baik
training) 563349
untuk tujuan preventif
E-mail : office@kanisiusmedia.com
maupun remedial. Secara khusus program pelatihan ini ditujukan untuk
Websiteprevention
primary : www.kanisiusmedia.com
atau prevensi dini. Sasarannya adalah individu-individu
yang masih berada dalam proses perkembangan. Penekanan pada aspek
preventif ini diwujutkan lewat sebuah kurikulum pelatihan ketrampilan
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
hidup, khususnya dalam konteks pendidikan sekolah. Namun tentu saja
Tahun
bisa 15 dalam14
juga diterapkan konteks13 12
lain, khususnya 11
lingkungan industri
dan komunitas. Berdasarkan model skills deficit, kita tahu bahwa program
psikoedukasi yang kita kembangkan harus ditujukan untuk mengatasi de-
Editor : Dwiko
fisit dalam bidang aneka ketrampilan hidup yang dialami oleh kelompok
Desainer
klien yangsampul : Marius
kita layani. Santo jenis-jenis ketrampilan hidup apa
Pertanyaannya,
saja yang lazim defisit atau kurang dikuasai, sehingga perlu menjadi fokus
perhatian dalam kegiatan psikoedukasi di lingkungan pendidikan sekolah,
industri, maupun komunitas?
ISBN 978-979-21-3041-6
B.
Hak Model Tugas Perkembangan
cipta dilindungi undang-undang
Modelmemperbanyak
Dilarang tugas perkembangan dalam
karya tulis ini penyelenggaraan
dalam bentuk dan program
denganpsi-
cara apa pun,
koedukasi termasuk
mampu fotokopi,jawaban
memberikan tanpa izin tertulispertanyaan
terhadap dari Penerbit.
di atas.
Pendekatan tugas perkembangan dalam pelatihan ketrampilan hidup
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
ini didasarkan pada konsep tugas perkembangan ala Havighurst (dalam
Gazda, 1989). Havighurst mendefinisikan tugas perkembangan sebagai
berikut: “A developmental task is a task which arises at or about a cer-
tain period in the life of the individual, successful achievement of which
leads to his happiness and to success with later tasks, while failure leads
to unhappiness in the individual, disapproval by society, and difficulty
with later tasks” (h. 33). Artinya, tugas perkembangan adalah tugas yang
muncul pada atau sekitar masa tertentu dalam kehidupan seseorang, bila
dicapai secara berhasil akan membawa pada kebahagiaan dan keberhasilan
mencapai tugas-tugas berikutnya, namun jika gagal akan membawa pada
ketidak-bahagiaan bagi yang bersangkutan, penolakan oleh masyarakat,
57
serta kesulitan dalam mencapai tugas-tugas berikutnya.
Konsep tugas perkembangan memiliki dua manfaat bagi penyeleng­
garaan program psikoedukasi. Pertama, membantu menemukan dan me­
rumuskan tujuan psikoedukasi. Kedua, menunjukkan saat yang tepat
dalam memberikan psikoedukasi. Havighurst menyebut saat yang tepat
ini teachable moment. Menurutnya, kesiapan (readiness) untuk menjalani
pelatihan ketrampilan hidup tertentu ini ditentukan oleh dua faktor, yaitu
taraf perkembangan individu dan sistem kebutuhan yang menyertai taraf
perkembangan tersebut.Namun muncul pertanyaan lain, bagaimana ber-
bagai jenis tugas perkembangan tersebut bisa diorganisasikan agar lebih
mudah dipahami dan dipakai sebagai dasar penyusunann program psi-
koedukasi? Untuk keperluan ini kita bisa meminjam model ragam ban-
tuan yang dikemukakan oleh Winkel (1991).

C. Model Ragam Bantuan


Khususnya bagi kelompok anak-remaja usia Sekolah Dasar sampai Seko-
lah Menengah Tingkat Atas, sistem kebutuhan mereka seringkali dibedakan
menjadi tiga bidang didasarkan pada jenis-jenis permasalahan menonjol
yang lazim menjadi sumber kesulitan sehingga menjadi tugas perkembang­
an yang harus mereka kuasai. Winkel (1991) menggunakan istilah ragam
bantuan untuk membedakan jenis-jenis psikoedukasi berdasarkan bidang
kehidupan tertentu atau aspek perkembangan tertentu
Untuk yang dijadikan
Yonita, fokus
Ryo, Karysta
atau materi psikoedukasi. Tiga bidang materi psikoedukasi yang dimaksud
adalah sebagai berikut (Winkel, 1991): (1) bidang pribadi-sosial; (2) bidang
akademik; dan (3) bidang karir. Untuk wilayah pendidikan formal, pem-
bagian tiga bidang ini kiranya bisa diperluas hingga ke jenjang pendidikan
tinggi, sekaligus bisa juga diterapkan di dua wilayah psikoedukasi lainnya
yaitu wilayah industri atau organisasi dan wilayah komunitas.
Gambaran rincian kebutuhan masing-masing bidang yang menjadi
tugas perkembangan anak-remaja-dewasa awal sejak Sekolah Dasar hingga
Perguruan Tinggi mengikuti model ragam bantuan ini secara garis besar
dapat diuraikan sebagai berikut (bandingkan, Supratiknya, 1983).
The Possibler
028724

58 © 2011 Kanisius
PENERBIT
1. KANISIUS (Anggota IKAPI)
Bidang Pribadi-Sosial
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Ketrampilan hidup dalam bidang pribadi-sosial pada dasarnya me-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
liputi tiga kategori: (a) menguasai dasar-dasar kesehatan mental, seperti
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
pemahaman diri menyangkut baik aspek fisik maupun psikologis, dan
E-mail : office@kanisiusmedia.com
penerimaan diri; (b) memahami aneka kesulitan-tantangan yang muncul
Website : www.kanisiusmedia.com
berkenaan dengan timbulnya berbagai kebutuhan dan tuntutan baru se-
laras dengan proses perkembangan, serta mengembangkan ketrampilan
untuk
Cetakanmengatasi
ke- aneka
5 pergulatan
4 3batin dan2 ketrampilan
1 mengatur diri
sendiri, dan (c) mengembangkan pemahaman yang tepat dan ketrampil­
Tahun
an dalam menjalin15relasi dengan
14 13
orang lain. 12 11
Ketiga kategori ketrampilan
hidup itu merupakan dasar bagi kesehatan mental dan fungsi efekif indi-
vidu dalam menjalankan
Editor : Dwikotugas kehidupan sehari-hari sesuai tugas perkem-
bangannya. Contoh:rinciannya
Desainer sampul untuk berbagai jenjang pendidikan formal
Marius Santo
mulai Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi adalah seperti diuraikan di
bawah ini.

a. Jenjang Sekolah Dasar


ISBN 978-979-21-3041-6
Hak Masalah-kebutuhan mendesak bagi siswa SD di bidang pribadi-sosial
cipta dilindungi undang-undang
adalah mengenal dan mempelajari atau mengembangkan dasar-dasar kese­
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
hatan mental dan dasar-dasar pergaulan sosial. Bidang ini meliputi antara
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
lain jenis-jenis ketrampilan hidup sebagai berikut:
1) Mampu
Dicetak memenuhi
oleh Percetakan aneka
Kanisius kebutuhan fisik secara cukup dan teratur:
Yogyakarta
Makan, minum, tidur, berolah raga, dan bermain.
2) Mampu menjaga kebersihan dan merawat kesehatan fisik secara baik
dan teratur: Mandi, menggosok gigi, membersihkan kuku, tangan,
kaki, telinga.
3) Mampu mandiri: Menolong diri sendiri, mengerjakan sesuatu sendiri.
4) Memiliki sikap percaya pada orang lain.
5) Mampu bekerja sama dengan orang lain.
6) Mampu menghargai milik orang lain.
7) Memiliki sikap-sikap sosial yang baik: Jujur, setia, sportif, dan ber-
tanggung jawab.
59
8) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
9) Memiliki sikap toleran, mampu menaruh perhatian dan menghargai
orang lain apa adanya.
10) Mengenal sopan santun.
11) Memiliki disiplin diri.

b. Jenjang Sekolah Menengah Tingkat Pertama


Masalah-kebutuhan mendesak bagi siswa SMP di bidang pribadi-sosi-
al adalah memahami, menghadapi, dan mengatasi aneka kesukaran ter­kait
dengan timbulnya berbagai perasaan dan keinginan baru akibat pu­bertas
atau kematangan seksual dengan seluruh kompleksitasnya, serta aneka
kesukaran sekitar hubungan dengan orang tua dan teman sebaya. Bidang
ini meliputi antara lain jenis-jenis ketrampilan hidup sebagai berikut:
1) Mampu memahami, menerima, dan bersikap wajar terhadap aneka
perubahan fisik yang sedang dialami.
2) Mampu menjaga kebersihan dan merawat kesehatan tubuh.
3) Mampu memahami, menerima, dan bersikap wajar terhadap peru­
bahan-perubahan emosional yang sedang dialami, seperti menjadi
mudah tersinggung, mudah cemas atau susah, kurang yakin pada diri
sendiri, diliputi rasa bersalah, suka melamun, dan sebagainya.
4) Mampu memahami dan menerima timbulnya sikap mendua ter­
hadap orang tua dalam diri mereka: InginUntuk dilindungi sekaligus
Yonita, ingin
Ryo, Karysta
diberi kebebasan.
5) Mampu memahami, menerima, dan bersikap wajar terhadap harapan
atau tuntutan orang tua: Bersikap hormat dan meng­hargai, menga­
sihi, taat, jujur, memiliki rasa ikut bertanggung jawab terhadap aneka
masalah atau kesibukan keluarga, memiliki rasa tanggung jawab atas
aneka fasilitas dan kesempatan yang disediakan oleh orang tua.
6) Mampu memahami, menerima, dan bersikap wajar terhadap ane­ka
perasaan yang timbul dalam hubungan dengan kakak dan adik: Rasa
iri atau cemburu, rasa bersaing, rasa bosan, dan sebagainya.
7) Mampu mengembangkan aneka sikap yang baik dalam persahabatan:
Sikap sportif, jujur, setia, menerima orang lain apa ada­nya, mengakui
The Possibler
028724

60 © 2011 Kanisius
PENERBIT
kelebihanKANISIUS
orang lain,(Anggota IKAPI) dan menghargai orang lain,
bersikap percaya
4 Jl. Cempaka 9, Deresan,
rela bekerja sama dan Yogyakarta 55281,
menolong orang INDONESIA
lain.
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
8) Mampu mandiri: Bersikap wajar terhadap tekanan kelompok.
Telepon
9) Mampu(0274) 588783,
bersikap 565996;
wajar dalamFax (0274) 563349
berhubungan dengan lawan jenis.
E-mail : office@kanisiusmedia.com
10) Mampu menggunakan waktu luang secara kreatif dan bermanfaat.
Website : www.kanisiusmedia.com
c. Jenjang Sekolah Menengah Tingkat Atas
Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) mencakup baik Sekolah
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Me­nengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Tahun
Masalah-kebutuhan 15mendesak
14 bagi 13 12 di bidang
siswa SMTA 11 pribadi-sosial
adalah: menemukan identitas diri atau konsep diri, menjalin hubungan
yang harmonis dengan orang tua, mengembangkan sikap yang masak dan
Editor : Dwiko
wajar terhadap seks, dalam pergaulan dengan lawan jenis, dan terhadap
Desainer
tekanan sampul Bidang
kelompok. : MariusiniSanto
meliputi antara lain jenis-jenis ketrampilan
hidup sebagai berikut:
1) Mampu menerima diri: Mampu dan bersedia memandang diri sen­
diri (juga orang lain) apa adanya, mengenal dan menyadari kelebihan
ISBN 978-979-21-3041-6
dan kekurangan seraya tetap merasa diri berharga.
Hak Memiliki
2) cipta dilindungi undang-undang
kepercayaan-diri: Mampu menilai secara objektif kelebihan
dan kekurangan
Dilarang memperbanyak pada diri sendiri.
karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara Memiliki
3) apa pun, termasuk fotokopi,
kepercayaan tanpa izin
pada orang lain:tertulis
Mampu darimempercayakan
Penerbit.
aneka kesulitan, harapan, kesedihan, kegembiraan dan sebagainya,
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
kepada orang lain.
4) Mampu memahami, menerima, dan bersikap masak serta wajar ter-
hadap aneka kesukaran yang timbul dalam hubungan dengan orang
tua: Mampu memahami dan menerima sudut pandang orang tua.
5) Mampu mengendalikan emosi.
6) Mampu mandiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
7) Mampu bersikap masak dan wajar terhadap rasa ingin tahu tentang
seks.
8) Mampu bersikap masak dan wajar dalam persahabatan, meli­puti per-
gaulan dengan lawan jenis dan percintaan, menghadapi tekan­an ke­
lompok.
61
9) Mampu menggunakan waktu luang secara bermanfaat.
10) Mampu mengembangkan nilai-nilai pribadi dan filsafat hidup serta
cita-cita yang realistis.

d. Jenjang Perguruan Tinggi


Ada yang berpendapat bahwa seorang mahasiswa yang belajar di
perguruan tinggi khususnya universitas, seharusnya sudah mencapai ke-
matangan baik secara pribadi-sosial, akademik, maupun karir. Namun
pendidikan di universitas sebenarnya mencakup dua bahkan tiga jenjang,
yaitu jenjang S-1 atau Program Sarjana dan Program Pascasarjana yang
sebenarnya masih bisa dibedakan menjadi jenjang S-2 atau Program Ma­
gister dan S-3 atau Program Doktor. Pendapat tentang kematangan di atas
kiranya bisa diterapkan pada mahasiswa Program Pascasarjana lebih khusus
lagi jenjang S-3, namun bisa diragukan atau setidaknya patut diperdebat-
kan untuk diterapkan pada mahasiswa jenjang S-1 atau Program Sarjana.
Salah satu alasannya, sebagian besar mahasiswa program S-1 di berbagai
universitas adalah fresh-graduates atau lulusan SMA yang segera melanjut-
kan studi ke perguruan tinggi. Kendati mereka diharapkan sudah lebih
matang dibandingkan siswa SMA, namun kiranya tetap perlu dibantu un-
tuk semakin mematangkan diri baik dari segi perkembangan pribadi-sosial,
akademik, maupun karir selama menempuh studi pada Program Sarjana.
Pada kenyataannya, banyak perguruan tinggi yang baikYonita,
Untuk menyelenggarakan
Ryo, Karysta
program pendampingan bagi mahasiswa Program Sarjana mereka.
Masalah-kebutuhan di bidang pribadi-sosial yang mendesak bagi
mahasiswa Program Sarjana meliputi mengembangkan sistem nilai hidup,
mengembangkan kemampuan mengatasi tekanan hidup dengan cara-
cara yang sehat, mengembangkan sikap yang semakin matang tentang
seksualitas dan relasi antar jenis, mengembangkan sikap terbuka dan to­
leran, mengembangkan rasa tanggung jawab dan kepedulian sosial, dan
mengembangkan kepemimpinan sosial. Bidang ini akan mencakup antara
lain jenis-jenis ketrampilan hidup sebagai berikut:
The Possibler
028724

62 © 2011 Kanisius
PENERBIT
1) KANISIUS
Menjernihkan (Anggota
nilai-nilai hidup IKAPI)
untuk diterapkan menjadi pedoman
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
dalam kehidupan sehari-hari.
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
2) Mampu mengatasi berbagai persoalan sehari-hari yang bisa men­­jadi
Telepon
sumber tekanan hidup: mengatasi frustrasi563349
(0274) 588783, 565996; Fax (0274) pribadi, me­nge­lola waktu,
E-mail : office@kanisiusmedia.com
mengelola relasi dengan teman, mengelola ke­uangan.
Website : www.kanisiusmedia.com
3) Mengembangkan sikap yang sehat tentang seksualitas.
4) Mengembangkan sikap terbuka terhadap berbagai paham dan aja-
ran, baik menyangkut relasi dengan diri sendiri, dengan yang ilahi,
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
maupun dengan orang lain.
Tahun
5) Mengembangkan 15 sikap 14toleran13
terhadap12berbagai11perbedaan.
6) Mengembangkan sikap yang benar dan sehat terkait hak dan kewaji-
ban sebagai warga komunitas, warga masyarakat, warga negara, dan
Editor : Dwiko
warga masyarakat dunia.
Desainer
7) sampul : Marius
Mengembangkan Santo rasa terhadap kaum lemah, miskin,
sikap berbela
terpinggirkan, dan peduli pada penegakan keadilan.
8) Mengembangkan sikap peduli pada pelestarian lingkungan.
9) Mengembangkan spirit dan ketrampilan menjadi pemimpin.
ISBN 978-979-21-3041-6
2.
Hak Bidang Akademikundang-undang
cipta dilindungi
Ketrampilan
Dilarang hidup dalam
memperbanyak karyabidang akademik
tulis ini pada dasarnya
dalam bentuk meliputi
dan dengan
carakategori,
tiga apa pun,yaitu
termasuk fotokopi, tanpa
(a) menemukan izin tertulis
cara belajar dari Penerbit.
yang tepat, (b) mengatasi
aneka kesukaran dalam belajar, dan (c) memilih program studi dan jenis
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
atau jurusan sekolah lanjutan yang sesuai. Kategori pertama dan kedua
pada dasarnya merupakan masalah penyesuaian diri. Di sini psikoedukasi
ditujukan utuk membekali siswa-siswi dengan pengetahuan, ketrampilan
dan pengalaman yang bermanfaat untuk menyesuaikan diri pada aneka
situasi tugas belajar yang dihadapinya, mencegah timbulnya serta meng­
atasi aneka kesukaran yang mungkin timbul terkait dengan pelaksanaan
tugas belajarnya itu.
Kategori ketiga pada dasarnya merupakan problem membuat kepu-
tusan atau pilihan dari antara sejumlah alternatif atau kemungkinan
kelanjutan sekolah. Di sini psikoedukasi ditujukan untuk menyadarkan
siswa-siswi tentang tujuan pendidikannya, memberikan informasi tentang
63
berbagai alternatif penerapan dan kelanjutan pendidikannya, sehingga
akhirnya masing-masing siswa mampu membuat keputusan yang realistik
dan masak tentang tujuan pendidikan yang akan dikejarnya.

a. Jenjang Sekolah Dasar


Masalah-kebutuhan mendesak bagi siswa SD di bidang akademik
adalah mengenal cara belajar yang tepat baik dalam penguasaan tiga ke-
trampilan dasar baca-tulis-hitung maupun dalam penguasaan pengeta-
huan-nilai-sikap, serta menumbuhkan perasaan senang terhadap tugas-
kegiatan belajar. Secara lebih spesifik, bidang ini mencakup antara lain
jenis-jenis ketrampilan hidup sebagai berikut:
1) Menguasai cara membaca yang baik dan benar (sikap tubuh, lafal
huruf dan kata, tanda baca, menangkap inti bacaan, membaca dalam
hati).
2) Menguasai cara menulis yang baik dan benar (sikap tubuh, cara me-
megang pensil, cara penulisan huruf Latin serta perbedaannya satu
sama lain, cara penulisan huruf besar dan huruf kecil).
3) Menguasai arti lambang-lambang hitungan (x, :, +, -).
4) Mengenal aneka warna, bentuk, benda, hewan, tumbuhan yang ada
di lingkungan sekitar.
5) Mampu melakukan pengamatan dengan baik dan benar (melihat,
mendengar, meraba, mencecap, membaui).Untuk Yonita, Ryo, Karysta
6) Menumbuhkan minat dan perasaan senang belajar.
7) Menguasai cara belajar yang benar (belajar dengan memahami).
9) Menumbuhkan kebiasaan belajar.
10) Mengenal aneka bakat dan mengembangkannya.
11) Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas.
12) Mampu mengatur diri sendiri.

b. Jenjang Sekolah Menengah Tingkat Pertama


Masalah-kebutuhan mendesak bagi siswa SMTP di bidang belajar
adalah mengenal aneka sumber kesulitan belajar dan menguasai aneka cara
mengatasi kesulitan belajar tersebut. Ketidak-serasian pada berbagai fak-
The Possibler
028724

64 © 2011 Kanisius
PENERBIT
tor yag terdapat KANISIUS
dalam diri(Anggota IKAPI)
siswa sendiri, seperti taraf inteligensi, potensi
4 Jl. Cempaka
akademik, cara9,belajar,
Deresan, Yogyakarta
motivasi, sikap,55281, INDONESIA
perasaan, kondisi psikis, berbagai
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
jenis tekanan akibat kondisi sosiokultural, serta kondisi fisik, pada tingkat
Telepon
usia (0274)
ini bisa 588783,
menjadi 565996;
sumber Fax (0274)
potensial 563349 masalah-masalah
bagi timbulnya
E-mail Siswa
belajar. : office@kanisiusmedia.com
perlu dibantu mengenali, merumuskan, dan mengatasi aneka
Websiteyang
masalah : www.kanisiusmedia.com
mungkin timbul dalam melaksanakan tugas-tugas belajarnya,
menolong mereka menemukan makna dan merumuskan tujuan pendi­
dikan masing-masing. Secara lebih spesifik, bidang ini mencakup antara
Cetakan
lain ke- ketrampilan
jenis-jenis 5 4hidup sebagai
3 2
berikut: 1
1)
Tahun Menyadari nilai 15 pendidikan
14 bagi
13dirinya.
12 11
2) Memahami diri secara lebih mendalam (kemampuan belajar, bakat,
minat, dan sebagainya).
Editor
3) Memahami kekhasan : Dwikotuntutan belajar di jenjang SMP.
4) Menumbuhkan kebiasaanSanto
Desainer sampul : Marius dan ketrampilan belajar.
5) Menguasai cara belajar yang tepat untuk setiap bidang studi.
6) Menumbuhkan minat khusus pada bidang studi tertentu.
7) Menguasai cara mengikuti pelajaran yang efektif di kelas.
ISBN
8) 978-979-21-3041-6
Menguasai cara membagi waktu.
Hak Menguasai
9) cipta dilindungi undang-undang
cara belajar kelompok.
10) Menguasai
Dilarang cara belajar
memperbanyak berbasis
karya tulis teknologi
ini dalam informasi
bentuk dan dandengan
komuni­
cara kasi.
apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
11) Menguasai cara menggunakan waktu luang.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
12) Memiliki pengetahuan tentang kesempatan pendidikan lanjutan dan
lapangan pekerjaan yang bisa dimasuki setamat SMP.

c. Jenjang Sekolah Menengah Tingkat Atas


SMTA mencakup SMA dan SMK. Kendati berada pada rentang usia
yang sama, masalah-kebutuhan yang mendesak di bidang akademik bagi
siswa SMA secara umum kiranya sedikit berbeda dibandingkan siswa SMK.
Bagi siswa SMA kebutuhan mereka di bidang akademik perlu difokus-
kan pada upaya menemukan bidang spesialisasi atau jurusan pendidikan
yang sesuai baik dalam rangka penjurusan di SMA maupun dalam rangka
persiapan studi lanjut setamat SMA. Terkait hal ini, siswa perlu dibantu
65
memilih jurusan pendidikan, menemukan makna pendidikan lan­jut seba-
gai tujuan belajarnya, serta merumuskannya sebagai tujuan spesifik yang
akan diperjuangkannya. Bagi siswa SMK kebutuhan mereka di bidang be-
lajar perlu difokuskan pada upaya memantabkan pilihan jurus­an keahlian
yang sudah mereka buat, sekaligus memantabkan pilihan dan meningkat-
kan pemahaman tentang dunia pekerjaan yang kelak mereka masuki. Se-
cara lebih spesifik, bidang ini mencakup antara lain jenis-jenis ketrampilan
hidup sebagai berikut:
1) Memahami diri secara semakin dalam.
2) Memahami kekhasan tuntutan belajar di jenjang SMA atau SMK.
3) Mampu memilih bidang spesialisasi atau jurusan belajarnya bagi si-
swa SMA; atau menjadi semakin mantab dengan pilihan jurusan be-
lajarnya bagi siswa SMK.
4) Meyakini pilihan jurusan belajar yang telah diambilnya.
5) Mampu meninjau kemajuan belajarnya, mampu menilai kecocokan
jurusan belajar yang dipilihnya dengan kondisi pribadinya (kemam-
puan intelektual, minat, kemampuan ekonomi keluarga).
6) Mampu memahami makna pendidikan lanjut atau makna bekerja
sebagai tujuan belajarnya.
7) Mampu mengatur waktu belajar.
8) Menguasai cara belajar yang efisien.
9) Menguasai cara belajar berbasis teknologi Untukinformasi dan Karysta
Yonita, Ryo, komu­
nikasi.
10) Mampu menggunakan waktu luang.
11) Mengenal seluk-beluk dunia perguruan tinggi dan/atau seluk-beluk
dunia pekerjaan.

d. Jenjang Perguruan Tinggi


Masalah-kebutuhan yang mendesak di bidang akademik bagi maha-
siswa Program Sarjana adalah mengembangkan kematangan intelektual,
mengembangkan aneka ketrampilan dasar untuk belajar secara mandiri
sepanjang hayat termasuk penguasaan teknologi informasi dan komuni-
kasi, memantabkan pilihan bidang keahlian yang akan terus ditekuni, dan
The Possibler
028724

66 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
mengembangkan pemahaman (Anggota IKAPI) tentang etika akademik. ���
dan kesadaran Bi-
4 Jl. Cempaka
dang ini akan 9, Deresan,antara
mencakup Yogyakarta 55281,
lain aneka INDONESIA
ketrampilan sebagai berikut:
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
1) Mengembangkan pemahaman tentang sejarah pemikiran tentang
Telepon (0274)
manusia, 588783,
ilmu 565996; dan
pengetahuan, Fax kebudayaan.
(0274) 563349
E-mail
2) : office@kanisiusmedia.com
Mengembangkan pemahaman tentang sejarah pemikiran tentang da-
Website : www.kanisiusmedia.com
sar-dasar ontologis, epistemologis, dan aksiologis bidang ilmu yang
dipelajarinya.
3) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
4) Mengembangkan aneka ketrampilan praktis terkait dengan pe­lak­
Tahunsanaan tugas 15 14 praktikum,
perkuliahan, 13 12 praktek
dan 11lapangan.
5) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan pendapat seca­ra ar-
gumentatif baik secara lisan maupun khususnya secara tertulis.
Editor : Dwiko
6) Mengembangkan apresiasi dan kemampuan menggunakan tekno-
Desainer sampul :dan
logi informasi Marius Santo secara bermanfaat dan bertanggung
komunikasi
jawab.
7) Mengembangkan apresiasi dan pemahaman tentang hakikat bidang
ilmu yang ditekuni serta prospek aplikasinya bagi perkembangan pri-
ISBN 978-979-21-3041-6
badi maupun perkembangan masyarakat.
Hak Mengembangkan
8) cipta dilindungi undang-undang
apresiasi dan pemahaman tentang makna kebe­
basanmemperbanyak
Dilarang mimbar dan kebebasan akademik.
karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara Mengembangkan
9) apa pun, termasuk fotokopi,
apresiasi dantanpa izin tertulis
pemahaman dariprinsip
tentang Penerbit.
dan ben-
tuk-bentuk penerapan etika akademik, seperti antiplagiarisme, ilmu
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
dan kekuasaan, dan sebagainya.

3. Bidang Karir
Pendidikan psikologis di bidang karir, lazim disebut career education
atau pendidikan karir, pada dasarnya diarahkan pada tiga tujuan sebagai
berikut (Reinhart, 1979): (a) membantu klien mengenal berbagai jenis ka­
rir atau pekerjaan yang mampu diraih atau dimasukinya serta yang bermak-
na dan memuaskan baginya; serta mengenal berbagai nilai terkait dengan
pekerjaan yang lazim berlaku di lingkungan masyarakat yang berorientasi
pada kerja; (b) membantu klien membuat keputusan-keputusan rasional
tentang tujuan pribadi yang berhubungan dengan karir atau pekerjaan,
67
dan yang akan diperjuangkannya; dan (c) membantu klien melaksanakan
ke­putusan-keputusan tersebut dalam bentuk mempelajari aneka penge-
tahuan-ketrampilan yang dituntut, serta dalam bentuk mengembangkan
aneka nilai-sikap terkait dengan kerja dalam sistem nilai pribadinya.

a. Jenjang Sekolah Dasar


Masalah-kebutuhan mendesak bagi siswa SD di bidang karir adalah
mengembangkan kesadaran dan pemahaman tentang diri dan lingkungan
terkait dengan dunia karir atau pekerjaan. Secara lebih spesifik, bidang ini
mencakup antara lain jenis-jenis ketrampilan hidup sebagai berikut:
1) Memahami diri dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sen-
diri.
2) Memahami dunia pekerjaan dan berbagai jenis pekerjaan.
3) Memahami perlunya saling hubungan antar manusia dan perlunya
mengembangkan secara terus-menerus kemampuan untuk hidup da-
lam suasana saling memahami dan saling kerja sama dengan orang
lain.
4) Mengembangkan nilai-nilai dan cita-cita hidup (meski masih ka-
bur).

b. Jenjang Sekolah Menengah Tingkat Pertama


Masalah-kebutuhan mendesak bagi siswa SMTP Untuk di bidang
Yonita, ka­rKarysta
Ryo, ir tidak
bisa dilepaskan dari aneka perubahan atau perkembangan pen­ting pada
aspek fisik, emosi, dan inteleknya. Selain itu, konon masa ini merupakan
saat ketika banyak terjadi gejala putus sekolah, baik dalam arti sebenarnya
maupun dalam arti psikologis. Pada gejala pertama, siswa atau siswi be-
nar-benar tidak melanjutkan belajar dan keluar meninggalkan sekolah.
Pada gejala kedua, siswa atau siswi tetap tinggal dan melanjutkan bela-
jar di sekolah namun tugas itu tidak dijalaninya dengan penuh semangat,
motivasi, dan minat, sehingga hasilnya pun tidak optimal bahkan akhir­
nya bisa berujung pada gejala putus sekolah dalam arti sebenarnya pula.
Maka, masa ini sebenarnya merupakan saat ketika siswa-siswi perlu diya-
kinkan bahwa apa yang dituntut oleh sekolah agar mereka pelajari dengan
The Possibler
028724

68 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
sungguh-sungguh bertujuan(Anggota IKAPI) pengetahuan-ketrampilan
mengembangkan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta
yang segera bisa mereka terapkan atau 55281,
gunakanINDONESIA
dalam menghadapi tugas
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
kehidupan sehari-hari, termasuk melanjutkan belajar di jenjang yang lebih
Telepon
tinggi. (0274)
Secara 588783,
lebih 565996;
spesifik, bidangFaxini(0274) 563349
mencakup antara lain jenis-jenis
E-mail : office@kanisiusmedia.com
ketrampilan hidup sebagai berikut:
Website
1) : www.kanisiusmedia.com
Memahami diri secara lebih mendalam (kemampuan, minat).
2) Memantabkan motivasi belajar di sekolah sebagai persiapan bagi ma­
sa depan.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
3) Mengenal berbagai bidang pekerjaan yang mungkin cocok baginya.
Tahun
4) 15
Memahami perbedaan 14antara berbagai
13 12 11
bidang pekerjaan dalam hal:
sifat atau jenis tugas yang dilakukan, peran dan sumbang­annya bagi
kehidupan masyarakat, tingkat kepuasan yang diberikan, keduduk­
Editor : Dwiko
annya terhadap pengaruh perkembangan teknologi, tuntutannya
Desainer sampul
terhadap pekerja: Marius Santo tahun mendatang.
dalam sepuluh
5) Mengenal berbagai bidang pendidikan yang mungkin dimasukinya,
meliputi: sifat dan tujuan, syarat atau persiapan yang harus dipenuhi,
jenis/bidang pekerjaan yang bisa dimasuki sesudah menamatkannya.
ISBN 978-979-21-3041-6
6) Memahami bahwa berbagai jenis/bidang pekerjaan menuntut jenis
Hak pengetahuan
cipta dilindungi
dan undang-undang
ketrampilan yang berlainan.
7) Memahami
Dilarang nilai pribadi
memperbanyak dan nilai
karya tulis sosial berbagai
ini dalam jenisdan
bentuk pekerjaan.
dengan
cara Memahami
8) apa pun, termasuk
berbagaifotokopi, tanpa dalam
posisi utama izin tertulis
suatudari Penerbit.
bidang pekerjaan
dan memahami perbedaan-perbedaannya dalam hal: lama dan jenis
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
pendidikan yang dituntut; bentuk, peralatan, lingkungan kerja, dan
produk barang atau jasa yang dihasilkan; kemampuannya menjamin
gaya hidup yang diinginkan; kemampuan memuaskan nilai atau mi-
nat pribadi; serta kelebihan atau keuntungan dan kekurangan atau
kerugiannya.
9) Mampu membuat keputusan-keputusan untuk mencapai berbagai
tujuan karirnya.
10) Mampu memilih suatu bidang pekerjaan yang masih cukup luas un-
tuk dipelajari secara lebih mendalam.
11) Mampu memilih jenis pendidikan/pelatihan sesuai tujuan atau cita-
cita karirnya.
69
c. Jenjang Sekolah Menengah Tingkat Atas
Masalah-kebutuhan mendesak bagi siswa SMTA di bidang ka­rir
kiranya berbeda bagi siswa SMK dan siswa SMA. Bagi siswa SMK ke-
butuhan yang mendesak adalah sekitar persiapan untuk segera terjun da-
lam dunia kerja setamat sekolah. Tentu ada juga di antara mereka yang
masih akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi, namun sesuai juru-
san pendidikan yang mereka pilih, diandaikan bahwa sebagian besar dari
mereka akan langsung bekerja setamat SMK. Bagi siswa SMA kebutuhan
yang mendesak adalah persiapan melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Lagi-lagi, tentu ada juga dari antara mereka yang langsung mencari kerja
setamat SMA. Namun bisa diandaikan bahwa sebagian besar dari mereka
akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Maka, secara umum kebu-
tuhan mendesak bagi siswa SMTA adalah mempersiapkan diri membuat
rencana apa yang akan mereka kerjakan setamat SMTA. Apa pun pilihan
mereka entah bekerja atau melanjutkan studi, unsur kemandirian dalam
membuat pilihan dan keputusan harus mulai dikembangkan atau dikua-
sai. Maka psikoedukasi di bidang karir pada masa ini perlu diarahkan un-
tuk membantu siswa mengembangkan kesiapan dan motivasi yang sehat
untuk secara mandiri membuat pilihan-pilihan masa depan. Secara lebih
spesifik, bidang ini mencakup antara lain jenis-jenis ketrampilan hidup
sebagai berikut:
1) Memahami diri secara lebih mendalam lagi Untuk Yonita, Ryo,
(kemampuan, Karysta
minat).
2) Memahami situasi dunia pekerjaan di Tanah Air (bidang-bidang yang
mendesak, bidang-bidang yang langka peminat).
3) Memahami arti pembagian tugas dan kerja sama dalam organisasi
pekerjaan.
4) Memahami bahwa berbagai jenis/bidang pekerjaan menuntut penge-
tahuan dan ketrampilan yang berlainan.
5) Mengenal berbagai jenis pendidikan tinggi yang mungkin dimasu-
kinya (sifat dan tujuan, syarat dan persiapan yang harus dipenuhi,
serta jenis atau bidang pekerjaan yang bisa dimasuki sesudah me-
namatkannya).
The Possibler
028724

70 © 2011 Kanisius
PENERBIT
6) MenyadariKANISIUS (Anggota IKAPI)
perlunya mewujudkan secara lebih spesifik tujuan-tujuan
4 Jl. Cempaka
karirnya. 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk,
7) Mampu menyusun Yogyakarta 55011, INDONESIA
rencana-rencana lebih spesifik untuk mewujut-
Telepon (0274) 588783, 565996;
kan tujuan-tujuan karirnya. Fax (0274) 563349
E-mail
8) : office@kanisiusmedia.com
Mampu melaksanakan berbagai rencana dalam rangka mempersiap-
Website : www.kanisiusmedia.com
kan diri memasuki suatu pekerjaan atau karir spesifik tertentu de­
ngan memilih jurusan di SMA atau SMTA yang tepat, mengambil
berbagai kursus, serta melanjutkan studi ke perguruan tinggi atau
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
pendidikan kejuruan lanjutan yang sesuai.
Tahun 15 14 13 12 11
c. Jenjang Perguruan Tinggi
Masalah-kebutuhan yang mendesak bagi mahasiswa Program Sarjana
Editor : Dwiko
di bidang karir adalah memantabkan dan menjernihkan makna atau nilai
Desainer
bekerja sampul
bagi : Mariuspribadi
perkembangan Santo maupun kebaikan masyarakat, me-
mantabkan pilihan karir, mengembangkan aneka ketrampilan yang ditun-
tut dalam dunia kerja, mengembangkan pemahaman tentang kode etik
dalam bidang ilmu atau profesi yang digelutinya, mengembangkan pe-
ISBN 978-979-21-3041-6
mahaman tentang aneka aturan hukum yang terkait dengan dunia peker-
Hak menguasai
jaan, cipta dilindungi undang-undang
berbagai ketrampilan praktis terkait dengan melamar atau
mencari
Dilarangpekerjaan, dan mengembangkan
memperbanyak karya tulis ini wawasan tentangdan
dalam bentuk kemungkinan
dengan
cara apa pun,
menemukan termasuk fotokopi,
penghidupan tanpa
dari bidang izinyang
ilmu tertulis dari Penerbit.
ditekuninya. Secara le­
bih spesifik, bidang ini bisa mencakup antara lain jenis-jenis ketrampilan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
hidup se­bagai berikut:
1) Menyadari nilai pekerjaan bagi perkembangan pribadi dan kebaikan
masyarakat.
2) Memahami berbagai kemungkinan pekerjaan atau profesi yang bisa
dimasuki berbekal bidang ilmu yang ditekuni.
3) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif terkait
penerapan bidang ilmu yang ditekuni.
4) Mengembangkan kemampuan leadership dan kemampuan bekerja
dalam tim.
5) Mengembangkan pemahaman tentang kode etik profesi sesuai bi-
dang ilmu yang ditekuni.
71
6) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai peraturan perun-
dangan tentang dunia pekerjaan, seperti undang-undang tentang
tenaga kerja, jaminan sosial, peraturan tentang upah minimum, un-
dang-undang tentang perlindungan konsumen, dan sebagainya.
7) Mengembangkan pemahaman dan ketrampilan tentang membuat
curriculum vitae, menulis surat lamaran, mencari referensi, menem-
puh proses rekrutmen, menjalani walk-in interview, dan sebagainya.
8) Mengembangkan pemahaman tentang prinsip-prinsip berusaha dan
menemukan kemungkinan menerapkan bidang ilmu yang ditekuni
sebagai sumber penghidupan.

Jenis-jenis ketrampilan hidup yang dibedakan ke dalam tiga kategori


bidang pribadi-sosial, akademik, dan karir serta yang perlu dijadikan ma-
teri psikoedukasi sebagaimana diuraikan di atas tentu saja secara khusus
berlaku untuk lingkungan pendidikan serta bagi kelompok klien berusia
kanak-kanak sampai remaja atau dewasa muda. Perlu �����������������������
dilakukan identi-
fikasi masalah-kebutuhan baru jika model di atas akan diterapkan bagi
kelompok-kelompok klien berusia lebih tua, seperti kelompok dewasa
atau lanjut usia. Sudah barang tentu perlu dilakukan modifikasi yang le-
bih radikal atau menyeluruh lagi jika model di atas mau diterapkan untuk
dua lingkungan psikoedukasi yang lain, yaitu lingkungan industri dan ko-
munitas. Sekalipun demikian, model di atas diharapkan bisa memberikan
Untuk Yonita, Ryo, Karysta
sekadar inspirasi untuk mengembangkan program-program psikoedukasi
yang sungguh-sungguh sesuai dengan kebutuhan nyata kelompok klien
yang akan dilayani baik di lingkungan pendidikan, industri, maupun ko-
munitas.

The Possibler
028724

72 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com

Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Tahun 15 14 13 12 11

Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo

ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta


73

BAB 5
Model Pembelajaran Eksperiensial

Seperti sudah diuraikan dalam bab sebelumnya, psikoedukasi dengan


model skills-deficit ini didasarkan pada pengandaian bahwa banyak orang
terjebak dalam aneka problem emosi dan atau mengalami kegagalan da-
lam penyesuaian diri karena mereka gagal mempelajari aneka coping skills
atau life skills yang diperlukan atau yang semestinya, entah karena belajar
dari model peran yang salah atau karena berada dalam lingkungan kurang
kondusif yang tidak memberinya kesempatan untuk mempelajari aneka
ketrampilan itu, atau karena keduanya (Gazda, 1989).
Inti dari psikoedukasi dengan model skills-deficit ini adalah pembe-
rian pelatihan kepada individu pada setiap unsur life skills yang masih me­
Untuk Yonita, Ryo, Karysta
rupakan defisit, kekurangan atau kelemahan secara progresif dimulai dari
yang sederhana ke yang semakin kompleks sesuai tahap perkembangan
dan urutan tugas perkembangannya.

A. Asumsi Dasar
Penerapan model life-skills training dalam psikoedukasi untuk tujuan
preventif-developmental semacam ini didasarkan pada sejumlah pengan-
daian sebagai berikut (bandingkan Gazda, 1989; h. 44):
1. Kemampuan untuk berfungsi secara efektif sebagai seorang pribadi
ditentukan oleh dikuasainya sampai taraf tertentu berbagai tugas
perkembangan (developmental tasks) dalam sejumlah bidang perkem-
The Possibler
028724

74 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
bangan manusia. (Anggota
Dalam IKAPI)
buku ini, misalnya, bidang perkembangan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
yang dimaksud dibedakan dalam tiga kategori, yaitu bidang pribadi-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta
sosial, akademik, dan karir. 55011, INDONESIA
Telepon (0274)
2. Individu 588783,
yang mampu 565996; Faxsecara
berfungsi (0274)efektif
563349akan mengalami kem-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
ajuan atau perkembangan pribadi lewat sejumlah tahap tertentu.
Website
3. Coping: www.kanisiusmedia.com
skills atau ketrampilan mengatasi aneka tekanan atau tantang­
an hidup, jadi life skills juga, akan dipelajari secara optimal dalam
rentang usia tertentu. Pengandaian ini terkait dengan konsep readi-
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
ness atau teachable moments dalam belajar dan perkembangan.
Tahun
4. 15 untuk
Kendati kapasitas 14 belajar
13 bersifat
12 bawaan,11 taraf pencapaian
belajar seseorang terkait erat dengan lingkungan atau pengalaman
hidupnya.
Editor : Dwiko
6. Life skills paling efektif dan paling efisien dipelajari dalam kelompok
Desainer
(kecil)sampul : Marius
dan ketika Santosedang berada pada puncak kesiapan-
pembelajar
nya untuk belajar.
7. Life skills akan diserap dan ditransfer ke situasi lain di luar situasi
belajar kelompok manakala keseluruhan kurikulum life skills dilak-
ISBN 978-979-21-3041-6
sanakan secara komprehensif dan sistematis pada berbagai taraf usia
Hak dan
ciptasesuai
dilindungi undang-undangdan taraf kesiapan pembelajar. De­
taraf perkembangan
ngan memperbanyak
Dilarang kata lain, seperti halnya kemampuan
karya tulis ini dalammembaca
bentuk atau
dan menulis
dengan life
cara skills
apa pun,
perlutermasuk fotokopi,
diorganisasikan tanpa izinrupa
sedemikian tertulis dari Penerbit.
sehingga bisa diajarkan
pada semua tingkatan usia mulai dari kanak-kanak, remaja, dewasa,
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
bahkan sampai usia lanjut.

B. Model Pembelajaran Eksperiensial


Model pembelajaran yang lazim diterapkan dalam life-skills train-
ing adalah structured groups (Drum & Knott, dalam Gazda, 1989) alias
kelompok terstruktur atau structured experiences (Pfeiffer & Jones, 1977)
alias pengalaman terstruktur. Seperti dikutip Gazda (1989), Drum dan
Knott mendefinisikan structured groups atau kelompok terstruktur sebagai
berikut: “A structured group is a delimited learning situation with a prede-
termined goal, and a plan designed to enable each group member to reach this
identified goal with minimum frustration and maximum ability to transfer
75
the new learning to a wide range of life events” (h. 13). Artinya, kelompok
terstruktur merupakan situasi pembelajaran spesifik dilengkapi dengan
tujuan yang ditetapkan sebelumnya, serta sebuah program yang dituju-
kan untuk menjadikan setiap anggota kelompok mencapai tujuan belajar
masing-masing dengan tingkat kekecewaan minimum serta dengan ke-
mampuan maksimum untuk mentransfer hasil pembelajaran baru yang
diperoleh ke dalam cakupan kondisi atau tuntutan kehidupan yang luas.
Pfeiffer dan Jones (1979) mendeskripsikan structured experiences atau
pengalaman terstruktur sebagai berikut: “learning situations …based on ex-
periential model …inductive rather than deductive, providing direct rather
than vicarious learnings … participants discover meaning for themselves and
validate their own experience” (h. 1). Maksudnya, pengalaman terstruktur
merupakan situasi pembelajaran yang didasarkan pada model pembelajar­
an eksperiensial, yang lebih bersifat induktif daripada deduktif, memberi-
kan pengalaman belajar langsung daripada lewat pengalaman orang lain,
dan para partisipan diberi kesempatan menemukan sendiri makna hasil
belajarnya serta menguji sendiri kesahihan pengalamannya itu.
Model pembelajaran ini meliputi suatu experiential learning cycle atau
siklus belajar dari pengalaman yang terdiri atas lima tahap pengalaman atau
aktivitas, seperti dilukiskan dalam Gambar 1 (Pfeiffer & Jones, 1979).

Untuk Yonita, Ryo, Karysta

Gambar 1. Siklus pembelajaran eksperiensial


menurut Pfeiffer & Jones (1979)
The Possibler
028724

76 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
Seperti tampak dalam(Anggota
Gambar IKAPI)
1, tahap-tahap pengalaman atau ak-
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
tivitas dalam siklus pembelajaran eksperiensial yang dimaksud adalah se-
Kotak Pos
bagai berikut:1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon
1. (0274) 588783,
Mengalami 565996;Peserta
(Experiencing). Fax (0274)
terlibat563349
atau dilibatkan dalam ke­
E-mail : office@kanisiusmedia.com
giatan tertentu, seperti melakukan tugas tertentu atau meng­amati
Website
objek: www.kanisiusmedia.com
atau rekaman kejadian tertentu, entah secara sendiri-sendiri
atau bersama satu atau lebih peserta atau anggota kelompok lain.
Pfeiffer dan Jones (1979) mengingatkan, jika model ini berhenti di
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
sini, maka kegiatan pembelajarannya hanya menjadi sekadar “fun
Tahunand games” alias15 ketawa-ketiwi
14 13atau hura-hura
12 11
belaka. Maka, tahap
ini perlu segera diikuti dengan tahap:
2. Membagikan pengalaman (Publishing). Peserta membagikan hasil
Editor : Dwiko
pelaksanaan tugas atau hasil pengamatannya terhadap objek atau ke-
Desainer
jadiansampul
tertentu: pada
Marius Santo
tahap sebelumnya termasuk reaksi pribadinya
baik berupa tanggapan pikiran maupun tanggapan perasaannya, ke-
pada peserta lain baik dalam kelompok-kelompok kecil maupun ke-
pada seluruh peserta. Pfeiffer dan Jones (1979) menyebut tahap ini
ISBN 978-979-21-3041-6
tahap menciptakan data. Tahap berikutnya adalah:
Hak Memroses
3. cipta dilindungi undang-undang
pengalaman (Processing). Peserta mengolah data yang baru
dibagikan
Dilarang dengan cara
memperbanyak mendiskusikan
karya ataubentuk
tulis ini dalam memikirkannya
dan denganber-
cara sama,
apa pun, termasuk
memaknai fotokopi,
atau tanpa izinmembandingkan
menafsirkannya, tertulis dari Penerbit.
tanggapan
peserta yang satu dengan peserta yang lain, menemukan hubungan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
antar makna atau tanggapan yang muncul, dan sebagainya. Pfeiffer
dan Jones (1979) menyebut tahap ini sebagai tahap kunci dari peng­
alaman terstruktur, dan menyarankan agar fasilitator mengalokasikan
waktu yang cukup leluasa untuk tahap ini. Selanjutnya, agar hasil be-
lajar ini dapat dialihkan atau diterapkan ke situasi kehidupan nyata,
maka peserta diajak masuk ke tahap:
4. Merumuskan kesimpulan (Generalizing). Pada tahap ini peserta di­
ajak dan dibantu untuk menyimpulkan prinsip-prinsip, merumus-
kan hipotesis-hipotesis, dan merumuskan hikmat-manfaat untuk
didiskusikan atau dipikirkan bersama dalam tahap ter­akhir, yaitu:
5. Menerapkan (Applying). Pada tahap ini fasilitator perlu memasti-
77
kan bahwa para peserta sungguh-sungguh menangkap relevansi atau
makna-manfaat dari pelatihan yang baru dijalaninya, serta memiliki
tekad untuk menerapkan hasil belajarnya itu dalam kehidupan se-
hari-hari. Menurut Pfeiffer dan Jones (1979), pene­rapan hasil belajar
tersebut dalam bentuk perilaku nyata akan menjadi pengalaman yang
sekaligus menjadi awal dari siklus pembelajaran eksperiensial yang
baru.

Model pembelajaran di atas sejalan dengan prinsip belajar dalam an-


dragogi atau pendidikan bagi orang dewasa, sekalipun juga sangat cocok
diterapkan dalam pedagogi atau pembelajaran bagi anak. Prinsip-prinsip
belajar bagi orang dewasa yang kiranya juga berlaku bagi anak tersebut
adalah sebagai berikut (Ortigas, 1990, dalam Sinurat, 1996):
1. Belajar adalah pengalaman yang terjadi dalam diri pembelajar.
2. Belajar adalah penemuan makna dan relevansi dari ide, konsep, atau
prinsip bagi kehidupan pribadi maupun masyarakat luas.
3. Belajar sebagai perubahan tingkah laku adalah hasil pengalam­an.
4. Belajar berlangsung lewat proses bekerja sama dan berperan serta da-
lam suatu aktivitas.
5. Belajar adalah proses yang bersifat evolusioner atau perubahan yang
berlangsung secara pelan-pelan dan berkesinambungan.
6. Belajar kadang-kadang merupakan proses Untukyang menyakitkan.
Yonita, Ryo, Karysta
7. Sumber belajar yang sangat kaya adalah diri pembelajar sendiri.
8. Proses belajar melibatkan baik pikiran maupun emosi atau perasaan.
9. Proses belajar bersifat sangat pribadi dan unik.

C. Aktivitas Inti dalam Pembelajaran Eksperiensial


Experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman pada
dasarnya merupakan student centered learning atau pembelajaran berpu­
sat pada siswa atau pembelajar. Pendekatan pembelajaran semacam ini
me­nuntut taraf keterlibatan pribadi yang tinggi dari pihak pembelajar.
Pembelajarlah yang harus aktif melakukan atau mengalami aktivitas atau
peristiwa tertentu, mengolah, memaknai dan menafsirkan pengalaman
The Possibler
028724

78 © 2011 Kanisius
PENERBIT
belajarnya ituKANISIUS (Anggota
dengan bantuan orangIKAPI)
lain khususnya sesama pembelajar,
4 Jl. Cempaka
dan berusaha 9, Deresan, Yogyakarta
menerapkan 55281, INDONESIA
hasil pembelajarannya itu dalam menghadapi
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
berbagai tugas di luar lingkungan pembelajaran, yaitu dalam kehidupan
Telepon
nyata (0274) 588783,
sehari-hari. 565996; Fax (0274)
Tugas psikolog-konselor 563349
sebagai pengajar atau pelatih
E-mail : office@kanisiusmedia.com
hanyalah sebagai fasilitator, yaitu menyediakan situasi pembelajaran ter-
Websiteagar
struktur : www.kanisiusmedia.com
pembelajar bisa mengalami berbagai tahap pembelajaran se-
cara efektif sehingga mampu mencapai tujuan belajarnya secara optimal.
Tentang tekanan pada penerapan hasil belajar di luar lingkungan
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
pembelajaran, hal ini terkait dengan tujuan psikoedukasi sendiri. Seperti
Tahundisinggung,15
sudah 14 13 memang
tujuan psikoedukasi 12 membantu
11 peserta atau
pembelajar menguasai berbagai life skills yang belum dimilikinya sama
sekali atau masih perlu ditingkatkan, dan dengan begitu menjadikannya
Editor : Dwiko
seorang pribadi yang akan mampu melaksanakan aneka tugas kehidupan
Desainer
serta sampul
menjaga : Marius
kesehatan Santosecara lebih efektif. Dengan kata lain,
mentalnya
pada akhirnya psikoedukasi bertujuan membantu setiap peserta atau klien
tumbuh menjadi seorang pribadi yang efektif serta memiliki kesehatan
mental yang prima.
ISBN 978-979-21-3041-6
Untuk itu, ada beberapa jenis aktivitas atau kegiatan inti yang lazim
Hak cipta dilindungi
dipraktekkan undang-undang
pada berbagai tahap proses belajar dalam siklus pembelajar­
an eksperiensial,
Dilarang khususnyakarya
memperbanyak refleksitulis
daninisharing.
dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
1. Refleksi
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
Istilah ini berasal dari kata Latin reflectere yang secara harfiah berarti
memantulkan kembali. Ibarat cermin, dia memantulkan kembali cahaya se-
hingga wajah kita yang senantiasa tampak jelas di mata orang lain namun
mungkin justru gelap bagi diri kita sendiri, menjadi terlihat juga bagi kita.
Hakikat refleksi adalah memantulkan atau lebih tepat menghadirkan kem-
bali dalam batin kita aneka pengalaman yang sudah terjadi, untuk mene­
mukan makna dan nilainya yang lebih dalam. Maka, ada yang menyatakan
bahwa refleksi selalu bertujuan mendidik, dalam arti berperan sebagai sejenis
jembatan yang menghubungkan pengalaman pribadi dan belajar. Dalam
dan melalui refleksi kita belajar dari pengalaman. Maka, refleksi yang benar
akan membantu kita mencapai insight atau pencerahan, yaitu menangkap
79
pengertian dan nilai-nilai hidup yang semakin mendalam serta mendorong
munculnya ketetapan hati untuk bertindak mewujudkan pengertian dan
nilai hidup yang semakin mendalam itu dalam kehidupan kita sehari-hari
(Reed & Koliba, 2003). Dengan cara demikian, sebagai pribadi sekaligus
dalam kebersamaan sebagai warga suatu komunitas lokal, nasional, maupun
global, kita pun semakin diperkaya dan diperkembangkan.

2. Sharing
Refleksi bisa dilaksanakan secara pribadi, namun lazim juga dilaku-
kan dalam kelompok sebagaimana berlangsung dalam aneka bentuk ak-
tivitas psikoedukasi. Sharing adalah membagikan pikiran dan atau perasa­
an yang muncul sebagai hasil refleksi, kepada orang lain dalam kegiatan
belajar bersama. Dalam sharing bersama atau saling berbagi hasil refleksi,
masing-masing peserta saling mendengarkan, saling membantu menang-
kap makna dan nilai yang semakin mendalam dari berbagai pengalaman
hidupnya, serta saling meneguhkan.
Agar berlangsung secara lancar dan efektif, kegiatan refleksi dan
sharing dalam kelompok perlu difasilitasi oleh seorang fasilitator melalui
pertanyaan-pertanyaan dalam apa yang disebut lingkaran refleksi (Reed &
Koliba, 2003).
Peserta dipersilakan duduk membentuk lingkaran. Fasilitator sendiri
sebaiknya ikut berbaur duduk dalam lingkaranUntuk bersama paraRyo,
Yonita, peserta, ja­
Karysta
ngan berdiri atau duduk di podium di luar lingkaran. Sesudah dipandang
siap, fasilitator mulai melontarkan pertanyaan. Seluruh peserta diharap-
kan menanggapinya secara bergiliran, membagikan hasil refleksinya. Per-
tanyaan-pertanyaan untuk membantu refleksi bisa dipersiapkan terlebih
dulu, atau bisa juga dirumuskan secara lentur dan spontan sesuai dinamika
refleksi kelompok yang berkembang. Yang penting, tujuan refleksi dan be-
lajar bersama tercapai.
Beberapa prinsip penting dalam memfasilitasi kelompok melalui ling-
karan refleksi semacam ini adalah sebagai berikut (Reed & Koliba, 2003):
a. Masing-masing peserta diberi hak dan kesempatan untuk mengung-
The Possibler
028724

80 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
kapkan diri.
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
b. Setiap gagasan dan perasaan yang terungkap memiliki nilai dan mem-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011,
berikan sumbangan dalam proses belajar.INDONESIA
Telepon (0274) masing-masing
c. Kontribusi 588783, 565996; Fax (0274)
peserta 563349
dihargai.
E-mail
d. : office@kanisiusmedia.com
Setiap peserta bertanggung jawab atas berlangsungnya proses belajar
Website : www.kanisiusmedia.com
dalam diri masing-masing.

Di samping beberapa jenis aktivitas umum di atas, ada sejumlah me-


Cetakan ke- 5 4 3 2 1
tode pembelajaran khas yang lazim diterapkan dalam penyelenggaraan
Tahun psikoedukasi.
program 15 Beberapa
14 metode 13 pembelajaran
12 11khas tersebut akan
diuraikan secara cukup mendetil dalam Bab 6.

Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo

ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta


81

BAB 6
Beberapa Metode Khas
Pembelajaran Eksperiensial

Pada bab sebelumnya sudah dinyatakan bahwa ada sejumlah metode


pembelajaran khusus yang secara khas lazim diterapkan dalam psikoedu-
kasi atau life-skills training yang dilaksanakan dengan pendekatan pembe-
lajaran eksperiensial (Abella, 1986). Semua metode pembelajaran tersebut
didasarkan pada model pembelajaran structured groups atau structured expe-
riences yang menuntut taraf keterlibatan pribadi yang berlainan dari pihak
pembelajar, dan penerapannya menuntut suatu experiential learning cycle
seperti sudah disinggung.
Tentu ada banyak metode pembelajaran eksperiensial, namun pada
Untuk Yonita,
bagian ini akan disajikan delapan metode pembelajaran Ryo, Karysta
khas psikoedukasi
yang disadur dari bagian kedua buku karangan Kay Tytler Abella (1986)
berjudul Building successful training programs. A step-by-step guide (Read-
ing, MA: Addsison-Wesley). Delapan metode yang dimaksud adalah: (a)
metode latihan gugus tugas; (b) metode diskusi kasus; (c) simulasi dan
games; (d) latihan bermain peran; (e) diskusi kelompok; (f ) latihan indi-
vidual; (g) presentasi atau lekturet; dan (h) modelling perilaku. Masing-
masing metode akan diuraikan secara berturut-turut pada bagian berikut
ini dan disadur.
The Possibler
028724

82 © 2011 Kanisius
PENERBIT
A. KANISIUS
Metode Latihan (Anggota
Gugus Tugas IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak
1. Pos
Arti 1125/Yk,
dan Tujuan Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
Inti dari metode ini adalah bahwa dalam kelompok-kelompok terdiri
E-mail : office@kanisiusmedia.com
atas 3-8 orang, peserta diminta mengerjakan tugas tertentu dan kemudian
Website : www.kanisiusmedia.com
mempresentasikan hasilnya kepada seluruh kelas. Metode ini bertujuan
memberi kesempatan kepada peserta untuk mengerjakan materi pembela-
jaran dalam kelompok
Cetakan ke- 5
yang4 cukup 3kecil agar2 masing-masing
1
peserta bisa
melibatkan diri dan berkontribusi secara aktif dalam kerja kelompok.
Tahun 15 14 13 12 11
2. Syarat Keberhasilan
Secara khusus metode
Editor : Dwiko ini paling efektif diterapkan dalam situasi yang
mengandung satu atau
Desainer sampul lebih unsur
: Marius Santosebagai berikut:
a. Tujuan yang hendak diraih adalah:
1) Menguji pemahaman peserta tentang model, konsep, atau pro-
ses tertentu.
ISBN 2) 978-979-21-3041-6
Memberi kesempatan kepada peserta untuk saling mengembang-
kan gagasan.
Hak cipta dilindungi undang-undang
3) Membuat rencana atau hasil spesifik tertentu untuk diterapkan
Dilarang oleh
memperbanyak karya
peserta sendiri atautulis
oranginilain
dalam bentuk
dalam situasidan dengan
nyata.
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
4) Menumbuhkan rasa percaya diri peserta pada kemampuan me-
reka
Dicetak oleh untuk Kanisius
Percetakan mengerjakan tugas serupa di tempat kerja mereka.
Yogyakarta
5) Memberi kesempatan kepada peserta untuk belajar bekerja
sama.
6) Memberi kesempatan kepada peserta untuk mempraktekkan ke-
mampuan mereka membuat analisis.
7) Mengungkap sekaligus memberikan peneguhan terhadap ke-
mampuan, pengetahuan, dan pengalaman peserta.
b. Materi pembelajarannya memiliki sifat:
1) Menuntut penggunaan proses atau serangkaian pedoman kerja
tertentu.
2) Menuntut peserta berpikir secara kreatif atau kolaboratif.
83
3) Menuntut penggunaan informasi yang hanya dimiliki oleh seba-
gian peserta.
c. Kelompok yang dilatih memiliki ciri-ciri:
1) Memiliki latar belakang pengalaman dan taraf pengetahuan
yang berlainan.
2) Mampu berdiskusi dan menganalisis dalam kelompok.
3) Memiliki cukup pengetahuan tentang topik atau tugas yang ha-
rus dikerjakan.
4) Butuh mengalami perasaan berhasil mengerjakan sesuatu.
5) Butuh umpan balik tentang kualitas kerja mereka sebagai kelom-
pok.

3. Langkah-langkah Penyelenggaraan
Langkah-langkah dalam menyelenggarakan gugus tugas adalah seba-
gai berikut:
a. Fasilitator memperkenalkan latihan yang akan dikerjakan.
b. Dalam kelompok kecil peserta mengerjakan tugas dalam jangka wak-
tu tertentu.
c. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok­
nya kepada seluruh kelas. Kepada kelas perlu diberikan kesempat­
an untuk memberikan komentar dan/atau mengajukan pertanyaan.
Fasilitator perlu memberikan umpan balikUntuk
atau bahkan
Yonita, memberikan
Ryo, Karysta
hadiah untuk hasil kerja kelompok terbaik.
d. Fasilitator memberikan ringkasan latihan itu dengan salah satu cara
berikut:
1) Meninjau ulang (review) proses yang digunakan.
2) Menunjukkan kesamaan yang muncul dari semua presentasi.
3) ����������������������������������������������������������
Meringkas proses yang digunakan dalam masing-masing kelom-
pok.
4) Meringkas aneka hambatan yang dihadapi oleh masing-masing
kelompok.
5) Memberikan kiat-kiat untuk mengerjakan tugas sejenis di masa
mendatang.
The Possibler
028724

84 © 2011 Kanisius
PENERBIT
4. KANISIUS
Langkah-langkah (Anggota Latihan
Penyusunan IKAPI) Gugus Tugas
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
a. Pertama-tama perlu terlebih dulu diputuskan:
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
1) Jenis tugas yang akan diberikan kepada kelompok.
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
2) Produk yang akan dihasilkan oleh kelompok serta cara produk
E-mail : office@kanisiusmedia.com
itu akan dipresentasikan.
Website : www.kanisiusmedia.com
3) Bagaimana produk itu akan digunakan: untuk presentasi kelas,
digunakan secara pribadi oleh peserta seusai kegiatan, dasar un-
Cetakan ke-tuk latihan
5 selanjutnya,
4 atau
3 diserahkan
2 kepada
1 lembaga yang
mengirim peserta.
Tahun 15
4) Informasi apa saja14yang diperlukan
13 12
peserta 11
untuk mengerjakan
tugas itu.
5) ������������������������������������������������������������
Editor Bagaimana: informasi
Dwiko yang diperlukan itu akan diberikan kepa-
Desainer da peserta:: peserta
sampul Mariusdiminta
Santo membaca sebelumnya, dilampirkan
pada panduan latihan, atau diberikan oleh narasumber pada saat
latihan.
6) Logistik atau sumber daya yang diperlukan, meliputi antara lain:
penjadwalan atau pembagian waktu, pembagian kelompok,
ISBN 978-979-21-3041-6
tempat atau ruang, dan peralatan.
Hak cipta dilindungi undang-undang
7) Perlu-tidaknya dilakukan pembagian peran di antara anggota
Dilarang masing-masing
memperbanyakkelompok,
karya tulismeliputi
ini dalam bentukketua,
misalnya: dan dengan
juru bica-
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
ra, pengamat, penulis. Jika ya, bagaimana dan kapan pembagian
peran
Dicetak oleh itu perlu
Percetakan dilakukan.
Kanisius Yogyakarta
b. Dibuat daftar tentang bahan-bahan (materials) yang diperlukan, mi­
sal petunjuk atau panduan latihan, contoh produk, informasi latar
belakang, instruksi pada akhir latihan, dan pedoman pengamatan.
c. Menyiapkan semua bahan yang diperlukan.

5. Faktor-faktor yang Bisa Menggagalkan Penyelenggaraan Latihan


Gugus Tugas
Penyelenggaraan latihan gugus tugas bisa gagal karena faktor-faktor
berikut:
85
a. Tugas yang harus dikerjakan oleh kelompok:
1) Tidak jelas bagi peserta.
2) ��������������������������������������������������������������
Terlalu rumit atau memakan terlalu banyak dari waktu yang ter-
sedia.
3) Terlalu sederhana, baik dari segi waktu maupun pengetahuan
dan ketrampilan yang dibutuhkan.
b. Dalam mengerjakan tugas peserta bersikap terlalu kompetitif satu
sama lain, dengan berfokus pada “cara mengalahkan kelompok lain”,
bukan cara mengerjakan tugas sebaik mungkin.
c. Standar produk yang harus dicapai tidak jelas atau kurang menan-
tang.
d. Latihan itu sendiri secara keseluruhan:
1) Tidak disertai informasi yang cukup tentang cara mengerjakan
tugas.
2) Tidak disertai petunjuk yang jelas dan atau tidak dilengkapi
dengan fasilitator atau instruktor yang bisa menerangkan hal-
hal yang membingungkan bagi peserta.
3) ��������������������������������������������������������������
Mengulang begitu saja latihan serupa yang pernah diselenggara-
kan di masa lalu, tanpa disertai penyesuaian dengan karakteris-
tik peserta dan situasi yang dihadapi kini.

B. Metode Diskusi Kasus Untuk Yonita, Ryo, Karysta

1. Arti dan Tujuan


Metode diskusi kasus memanfaatkan studi kasus, yaitu deskripsi ten-
tang suatu situasi yang disajikan entah secara tertulis, lewat rekaman au-
dio, atau lewat rekaman video, untuk disimak atau dipelajari oleh peserta
dan kemudian mendiskusikannya dengan panduan pertanyaan-perta-
nyaan yang disiapkan oleh fasilitator. Lazimnya diskusi difokuskan pada
isu-isu yang terdapat di dalam situasi yang dideskripsikan: tindakan apa
yang perlu dilakukan atau pelajaran-pelajaran apa yang bisa dipetik, serta
cara mengatasi atau mencegah agar situasi sejenis tidak terjadi di masa
mendatang.
The Possibler
028724

86 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
Tujuan latihan (Anggota
ini adalah melatihIKAPI)
peserta mampu merumuskan sen­diri
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta
pelajaran-pelajaran dari situasi itu, tidak55281, INDONESIA
sekadar menerimanya dari fasili-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
tator. Peserta dilatih menerapkan proses berpikir yang diperlukan untuk
Telepon (0274)
menganalisis 588783,
sebuah 565996;
situasi Fax mengidentifikasikan
nyata serta (0274) 563349 berbagai alter-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
natif tindakan. Metode ini tidak bertujuan mengajarkan solusi yang benar
Website
untuk : www.kanisiusmedia.com
menghadapi situasi problematik tertentu, melainkan melatih peserta
menganalisis dan menemukan solusi atas suatu situasi yang bermasalah.

Cetakan
2. ke-Keberhasilan
Syarat 5 4 3 2 1
Tahun
Secara khusus,15metode14 13diterapkan
ini efektif 12 bila memenuhi
11 satu atau
lebih hal berikut ini:
a. Tujuannya adalah:
Editor : Dwiko
1) Menumbuhkan kesadaran, bukan ketrampilan tertentu.
Desainer sampul : Marius Santo
2) Melatih ketrampilan menganalisis, bukan memberikan jawaban
yang benar.
3) ��������������������������������������������������������
Mensimulasikan situasi kehidupan tertentu dengan menggu-
nakan sarana dan waktu yang relatif terbatas.
ISBN 978-979-21-3041-6
4) Mendorong peserta untuk berperan serta.
Hak 5)
ciptaMenunjukkan
dilindungi undang-undang
bahwa isi program tidak bersifat konseptual atau
Dilarang abstrak semata, melainkan
memperbanyak terkait
karya tulis denganbentuk
ini dalam kehidupan nyata.
dan dengan
cara 6) ������������������������������������������������������
apa pun, termasukkesempatan
Memberikan fotokopi, tanpa
kepadaizinpeserta
tertulisuntuk
dari Penerbit.
mengungkap-
kan gagasan atau perasaan mereka.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
7) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menguji kesahih­
an pendapat mereka, menguji kemampuan mereka menganalisis
situasi dan menemukan solusi.
8) Menguji pemahaman peserta tentang aneka konsep, pendekat­
an, dan isu.
b. Materi yang dibahas:
1) Kompleks dan berdimensi banyak.
2) Bukan isu yang mengarah pada satu jawaban tunggal.
c. Kelompok terdiri dari anggota yang memiliki ciri-ciri:
1) Cukup terpelajar, mampu mengorganisasikan dan mengolah in-
formasi dalam jumlah yang banyak.
87
2) Trampil menganalisis.
3) Berjumlah cukup besar (10-30 peserta), dan lebih tepat dilaksa­
nakan dalam bentuk partisipasi individual (peserta tidak dibagi
ke dalam kelompok-kelompok kecil).
4) Percaya diri, fasih mengungkapkan gagasan, dan mampu saling
memberikan tanggapan secara konstruktif.
5) Memiliki pengetahuan tentang isu yang diangkat, sehingga
mam­pu mengungkapkan pandangan dan perasaan mereka ten-
tang isu yang bersangkutan.

3. Langkah-langkah Penyelenggaraan
a. Fasilitator menyajikan kasus dan membantu peserta menemukan
fokus.
b. Peserta diminta membaca dan menganalisis kasus sebagai persiapan
diskusi.
c. Fasilitator memulai dan membimbing diskusi, dengan cara mengaju-
kan pertanyaan-pertanyaan, melakukan pendalaman, dan memberi-
kan ringkasan.
d. Fasilitator bisa menggunakan flipcharts atau papan tulis atau kom-
puter-viewer untuk mendokumentasikan atau mencatat hasil-hasil
diskusi.
e. Fasilitator meringkas learning points alias Untuk
butir-butir pelajaran
Yonita, atau
Ryo, Karysta
isu-isu yang bisa disarikan dari kasus.
f. Jika kasus itu masih akan digunakan pada aktivitas selanjutnya, fasili-
tator bisa mengaitkan diskusi tersebut dengan aktivitas berikut yang
dimaksud.

4. Jenis-jenis Studi Kasus


Jenis studi kasus menunjuk pada isi atau tujuan kasus disajikan, bisa
sebagai titik tolak diskusi, perangsang berpikir bersama, latihan memilih
tindakan, atau ilustrasi permasalahan tertentu. Sesuai isi atau tujuannya
itu, studi kasus dibedakan menjadi:
The Possibler
028724

88 © 2011 Kanisius
PENERBIT
a. KANISIUS
Studi kasus klasik. Di (Anggota IKAPI) dengan tujuan untuk dijadi-
sini kasus disusun
4 Jl. Cempaka
kan titik 9, Deresan,
tolak Yogyakarta
berdiskusi 55281,
tentang apa yangINDONESIA
terjadi dalam situasi yang
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
dideskripsikan, situasi yang terjadi itu bisa dibenarkan atau tidak,
Telepon (0274) 588783,
bagaimana 565996;
situasi itu Fax (0274)
bisa timbul, dan 563349
bagaimana mengatasi atau
E-mail : office@kanisiusmedia.com
menghindari situasi serupa.
b. Studi: www.kanisiusmedia.com
Website kasus “Gateway”. Di sini kasus disusun dengan tujuan untuk
merangsang berpikir, menciptakan kebutuhan untuk belajar, atau se-
bagai sarana untuk menyajikan role play atau latihan lain.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
c. Vignette. Sering disebut “minicase”, yaitu sebuah kasus pendek dan
Tahun 15
sederhana, biasanya 14
ditujukan 13 12
untuk melatih 11
peserta memilih tin­
dakan atau menguji kemampuan peserta menggunakan pengetahuan
baru.
Editor : Dwiko
d. Kasus contoh positif. Jenis kasus ini disusun dengan tujuan untuk
Desainer sampul ilustrasi
memberikan : Marius Santocara melakukan sesuatu dengan benar.
tentang
Kendati diberi predikat positif, dalam kenyataan isi kasus seperti ini
tidak selalu positif, sebab kasus positif cenderung kurang merang-
sang diskusi.
ISBN 978-979-21-3041-6
Hak
5. cipta dilindungi
Ragam undang-undang
Format Studi Kasus
Dilarang memperbanyak
Format karya tulis
studi kasus menunjuk ini dalam
struktur atau bentuk
cara isi dan
kasusdengan
disajikan.
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Berdasarkan format atau struktur penyajiannya, studi kasus dibedakan
menjadi:
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
a. Studi kasus yang bercorak retrospektif atau flashbacks, yaitu mengha-
dirkan kembali peristiwa atau situasi dari masa lalu.
b. Studi kasus berupa gabungan antara latar belakang dan dialog, misal
situasi kerja dan dialog antara atasan dan bawahan.
c. Studi kasus berupa penyajian situasi sama yang dideskripsikan dari
beberapa sudut pandang.
d. Studi kasus berupa narasi murni atau analisis. Jenis studi kasus ini
biasanya panjang dan lazim dipakai di lingkungan akademik seperti
sekolah-sekolah bisnis.
89
6. Langkah-langkah Penyusunan Studi Kasus
a. Rumuskan dulu butir-butir pelajaran dan isu yang hendak disam-
paikan.
b. Tentukan jenis studi kasus dan pilih situasi yang mampu mengilus-
trasikan butir-butir pelajaran yang hendak disampaikan, sambil
mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
1) ������������������������������������������������������������
Apakah harus berupa situasi nyata, rekaan, atau gabungan an-
tara keduanya.
2) ��������������������������������������������������������������
Situasi mana yang paling relevan atau paling diakrabi oleh pe-
serta.
3) Jangan terlalu teknis atau mudah ditangkap maksudnya, agar
peserta tidak tergiring ke arah tertentu.
4) Situasi itu jangan terlalu bernuansa politis, sehingga bisa men­
dorong peserta untuk mengemukakan pandangan yang tidak
objektif.
c. Detil situasi kasusnya perlu dirancang secara cermat, seperti tokoh
yang dimunculkan dan kerangka waktu yang dipakai.
d. Dalam merancang tokoh dan tindakan yang dilakukan, perlu didasar-
kan pada penelitian atau wawancara dengan narasumber. Siapkanlah
isu-isu yang mengundang pro-kontra secara cermat, agar isu-isu kon-
troversial itu muncul dalam kasus.
e. Lakukanlah penelitian atau wawancara seperlunya untuk
Untuk Yonita, Ryo, menda­
Karysta
patkan informasi yang diperlukan. Dibutuhkan contoh peristiwa-ke-
jadian yang relevan dan informasi pendukung masing-masing sudut
pandang yang akan didiskusikan secara seimbang.
f. Tulislah kasus itu.
g. Periksalah draft tulisan Anda dengan peta pro-kontra atau kerangka
yang sudah dibuat sebelumnya.

7. Faktor-faktor yang Bisa Menggagalkan Penyelenggaraan Diskusi Kasus


Penyelenggaraan metode diskusi kasus bisa tidak efektif atau gagal
mencapai tujuan yang diharapkan, karena studi kasus yang disajikan me­
miliki ciri-ciri sebagai berikut:
The Possibler
028724

90 © 2011 Kanisius
PENERBIT
a. KANISIUS
Kurang kompleks, (Anggota
misal IKAPI)
hanya menyajikan rangkaian persoalan atau
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
butir-butir gagasan, tidak memberi kesempatan kepada peserta un-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta
tuk menemukannya sendiri. 55011, INDONESIA
Telepon
b. Tidak (0274) 588783, 565996;
mencerminkan realitas,Fax (0274)
karena 563349
alasan-alasan sebagai berikut:
E-mail : office@kanisiusmedia.com
tokoh-tokohnya tidak nyata, bahasanya tidak realistik, peristiwa ke-
Website : www.kanisiusmedia.com
jadiannya terlampau hitam-putih, atau gabungan antara ketiganya.
c. Mengandung informasi yang tak perlu atau terlampau teknis.
d. Gagal mengarahkan peserta ke arah yang kita inginkan. ������������
Misal, mung-
Cetakan ke- ingin5mengarahkan
kin kita 4 3
peserta agar:2 1
Tahun1) Menyatakan 15 pendapat
14 pribadinya,
13 nyatanya11
12 tidak.
2) Merasa terusik, nyatanya tidak peduli.
3) Dibuat sadar akan situasi hidup mereka sendiri, nyatanya malah
Editor merasa bahwa : Dwiko
tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam kasus tidak
Desainer nyata.
sampul : Marius Santo
4) Terdorong untuk bertukar pikiran, nyatanya malah pasif
e. Tidak mengandung informasi yang mampu memancing aneka pan-
dangan dalam diskusi.
ISBN
f. 978-979-21-3041-6
Menggunakan bahan yang terlalu “dekat dengan kenyataan hidup se-
Hak hari-hari para peserta”,
cipta dilindungi sehingga justru membuat mereka tertarik un-
undang-undang
tuk mendiskusikan isi kasus itu seolah-olah sebagai hal yang nyata.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
g. Mengandung informasi yang tidak tepat atau menyesatkan.
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
C. Simulasi dan Games
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta

1. Arti dan Tujuan


Game atau permainan adalah aktivitas bermain yang diformalkan,
lazimnya tidak terkait langsung dengan situasi kehidupan nyata. Peserta
diharapkan mencapai tujuan tertentu dalam batas-batas yang ditetapkan
lewat serangkaian aturan main. Aturan main ini menentukan jenis aktivi-
tas yang harus dilakukan dan kapan permainan harus diakhiri.
Simulasi merepresentasikan situasi kehidupan nyata tertentu, tetapi
komponen-komponen dan saling hubungan antar komponen itu ditam­
pilkan sedemikian rupa sehingga bisa dimanipulasikan atau dikendalikan
oleh peserta mengikuti kerangka waktu yang ditentukan.
91
Simulasi atau permainan sama-sama bertujuan menciptakan atau
menghadirkan kembali proses, kejadian, atau serangkaian situasi, biasanya
bersifat kompleks, sehingga peserta bisa menghayati dan memanipulasi-
kan situasi itu tanpa perlu menanggung risiko yang biasanya timbul, dan
selanjutnya bisa menganalisis apa yang terjadi.

2. Syarat Keberhasilan
Simulasi atau permainan bisa efektif bila satu atau lebih hal di bawah
ini berlaku:
a. Tujuannya adalah:
1) Mengintegrasikan dan mengaplikasikan serangkaian ketrampil­
an yang bersifat kompleks.
2) Memberikan pengalaman berkaitan dengan situasi kehidupan
tertentu, misal terkait pekerjaan, suasana di kampus, secara re-
alistik atau nyata.
3) ��������������������������������������������������������
Memancing keluar kecenderungan-kecenderungan alamiah pe-
serta dan memberikan umpan balik terhadap kecenderungan-
kecenderungan itu.
4) ����������������������������������������������������������
Mendorong partisipasi penuh dari pihak para anggota kelom-
pok.
b. Materi atau bahan yang dibahas berupa:
1) Topik yang bersifat sensitif atau kabur,
Untukseperti soalRyo,
Yonita, kekuasaan
Karysta
atau kerja sama.
2) �����������������������������������������������������������
Topik yang lazimnya orang segan membicarakannya secara ter-
buka.
c. Kelompok yang dilatih memiliki ciri-ciri:
1) Butuh aktivitas yang mampu membangkitkan minat dan energi.
2) ���������������������������������������������������������
Cenderung memberikan “jawaban manis” dalam diskusi, pada-
hal dalam kehidupan nyata tingkah laku mereka sangat bertolak
belakang.
The Possibler
028724

92 © 2011 Kanisius
PENERBIT
3. KANISIUS
Langkah-langkah (Anggota IKAPI)
Penyelenggaraan Simulasi atau Permainan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
a. Fasilitator memperkenalkan latihannya kepada peserta.
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
b. Peserta mempersiapkan diri dengan mempelajari aturan main, me-
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
nentukan strategi, menentukan langkah pertama, dan sebagainya.
E-mail : office@kanisiusmedia.com
c. Jika perlu, satu atau dua peserta diminta mencoba untuk melihat
Website : www.kanisiusmedia.com
apakah mereka sudah paham.
d. Sebuah simulasi atau permainan seringkali terdiri dari sejumlah ta-
hap atau
Cetakan ke- putaran
5 dengan 4 diselingi:
3 2 1
1) Umpan balik dan/atau
Tahun 15
2) Perencanaan atau14 13
permulaan 12
baru dan/atau 11
3) Penambahan informasi atau aturan main baru.
e. Jika perlu, hasil: permainan
Editor Dwiko atau simulasi ditabulasikan dan diumum-
kan kepada
Desainer sampulpeserta.
: Marius Santo
f. Fasilitator memberikan debriefing, meliputi umpan balik dan diskusi
tentang maksud sebenarnya dari latihan itu, dan memberikan intisari
secukupnya.
ISBN 978-979-21-3041-6
4. Hal-hal yang Bisa Divariasikan dalam Simulasi dan Permainan
Hak cipta dilindungi undang-undang
a. Taraf keketatan struktur aktivitas.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
b. Taraf kejelasan peran dan pembagiannya di antara peserta.
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
c. Banyaknya manipulasi yang dilakukan oleh fasilitator selama kegiat­
anoleh
Dicetak berlangsung.
Percetakan Kanisius Yogyakarta
d. Mekanisme dan frekuensi pemberian umpan balik, mulai dari um-
pan balik lisan sampai tertulis atau bahkan lewat komputer.
e. Taraf kemiripan dengan situasi kehidupan nyata yang lazim dihadapi
peserta.

5. Proses Menyusun Simulasi dan Permainan


a. Terlebih dulu perlu ditentukan:
1) Learning points dari latihan yang bersangkutan.
2) ������������������������������������������������������������
Persoalan dan emosi seperti apa yang ingin diun�������������
gkap dari pe-
serta.
93
3) Situasi macam apa yang akan mampu mengungkap persoalan
atau emosi itu dan apakah situasi itu harus terkait dengan ke-
hidupan nyata peserta atau tidak.
4) Peran apa saja yang diperlukan.
5) Hasil yang diharapkan dari latihan itu.
6) Aturan main dan struktur seperti apa yang akan mampu memun­
culkan hasil yang diharapkan.
a. Terlebih dulu perlu diuji aneka opsi yang bisa dipilih oleh peserta, se­
suai struktur yang ditetapkan. Perlu juga dirumuskan jenis tindakan,
hasil, dan aneka konflik yang mungkin muncul dari setiap opsi.
b. Perlu disediakan semua logistik (prasarana-sarana) yang dibutuhkan
untuk latihan itu, termasuk pengaturan waktu serta cara umpan balik
dan debriefing akan disampaikan kepada peserta.
c. Perlu disusun daftar final bahan-bahan yang dibutuhkan.
d. Perlu dilakukan penelitian atau wawancara secukupnya untuk men-
dapatkan informasi latar belakang tentang peserta.

6. Hal-hal yang Bisa Membuat Simulasi atau Permainan Tidak


Efektif
Sebuah simulasi atau permainan bisa tidak efektif jika memiliki satu
atau lebih dari antara ciri-ciri berikut:
a. Terlalu kompleks – setiap unsur harus memiliki
Untuk tujuan
Yonita,yang
Ryo, jelas.
Karysta
b. Tidak realistik alias berlebihan, misal terlalu sukar, terlalu berat, dan
sebagainya.
c. Tidak relevan atau tidak menarik bagi peserta.
d. Tidak menyajikan cukup opsi untuk membuat latihan itu sungguh-
sungguh menarik.
e. Arahnya mudah ditebak sehingga kurang menantang.
f. Terlampau menekankan menang-kalah, aspek kompetisinya menjadi
terlalu dominan sehingga menenggelamkan aspek-aspek lain.
g. Kurang jelas.
h. Strukturnya gagal menampilkan persoalan atau tingkah laku yang
ingin dipelajari.
The Possibler
028724

94 © 2011 Kanisius
PENERBIT
i. StrukturnyaKANISIUS (Anggota
mengakibatkan IKAPI)
bahwa bentuk tingkah laku yang diper-
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta
lukan untuk dinyatakan “menang”55281, INDONESIA
atau “berhasil” dalam latihan itu
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
justeru bukan bentuk tingkah laku yang kita inginkan.
j. Tidak(0274)
Telepon 588783,cukup
mengandung 565996; Fax dan
diskusi (0274) 563349tentang apa sebenar-
eksplorasi
E-mail : office@kanisiusmedia.com
nya makna dari latihan itu.
Website : www.kanisiusmedia.com
D. Latihan Bermain Peran (Role-Play)

Cetakan
1. Arti ke- 5
dan Tujuan 4 3 2 1
Tahun
Dalam latihan15bermain14peran, peserta
13 12 11
mensimulasikan sebuah situasi
interaktif nyata atau hipotetis. Misal, memainkan peran TKW yang diper-
lakukan kasar oleh majikan. Atau, memainkan peran seseorang menjalani
Editor : Dwiko
proses pengadilan di muka hakim pengadilan akhir sesudah ajal. Simulasi
Desainer sampul : Marius Santo
ini lazimnya diikuti diskusi dan analisis, untuk mengetahui bagaimana
interaksi itu dirasakan atau dihayati, apa yang terjadi, dan mengapa de-
mikian. Peserta bisa memperoleh umpan balik tentang tingkah lakunya
selama bermain peran.
ISBN 978-979-21-3041-6
Permainan peran bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta
untukcipta
Hak dilindungi
menghayati undang-undang
sebuah interaksi, dengan menggunakan cara yang su-
dah biasa dilakukannya
Dilarang memperbanyak ataukarya
dengan
tuliscara
ini baru.
dalamJika memang
bentuk dan mengguna-
dengan
caracara
kan apabaru,
pun, maka
termasuk fotokopi,
metode ini jugatanpa izin tertulis
memberi dari kepada
kesempatan Penerbit.
peserta
untuk mempraktekkan cara baru itu dan memberinya umpan balik ten-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
tang tingkah lakunya dalam interaksi itu.

2. Syarat Keberhasilan
Latihan permainan peran cocok digunakan bila satu atau lebih per-
syaratan berikut terpenuhi:
a. Tujuannya adalah:
1) Memberi kesempatan kepada peserta untuk mempraktekkan
aneka ketrampilan yang diperlukan dalam situasi tertentu.
2) Memberi kesempatan kepada peserta untuk merasakan atau
menghayati situasi interaktif tertentu.
95
3) Melakukan asesmen terhadap tingkah laku peserta dalam situasi
interaktif.
4) Memberi kesempatan kepada peserta untuk mempraktekkan
ketrampilannya melakukan observasi.
5) Menumbuhkan kepercayaan peserta akan kemampuannya meng­
hadapi situasi tertentu.
6) Menunjukkan tingkah laku mana yang efektif dan tidak efektif
dalam situasi tertentu.
b. Materi yang dibahas memiliki ciri-ciri:
1) Lebih rumit dari yang tampak dari luar, sehingga peserta perlu
mencoba merasakan atau menghayatinya.
2) Sulit dipahami hanya lewat diskusi atau analisis.
c. Kelompok yang dilatih memiliki ciri-ciri:
1) ��������������������������������������������������������������
Berasal dari latar belakang yang berlainan, sehingga membutuh-
kan suatu pengalaman bersama sebagai dasar untuk diskusi.
2) Membutuhkan latihan nyata sesudah menerima materi berupa
konsep yang cukup banyak.
3) �������������������������������������������������������������
Kurang memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi situasi se-
jenis.
4) ����������������������������������������������������������������
Terlalu percaya diri sehingga perlu diberi bukti nyata bahwa me-
reka masih perlu belajar dan meningkatkan diri.
Untuk Yonita, Ryo, Karysta
3. Langkah-langkah Menyelenggarakan Permainan Peran
a. Fasilitator menjelaskan apa itu permainan peran.
b. Peserta mempersiapkan diri untuk bermain peran, bisa sendiri-sen­
diri atau dalam kelompok kecil.
c. Peserta membawakan permainan peran, bisa dalam kelompok kecil
atau dalam kelas besar.
d. Permainan peran didiskusikan dan diberikan umpan balik seperlunya,
bisa dalam kelompok kecil atau dalam kelas besar. Diskusi dapat dimu-
lai dalam kelompok kecil dulu, lalu dilanjutkan dalam kelas besar.
e. Dirumuskan learning points dari permainan peran yang bersangkut­
an, bisa oleh fasilitator atau lewat presentasi kelompok.
The Possibler
028724

96 © 2011 Kanisius
PENERBIT
4. BeberapaKANISIUS (Anggota Lewat
Model Pembelajaran IKAPI)Permainan Peran
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Yang dimaksud model pembelajaran di sini adalah pendekatan atau
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
cara yang dipakai oleh fasilitator untuk membimbing atau membantu pe-
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
serta menangkap learning points yang hendak disampaikan. Secara garis
E-mail : office@kanisiusmedia.com
besar ada dua model:
Website : www.kanisiusmedia.com
a. Discovery model. Peserta membawakan situasi menurut pemahaman-
penafsiran masing-masing, lalu menganalisisnya serta menarik ke-
simpulan
Cetakan ke- untuk
5 menghadapi
4 situasi
3 serupa
2 di masa
1 mendatang.
b. Practice model. Peserta diberi kiat untuk menghadapi situasi, lalu
Tahun 15 14 13 12 11
mempraktekkannya dan memperoleh umpan balik tentang apa yang
telah mereka lakukan.
Editor : Dwiko
5. Beberapa Jenis Permainan Peran
Desainer sampul : Marius Santo
a. Kelompok kecil:
1) Satu situasi untuk dibawakan satu kali.
2) Satu situasi untuk dibawakan beberapa kali disertai rotasi atau
pergantian pemeran.
ISBN 978-979-21-3041-6
Hak 3) ��������������������������������������������������������������
ciptaBeberapa situasi,
dilindungi masing-masing dibawakan sekali dengan diser-
undang-undang
tai rotasi peran untuk masing-masing situasi. Jenis permainan
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
peran ini sering disebut round robin.
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
b. Fishbowl:
Dicetak
Satu
olehatau lebih Kanisius
Percetakan kelompok kecil membawakan permainan peran di
Yogyakarta
hadapan kelas besar. Bisa menggunakan situasi yang sama untuk
dibawakan oleh seluruh kelompok, atau masing-masing kelompok
membawakan situasi yang berlainan.

6. Jenis-jenis Perubahan yang Bisa Dilakukan untuk Menciptakan


Variasi
a. Sumber situasinya:
1) Ditetapkan sebelumnya secara tertulis dalam sejenis skenario.
2) Situasi nyata peserta, disertai deskripsi lisan atau tertulis yang
harus disiapkan oleh peserta sebelum atau selama program ber-
97
langsung. Jenis permainan peran ini sering disebut write-your-
own-role-play.
3) Dipilih dari kehidupan nyata oleh kelompok.
b. Jumlah waktu persiapan dan informasi tambahan tentang peran yang
disediakan:
1) Tanpa informasi tambahan, tanpa persiapan.
2) Disediakan instruksi tertulis namun hanya tentang fakta-fakta
dasar, tidak disajikan sudut pandang apa pun; disediakan waktu
singkat untuk persiapan.
3) Disediakan instruksi mendetil termasuk tujuan, sudut pandang,
dan fakta-fakta tambahan; disediakan waktu khusus secukupnya
untuk persiapan.
c. Alasan menghentikan permainan peran:
1) �������������������������������������������������������
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk meminta ban-
tuan saat menemui kesulitan atau untuk memulai dari awal
2) Mempersilakan masuk pemain baru, bisa secara spontan atau
memang sudah direncanakan
3) Memberikan analisis, bisa lisan atau tertulis
4) Meminta tanggapan atau umpan balik
5) Memberi kesempatan kepada pemain untuk berganti peran
d. Mekanisme pemberian umpan balik:
1) Tertulis, dengan skala penilaian. Untuk Yonita, Ryo, Karysta
2) Rekaman audio atau video untuk ditonton/didengarkan oleh
yang bersangkutan bersama peserta lain atau hanya yang ber-
sangkutan sendiri.
3) Diskusi kelas atau dalam kelompok-kelompok kecil, dipimpin
oleh fasilitator (structured discussion).
4) Diskusi kelas atau dalam kelompok-kelompok kecil, diserahkan
kepada peserta sendiri (unstructured discussion).
5) Presentasi oleh fasilitator.
6) Gabungan antara beberapa dari teknik-teknik di atas.
The Possibler
028724

98 © 2011 Kanisius
PENERBIT
e. KANISIUS
Sumber umpan balik:(Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka
1) Dari9,peserta
Deresan,
yangYogyakarta 55281,
ditugasi sebagai INDONESIA
pengamat.
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011,
2) Pembawa permainan peran lain. INDONESIA
Telepon
3) (0274)
Seluruh588783, 565996;
kelas sebagai Fax (0274) 563349
pengamat.
E-mail
4) :Fasilitator.
office@kanisiusmedia.com
Website
5) :Peserta
www.kanisiusmedia.com
yang membawakan permainan peran (lewat self-rating
atau melihat rekaman video).

Cetakan
7. ke-
Bahan-bahan5yang Lazim
4 Diperlukan
3 2
dalam 1
Permainan Peran
Tahun
a. Petunjuk umum, 15 meliputi
14 pengantar
13 dan12penjelasan
11 tentang struktur
atau pembagian peran, proses, pembagian waktu, dan sebagainya.
b. Instruksi untuk masing-masing peran.
Editor : Dwiko
c. Instruksi untuk peserta yang ditugasi sebagai pengamat, jika melibat-
Desainer sampul
kan peran : Marius
pengamat, Santo lembar-lembar observasi
termasuk
d. Skala penilaian tertulis, jika diperlukan.
e. Panduan tertulis untuk diskusi pasca permainan peran (post-role-play-
discussion), jika perlu.
ISBN 978-979-21-3041-6
8.
Hak Proses Menyusunundang-undang
cipta dilindungi Latihan Permainan Peran
a. Tentukan
Dilarang dulu:
memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara 1)
apa pun,
Model termasuk fotokopi,
pembelajaran sertatanpa izin tertulis
struktur daridari
(skenario) Penerbit.
permainan
perannya.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
2) Isu-isu apa yang akan diangkat lewat permainan peran.
3) Jenis atau bentuk konflik atau berbagai pandangan yang akan
dilibatkan.
4) Situasi dan tokoh-tokoh seperti apa yang lazim terlibat jika isu-
isu seperti yang akan digarap itu muncul.
5) ������������������������������������������������������������
Sudut pandang seperti apa yang harus diambil oleh masing-ma-
sing tokoh. Harus dipastikan bahwa sudut pandang ini dipa­
hami oleh masing-masing peserta yang akan memerankan tokoh
yang bersangkutan.
6) Jumlah waktu yang diperlukan untuk persiapan, pelaksanaan
permainan peran, dan debriefing-nya.
99
7) Umpan balik seperti apa yang akan diberikan dan bagaimana
cara menyampaikannya.
8) Bagaimana hasil-hasil akan didiskusikan dan dirumuskan.
b. Tetapkan daftar final bahan-bahan yang diperlukan.
c. Lakukan penelitian atau wawancara secukupnya untuk mengumpul-
kan informasi latar belakang.
d. Buatlah draft tertulis dari semua materi atau bahan yang diperlukan.
e. Pastikan bahwa semua tokoh memiliki semua informasi seperti yang
akan mereka peroleh dalam situasi nyata dan bahwa semua informasi
itu tidak saling bertentangan.

9. Hal-hal yang Bisa Membuat Latihan Permainan Peran Tidak Efek-


tif
Latihan permainan peran bisa menjadi tidak efektif karena faktor-
faktor berikut:
a. Situasinya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tidak dirumuskan secara jelas
2) Tidak mengandung konflik atau perbedaan-perbedaan, misal
menyangkut loyalitas, prioritas, persepsi, latar belakang, suasana
hati, atau kepribadian
3) ��������������������������������������������������������
Tidak mengandung solusi yang berada dalam kewenangan/ke-
mampuan para pelaku permainan peran Untuk Yonita, Ryo, Karysta
4) ���������������������������������������������������������
Terlalu kompleks, akibatnya para pemain peran malah kehi-
langan arah
b. Struktur atau skenario tidak jelas menyangkut proses, pembagian
waktu, pergantian peran, atau hasil akhir yang mau dibidik
c. Peran-peran yang dipilih memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Begitu kaku, sehingga tidak membuka peluang bagi salah satu
pihak untuk menang.
2) �����������������������������������������������������������
Begitu kaku, sehingga para pembawa peran tidak memiliki ke-
bebasan untuk memanfaatkan ketrampilan yang dimilikinya,
akibatnya tidak memberi peluang bagi pembawa peran untuk
menunjukkan tanggung jawab.
The Possibler
028724

100 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS
3) Gagal (Anggota
menciptakan tekananIKAPI)
untuk mengatasi persoalan.
4 Jl. Cempaka 9, jelas.
Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
4) Tidak
Kotak5) MengandungYogyakarta
Pos 1125/Yk, 55011,
informasi yang INDONESIA tidak lengkap,
membingungkan,
Telepon (0274) 588783, 565996;
saling bertentangan, atauFax (0274) 563349
terlampau teknis.
E-mail : office@kanisiusmedia.com
d. Debriefing atau diskusi pasca kegiatan untuk menjelaskan hakikat
Website
dan :tujuan
www.kanisiusmedia.com
sebenarnya dari kegiatan yang baru dilakukan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Proses yang digunakan untuk mendiskusikan permainan peran
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
yang baru dilakukan tidak jelas atau tidak menghargai kepekaan
Tahun para peserta.15 14 13 12 11
2) Gagal memaksa peserta mengolah apa yang sudah mereka
alami.
Editor : Dwiko
3) Mengandung umpan balik yang tidak relevan bagi peserta.
Desainer sampul : MariusumpanSanto
4) �����������������������������������������������������������
Mengandung balik tentang hal-hal yang sukar diperaga-
kan atau sukar diamati selama permainan peran berlangsung.

E. Diskusi Kelompok
ISBN 978-979-21-3041-6
1.
Hak Arti
ciptadan Tujuan undang-undang
dilindungi
Dalam
Dilarang diskusi kelompok
memperbanyak karyapeserta diberi
tulis ini dalamkesempatan
bentuk dan untuk
dengansecara
cara apa
bebas pun, termasuk
bertukar fotokopi,
gagasan atau tanpabisa
pendapat, izin dalam
tertuliskelas
dari besar
Penerbit.
atau da-
lam kelompok-kelompok kecil yang diturunkan dari kelas besar. Aturan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
main dalam berdiskusi kelompok disampaikan kepada peserta. Fasilita-
tor bertanggung jawab membuat hidup diskusi yang berlangsung lewat
pertanyaan-pertanyaan, menyatukan berbagai gagasan dan pendapat yang
muncul, dan akhirnya membantu membuat kesimpulan.
Diskusi kelompok bertujuan memberikan kesempatan kepada pe-
serta untuk saling mengungkapkan dan saling bertukar gagasan tentang
pokok persoalan yang sedang dibahas. Metode ini bisa dipakai sebagai “pe-
manasan” sebelum memulai aktivitas tertentu, sebagai penutup kegiatan,
atau sebagai kegiatan mandiri.
101
2. Kapan Diskusi Kelompok Efektif Digunakan
Diskusi kelompok akan efektif digunakan jika satu atau lebih hal
berikut ini terpenuhi:
a. Tujuannya adalah:
1) Mengumpulkan beraneka ragam pendapat.
2) Memunculkan gagasan baru atau tambahan.
3) Memetik pelajaran dari beraneka ragam pengalaman.
4) Mendorong interaksi dalam kelompok.
5) �������������������������������������������������������
Menolong kelompok menerapkan konsep-konsep tertentu da-
lam pelaksanaan tugas pokok mereka, misal sebagai karyawan,
mahasiswa, dan sebagainya.
6) Menciptakan sinergi.
7) Membangun rasa kebanggaan kelompok.
8) Membantu kelompok memecahkan masalah.
9) Membantu kelompok merumuskan rencana tindakan.
10) Menguji apakah kelompok memahami dan menaruh minat pada
topik yang didiskusikan.
b. Materi diskusinya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sedang menjadi pembicaraan hangat.
2) Jarang dibahas.
3) Peserta memiliki banyak fakta atau pendapat untuk dibagikan.
Untuk Yonita,
4) Terkait dengan pengalaman atau kehidupan Ryo,peserta.
sehari-hari Karysta
5) Disalahpahami atau yang bisa menimbulkan salah paham.
c. Kelompoknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Terdiri dari orang-orang yang merasa diri paling tahu.
2) Lebih paham tentang topik yang dibahas dibandingkan fasili­
tator.
3) Butuh dibantu merefleksikan pendapat.
4) Butuh kesempatan untuk mengungkapkan pendapat.
5) Kurang kompak dan perlu dibantu menyadari aneka perbedaan
di antara para anggotanya.
The Possibler
028724

102 © 2011 Kanisius


PENERBIT
3. KANISIUS
Langkah-langkah (Anggota IKAPI)
Menyelenggarakan Diskusi Kelompok
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
a. Fasilitator memberikan pengantar dengan menjelaskan materi dan
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
tujuan diskusi.
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
b. Fasilitator memimpin kelompok mendiskusikan topik; memanfaat-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
kan ketrampilan memimpin diskusi kelompok yang dimilikinya, fasi-
Website : www.kanisiusmedia.com
litator perlu berusaha mendorong sebanyak mungkin peserta terlibat
aktif dalam diskusi.
c. Fasilitator
Cetakan ke- bisa5 menggunakan
4 flipcharts
3 atau
2 papan 1 tulis untuk mem-
buat catatan-catatan tentang jalannya diskusi.
Tahun 15 14 13
d. Fasilitator membuat ringkasan tentang 12 11
hasil diskusi, mengingatkan
peserta tentang butir-butir gagasan penting yang muncul, dan mem-
buat kesimpulan.
Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo
4. Beberapa Variasi dalam Diskusi Kelompok
a. Diskusi bisa dilangsungkan tanpa pemimpin atau dipimpin oleh sa-
lah seorang peserta, bukan oleh fasilitator.
b.
ISBN Catatan-catatan tentang hasil diskusi bisa dituliskan di flipcharts atau
978-979-21-3041-6
Hak direkam oleh salah
cipta dilindungi seorang peserta yang ditugasi sebagai sekretaris
undang-undang
atau penulis.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
c. Peserta bisa ikut ambil bagian dalam diskusi tanpa atau dengan per-
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
siapan sebelumnya. Jika diberi kesempatan mempersiapkan diri, dis-
kusi
Dicetak bisa
oleh dimulaiKanisius
Percetakan denganYogyakarta
mempersilakan msing-masing peserta atau
juru bicara masing-masing kelompok kecil mengungkapkan penda-
pat atau temuannya tentang topik diskusi.
d. Pemimpin diskusi bisa memulai dengan memberikan kerangka dis-
kusi.
e. Diskusi bisa diarahkan untuk sekadar mendiskusikan topik, atau dia-
rahkan untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menyusun rencana,
proses, saran, dan sebagainya.
103
5. Proses Mempersiapkan Sebuah Diskusi Kelompok
a. Pertama-tama perlu terlebih dulu diputuskan:
1) Materi atau persoalan yang akan didiskusikan.
2) Hasil akhir dari diskusi.
3) Cara memulai diskusi.
4) ����������������������������������������������������������������
Tugas persiapan, jika perlu, yaitu apa yang bisa diminta dilaku-
kan oleh peserta sebagai persiapan untuk diskusi.
5) ��������������������������������������������������������
Pertanyaan atau topik tambahan untuk melancarkan dan me-
mandu arah diskusi
b. Siapkan bahan-bahan sebagai tugas persiapan, jika perlu.

6. Hal-hal yang Bisa Membuat Diskusi Kelompok Tidak Efektif


a. Pemimpin kelompok menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Gagal menjelaskan tujuan atau bahan diskusi.
2) Tidak trampil memimpin diskusi, dalam bentuk:
a) Terlalu banyak atau kurang mengontrol.
b) Membiarkan satu atau lebih anggota kelompok mendomi-
nasi diskusi.
c) Mengejek atau mempermalukan peserta.
d) Gagal mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang baik
b. Diskusinya:
1) Melebar, tidak fokus pada topik. Untuk Yonita, Ryo, Karysta
2) Berlangsung dalam waktu terlalu lama.
3) �������������������������������������������������������������
T������������������������������������������������������������
entang materi yang tidak relevan atau tidak menarik
����������������
bagi pe-
serta
c. Peserta:
1) Merasa tidak bebas mengungkapkan pendapat. Situasi seperti
ini bisa muncul karena alasan politis, karena materi yang diba-
has merupakan sesuatu yang peka, karena takut dicemoohkan,
karena kurang memahami tujuan diskusi, atau karena kurang
memiliki informasi latar belakang dan pengalaman tentang ma-
teri diskusi.
The Possibler
028724

104 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS
2) Memandang (Anggota
bahwa IKAPI)
kegiatan diskusi itu hanya formalitas dan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
merasa bahwa pemimpin diskusi kurang menghargai pendapat
Kotak Pos 1125/Yk,
mereka. Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
F.E-mail
Latihan Individual
: office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com
1. Arti dan Tujuan
Dalam latihan individual setiap peserta diminta bekerja sendiri-
Cetakanlazimnya
sendiri, ke- 5
berupa 4 mentransfer
tugas 3 2 menerapkan
atau 1 isi atau hasil
pelajaran
Tahun dari program15 kegiatan
14 yang 13baru diikutinya
12 ke dalam situasi ke-
11
hidupan masing-masing.
Tujuan latihan individual adalah memberi kesempatan kepada pe­serta
untuk menerapkan :hasil-hasil
Editor Dwiko pelajaran (learning points) yang diperoleh
Desainer
dari sampul
program : Marius
pendidikan Santoyang baru dijalani ke dalam situasi ke-
psikologis
hidupan masing-masing untuk menguji pemahamannya atau meme­riksa
sejauh mana hasil pembelajaran itu bisa diterapkan dalam situasi kehi­
dupannya.
ISBN 978-979-21-3041-6
2.
Hak Kapan Latihan Individual
cipta dilindungi Efektif Digunakan
undang-undang
Latihan
Dilarang individual akan
memperbanyak efektif
karya tulisdigunakan
ini dalam bila satudan
bentuk ataudengan
lebih hal
ber­
ikut
cara apainipun,
terpenuhi:
termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
a. Tujuannya adalah:
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
1) Membantu peserta menyadari sejauh mana hasil-hasil pelajaran
dari program pelatihan relevan dengan situasi kehidupan nyata
mereka.
2) ��������������������������������������������������������
Membantu peserta mempersiapkan diri untuk menerapkan ha-
sil pelajaran yang diperoleh dalam program pelatihan ke dalam
situasi kehidupan nyata mereka.
3) Menguji pemahaman peserta tentang isi program pelatihan.
4) ���������������������������������������������������������
Membantu peserta merencanakan tindakan yang akan diterap-
kan dalam situasi kehidupan nyata mereka.
5) Membantu peserta membangun niat untuk mengubah kebiasa­
an atau cara kerja dalam kehidupan nyata mereka.
105
6) ���������������������������������������������������������
Membantu peserta menemukan hal-hal yang masih belum dipa-
hami atau jenis-jenis ketrampilan yang berlum dikuasai terkait
dengan program pelatihan
b. Materi pelatihannya memiliki ciri-ciri:
1) Memungkinkan peserta melakukan introspeksi.
2) �����������������������������������������������������������
Menyangkut hal yang bersifat pribadi bagi masing-masing pe-
serta, misal situasi kehidupan nyata, masalah pribadi, dan seba-
gainya.
3) �������������������������������������������������������
Menyangkut sesuatu yang dipandang menakutkan, konfiden-
sial, atau sensitif.
c. Kelompoknya memiliki ciri-ciri:
1) ���������������������������������������������������������������
Terdiri atas orang-orang dengan latar belakang yang sangat ber-
lainan, sehingga situasi kehidupan nyata mereka juga sangat
berbeda-beda.
2) Butuh waktu untuk berpikir.
3) Butuh pergantian suasana dari kegiatan dan diskusi kelompok.
4) Butuh dibantu meninjau kembali situasi kehidupan nyata yang
selama ini mereka jalani. Bantuan ini lazimnya diberikan menje-
lang kegiatan berakhir.

3. Langkah-langkah Menyelenggarakan Latihan Individual


a. Fasilitator memberikan pengantar dan menekankan tanggung
Untuk Yonita, jawab
Ryo, Karysta
masing-masing peserta dalam melaksanakan tugas.
b. Peserta diminta bekerja secara sendiri-sendiri, sementara itu fasili-
tator menjaga agar suasana kondusif untuk bekerja dan siap untuk
memberikan bantuan jika dibutuhkan.
c. Jika perlu, peserta diminta berbagi tentang kesimpulan atau hasil
kerja masing-masing dengan peserta lain, bisa dalam kelompok kecil
atau dalam pertemuan kelas besar. Langkah ini sering disebut reality-
test.
d. Fasilitator menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari peserta, jika ada,
dan memberikan ringkasan tentang cara memanfaatkan hasil-hasil
pendidikan psikologis dalam situasi kehidupan nyata.
The Possibler
028724

106 © 2011 Kanisius


PENERBIT
4. KANISIUS
Variasi dalam Latihan(Anggota IKAPI)
Individual
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
a. Peserta diminta membagikan hasil pekerjaan atau tanggapan pribadi
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
mereka sesudah selesai mengerjakan tugas. Hal ini perlu disampaikan
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
dengan jelas sebelum peserta mulai mengerjakan tugasnya.
E-mail : office@kanisiusmedia.com
b. Peserta diminta membawa informasi atau dokumen tertentu dari
Website : www.kanisiusmedia.com
situasi kehidupan nyata masing-masing. Hal ini perlu disampaikan
sejak awal sebelum peserta tiba di tempat pelatihan.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
5. Proses Menyusun Latihan Individual
Tahun 15 14 13 12 11
a. Terlebih dulu perlu diputuskan:
1) Jenis tugas yang harus dilakukan oleh peserta.
2) ���������������������������������������������������������������
Editor Apa manfaat hasil pengerjaan tugas bagi peserta dan cara meng-
: Dwiko
gunakan hasil
Desainer sampul : Marius itu. Santo
3) �����������������������������������������������������������
Proses atau pedoman tertulis yang bisa membantu peserta me-
laksanakan tugas, misal, daftar pertanyaan, lembar-lembar isian,
langkah-langkah yang harus diikuti, dan sebagainya.
ISBN 4) 978-979-21-3041-6
Perlu-tidaknya peserta diminta membagikan bagian tertentu
Hak ciptadari hasil kegiatannya
dilindungi kepada peserta lain sesudah seluruh rang-
undang-undang
kaian kegiatan selesai.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
5) Perlu-dtidaknya disediakan bahan-bahan tertulis tertentu, misal
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
instruksi, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya.
b. Susunlah
Dicetak draft dari
oleh Percetakan semua
Kanisius bahan yang diperlukan.
Yogyakarta

6. Hal-hal yang Bisa Menyebabkan Latihan Individual Tidak Efektif


a. Tugasnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Kabur dan tidak tersedia pedoman apa pun.
2) Tidak disampaikan dengan jelas.
3) Tidak relevan bagi peserta, atau relevansinya bagi peserta tidak
dijelaskan pada awal kegiatan.
4) Tidak memberikan manfaat yang jelas bagi peserta.
5) Terlalu sukar diselesaikan dalam waktu yang tersedia.
107
b. Suasana kurang tenang dan kurang kondusif untuk mengerjakan tu-
gas dengan baik.
c. Kegiatan lanjutannya memiliki ciri-ciri:
1) Berupa sharing yang membuat peserta merasa kurang nyaman
sebab menyangkut hal-hal yang bersifat konfidensial, berhu-
bungan dengan politik, atau faktor lain.
2) Berupa men-sharing-kan hasil pengerjaan tugas namun peserta
tidak siap sebab hal itu tidak dikomunikasikan sebelumnya.

G. Presentasi/Lekturet

1. Arti dan Tujuan


Presentasi atau lekturet (artinya, ceramah pendek) adalah bentuk ko-
munikasi atau penyampaian terstruktur atau yang disiapkan dan bersifat
satu arah dari pihak penyaji atau penceramah kepada khalayak peserta.
Khalayak memang bisa mengajukan pertanyaan, namun partisipasi inter-
aktif dari pihak khalayak pada dasarnya dibatasi. Seringkali, alat-alat bantu
visual digunakan untuk mendukung presentasi.
Presentasi atau lekturet bertujuan menyampaikan informasi, lazim-
nya berupa pengetahuan, pandangan, atau pendekatan baru yang pen­ting,
kepada peserta dalam situasi di mana interaksi atau diskusi dipandang
kurang sesuai. Untuk Yonita, Ryo, Karysta

2. Kapan Presentasi/Lekturet Paling Efektif Digunakan


Presentasi atau lekturet paling efektif diterapkan jika satu atau lebih
hal berikut ini terpenuhi:
a. Tujuannya adalah:
1) Meneguhkan kredibilitas pembicara.
2) Mengomunikasikan keahlian pembicara.
3) Menyampaikan informasi secara cepat.
4) Menyampaikan informasi dalam jumlah dan kualitas yang sama
kepada khalayak.
The Possibler
028724

108 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS (Anggota
5) Mempertahankan IKAPI) kelompok.
kendali terhadap
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta
6) Menegaskan standar program55281, INDONESIA
pelatihan.
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
7) Menegaskan hakikat latihan secara jelas.
Telepon
8) (0274) 588783,contoh
Memberikan 565996; Fax (0274)
tentang 563349
bentuk presentasi atau lekturet
E-mail :yang
office@kanisiusmedia.com
baik.
Website : www.kanisiusmedia.com
9) Memperkenalkan suatu bidang pengetahuan/ketrampilan baru.
b. Materinya memiliki ciri-ciri:
1) Konseptual.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
2) Faktual.
Tahun
3) Historis.15 14 13 12 11
4) Teoretis.
5) Baru bagi khalayak.
Editor : Dwiko
c. Kelompoknya memiliki ciri-ciri:
Desainer sampulmemiliki
: Marius Santo
1) ���������������������������������������������������������
Belum pengetahuan cukup atau belum memiliki pen-
dapat tentang materi yang dibahas.
2) Berjumlah besar.
3) Dipandang mampu menangkap informasi yang diberikan.
ISBN 978-979-21-3041-6
4) Menyadari bahwa pengetahuan/keahlian yang disampaikan
Hak ciptapembicara
dilindungimerupakan
undang-undang
sesuatu yang penting.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
3. Proses
cara Menyusun
apa pun, termasukSebuah Presentasi/Lekturet
fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
a. Terlebih dulu perlu diputuskan:
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
1) Apa yang harus diketahui atau dilakukan peserta pada akhir
presentasi/lekturet, misal menjadi sadar tentang sebuah konsep
baru, memiliki latar belakang yang cukup sebagai bekal melaku-
kan latihan selanjutnya, termotivasi untuk mempelajari materi
selanjutnya, dan sebagainya.
2) ��������������������������������������������������������������
Pengetahuan dan perasaan yang sudah dimiliki oleh peserta ten-
tang topik yang akan dibahas.
3) ��������������������������������������������������������
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyampaikan in-
formasi secara tuntas. Prinsipnya, makin pendek makin baik.
4) Batasilah menyampaikan paling banyak tiga atau empat gagasan
utama, tak peduli berapa lama waktu yang tersedia.
109
5) �������������������������������������������������������
Materi pendukung yang diperlukan untuk menyampaikan ma-
sing-masing gagasan pokok secara efektif.
6) Apakah diperlukan alat-alat bantu visual untuk memperjelas
uraian lisan.
7) Cara menyampaikan presentasi/lekturet agar membangkitkan
minat pendengar.
8) Cara mengakhirinya, dengan membuat ringkasan tentang isi
dan menekankan pentingnya materi yang baru disampaikan.
9) ����������������������������������������������������������
Penyediaan kesempatan tanya jawab dengan peserta untuk me-
ningkatkan proses belajar mereka.
b. Tulislah draft naskah secara lengkap atau garis besarnya.
c. Cobakan presentasi/lekturet pada seseorang untuk melihat relevansi
dan memeriksa kalau-kalau ada bagian yang kurang perlu.
d. Revisilah dan tetapkan bentuk final bahan presentasi/lekturet Anda.

4. Hal-hal yang Lazim Membuat Presentasi/Lekturet Tidak Efektif


a. Presentasi/lekturet itu:
1) �������������������������������������������������������������
Dipaksakan untuk tetap diterapkan padahal yang lebih diperlu-
kan adalah metode pembelajaran yang bersifat interaktif.
2) ������������������������������������������������������������
Terlalu panjang. Dalam program psikoedukasi, buatlah presen-
tasi/lekturet itu sesingkat mungkin dan hanya diterapkan jika
dipandang tidak ada metode lain yangUntuk
lebihYonita,
sesuai. Ryo, Karysta
3) Bagian tanya-jawab hanya digunakan sebagai pemanis, bukan
sungguh-sungguh ditujukan untuk memberikan kesempatan
kepada peserta untuk urun pendapat-gagasan.
b. Penyaji/penceramah:
1) ������������������������������������������������������������
Menyampaikan informasi yang tidak relevan atau tidak berman-
faat bagi peserta.
2) Menggunakan alat-alat bantu visual secara berlebihan, sampai
timbul kesan bahwa penceramah sekadar membaca alat-alat
bantu yang sudah disiapkan.
The Possibler
028724

110 © 2011 Kanisius


PENERBIT
3) TidakKANISIUS (Anggota
menjelaskan IKAPI)bisa menggunakan informasi
cara peserta
4 Jl. Cempaka
yang9,diberikan
Deresan,atau
Yogyakarta 55281, INDONESIA
tidak menjelaskan mengapa presentasi itu
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta
perlu diberikan. 55011, INDONESIA
Telepon
5) Tidak 588783,
(0274) 565996;
mengaitkan Fax (0274)
presentasi dengan563349
aktivitas atau materi lain
E-mail :dari
office@kanisiusmedia.com
program psikoedukasi yang sedang dilangsungkan.
Website : www.kanisiusmedia.com
H. Modelling Perilaku

Cetakan
1. Arti ke- 5
dan Tujuan 4 3 2 1
Tahun 15 perilaku
Dalam modelling 14 peserta
13 diberi12 11 bertingkah laku
contoh cara
dalam menghadapi situasi tertentu, langkah demi langkah. Contoh lang-
kah-langkah tersebut biasanya didemonstrasikan dengan menggunakan
Editor : Dwiko
rekaman video. Kemudian peserta diminta berlatih menerapkan langkah-
Desainer sampul : Marius Santo
langkah yang diajarkan. Sesudah itu sebagai umpan balik kepada peserta
ditunjukkan dalam hal apa saja mereka sudah berhasil menerapkan contoh
langkah-langkah secara efektif, dan dalam hal lain apa saja mereka masih
perlu meningkatkan diri.
ISBN 978-979-21-3041-6
Modeling perilaku bertujuan mengajarkan kepada peserta cara spesifik
Hak cipta
tertentu dilindungi
dalam undang-undang
menghadapi sebuah situasi serta memberikan kesempatan
untuk melatih
Dilarang bentuk-bentuk
memperbanyak tingkah
karya tulis laku baru, sehingga
ini dalam bentuk danmereka percaya
dengan
caramampu
diri apa pun, termasuk fotokopi,
menghadapi tanpa
situasi serupa izin kehidupan
dalam tertulis darisehari-hari.
Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta


2. Syarat Keberhasilan
Tehnik ini efektif digunakan bila satu atau lebih hal berikut ini ter-
penuhi:
a. Tujuannya adalah:
1) Mengembangkan ketrampilan, bukan pemahaman intelektual.
2) Menunjukkan rangkaian langkah spesifik tertentu agar dicontoh
oleh peserta.
3) Menolong peserta mengikuti pola tertentu, atau membatasi
kemungkinan cara dalam menghadapi sebuah situasi.
111
b. Materi yang diajarkan memiliki ciri-ciri:
1) Menuntut serangkaian aktivitas langkah demi langkah.
2) Bisa disederhanakan menjadi serangkaian langkah.
3) Secara konseptual sederhana, namun cukup sulit dilaksanakan.
4) ��������������������������������������������������������������
Melibatkan interaksi dengan orang atau objek lain, misal bina-
tang.
c. Kelompok yang dibimbing memiliki ciri-ciri:
1) Terlalu sibuk untuk bisa menganalisis dan melatih sendiri setiap
situasi yang dipelajari.
2) �����������������������������������������������������������
Merasa sudah menguasai ketrampilan yang akan diajarkan, pa-
dahal masih perlu banyak belajar.
3) Cenderung meremehkan ketrampilan yang akan diajarkan.
4) Kurang percaya diri dan membutuhkan bimbingan dan umpan
balik

3. Langkah-langkah Menyelenggarakan Modelling Perilaku


a. Fasilitator memberikan contoh langkah-langkah yang sedang diajar-
kan.
b. Fasilitator memberikan demonstrasi tentang penerapan langkah-
langkah yang sedang diajarkan dalam situasi khusus tertentu, biasa­
nya lewat rekaman video.
c. Peserta diminta menganalisis cara menerapkan
Untukcontoh
Yonita,langkah-lang-
Ryo, Karysta
kah.
d. Peserta belajar mempraktekkan contoh langkah-langkah.
e. Kepada setiap peserta diberikan umpan balik tentang penerapan
masing-masing langkah yang sedang dipelajari: mana yang sudah
baik, mana yang masih kurang.

4. Variasi dalam Modelling Perilaku


Dalam modelling perilaku, variasi bisa dilakukan terhadap unsur-
unsur berikut:
The Possibler
028724

112 © 2011 Kanisius


PENERBIT
a. KANISIUSberpraktek.
Jumlah kesempatan (Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
b. Taraf kesulitan kesempatan praktek yang diberikan, misal bisa diatur
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
mulai dari mudah sampai ke sukar secara bertahap.
Telepon
c. Bentuk (0274) 588783,
situasi 565996;misal
prakteknya, Fax (0274) 563349
bisa menggunakan contoh situasi
E-mail : office@kanisiusmedia.com
baku yang disiapkan oleh fasilitator atau diambilkan dari situasi nya-
Website : www.kanisiusmedia.com
ta dari lingkungan kerja peserta, atau kombinasi antara keduanya.
d. Cara memberikan umpan balik sesudah praktek, misal, bisa dari
fasilitator atau dari sesama peserta, bisa secara lisan atau tertulis, atau
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
kombinasi antara keduanya.
Tahun
e. 15
Pembuatan rencana 14
tindakan 13 sejenis12kontrak11
atau untuk menerapkan
hasil latihan dalam lingkungan kehidupan nyata peserta.
f. Penggunaan model hidup dalam demonstrasi, bukan rekaman vi-
Editor : Dwiko
deo.
Desainer
g. sampulmateri
Penggunaan : Marius Santokhusus atau yang bersifat umum.
dan setting

5. Proses Menyusun Modelling Perilaku


a. Terlebih dulu perlu diputuskan:
ISBN 978-979-21-3041-6
1) Langkah-langkah esensial dari interaksi yang akan diajarkan.
Hak 2) ��������������������������������������������������������������
ciptaPerlu
dilindungi undang-undang
tidaknya diperkenalkan langkah-langkah yang bersifat pi-
Dilarang lihan.
memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara 3)
apa pun, termasuk
Bagaimana fotokopi, tanpa
langkah-langkah izin
akan tertulis dari Penerbit.
dirumuskan.
b. Perlu diuji terlebih dulu:
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
1) �������������������������������������������������������������
Langkah-langkah yang berhasil ditulis, apakah sudah cukup je-
las.
2) Kemungkinan penerapan langkah-langkah yang akan diajarkan
pada sejumlah situasi khusus, untuk mencoba melihat apakah
langkah-langkah itu bisa diterapkan secara cukup luas
c. Perlu diputuskan apakah demonstrasi videonya akan menggunakan
peran pengganti dan situasi umum atau menggunakan contoh orang
dalam situasi nyata.
d. Perlu diputuskan, apakah perlu dilakukan wawancara untuk meng-
umpulkan informasi dalam pembuatan demonstrasi videonya.
113
e. Perlu terlebih dulu ditulis naskah untuk demonstrasi videonya dan
diskusikan dengan kolega untuk menghilangkan unsur atau menghin-
darkan munculnya interpretasi tidak seperti yang dimaksudkan.
f. Perlu juga diputuskan terlebih dulu:
1) Bentuk latihan, umpan balik, dan perencanaan tindakan yang
akan digunakan.
2) Perlengkapan dan pembagian waktunya.
g. Putuskan daftar bahan-bahan final yang diperlukan.
h. Siapkan aneka petunjuk, blangko umpan balik, atau bahan lain yang
diperlukan, selain naskah demonstrasinya.
i. Buatlah demonstrasi rekaman videonya.

6. Hal-hal yang Lazim Membuat Modelling Perilaku Tidak Efektif


a. Demonstrasi videonya memiliki ciri-ciri:
1) Tidak jelas, membingungkan, atau gagal merepresentasikan
bentuk perilaku yang dimaksudkan.
2) Menggunakan aktor-aktris dan kualitas produksi yang kurang
bagus.
3) T����������������������������������������������������������
erlampau realistik sehingga malah mengganggu perhatian pe-
serta.
4) Cenderung bersifat negatif, bukan positif.
5) Menggunakan situasi atau tokoh yangUntukmustahil.
Yonita, Ryo, Karysta
b. Langkah-langkah yang dimaksudkan untuk dicontoh memiliki ciri-
ciri:
1) Tidak jelas, atau tidak berorientasi pada perilaku.
2) Terlalu banyak sehingga sulit diingat oleh peserta.
3) Mengandung terlalu banyak langkah yang bersifat pilihan
c. Situasi yang dipilih tidak relevan dengan kehidupan nyata peserta,
sehingga gagal menumbuhkan motivasi mereka untuk mencurahkan
perhatian secara penuh.
d. Situasi yang dipilih terlampau kompleks dan bervariasi sehingga tidak
cocok digunakan sebagai materi modelling perilaku.
The Possibler
028724

114 © 2011 Kanisius


PENERBIT
e. KANISIUS
Peserta gagal (Anggota
memperoleh IKAPI)
umpan balik tentang kemajuan belajar
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
mereka karena:
Kotak Pos 1125/Yk,
Peserta belum Yogyakarta 55011,tentang
diberi informasi INDONESIA
1) �������������������������������������������������������������
hakikat dan tujuan um-
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
pan balik, serta cara memberikan umpan balik yang baik kepada
E-mail :sesama
office@kanisiusmedia.com
peserta.
Website : www.kanisiusmedia.com
2) �����������������������������������������������������������
Umpan balik yang diberikan terlampau kabur, atau bahkan ti-
dak ada.
3) �������������������������������������������������������������
Latihan pertama atau bahkan satu-satunya latihan yang diberi-
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
kan terlampau sulit untuk diterapkan.
Tahun Model negatif
Catatan: 15 14 digunakan
jarang 13 12 modelling
dalam 11 perilaku.

I. Pedoman Menyusun Petunjuk Latihan


Editor : Dwiko
Dalam setiap penyelenggaraan kegiatan yang bersifat latihan, lazim-
Desainer sampul : Marius Santo
nya perlu disiapkan petunjuk untuk membantu peserta memahami kegiat­
an yang akan mereka jalani. Petunjuk yang dimaksud sebaiknya disiapkan
secara tertulis. Penyampaiannya selain secara tertulis dalam bentuk teks
atau hand-out juga perlu disertai dengan penjelasan lisan. Lazimnya pe-
ISBN 978-979-21-3041-6
nyampaian petunjuk tersebut dilaksanakan dengan cara fasilitator mem-
Hak cipta dilindungi
bacakannya undang-undang
sambil memberikan keterangan-keterangan lisan seperlunya,
sementara peserta mendengarkan
Dilarang memperbanyak sambil
karya tulis inimenyimak dari dan
dalam bentuk teks dengan
yang diba­
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
gikan.
Yang dimaksud petunjuk latihan adalah semua bentuk uraian yang
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
dimaksudkan untuk menjelaskan konsep, langkah, atau cara bertindak
tertentu yang diperlukan pada penyelenggaraan latihan tertentu dalam
rangka psikoedukasi.
Secara lebih khusus, petunjuk latihan tertulis perlu diberikan untuk
berbagai tujuan sebagai berikut:
1. Menyampaikan kepada peserta informasi yang diperlukan untuk ber-
partisipasi dalam sebuah aktivitas.
2. Agar dipakai oleh peserta sebagai acuan selama mengikuti aktivitas.
3. Mengarahkan sebuah latihan ke arah sebagaimana dimaksud dalam
rancangan programnya.
4. Menjaga konsistensi proses latihan dan hasil-hasilnya.
115
Secara lebih rinci, penyampaian petunjuk latihan sebaiknya meng­
ikuti rambu-rambu sebagai berikut:
1. Jelaskan tentang latihan yang akan diikuti, dengan menerangkan
alas­an mereka berperan serta dan manfaatnya bagi mereka.
2. Jelaskan secara garis besar tentang seluk beluk latihan ini.
3. Arahkan peserta agar membaca petunjuk latihan ini.
4. Jelaskan proses latihannya langkah demi langkah, jika perlu gunakan
peraga.
5. Jelaskan tentang jadwal atau pembagian waktu.
6. Coba dicek pemahaman peserta.
7. Lakukan pembagian tugas, peran, atau tempat untuk mengerjakan
tugas-tugas. Perjelas dengan alat bantu dan coba dicek pemahaman
peserta.
8. Berikan contoh-contoh tentang jalannya latihan. Ajukan pertanyaan
untuk mencek pemahaman peserta.

Hal-hal berikut ini bisa membuat sebuah petunjuk latihan tidak


efektif, maka perlu diwaspadai:
1. Tidak dijelaskan gambaran umum tentang latihan yang akan diberi-
kan, sehingga peserta tidak menangkap hubungan antar tugas-tugas
yang dikerjakan.
2. Tidak dijelaskan manfaat dari latihan, sehingga peserta tidak termo-
tivasi untuk berperan serta. Untuk Yonita, Ryo, Karysta
3. Tidak diberikan informasi secara memadai, peserta dianggap sudah
tahu.
4. Tidak disediakan petunjuk tertulis yang sesungguhnya diperlukan.
5. Tugas-tugas dan bagian-bagian dari latihan kurang dibedakan secara
jelas.
6. Bahasa dan atau format yang dipakai dalam menyusun petunjuk
tertulis tidak jelas.
7. ����������������������������������������������������������������
Tidak disampaikan peringatan tentang hal-hal yang perlu diperha-
tikan, misal menjelang waktu pengerjaan tugas habis, pentingnya
peran juru bicara kelompok, kesalahan-kesalahan yang lazim terjadi,
dan sebagainya.
The Possibler
028724

116 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com BAB 7
Cetakan ke-
Menyusun
5 4
Program
3 2
Psikoedukasi
1
Tahun 15 14 13 12 11

Editor : Dwiko
Sesudah memahami sejarah, kedudukan, dan model atau pende-
Desainer sampul : Marius Santokhas dari psikoedukasi dalam rangka
katan kerja, dan beberapa metode
membantu kelompok-kelompok klien mencapai kesehatan mental dan
per­kembangan pribadi secara optimal, kini marilah kita lihat bagaimana
secara kongkrit seorang konselor-psikolog mengembangkan program psi-
ISBN 978-979-21-3041-6
koedukasi untuk kelompok klien tertentu.
Hak Secara garis besar,undang-undang
cipta dilindungi pengembangan program psikoedukasi akan men-
cakup tiga memperbanyak
Dilarang langkah utama sebagai berikut
karya tulis ini (bandingkan
dalam bentuk Abella, 1986): (a)
dan dengan
melakukan asesmen kebutuhan dari kelompok klien yang akan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit. dilayani;
(b) menyusun program besar atau grand design atau rencana induk; dan
Dicetak
(c) oleh Percetakan Kanisius
mengembangkan program Yogyakarta
kecil atau modul yang difokuskan pada
pengembangan satu jenis ketrampilan hidup tertentu. Marilah kita bahas
masing-masing langkah tersebut satu demi satu.

A. Melakukan Asesmen Kebutuhan


Langkah pertama dalam menyusun program psikoedukasi yang ber­
hasil adalah melakukan needs assessment atau asesmen kebutuhan dari
kelompok klien yang hendak dilayani, entah dalam lingkungan pendidik­
an sekolah, industri, atau komunitas. Yang dimaksud asesmen kebutuhan
adalah (Abella, 1986): ”finding out about the people to be trained and the
type of training they need” (h. 3). Artinya, mencari tahu tentang keadaan
117
kelompok klien yang akan dilayani atau diberi psikoedukasi, serta jenis
psikoedukasi atau pelatihan yang mereka butuhkan.
Ada dua tujuan utama melakukan needs assessment dalam penyeleng-
garaan layanan psikoedukasi di lingkungan pendidikan formal khususnya,
maupun di lingkungan industri/organisasi dan lingkungan komunitas
(Erford, 2007). Pertama, membantu psikolog-konselor memahami ke-
butuhan aneka kelompok dalam suatu komunitas. Di lingkungan seko-
lah, kelompok-kelompok yang dimaksud bisa kelompok siswa, kelompok
guru, kelompok siswa dengan kebutuhan khusus, dan sebagainya. Kedua,
membantu menentukan prioritas sebagai pedoman dalam menyusun pro-
gram psikoedukasi yang komprehensif untuk kelompok sasaran tertentu,
sekaligus sebagai pedoman untuk melakukan penyempurnaan program
yang bersangkutan secara berkesinambungan.
Sejalan dengan tujuan-tujuan seperti dikemukakan oleh Erford
(2007) di atas, khususnya di lingkungan industri pelaksanaan needs as-
sessment lazimnya dibedakan dalam beberapa tingkat kedalaman (Landy,
1989). Tingkat yang paling dalam adalah tingkat organisasi (organization-
al analysis) berupa pemeriksaan yang mendalam terhadap tujuan organi­
sasi, aneka sumber daya yang dimiliki, serta iklim atau suasana lingkungan
yang melingkupi kiprah organisasi dan para pegawai di dalamnya.
Tingkat kedua dan lazimnya dilakukan sebagai kelanjutan dari anali-
sis tingkat pertama adalah analisis pada tingkatUntuk
jabatanYonita,
tertentu (task
Ryo, atau
Karysta
job analysis) yang akan dijadikan sasaran psikoedukasi. Pemeriksaan di-
fokuskan pada standar kinerja yang perlu dipenuhi dan sejauh mana para
pegawai dalam jabatan yang bersangkutan sudah memiliki hard maupun
soft skills yang diperlukan untuk memenuhinya.
Tingkat ketiga adalah analisis pada tingkat pribadi (person analysis),
yaitu pemeriksaan terhadap masing-masing pribadi atau kelompok pegawai
untuk menetapkan siapa yang perlu mendapatkan psikoedu­kasi. Analisis
pada tingkat pribadi ini bahkan bisa diperdalam lagi dengan analisis pada
tingkat keempat, dengan memfokuskan pemeriksaan pada kebutuhan
khusus aneka kelompok pegawai (demographic analysis), seperti pegawai
perempuan, pegawai migran atau musiman, dan sebagainya.
The Possibler
028724

118 © 2011 Kanisius


PENERBIT
Menyangkut KANISIUS (Anggota
pendekatan IKAPI)dalam needs assessment lazim-
yang dipakai
4 Jl. Cempaka 9, Deresan,
nya bisa dibedakan menjadiYogyakarta 55281,
dua, yaitu (1) INDONESIA
data-driven needs assessment atau
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
asesmen kebutuhan berbasis data, dan (2) perceptions-based needs assess-
Telepon
ment atau(0274)
analisis588783, 565996;
kebutuhan Fax persepsi
berbasis (0274) 563349
atau kesan (Erford, 2007).
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Pada pendekatan yang pertama dan khususnya dalam konteks lingkung­
Website
an : www.kanisiusmedia.com
sekolah, lazimnya diawali dengan menganalisis data kinerja maupun
data sekolah pada umumnya, misal latar belakang sosial-ekonomi siswa,
jumlah siswa yang tinggal kelas pada tiap jenjang kelas, jumlah siswa pu-
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
tus sekolah, rerata nilai ujian nasional, prestasi-prestasi yang diraih siswa
Tahun
atau sekolah, tingkat15 kehadiran
14 guru, 13dan sebagainya,
12 11
serta kemungkinan
kaitan antara data-data tersebut misal kaitan antara putus sekolah dan latar
belakang sosial-ekonomi siswa, dan sebagainya. Data-data ini selanjutnya
Editor : Dwiko
bisa dipakai sebagai dasar untuk menentukan kebutuhan siswa dan selan-
Desainer
jutnya sampul program
merancang : Marius Santo
psikoedukasi bagi mereka.
Pada pendekatan kedua yang sering juga disebut pendekatan tradi­
sional, dalam melakukan asesmen kebutuhan psikolog-konselor mengandal­
kan persepsi, kesan, atau pendapat baik dari nara sumber terkait maupun
ISBN 978-979-21-3041-6
dari khalayak sasaran layanannya sendiri. Dalam lingkungan pendidikan
Hak cipta
sekolah, dilindungi undang-undang
psikolog-konselor bisa menjaring pendapat para guru, orang tua,
maupun
Dilarangsiswa sendiri tentang
memperbanyak karyakebutuhan-kebutuhan
tulis ini dalam bentuk siswa
danyang dirasa-
dengan
caramendesak
kan apa pun, termasuk fotokopi,
untuk dibantu tanpa Dalam
dipenuhi. izin tertulis dari Penerbit.
lingkungan industri, in-
formasi tentang jenis-jenis kebutuhan mendesak yang dialami karyawan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
di berbagai jenjang maupun bagian dapat dijaring dari pihak direksi, ka-
langan manajer, maupun dari kalangan karyawan sendiri. Begitu pula di
lingkungan komunitas, informasi tentang kebutuhan itu bisa dihimpun
dari pimpinan komunitas entah lurah, kepala dusun, ketua atau pimpin­an
orga­nisasi, dan sebagainya, selain dari kalangan anggota komunitas sendiri.
Berbeda dari pendekatan pertama yang berbasis data, pendekatan kedua
ini berbasis persepsi, pendapat, atau kesan.
Untuk lingkungan pendidikan sekolah, metode atau instrumen yang
lazim dipakai untuk menjaring data atau informasi meliputi (Stone dan
Bradley, 1994, dalam Erford, 2007) kuesioner dan inventori, analisis re-
kam jejak, wawancara, statistik, kunjungan kelas, jasa konsultan dari luar,
119
dan evaluasi sistematis terhadap penyelenggaraan program psikoedukasi
di sekolah yang bersangkutan. Dengan penyesuaian seperlunya, berbagai
jenis metode atau instrumen tersebut kiranya juga bisa diterapkan di ling-
kungan industri maupun lingkungan komunitas. Apa pun metode atau in-
strumennya, Erford (2007) menyarankan agar analisis kebutuhan tersebut
dilaksanakan berdasarkan jenis topik (misal, ketrampilan sosial, pemilihan
jurusan, dan sebagainya) dan bukan berdasarkan berdasarkan jenis layanan
yang diselenggarakan (misal, konseling individual, bimbingan kelompok,
dan sebagainya), serta diusahakan untuk mendapatkan data atau informasi
yang objektif. Dalam Lampiran 1 disajikan contoh instrumen asesmen
kebutuhan tentang ketrampilan interpersonal untuk siswa sekolah dasar
yang diadaptasikan dari Erford (2007).
Secara umum, pelaksanaan asesmen kebutuhan yang baik akan men-
cakup langkah-langkah sebagai berikut (Erford, 2007):
1. Putuskan dulu, informasi apa saja yang ingin kita ketahui.
2. Putuskan pendekatan atau metode paling efektif untuk menda-
patkan informasi yang ingin kita ketahui.
3. Susun metode atau instrumen asesmen kebutuhan yang sudah
kita tetapkan sebagai yang paling efektif.
4. Minta bantuan kolega dan beberapa wakil dari kelompok sasar­
an yang akan kita layani untuk mereview metode atau instru-
men yang sudah kita susun, sekaligusUntuk
menguji-cobakan apakah
Yonita, Ryo, Karysta
mudah dipahami, mudah dilaksanakan, dan sebagainya.
5. Laksanakan bentuk final dari metode atau instrumen kita pada
subjek sasaran yang kita pilih.
6. Data yang terkumpul kita olah dan kita interpretasikan.
7. Hasil-hasil interpretasi data tersebut selanjutnya akan kita terje-
mahkan menjadi tujuan-tujuan umum (goals) maupun tujuan-
tujuan khusus (objectives) dari program psikoedukasi yang akan
kita susun.

Baik dengan atau tanpa mempertimbangkan tingkat kedalaman se­


perti disarankan oleh Landy (1989) maupun dengan atau tanpa memper-
The Possibler
028724

120 © 2011 Kanisius


PENERBITjenis
timbangkan KANISIUS
pendekatan(Anggota IKAPI)
yang dipakai seperti disarankan oleh Erford
4 Jl. Cempaka
(2007), secara9,garis
Deresan,
besar Yogyakarta 55281,
sebuah asesmen INDONESIA
kebutuhan untuk keperluan
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
penyusunan program psikoedukasi harus mampu memberikan informasi
Teleponsiapakah
tentang (0274) 588783,
kelompok565996;
klien Fax
yang(0274)
hendak563349
dilayani, meliputi paling
E-mail : office@kanisiusmedia.com
tidak gambaran tentang ciri-ciri demografik dan ciri-ciri psikologis ke­
Websiteklien
lompok : www.kanisiusmedia.com
yang hendak dilayani (bandingkan Abella, 1986).

1. Ciri-ciri Demografik Klien


Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Aspek atau bagian ini meliputi yang terpenting: jenis kelamin, usia,
Tahunperkawinan,15
status 14 agama
latar belakang 13 atau 12 11 suku, pekerjaan
kepercayaan,
dan/atau latar belakang pekerjaan, latar belakang pendidikan, latar bela-
kang tempat tinggal, latar belakang sosial ekonomi, jika berstatus kawin:
Editor : Dwiko
pekerjaan istri/suami, jumlah anak, hobi, riwayat kesehatan, dan hal-hal
Desainer
lain yang sampul
dipandang: Marius
relevan Santo
untuk semakin mengenal dan memahami
siapa kelompok subjek yang kita layani.

2. Ciri-ciri Psikologis Klien


ISBN 978-979-21-3041-6
Seperti sudah disinggung informasi ini secara khusus akan sangat
Hak cipta dilindungi
bermanfaat undang-undang
sebagai dasar dalam menentukan tujuan, isi, dan format pro-
gram psikoedukasi
Dilarang yang akan
memperbanyak disusun.
karya tulis ini����������������������������
Ada beberapa
dalam bentukcara
danuntuk
denganmen-
cara apa pun,ciri-ciri
deskripsikan termasuk fotokopi,
psikologis tanpa izin
kelompok tertulis
klien: (1) dari Penerbit.tugas-
berdasarkan
tugas perkembangannya, mengikuti teori tentang tugas perkembangan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
yang dikemukakan oleh Havighurst; (2) berdasarkan teori perkembangan
menyangkut aspek kepribadian tertentu sebagaimana dikemukakan oleh
tokoh tertentu, misalnya: (a) teori perkembangan kognisi atau intelek se-
perti dikemukakan oleh Jean Piaget; (b) teori perkembangan psikososial
seperti dikemukakan oleh Erik Erikson; (c) teori perkembangan moral se-
perti dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg; dan (d) teori perkembangan
kepercayaan seperti dikemukakan oleh James Fowler; serta (3) berdasarkan
hasil asesmen terhadap berbagai masalah atau kebutuhan yang menonjol
pada berbagai tahap perkembangan tertentu.
Ada beberapa instrumen yang lazim dipakai untuk melakukan ases­
men masalah atau kebutuhan khususnya bagi kelompok remaja, misalnya
121
(a) Mooney Problem Checklist, berasal dari Amerika Serikat, sudah di­
adaptasikan ke dalam bahasa Indonesia; (b) Survei Kebutuhan Siswa,
yang dikembangkan oleh Sinurat, Supratiknya, & Retno Priyani (1988).
Kemung­kinan lain adalah menyusun sendiri instrumen asesmen masalah
dan kebutuhan sesuai kondisi nyata kelompok klien yang akan dilayani
(lihat Lampiran 1). Hasilnya adalah daftar atau gambaran tentang masalah
atau kebutuhan sebagai life skills deficit yang dialami oleh kelompok
klien, yang selanjutnya perlu dijadikan dasar dalam mengembangkan
program intervensi berupa program psikoedukasi bagi kelompok klien
yang bersangkutan untuk mengatasi life skills deficit mereka. Sebagaimana
dinyatakan oleh Erford (2007), ”A good needs assessment directly translates
into program development” (h. 243). Artinya, hasil asesmen kebutuhan
yang dilakukan dengan baik secara langsung akan bisa diterjemahkan ke
dalam penyusunan program (psikoedukasi).

B. Menyusun Grand Design, Program Besar atau Rencana Induk Psi-


koedukasi
Sesudah mengetahui masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan
mendesak atau life skills deficit secara umum yang dialami oleh kelompok
klien yang akan dilayani sebagai hasil dari asesmen kebutuhan, langkah
berikut adalah menyusun sebuah program besar atau grand design atau ren-
cana induk, untuk selanjutnya dikembangkan berbagai program
Untuk Yonita, kecil
Ryo, atau
Karysta
modul psikoedukasi yang berfokus pada satu atau segugusan life skills deficit
tertentu yang diturunkan dari program besar dan siap dilaksanakan.
Yang dimaksud program besar adalah program psikoedukasi berjang-
ka waktu panjang mencakup keseluruhan satuan waktu yang membentuk
satu tahap kehidupan seseorang dalam bidang tertentu, serta meliputi ber-
bagai masalah-kebutuhan yang mungkin dihadapinya karena merupakan
bagian tak terpisahkan dari tugas perkembangannya pada tahap kehidupan
tersebut. Dengan kata lain, program besar merupakan sejenis kurikulum
psikoedukasi bagi kelompok klien tertentu menyangkut bidang masalah-
kebutuhan tertentu. Sebagai contoh, bagi kelompok klien siswa Sekolah
Dasar, program besar yang dimaksud harus mencakup rencana kegiatan
The Possibler
028724

122 © 2011 Kanisius


PENERBIT
selama KANISIUS
enam tahun (Anggota
mulai dari kelas IIKAPI)
sampai dengan kelas VI, serta meli­
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
puti tiga bidang masalah-kebutuhan yang merupakan tugas perkembang­
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
an mereka, yaitu bidang pribadi-sosial, akademik, dan karir.
Telepon
Bagi(0274) 588783,
kelompok 565996;
pegawai Fax (0274)
di sebuah 563349program besar yang
perusahaan,
E-mail : office@kanisiusmedia.com
dimaksud harus mencakup rencana kegiatan pendampingan sepanjang
Website : www.kanisiusmedia.com
perjalanan karir pegawai mulai dari tahap penyesuaian diri sebagai pegawai
baru, tahap pengembangan diri sebagai pegawai tetap dengan masa kerja
tertentu, tahap mempersiapkan diri untuk menduduki jabat­an kepemim­
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
pinan, dan tahap mempersiapkan diri untuk memasuki masa pensiun,
Tahun
serta 15
meliputi berbagai 14 13
masalah-kebutuhan 12 11
terkait dengan kedudukan-
nya sebagai pribadi sekaligus pegawai dalam sebuah organisasi. Berbagai
masalah-kebutuhan itu bisa digolongkan mengikuti kategorisasi tertentu
Editor : Dwiko
seperti yang digunakan di lingkungan pendidikan sekolah, atau modifikas-
Desainer
inya menjadisampul : Marius
misalnya: Santo(2) sosial; dan (3) karir.
(1) pribadi;
Bagi kelompok klien di lingkungan komunitas, misalnya kelompok
lanjut usia penghuni sebuah panti wreda yang berusia antara 70-80 tahun,
program besar yang dimaksud harus mencakup rencana kegiatan pen-
ISBN 978-979-21-3041-6
dampingan sepanjang perjalanan para penghuni melewatkan masa lanjut
Hakdicipta
usia pantidilindungi undang-undang
wreda, mulai dari tahap menyesuaikan diri sebagai penghuni
baru, tahapmemperbanyak
Dilarang menyesuaikan karya
diri lebih
tulislanjut dengan
ini dalam berbagai
bentuk danmasalah-ke-
dengan
cara apasesudah
butuhan pun, termasuk fotokopi,
menjalani kehidupantanpadi izin
pantitertulis
wreda dari Penerbit.
selama satuan wak-
tu tertentu, dan tahap mempersiapkan diri untuk menghadapi saat-saat
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
terakhir menghadapi maut.
Dengan kata lain, pengembangan program besar bagi kelompok klien
tertentu harus didasarkan pada pengenalan yang mendalam tentang tugas
perkembangan pokok beserta aneka kebutuhan dan problem kelompok
yang bersangkutan dalam suatu rentang masa kehidupan tertentu. Penge­
nalan ini perlu didasarkan pada gabungan antara teori yang relevan dan
hasil asesmen kebutuhan yang dilakukan secara menyeluruh dan cermat.
Selanjutnya, program besar psikoedukasi bagi kelompok klien men-
cakup keseluruhan satuan waktu yang membentuk satu tahap kehidupan-
nya itu harus meliputi paling tidak lima komponen sebagai berikut:
1. Identifikasi satuan kelompok klien berdasarkan sistem penggolong­
123
an tertentu yang mencerminkan peralihan tahap perkembangan. Se­
bagai contoh, di lingkungan pendidikan sekolah pembagian satuan
ke­lompok klien ini bisa didasarkan pada pembagian tingkat kelas
yang berlaku pada jenjang pendidikan yang bersangkutan.
2. Tujuan, berisi jenis ketrampilan hidup yang hendak ditumbuhkan
dalam diri klien;
3. Topik, berisi pokok bahasan sekitar ketrampilan yang hendak di­
ajarkan namun yang masih perlu dijabarkan, dan yang akan menjadi
materi pelatihan-pembelajaran;
4. Metode, berisi uraian tentang metode yang akan diterapkan sekaligus
penjabaran topik ke dalam unsur-unsur isi, yang bersama-sama akan
memberikan gambaran tentang kegiatan pembelajaran dalam rangka
menumbuhkan ketrampilan hidup yang bersangkutan;
5. Waktu, menunjukkan kerangka waktu pelaksanaan pembelajaran
atau pelatihan ketrampilan hidup yang bersangkutan, bisa menun-
juk hari-tanggal-bulan tertentu atau menyebutkan lama penyeleng-
garaannya.

Contoh aplikasi model kerja di atas dalam pengembangan program


besar psikoedukasi untuk sejumlah kelompok klien di lingkungan pendi­
dikan, industri, dan komunitas adalah sebagaimana disajikan pada bagian-
bagian berikut ini. Untuk Yonita, Ryo, Karysta

1. Contoh Program Besar Psikoedukasi Bidang Pribadi-Sosial di SD


Contoh pengembangan program besar psikoedukasi bidang priba­
di-sosial bagi murid SD disajikan pada Tabel 1. Perumusan berbagai
kemampu­an atau life skills yang ditempatkan sebagai tujuan penyeleng-
garaan program psikoedukasi bidang pribadi-sosial di SD diambilkan dari
hasil identifikasi life-skills atau ketrampilan hidup yang sudah disajikan
pada bab sebelumnya, yaitu di Bab 4. Selanjutnya perlu ditambahkan
komponen-komponen lain meliputi identifikasi satuan kelompok klien
yang dilayani, isi atau topik yang dipilih sebagai sarana untuk mencapai
tujuan, metode yang hendak ditempuh untuk mencapai isi atau topik
The Possibler
028724

124 © 2011 Kanisius


PENERBIT
yang KANISIUS
dipilih, dan kerangka(Anggota IKAPI)
waktu pelaksanaannya.
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak1.Pos
Tabel 1125/Yk,
Program Yogyakarta
Besar Psikoedukasi 55011, INDONESIA
Bidang Pribadi-Sosial di SD
Telepon
Kelas
(0274) 588783,
Tujuan
565996; Fax
Topik
(0274) 563349
Metode Waktu
E-mail
I, II, : office@kanisiusmedia.com
Menanamkan ke- Kebutuhan pokok Presentasi dan diskusi kelas
Website
III : www.kanisiusmedia.com
biasaan memenuhi tubuh. sekitar aneka kebutuhan po-
Semester
kebutuhan fisik secara kok tubuh, seperti makan,
Gasal
cukup dan teratur. minum, tidur, berolah-raga,
bermain.
Cetakan
I, II, ke-
Menanamkan 5
kebiasa­ 4 tubuh 3yang
Bagian 2
Presentasi dan 1diskusi kelas Semester
III an menjaga kebersihan perlu dibersihkan sekitar aneka bagian tubuh Genap
Tahun dan merawat kesehat­
15 14dirawat. 13
dan yang12perlu dibersihkan
11 dan
an tubuh. dirawat secara teratur: kulit,
kuku, gigi, telinga, mata.
I, II, Menolong siswa bela- Menempel gambar Tugas individual: Memilih, Semester
Editor
III jar mandiri.
: Dwiko
menjadi sebuah ki- menyiapkan bahan, dan me­ Genap
Desainer sampul : Marius sah. Santo ngerjakan sendiri tugas me-
nempel gambar guntingan
koran atau majalah bekas
men­­jadi sebuah kisah.
III, Menanamkan sikap Saling percaya. Simulasi: Blind Walk. Semester
IV percaya pada orang Simulasi: Saling menitipkan Gasal
ISBN 978-979-21-3041-6
lain. barang yang dianggap ber-
harga dengan teman.
Hak cipta dilindungi undang-undang
III, Menanamkan sikap Kerja bakti kelom- Gugus tugas: Membersihkan Semester
Dilarang
IV ker­jamemperbanyak
sama. karya tulis ini kelas
pok. dalam dan bentuk dan dengan
halaman sekolah Genap
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izindalamtertulis dari Penerbit.
kelompok-kelompok
tiga orang.

Dicetak
IV, V oleh Percetakan
Menanamkan sikapKanisius Yogyakarta
Menghormati milik Studi kasus: Semester
meng­hargai milik orang lain. Pagar rumah Pak Brata baru Gasal
orang lain. saja dicat. Anak-anak tetang­
ga sekitar mencorat-coreti
dan menggambarinya dengan
sisa-sisa cat Pilox yang di­
peroleh dari tempat sampah
sebuah bengkel reparasi dan
modifikasi sepeda motor.
125
Kelas Tujuan Topik Metode Waktu
IV, V Menanamkan sikap Pribadi yang hebat. Studi kasus: Semester
sosial: Jujur, setia, Andi dan Anto sedang ber- Genap
sportif, & bertang- main bola di lapangan dekat
gung-jawab. rumah. Mereka menemukan
bungkusan, ternyata berisi
uang kertas puluhan ribu ber-
jumlah satu juta rupiah. Andi
usul mengembalikan uang itu
pada pemiliknya. Anto usul
menggunakan saja uang itu
untuk mereka berdua, karena
mereka juga tidak tahu siapa
pemiliknya.
V, VI Menanamkan disiplin- Time Management Tugas individual: Awal
diri Membuat jadwal pribadi ha- Semester
rian, mingguan, dan bulanan Gasal
selama semester berjalan.

V, VI Menanamkan sikap Toleran, yuk. Semester


Bermain peran:
to­leran: Menerima Genap
Anita puteri seorang peng­
dan menghargai per-
usaha kaya bersahabat dengan
bedaan.
Nila puteri seorang dokter
ternama. Suatu hari Anita
mengajak Nila ke Mall dian-
tar sopir keluarganya. Ni­la
bersedia, asalkan dia bo­­leh
mengajak Surti, anak pem-
bantu rumah tangganya yang
juga menjadi teman dekatnya.
Anita menolak, de­ngan alasan
Untuk
tidak asyik Yonita,
karena Ryo, Karysta
tidak se-
level. Nila berkeberatan dan
memilih tinggal bersama Sur-
ti. Hubungan Anita dan Nila
menjadi sedikit renggang.

2. Contoh Program Besar Psikoedukasi Bidang Akademik di SMP


Contoh program besar psikoedukasi bidang akademik bagi siswa
SMP disajikan pada Tabel 2. Prosedur pengembangan program besar ini
sama seperti pengembangan program besar psikoedukasi bidang pribadi-
sosial di SD yang dipaparkan pada bagian sebelumnya.
The Possibler
028724

126 © 2011 Kanisius


PENERBIT
Tabel KANISIUS
2. Program (Anggota IKAPI)
Besar Psikoedukasi Bidang Akademik di SMP
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kelas Tujuan Topik Metode Waktu
Kotak
I Pos 1125/Yk,
Memahami diri Yogyakarta
Siapa aku? 55011, INDONESIA
1. Psikotes (kemampuan akademik,
Teleponse­c(0274) 588783, 565996; Fax minat,
ara lebih men- (0274) 563349
kepribadian).
dalam. 2. Tugas individual: Semester
E-mail : office@kanisiusmedia.comMenelusuri pohon keluarga, me­ Gasal
Website : www.kanisiusmedia.com ngenal kekuatan-kelemahan pri-
badi, hobi, dan cita-cita.

I Menyadari nilai Sekolah, untuk Studi kasus: Semester


pen­didikan bagi apa? Sogol putus sekolah sejak kelas V SD Gasal
Cetakandi­rke-
inya. 5 4 3karena kesulitan
2 biaya, nyaris
1 buta hu-
ruf, mencari nafkah sebagai tenaga se-
Tahun 15 14 13 12
rabutan di lingkungan 11 tinggal-
tempat
nya. Habib, anak seorang guru, lulus­
an universitas, melanjutkan belajar ke
luar negeri, menjadi dosen di sebuah
Editor : Dwiko universitas. Ani, puteri pejabat di pe-
merintah kota, lulusan universitas dan
Desainer sampul : Marius Santo menjadi dokter gigi. Budiman, putera
pedagang kecil, setamat SMA bekerja
sebagai pegawai administrasi di sebuah
penerbitan koran, meningkat menjadi
wartawan, aktif dalam salah satu par-
tai politik, akhirnya menjadi anggota
ISBN 978-979-21-3041-6 DPRD di kotanya.
Hak
I cipta dilindungi
Memahami ke­ undang-undang
Belajar di SMP. Presentasi oleh guru (sistem pendidik­
Semester
khas­an tuntut­an an nasional, kurikulum dan sistem Genap
Dilarang memperbanyak
belajar di jenjang karya tulis ini
pem­ dalam
belajaran bentuk dan dengan
di SMP).
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
SMP.

I Menumbuhkan Membaca buku Presentasi, berupa pembacaan buku Semester


Dicetak oleh Percetakan
ke­­cintaan pada Kanisius
bagus. Yogyakarta
bagus oleh guru. Genap
ke­giatan belajar. Tugas individual:
Membaca buku bagus pilihan sendiri.

II Menguasai cara Belajar efektif Presentasi oleh guru dan penugasan: Semester
mengikuti pelajar­ di sekolah. - Mempersiapkan pelajaran. Gasal
an yang efektif di - Membaca efektif.
kelas. - Membuat catatan.
- Mempersiapkan dan mengerjakan
ulang­an/ujian.
- Menyusun laporan.

II Menguasai cara Time manage- Tugas individual: Semester


membagi waktu. ment. Membuat jadwal pribadi harian, Gasal
mingguan, dan bulanan selama semes-
ter berjalan.
127
Kelas Tujuan Topik Metode Waktu
II Menguasai cara Membuat ring- Gugus tugas: Semester
belajar kelompok. kasan buku. Dalam kelompok-kelompok terdiri Genap
atas tiga orang, membuat ringkasan
tentang isi buku fiksi atau nonfiksi
yang dipilih sendiri. Selain produk,
setiap kelompok juga wajib membuat
laporan tertulis tentang proses kerja
kelompok mereka.
Menguasai cara
II Ber-IPTEK Presentasi oleh guru: Semester
belajar berbasis
ria, yuk. 1. Pengenalan Internet. Genap
teknologi infor-
2. Mencari sumber belajar di Internet.
masi dan komu-
3. Menggunakan e-mail.
nikasi.

III Menguasai cara Ekstrakuri- Gugus tugas: Semester


menggunakan kular. Dalam kelompok-kelompok dengan Gasal
wak­tu luang. jumlah anggota sesuai kebutuhan, me-
lakukan kegiatan permainan atau sport
kelompok yang dipilih sendiri.

III Memiliki penge- Kelanjutan Presentasi oleh guru:


Semester
tahuan tentang belajarku. Jenis-jenis sekolah lanjutan atas be-
Genap
ke­sempatan pendi- serta jurusan masing-masing.
dikan lanjutan dan Kunjungan ke beberapa contoh jenis
lapangan pekerjaan sekolah lanjutan atas yang berkualitas
yang dimasuki se- (SMA, SMK tehnik, ekonomi, keru-
tamat SMP. mahtanggaan, seni, dll.).

3. Contoh Program Besar Psikoedukasi Bidang Karir di SMA


Untuk Yonita, Ryo, Karysta
Contoh program besar psikoedukasi bidang karir bagi siswa SMA
disajikan pada Tabel 3. Prosedur pengembangan program besar ini sama
seperti pengembangan program besar psikoedukasi bidang pribadi-sosial
di SD yang disajikan pada Tabel 1 dan pengembangan program besar psi-
koedukasi bidang akademik di SMP yang disajikan pada Tabel 2. Artinya,
perumusan berbagai life skills sebagai tujuan penyelenggaraan program
psikoedukasi bidang karir di SMA cukup diambilkan dari hasil identi-
fikasi ketrampilan hidup yang sudah disajikan pada Bab 4, selanjutnya
tinggal ditambahkan komponen-komponen lainnya yang sesuai. Selain itu
perlu diperhatikan bahwa aktivitas dalam rangka psikoedukasi untuk jen-
jang SMA/SLTA sebaiknya dibatasi hanya sampai semester gasal di kelas
The Possibler
028724

128 © 2011 Kanisius


PENERBIT
III, KANISIUS
sebab memasuki (Anggota
semester genap IKAPI)
praktis seluruh waktu dan perhatian
4 Jl. Cempaka
guru dan siswa9,terfokus
Deresan, Yogyakarta
pada persiapan 55281, INDONESIA
dan pelaksanaan ujian sekolah dan
Kotak Pos 1125/Yk,
Ujian Nasional. Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail3. Program
Tabel : office@kanisiusmedia.com
Besar Psikoedukasi Bidang Karir di SMA
Website
Kelas : www.kanisiusmedia.com
Tujuan Isi/Topik Metode Waktu
I Memahami diri secara le- Kemampu- 1. Psikotes (kemampuan
�����������������
akade- Semester
bih mendalam. anku, masa mik, minat, kepribadian). Gasal
Cetakan ke- 5 4 depanku, dan
3 2. Tugas individual: Mencari in-
2 1
harapan kelu- ­formasi perihal keinginan
argaku. orang tua tentang kelanjutan
Tahun 15 14 13 12 11
studi dan karir dirinya, serta
kemampuan dan kesanggup­
an orang tua untuk membia-
yainya.
Editor : Dwiko
I Memahami bahwa berba- Jenis-jenis Gugus tugas: Semester
Desainer sampul pekerjaan
gai jenis/bidang : Mariuspekerjaan.
Santo Dalam kelompok-kelompok ke­ Gasal
menuntut pengetahuan cil mewawancarai tokoh yang
dan ketrampilan yang ber- berkecimpung dalam berbagai
lainan. jenis pekerjaan: Apa tugas po-
koknya? Jenis pengetahuan dan
ketrampilan yang perlu dimiliki?
ISBN 978-979-21-3041-6
I Mengenal berbagai jenis Jenis-jenis
Gugus Tugas: Semester
Hak cipta dilindungi
pendidikan tinggi undang-undang
yang pendidikan Dalam kelompok-kelompok Genap
mungkin dimasukinya tinggi. kecil mengumpulkan informasi
Dilarang(si­fatmemperbanyak
dan tujuan, syarat karya tulis initentang
dalam bentuk
jenis-jenis dan dengan
pendidikan
cara apadanpun,persiapan yang harusfotokopi, tanpatinggi,
termasuk izin syarat persiapan
tertulis dariyang ha-
Penerbit.
dipenuhi, serta jenis atau rus dipenuhi, dan bidang peker-
bidang pekerjaan yang jaan yang bisa dimasuki sesudah
Dicetak oleh Percetakan
bisa dimasuki Kanisius
sesudah me- Yogyakarta menamatkannya.
namatkannya).
I Memahami arti pemba- Team-work. Simulasi: Semester
gian tugas dan kerja sama Dalam kelompok-kelompok Genap
dalam organisasi pekerja- ke­­cil menyiapkan mode show
an. dengan model busana terbuat
dari koran bekas.
II Memahami situasi du- Dunia karir Presentasi oleh nara sumber dari Semester
nia karir di tingkat lokal, kini dan di luar sekolah: Gasal
regional,dan global. masa menda- Dunia karir di tingkat lokal, re-
tang. gional, dan global:
- Sektor informal vs. formal.
- Sektor swasta vs. pemerintah.
- Sektor tradisional/konvensio-
nal vs. modern/inkonvensio-
nal/industri kreatif.
129
Kelas Tujuan Isi/Topik Metode Waktu
II Menyadari perlunya me­ Cita-citaku. Tugas Individual: Semester
wujudkan secara lebih Merumuskan cita-cita karir Genap
spe­sifik tujuan-tujuan ka- jangka panjang dan jangka pen-
rirnya. dek sebagai persiapan meraih
cita-cita karir jangka panjang.
III Mampu memilih dan me- Langkah- Tugas Individual: Semester
laksanakan berbagai aktivi- langkah Merumuskan rencana kegiatan Gasal
tas dalam rangka memper- nya­ta ke arah nyata dalam rangka mencapai
siapkan diri mewujutkan pencapaian cita-cita jangka dekat dan jangka
cita-cita jangka pendek cita-citaku. panjang:
dan jangka panjang. - Persiapan UAN.
- Memperdalam penguasaan ba-
hasa Inggris atau bahasa asing
lain.
- Memperdalam penguasaan tek-
nologi informasi dan komuni-
kasi.

4. Contoh Program Besar Psikoedukasi di Lingkungan Industri


Sebagai contoh, kita dimintai bantuan mengembangkan program psi-
koedukasi bagi kelompok pegawai yang sudah memiliki masa kerja di atas
satu tahun sampai lima tahun di sebuah perusahaan penyamakan kulit.
Andaikan saja, mereka terdiri atas pegawai pria, berusia dalam kisaran 21-
27 tahun, sebagian besar berstatus lajang, sebagian besar berlatar belakang
pendidikan SLTA, dan total berjumlah 40 orang.
Gambaran persoalan yang disampaikan oleh Untukpimpinan perusahaan
Yonita, Ryo, Karysta
adalah sebagai berikut: secara umum kelompok pegawai muda itu giat dan
produktif dalam bekerja, hanya ada sejumlah kecil karyawan yang tam-
pak kurang memiliki motivasi, antara lain karena memang terkesan masih
kurang mantab dengan pilihan pekerjaan mereka; hubungan mereka satu
sama lain sering diwarnai ketegangan berupa letupan-letupan konflik, dan
kadang-kadang juga terjadi sedikit kekacauan dalam pelaksanaan tugas ka-
rena kurang mampu saling berkoordinasi. Di luar itu semua, kelompok
pegawai tersebut memberikan kesan cukup baik.
Contoh program besar psikoedukasi bagi kelompok pegawai di atas
disajikan dalam Tabel 4. Pertama-tama perlu diidentifikasikan dulu tahap­
an perjalanan karir kelompok pegawai penyamakan kulit tersebut, sejak
The Possibler
028724

130 © 2011 Kanisius


PENERBIT
mereka KANISIUS
diterima (Anggota
sebagai pegawai IKAPI)
baru sampai mencapai masa pensiun
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
pada usia 56 tahun.
KotakPenelitian tentangYogyakarta
Pos 1125/Yk, 55011, menunjukkan
riwayat pekerjaan INDONESIAadanya seju­mlah
Telepon
fase yang (0274) 588783,seseorang
lazim dilewati 565996; Faxsejak(0274) 563349
dia mulai memilih pekerjaan atau
E-mail : office@kanisiusmedia.com
karir sampai mengakhirinya. Sebagai contoh, Miller dan Form (1951, da-
Website
lam : www.kanisiusmedia.com
Hendricks & Hendricks, 1977) menemukan lima tahap orang mence-
burkan diri dalam dunia kerja (work stages), yaitu: (1) tahap persiapan (pre-
paratory stage), mencakup semua aktivitas atau perbuatan yang mengarah
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
pada pemilihan pekerjaan pertama; (2) tahap awal (initial stage), meliputi
Tahun
masa menyelesaikan 15pendidikan
14 dan13 menjalani 12serangkai­
11an pekerjaan sam-
bilan atau sementara; (3) tahap coba-coba (trial stage), meliputi masa ke-
tika seseorang mulai mengarah pada pilihan pekerjaan terakhir (ultimate
Editor : Dwiko
choice); (4) tahap stabil (stable stage), mencakup masa pemilihan sebuah
Desainer
karir jangkasampul
panjang,: kendati
Mariustidak
Santoharus terpaku pada satu jenis pekerjaan;
dan (5) tahap pensiun (retirement), meliputi masa ketika seseorang berhenti
dari pekerjaan utama atau penuh-waktu yang sebelumnya dijalaninya.
Mirip dengan pembagian Miller dan Form, Gusfield (1961, dalam
ISBN 978-979-21-3041-6
Hendricks & Hendricks, 1977) membagi perkembangan karir (career
Hak cipta
growth) dilindungi
seseorang undang-undang
ke dalam tiga fase, yaitu masa coba-coba, masa stabil,
dan masa mapan.
Dilarang Berdasarkan
memperbanyak ketiga
karya tulisfase tersebutbentuk
ini dalam selanjutnya dia mem-
dan dengan
cara apa riwayat
bedakan pun, termasuk fotokopi,
karir menjadi dua,tanpa izin
yaitu: (1)tertulis
riwayatdari Penerbit.
karir terarah (di-
rected career shapes), yang memiliki ciri-ciri stabil, terfokus, berkembang
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
ke arah menjadi mapan dalam waktu singkat atau secara bertahap dan
pelan-pelan; riwayat semacam ini lazim berlaku di kalangan para pekerja
profesional dan kerah putih; dan (2) riwayat karir tak terarah (undirected
career shapes), yang memiliki ciri-ciri tidak disertai komitmen yang kuat,
sering berganti-ganti, tidak permanen, dan yang lazim terjadi di kalangan
para pekerja kerah biru.
Penahapan lain di bidang riwayat karir ini dikemukakan oleh Super
(1957, dalam Hendricks dan Hendricks, 1977). Menurut Super, seseorang
memilih sebuah pekerjaan sebagai sarana mengekspresikan diri. Maka, pe-
rilaku seseorang dalam pekerjaan akan mencerminkan tahap perkembang­
an pribadinya, khususnya konsep dirinya. Makin stabil konsep dirinya,
131
maka akan semakin stabil pula perilaku atau aktivitas karirnya (vocational
activities). Maka, pola karir seseorang akan ditentukan oleh apa yang dia
sebut kemasakan vokasional (vocational maturity), yaitu ”the acquisition of
appropriate attitudes and the display of suitable behavior for his or her life
stage” (dalam Hendricks dan Hendricks, 1977, h. 210). Atau, pemeroleh­
an sikap yang sesuai serta pencerminan perilaku yang semestinya sesuai
tahap kehidupannya.
Berdasarkan pandangannya itu, Super mengidentifikasikan adanya
empat macam pola dalam riwayat karir seseorang, yaitu: (1) pola stabil (sta-
ble pattern), ditandai dengan seseorang memasuki dunia pekerjaan tertentu
pada usia cukup dini dan dijalaninya secara permanen; (2) pola konven-
sional (conventional pattern), ditandai dengan seseorang mencoba menjalani
beberapa pekerjaan yang berlainan dan akhirnya menjatuhkan pilihan pada
salah satu untuk dijalaninya secara permanen; (3) pola tak stabil (unstable
pattern), ditandai dengan seseorang menjalani serangkaian pekerjaan yang
berlainan secara coba-coba, lantas diikuti dengan memilih salah satu di
antaranya secara sementara, namun akhirnya ditinggalkannya juga; dan (4)
pola coba-coba ganda (multiple trial pattern), ditandai de­ngan seseorang
menjalani lebih dari satu pekerjaan secara relatif sama-sama stabil.
Kembali pada contoh kita, karena masalah kita hanya terpusat pada
sekelompok pegawai yang sudah berada dalam satu jenis pekerjaan ter-
tentu, kiranya lebih tepat menggunakan cara pembagian lain.
Untuk Yonita, Misalnya,
Ryo, Karysta
terlepas dari pengelompokan mereka ke dalam divisi atau bagian yang ber-
lainan di dalam pabrik penyamakan kulit tersebut, setiap pegawai akan
melalui katakanlah tiga fase karir atau kepegawaian, yaitu: (1) fase pegawai
muda, meliputi 10 tahun masa kerja pertama; (2) fase pegawai madya,
meliputi 10 tahun masa kerja kedua; dan (3) fase pegawai senior, meliputi
10-15 tahun masa kerja ketiga, sampai memasuki masa pensiun. Tahapan
perjalanan karir ini akan dijadikan dasar pengelompokan permasalahan
atau kebutuhan yang selanjutnya dijadikan tujuan pengembangan pro-
gram psikoedukasi.
Kedua, perlu diidentifikasikan berbagai ketrampilan hidup yang per-
lu dikuasai oleh kelompok karyawan tersebut pada masing-masing tahap
The Possibler
028724

132 © 2011 Kanisius


PENERBIT
perjalanan KANISIUS
karir (Anggota IKAPI)
mereka, berdasarkan gambaran persoalan yang dikemuka-
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
kan oleh pimpinan perusahaan dan yang dicoba dirumuskan sendiri oleh
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
konselor-psikolog berdasarkan temuan empiris hasil asesmen kebutuhan
Telepon
atau (0274)
paparan 588783,
teoretis 565996;
yang Fax (0274)
dikemukakan oleh563349
sumber yang berwenang.
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Seperti sudah disinggung, sebagai life skills deficit daftar ketrampilan hidup
Website
yang : www.kanisiusmedia.com
diperlukan ini kemudian dijadikan tujuan penyelenggaraan program
psikoedukasi bagi mereka.
Sebagai langkah terakhir, selanjutnya bisa ditetapkan aneka topik
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
berikut metode dan kerangka waktu untuk mewujutkan masing-masing
Tahun Hasil pelaksanaan
tujuan. 15 14 13
langkah-langkah 12 di atas
kerja 11 kurang lebih
adalah sebuah program besar sebagaimana disajikan pada Tabel 4.

Editor4. Program Besar


Tabel : Dwiko
Psikoedukasi Bagi Kelompok Karyawan Per­
Desainerusahaan
sampul : Marius Santo

Satuan
Tujuan Isi/Topik Metode Waktu
Karyawan
Pegawai Memahami Perjalanan hi-
Tugas Individual: Tengah
ISBN
Muda 978-979-21-3041-6
sejarah dan tu- dupku. Merefleksikan tonggak-tonggak pen- Tahun
juan hidupnya. ting kehidupan yang telah dijalani. Pertama
Hak cipta dilindungi undang-undang Menyadari sisa waktu hidup yang
masih terbentang di muka.
Dilarang memperbanyak karya tulisMerumuskan
ini dalam bentuk
rencana dandi-dengan
yang ingin
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izinsisatertulis
raih dalam dari Penerbit.
waktu hidupnya.

Memantabkan Diriku dan pi- 1. Psikotes (kemampuan, minat, Tengah


Dicetak olehpilihan
Percetakan
karir. Kanisius Yogyakarta kepribadian).
lihan karirku. Tahun
2. Tugas individual: Kedua
- Memeriksa kondisi keluargaku.
- Memeriksa kecocokan antara ke-
mampuan, minat, dan sifatku serta
kemampuan dukungan keluarga
dengan jenis pekerjaan yang sudah
kupilih.
- Keputusan terhadap pilihan peker-
jaan yang sudah kubuat: Take it or
leave it.
Memahami Makna peker- Gugus Tugas: Tengah
makna peker- jaan bagiku. - Dalam kelompok-kelompok kecil Tahun
jaan. mengidentifikasi aneka manfaat/ Pertama
makna yang bisa diperoleh dari
bekerja.
- Saling membantu memantabkan
motivasi dalam bekerja.
Makin mema- Siapa aku? Gugus Tugas: Tengah
hami dirinya 1. Dalam kelompok-kelompok kecil, Tahun
saling membantu mengenali aneka Kedua
kemampuan dukungan keluarga
dengan jenis pekerjaan yang sudah
kupilih.
- Keputusan terhadap pilihan peker-
jaan yang sudah kubuat: Take it or
leave it.
Memahami Makna peker- Gugus Tugas: Tengah
makna peker- jaan bagiku. - Dalam kelompok-kelompok kecil Tahun 133
jaan. mengidentifikasi aneka manfaat/ Pertama
Satuan makna yang bisa diperoleh dari
Tujuan Isi/Topik Metode Waktu
Karyawan bekerja.
Memahami Perjalanan hi- - SalingIndividual:
Tugas membantu memantabkan Tengah
sejarah dan tu- dupku. motivasi
Merefl dalam
eksikan bekerja.
tonggak-tonggak pen- Tahun
juan
Makin hidupnya.
mema- Siapa aku? ting
Guguskehidupan
Tugas: yang telah dijalani. Pertama
Tengah
hami dirinya 1. Menyadari sisa waktu hidup kecil,
Dalam kelompok-kelompok yang Tahun
masih
saling terbentang
membantudimengenali
muka. aneka Kedua
Merumuskan rencana yang ingin
sifat pribadi masing-masing di-
dengan
raih dalam
bantuan sisa waktu
Jendela Joharihidupnya.
(A. Supratik-
nya, 1995).
Memantabkan Diriku dan pi- 1. Psikotes (kemampuan, minat, Tengah
pilihan karir.
Makin mema- lihan
Gaya karirku.
komu- kepribadian).
Gugus Tugas: Tahun
Tengah
hami dirinya 2. nikasiku. 2. Tugas individual:
Dalam kelompok-kelompok kecil, Kedua
Tahun
-saling
Memeriksa kondisi keluargaku.
membantu mengenali gaya ko- Pertama
-munikasinya
Memeriksa kecocokan antara
dengan orang lainke-
(Ste-
mampuan,
phen minat, dan sifatku serta
Covey, 1994):
kemampuan dukungan keluarga
- Win-lose.
dengan jenis pekerjaan yang sudah
- Lose-win.
kupilih.
- Win-win.
-- Keputusan
Lose-lose. terhadap pilihan peker-
jaan yang sudah kubuat: Take it or
Makin mema- Gayaku da- leave Tugas:
Gugus it. Tengah
hami dirinya 3.
Memahami lam mengatasi
Makna peker- Dalam
Gugus Tugas:kelompok-kelompok kecil Tahun
Tengah
makna peker- konflik.
jaan bagiku. -saling
Dalammembantu mengenalikecil
kelompok-kelompok gaya Kedua
Tahun
jaan. masing-masing dalam memecahkan
mengidentifikasi aneka manfaat/ Pertama
konflik
makna(A.yang Supratiknya, 1995):
bisa diperoleh dari
- Gaya Kura-kura.
bekerja.
-- Saling
Gaya Ikan Hiu. memantabkan
membantu
- Gaya Kancil.
motivasi dalam bekerja.
- Gaya Rubah.
Makin mema- Siapa aku? Gugus
- Gaya Tugas:
Burung Hantu. Tengah
hami dirinya 1. Dalam kelompok-kelompok kecil, Tahun
Makin mema- Gayaku dalam Gugus Tugas:
saling membantu Untuk Yonita,
mengenali Ryo, Karysta
aneka Tengah
Kedua
hami dirinya 4. menghadapi Dalam
sifat kelompok-kelompok
pribadi masing-masing dengan kecil Tahun
tantangan saling membantu
bantuan Jendela Joharimengenali gaya
(A. Supratik- Pertama
hidup. masing-masing
nya, 1995). dalam menghadapi
Pegawai tantangan hidup (Stoltz, 1997):
Makin mema- Gaya komu- Gugus Tugas:
- Quitters (Pecundang). Tengah
Muda
hami dirinya 2. nikasiku. Dalam kelompok-kelompok
- Campers (Pribadi Biasa). kecil, Tahun
saling membantu
- Climbers (Pribadimengenali gaya ko-
Luar Biasa). Pertama
munikasinya dengan orang lain (Ste-
Makin menya- Team-work phen Covey,
Simulasi dan 1994):
Gugus Tugas: Tengah
dari pentingnya -Dalam
Win-lose.kelompok-kelompok kecil Tahun
kerja sama. -membangun
Lose-win. pondok dari bahan- Kedua
-bahan
Win-win.
yang bisa dicari dari limbah
-tanaman
Lose-lose.di kawasan hutan wisata ter-
tentu (dahan dan daun kering, dsb.).
Makin mema- Gayaku da- Gugus Tugas: Tengah
Membangun
hami dirinya 3. Prisoners’
lam mengatasi Simulasi: kelompok-kelompok kecil
Dalam Tengah
Tahun
Pegawai sikap saling Dilemma. Dua kelompok
konfl ik. saling membantuMerah dan Biru,
mengenali gaya Tahun
Kedua
Madya percaya dengan masing-masing terdiri
masing-masing dalam atas 5 orang,
memecahkan Pertama
orang lain. memainkan
konfl peran sebagai
ik (A. Supratiknya, dua pihak
1995):
-yang
Gayasaling berkompetisi dalam ak-
Kura-kura.
-tivitas
Gaya Prisoners’
Ikan Hiu.Dilemma (Pfeiffer &
-Jones,
Gaya1974c).
Kancil. Peserta lain berpartisi-
tantangan hidup (Stoltz, 1997):
- Quitters (Pecundang).
The Possibler - Campers (Pribadi Biasa).
- Climbers (Pribadi Luar Biasa).
028724 Makin menya- Team-work Simulasi dan Gugus Tugas: Tengah
dari pentingnya Dalam kelompok-kelompok kecil Tahun
134 © 2011 Kanisius
kerja sama. membangun pondok dari bahan- Kedua
bahan yang bisa dicari dari limbah
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
tanaman di kawasan hutan wisata ter-
Satuan
4 Tujuan Isi/Topik Metode
tentu (dahan dan daun kering, dsb.). Waktu
Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Karyawan

Kotak Membangun Prisoners’ Simulasi: Tengah


PegawaiPossikap
1125/Yk, Yogyakarta
Memahami Perjalanan hi- 55011, INDONESIA
Tugas Individual: Tengah
sejarahsaling
dan tu- Dilemma.
dupku. Dua
Mereflkelompok Merah dan Biru,
eksikan tonggak-tonggak pen- Tahun
Tahun
Telepon
Madya (0274)
per
juancaya 588783,
dengan
hidupnya. 565996; Faxmasing-masing
(0274)
ting 563349
kehidupan terdiritelah
yang atasdijalani.
5 orang, Pertama
Pertama
orang lain.
E-mail : office@kanisiusmedia.com memainkan peranwaktu
Menyadari sisa sebagaihidup
dua pihak
yang
yang
masihsaling berkompetisi
terbentang di muka.dalam ak-
Website : www.kanisiusmedia.com tivitas Prisoners’rencana
Merumuskan Dilemma yang(Pfeiffer &
ingin di-
Jones, 1974c).
raih dalam sisa Peserta lain berpartisi-
waktu hidupnya.
pasi sebagai pengamat.
Memantabkan Diriku dan pi- 1. Psikotes (kemampuan, minat, Tengah
Memahami Aneka in-
Cetakan ke- 5
pilihan karir. 4 karirku.
lihan
gaya komunika- tensi dalam
3 Gugus Tugas:
2
kepribadian).
Dalam
1
kelompok-kelompok kecil
Tengah
Tahun
Tahun
2. Tugas individual: Kedua
sinya 1. menanggapi saling membantu mengenali aneka Kedua
Tahun 15 14lain. 13intensi
orang
- Memeriksa 12kondisi
dalam 11 orang lain
keluargaku.
menanggapi
- Memeriksa kecocokan antara ke-
yang sering diterapkannya
mampuan, (A. Supra-
minat, dan sifatku serta
tiknya, 1995): dukungan keluarga
kemampuan
- Menasehati.
dengan jenis pekerjaan yang sudah
Editor : Dwiko - Menganalisis.
kupilih.
Desainer sampul : Marius Santo -- Meneguhkan.Keputusan terhadap pilihan peker-
- Menyelidiki.
jaan yang sudah kubuat: Take it or
- Memahami.
leave it.
Memahami
Memahami Aneka
Maknagaya Gugus
Gugus Tugas:
peker- Tugas: Tengah
Tengah
gaya
maknakomunika-
peker- dalam berko-
Dalam
jaan bagiku. kelompok-kelompok kecil
- Dalam kelompok-kelompok kecil Tahun
Tahun
sinya
jaan. 2. munikasi. saling membantu
mengidentifi kasimengenali gaya ko-
aneka manfaat/ Pertama
Pertama
ISBN 978-979-21-3041-6 munikasi
makna yangyangbisa
sering diterapkannya
diperoleh dari
(Pfeiffer
bekerja.& Jones, 1977):
Hak cipta dilindungi undang-undang -- Submisif.
Saling membantu memantabkan
- Agresif.
motivasi dalam bekerja.
Dilarang memperbanyak karya tulis- Asertif. ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun,
Makintermasuk
mema- fotokopi,
Siapa aku? tanpa
Gugusizin
Tugas:tertulis dari Penerbit. Tengah
Memahami
hami dirinya 1. Komunikasi Simulasi:
Dalam kelompok-kelompok kecil, Tengah
Tahun
pentingnya satu arah dan Mengenali dan menghayati
saling membantu mengenali kekuatan
aneka Tahun
Kedua
Dicetak olehkomunikasi
Percetakan Kanisius
dua Yogyakarta
dua arah. dan
sifat kelemahan cara komunikasi
pribadi masing-masing satu
dengan Kedua
arah. arah
bantuandanJendela
dua arah (A. (A.
Johari Supratiknya,
Supratik-
1995).
nya, 1995).
Pegawai Memahami Mendengar-
Makin mema- Gaya komu- Simulasi:
Gugus Tugas: Tengah
Tengah
Muda pentingnya kan aktif. Dalam kelompok-kelompok kecil, dua Tahun
hami dirinya 2. nikasiku. Dalam kelompok-kelompok Tahun
mendengarkan orang peserta berlatih
saling membantu mengenaliketrampilan
gaya ko- Pertama
Pertama
aktif. men dengarkandengan
munikasinya aktif orang
(Pfeiffer
lain&(Ste-
Jo-
nes,
phen1979).
Covey, 1994):
- Win-lose.
Memahami Membangun Tugas Individual: Tengah
- Lose-win.
pentingnya kerja sama Dengan bantuan Lembar Kerja Kalei- Tahun
- Win-win.
kerja sama da- tim lewat doskop (Pfeiffer & Jones, 1985), ma- Kedua
- Lose-lose.
lam tim. perluasan sing-masing peserta memeriksa aneka
peran. sifat-kemampuannya yang merupa-
Makin mema- Gayaku da- Gugus Tugas: Tengah
kan aset dalam menjalankan tugasnya
hami dirinya 3. lam mengatasi Dalam kelompok-kelompok kecil Tahun
kini; sifat-kemampuan yang dimiliki-
konflik. saling membantu mengenali gaya Kedua
nya, namun belum dimanfaatkannya
masing-masing dalam memecahkan
dalam melaksanakan tugasnya kini;
konflik (A. Supratiknya, 1995):
gambaran idealnya tentang tugas dan
- Gaya Kura-kura.
perannya di dalam tim; sumbangan
- Gaya Ikan Hiu.
yang bisa diberikannya dalam tim;
- Gaya Kancil.
bagaimana teman dalam tim bisa
mendengarkan orang peserta berlatih ketrampilan Pertama
aktif. mendengarkan aktif (Pfeiffer & Jo-
nes, 1979).

Memahami Membangun Tugas Individual: Tengah


pentingnya kerja sama Dengan bantuan Lembar Kerja Kalei- Tahun
kerja sama da- tim lewat doskop (Pfeiffer & Jones, 1985), ma- Kedua
lam tim. perluasan sing-masing peserta memeriksa aneka
135
peran. sifat-kemampuannya yang merupa-
Satuan kan aset dalam Metode
menjalankan tugasnya
Tujuan Isi/Topik Waktu
Karyawan kini; sifat-kemampuan yang dimiliki-
Memahami Perjalanan hi- nya,
Tugasnamun belum dimanfaatkannya
Individual: Tengah
sejarah dan tu- dupku. dalam melaksanakan tugasnya kini;
Merefleksikan tonggak-tonggak pen- Tahun
juan hidupnya. gambaran
ting kehidupanidealnya
yangtentang tugas dan
telah dijalani. Pertama
perannya
Menyadaridi sisa dalam tim; hidup
waktu sumbangan
yang
yang
masih bisa diberikannya
terbentang di muka.dalam tim;
bagaimana
Merumuskanteman rencanadalam
yang tim
inginbisa
di-
membantunya
raih dalam sisa mendayagunakan
waktu hidupnya. ane-
ka kekuatannya?
Memantabkan Diriku dan pi- 1. Psikotes (kemampuan, minat, Tengah
pilihan karir. lihan karirku. kepribadian).
Simulasi: Tahun
2. Tugas individual:
Direktur sebuah perusahaan menga- Kedua
Memahami - Memeriksa
lami kesulitankondisi keluargaku. usul
memutuskan
cara memeca- Pemecahan - Memeriksa
kon troversial kecocokan antara ke-
untuk memberhentikan Tengah
hkan masalah masalah lewat mampuan,
seorang minat,Dewan
karyawan. dan sifatku
direksiserta
ter- Tahun
kelompok yang diskresi. kemampuan
belah antara yangdukungan keluargadan
mendukung Pertama
konstruktif. dengan jenis
menentang pekerjaan
rencana yang sudah
pemberhentian
kupilih.
itu. Keputusan terbaik perlu diambil
- Keputusan
lewat terhadap(Lampiran
proses diskresi pilihan peker-
9).
jaan yang sudah kubuat: Take it or
leave it.
Simulasi:
Memahami ane- Aneka dimensi Tengah
Memahami Makna peker- Dalam kelompok-kelompok kecil pe-
Gugus Tugas: Tengah
ka fungsi kunci kepemimpin- Tahun
makna peker- jaan bagiku. serta
- Dalammelaksanakan eksperimen
kelompok-kelompok Tan-
kecil Tahun
kepemimpinan. an. Kedua
jaan. gram (Pfeiffer & Jones, 1981)
mengidentifikasi aneka manfaat/ Pertama
makna yang kesehatan
bisa diperoleh dari Tengah
Pegawai Menyadari kese- Kesehatan fi- Pemeriksaan menyeluruh
bekerja. Tahun
Senior hatan fisiknya. sikku. (General medical check-up).
- Saling membantu memantabkan Pertama
Menyadari pen- Perjalanan Tugas Individual:
motivasi dalam bekerja. Tengah
capaian tujuan hidupku. Merefleksikan tonggak-tonggak pen- Tahun
Makin mema- Siapa aku? Gugus Tugas: Tengah
hidupnya. ting kehidupan yang telah dijalani. Kedua
hami dirinya 1. Dalam kelompok-kelompok kecil, Tahun
Menyadari sisa waktu hidup yang
saling membantu
masih terbentangUntuk Yonita,
mengenali
di muka. Ryo, Karysta
aneka Kedua
sifat pribadi masing-masing dengan
Merumuskan rencana yang ingin di-
bantuan Jendela Johari (A. Supratik-
raih dalam sisa waktu hidupnya.
nya, 1995).
Pegawai Menyadari Taraf kecerda- Tugas Individual: Tengah
Makin
taraf mema-
kecerdasan Gayaemosiku.
san komu- Gugus Tugas:
Secara sendiri-sendiri memeriksa ta- Tengah
Tahun
Muda
emosinya. 2.
hami dirinya nikasiku. Dalam kelompok-kelompok
raf kecerdasan emosinya (Goleman, kecil, Tahun
Pertama
saling membantu mengenali gaya ko-
1996). Pertama
munikasinya dengan orang lain (Ste-
Menyadari pen- Jalan yang phen
TugasCovey, 1994):
Individual: Tengah
capaian tahap kutempuh da- -Secara
Win-lose.
sendiri-sendiri memeriksa ja- Tahun
perkembangan lam melewati -lan
Lose-win.
yang ditempuhnya dalam mele- Kedua
psikososialnya. krisis psikoso- -wati
Win-win.
krisis psikososial memasuki masa
sialku -kematangan
Lose-lose. (Erikson, 1989).

Menyadari
Makin mema-pen- Tahap per-
Gayaku da- Tugas Individual:
Gugus Tugas: Tengah
capaian
hami tahap3.
dirinya kembangan
lam mengatasi Secara sendiri-sendiri
Dalam memeriksakecil
kelompok-kelompok ta- Tahun
perkembangan imanku.
konfl ik. hap perkembangan
saling membantu iman yang dica-
mengenali gaya Pertama
Kedua
imannya. painya (Fowler,dalam
masing-masing dalam Cremers,
memecahkan
1995).
konfl ik (A. Supratiknya, 1995):
- Gaya Kura-kura.
Menyadari Taraf kecer- Tugas Individual: Tengah
- Gaya Ikan Hiu.
taraf kecerdasan dasan spiritu- Secara sendiri-sendiri memeriksa ta- Tahun
- Gaya Kancil.
spiritualnya. alku. raf kecerdasan spiritualnya (Zohar & Kedua
Menyadari Taraf kecerda- Tugas Individual: Tengah
The Possibler
taraf kecerdasan san emosiku. Secara sendiri-sendiri memeriksa ta- Tahun
emosinya. raf kecerdasan emosinya (Goleman, Pertama
1996).
028724
Menyadari pen-
Jalan yang Tugas Individual: Tengah
136 © 2011 Kanisius
capaian tahap kutempuh da- Secara sendiri-sendiri memeriksa ja- Tahun
perkembangan lam melewati lan yang ditempuhnya dalam mele- Kedua
PENERBIT KANISIUSkrisis
psikososialnya. (Anggota
psikoso- IKAPI)
wati krisis psikososial memasuki masa
Satuan
Tujuan Isi/Topik Metode1989). Waktu
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakartakematangan
Karyawan sialku
55281, (Erikson,
INDONESIA
Kotak PosMenyadari
1125/Yk,
Memahami pen- Yogyakarta
Tahap per- hi- 55011,
Perjalanan INDONESIA
Tugas Individual: Tengah
capaian tahap
sejarah dan tu- kembangan
dupku. Secara sendiri-sendiri
Merefleksikan memeriksapen-
tonggak-tonggak ta- Tahun
Telepon (0274) 588783,iman
perkembangan
juan hidupnya. 565996;
ku. Faxhap (0274)
ting 563349
perkembangan
kehidupan yangiman
telah yang dica-
dijalani. Pertama
E-mail : office@kanisiusmedia.com
imannya. painya
Menyadari(Fowler, dalamhidup
sisa waktu Cremers,
yang
1995).
masih terbentang di muka.
Website : www.kanisiusmedia.com Merumuskan rencana yang ingin di-
Menyadari Taraf kecer-
Tugas Individual: Tengah
raih dalam sisa waktu hidupnya.
taraf kecerdasan dasan spiritu-
Secara sendiri-sendiri memeriksa ta- Tahun
spiritualnya.
Memantabkan alku. dan pi-
Diriku rafPsikotes
1. kecerdasan spiritualnyaminat,
(kemampuan, (Zohar & Kedua
Tengah
Cetakan ke- 5
pilihan karir. 4 karirku.
lihan 3 Marshall, 2
2000).
kepribadian). 1 Tahun
2. Tugas individual: Kedua
Menyadari ke- Hobi dan ke- Tugas Individual: Tengah
Tahun giatan hobi15
dan 14
gemaranku. 13Secara
- Memeriksa 12kondisi keluargaku.
sendiri-sendiri 11
memeriksa ane- Tahun
- Memeriksa kecocokan antara ke-
kegemarannya. ka kegiatan hobi dan kegemarannya, Pertama
mampuan, minat, dan sifatku serta
termasuk kegiatan yang bersifat pe-
kemampuan dukungan keluarga
layanan sosial, serta kemungkinannya
Editor : Dwiko dengan jenis pekerjaan yang sudah
untuk dikembangkan sebagai kegiat-
kupilih.
an produktif atau pelayanan sesudah
Desainer sampul : Marius Santo memasuki - Keputusan terhadap pilihan peker-
masa pensiun.
jaan yang sudah kubuat: Take it or
Mempersiapkan Siap dan man- Gugus leave Tugas:
it. Tengah
diri memasuki
Memahami tab memasuki Dalam
Makna peker- Gugus Tugas: kelompok-kelompok kecil sa- Tahun
Tengah
masa pensiun. masabagiku.
pensiun. -ling membantu merencanakankecilaneka Kedua
makna peker- jaan Dalam kelompok-kelompok Tahun
jaan. kegiatan baik yang bersifat
mengidentifikasi aneka manfaat/ produk- Pertama
ISBN 978-979-21-3041-6 tifmakna
maupun yangpelayanan sosialdari
bisa diperoleh untuk
meng isi
bekerja. masa pensiun.
Hak cipta dilindungi undang-undang
- Saling membantu memantabkan
Dilarang memperbanyak karya tulis motivasi dalam bekerja.
ini dalam bentuk dan dengan
5.
cara Contoh Program
apa pun,
Makin mema- Besar
termasuk Psikoedukasi
fotokopi,
Siapa aku? tanpa di Lingkungan
Gugusizin tertulis dari Komunitas
Tugas: Penerbit.
Tengah
hami dirinya 1. Dalam kelompok-kelompok kecil, Tahun
Salah satu medan penyelenggaraan salingpsikoedukasi di lingkungan
membantu mengenali aneka ko-
Kedua
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
munitas adalah penyelenggaraan panti wreda bagi para lanjut usia. ����
sifat pribadi masing-masing dengan Ber-
bantuan Jendela Johari (A. Supratik-
dasarkan pengamatan di sebuah pantinya, wreda
1995).yang terletak di tengah kota
Yogyakarta
Pegawai dan diselenggarakan
Makin mema- Gaya komu- Gugus Tugas:yayasan swasta, syarat
oleh suatu usia
Tengah
Muda
minimal untuk diterima
hami dirinya 2. sebagai penghuni
nikasiku. panti wreda adalah
Dalam kelompok-kelompok kecil, 60 Tahun
tahun.
saling membantu mengenali gaya ko- Pertama
Artinya, paling tidak seperti berlaku di lingkungan
munikasinya dengan panti wreda
orang lain (Ste- tersebut,
kelompok lanjut usia penghuni panti wreda adalah mereka yang menurut
phen Covey, 1994):
- Win-lose.
teori perkembangan sepanjang hayat -sudah Lose-win.memasuki masa dewasa akhir
(≥ 60 tahun), atau - berdasarkan pembagian manusia usia lanjut yang di-
- Win-win.
- Lose-lose.
kemukakan oleh World Health Organization (WHO) – mereka yang sudah
Makin mema-
memasuki kategori elderlyGayaku
hami dirinya 3.
alias da- Gugus Tugas:
tua (60-74 tahun), old alias lanjut usia
lam mengatasi Dalam kelompok-kelompok kecil
Tengah
(75-
Tahun
90 tahun), dan very old alias sangat lanjut
konflik. saling usia (> 90mengenali
membantu tahun). gaya Kedua
masing-masing dalam memecahkan
konflik (A. Supratiknya, 1995):
- Gaya Kura-kura.
- Gaya Ikan Hiu.
- Gaya Kancil.
137
Para ahli psikologi generasi awal seperti Sigmund Freud berpandang­
an bahwa perkembangan kepribadian manusia sudah mencapai puncak
atau final pada usia 5 tahun. Maka, periode kehidupan di bawah usia 5 ta-
hun disebut formative years atau tahun-tahun pembentukan. Betapa pen-
tingnya masa lima tahun pertama dalam membentuk dan menentukan
arah perkembangan kepribadian manusia tersebut tercermin dari ungkap­
an Freud bahwa ”a child is father of the man.” Menurut pandangan ini,
perkembangan kepribadian manusia pada masa-masa sesudah usia balita
hingga akhir hayat hanyalah merupakan pengulangan atau peneguhan dari
pola tertentu yang sudah terbentuk di awal masa kanak-kanak (Watson,
1978).
Pandangan di atas ditinggalkan oleh para ahli psikologi generasi lebih
kemudian, antara lain dipelopori oleh Frenkel-Brunswik dan Erik Erik-
son (Hendricks & Hendricks, 1977). Para ahli generasi kedua ini berpan­
dangan bahwa kepribadian manusia berkembang sepanjang hayat. Sebagai
contoh, Frenkel-Brunswik membagi perkembangan manusia sejak lahir
hingga dijemput maut di masa tua ke dalam lima tahap. Dalam dua tahap
pertama yang berlangsung sejak lahir hingga usia pertengahan atau akhir
dua puluhan, perkembangan manusia terfokus pada upaya untuk menca-
pai kemandirian di berbagai aspek kehidupan. Selama tahap ketiga yang
berlangsung sejak usia tiga puluhan sampai akhir empat puluhan, fokus
perkembangan bergeser ke arah upaya mencapai kemantapan
Untuk di Karysta
Yonita, Ryo, bidang
karir serta partisipasi dan pelibatan diri dalam kehidupan komunitas. Pada
tahap keempat yang berlangsung sejak usia lima puluhan sampai awal atau
pertengahan usia enam puluhan, perkembangan manusia terfokus pada
upaya menemukan bidang minat-kesibukan baru dalam rangka menye-
suaikan diri dengan kemunduran di berbagai aspek kepribadian seperti
fisik-emosi maupun di bidang karir khususnya dalam bentuk memasuki
masa pensiun. Dalam tahap kelima atau terakhir yang lazim disertai de­
ngan munculnya berbagai penyakit, pikiran dan perhatian orang lanjut
usia umumnya terserap pada upaya mengenang kembali aneka pengalam­
an dan keberhasilan di masa lalu, serta upaya untuk menjawab berbagai
pertanyaan yang bersifat filosofis dan religius tentang asal-usul dan tujuan
The Possibler
028724

138 © 2011 Kanisius


PENERBIT
kehidupan, KANISIUS
dengan nuansa(Anggota IKAPI) puas dan harapan jika mera-
dipenuhi perasaan
4 Jl.telah
Cempaka 9, Deresan, Yogyakartaatau55281, INDONESIA
sa mencapai banyak kesuksesan, sebaliknya diwarnai oleh gerutu
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
dan penyesalan jika merasa telah kurang berhasil menjalani kehidupan.
Telepon
Erik(0274)
Erikson588783,
(1989) 565996; Faxperkembangan
lewat teori (0274) 563349psikososialnya mem-
E-mail
bagi : office@kanisiusmedia.com
kehidupan manusia sejak lahir hingga akhir hayat di masa lanjut
Website : www.kanisiusmedia.com
usia ke dalam tujuh tahap perkembangan. Masing-masing tahap ditandai
dengan krisis psikososial tertentu berupa tugas untuk memilih salah satu
dari antara dua kemungkinan arah perkembangan, yaitu maju mengalami
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
perkembangan yang sehat ke tahap selanjutnya atau gagal berkembang
Tahun
dan 15
mengalami berbagai 14
problem 13 akan12semakin11menghambat per-
yang
tumbuhan sehat ke tahap berikut.
Lima tahap pertama berlangsung selama masa kanak-kanak sampai
Editor : Dwiko
anak mencapai kematangan bilogis di masa remaja. Secara berturut-turut
Desainer sampul
masing-masing tahap: Marius
ditandaiSanto
oleh krisis untuk memilih berkembang ke
arah pemilikan sikap dasar percaya atau tidak percaya pada masa bayi,
sikap otonom atau serba pemalu-peragu pada masa kanak-kanak, sikap
penuh inisiatif atau perasaan bersalah pada masa usia bermain, sikap rajin
ISBN 978-979-21-3041-6
atau rendah diri pada usia sekolah, serta pencapaian rasa identitas diri atau
Hak cipta jati
kekaburan dilindungi undang-undang
diri pada masa remaja.
Dua tahap
Dilarang berikutnya karya
memperbanyak secara garis
tulis besar mencakup
ini dalam bentukmasa
dandewasa.
denganFase
cara apa
awal pun, termasuk
ditandai fotokopi,
dengan krisis antara tanpa
mampu izin tertulis dari Penerbit.
mengembangkan relasi intim
dengan orang lain baik dalam persahabatan, komitmen pada suatu kelom-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
pok atau komunitas, maupun dengan pasangan hidup, atau sebaliknya
tenggelam dalam isolasi diri. Fase berikutnya sampai menginjak awal masa
lanjut usia ditandai dengan krisis antara mampu mengembangkan komit-
men untuk memiliki dan membesarkan anak sebagai buah perkawinan,
mengabdikan diri dalam suatu bidang pekerjaan, serta berjuang bagi ter-
ciptanya kesejahteraan bersama baik dalam lingkup kecil keluarga maupun
dalam lingkup komunitas yang lebih luas. Atau sebaliknya, terperosok da-
lam stagnasi alias mandek, berhenti tumbuh, berhenti berkembang.
Tahap terakhir merupakan fase kehidupan lanjut usia. Fase ini ditan-
dai oleh krisis antara beranjak masuk ke dalam dunia reflektif kearif-bi-
jaksanaan sesudah merasa tuntas menjalankan tugas dan merasa puas atas
139
kehidupan penuh makna yang sudah dijalani, sehingga juga merasa siap
menghadapi maut. Atau sebaliknya, tergelincir ke dalam keputus-asaan
karena merasa telah serba gagal melaksanakan tugas kehidupan (Erikson,
1989).
Kembali pada kehidupan lansia di panti wreda swasta di tengah kota
Yogyakarta seperti telah disinggung di atas, dari wawancara dengan Kepa-
la panti (Prapti Nitin, wawancara pribadi, 14 November 2007) maupun
observasi langsung terhadap para subjek diperoleh gambaran kasar kondisi
mereka sebagai berikut.
Dalam kisaran usia 70-an sampai 80-an sebagian besar penghuni
panti secara fisik sudah rapuh. Kendati dari luar masih tampak sehat, na-
mun kebanyakan mengidap berbagai penyakit akibat degenerasi seperti
gangguan fungsi jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus atau penyakit
gula. Beberapa nyata tampak sudah mengalami kepikunan fisik dengan
menunjukkan gejala tremor. Namun yang tampak belum pikun fisik pun
bukan jaminan sehat selamanya, sebab kepikunan seperti penyakit Al-
zheimer bisa datang secara tiba-tiba dan drastis pula. Satu penghuni tam-
pak tergolek tak berdaya di tempat tidur dengan tatapan mata kosong,
sebab konon sudah terserang penyakit stroke yang cukup parah. Kendati
secara umum lingkungan fisik berupa deretan kamar-kamar membentuk
huruf U mengelilingi aula tampak bersih, namun aroma bau amoniak cu-
kup menyengat hidung khususnya di sekitar kamar-kamar tidur.
Untuk Yonita, Ryo, Karysta
Keseluruhan penghuni terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu mereka
yang datang untuk tinggal di panti atas kehendak sendiri dan yang dibawa
oleh pihak lain seperti anggota keluarga atau pengurus organisasi kemasya-
rakatan tertentu, khususnya Gereja. Kelompok penghuni yang datang atas
kehendak sendiri umumnya mudah menyesuaikan diri dengan kehidupan
komunal di panti wreda. Mereka umumnya hidup lajang, artinya terbiasa
mandiri ketika masih muda dan aktif bekerja. Sesudah pensiun dan me-
masuki usia lanjut, karena tidak memiliki keturunan dan tidak mau me-
repotkan famili, mereka memilih melewatkan sisa hidup mereka di panti
wreda. Dari antara anggota kelompok ini ada dua orang mantan kepala
sekolah swasta terkemuka di Yogyakarta.
The Possibler
028724

140 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS
Kelompok (Anggota
penghuni yang IKAPI)
datang atas kehendak pihak lain pun bisa
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
dibedakan menjadi dua subkelompok, yaitu mereka yang secara finansial
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
mampu atau berasal dari keluarga yang secara ekonomis mampu dan me-
Telepon
reka yang(0274)
secara 588783,
finansial 565996; Fax (0274)
tidak mampu. 563349
Kelompok yang terakhir ini bia-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
sanya datang ke panti atas inisiatif organisasi kemasyarakatan, khususnya
WebsiteKelompok
Gereja. : www.kanisiusmedia.com
penghuni yang datang atas kehendak pihak lain ini,
teristimewa subkelompok yang secara finansial mampu namun dititipkan
ke panti oleh pihak keluarganya, lazimnya perlu melakukan penyesuaian
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
dengan kehidupan bersama di panti.
TahunSubkelompok15terakhir14 13
itu umumnya 12
memiliki 11
masalah dengan kelu-
arganya berupa konflik dengan anak atau menantu, merasa dijadikan tu-
kang jaga rumah, bahkan merasa diperbudak dengan keharusan memberes-
Editor : Dwiko
kan pakaian dan barang-barang milik anak-cucu, mencuci pakaian seluruh
Desainer
anggota sampul membersihkan
keluarga, : Marius Santo rumah, dan sebagainya. Ketegangan dan
konflik dengan keluarga pun tidak terhindarkan. Akibatnya, mereka lelah
dengan semua itu dan menginginkan istirahat. Alhasil, bagi yang bersang-
kutan panti wreda menjadi semacam tempat pelarian, sedangkan bagi ke-
ISBN 978-979-21-3041-6
luarga yang ditinggalkannya panti wreda menjadi sejenis dewa atau dewi
Hak cipta dilindungi
penyelamat. undang-undang
Konon bahkan semua lansia yang masuk ke panti wreda se­
sungguhnya mempunyai masalah
Dilarang memperbanyak karya dengan
tulis inikeluarga masing-masing.
dalam bentuk dan dengan
cara Maka,
apa pun, termasuk
masalah fotokopi,
psikologis umumtanpa izindialami
yang tertulisoleh
dari para
Penerbit.
penghuni
panti wreda adalah rasa kesepian. Mereka membutuhkan perhatian dari
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
keluarga namun karena konflik dapat dimaklumi bahwa anggota keluar-
ga tidak pernah menjenguk atau berusaha menjalin komunikasi dengan
mereka. Akibatnya, mereka seperti menyimpann kepahitan hati sehingga
menjadi mudah marah dan sakit. Sesudah benar-benar jatuh sakit mereka
pun seperti tidak memiliki keinginan untuk sembuh, sebagaimana ditun-
jukkan lewat sikap serba pasif-tidak merespon terhadap setiap usaha yang
dilakukan oleh pramurukti dan pengurus panti untuk membantu kesem-
buhan mereka (Jubileum, 2004).
Kepikunan, perangai dasar sangat keras dan rewel yang sudah melekat
dalam diri kebanyakan di antara mereka, dan ditambah rasa kesepian juga
menjadikan mereka mengalami kesulitan dalam menjalin relasi dengan
141
sesama penghuni maupun para pengasuh panti. Mereka tidak mau rukun,
suka bertengkar, sok kuasa terhadap yang lain, dan suka melihat kesalahan
teman. Peristiwa kecil seperti tidak bisa menemukan barang milik pribadi
tertentu karena lupa bisa menimbulkan ketegangan bagi seluruh penghu-
ni maupun pengurus panti, sebab yang bersangkutan akan uring-uringan
dan mulai menuduh-nuduh teman. Jika kemudian ada tamu berkunjung
ke panti, dia akan bercerita bahwa di panti ini banyak maling, dan sejenis-
nya. Akibatnya, ada juga yang akhirnya mengalami stres bahkan gangguan
kejiwaan.
Kendati ada jadwal harian dimulai dari sejak bangun tidur, mandi,
minum teh, ibadat pagi, dan senam lansia di pagi hari sampai berangkat
tidur kembali di malam hari, namun pada dasarnya tidak ada kegiatan
pokok yang bersifat wajib bagi semua penghuni.
Konon pernah dicoba program kegiatan semacam itu, namun justru
membuat para penghuni panti menjadi stres sebab baik secara fisik mau-
pun psikis pada dasarnya mereka sudah tidak mampu memenuhi tuntutan
dari luar seringan apa pun. Bagi yang masih mampu beraktivitas lazimnya
para penghuni melakukan kegiatan hobi tertentu seperti merajut, mem-
buat lagu, atau sekadar membuat amplop dari kertas bekas. Untuk itu
pengurus panti menyediakan semua bahan dan fasilitas yang diperlukan.
Beberapa kegiatan terprogram yang diselenggarakan secara rutin oleh pe­
ngurus panti adalah pembinaan iman dan budi pekerti,
Untuk sertaRyo,
Yonita, jalan-jalan
Karysta
secara berkala.
Kendati demikian, masalah utama yang lazim dialami oleh para peng­
huni panti wreda kiranya adalah rasa kesepian. Seringkali perasaan diting-
galkan dan tidak diperhatikan ini bahkan terbawa sampai saat menjelang
ajal. Konon, orang yang mau meninggal pasti merindukan keluarga­nya,
pasti menanyakan dan ingin ditunggui oleh orang yang paling dekat de­
ngannya. Begitu pula para penghuni panti wreda. Namun lagi-lagi akibat
hubungan yang tidak harmonis, tidak semua penghuni panti beruntung
bisa ditunggui oleh sanak-saudara dekatnya saat menjelang maut. Tidak
sedikit anak atau keluarga lain kendati sudah dikontak berkali-kali oleh
pihak panti wreda, tetap tidak bisa hadir menunggui entah ibu atau nenek
The Possibler
028724

142 © 2011 Kanisius


PENERBIT
saat meninggal. KANISIUS
Jika sudah (Anggota IKAPI) panti yang kebetul­an perem-
begitu, pemimpin
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
puan akan merelakan diri menjalankan peran sebagai anak atau siapa pun
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
yang dirindukan oleh penghuni yang menjelang ajal, membim­bingnya
Telepon
berdoa (0274) 588783,diri
mempersiapkan 565996; Fax (0274)
menghadap Tuhan,563349
dan memaafkan siapa pun
E-mail : office@kanisiusmedia.com
yang telah mengecewakannya baik di masa lalu maupun di saat terakhir
Website
dia : www.kanisiusmedia.com
mangkat.
Menjadi jelas kiranya bahwa jenis ketrampilan hidup yang perlu
di­kembangkan dan dikuatkan di kalangan para lansia khususnya yang
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
tinggal di panti wreda adalah sikap-kemampuan yang setidaknya akan
Tahun
menghindarkan 15
mereka 14tergelincir
dari 13 ke dalam
12 keputus-asaan,
11 berupa:
(1) penerimaan atas kondisi fisik rapuh yang dialami di masa lanjut usia;
(2) penerimaan atas segala apa yang sudah dicapai dalam hidup, entah baik
Editor : Dwiko
atau buruk, sukses atau gagal; (3) penerimaan atas segala jenis relasi yang
Desainer
sudah sampul
dijalani, entah: memuaskan
Marius Santo atau mengecewakan, termasuk memberi
maaf dan pengampunan; (4) mengembangkan kegiatan hobi yang menye­
nangkan; (5) mengembangkan relasi sosial yang menyenangkan, khusus-
nya dengan sesama penghuni panti; (6) mengembangkan harapan pada
ISBN 978-979-21-3041-6
hidup abadi dan mendekatkan diri pada Tuhan; dan (7) menerima ke-
Hak cipta
nyataan dilindungi
kematian dan undang-undang
siap menghadapi ajal. Maka, berbeda dari program
psikoedukasi bagi kelompok-kelompok
Dilarang memperbanyak laindalam
karya tulis ini yang sudah
bentukdibahas, program
dan dengan
cara apa pun,bagi
psikoedukasi termasuk
kelompokfotokopi, tanpa
lanjut usia izin tertulis
penghuni pantidari Penerbit.
wreda merupakan
satu program utuh yang bisa diimplementasikan secara rutin tanpa perlu
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
dipilah-pilah ke dalam pembagian sub-fase. Atau kalau memang diperlu-
kan, pembagian itu justru dilakukan berdasarkan kebutuhan individual
penghuni panti wreda yang dilayani. Contoh program psikoedukasi bagi
kelompok orang lanjut usia penghuni panti wreda disajikan pada Tabel 5.
143
Tabel 5. Program Psikoedukasi Bagi Kelompok Manula Penghuni Panti
Wreda
Tujuan Isi/Topik Metode Waktu*

Menerima Pengenalan 1. Pemeriksaan umum kondisi tubuh Januari-


kondisi fisik kondisi fisik. (general check-up): Februari
yang rapuh. - Jantung, takanan darah, gula darah,
dll.
- Mata, telinga, dll.
2. Lekturet dan pendampingan in­di­
vidual tentang hasil pemeriksaan
umum kondisi tubuh.

Perjalanan 1. Sharing bersama: Maret-


Menerima dan
dan prestasi - Peristiwa/pengalaman yang paling ku- April
berdamai de­
hidupku. banggakan.
ngan peristiwa
- Peristiwa/pengalaman yang paling ku-
masa lalu.
sesali/kuratapi.
2. Lekturet dan pendampingan in­
dividual: Mensyukuri hal-hal yang
membanggakan dan mene­rima se-
cara ikhlas hal-hal yang mengecewa-
kan/menyedihkan.

Menerima Perjalanan 1. Sharing bersama: Mei-


dan berdamai hubungan - Hubungan dengan orang lain yang
Untuk Yonita, Ryo,Juni
Karysta
dengan relasi sosial dalam paling membahagiakan.
dengan orang hidupku. - Hubungan dengan orang lain yang pa-
lain di masa ling mengecewakan/menyedihkan.
lalu. 2. Lekturet dan pendampingan in­
dividual: Mensyukuri hal-hal yang
membanggakan dan menerima se-
cara ikhlas hal-hal yang mengecewa-
kan/menyedihkan
The Possibler
028724

144 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
Tujuan Isi/Topik Metode Waktu*
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Mengembang­ Hobi yang 1. Sharing bersama: Januari/
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
kan ho­bi yang kusenangi. - Hobi yang paling kusenangi. Juli-Agustus
Telepon (0274) 588783, 565996;
me­nye­nang­ 2. TugasFaxindividual
(0274) 563349
dalam kebersa­ (dilanjutkan
E-mail
kan. : office@kanisiusmedia.com
maan: rutin harian/
-
Website : www.kanisiusmedia.com Mengerjakan hobi yang paling minguan)
disenangi.

Mengembang- Hubungan- 1. Lekturet: Januari/


Cetakan
kan relasi ke- 5
ku dengan 4- Hidup nyaman
3 2 orang 1lain.
bersama September-
sosial dengan teman. 2. Permainan bersama di panti. Oktober
Tahun
sesama peng-
15 14 13 12 11
3. Jalan-jalan bersama di luar panti. (dilanjutkan
huni panti rutin harian/
mingguan/
Editor : Dwiko bulanan
Desainer sampul : Marius Santo
Mengembang­ Hidup baha- 1. Lekturet: November
kan harapan gia di rumah - Hidup bahagia di rumah Tuhan. (dilanjutkan
pa­da hidup Tuhan. 2. Sharing bersama: rutin harian/
aba­di dan - Yang ingin kulakukan saat bertemu mingguan/
ISBN
men­de­k978-979-21-3041-6
atkan Tuhan di surga. bulanan)
di­ri pada 3. Pendampingan individual:
Hak
Tuhan
cipta dilindungi undang-undang
Membangun harapan pada hidup abadi
Dilarang memperbanyak karya bersamatulis ini dalam bentuk dan dengan
Tuhan.
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Menerima ke­ Siap meng- 1. Lekturet: Desember
nyataan kema- hadapi pang- - Fakta dan makna kematian. (dilanjutkan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
tian dan siap gilan hidup 2. Sharing bersama: rutin harian/
menghadapi terakhir: - Makna kematian bagiku. mingguan/
ajal. Dipanggil 3. Pendampingan individual: bulanan)
Tuhan. Membangun keyakinan dan harapan
bahwa kematian adalah panggilan ter-
akhir Tuhan yang harus diterima deng-
an penuh syukur.

* Di sini penjadwalan atau pembagian waktu harus dimaknai sangat tentatif dan fleksibel, perlu di­
sesuai­kan dengan perkembangan kemampuan para lanjut usia penghuni panti yang dilayani.
145

BAB 8
Menyusun Modul Psikoedukasi

Program besar, grand design, atau rencana induk psikoedukasi untuk


satuan kelompok klien tertentu, yaitu program psikoedukasi berjangka
waktu panjang mencakup keseluruhan satuan waktu yang membentuk
satu tahap kehidupan seseorang dalam bidang tertentu, serta meliputi ber-
bagai masalah-kebutuhan yang mungkin dihadapinya karena merupakan
bagian tak terpisahkan dari tugas perkembangannya pada tahap kehidup­
an tersebut, akan menjadi sejenis kurikulum psikoedukasi bagi kelompok
klien yang bersangkutan.
Kehadiran program besar atau kurikulum psikoedukasi bagi suatu
kelompok klien semacam ini berfungsi memberikan konteks utuh bagi pe-
nyelenggaraan aktivitas psikoedukasi yang difokuskan pada pembentuk­
Untuk Yonita, an
Ryo, Karysta
life skill tertentu. Sesudah program besar atau kurikulum psikoedukasi yang
dimaksud berhasil kita kembangkan bagi berbagai kelompok klien seperti
dipaparkan di Bab 7, maka pada bab ini akan dibahas cara mengembang-
kan program kecil atau modul yang difokuskan pada satu topik tertentu
dalam rangka mengembangkan satu atau serangkaian life skill tertentu.

A. Beberapa Prinsip dalam Menyusun Modul Psikoedukasi


Yang dimaksud program kecil atau modul psikoedukasi adalah satu­
an kegiatan psikoedukasi atau life skill training untuk membantu kelom-
pok klien sasaran mengembangkan satu atau serangkaian ketrampilan
hidup tertentu. Program kecil atau modul semacam ini berfokus pada satu
The Possibler
028724

146 © 2011 Kanisius


PENERBIT
topik tertentuKANISIUS (Anggota
dan yang diunduh atauIKAPI)
diturunkan dari program besar atau
4 Jl. Cempaka 9,Setiap
Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
kurikulumnya. modul tersusun atas komponen-komponen tertentu
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
yang bisa diibaratkan membentuk struktur tubuhnya, serta mencakup ke-
Telepon
lima (0274) 588783,
fase pembelajaran 565996; Fax
eksperiensial (0274) 563349
(experiential learning) yang bisa diiba-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
ratkan membentuk roh atau jiwanya.
Website : www.kanisiusmedia.com
Komponen-komponen program kecil atau modul psikoedukasi meli-
puti: topik, tujuan, materi, prosedur, media, evaluasi, dan sumber (ban­
dingkan, Sinurat, 1997). Masing-masing komponen akan diuraikan secara
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
berturut-turut sebagai berikut:
Tahun
1. Topik. Komponen 15 ini14secara 13 12
padat melukiskan 11jenis ketrampilan
hidup yang akan disajikan dalam modul psikoedukasi ini. Karena
lazimnya sekaligus dipakai sebagai judul, maka perlu dibuat atau
Editor : Dwiko
dirumuskan secara menarik.
Desainer
2. Tujuan.sampul : Marius
Komponen Santo
ini mendeskripsikan secara lebih spesifik jenis
atau jenis-jenis ketrampilan hidup yang akan dijadikan tujuan modul
ini. Artinya, melukiskan hasil atau hasil-hasil yang diharapkan dica-
pai oleh peserta pada akhir kegiatan atau sesudah mengikuti kegiatan
ISBN 978-979-21-3041-6
ini, berupa dikuasainya satu atau lebih ketrampilan hidup tertentu.
Hak Tujuan
cipta dilindungi undang-undang
atau tujuan-tujuan ini bisa dirumuskan secara umum sebagai
tujuanmemperbanyak
Dilarang umum, atau dirumuskan
karya tulis secara umum
ini dalam dan dan
bentuk dilanjutkan
dengan de­
cara ngan
apa pun, termasuksecara
rumusannya fotokopi,
lebih tanpa
spesifikizin tertulis
sebagai darikhusus.
tujuan Penerbit.
Di ling-
kungan pendidikan sekolah dan sejalan dengan konsep pengembang­
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
an kurikulum berbasis kompetensi kini digunakan terminologi baru
untuk merumuskan tujuan. Istilah tujuan dalam arti tujuan umum
diganti dengan istilah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Yang
disebut terakhir pada hakikatnya merupakan sejenis operasionalisasi
dari yang disebut pertama. Istilah tujuan khusus dalam terminologi
lama diganti dengan istilah indikator, yaitu penjabaran dari kom-
petensi dasar ke dalam jenis-jenis operasi atau tindakan yang lebih
spesifik. Secara pribadi penulis lebih suka menggunakan istilah tu-
juan, baik tujuan umum maupun tujuan khusus, sebab makna istilah
itu lebih lugas melukiskan maksud atau manfaat yang hendak diraih
lewat penyelenggaraan modul ini.
147
3. Waktu. Komponen ini melukiskan keseluruhan waktu dinya­takan
dalam jam atau menit yang diperlukan untuk menyelenggarakan
modul ini secara tuntas, mulai dari kegiatan ice breaking atau pe-
mecah kebekuan suasana di awal kegiatan sampai langkah evaluasi di
akhir kegiatan.
4. Tata Ruang. Komponen ini melukiskan kondisi ruang, perabotan dan
perlengkapan, serta pengaturan isi ruangan yang diperlukan untuk
penyelenggaraan modul psikoedukasi. Kondisi ruang meliputi jenis
ruang (indoor alias di dalam ruang atau outdoor alias di luar ruang
atau di alam bebas), ukuran, dan karakteristik lain seperti penerangan
dan pengaturan udara, misalnya. Perabotan dalam ruang (indoor) me-
liputi tempat duduk, apakah memerlukan pasangan meja-kursi untuk
masing-masing peserta, atau kursi irasan yaitu kursi yang dilengkapi
papan untuk menulis, atau cukup kursi biasa. Atau, cukup disediakan
ruang berkarpet dilengkapi atau tanpa bantal tempat alas duduk un-
tuk masing-masing peserta. Jika modul psikoedukasi dilaksanakan di
luar ruang atau di alam terbuka (outdoor), perabotan apa yang diper-
lukan: apakah perlu disediakan tempat duduk berupa sejumlah tikar
untuk keseluruhan peserta atau karpet-karpet kecil sebanyak jumlah
peserta. Pengaturan isi ruangan terkait dengan bagaimana meja-kursi,
kursi, atau tikar-karpet harus disusun: apakah membentuk setengah
lingkaran, satu lingkaran penuh, atau diusahakan
Untuk agar mudah
Yonita, Ryo,diubah-
Karysta
ubah susunannya sesuai kebutuhan. Rincian lebih spesifik tentang
pengaturan isi ruang ini lazimnya perlu disertakan dalam uraian ten-
tang komponen proses atau prosedur kegiatan, sekaligus dilengkapi
dengan keterangan tentang alokasi waktu yang diperlukan.
5. Materi. Komponen ini memaparkan secara konseptual dan bernas,
jenis atau jenis-jenis ketrampilan hidup yang akan dijadikan tujuan
penyelenggaraan program kecil atau modul. Paparan le­bih lengkap
materi ini bisa disajikan secara tertulis (misal, dalam bentuk hand
outs), audio (contoh, petikan rekaman pidato), audio­visual (contoh,
film), atau media lain dan lazimnya disertai dengan penjelasan lisan
oleh fasilitator dalam lekturet.
The Possibler
028724

148 © 2011 Kanisius


PENERBIT
6. Prosedur.KANISIUS (Anggota
Pengarang lain IKAPI) istilah proses (Pfeiffer, 1974).
menggunakan
4 Jl. Cempaka
Apa pun9,istilahnya,
Deresan, inilah
Yogyakarta
intisari55281, INDONESIA
dari modul psikoedukasi. Kom-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
ponen ini secara rinci dan cermat memaparkan skena­rio langkah-
Telepon (0274)
langkah 588783,
kegiatan 565996;
yang harus Fax (0274)oleh
ditempuh 563349
peserta (dan fasilitator)
E-mail : office@kanisiusmedia.com
dalam rangka mencapai tujuan didasarkan pada alur progresi tertentu
Website
dari :awal
www.kanisiusmedia.com
sampai akhir mengikuti siklus experiential learning.
Langkah-langkah yang dimaksud biasanya dilaksanakan de­ngan
meng­­gunakan metode pembelajaran tertentu, antara lain sebagaimana
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
sudah diuraikan dalam Bab 6. Uraian tentang langkah-langkah yang
Tahunmeng­gunakan15metode14 13
pembelajaran 12 tersebut
tertentu 11 secara implisit
atau eksplisit perlu dikaitkan dengan fase-fase dalam siklus experi-
ential learning, mulai dari fase meng­alami atau melakukan aktivitas
Editor : Dwiko
tertentu, fase memublikasikan atau membagikan aneka reaksi dan
Desainer sampul pribadi
pengamatan : Marius
atas Santo
pengalaman yang baru dialami, fase mem-
roses atau mengolah dan menafsirkan aneka data yang diperoleh dari
fase sebelumnya, fase menggeneralisasi atau merumuskan prinsip-
prinsip dan hipotesis-hipotesis berdasarkan keseluruhan pengalaman
ISBN 978-979-21-3041-6
yang sudah dijalani sebagai hasil belajar, dan fase mengaplikasikan
Hak yaitu
cipta menangkap
dilindungi undang-undang
makna-manfaat dari pelatihan yang baru dijalani­
nya serta
Dilarang membangunkarya
memperbanyak tekadtulis
daninirencana untuk menerapkannya
dalam bentuk dan dengan
cara dalam
apa pun, termasuk
situasi fotokopi,
kehidupan tanpa izin
sehari-hari. tertulis
Uraian dari masing-masing
tentang Penerbit.
langkah juga perlu dilengkapi dengan penjelasan tentang penataan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
ruang dan alokasi waktu yang diperlukan.
Seperti sudah disinggung, inilah roh atau jiwa dari modul psikoedu-
kasi. Tanpa kehadiran siklus pembelajaran ini secara utuh, program
kecil atau modul psikoedukasi ini akan kehilangan makna bahkan
sia-sia. Dalam praktek penyelenggaraan modul psikoedukasi sering-
kali hanya terfokus pada fase aktivitas. Akibatnya bisa terjadi bahwa
dalam satu modul yang mengolah satu topik disajikan lebih dari satu
aktivitas, yang kadang-kadang mengusung tema atau learning points
berlainan yang kurang rele­van dengan topik yang sedang dibahas.
Atau sebaliknya, sebuah aktivitas yang mengusung learning points
persis seperti yang dimaksudkan dalam topik modul kegiatan justeru
149
hanya disajikan sebagai selingan. Lazimnya peserta memang gem­
bira ria menjalani modul kegiatan yang penuh aktivitas semacam
itu, namun sebenarnya tanpa menangkap satu pun learning points
atau memperoleh tambahan khazanah pengetahuan-ketrampil­an se-
bagai hasil belajar yang semestinya mereka capai. Seperti dinyatakan
Pfeiffer (1974), jika hal itu terjadi, artinya seluruh modul kegiat­an
hanya berhenti pada fase aktivitas belaka, maka program psikoedu-
kasi semacam itu sesungguhnya mengalami degradasi serius dan ter-
perosok menjadi sekadar ”fun and games” alias ketawa-ketiwi serba
hura-hura belaka (h.1). Menggembirakan, tetapi hampa makna.
7. Media. Perlu diidentifikasikan berbagai media dan sarana pembe-
lajaran lain yang diperlukan untuk melaksanakan atau mendukung
pelaksanaan berbagai langkah kegiatan, meliputi:
a. Hand outs berisi paparan materi.
b. Aneka lembar kerja, seperti Lembar Kerja Pribadi dan Lembar
Kerja Kelompok.
c. Slides, film, rekaman audio berisi pidato, nyanyian, musik, be-
serta alat pemutar masing-masing, dan sebagainya.
d. Gambar, teks puisi, teks nyanyian, dan benda-benda ter­tentu.
e. Koran bekas, majalah bekas, barang-barang bekas lain.
f. Overhead Projector, laptop computer, dan viewer.
g. Alat-alat seperti kertas flap, kertas HVS, kertas gambar, pensil
Untuk Yonita, Ryo, Karysta
warna, spidol, gunting, lem, dan sebagainya.
8. Evaluasi. Pada akhir kegiatan lazimnya perlu dilakukan evaluasi.
Langkah evaluasi sendiri lazim ditempatkan dalam kerangka akunta­
bilitas (Erford, 2007), yaitu pertanggungjawaban bahwa suatu tin-
dakan atau layanan profesional yang sudah diberikan benar-benar
efektif alias berhasil guna. Terkait dengan akuntabilitas, kiranya ada
dua jenis evaluasi yang relevan diterapkan pada tahap ini, yaitu: (a)
evaluasi hasil untuk mempertanggungjawabkan hasil penyelengga-
raan modul psikoedukasi yang baru dilaksanakan; dan (e) evaluasi
kinerja dalam arti mempertanggungjawabkan proses penyelengga-
raan modul psikoedukasi yang baru dilaksanakan khususnya terkait
dengan kinerja psikolog-konselor yang melaksanakannya.
The Possibler
028724

150 © 2011 Kanisius

PENERBIT
Tentang KANISIUS (Anggota
evaluasi hasil, karena IKAPI)
menyangkut pembentukan life skill
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
atau nilai-sikap-kebiasaan baru, maka evaluasi ini tidak boleh terjebak
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
sebatas mengungkap pemahaman kognitif peserta tentang skill yang
Telepon
baru(0274) 588783,namun
dipelajarinya, 565996; Faxmampu
harus (0274) 563349
mengungkap terbentuknya
E-mail : office@kanisiusmedia.com
disposisi pribadi baru untuk mengadopsi nilai-sikap-kebiasaan baru
Website
dalam: www.kanisiusmedia.com
kehidupan sehari-hari. Untuk mengungkapnya, kiranya lebih
tepat digunakan sebuah instrumen yang diharapkan mampu mem-
bantu peserta antara lain menyadari kaitan antara bahan yang baru
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
dipelajari dengan kehidupannya sehari-hari (Sinurat, 2005). Seba-
Tahun 15
gaimana ditunjukkan 14 13 (2005),
oleh Sinurat 12 sejenis11kuesioner tentang
I learned statements atau Pernyataan tentang Hasil Belajar yang aslinya
dikembangkan oleh Simon, Howe, dan Kirschenbaum (1972) bisa
Editor : Dwiko
digunakan sebagai model (Lampiran 7).
Desainer sampul hasil
Jika evaluasi : Marius Santo pada peserta, maka evaluasi kinerja
lebih terfokus
lebih terfokus pada psikolog-konselor pelaksana modul psikoedukasi.
Tujuan utamanya antara lain adalah mendapatkan feedback tentang
seberapa efektif psikolog-konselor sebagai fasilitator telah melaksana-
ISBN 978-979-21-3041-6
kan tugasnya. Lazimnya, feedback ini difokuskan pada sejumlah aspek
Hak kinerja
cipta dilindungi undang-undang
atau kompetensi psikolog-konselor yang dipandang penting
menopang
Dilarang keberhasilan
memperbanyak penyelenggaraan
karya tulis ini dalammodul psikoedukasi.
bentuk dan denganInfor-
cara masi
apa pun, termasuk
semacam fotokopi,
ini akan sangattanpa
bergunaizinkhususnya
tertulis dari Penerbit.
bagi peningkatan
diri psikolog-konselor baik secara pribadi maupun khususnya secara
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
profesional. Sebuah adaptasi dari evaluasi penyelenggaraan kelas
bimbingan perkembangan yang dikembangkan oleh Erford (2007)
disajikan sebagai sejenis model evaluasi kinerja dalam rangka evaluasi
proses (Lampiran 8).
Seperti sudah dinyatakan pada awal, idealnya baik evaluasi hasil mau-
pun evaluasi kinerja atau evaluasi proses ini diselenggarakan pada
akhir setiap modul. Namun mungkin ada saatnya psikolog-konselor
sebagai fasilitator memandang cukup jika kedua jenis evaluasi terse-
but dilaksanakan hanya pada akhir pelaksanaan serangkaian modul
yang membentuk satu program psikoedukasi tertentu. Pembahasan
lebih lanjut tentang evaluasi akan dipaparkan pada Bab 9.
151
9. Sumber. Komponen ini mencantumkan berbagai sumber pustaka
dan atau sumber lain yang dipakai sebagai acuan dalam menyusun
aneka langkah dalam program kecil atau modul psikoedukasi ini.

B. Contoh Modul Psikoedukasi


Pada bagian ini akan disajikan sebuah contoh modul psikoedukasi
yang mengolah topik ”Etika Watak dan Etika Topeng”. Contoh modul ini
pertama kali disusun pada tahun 1997 sebagai bagian dari pengembangan
program pelatihan kepribadian bagi mahasiswa baru di sebuah universitas
swasta di Yogyakarta yang diberi nama Pendampingan Menjadi Mahasiswa
Efektif (PMME), dan pernah diterapkan dalam rangka training for train-
ers bagi fasilitator maupun pendampingan mahasiswa baru setidaknya
angkat­an 1997/1998 di universitas swasta yang sudah disebutkan di atas
(”Penyelenggaraan PMME 1997”, 1998).
Topik ”Etika Watak dan Etika Topeng” ini diturunkan dari program
pelatihan ”Tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif ” karya Stephen
Covey (1994). Sebagaimana diketahui, aslinya program pelatihan Co­
vey bertujuan mengembangkan tujuh macam life skills, yaitu (1) menjadi
proaktif, (2) memulai dengan tujuan akhir dalam pikiran (hidup berdasar-
kan prinsip), (3) manajemen pribadi (mendahulukan hal yang harus di-
dahulukan), (4) berpikir menang-menang (prinsip-prinsip kepemimpinan
antarpribadi), (5) berusaha untuk memahami lebih
Untukdahulu,
Yonita,baru
Ryo,kemudi-
Karysta
an dipahami (prinsip-prinsip komunikasi), (6) mewujutkan sinergi (prin-
sip-prinsip kerja sama kreatif ), dan (7) mengasah gergaji (prinsip-prinsip
pembaruan diri yang seimbang).
Tiga ketrampilan hidup yang pertama merupakan landasan bagi
pe­nguasaan diri atau yang oleh Covey disebut ”Kemenangan pribadi,”
sedang­kan tiga ketrampilan hidup berikutnya adalah landasan bagi pe­
ngembangan ketrampilan sosial atau yang oleh Covey disebut ”Keme-
nangan publik.” Ketrampilan ketujuh atau terakhir bertujuan membantu
mengembangkan keenam ketrampilan dasar tersebut menjadi semakin
sempurna serta menjadi berurat-berakar sebagai kebiasaan.
The Possibler
028724

152 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS
Di luar tujuh (Anggota
ketrampilan hidupIKAPI)
tersebut ada satu ketrampilan lain
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
yang sesungguhnya juga menjadi salah satu gagasan pokok Covey khusus-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
nya terkait dengan character building, yaitu pentingnya mengembangkan
Telepon
etika (0274)
watak 588783,
di tengah 565996;
arus Fax (0274)
besar godaan 563349hidup secara mudah
menjalani
E-mail
nan : office@kanisiusmedia.com
dangkal dengan mengembangkan etika topeng. Ketrampilan terakhir
Website : www.kanisiusmedia.com
ini sebenarnya bisa menjadi sejenis sintesis bagi ketujuh ketrampilan hidup
lainnya. Marilah kita lihat, bagaimana topik tersebut bisa diolah menjadi
sebuah modul psikoedukasi.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
1. Topik
Tahun 15 14 13 12 11
Etika Watak dan Etika Topeng.

Editor
2. Tujuan : Dwiko
Desainer sampulUmum
a. Tujuan : Marius Santo
Pada akhir kegiatan diharapkan peserta:
1) Memahami konsep Etika Watak dan Etika Topeng.
2) Memahami keunggulan dan kelemahan Etika Watak dan
ISBN 978-979-21-3041-6
Etika Topeng.
Hak cipta3) dilindungi
Memilikiundang-undang
niat untuk mengukuhkan pilihan atas Etika Wa-
tak sebagai pedoman
Dilarang memperbanyak hidup.
karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara b.
apa pun,
Tujuantermasuk
Khusus fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Pada akhir kegiatan diharapkan peserta:
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
1) Bisa membedakan ciri-ciri orang yang meraih sukses lewat
Etika Watak dan lewat Etika Topeng
2) Bisa menunjukkan keunggulan dan kelemahan Etika Watak
dan Etika Topeng
3) Bisa menjelaskan apakah selama ini dirinya lebih digerak-
kan oleh Etika Watak atau Etika Topeng
4) Bisa menunjukkan akibat-akibat positif dan negatif dari eti-
ka hidup yang selama ini dianutnya, Etika Watak atau Etika
Topeng
5) Bisa merumuskan niat dan rencana untuk mengukuhkan pi­
lihannya atas Etika Watak yang telah dijalankannya selama
153
ini, atau untuk mengubah diri ke arah hidup berdasarkan
Etika Watak jika merasa bahwa selama ini masih lebih con-
dong menerapkan Etika Topeng.

3. Waktu
Dua jam (120 menit).

4. Tata Ruang
a. Sebuah ruang berukuran 10 x 12 meter persegi dengan ventilasi
dan penerangan yang baik.
b. Kursi dilengkapi papan alas tulis sebanyak 40 buah untuk pe-
serta, ditata setengah lingkaran atau membentuk huruf U.
c. Dua pasang meja kursi untuk fasilitator dan kofasilitator ditaruh
di depan di antara kedua ujung kiri-kanan deretan kursi peserta.
d. Sebuah papan tulis diletakkan di depan, di sebelah kiri-belakang
kursi fasilitator dan kofasilitator.
e. Sebuah layar OHP atau viewer atau kertas flap beserta standar-
nya diletakkan di sebelah kanan-belakang kursi fasilitator dan
kofasilitator.

5. Materi
Ada dua cara untuk mencapai keberhasilan dalam
Untuk hidup.
Yonita, Cara
Ryo, per-
Karysta
tama adalah dengan mempelajari atau mengembangkan sejumlah prinsip
dasar dan mengintegrasikannya ke dalam watak kita masing-masing se­
hingga bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip dasar
yang dimaksud, yang terpenting adalah kejujuran, kerendahan hati, ke-
setiaan, pengendalian diri, keberanian, keadilan, kesabaran, ketekunan,
kesederhanaan, sopan-santun, dan fair play. Cara ini lebih sulit dan lebih
lama, namun akan menghasilkan keberhasilan sejati dan kebahagiaan aba-
di. Keseluruhan prinsip dasar ini disebut Etika Watak.
Cara kedua adalah dengan menguasai tehnik ”menjual diri” dan me­
ngembangkan sikap mental ”menjilat.” Di sini keberhasilan lebih ditentu-
kan oleh kesan baik, sikap dan perilaku manis-menarik, ketrampilan dan
The Possibler
028724

154 © 2011 Kanisius


PENERBIT
tehnik KANISIUS
memperlicin (Anggota
hubungan IKAPI)
dengan orang lain. Cara ini lebih mudah
4 Jl. Cempaka 9,namun
Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
dan lebih cepat, penuh rekayasa bahkan menipu, mendorong orang
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
menggunakan kiat-kiat untuk membuat orang lain menyukai diri­nya, ber-
Telepon (0274)
pura-pura 588783,
tertarik untuk 565996; Faxhati
mengambil (0274) 563349
sampai mendapatkan apa yang
E-mail : office@kanisiusmedia.com
diinginkan dari orang lain, atau menggunakan tekanan dan ancam­an.
Website
Cara yang: www.kanisiusmedia.com
tidak menghasilkan keberhasilan sejati dan kebahagiaan abadi
ini disebut Etika Topeng (lihat hand out, Lampiran 2).

Cetakan
6. ke-
Prosedur 5 4 3 2 1
a.
Tahun Fase Mengalami
15 14 13 12 11
1) Peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok terdiri atas 5
orang atau kuintet. Setiap kuintet diminta menunjuk Ketua
Editor : Dwiko
dan Penulis (3 menit).
Desainer sampul : Marius Santo
2) Kepada setiap kuintet diberikan satu set kartu terdiri dari
sepuluh gambar tokoh (contoh kartu, Lampiran 3). Fasili- �������
tator menunjukkan bahwa pada setiap kartu:
a) Halaman depan memperlihatkan foto seorang tokoh.
ISBN 978-979-21-3041-6
b) Halaman belakang memuat keterangan singkat tokoh
Hak cipta dilindungi yangundang-undang
bersangkutan; peserta boleh menambahkan infor-
Dilarang memperbanyakmasi lainkarya tulis ini dalam
dari khazanah bentuk mereka
pengetahuan dan dengan
tentang
cara apa pun, termasuk fotokopi,
setiap tokoh. tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Setiap kuintet diminta mempelajari gambar-gambar itu
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
secara cermat namun cepat (7 menit).
3) Lalu fasilitator membagikan satu Lembar Kerja Kelompok
kepada setiap kuintet (Lampiran 4). Dalam kuintet dan
dituliskan dalam Lembar Kerja Kelompok, peserta diminta
bersama-sama:
a) Menyebutkan nama setiap tokoh.
b) Menyebutkan profesi setiap tokoh.
c) Menyebutkan prestasi dan/atau keberhasilan lain (ke-
lebihan, kekuatan, dan sebagainya) yang membuat se­
tiap tokoh itu terkenal. Jika banyak, cukup diminta
menyebutkan satu atau dua yang mencocok.
155
d) Mendiskusikan cara-cara setiap tokoh itu mencapai pres­­
tasi/keberhasilan masing-masing yang menonjol. Me­­reka
mengandalkan apa untuk mencapainya (kecantikan, ke-
pandaian, kerja keras, kesabaran, dan sebagainya)?
e) Menyebutkan kelemahan, kekurangan dan/atau cela
mencolok yang dimiliki oleh setiap tokoh.
f ) Membagi sepuluh tokoh itu ke dalam dua kelompok
berdasarkan penilaian mereka tentang:
- Mana yang lebih besar jasa-nya bagi kelompok ter-
tentu atau masyarakat luas?
- Mana yang lebih abadi kebahagiaannya?
Maka diperoleh dua kelompok tokoh, masing-masing
terdiri dari lima orang dan bisa disebut Kelompok I
dan Kelompok II. Penulis cukup menuliskan angka
Romawi I atau II di belakang setiap tokoh pada kolom
terakhir dalam Lembar Kerja Kelompok.
Catatan: Sebaiknya fasilitator memandu peserta meng­
isi Lembar Kerja Kelompok secara klasikal, kolom demi ko-
lom (30 menit).
b. Fase Mempublikasikan
Tanpa mengubah tempat duduk sebagai kuintet, secara bergilir­
an semua (atau beberapa) kuintet diminta
Untuk men-sharing-kan hasil
Yonita, Ryo, Karysta
kerja mereka kepada pleno. Manfaat akan dipetik bila terjadi
kontroversi atau silang pendapat antar kuintet menyangkut satu
atau lebih tokoh yang didiskusikan (10 menit).
c. Fase Memroses
Masih dalam kuintet, fasilitator membagikan Lembar Kerja Pri­
badi kepada setiap peserta (Lampiran 5). Lalu secara sendiri-
sendiri dan menggunakan Lembar Kerja Pribadi peserta diminta
merefleksikan (15 menit):
1). Aneka prestasi, keberhasilan, keunggulan, atau kelebihan
yang dimilikinya dan yang selama ini membuat dirinya di-
kenal orang (terkenal). Peserta diminta menyebutkan hal
The Possibler
028724

156 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS
tersebut paling(Anggota
banyakIKAPI)
sepuluh buah, dituliskan urut dari
4 Jl. Cempaka 9,atasDeresan,
ke bawah Yogyakarta 55281,
dalam kolom INDONESIA
pertama Lembar Kerja Pribadi.
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
2). Cara-cara prestasi, keberhasilan, keunggulan, atau kelebihan
Telepon (0274)itu588783,
dicapai: 565996; Fax (0274)
seperti cara-cara yang563349
ditempuh oleh Kelompok
E-mail : office@kanisiusmedia.com
I atau Kelompok II sebagaimana diidentifikasikan pada bu-
Website : www.kanisiusmedia.com
tir 6.a.3).f).
3). Akibat-akibat positif atau negatif dari ditempuhnya cara-
cara mencapai prestasi, keberhasilan, keunggulan, atau kele-
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
bihannya itu terhadap: (1) dirinya sendiri, berupa perasaan
Tahun 15 dan 14
pribadi; 13
(2) hubungannya 12
dengan 11orang lain.
d. Fase Membuat Generalisasi
Tanpa mengubah tempat duduk sebagai kuintet, namun kini
Editor : Dwiko
dalam rangka kegiatan pleno (15 menit):
Desainer 1).
sampul : Marius
Fasilitator Santo
meminta satu atau dua peserta secara perseorang­
an men-sharing-kan hasil refleksi pribadinya.
2). Fasilitator menanggapi sharing itu seraya memberikan lek-
turet tentang Etika Watak dan Etika Topeng (bahan dari
ISBN 978-979-21-3041-6
materi yang disajikan dalam hand out).
Hak e.cipta dilindungi
Fase undang-undang
Mengaplikasikan
Dilarang Dalam kuintet, peserta
memperbanyak karya diminta
tulis ini (15 menit):
dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk
1). Saling fotokopi, tanpa
men-sharing-kan izinrefleksi
hasil tertulismasing-masing
dari Penerbit. yang
terekam dalam Lembar Kerja Pribadi secara bergiliran.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
2). Saling menolong dalam hal merumuskan niat untuk:
(a) Menjadi semakin kukuh-mantap dalam memilih Eti-
ka Watak sebagai pedoman hidup (bagi yang sudah
melaksanakan atau menghayatinya); atau:
(b) Berubah ke arah hidup berdasarkan Etika Watak (bagi
yang belum melaksanakan/menghayatinya).
Setiap peserta diminta menuliskan niatnya dalam kolom
ter­akhir pada Lembar Kerja Pribadi.
3). Fasilitator membubarkan kuintet dan meminta peserta kem­
bali ke tempat duduk masing-masing. Demi mengukuhkan
niat para peserta untuk mengembangkan diri fasilitator
157
meminta salah satu peserta maju untuk membacakan puisi
”Aku” karya Chairil Anwar dalam kelompok pleno (Lam­
pir­an 6)(20 menit).
f. Evaluasi
Seluruh kegiatan diakhiri dengan penyelenggaraan evaluasi hasil
dan evaluasi kinerja atau proses dengan menggunakan model
evaluasi masing-masing seperti sudah disinggung di atas (Lam-
piran 7 dan 8)(5 menit).
g. Media
1) Satu set gambar berukuran kartu pos berisi sepuluh gambar
terdiri atas lima tokoh ber-Etika Watak, meliputi: Moham-
mad Hatta, Chairil Anwar, Mahatma Gandhi, Ibu The-
resa, dan Henry Ford; serta lima gambar tokoh ber-Etika
Topeng, meliputi: Liz Taylor, Maradona, Raquel Welch,
Jennifer O’Neill, dan Farrah Fawcet. Seperti sudah dising-
gung, pada sisi belakang masing-masing gambar diberikan
keterangan singkat tentang tokoh yang bersangkutan. Perlu
ditekankan bahwa penggolongan kesepuluh tokoh ke dalam
dua kategori bersifat relatif. Sungguh tidak fair ”mengha-
kimi” seseorang sebagai begini atau begitu secara mutlak.
Sebaliknya kiranya masih bisa diterima untuk menyebut se-
seorang secara relatif lebih begini atau begitu dibandingkan
seseorang lain, khusus­nya dalamUntuk Yonita,
rangka Ryo, Karysta
menolong orang
lain mengembangkan diri.
2) Lembar Kerja Kelompok dan Lembar Kerja Pribadi.
3) Naskah puisi berjudul ”Aku” karya Chairil Anwar.
4) Handout, ”Etika Watak dan Etika Topeng.”

7. Sumber Pustaka
a. Covey, S.R. (1994). Tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif.
Jakarta: Binarupa Aksara.
b. Erford, B.T. (2007). Accountability. Dalam B.T. Erford (Ed.),
Transforming the school counseling profession (2nd ed.; h. 236-278).
Upper Saddle River, NJ: Pearson Merrill Prentice Hall.
The Possibler
028724

158 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS
c. Hassan (Anggota
Shadily (1982). IKAPI) Indonesia. Jilid 3. HAN-KOL
Ensiklopedi
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
(h. 1269-1270). Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
d. Rogacion, M.R.E., R.G.S. (1996). Tumbuh bersama sahabat (Ji-
Telepon (0274) 588783, 565996;
lid 2). Yogyakarta: Fax (0274) 563349
Kanisius.
E-mail
e. :Simon,
office@kanisiusmedia.com
S.B., Howe, L.W., & Kirschenbaum, H. (1972). Values
Website :clarification.
www.kanisiusmedia.com
A handbook of practical strategies for teachers and stu-
dents. New York: Hart.
f. Sinurat, R.H.Dj. (2005). Pendekatan klarifikasi nilai dalam
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
pembelajaran dan pembimbinga. Dalam A.M. Slamet Soewandi,
Tahun B. Widharyanto,
15 14 13 & Y.F.
Barli Bram, 12 Setya 11
Tri Nugraha (Eds.),
Perspektif pembelajaran berbagai bidang studi (h. 109-131). Yog­
yakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Editor : Dwiko
Desainer
C. sampul
Beberapa Saran: Praktis
Marius Santo
Psikolog-konselor yang memimpin penyelenggaraan sebuah modul
psikoedukasi tertentu disebut fasilitator. Dalam menjalankan tugasnya dia
bisa dibantu oleh seorang psikolog-konselor lain dengan kualifikasi se­tara
ISBN 978-979-21-3041-6
dengan dirinya sebagai kofasilitator, atau dibantu oleh seseorang lain de­
Hak cipta
ngan dilindungi
kualifikasi undang-undang
lebih rendah dari dirinya sebagai asisten fasilitator, atau
dibantu
Dilarangoleh seseorang yang
memperbanyak dipilih
karya tulisdari
ini antara
dalam kelompok
bentuk danyang didam­
dengan
cara apa
pingi pun,peer
sebagai termasuk fotokopi,
facilitator tanpa izin
atau fasilitator tertulis
sebaya. dari Penerbit.
Berikut ini disampai-
kan beberapa saran praktis yang perlu diperhatikan dan mungkin perlu
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
diterapkan oleh fasilitator dalam penyelenggaraan modul psikoedukasi.

1. Fasilitator
Fasilitator bisa memainkan beraneka macam peran sesuai dengan jenis
life skill atau ketrampilan yang sedang dipelajari bersama. Aneka peran yang
dimaksud meliputi: (a) sumber informasi, memberikan informasi kepada
peserta lewat lekturet atau ceramah pendek, bahan-bahan audiovisual, atau
bahan-bahan tercetak (lazimnya berupa hand-outs); (b) model atau contoh,
memberikan contoh demonstrasi atau peragaan life skills yang sedang di­
pelajari bersama; (c) nara sumber, yaitu gabungan antara sumber informasi
dan model sekaligus; serta (d) pemimpin dan konselor kelompok.
159
Sebagaimana sudah disinggung, agar bisa menjalankan perannya se-
cara efektif, seorang fasilitator dituntut memiliki hal-hal sebagai berikut:
(a) pemahaman dan penguasaan yang mendalam tentang jenis life skills
yang akan diajarkan; (b) kemampuan berkomunikasi yang baik, yaitu
mampu mengungkapkan diri secara jelas termasuk kemampuan berbicara
dengan suara lantang dan artikulasi yang jelas, mampu mendengarkan dan
menanggapi orang lain dengan efektif, dan memiliki kepekaan terhadap
kebutuhan orang lain; (c) kemampuan memimpin; (d) penguasaan yang
mendalam atas aneka metode atau teknik pembelajaran yang relevan; (e)
memiliki kepribadian yang matang, penyabar, jujur, tulus, dan bebas dari
aneka problem atau bias pribadi terhadap kelompok tertentu seperti bias
gender, sehingga mudah mendapatkan kepercayaan dari para peserta. Jika
akan melibatkan kofasilitator, asisten fasilitator atau fasilitator sebaya, se-
baiknya mereka pun perlu diseleksi dan hanya dipilih mereka yang memi-
liki aneka karakteristik dan ketrampilan tersebut dalam kadar yang secara
minimal dipandang memadai.

2. Pemilihan Peserta
Menurut Gazda (1989), manakala kurikulum life-skills dilaksanakan
di lingkungan sekolah, perusahaan, atau komunitas untuk tujuan prevensi,
tidak perlu dilakukan penyaringan calon peserta. Semua siswa, karyawan,
atau anggota dalam kelompok-kelompok yangUntuk sudahYonita,
ada bisa dilibatkan
Ryo, Karysta
sebagai perserta. Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan. Karena
peserta dipilih berdasarkan asumsi bahwa mereka memiliki defisit dalam
hal life-skills tertentu, maka perlu diusahakan agar kelompok bersifat ho-
mogen menyangkut life-skills yang bersangkutan. Perbedaan menyangkut
hal-hal lain, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, dan
sebagainya, sepanjang tidak terlalu mencolok, justru bisa memperkaya
pembelajaran kelompok.

3. Besarnya Kelompok
Menurut Gazda (1989), penentuan tentang besar-kecilnya kelompok
sebenarnya terkait dengan faktor-faktor lain, seperti usia peserta dan sifat
The Possibler
028724

160 © 2011 Kanisius


PENERBIT Mendampingi
kegiatannya. KANISIUS (Anggotaanak-anak IKAPI)
dalam jumlah terlalu besar lebih
4 Jl. Cempaka
sulit daripada 9, Deresan, Yogyakarta
mendampingi kelompok55281,
remaja INDONESIA
atau dewasa. Pelatihan de­
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
ngan sesi-sesi yang panjang lebih cocok untuk kelompok yang tidak terlalu
Telepon
besar. (0274)
Prinsip 588783, makin
umumnya, 565996; Faxkelompok
kecil (0274) 563349
makin baik. Selain itu, se-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
baiknya jumlah kelompok genap, supaya jika diperlukan mudah dibagi ke
Website
dalam : www.kanisiusmedia.com
pasangan-pasangan. Secara teoretis menurut Gazda (1989), ukur­an
kelompok yang cukup ideal untuk ditangani oleh seorang fasilitator ada-
lah: (a) kecil, meliputi 6-8 peserta; (b) besar, meliputi 12-14 peserta. Jika
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
ukuran kelompok lebih besar lagi, misal sebesar kelas dalam seting sekolah
Tahun peserta) atau
(20-30 15 bahkan 14sampai13 mencakup12 40 peserta,
11 maka diperlu-
kan dua fasilitator atau seorang fasilitator dibantu minimal seorang peer
facilitator atau fasilitator sebaya.
Editor : Dwiko
Desainer
4. Mediasampul : Marius Santo
Pada dasarnya, jenis media atau sarana pembelajaran yang bisa digu-
nakan dalam psikoedukasi tidak terbatas. Beberapa jenis media penting
yang bisa disebut di sini adalah: (a) media audiovisual, meliputi bukan
ISBN 978-979-21-3041-6
hanya peralatan display melainkan juga record atau alat rekamnya, agar bisa
Hak cipta dilindungi
memberikan undang-undang
umpan balik berupa rekaman; (b) bahan audio-visual berupa
CD berisi memperbanyak
Dilarang lagu-lagu, film, rekaman peristiwa,
karya tulis ini dalam danbentuk
sebagainya; (c) bahan
dan dengan
cara apa
bacaan pun, buku
berupa termasuk fotokopi,
sumber, tanpa
hand-outs, izin tertulis
artikel, dari Penerbit.
dan sebagainya; (d) berba-
gai tehnik eksperiensial yang bertujuan memberikan kesempatan kepada
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
peserta untuk mencoba, merasakan, dan menghayati berbagai ketrampil­
an, seperti simulasi, role playing, sosiodrama, live in, dan sebagainya; dan
(e) sarana evaluasi-diri, berupa kuesioner, check lists, termasuk evaluasi
lisan atau tatap muka dari fasilitator dan fasilitator sebaya.

5. Tata Tertib
Tata tertib atau ground rules adalah aneka aturan dan persyaratan yang
perlu dikomunikasikan sejak awal kepada peserta menjadi sejenis standard
operating procedures (SOP) kelompok. Yang terpenting di antaranya ada-
lah: (a) konfidensialitas, yaitu apa saja yang berlangsung dalam kelompok,
lebih-lebih ungkapan-ungkapan yang muncul dalam sharing pribadi, tidak
161
boleh dijadikan bahan omongan atau gosip dengan siapa pun; (b) keha­
diran, khususnya perlu ditegaskan sejauh mana keterlambatan atau bahkan
ketidak-hadiran dalam sesi-sesi kegiatan bisa diterima; (c) cara berpakaian;
peserta dipersilakan mengenakan pakaian yang nyaman dan sopan; un-
tuk peserta wanita lazimnya hal itu berarti mengenakan setelan baju dan
celana panjang atau model celana lain, namun bukan rok atau kalau pun
rok dialasi legging agar bisa bebas bergerak.

6. Pelaksanaan Sharing dan Diskusi


Dalam pelaksanaan sharing atau diskusi, fasilitator perlu memperha-
tikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengatur peserta agar mengambil posisi duduk berhadapan bila ha-
nya berdua atau melingkar sehingga bisa saling melihat wajah bila
kelompok terdiri atas lebih dari dua orang.
b. Menekankan kepada peserta bahwa tidak boleh memotong pembica-
raan teman. Khusus dalam sharing juga tidak boleh menyangkal atau
membantah ungkapan teman.
c. Mengingatkan peserta bahwa sharing maupun partisipasi dalam dis-
kusi memang bersifat suka rela. Namun, setiap peserta diharapkan
ambil bagian secara aktif.
d. Mengingatkan peserta bahwa mereka harus berbicara sungguh-sung-
guh dari hati dan/atau pikirannya, tidak Untuk Yonita, atau
mengada-ada Ryo, dibuat-
Karysta
buat.
e. Mengingatkan peserta bahwa mereka harus sungguh-sungguh saling
mendengarkan dan menanggapi seperlunya.

7. Pengungkapan Diri
Seperti dinyatakan oleh Rogacion, RGS (1996), para peserta biasanya
senang bila diberi kesempatan untuk mengungkapkan diri, baik gagasan
maupun perasaan mereka, maka:
a. Sebaiknya fasilitator mengingatkan kepada peserta agar siapa pun yang
selesai berbicara mempersilakan peserta lain untuk ikut meng­ungkap­
The Possibler
028724

162 © 2011 Kanisius


PENERBIT
kan diri.KANISIUS
Perlu selalu (Anggota
diingatkanIKAPI)
bahwa semua peserta bertanggung
4 Jl. Cempaka 9, Deresan,
jawab untuk berperanYogyakarta 55281,
serta secara aktif INDONESIA
dalam semua tahap kegiatan.
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
b. Peserta juga perlu selalu diingatkan bahwa saat mengungkapkan diri
Telepon (0274)
mereka 588783,
harus 565996;
menujukan Fax (0274)
pesannya kepada563349
semua peserta lain yang
E-mail : office@kanisiusmedia.com
ada di dalam kelompok. Hal ini bisa dilakukan misalnya, dengan cara
Website : www.kanisiusmedia.com
mengarahkan pandangan secara bergiliran kepada setiap peserta lain,
bukan hanya kepada salah satu atau sebagian peserta tertentu, atau
bahkan hanya kepada fasilitator, saat mengungkapkan diri.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
8. Peran Aktif Fasilitator
Tahun 15 14 13 12 11
Saat para peserta sedang masuk dalam sesi kerja kelompok, fasilitator
tetap harus menjalankan peran aktif. Peran aktif tersebut bisa berupa:
Editor : Dwiko
a. Mendampingi secara aktif pelaksanaan tugas oleh masing-masing
Desainer sampulSeyogyanya
kelompok. : Mariusfasilitator
Santo berkeliling dari kelompok ke ke­
lompok untuk memantau kinerja mereka, menjelaskan hal-hal ter-
tentu, atau mendorong para peserta agar mempraktekkan aneka ke­
trampilan yang sudah atau sedang dipelajari sebagaimana mestinya,
ISBN 978-979-21-3041-6
dan sebagainya.
Hak Dalam
b. cipta dilindungi
pemantauan undang-undang
tersebut fasilitator harus peka dan cepat tanggap
terhadap
Dilarang aneka proses karya
memperbanyak kelompok
tulis yang mungkin
ini dalam muncul,
bentuk khususnya
dan dengan
cara bila
apa terjadi
pun, termasuk fotokopi,
konflik atau tanpa
hambatan izin tertulislainnya.
interpersonal dari Penerbit.
c. Saat para peserta masuk dalam sesi refleksi baik secara kelompok
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
maupun secara pribadi, fasilitator seyogyanya juga melakukan re-
fleksi sendiri. Sebagaimana dinyatakan oleh Rogacion, RGS (1996),
inilah kesempatan bagi fasilitator untuk meninjau kembali gagasan-
gagasannya sendiri, mengevaluasi kinerjanya sendiri, serta mencer-
mati arah perkembangan yang berlangsung dalam kelompok.

9. Lembar Kerja
Hampir setiap modul psikoedukasi dilengkapi dengan satu atau lebih
lembar kerja, baik lembar kerja pribadi maupun lembar kerja kelompok.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan berkaitan dengan lembar
kerja ini adalah:
163
a. Peserta perlu didorong agar mengerjakan atau mengisi setiap lembar
kerja dengan sungguh-sungguh dan sekreatif mungkin.
b. Pada umumnya pengisian lembar kerja akan lebih efektif jika dilaku-
kan bersama-sama butir demi butir di bawah petunjuk fasilitator.
c. Semua lembar kerja dan bahan lain yang dibagikan kepada peserta
tidak perlu ditarik kembali, justru sebaiknya dikukuhkan sebagai mi-
lik mereka agar bisa dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan diri
lebih lanjut.

10. Lain-lain
Beberapa hal penting lain yang perlu diperhatikan oleh fasilitator
adalah sebagai berikut:
a. Semua instruksi atau petunjuk perlu disampaikan satu demi satu se­
suai waktu dan tempat yang direncanakan.
b. Semua bahan baik berupa handouts, lembar kerja maupun bahan lain
seyogyanya dibagikan kepada peserta secara piecemeal, satu demi satu
menjelang saat digunakan. Jangan diberikan secara bersamaan, misal
diberikan seluruhnya sekaligus pada awal kegiatan dalam bentuk ter-
jilid. Tujuannya antara lain agar perhatian peserta sungguh-sungguh
terpusat pada kegiatan yang sedang dilakukan, tidak terpecah ke hal-
hal lain yang sudah atau belum dilaksanakan. Dengan begitu minat
peserta pada kegiatan yang sedang dilaksanakan kiranya
Untuk Yonita, juga
Ryo, akan
Karysta
lebih dibangkitkan, misalnya karena senantiasa merupakan sesuatu
yang baru.
c. Perlu diusahakan agar setiap langkah kegiatan bisa diselesaikan dalam
waktu yang disediakan. Salah satu caranya, penting untuk memulai
dan mengakhiri setiap kegiatan maupun langkah tepat waktu.
d. Sebagaimana dinyatakan oleh Rogacion, RGS (1996), peserta bi-
asanya senang bila diberi kesempatan untuk dapat berbicara dan
berkenalan lebih dekat dengan semakin banyak peserta lain. Maka,
pembagian kelompok kecil untuk berbagai keperluan seperti diskusi
dan sharing seyogyanya sesering mungkin diganti. Selain memper-
luas hubungan antar peserta, pergantian semacam ini seringkali juga
The Possibler
028724

164 © 2011 Kanisius


PENERBIT
berdampak KANISIUS (Anggota
membuahkan IKAPI)
gagasan yang lebih beraneka ragam serta
4 Jl. Cempaka 9, Deresan,
terciptanya iklim yangYogyakarta 55281,
lebih terbuka INDONESIA
dan lebih sehat di kalangan para
Kotak Pos
peserta.1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon
e. Untuk (0274) 588783,
peserta 565996;
dewasa Fax kegiatan
dan dalam (0274) 563349
yang memakan waktu be-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
berapa hari sehingga menuntut menginap di wisma samadi atau ho-
Website : www.kanisiusmedia.com
tel, perlu selalu diingatkan agar keakraban yang terbentuk di antara
mereka tidak berkembang eksesif menjadi perselingkuhan, kecuali
menjadi jalan jodoh bagi yang masih lajang, tetapi itu pun tidak
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
boleh kemudian berakibat merusak dinamika proses pelatihannya
Tahun 15
secara keseluruhan. 14 13 12 11

Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo

ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta


165

BAB 9
Evaluasi Program Psikoedukasi

Penyelenggaraan program psikoedukasi di lingkungan mana pun di


satu sisi tentu memerlukan biaya yang tidak kecil, meliputi penyediaan
tenaga ahli, akomodasi bagi peserta dan fasilitator, penyediaan aneka ba-
han dan media, dan sebagainya. Di sisi lain menyadari pentingnya jenis-
jenis ketrampilan hidup yang diajarkan bagi perkembangan pribadi dan
kesejahteraan masing-masing peserta maupun masyarakat luas, kiranya
penting mengembangkan dan melaksanakan sistem evaluasi program psi-
koedukasi, untuk mengetahui sejauh mana kegiatan tersebut membuah-
kan hasil seperti yang diharapkan.
Evaluasi dalam program psikoedukasi memang lazim ditempatkan
dalam kerangka akuntabilitas (Erford, 2007). Inti
UntukdariYonita,
konsepRyo,
akuntabili-
Karysta
tas adalah pertanggungjawaban atas serangkaian tindakan profesional,
khususnya berupa pembeberan evidensi atau bukti-bukti bahwa suatu tin-
dakan atau layanan profesional yang sudah diberikan benar-benar efektif
alias berhasil guna. Secara lebih rinci, akuntabilitas mencakup tiga aspek
(Cobia & Henderson, 2003, dalam Erford, 2007): (a) adanya serangkai­
an kewajiban atau tanggungjawab yang dirumuskan secara jelas, (b) di-
lakukannya asesmen atau evaluasi terhadap performance atau kinerja dalam
pelaksanaan rangkaian kewajiban atau tanggungjawab tersebut, dan (c)
dilaporkannya hasil evaluasi kepada para pemangku kepentingan terkait.
Secara lebih rinci lagi dan terkait langsung dengan penyelenggara­
an program psikoedukasi di lingkungan tertentu, khususnya pendidikan
The Possibler
028724

166 © 2011 Kanisius


PENERBIT
sekolah, KANISIUS
akuntabilitas (Anggota
menunjuk padaIKAPI)
lima persoalan atau aktivitas pokok
4 Jl. Cempaka 9, (a)
Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
(Erford, 2007): audit program: apakah tersedia sebuah program psi-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
koedukasi komprehensif yang disusun berdasarkan norma atau standar
Telepon
yang (0274)
relevan; (b)588783,
asesmen 565996; Faxapa
kebutuhan: (0274)
saja 563349
kebutuhan mendesak yang
E-mail : office@kanisiusmedia.com
dialami oleh populasi khalayak sasaran, dalam konteks lingkungan sekolah
Website
siswa, : www.kanisiusmedia.com
dilihat dari perspektif norma atau standar yang relevan tersebut; (c)
asesmen layanan: jenis-jenis layanan apa saja yang telah dilaksanakan un-
tuk memenuhi aneka kebutuhan sesuai norma yang relevan tersebut; (d)
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
evaluasi hasil: bagaimana hasil dari berbagai layanan yang telah diselengga-
Tahundan (e) evaluasi
rakan; 15 kinerja:
14 bagaimana
13 kinerja 12 psikolog-konselor
11 dalam
melaksanakan aneka kewajiban dan tanggungjawabnya.
Jika rincian kegiatan evaluasi dalam rangka menegakkan akuntabili-
Editor : Dwiko
tas penyelenggaraan program psikoedukasi di lingkungan tertentu sebagai­
Desainer
mana sampul :Erford
dikemukakan Marius Santo
(2007) tersebut diterapkan pada alur pikir dan
kerja yang kita ikuti dalam pembahasan tentang pengembangan program
psikoedukasi seperti yang kita lakukan dalam buku ini, kiranya dapat kita
tarik sejumlah kesimpulan sebagai berikut. Pertama, audit program telah
ISBN 978-979-21-3041-6
terpenuhi manakala kita berhasil menyusun sebuah program psikoedukasi
Hak cipta dilindungi
komprehensif undang-undang
untuk kelompok klien dalam lingkungan tertentu entah
sekolah,
Dilarangorganisasi, atau komunitas
memperbanyak seperti
karya tulis dibahasbentuk
ini dalam dalam dan
Bab 7.
dengan
cara Kedua,
apa pun, termasuk
asesmen fotokopi,juga
kebutuhan tanpa izinterpenuhi
telah tertulis dari Penerbit.
manakala penyu­
sunan program psikoedukasi yang komprehensif tersebut telah didahu-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
lui dengan asesmen kebutuhan yang cermat serta dengan mengacu pada
teori-teori perkembangan yang relevan sebagai norma, seperti juga sudah
dibahas dalam Bab 7.
Ketiga, dengan membatasi pada satu jenis layanan yaitu psikoeduka-
si, asesmen layanan juga telah terpenuhi manakala kita berhasil menyusun
modul-modul psikoedukasi untuk mewujutkan berbagai tujuan yang di-
canangkan dalam program psikoedukasi komprehensif yang sudah berha-
sil disusun, seperti dibahas dalam Bab 8.
Keempat dan sekaligus kelima, evaluasi hasil dan evaluasi kinerja da-
lam arti proses yang dibatasi pada pelaksanaan suatu modul psikoedukasi
pun sebenarnya juga sudah terpenuhi manakala kita berhasil melaksana-
167
kan evaluasi hasil dan proses pada setiap akhir pelaksanaan modul psi-
koedukasi seperti juga dibahas dalam Bab 8. Mengingat pentingnya evalu-
asi hasil dan evaluasi kinerja dalam arti lebih luas seperti dimaksud oleh
Erford (2007), kedua topik terakhir tersebut akan kita bahas secara lebih
rinci dalam bagian berikut, termasuk akan disinggung sedikit tentang pe-
laporan hasil berbagai kegiatan evaluasi di atas.

A. Evaluasi Hasil Penyelenggaraan Program Psikoedukasi


Meminjam rumusan yang dikemukakan Goldstein (dalam Landy,
1989) untuk kegiatan pelatihan di lingkungan industri, yang dimaksud
evaluasi adalah usaha mengumpulkan informasi secara sistematis baik
yang bersifat deskriptif maupun yang bersifat penilaian, yang diperlukan
sebagai dasar untuk memilih, menerapkan, menentukan nilai atau man-
faat, serta melakukan perubahan-penyempurnaan suatu aktivitas terten-
tu. Dengan membatasi pembahasan pada taraf program psikoedukasi,
maka evaluasi hasil penyelenggaraan program psikoedukasi adalah usaha
pengum­pulan informasi seperti dimaksud di atas dalam konteks penye-
lenggaraan program psikoedukasi di lingkungan tertentu, baik lingkungan
sekolah, indus­tri, maupun komunitas.
Secara garis besar, ada tiga tujuan utama penyelenggaraan evaluasi
terhadap program psikoedukasi. Pertama, mendapatkan informasi dan
evidensi apakah trainees atau peserta benar-benar sudah
Untuk mencapai
Yonita, aneka
Ryo, Karysta
tujuan program psikoedukasi yang dicanangkan. Kedua, memberikan
feedback untuk menyempurnakan program psikoedukasi yang bersangkut­
an, khususnya penyempurnaan dalam pelaksanaan modul-modul pada
kelompok trainees untuk mana program psikoedukasi tersebut pada awal-
nya dikembangkan, atau untuk penyempurnaan penyelenggaraan pro-
gram psikoedukasi yang sama bagi kelompok trainees berikutnya di masa
mendatang. Ketiga, menyajikan bukti-bukti bahwa dana yang dianggar-
kan untuk program psikoedukasi tersebut sungguh-sungguh mencapai
atau memenuhi manfaatnya.
Menyangkut pelaksanaannya Beer dan Bloomer (1986) menyata-
kan, evaluasi yang baik haruslah memenuhi tiga syarat. Pertama, evaluasi
The Possibler
028724

168 © 2011 Kanisius


PENERBIT
sebut harusKANISIUS
ter­­ (Anggota
berupa proses IKAPI)terdiri atas serangkaian lang-
berkelanjutan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281,
kah yang berurutan, mudah dijalankan, tidakINDONESIA
harus mahal, serta yang
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
direncanakan dengan matang sebelumnya. Kedua, proses itu seharusnya
Telepon
cukup (0274) 588783,
memanfaatkan 565996;
tenaga dan Fax (0274)
sumber daya563349
lain yang tersedia, tidak
E-mail : office@kanisiusmedia.com
perlu harus mencari tenaga atau sumber daya lain dari luar. Ketiga, proses
Website
itu harus :menghasilkan
www.kanisiusmedia.com
informasi yang sahih dan terpercaya, serta yang
tersedia tepat waktu bagi para pengambil keputusan dan pemangku ke-
pentingan lainnya.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Menurut Landy (1989), persoalan pokok dalam melakukan evaluasi
Tahun
suatu 15 program
kegiatan seperti 14 psikoedukasi
13 12
adalah 11
menentukan apa yang
harus dievaluasi. Mengutip Kirkpatrick (1959, dalam Landy 1989) yang
mengembangkan sistem evaluasi pelatihan di lingkungan industri, Landy
Editor : Dwiko
bahkan menunjukkan bahwa dalam rangka mengevaluasi hasil kegiatan
Desainer
seperti sampulpsikoedukasi
program : Marius Santo
ada empat jenis hasil yang harus menjadi
sasaran perhatian, yaitu:
1. Reaksi Peserta. Bagaimana kesan peserta terhadap kegiatan yang
selesai mereka ikuti? Apakah kegiatan itu mereka pandang berman-
ISBN 978-979-21-3041-6
faat? Apakah mereka mendapatkan banyak pelajaran baru? Apakah
Hak ke­cipta dilindungi
giatan undang-undang
itu menyenangkan? Informasi semacam ini lazimnya dija­
ring langsung
Dilarang dari peserta
memperbanyak dengan
karya tulis menyebarkan kuesioner
ini dalam bentuk pada akhir
dan dengan
cara kegiatan.
apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
2. Hasil Belajar Peserta. Dari antara berbagai ketrampilan hidup yang
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
dijadikan tujuan kegiatan, berapa banyak yang berhasil diserap atau
dikuasai oleh peserta? Informasi semacam ini lazimnya dijaring de­
ngan tes tertentu. Sebagai tes yang bertujuan menguji penguasaan
atas ketrampilan hidup tertentu, idealnya tes ini harus mampu meng­
ungkap berbagai dimensi ketrampil­an hidup yang dimaksud secara
tuntas meliputi baik dimensi kognisi atau pemahaman, afeksi atau
sikap-penghayatan, maupun dimensi perilaku perwujutan pengua-
saan ketrampilan hidup yang bersangkutan. Namun kadangkala
peng­ujian sampai ke dimensi kognisi atau pemahaman, atau paling
jauh sampai dimensi afeksi atau sikap penghayatan atas ketrampilan
hi­dup yang dimaksud, dipandang cukup memadai.
169
3. Perubahan Perilaku Peserta. Sesudah kembali ke situasi pekerjaan
atau kehidupan sehari-hari mereka, seberapa jauh peserta mengalami
perubahan tingkah laku yang positif sejalan dengan jenis ketrampil­
an hidup baru yang diajarkan dalam program psikoedukasi? Dengan
kata lain, sejauh mana hasil belajar yang diperoleh dalam program
psikoedukasi ditransfer atau diterapkan pada pelaksanaan tugas baik
dalam pekerjaan maupun dalam ke­hidupan sehari-hari? Informasi
ini bisa dikumpulkan dengan menggunakan check-list alias daftar cek
atau rating scales alias skala penilaian terhadap jenis-jenis tingkah laku
tertentu, yang bisa dilakukan oleh yang bersangkutan sendiri atau
oleh orang lain seperti atasan di tempat kerja atau pasangan hidup di
rumah.
4. Dampak dalam Organisasi. Bagaimana dampak program psikoedu-
kasi tersebut terhadap kinerja organisasi. Tergantung dari lingkungan
tempat program psikoedukasi itu diselenggarakan, istilah organisasi
di sini bisa berarti sekolah atau kelas, departemen atau unit tertentu
dalam sebuah organisasi bisnis, atau komunitas tertentu. Sebagai
contoh, pemberian pelatihan cara membuat jadwal harian bagi siswa
kelas II SMP apakah sungguh-sungguh menghasilkan dampak berupa
berkurangnya jumlah murid yang terlambat masuk kelas, meningkat-
nya ketepatan waktu dalam mengumpulkan Pekerjaan Rumah, dan
akhirnya meningkatnya rerata nilai rapor seluruh mata pelajaran
Untuk Yonita, bagi
Ryo, Karysta
kelompok siswa tersebut? Contoh lain, pemberian pelatihan kerja
sama dalam tim bagi pegawai bagian packing di sebuah pabrik sepatu
apakah sungguh-sungguh menghasilkan dampak berupa menurun-
nya jumlah pegawai yang mangkir, menurunnya jumlah kesalahan
dalam packing, dan meningkatnya jumlah produksi di bagian terse-
but? Contoh lain lagi, pemberian pelatih­an bertema cita-citaku bagi
kelompok remaja Karang Taruna di suatu desa apakah sungguh-sung-
guh menghasilkan dampak berupa misalnya, menurunnya kegiatan
begadang atau nongkrong semalam suntuk, menurunnya kebiasaan
menenggak miras dan merokok, dan meningkatnya kegiatan belajar
atau bekerja di kalangan kelompok remaja desa tersebut? Informasi
The Possibler
028724

170 © 2011 Kanisius


PENERBIT
semacamKANISIUS (Anggota IKAPI)
ini bisa dikumpulkan secara formal-sistematis lewat daf-
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta
tar cek atau skala penilaian, atau 55281, INDONESIA
secara informal lewat peng­amatan
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011,
atasan atau pimpinan yang berwewenang. INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
Dalam
E-mail dunia evaluasi program psikoedukasi (Landy, 1989), dua hal
: office@kanisiusmedia.com
pertama
Website terkait hasil yaitu reaksi dan hasil belajar peserta lazim disebut
: www.kanisiusmedia.com
kriteria internal dengan ciri-ciri utama: (1) berfokus pada apa yang terjadi
selama program psikoedukasi berlangsung; dan (2) diukur atau informa­
sinya dikumpulkan
Cetakan ke- 5 sebelum4 peserta3 meninggalkan
2 program
1 psikoeduka-
si. Sebaliknya, dua hal terakhir yaitu perubahan tingkah laku peserta dan
Tahun 15 14 13 12 11
dampak dalam organisasi tempat peserta hidup atau berkarya disebut kri-
teria eksternal dengan ciri-ciri utama: (1) berfokus pada aneka perubahan
yang
Editorterjadi di lingkungan
: Dwiko pekerjaan atau kehidupan sehari-hari peserta;
dan (2) diukur
Desainer sampulatau: informasinya
Marius Santo dikumpulkan sesudah peserta kembali
ke lingkungan pekerjaan atau lingkungan kehidupan sehari-hari mereka.
Erford (2007) mengingatkan beberapa hal terkait evaluasi hasil yang
relevan dengan penyelenggaraan program psikoedukasi. Pertama, dia
mengingatkan bahwa evaluasi hasil merupakan aktivitas yang berlangsung
ISBN 978-979-21-3041-6
terus-menerus serta merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya penyem-
Hak cipta dilindungi undang-undang
purnaan program secara berkelanjutan. Kedua, evaluasi yang dimaksud bisa
Dilarang
bersifat memperbanyak
formatif atau sumatif.karya tulisformatif
Evaluasi ini dalam bentuk dan
dilaksanakan dengan
selama imple-
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
mentasi program masih berlangsung untuk mendapatkan feedback tentang
berbagai aspek penyelenggaraan program yang bersangkutan. Dengan cara
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
ini kelemahan atau kekurangan yang teridentifikasi bisa segera diperbaiki
tanpa menunggu sampai program berakhir. Evaluasi sumatif dilaksanakan
pada akhir program. Hasilnya dipakai untuk menyempurnakan penyeleng-
garaan program pada putaran berikut atau bagi kelompok trainees angkat­
an baru. Ketiga, data atau evidensi tentang hasil penyelenggaraan program
bisa dikumpulkan dari sumber mana pun yang terkait, seperti para peserta
sendiri, para guru dan orang tua siswa untuk lingkungan sekolah, direksi
dan para manajer untuk lingkungan organisasi/industri, dan sebagainya,
sedangkan metode atau teknik yang dipakai untuk mengumpulkan eviden-
si hasil pun bisa beraneka ragam, seperti wawancara, observasi, kuesioner
tertulis, skala penilaian, tes, portofolio, dan sebagainya.
171
B. Evaluasi Kinerja Pelaksana Program Psikoedukasi
Hasil guna program psikoedukasi bagi khalayak klien tertentu sering-
kali tergantung pada kemampuan dan efisiensi para pelaksananya, khusus-
nya para psikolog-konselor yang bertugas sebagai penanggungjawab seka-
ligus pelaksana. Maka, evaluasi kinerja psikolog-konselor yang menjadi
penanggungjawab program psikoedukasi di lingkungan sekolah, industri,
atau komunitas tertentu menjadi bagian penting dari rangkaian proses
evaluasi program psikoedukasi di lingkungan yang bersangkutan.
Dari contoh lingkungan pendidikan formal, evaluasi kinerja penang-
gungjawab program psikoedukasi lazimnya dilaksanakan melalui sistem
penilaian performance baik dalam bentuk agregat atau komposit maupun
dalam bentuk rerata pada sejumlah kategori atau aspek tanggungjawab
(Erford, 2007). Salah satu model yang cukup sederhana dikemukakan
oleh Erford (2007). Dia membedakan aspek atau kategori tanggung jawab
psikolog-konselor dalam penyelenggaraan program psikoedukasi khusus-
nya di lingkungan sekolah menjadi tiga gugus atau golongan, yaitu: (1)
kompetensi profesional, meliputi antara lain pemahaman tentang keadaan
siswa atau klien, ketrampilan memberikan layanan konseling, kemam-
puan merencanakan program, kemampuan mengimplementasikan pro-
gram, ketrampilan berkomunikasi, etika dalam bertingkah laku, kemam-
puan melakukan asesmen terhadap hasil belajar siswa, serta perkembangan
kompetensi profesinya; (2) kompetensi menjalinUntuk
relasi, Yonita,
meliputiRyo, Karysta
antara lain
kemampuan menjalin relasi dalam kelompok, kemampuan menjalin relasi
dengan siswa atau klien, kemampuan menjalin relasi dengan personalia
sekolah atau organisasi lainnya, kemampuan menjalin relasi dengan orang
tua siswa, kemampuan menjalin relasi dengan kolega, dan kontribusinya
terhadap sekolah atau organisasi secara keseluruhan; dan (3) kompetensi
manajemen, meliputi antara lain availability atau kemudahan untuk diak-
ses atau ditemui oleh siswa atau klien sewaktu-waktu khususnya di dalam
jam kerja, kemampuan mengelola siswa atau klien, kemampuan menge­
lola dan menjalankan berbagai prosedur rutin, dan sifat bertanggungjawab
atau bisa diandalkan.
The Possibler
028724

172 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS
Yang perlu ditekankan(Anggota IKAPI)(2007), hasil penilaian kinerja
menurut Erford
4 Jl. Cempaka 9, Deresan,
semacam itu terutama lebihYogyakarta
dimaksudkan 55281, INDONESIA
sebagai dasar untuk melakukan
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
komunikasi atau dialog profesional secara terus-menerus antara psikolog-
Telepon (0274)
konselor 588783,dan
yang bertugas 565996;
atasanFax (0274)
atau 563349
lembaga yang mensupervisinya
E-mail : office@kanisiusmedia.com
untuk keperluan baik peningkatan diri si psikolog-konselornya sendiri
Website :penyempurnaan
maupun www.kanisiusmedia.com
program psikoedukasi yang dirancang dan di-
laksanakannya. Sekalipun hasil evaluasi kinerja seperti ini bisa saja ber­
ujung pahit pada teguran bahkan pemutusan hubungan kerja jika kinerja
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
psikolog-konselor benar-benar dinilai kurang memuaskan atau sebaliknya
Tahun manis promosi
berbuah 15 14 jika13kinerja 12
jabatan 11
psikolog-konselor dinilai sa­
ngat memuaskan, namun fokus utama kegiatan evaluasi kinerja ini la­
zimnya tetaplah peningkatan kualitas dan kompetensi penanggungjawab
Editor : Dwiko
penyelenggaraan program psikoedukasi itu sendiri (Erford, 2007).
Desainer sampul : Marius Santo
C. Pelaporan Hasil Evaluasi
Prinsip akuntabilitas menuntut agar hasil seluruh aktivitas evaluasi
program psikoedukasi mulai dari tahap audit program, asesmen kebutuh­
ISBN 978-979-21-3041-6
an, asesmen layanan, evaluasi hasil sampai evaluasi kinerja dilaporkan ke-
Hak seluruh
pada cipta dilindungi undang-undang
stakeholders atau pemangku kepentingan sesuai kepen­tingan
masing-masing. Beberapa kriteria
Dilarang memperbanyak yang ini
karya tulis layak diperhatikan
dalam bentuk dan dalam menulis
dengan
cara apaprogram
laporan pun, termasuk fotokopi,
psikoedukasi adalahtanpa izinberikut
sebagai tertulis(Heppner,
dari Penerbit.
Kivlighan,
dan Wampold, 1992, dalam Erford, 2007):
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
1. Laporan harus benar-benar informatif.
2. Lapporan harus terbuka atau transparan.
3. Hindari melebih-lebihkan atau membesar-besarkan fakta atau infor-
masi.
4. Laporan harus logis dan runtut.
5. Laporan harus mudah dan enak dibaca.
6. Sesudah selesai, laporan perlu dibaca ulang dan diperbaiki seperlunya
sebelum diserahkan.
7. Jika Anda merasa tidak mampu memenuhi sebagian atau seluruh kri-
teria di atas, yang penting laporan harus dibuat, apa pun bentuk dan
isinya.
173
Sesudah laporan selesai dibuat, diseminasinya kepada berbagai pe-
mangku kepentingan bisa dilakukan dengan berbagai media, seperti do-
kumen tertulis lengkap, presentasi lisan, presentasi dengan memanfaat-
kan multimedia, artikel yang dipublikasikan dalam jurnal atau majalah
atau koran, diunggah dalam halaman Web, dokumen digital dalam keping
CD, dan sebagainya (bandingkan Loesch & Ritchie, 2004, dalam Erford,
2007). Apa pun medianya, yang penting laporan itu sampai kepada pihak-
pihak yang berkepentingan, dan dengan begitu tuntutan akuntabilitas pun
terpenuhi.

Untuk Yonita, Ryo, Karysta


The Possibler
028724

174 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com

Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Tahun 15 14 13 12 11

Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo

ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta


175

Daftar Pustaka

Abella, K.T. (1986). Building successful training programs. A step-by-step


guide. Reading, MA: Addison-Wesley.
Beer, V. & Bloomer, A.C. (1986). Levels of evaluation. Educational Evalu-
ation and Policy Analysis, 8(4), 335-345.
Bent, R.J. (1991). The professional core competency areas. Dalam R.L.
Peterson, J.D. McHolland, R.J. Bent, E. Davis-Russell, G.E.
Edwall, K. Polite, D.L. Singer, & G. Stricker (Eds.), The core
curriculum in professional psychology (77-81). Washington, DC:
American Psychological Association.
Untuk Yonita,
Bent, R.J. & Cox, R. (1991). Intervention competency. DalamRyo,
R.L.Karysta
Peter-
son, J.D. McHolland, R.J. Bent, E. Davis-Russell, G.E. Edwall,
K. Polite, D.L. Singer, & G. Stricker (Eds.), The core curriculum
in professional psychology (97-102). Washington, DC: American
Psychological Association.
Bent, R.J., Schindler, N., & Dobbins, J.E. (1991). Management and su-
pervision competency. Dalam R.L. Peterson, J.D. McHolland,
R.J. Bent, E. Davis-Russell, G.E. Edwall, K. Polite, D.L. Singer,
& G. Stricker (Eds.), The core curriculum in professional psycho­logy
(121-126). Washington, DC: American Psychological Associa-
tion.
The Possibler
028724

176 © 2011 Kanisius


PENERBIT
Brammer, KANISIUS
L.M., (Anggota
& Shostrom, IKAPI)Therapeutic psychology. Funda-
E.L. (1982).
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
mentals of counselling and psychotherapy. Englewood Cliffs, NJ:
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta
Prentice-Hall. 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
Byron, W.J., S.J. (1996). Education for business in the Jesuit tradition.
E-mail : office@kanisiusmedia.com
CIS. Review of Ignatian Spirituality, Vol. XXVII-2(82), 19-29.
Website : www.kanisiusmedia.com
Covey, S.R. (1994). The seven habits of highly effective people. Jakarta: Bi-
narupa.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Cremers, A. (1995). Tahap-tahap perkembangan kepercayaan menurut
Tahun James W. 15 14 gagasan
Fowler. Sebuah 13 baru12dalam psikologi
11 agama. Yog­
yakarta: Kanisius.
Dody
EditorHermana, H., & Didin Muhafidin (2011). Life skills dan pasar
: Dwiko
Desainerkerja.
sampulDiunduh dari
: Marius http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/
Santo
uploads/2009/12/life_skills_dan_pasar_kerja.pdf
Erford, B.T. (2007). Accountability. Dalam B.T. Erford (Ed.), Transform-
ing the school counseling profession (2nd ed.; 236-278). Upper Sad-
ISBN 978-979-21-3041-6
dle River, NJ: Pearson Merrill Prentice Hall.
Hak cipta dilindungi undang-undang
Erikson, E.H. (1989). Identitas dan siklus hidup manusia. Jakarta: Grame-
Dilarangdia.
memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Essential life skills for personal development (2011). Diunduh dari http://
www.essentiallifeskills.net/
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta

Gazda, G. M. (1989). Group counselling. A developmental approach (4th


ed.). Boston: Allyn and Bacon.
Gold, S.N. & De Piano, F. (1991). Assessment competency. Dalam R.L.
Peterson, J.D. McHolland, R.J. Bent, E. Davis-Russell, G.E.
Edwall, K. Polite, D.L. Singer, & G. Stricker (Eds.), The core
curriculum in professional psychology (89-95). Washington, DC:
American Psychological Association.
Goleman, D. (1996). Emotional intelligence. New York: Bantam Books.
177
George, R.L., & Cristiani, T.S. (1981). Theory, methods, and processes of
counselling and psychotherapy. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-
Hall.
Hassan Shadily (1982). Ensiklopedi Indonesia. Jilid 3. HAN-KOL (1269-
1270). Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Hendricks, J., & Hendricks, C.D. (1977). Aging in mass society. Myths and
realities. Cambridge, MA: Winthrop.
Hershenson, D.B., Power, P.W., & Waldo, M. (1996). Community counsel-
ling. Contemporary theory and practice. Boston: Allyn and Bacon.
Illback, R.J., Maher, C.A., & Kopplin, D. (1991). Consultation and edu-
cation competency. Dalam R.L. Peterson, J.D. McHolland, R.J.
Bent, E. Davis-Russell, G.E. Edwall, K. Polite, D.L. Singer, &
G. Stricker (Eds.), The core curriculum in professional psychology
(115-120). Washington, DC: American Psychological Associa-
tion.
Jaju, S. (2006, 25 Februari). ”Soft skills: A key to employment today”.
Di­unduh dari http://24x7info.blogspot.com/2006/02/soft-skill-
key-to-employment-today.html.
Jassin, H.B. (1959). Gema tanah air. Prosa dan puisi 1942-1948 (289).
Djakarta: Balai Pustaka. Untuk Yonita, Ryo, Karysta
Jubileum ke-25 Panti Wreda ”Hanna” Yogyakarta 1979-2004 (2004). Yog-
yakarta: Panti Wreda ”Hanna”.
Landy, F.J. (1989). Psychology of work behavior (4th ed.). Pacific Grove, CA:
Brooks/Cole.
Lunt, I., Bartram, D., Dopping, J., Georgas, J., Jern, S., Job, R., Lecuyer,
R., Newstead, S., Nieminen, P., Odland, T., Peiro, J.M., Poort-
inga, Y., Roe, R., Wilpert, B., & Hermann, E. (2001). EuroPsyT.
A framework for education and training for psychologists in Europe.
Project carried out with the support of the European Communi-
ty within the framework of the Leonardo da Vinci Programme.
The Possibler
028724

178 © 2011 Kanisius


PENERBIT D.,
MacFadden, KANISIUS
O’Neil, (Anggota IKAPI)
S., & kawan-kawan (2010, 10 Maret). The
4 Jl. Cempaka
skills9,that
Deresan, Yogyakarta
employers 55281, INDONESIA
want. Diunduh dari http://ekemployment.
Kotak Pos 1125/Yk,
ca/?article=22.Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
McCormick, E.J., & Ilgen, D. (1980). Industrial psychology (7th ed.). En-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
glewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Website : www.kanisiusmedia.com
Moghaddam, F.M. (1987). Psychology in the three worlds. As reflected by
the crisis in social psychology and the move toward indigenous
Cetakan Third-World
ke- 5 psychology.
4 3
American 2 1 42, 912-920.
Psychologist,
Tahun
Nelson-Jones, 15
R. (1982). 14 theory13
The 12 of counselling
and practice 11 psychology.
London: Holt, Rinehart and Winston.
Penyelenggaraan
Editor PMME 1997. Laporan kegiatan (1998). Yogyakarta:
: Dwiko
DesainerFakultas
sampul Psikologi,
: MariusUniversitas
Santo Sanata Dharma.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Ta-
hun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Sinar Grafika.
ISBN 978-979-21-3041-6
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Hak cipta dilindungi undang-undang
Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
Pfeiffer,
cara apaJ.W.,
pun,&termasuk
Jones, J.E.fotokopi,
(Eds., 1974).
tanpaAizin
handbook
tertulisofdari
structured experien­
Penerbit.
ces for human relations training. Volume III. Amsterdam: Pfeiffer.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
Pfeiffer, J.W., & Jones, J.E. (Eds., 1977). A handbook of structured experien­
ces for human relations training. Volume VI. Amsterdam: Pfeiffer
Pfeiffer, J. W., & Jones J. E. (Eds., 1979). A handbook of structured experien­
ces for human relations training. Volume VII. Amsterdam: Pfeiffer.
Pfeiffer, J.W., & Jones, J.E. (Eds., 1979). A handbook of structured experien­
ces for human relations training. Volume VII. Amsterdam: Pfeiffer.
Pfeiffer, J.W., & Jones, J.E. (Eds., 1981). A handbook of structured experi­
en­ces for human relations training. Volume VIII. Amsterdam:
Pfeiffer.
179
Pfeiffer, J.W., & Jones, J.E. (Eds., 1985). A handbook of structured ex­pe­ri­
ences for human relations training. Volume X. Amsterdam: Pfeiffer.
Polite, K., & Bourg, E. (1991). Relationship competency. Dalam R.L.
Peterson, J.D. McHolland, R.J. Bent, E. Davis-Russell, G.E.
Edwall, K. Polite, D.L. Singer, & G. Stricker (Eds.)., The core
curriculum in professional psychology (83-88). Washington, DC:
American Psychological Association.
Prapti Nitin (2007, 14 November). Wawancara pribadi.
Prawitasari, J.E. (2003). Psikologi klinis: Dari terapan mikro ke makro. Pi-
dato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Psikologi Univer-
sitas Gadjah Mada.
Reed, J., & Koliba, C. (2003). Facilitating reflection. A manual for lead-
ers and educators. Diunduh dari http://www.uvm.edu/~dewey/
reflection_manual/
Reinhart, B. (1979). Career education. From concept to reality. New York:
Gregg Division, McGraw-Hill.
Rogacion, M.R.E., R.G.S. (1996). Tumbuh bersama sahabat (Jilid 2). Yog­
yakarta: Kanisius.
Satryo Soemantri Brodjonegoro (2011, 26 Maret). Dekastanisasi pendi­
Untuk Yonita, Ryo, Karysta
dikan. KOMPAS, h. 6.
Simon, S.B., Howe, L.W., & Kirschenbaum, H. (1972). Values clarifica-
tion. A handbook of practical strategies for teachers and students.
New York: Hart.
Sinurat, R. H. Dj. (1996). Hand-out bimbingan kelompok. Naskah tidak
diterbitkan.
Sinurat, R.H.Dj. (1997). Beberapa catatan mengenai modul-modul pelatih­
an ”Menjadi mahasiswa yang efektif.” Naskah tidak diterbitkan.
Sinurat, R.H.Dj. (2005). Pendekatan klarifikasi nilai dalam pembelajaran
dan pembimbingan. Dalam A.M. Slamet Soewandi, B. Widhar­
The Possibler
028724

180 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS
yanto, (Anggota
Barli Bram, & Y.F. IKAPI)
Setya Tri Nugraha (Eds.), Perspektif
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
pembelajaran berbagai bidang studi (109-131). Yogyakarta: Pener-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011,
bit Universitas Sanata Dharma. INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
Sinurat, R.H.Dj., Supratiknya, A., & Retno Priyani, M.J. (1989). Survei
E-mail : office@kanisiusmedia.com
kebutuhan siswa di SMA Katolik di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Website : www.kanisiusmedia.com
Laporan penelitian tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Fakultas
Ilmu Pendidikan, IKIP Sanata Dharma.
Cetakan
Stoltz, ke-(1997).
P.G. 5 Adversity
4 quotient.
3 Turning
2 obstacles
1 into opportunities.
Tahun New York: 15John Wiley
14 & Sons.
13 12 11
Supratiknya, A. (1983). Bimbingan kelompok. Bab II. Yogyakarta: Jurusan
Pendidikan Umum, IKIP Sanata Dharma.
Editor : Dwiko
Supratiknya, A. (1995).
Desainer sampul Komunikasi
: Marius Santo antar pribadi. Tinjauan psikologis.
Yog­yakarta: Kanisius.
Trierweiler, S.J., & Stricker, G. (1991). Research and evaluation compe-
tency: Training the local clinical scientist. Dalam R.L. Peterson,
ISBN 978-979-21-3041-6
J.D. McHolland, R.J. Bent, E. Davis-Russell, G.E. Edwall, K.
Hak ciptaPolite, D.L. Singer,
dilindungi & G. Stricker (Eds.), The core curriculum in
undang-undang
Dilarangprofessional psychology
memperbanyak karya(103-113). Washington,
tulis ini dalam DC:dengan
bentuk dan American
cara apaPsychological
pun, termasuk Association.
fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Kete-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
nagakerjaan. Bandung: Citra Umbara.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Cemerlang.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional. Bandung: Citra Umbara.
Watson, R.I. (1978). The great psychologists (4th ed.). Philadelphia: J.B. Lip-
pincott.
Weiss, B.J. (1991). Toward a competency-based core curriculum in profes-
sional psychology: A critical history. Dalam R.L. Peterson, J.D.
181
McHolland, R.J. Bent, E. Davis-Russell, G.E. Edwall, K. Polite,
D.L. Singer, & G. Stricker (Eds.). The core curriculum in profes-
sional psychology (13-21). Washington, DC: American Psychol­
ogical Association.
Winkel, W.S. (1991). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Ja-
karta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Zohar, D. & Marshall, I. (2000). SQ. Memanfaatkan kecerdasan spiritual
dalam berpikir integralistik dan holistik untuk memaknai kehi­
dupan. Bandung: Mizan.

Untuk Yonita, Ryo, Karysta


The Possibler
028724

182 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
Lampiran 1
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak CONTOH INSTRUMEN
Pos 1125/Yk, ASESMEN
Yogyakarta 55011, KEBUTUHAN
INDONESIA
KETRAMPILAN
Telepon INTERPERSONAL
(0274) 588783, 565996; Fax (0274)DI SEKOLAH DASAR
563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Kelas :
Website : www.kanisiusmedia.com
Jumlah siswa :
Nama guru :
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Petunjuk
Tahun : 15 14 13 12 11
Nyatakanlah tingkat kebutuhan untuk dibantu lewat psikoedukasi
pada masing-masing jenis defisit ketrampilan interpersonal berikut ini di
Editor siswa Anda,
kalangan : Dwiko
dengan memberi tanda centang (V) pada kolom di
Desainer sampul : Marius Santo1 (Kurang dibutuhkan) sampai 5 (Sa­
bawah salah satu bilangan antara
ngat dibutuhkan) di belakang setiap pernyataan.
Tingkat Kebutuhan untuk Dibantu
No Jenis Defisit Ketrampilan
1 2 3 4 5
ISBN
1
978-979-21-3041-6
Tidak mampu menahan diri untuk tidak meng-
ganggu teman
Hak cipta dilindungi undang-undang
Tidak mampu menahan diri untuk tidak membuat
2
kekacauan dalam bermain selama jam istirahat.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
Tidak mampu berbaur dengan teman dalam kegiat­
cara
3 apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
an bebas di kelas.
4 Tidak mampu bekerjasama dalam kelompok.
Dicetak
5 olehmampu
Tidak Percetakan Kanisius
bersikap Yogyakarta
hormat terhadap teman.
Tidak mampu bersikap hormat terhadap guru dan
6
tenaga kependidikan di sekolah.
7 Tidak mampu menangkap perasaan negatif teman.
Tidak mampu mengungkapkan perasaan negatif
8
pada teman secara wajar.
9 Tidak mampu memulai kontak dengan teman baru.
Tidak mampu menjaga hubungan baik dengan te-
10
man lama.

Diadaptasikan dari:
Erford, B.T. (2007). Elementary teacher needs assessment of interper-
sonal skills. Dalam B.T. Erford (Ed.), Transforming school counseling pro­
fession (h. 244). Upper Saddle River, NJ: Pearson Merril Prentice Hall.

183
Lampiran 2
ETIKA WATAK DAN ETIKA TOPENG
Hand out

Ada dua cara untuk mencapai keberhasilan dalam hidup. Cara per-
tama adalah dengan mempelajari atau mengembangkan sejumlah prin-
sip dasar dan mengintegrasikannya ke dalam watak kita masing-masing
se­hingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip
dasar yang dimaksud, yang terpenting adalah kejujuran, kerendahan hati,
kesetiaan, pengendalian diri, keberanian, keadilan, kesabaran, ketekun­
an, kesederhanaan, sopan-santun, dan fair-play. Cara ini lebih sulit dan
lama, namun akan menghasilkan keberhasilan sejati dan kebahagiaan aba-
di. Keseluruhan prinsip dasar ini disebut ETIKA WATAK.
Cara kedua adalah dengan menguasai tehnik ”menjual diri” dan
mengembangkan sikap mental ”menjilat.” Di sini keberhasilan lebih di-
tentukan oleh kesan baik, sikap dan perilaku manis-menarik, ketrampilan
dan tehnik melicinkan hubungan dengan orang lain. Cara ini lebih mu-
dah dan cepat, namun penuh rekayasa bahkan sering menipu, mendorong
orang menggunakan kiat-kiat untuk membuat orang lain menyukai diri­
Untuk Yonita, Ryo, Karysta
nya, berpura-pura tertarik untuk mengambil hati sampai mendapatkan apa
yang diinginkan dari orang lain, atau menggunakan tekanan dan ancam­an.
Cara yang tidak menghasilkan keberhasilan sejati dan kebahagiaan abadi
ini disebut ETIKA TOPENG.

––––––––––
Sumber: S.R. Covey (1994). The seven habits of highly effective people. Jakarta: Binarupa.
The Possibler
028724

184 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
Lampiran 3
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
CONTOH
Kotak Pos 1125/Yk, KARTU BERGAMBAR
Yogyakarta TOKOH
55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com

Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Tahun 15 14 13 12 11

Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo

ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dr. Haji Mohammad Hatta (Batuampar, 12 Agustus 1902-Jakarta,
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
14 Maret
cara apa 1980), adalah negarawan,
pun, termasuk proklamator
fotokopi, tanpa Indonesia,
izin tertulis wakil presiden
dari Penerbit.
Republik Indonesia pertama. Nama sewaktu lahir: Mohammad Chattar,
kemudian
Dicetak olehdipanggil
Percetakandengan
Kanisiusnama sayang Khatta; lama-kelamaan menjadi
Yogyakarta
Hatta. Orang tuanya pedagang sekaligus ulama di daerahnya. Pendidikan:
ELS (1916); MULO (1919); Sekolah Menengah Dagang Jakarta (1921).
Ke Rotterdam belajar di Nederland Handelshogeschool, tamat dengan ge-
lar Drs. dalam ilmu dagang (1932). Sejak di MULO Padang ia sudah giat
berkecimpung dalam berbagai organisasi pergerakan: 1934-1935 dipen-
jarakan pemerintah Belanda; 1935-1936 dibuang ke Boven Digul, Irian
Jaya; 1935-1942 dipindah ke Bandanaera; Februari 1942 dipindahkan ke
Sukabumi, 9 Maret 1942 dibebaskan; 17 Agustus 1945 bersama Soekarno
atas nama seluruh rakyat Indonesia memproklamasikan kemerdekaan In-
donesia; 18 Agustus 1945 wakil presiden RI pertama.
185
Karangannya antara lain: Economische wereldbouw en machtstegenstell-
ingen (1926); Portrait of a patriot, Selected writings (1972) dan Pikiran-
pikiran di bidang ekonomi untuk mencapai kemakmuran yang merata di
tahun 1974. Selain itu banyak menulis karangan dalam berbagai surat
kabar, majalah Indonesia seperti Indonesia Merdeka, Daulat Rakjat, Ilmu
dan Masyarakat; Panji Islam, Pedoman Masyarakat, dan Dunia Dagang.

––––––––––
Sumber: Hassan Shadily (1982). Ensiklopedi Indonesia. Jilid 3. HAN-KOL (h. 1269-1270). Jakarta: Ichtiar
Baru-Van Hoeve.

Untuk Yonita, Ryo, Karysta


The Possibler
028724

186 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
Lampiran 4
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
LEMBAR
Kotak Pos 1125/Yk, KERJA
Yogyakarta KELOMPOK
55011, INDONESIA
Etika565996;
Telepon (0274) 588783, Watak dan
Fax Etika
(0274)Topeng
563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com
Nama/ Nomor Kelompok : ………………………………………………
Ketua : ………………………………………………
Cetakan
Penulis ke- 5 :4 ………………………………………………
3 2 1
Anggota
Tahun 15 :14
………………………………………………
13 12 11
………………………………………………
………………………………………………
Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo
Tokoh Cara mencapai
Kelemahan/
Prestasi Kelompok
No. Kekurangan/
Nama Profesi Prestasi (Mengandalkan I atau II
Cela
apa?)
ISBN 978-979-21-3041-6
1.
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang
2. memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
3.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.
187
Lampiran 5
LEMBAR KERJA PRIBADI
Etika Watak dan Etika Topeng

Nama : …………………………………………………………….

Caraku dalam Mencapai Prestasiku


Niat untuk
Akibatnya terhadap
Aneka Seperti Semakin Kukuh
No. Hubungan
Prestasiku Kelompok Perasaan atau
I/II dengan Berubah
Pribadi
Orang Lain

Pernyataan niatku:
………………………………………………………………………………………………
Untuk Yonita, Ryo, Karysta
………………………………………………………………………………………............

………………………………………………………………………………………………
The Possibler
028724

188 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
Lampiran 6
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
NASKAH
Kotak Pos PUISI
1125/Yk, ”AKU” 55011,
Yogyakarta KARYAINDONESIA
CHAIRIL ANWAR
Etika565996;
Telepon (0274) 588783, Watak dan
Fax Etika
(0274)Topeng
563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.comAKU

Kalau sampai waktuku


Kumau
Cetakan ke- tak seorang
5 ‘kan
4 meraju3 2 1
tidak djuga kau
Tahun 15 14 13 12 11
Tak perlu sedu sedan itu
Editor : Dwiko
Aku ini binatang djalang Santo
Desainer sampul : Marius
Dari kumpulannja terbuang

Biar peluru menembus kulitku


Aku
ISBN tetap meradang menerdjang
978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Luka dan bisa kubawa berlari
Dilarang
Berlarimemperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Hingga hilang pedih peri
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret, 1943

––––––––––
Sumber: Jassin, H.B. (1959). Gema tanah air. Prosa dan puisi 1942-1948 (h. 289).
Djakarta: Balai Pustaka.
189
Lampiran 7
LEMBAR EVALUASI HASIL
I LEARNED STATEMENTS

Nama : NIM/NIP :

Topik : Tanggal :

1. Saya belajar bahwa saya …


2. Saya menjadi sadar bahwa saya …
3. Saya kembali sadar bahwa saya …
4. Saya terkejut bahwa saya …
5. Saya perhatikan bahwa saya …
6. Saya senang bahwa saya …
7. Saya menemukan bahwa saya …
8. Saya kecewa bahwa saya …

Untuk Yonita, Ryo, Karysta


––––––––––
Sumber: Simon, S.B., Howe, L.W., & Kirschenbaum, H. (1972). Values clarification. A handbook of
practical strategies for teachers and students (h. 163-165). New York: Hart.
The Possibler
028724

190 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
Lampiran 8
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk,LEMBAR EVALUASI
Yogyakarta PROSES
55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Nama : NIM/NIP :
Website : www.kanisiusmedia.com
Topik : Tanggal :

Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Nyatakanlah penilaian Anda terhadap penyelenggaraan kegiatan ini
Tahun 15
dengan cara memberikan 14 centang
tanda 13 (V) di12bawah 11
salah satu kolom bi-
langan skala penilaian di belakang setiap pernyataan. Arti skala penilaian:
1 = Kurang; 2 = Memuaskan; 3 = Sangat memuaskan.
Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo
Skala Penilaian
No. Aspek yang dinilai pada Fasilitator/Kegiatan
1 2 3
1 Pemberian penjelasan tentang tujuan kegiatan.
2 Pemberian gambaran umum tentang kegiatan.
ISBN 978-979-21-3041-6
3 Penyusunan materi secara runtut.
Hak
4 cipta dilindungi
Penyusunan undang-undang
langkah-langkah kegiatan secara runtut.
Dilarang
5 memperbanyak
Pemberian contoh-contohkarya tulis inimemahami
untuk membantu dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk
pengertian atau langkahfotokopi,
kegiatan. tanpa izin tertulis dari Penerbit.
5 Pemberian ringkasan tentang gagasan-gagasan penting
Dicetakyang
oleh disajikan
Percetakan Kanisius
dalam Yogyakarta
kegiatan.
6 Pemberian ringkasan tentang konsep-konsep pokok
yang disajikan dalam kegiatan.
7 Pemberian jawaban terhadap setiap pertanyaan yang
diajukan oleh peserta.
8 Pemberian solusi terhadap problem yang muncul selama
kegiatan.
9 Ketepatan waktu dalam memulai kegiatan.
10 Ketepatan waktu dalam mengakhiri kegiatan.
11 Kejelasan suara dalam berbicara.
Pemberian kesempatan kepada peserta untuk berbagi
12
pendapat atau perasaan.
191
Skala Penilaian
No. Aspek yang dinilai pada Fasilitator/Kegiatan
1 2 3
13 Kejelasan dalam mengajukan pertanyaan kepada peserta.
14 Kejelasan dalam memberikan jawaban terhadap perta-
nyaan dari peserta.
15 Ketepatan waktu dalam memberikan feedback kepada
peserta

––––––––––
Diadaptasikan dari:
Instructional evaluation of a developmental guidance lesson. Dalam
Erford, B.T. (2007). Accountability. Dalam B.T. Erford (Ed.), Trans-
forming the school counseling profession (2nd ed.; h. 259-260). Upper
Saddle River, NJ: Pearson Merrill Prentice Hall.

Untuk Yonita, Ryo, Karysta


The Possibler
028724

192 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com
Lampiran 9
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS IMAN (PKBI)
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Tahun 15 14 13 12 11

Kepemimpinan bukan lagi berarti ”command and control” atau me-


Editor dan mengendal�������������������������������������������
merintah : Dwiko
ikan, melainkan ”menyadari dan mendayaguna-
Desainer
kan aneka sampul : Marius
peran yang Santo
berlainan dalam sebuah organisasi”. Menurut
������������
kon-
sep kepemimpinan kolaboratif ini, setiap orang dalam suatu organisasi
bisa menjadi pemimpin, maka tanggung jawab memimpin bergeser dari
semula terpusat kepada satu atau segelintir orang, ke seluruh warga or-
ISBN 978-979-21-3041-6
ganisasi. Setiap warga berbagi tanggung jawab dalam menjalankan aneka
peran kepemimpinan.
Hak cipta dilindungi undang-undang
Maka, peran dan tanggung
Dilarang memperbanyak karyajawab pemimpin
tulis ini juga bergeser,
dalam bentuk dari me-
dan dengan
merintah ke mendampingi,
cara apa pun, dari telling
termasuk fotokopi, atau
tanpa mengarahkan
izin tertulis dari ke melibatkan,
Penerbit.
dari mendelegasikan ke bekerja sama dengan kolega dan bawahan.
Dicetak oleh Percetakan
Proses pengambilanKanisius Yogyakarta
keputusan pun bergeser ke arah proses pengam-
bilan keputusan kelompok. Salah satu metode pengambilan keputusan
kelompok adalah yang diajarkan oleh Ignasius Loyola, seorang imam dan
pendiri ordo Serikat Yesus (Byron, S.J., 1996). Agar mudah diingat dan
dipahami, metode pengambilan keputusan cara Ignasian ini kita sebut
Pengambilan Keputusan Berbasis Iman, disingkat PKBI.

Prinsip-Prinsip dan Langkah-Langkah


1. Setiap keputusan perlu didasarkan pada hasil discretio (Latin) atau
discernment (Inggris) atau diskresi (Indonesia), yaitu proses peme­
riksaan cermat dan mendalam, baik terhadap fakta-fakta (judgment
193
of facts) sekitar persoalan yang hendak diputuskan maupun terhadap
tanggapan perasaan (judgment of feelings) pribadi-pribadi yang terli-
bat dalam proses pengambilan keputusan.
2. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Pertama-tama, beberkanlah semua data dan informasi yang rele-
van.
b. Berdasarkan data dan informasi yang tersedia, lakukanlah peme-
riksaan fakta secara cermat, menyeluruh, dan mendalam (judg-
ment of facts).
1) Apakah informasi yang kita miliki tepat dan memadai?
2) Apakah fakta-fakta tersebut ”nyambung” dan masuk akal?
c. Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, ajukanlah pertanyaan:
”Lantas, kini apa yang akan kita lakukan?”
1) Lazimnya, kita dihadapkan pada aneka opsi, masing-masing
menawarkan pilihan yang bisa kita ambil, masing-masing
menawarkan segi baik tertentu.
2) Lantas, timbanglah kemungkinan dan kebaikan dari ma-
sing-masing opsi dengan perasaan yang muncul dalam diri
kita sebagai tanggapan jiwa kita terhadap masing-masing
opsi itu (judgment of feelings). Lazimnya kita akan merasa-
kan perasaan tertentu terhadap setiap opsi, entah berupa pe-
rasaan damai, atau sebaliknya perasaan
Untuk cemas,
Yonita, kecewa, atau
Ryo, Karysta
perasaan negatif lain.
d. Lakukanlah pemeriksaan secara cermat dan mendalam, asal-usul
perasaan tersebut. Apakah berasal dari Roh Allah yang mencoba
memperingatkan kita pada sesuatu? Atau, apakah hanya berasal
dari diri kita sendiri, yaitu dari hasrat egois kita untuk memper-
tahankan status quo, sehingga perasaan itu bukan lain hanyalah
ungkapan penolakan kita terhadap perubahan? Jadi, dalam as-
sessment of feelings tugas kita adalah membedakan, apakah tang-
gapan perasaan kita menghadapi sebuah opsi itu akibat penga-
ruh setan (diabolical influence) atau sungguh-sungguh bisikan
kehendak Allah (the quest of God’s will).
The Possibler
028724

194 © 2011 Kanisius


PENERBIT
3. Agar mampu KANISIUS (Anggota
melakukan IKAPI)
diskresi yang baik, yaitu memilah-milah
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281,pokok
INDONESIA
semua unsur bukan hanya menyangkut yang hendak diputus-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
kan melainkan juga aneka perasaan terkait, ada empat disposisi atau
Telepon (0274)
kesiapan 588783,
batin 565996;
yang perlu kitaFax (0274) 563349
bangun:
E-mail
a. :Kesiapan
office@kanisiusmedia.com
untuk bergerak ke arah mana pun yang dikehendaki
Website :Allah,
www.kanisiusmedia.com
alias bebas secara radikal (radically free). Jadi, bebas dari
segala pamrih pribadi.
b. Kesediaan untuk berbagi dengan orang lain segala sesuatu yang
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
telah dianugerahkan oleh Allah, alias murah hati secara radikal
Tahun (radically15generous). 14 13 12 11
c. Kesiapan untuk menderita jika Allah menghendakinya, alias sa-
bar secara radikal (radically patient).
Editor : Dwiko
d. Kerinduan untuk dipersatukan dengan Allah dalam doa, alias
Desainer spiritual
sampul secara
: Marius
radikalSanto
(radically spiritual).
4. Bagaimana langkah-langkah tersebut diwujutkan dalam proses
pengambilan keputusan kelompok?
a. Masing-masing anggota perlu mengidentifikasikan alasan-alasan
ISBN 978-979-21-3041-6
pro dan kontra terhadap setiap opsi yang dibahas, selanjutnya
Hak ciptamengungkapkan
dilindungi undang-undang
judgment of facts-nya itu secara terbuka dan te-
Dilarang rus terang. Inilah karya
memperbanyak diskresitulis
fakta.
ini dalam bentuk dan dengan
cara b.
apa pun, termasuk
Selanjutnya, fotokopi, tanpa
masing-masing izin tertulis
anggota dari Penerbit.
mengungkapkan tanggap­
an perasaannya terhadap baik segi positif maupun negatif dari
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
pokok atau opsi yang akan diambil. Inilah judgment of feelings,
diskresi perasaan.
c. Konflik atau persuasi boleh terjadi hanya pada fase awal, yaitu
saat memutuskan dan merumuskan pokok atau opsi yang akan
diolah lebih lanjut dalam diskresi kelompok.
d. Bagaimana kelompok dapat mengetahui baik-buruknya keputus­
an yang telah mereka ambil? Ukurannya adalah perasaan damai
yang muncul di kalangan seluruh anggota. Perasaan damai ini
semestinya bahkan sudah harus muncul lebih awal dalam pro-
ses. Indikasinya adalah jika setiap anggota merasa bebas untuk
mengungkapkan aneka keberatan menyangkut pokok atau opsi
195
yang sedang dibahas, di hadapan semua anggota yang lain. Jika
akhirnya keputusan berhasil disepakati dan seluruh keberatan
atau ganjalan lenyap dan digantikan oleh perasaan damai, itu-
lah tanda bahwa kehendak Allah telah bekerja dan terwujut di
tengah kelompok. Voting atau pemungutan suara tidak diperlu-
kan. Gerutu dan kasak-kusuk tidak perlu terjadi. Rasa dipersa-
tukan di dalam kelompok meningkat.
e. Perasaan damai itu bahkan harus sudah muncul lebih awal lagi,
yaitu sejak berhasil dirumuskan visi-misi organisasi yang sung-
guh-sungguh dipahami, diterima, dan dihayati oleh setiap ang-
gota. Selanjutnya, setiap keputusan yang diambil harus selaras
dengan visi-misi organisasi. Jika itu terjadi, perasaan damai akan
muncul dalam hati setiap anggota, sedangkan rasa dipersatukan
dalam kelompok pun akan dikukuhkan.
5. Kesimpulan: Prosedur utuh PKBI dalam sebuah organisasi akan
mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
a. Simaklah statuta, anggaran dasar dan rumah tangga, rumusan
visi-misi, nama (brand name), motto atau slogan organisasi An­
da. Apakah semua itu memungkinkan organisasi atau institusi
Anda menjalankan aneka tugas pokoknya dalam kehendak Al-
lah (under God)?
b. Sisihkan saat hening sebelum dan selama pertemuan-pertemuan
Untuk Yonita, Ryo, Karysta
dalam rangka pengambilan keputusan berlangsung. Berilah ke-
pada setiap anggota kesempatan untuk mencairkan aneka ben-
tuk ketegangan antar pribadi, mengatasi kecemasan, serta saling
bertukar perasaan dan pandangan. Alasan: Saling percaya adalah
syarat mutlak dalam pengambilan keputusan kelompok.
c. Berilah kesempatan kepada setiap anggota untuk berperan serta
secara penuh dalam proses, dengan mempersilakan masing-ma-
sing mengemukakan pendiriannya sejak awal.
d. Berilah kesempatan kepada setiap anggota untuk mengungkap-
kan semua uneg-uneg atau ganjalan hatinya, serta berikanlah juga
saat hening untuk merefleksikan sumber ganjalan hatinya itu.
The Possibler
028724

196 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS
e. Aturlah (Anggota
kesempatan untukIKAPI)
mengungkapkan alasan-alasan pro
4 Jl. Cempaka
serta9,kesempatan
Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
untuk mengungkapkan alasan-alasan kontra
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
terhadap setiap pokok persoalan penting. Setiap anggota diberi
Telepon (0274) 588783,
kesempatan 565996;
untuk Fax (0274) 563349
bicara.
E-mail
f. :Setelah
office@kanisiusmedia.com
semua langkah tersebut dilalui dengan baik, salah se­
Website :orang
www.kanisiusmedia.com
(lazimnya yang ditunjuk atau diterima sebagai ketua)
perlu mencoba merumuskan konsensus atau kesimpulan-kese-
pakatan yang muncul. Kesimpulan sementara ini perlu dilontar-
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
kan, untuk mendapatkan tanggapan dari seluruh anggota yang
Tahun hadir. Jika 15 semua14menerima
13 dan 12 11
menyepakatinya, tercapailah
konsensus atau kesimpulan sejati. Jika masih ada ganjalan, hal
itu perlu dibicarakan bersama secara terbuka, sampai akhirnya
Editor : Dwiko
dicapai kesepakatan sejati. Hanya jika sangat terpaksa, voting
Desainer atau
sampul : Marius
pemungutan Santo
suara boleh ditempuh. ♪

ISBN 978-979-21-3041-6
––––––––––
Hak cipta dilindungi
Diadaptasikan dari: undang-undang
Dilarang
Byron, W.J., S.J. (1996).
memperbanyak Education
karya tulis ini for business
dalam in the
bentuk danJesuit
dengantradi-
cara tion.
apa pun,
CIS. termasuk fotokopi,Spirituality,
Review of Ignatian tanpa izin Vol.
tertulis dari Penerbit.
XXVII-2(82), 19-29.

Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta


197

Tentang Penulis

A. Supratiknya, profesor pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata


Dharma, Yogyakarta. Tamat dari Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada (B.A., 1977; Drs., 1980) dan dari Department of Psychology, Col-
lege of Social Sciences and Philosophy, University of the Philippines, Diliman
(Ph.D., 1992). Pernah mengikuti Fulbright Visiting Scholar Program di
Center for Cross-Cultural Research, Department of Psychology, Western Wash-
ington University, Bellingham, dan School of Psychology, Florida Institute of
Technology, Melbourne, Amerika Serikat (2003-2004). Menjadi anggota
Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), American Psychological Associa-
tion, dan International Association for Cross-Cultural Psychology.
Untuk Yonita, Ryo,Menulis
Karysta
dan menerjemahkan sejumlah buku, menulis artikel, dan melakukan pe-
nelitian tentang psikologi, dengan perhatian khusus pada psikologi bu-
daya dan pendidikan.
The Possibler
028724

198 © 2011 Kanisius


PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com

Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Tahun 15 14 13 12 11

Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo

ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai