2011 Merancang Program Dan Modul Psikoedukasi Edisi Revisi
2011 Merancang Program Dan Modul Psikoedukasi Edisi Revisi
PSIKOEDUKASI
Edisi Revisi
A. Supratiknya
Penerbit
Universitas Sanata Dharma
The Possibler
028724
ii © 2011 Kanisius
PENERBITProgram
Merancang KANISIUS
dan(Anggota
Modul IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
PSIKOEDUKASI
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Edisi Revisi
Website : www.kanisiusmedia.com
Copyright © 2011
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
PENERBIT UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Jl. Affandi (Gejayan),
Tahun 15 Mrican,
14 Yogyakarta
13 55281
12 11
Telp. (0274) 513301, 515253 Ext.1527/1513
Fax (0274) 562383
e-mail:
Editor publisher@usd.ac.id
: Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo
Diterbitkan oleh:
Sekapur Sirih
iv © 2011 Kanisius
PENERBIT
dibantu KANISIUS
menguasai aneka (Anggota
prinsip dan IKAPI)
strategi dalam merencanakan dan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan,
menyelenggarakan programYogyakarta
psikoedukasi 55281, INDONESIA
di berbagai lingkungan kehidu-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
pan, khususnya lingkungan pendidikan formal, industri atau organisasi,
Telepon
dan (0274)atau
komunitas 588783, 565996; Fax (0274) 563349
masyarakat.
E-mail
Pada: office@kanisiusmedia.com
tahun 2008 penulis menghimpun catatan-catatan hasil peng
Website : www.kanisiusmedia.com
alaman mengajar maupun memberikan ceramah atau pelatihan tentang
tema-tema terkait psikoedukasi baik secara mandiri maupun bersama
kolega, termasuk pengalaman melaksanakan tugas dari Pimpinan Uni-
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
versitas Sanata Dharma untuk mengoordinasikan pengembangan dan pe-
Tahun
nyelenggaraan 15
pelatihan 14
life-skills 13 mahasiswa
bagi 12 baru 11yang disebut Pen-
dampingan Menjadi Mahasiswa Efektif (PMME) pada tahun 1997/1998,
menjadi sebuah buku pegangan kuliah yang diberi judul Merancang Pro-
Editor : Dwiko
gram dan Modul Psikoedukasi (Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata
Desainer sampul
Dharma). : Marius
Karena disusun Santo
secara agak tergesa-gesa, buku itu mengandung
sejumlah kekurangan, termasuk ketidak-telitian dalam mencantumkan
sumber-sumber. Buku dengan judul sama namun warna sampul berbeda
ini merupakan edisi kedua sekaligus edisi revisi dari terbitan tahun 2008.
ISBN 978-979-21-3041-6
Dari segi substansi, perbaikan dilakukan antara lain dalam bentuk klari-
Hak cipta
fikasi konsep dilindungi undang-undang
dan istilah serta peruntutan alur pembahasan pada beberapa
bab awal serta
Dilarang penambahan
memperbanyak pembahasan
karya tentangbentuk
tulis ini dalam evaluasi
danprogram
denganpsi-
cara apa pun,
koedukasi padatermasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
bab terakhir.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada para kolega baik semasa
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
masih di Program Studi Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Jurusan
Ilmu Pendidikan, IKIP Sanata Dharma pada dasawarsa 1980-an yang ke-
mudian berubah menjadi Program Studi Bimbingan dan Konseling pada
era Universitas Sanata Dharma pada dasawarsa 1990-an, secara khusus
kepada Romo W.S. Winkel, S.J., M.Sc. dan Drs. R.H.Dj. Sinurat, M.A.
dua pakar yang masing-masing mengembangkan bidang Konseling dan
Bimbingan Kelompok di Jurusan Ilmu Pendidikan serta menjadi mentor
penulis di kedua bidang itu, para kolega di Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma, serta para mantan mahasiswa yang pernah menggeluti
kompetensi ini bersama penulis dalam mata kuliah Psikologi Konsultasi.
Dengan cara masing-masing mereka telah memberikan kontribusi bagi
v
lahirnya buku ini lewat tangan penulis. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada Penerbitan Universitas Sanata Dharma yang bersedia
menerbitkan kembali buku ini pada edisi kedua atau edisi revisi. Meng
ulangi harapan yang penulis sampaikan pada edisi pertama, semogalah
buku ini tetap bahkan makin memudahkan generasi mahasiswa berikut
mendalami dan mengembangkan kemampuan merancang serta melak-
sanakan program psikoedukasi, salah satu bidang layanan psikologis yang
semakin penting di masa kini dan mendatang.
Kampus Mrican, Januari 2011
A. Supratiknya.
vi © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Tahun 15 14 13 12 11
Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo
ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Daftar Isi
Sekapur Sirih................................................................................................................................................................ v
Bab 1. Pendahuluan.......................................................................................................................................... 1
A. Peran Psikolog............................................................................................................................................... 1
B. Sifat Bantuan yang Diberikan.................................................................................................. 4
C. Jenis Klien Yang Dibantu............................................................................................................... 5
D. Aneka Kompetensi Psikolog....................................................................................................... 7
BAB 3. Psikoedukasi........................................................................................................................................ 34
A. Alasan Berkembangnya Psikoedukasi ........................................................................... 35
B. Makna dan Cakupan Psikoedukasi. .................................................................................. 36
C. Tiga Wilayah Layanan Psikoedukasi................................................................................ 41
The Possibler
028724
Hak
H. cipta dilindungi
Modelling Perilakuundang-undang
. .................................................................................................................................. 110
I.Dilarang
Pedoman Menyusun Petunjuk
memperbanyak karya tulis Latihan ini dalam ........................................................................ 114
bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
BAB 7. Menyusun Program Psikoedukasi.......................................................................... 116
A. Melakukan
Dicetak Asesmen
oleh Percetakan Kebutuhan
Kanisius Yogyakarta.......................................................................................... 116
B. Menyusun Grand Design, Program Besar atau Rencana
Induk Psikoedukasi................................................................................................................................ 121
x © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Tahun 15 14 13 12 11
Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo
ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Bab 1
Pendahuluan
A. Peran Psikolog
Psikologi merupakan helping profession atau profesi penolong. Isti-
lah ini konon pertama kali dilontarkan oleh McCully pada tahun 1966
(George & Cristiani, 1981). Tentang arti istilah helping alias menolong,
Brammer dan Shostrom (1982) memberikan dua macam pengertian.
Pertama, menolong berarti memberikan kondisi bagi orang lain agar bisa
memenuhi kebutuhan mereka akan rasa aman, dicintai dan dihormati,
memiliki harga-diri, mampu mengambil tindakan tertentu, dan berkem-
bang mengaktualisasikan diri. Kedua, dalam arti lebih luas menolong
adalah memberikan aneka sumber daya dan ketrampilan agarRyo,
Untuk Yonita, orang yang
Karysta
ditolong mampu menolong diri mereka sendiri (h. 3).
Maka, seperti dikemukakan oleh McCully dan dikutip oleh George
dan Cristiani (1981), helping profession secara luas bisa diartikan sebagai
profesi yang ”based upon specialized knowledge, apply an intellectual tech-
nique to the existential affairs of others toward the end of enabling them
to cope more effectively with the dilemma and paradoxes that characterize
the human condition” (h. 18). Artinya, profesi yang dilandasi pengetahuan
khusus tertentu, menerapkan teknik berpikir tertentu terhadap problema
kehidupan orang lain dengan tujuan membuat mereka mampu mengatasi
secara lebih efektif aneka dilema dan paradoks yang menjadi ciri kondisi
kehidupan manusia.
The Possibler
028724
2 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
Atau, seperti (Anggota
dinyatakan IKAPI)pakar lain sekitar empat dasa
oleh sejumlah
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
warsa kemudian, sebagai helping profession psikologi menjalankan peran uta-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
ma ”to develop and apply psychological principles, knowledge, models and
Telepon in
methods (0274) 588783,
an ethical and565996;
scientificFax
way(0274) 563349
in order to promote the develop
E-mail : office@kanisiusmedia.com
ment, well-being and effectiveness of individuals, groups, organizations and
Website(Lunt
society” : www.kanisiusmedia.com
et al., 2001; h. 5). Artinya, psikologi bertugas mengembangkan
dan menerapkan aneka prinsip, pengetahuan, model dan metode psikologi
secara etis dan ilmiah demi membantu meningkatkan pertumbuhan, kese
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
jahteraan, dan keefektifan individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat.
Tahun 15
Intinya, jasa utama 14
psikologi 13
sebagai 12 penolong
profesi 11 adalah mem-
bantu orang atau lembaga agar dapat mengatasi aneka problema kehidup
an secara lebih efektif sehingga mampu menjalankan fungsi-fungsi pokok
Editor : Dwiko
dan memperkembangkan diri mereka secara optimal.
Desainer
Secarasampul
alamiah: manusia
Marius terpanggil
Santo untuk tumbuh memekarkan diri
lewat pelaksanaan berbagai fungsi, peran, maupun tugas kehidupan baik
secara perorangan maupun dalam kebersamaan dengan orang lain sebagai
suatu pranata. Kenyataannya, dalam melaksanakan panggilan kehidupan
ISBN 978-979-21-3041-6
tersebut manusia jamak mengalami aneka bentuk hambatan antara lain
Hak cipta
karena tidakdilindungi undang-undang
memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan yang diperlukan
untuk berkembang
Dilarang memperbanyakatau sebaliknya, terlanjur
karya tulis memiliki
ini dalam pengetahuan
bentuk dan dengandan/
caraketrampilan
atau apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
yang salah.
Timbulnya kedua kondisi yang tidak kondusif bagi perkembangan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
pribadi maupun perkembangan bersama secara optimal itu sendiri bisa
disebabkan oleh sejumlah hal. Pertama, karena manusia gagal mempelajari
pengetahuan dan/atau ketrampilan yang diperlukan. Seorang anak yang
lahir dan dibesarkan di lingkungan pegunungan dan praktis tidak pernah
meninggalkan tanah tumpah darah dan tempat tinggal sepanjang hidup-
nya, boleh jadi tidak akan pernah belajar berenang karena tidak terdapat
kolam, danau, atau sekadar genangan air yang cukup luas dan dalam un-
tuk berkubangan di daerah tempat tinggalnya itu. Sebagai manusia dia ga-
gal mengembangkan salah satu aspek potensinya untuk hidup bersahabat
dan menyatu dengan lingkungan berair, semata karena tidak mendapatkan
kesempatan untuk belajar.
3
Kedua, karena manusia tanpa sadar mempelajari pengetahuan dan/atau
ketrampilan yang justru berakibat mengganggu, menimbulkan sandungan,
atau bahkan destruktif bagi kehidupan pribadi maupun bagi kehidupan
bersama. Seorang pria direktur perusahaan yang sukses dan tumbuh di
tengah keluarga yang taat beragama sejak kecil membatinkan pengetahuan
atau kesadaran bahwa penderitaan adalah hukuman dari Tuhan atas sesuatu
perbuatan dosa. Ketika keluarganya sendiri didera penderitaan beruntun:
salah seorang putranya tewas dalam kecelakaan pesawat terbang, isterinya
menderita depresi berat setelah menjadi korban dugaan malpraktek dokter
saat menjalani bedah kecantikan di bagian wajahnya, dan dia sendiri akhir
nya terkena serangan jantung ringan, daya coping atau tekad dan usahanya
untuk sembuh dari penyakit serta mengatasi problem yang sedang dihadap-
inya sangat lemah karena di lubuk hatinya yang terdalam bercokol perasaan
bahwa semua itu merupakan harga pantas yang harus dia bayar atas dosa
tertentu entah apa yang belum diketahuinya. Alahasil sesudah dinyatakan
sembuh dari gangguan jantungnya dan keluar dari rumah sakit perangainya
berubah total, dari seorang eksekutif yang sebelumnya penuh inisiatif, pe-
riang, dan pandai menghidupkan suasana kerja serta menggerakkan kolega
dan bawahan, kini menjadi pribadi pemurung, mudah marah, dan uring-
uringan. Orang semacam ini kiranya telah keliru belajar membentuk gam-
baran tentang Tuhan sebagai sejenis hakim yang berkuasa menganugerah-
kan pahala dan menjatuhkan hukuman secara dingin
Untukbahkan
Yonita,kejam.
Ryo, Karysta
Menurut sejarahnya, psikologi lahir atau setidaknya berkembang pe-
sat berkat usahanya menolong orang menjalankan berbagai tugas hidup,
menyesuaikan diri pada tuntutan kehidupan baru, dan mengatasi aneka
problem kehidupan secara efektif, baik sebagai pribadi maupun secara
kolektif, dan dengan demikian terciptalah kehidupan dan perkembangan
pribadi maupun bersama yang efektif dan memuaskan. Dengan kata lain,
dalam arti tertentu seorang psikolog adalah seorang professional helper,
yaitu seorang penolong profesional yang bertugas membantu orang lain
baik sebagai pribadi maupun sebagi kelompok mengembangkan aneka ke-
mampuan psikologis yang diperlukan untuk menjalani kehidupan pribadi
maupun bersama secara optimal.
The Possibler
028724
4 © 2011 Kanisius
PENERBIT
B. KANISIUS
Sifat Bantuan (Anggota IKAPI)
yang Diberikan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Tergantung dari situasi yang sedang dihadapi oleh orang atau lem-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
baga yang hendak ditolong, bantuan yang diberikan oleh seorang psikolog
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
bisa memiliki salah satu atau kombinasi dari beberapa sifat. Sifat bantuan
E-mail : office@kanisiusmedia.com
menunjuk pada tujuan bantuan psikologis diberikan kepada orang atau
Website : www.kanisiusmedia.com
lembaga tertentu (Winkel, 1991). Salah satu cara penggolongan sifat ban-
tuan yang sering dipakai di bidang layanan psikologis adalah seperti di
uraikan
Cetakandike-bawah ini5 (Hershenson,
4 Power,
3 dan
2 Waldo,11996):
1. Fasilitatif, yaitu bertujuan membantu memudahkan berlangsungnya
Tahunpertumbuhan15pribadi14yang sehat 13 tanpa12hambatan-hambatan
11 yang
berarti, dengan cara memberikan aneka pengetahuan dan/atau ke-
trampilan yang diperlukan. Istilah lain yang seringkali juga digu-
Editor : Dwiko
nakan adalah perseveratif atau developmental. Intinya membantu
Desainer sampul : Marius Santo
memudahkan orang atau lembaga yang ditolong untuk memperta
hankan bahkan meningkatkan perkembangan pribadi atau organisasi
yang sebenarnya sudah berlangsung relatif tanpa gangguan.
2. Preventif, yaitu bertujuan mencegah timbulnya kesulitan yang bisa
ISBN 978-979-21-3041-6
menghalangi pelaksanaan aneka fungsi dan pertumbuhan pribadi
Hak seseorang
cipta dilindungi undang-undang
atau sebuah lembaga.
3. Remedial,
Dilarang yaitu bertujuan
memperbanyak mengubah
karya tulis ini pola
dalamperkembangan maladaptif
bentuk dan dengan
cara atau
apa pun, termasuk
destruktif yang fotokopi,
terlanjur tanpa izin kembali
terbentuk tertulis dari Penerbit.
ke arah yang sehat
atau adaptif. Istilah lain yang seringkali juga digunakan adalah re-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
konstruktif atau kuratif, yang pada dasarnya sama arti, yaitu mem-
perbaiki atau ”menyembuhkan” pola perkembangan yang terlanjur
kurang sehat.
4. Rehabilitatif, yaitu bertujuan membantu orang atau lembaga menga-
tasi kekurangan tertentu dengan cara meningkatkan kemampuannya
menggunakan atau memanfaatkan kelebihan-kekuatan pribadi yang
dimiliki.
5. Enhancing atau meningkatkan, yaitu bertujuan memperbaiki kualitas
kehidupan orang atau lembaga melampaui taraf kualitas yang sudah
berhasil dicapai.
5
C. Jenis Klien Yang Dibantu
Yang dimaksud klien adalah orang atau lembaga yang menerima ban-
tuan profesional dari seorang psikolog. Istilah ini seringkali dipakai seba-
gai istilah generik atau umum untuk mengacu semua orang atau lembaga
yang memanfaatkan bantuan profesional yang ditawarkan oleh pemberi
jasa bantuan di bidang profesi tertentu. Di lingkungan profesi psikologi
istilah itu bisa diberi makna khusus, yaitu golongan pemanfaat bantuan
yang dari segi kesehatan mental termasuk sehat atau normal namun se-
dang menghadapi situasi tertentu baik berupa problem atau tantangan
hidup, dan membutuhkan bantuan seorang psikolog agar mampu meng
atasi problem atau tantangan hidup itu secara efektif. Dengan kata lain,
menggunakan penggolongan sifat bantuan seperti dikemukakan Hershen-
son, Power, dan Waldo (1996), jenis bantuan yang dibutuhkan oleh klien
dalam arti khusus ini lazimnya lebih bersifat fasilitatif, preventif, rehabili-
tatif, atau enhancing.
Lawannya, dan khususnya sebagaimana lazim berlaku di bidang
kedokteran termasuk psikiatri atau kedokteran jiwa, adalah pasien, yaitu
golongan pemanfaat bantuan yang dari segi kesehatan mental termasuk
kurang sehat baik ringan berupa berbagai jenis neurosis, seperti kecemasan
dan fobia, maupun berat berupa aneka jenis psikosis seperti skizofrenia.
Jenis bantuan yang mereka butuhkan lazimnya bersifat remedial, rekon-
struktif, atau kuratif. Dalam konteks pembahasan tentang
Untuk Psikologi
Yonita, Kon-
Ryo, Karysta
sultasi ini, kelompok pemanfaat bantuan psikologis yang menjadi fokus
sasaran layanan adalah klien alias kelompok orang (termasuk lembaga)
yang dari segi kesehatan mental tergolong sehat atau normal.
Dari segi jumlah atau besarannya, klien juga bisa dibedakan men-
jadi dua jenis, yaitu klien individual atau perorangan dan kelompok. Kli
en individual terdiri dari pribadi-pribadi perorangan yang perlu dibantu
untuk mengatasi problem atau tantangan hidup. Contohnya, seorang re-
maja yang perlu dibantu meningkatkan pemahaman dirinya, mengenal
aneka kelebihan-kekurangan dan minatnya dalam rangka memilih jurusan
pendidikan di SMA; seorang karyawan yang perlu dibantu mengambil
keputusan dilematis antara menerima promosi jabatan namun dengan
The Possibler
028724
6 © 2011 Kanisius
PENERBITdimutasi
konsekuensi KANISIUS (Anggota
ke daerah lain IKAPI)
dengan akibat lebih lanjut memutus
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta
karir isteri yang juga sedang menanjak55281, INDONESIA
atau tetap pada jabatan sekarang
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011,
dan menerima ketertinggalan dari karir isteri. INDONESIA
Telepon
Pada(0274)
klien 588783,
kelompok, 565996;
yang Fax (0274) 563349
menghadapi problem atau tantangan
E-mail : office@kanisiusmedia.com
hidup adalah himpunan orang sebagai pranata atau lembaga. Problem
Website
atau : www.kanisiusmedia.com
tantangan yang dikeluhkan muncul dari hakikat kelompok itu sebagai
pranata atau lembaga. Sudah barang tentu, akibat negatif berupa stres atau
bentuk tekanan psikologis lain akan dihayati pada taraf masing-masing
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
individu anggota kelompok juga. Namun sumber dan solusi problem
Tahun
atau tantangannya15tidak bisa 14 tidak 13
dilakukan 12pada tataran
11 kebersamaan
anggota-anggota tersebut sebagai pranata atau lembaga. Sebagai contoh,
problem komunikasi dalam kehidupan pasangan suami-isteri, merosotnya
Editor : Dwiko
kinerja lembaga akibat demoralisasi di antara para pekerjanya. Semua itu
Desainer
tidak bisa sampul
dipecahkan : Marius Santo masing-masing pribadi anggota me-
pada tataran
lainkan harus pada tataran kebersamaan sebagai sebuah pranata.
Klien kelompok tidak boleh dikacaukan dengan kelompok sebagai
pendekatan dalam pemberian bantuan. Banyak jenis bantuan psikologis,
ISBN 978-979-21-3041-6
entah berupa pemberian layanan informasi atau pengembangan aneka
Hak cipta dilindungi
ketrampilan (soft skillsundang-undang
atau life skills) paling efektif disampaikan lewat
peng alaman
Dilarang belajar di dalamkarya
memperbanyak kelompok. Dalam
tulis ini dalam halbentuk
ini klien
danyang dibantu
dengan
cara
se
sungapa pun,tetap
guhnya termasuk fotokopi, tanpa
masing-masing orang,izin tertulis
problem dari
atau Penerbit.psiko
tantangan
logis yang dicoba diatasi tetap bersifat perorangan, namun bantuannya
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
diberikan dengan menggunakan kelompok sebagai sarana pembelajaran.
Dengan kata lain, setidaknya ada dua alasan pokok mengapa pendekat
an kelompok lebih efektif diterapkan dalam membantu seseorang mengatasi
sebuah problem yang sebenarnya bersifat individual. Pertama, jenis penge-
tahuan atau ketrampilan yang perlu ditumbuhkan dalam diri klien secara
wajar menuntut kehadiran orang lain sebagai mitra berbagi atau beraktivi-
tas. Contoh, jika kita ingin menyampaikan pesan tentang pentingnya keter
bukaan dalam hubungan suami-isteri, pesan itu tidak akan terlalu efektif
jika hanya kita sampaikan kepada salah satu pihak, entah isteri atau suami.
Kedua pasangan harus hadir bersama, mendengarkan bersama, mencam-
kannya bersama, dan bertekad menjalankan atau menerapkannya bersama.
7
Contoh lain, jika kita ingin menumbuhkan ketrampilan bekerja se-
bagai tim pada karyawan divisi pramuniaga di sebuah toserba. Ketrampil
an itu tidak cukup disampaikan secara lisan kepada himpunan karyawan
yang dikumpulkan di suatu tempat dalam acara pelatihan atau penyegaran,
apalagi disampaikan secara perorangan, melainkan harus disimulasikan,
dipraktekkan, dialami, dan dihayati bersama dalam kelompok-kelompok
kecil terdiri dari misal, lima orang.
Alasan lain mengapa pendekatan kelompok semacam ini lebih efektif
diterapkan dibandingkan pendekatan individual ialah karena jenis pro
blem yang dialami masing-masing orang seringkali kurang lebih sama. Ke-
sadaran memiliki kekurangan yang sama ini bisa berdampak positif meng-
hilangkan atau setidaknya mengurangi rasa harga diri yang kurang pada
masing-masing orang akibat kekurangannya itu, sebab ternyata banyak
orang lain memiliki kekurangan yang sama. Akibatnya, mereka pun akan
termotivasi untuk bersama-sama saling membantu mengatasi kekurangan
masing-masing.
Winkel (1991) menyebut pembedaan penyelenggaraan bantuan psi
kologis berdasarkan jumlah orang yang dilayani sebagai pilihan pendekatan
semacam ini bentuk pemberian bantuan psikologis, yaitu individual alias
perorangan atau kelompok. Sebagaimana dinyatakan oleh Winkel (1991),
pembedaan bentuk sebagai cara pendekatan penyelenggaraan bantuan
psikologis khususnya bimbingan, ”belum menyatakan apa-apa
Untuk Yonita, Ryo, tentang
Karysta
apa yang menjadi tujuan dari pelayanan bimbingan dan apa yang dijadi-
kan materi dalam pelayanan bimbingan” (h. 122) atau bantuan psikologis
lain. Sebagaimana sudah kita lihat, tujuan pemberian bantuan psikologis-
nya sendiri bisa preventif alias untuk pencegahan atau kuratif alias untuk
mengatasi problem yang sudah terlanjur muncul, sedangkan materinya
bisa tentang pentingnya keterbukaan dalam hubungan suami-isteri atau
kerja sama dalam tim sebagaimana sudah disebut dalam contoh di atas.
8 © 2011 Kanisius
PENERBIT
yang KANISIUS
membedakannya dari(Anggota
pekerja diIKAPI)
bidang profesi lain pada umumnya
4 Jl. Cempaka
maupun dari 9, Deresan,
pekerja Yogyakarta
di bidang profesi55281,
pemberi INDONESIA
bantuan (helping profes-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
sion) lain pada khususnya, seperti petugas social work atau pekerja sosial,
Telepon atau
psikiater (0274) 588783,
dokter 565996;
spesialis Fax (0274)
kedokteran jiwa, 563349
dan petugas bimbingan ro-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
hani (clergy).
Website
Yang: www.kanisiusmedia.com
dimaksud dengan kompetensi, dalam hal ini kompetensi
psikolog, adalah ”fundamental clusters of integrated knowledge, skills, and
attitudes that are used in practice applications by the professional psycho
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
logists” (Bent, 1991; h. 77). Artinya, himpunan pengetahuan, ketrampil
Tahun
an, dan sikap yang15 14 dan13
bersifat padu 12
fundamental, 11 digunakan dalam
yang
penerapan praktik oleh para psikolog profesional.
Kompetensi atau lebih tepat rangkaian kompetensi ini disebut kom-
Editor : Dwiko
petensi inti sebab dipandang merupakan serangkaian kompetensi fung-
Desainer
sional kunci sampul : Marius
(key functional Santo
competencies) bagi para psikolog yang diharap-
kan dapat menjadi inti atau fondasi serta ”a flexible guide for curriculum
development” bagi pengembangan aneka program pendidikan psikologi
sebagai suatu profesi.
ISBN 978-979-21-3041-6
Salah satu rumusan tentang rangkaian kompetensi inti psikolog di
Hak cipta
susun oleh dilindungi
para pakar undang-undang
pendidikan psikologi di Amerika Serikat yang ter-
gabung
Dilarang dalam National Council
memperbanyak karyaoftulis
Schools of Professional
ini dalam bentuk Psychology
dan dengan lewat
cara apa pun,
serangkaian termasukyang
konferensi fotokopi, tanpa
dilakukan izin tertulis
antara dari Penerbit.
tahun 1978-1990, khusus-
nya dalam Mission Bay Conference pada 1987. Pada saat itu untuk pertama
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
kalinya berhasil dirumuskan ”six identifiable competency areas” alias enam
bidang kompetensi yang bisa diidentifikasikan secara jelas. Rumusan awal
ini selanjutnya disempurnakan dan dikukuhkan atau disahkan pember-
lakuannya dalam sebuah pertemuan lain yang dikenal sebagai San Anto-
nio Conference pada tahun 1989-1990 (Bent, 1991; Weiss, 1991). Secara
substansial rumusan tentang kompetensi inti psikolog oleh para pakar
pendidikan profesi psikologi di Amerika Serikat ini tidak berbeda dari ru
musan tentang kompetensi kunci (key roles) psikolog oleh para sejawat
trans-atlantik mereka di Uni Eropa (Lunt et al., 2001). Enam kompetensi
inti psikolog yang dimaksud adalah relasi, asesmen, intervensi, penelitian
dan evaluasi, konsultasi dan pendidikan, serta manajemen dan supervisi.
9
Berikut akan disajikan uraian lebih rinci tentang masing-masing kom-
petensi.
1. Relasi
Kompetensi relasi adalah kemampuan membangun dan memelihara
relasi atau hubungan kerja yang konstruktif dengan klien (Polite & Bourg,
1991). Pentingnya kompetensi ini bagi seorang psikolog tidak perlu di-
ragukan. Sebagian besar bahkan hampir semua fungsi yang dilakukan
seorang psikolog didasarkan pada kemampuan dasar untuk membangun
dan memelihara relasi yang otentik atau tulus-lugas dan efektif-mengena
dengan klien. Dalam bahasa lain, seorang psikolog pada dasarnya adalah
seorang komunikator baik dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai
fasilitator-trainer-edukator maupun sebagai konselor-terapis. Hampir se-
mua problem psikologis yang dialami oleh perorangan, kelompok, atau
lembaga sedikit atau banyak, langsung atau tidak langsung berakar pada
masalah relasi atau komunikasi. Selain itu, kompetensi relasi juga merupa-
kan fondasi atau prasyarat bagi semua kompetensi inti psikolog yang lain
(Polite & Bourg, 1991).
Kompetensi relasi memiliki setidaknya tiga unsur, yaitu knowledge,
skills, dan attitudes. Unsur knowledge atau pengetahuan dari kompetensi
relasi mencakup sedikitnya tiga hal. Pertama, pengetahuan tentang data base
psikologis yang relevan, meliputi aneka teori dan hasilYonita,
Untuk penelitian
Ryo, tentang
Karysta
relasi atau komunikasi antar pribadi serta body of knowledge tentang aneka
bidang psikologi baik yang tradisional seperti psikologi perkembangan,
psikologi kepribadian, psikologi sosial, psikologi abnormal, psikologi in-
dustri, maupun yang baru berkembang seperti psikologi hukum, psikologi
forensik, dan sebagainya. Kedua, pemahaman diri, meliputi pengetahuan
atau kesadaran tentang aneka sifat-kemampuan, kelebihan-kekuatan,
kekurangan-kelemahan, motivasi, dan sebagainya, yang melekat dalam
diri si psikolognya sendiri. Semua ini akan mempengaruhi kemampuan
dan cara atau gayanya dalam membangun komunikasi dengan orang lain.
Ketiga, pengetahuan tentang orang lain berupa pemahaman tentang aneka
konteks tempat klien berasal dan hidup, meliputi baik mikrosistem seperti
The Possibler
028724
10 © 2011 Kanisius
PENERBIT
aneka ciri fisik,KANISIUS (Anggota
latar belakang IKAPI)
pendidikan, dan sifat-sifat pribadinya, mau-
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
pun makrosistem seperti lingkungan budayanya, dan sebagainya.
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Unsur skills dari kompetensi relasi mencakup segugusan ketrampilan
Telepon
yang lazim (0274)
disebut588783, 565996;skills.
interpersonal Fax Gugusan
(0274) 563349
ketrampilan ini meliputi
E-mail : office@kanisiusmedia.com
namun tidak terbatas pada kemampuan-kemampuan (a) membangun rap-
Website
port atau :relasi
www.kanisiusmedia.com
yang hangat-akrab dengan klien dalam situasi pemberian
bantuan psikologis tertentu seperti testing atau konseling, (b) membuat
lawan komunikasi merasa terlibat di dalam relasi yang sedang dibangun,
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
(c) membuat lawan komunikasi merasa nyaman, (d) mengkomunikasikan
Tahun (e) mengkomunikasikan
empati, 15 14 13 menghargai
sikap 12 dan11 menghormati la-
wan komunikasi, dan sebagainya.
Unsur attitudes atau sikap meliputi namun tidak terbatas pada (a)
Editor : Dwiko
memiliki kuriositas atau rasa ingin tahu dalam arti dahaga intelektual yang
Desainer
sehat sampultentang
khususnya : Marius Santo
bidang yang menjadi keahliannya, (b) memiliki
fleksibilitas atau kelenturan-keterbukaan, khususnya kelenturan dalam
cara berpikir dan keterbukaan terhadap ide-gagasan baru, (c) memiliki
skeptikisme atau sikap kritis, dalam arti tidak mudah percaya dan tidak
ISBN 978-979-21-3041-6
mudah puas menyangkut hal-hal terkait upaya menemukan informasi
Hak lebih
yang cipta akurat,
dilindungi undang-undang
(d) berpikiran terbuka, (e) memiliki apresiasi atau peng
akuan-penghargaan
Dilarang memperbanyak terhadap keberagaman
karya individual
tulis ini dalam bentukdandan
budaya, (f ) se-
dengan
carasecara
hat apa pun, termasuk
psikologis, fotokopi,integritas
(g) memiliki tanpa izin tertulis
dan dari Penerbit. dan
kejujuran-ketulusan,
(h) rela melayani orang lain.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
2. Asesmen
Yang dimaksud asesmen adalah proses yang berkelanjutan, interaktif
dan inklusif, dalam arti melibatkan pihak klien yang sedang menjalani ases-
men, dalam rangka mengumpulkan informasi tentang klien dengan tujuan
menyusun deskripsi, konseptualisasi, karakterisasi dan prediksi tentang as-
pek-aspek tertentu dari klien yang bersangkutan (McHolland, dalam Gold
& De Piano, 1991). Kompetensi asesmen di satu sisi masih dipandang
unik atau khas dan merupakan salah satu fondasi penting bagi identitas
dan fungsi seorang psikolog, namun di sisi lain khususnya dalam beberapa
dasa warsa terakhir telah menjadi sasaran kritik dan ketidak-puasan baik
11
dari luar maupun dari dalam profesi psikologi sendiri, karena cenderung
mereduksi fungsi dan peran psikolog sebagai sekadar tukang tes. Salah
satu sumber utama kelemahan dalam penyelenggaraan asesmen sehingga
menimbulkan ketidakpuasan dari pihak pemakai jasa maupun pengamat
kiranya adalah tidak dimilikinya wawasan yang memadai tentang hakikat
dan sejarah asesmen dalam pelayanan psikologis. Maka, kompetensi ases-
men dipandang mencakup tiga unsur penting, yaitu (a) pemilikan wa-
wasan yang jernih tentang hakikat dan sejarah asesmen, (b) pemilikan
pengetahuan yang relevan dan memadai tentang asesmen, dan (c) pemili-
kan ketrampilan yang memadai dalam penyelenggaraan asesmen (Gold &
De Piano, 1991).
Psikolog harus memiliki wawasan tentang hakikat asesmen dan seja-
rahnya, baik seperti berlangsung di tempat kelahirannya maupun di tem-
pat penerapannya kini. Muncul dan berkembangnya psychological testing
pada paruh pertama abad ke-20 di Eropa dan Amerika Serikat dipandang
ikut menandai mekarnya psikologi, khususnya psikologi klinis, sebagai
profesi. Psychological testing and evaluation sebagai sejenis kompetensi khas
psikolog telah berhasil menempatkan psikolog pada posisi terhormat kala
itu. Namun di bidang intervensi atau penanganan gangguan psikologis,
psikolog dengan kompetensi testing dan evaluasinya itu ternyata hanya
menempati peran subordinatif atau sekunder sebagai ”psychodiagnostic
assistant” atau asisten psikodiagnostik bagi para psikoterapis
Untuk yangKarysta
Yonita, Ryo, lazim-
nya berlatar belakang pendidikan psikiatri atau kedokteran jiwa. Akibat-
nya, konsep asesmen cenderung dipahami sebatas penyelenggaraan test-
ing terhadap klien perorangan yang dilakukan pada awal proses intervensi
dengan tujuan utama merumuskan diagnosis. Konsep sempit tentang ases
men ini dikenal sebagai model ”pre-treatment testing” tentang asesmen
psikologis, dan kini mulai ditinggalkan (Gold & De Piano, 1991).
Memasuki dasawarsa 1960-an model sempit tentang asesmen psiko
logis di atas mendapatkan kritik tajam dari kalangan dalam maupun luar
psikologi. Selain itu peran psikolog juga mengalami pergeseran, dari se
kadar melakukan testing untuk mendukung intervensi yang dilakukan
oleh psikiater ke melakukan praktek psikoterapi sendiri. Psikolog makin
The Possibler
028724
12 © 2011 Kanisius
PENERBITpsikoterapi
memandang KANISIUSdan (Anggota IKAPI) intervensi psikologis lain se-
bentuk-bentuk
4 Jl. Cempaka
bagai aktivitas9,utama
Deresan, Yogyakarta
mereka. 55281,
Akibatnya, INDONESIA
status dan praktek asesmen di
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011,
kalangan psikolog sendiri merosot secara tajam. INDONESIA
Telepon
Namun(0274) 588783, 565996;
menghadapi Fax (0274)
aneka kritik 563349
dan kecenderungan baru itu, bu-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
kannya menjadi surut bidang asesmen justeru melakukan aneka perubah
Website
an sesuai : tuntutan
www.kanisiusmedia.com
masyarakat pengguna, termasuk meningkatnya per-
mintaan asesmen di aneka konteks lain selain psikoterapi dan dengan klien
yang semakin beragam pula, tidak terbatas pada klien perorangan. Mun-
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
cullah model asesmen baru yang dikenal sebagai ”broad-based model”,
Tahun
yaitu model asesmen 15 dengan14pendekatan,
13 sarana-alat,
12 11
dan sasaran layanan
yang diperluas disertai ketrampilan memberikan konsultasi dan pemilikan
wawasan yang luas tentang asesmen sehingga mampu menanggapi aneka
Editor : Dwiko
kebutuhan yang terus berkembang di tengah masyarakat (Gold & De Pi-
Desainer
ano, 1991).sampul : Marius Santo
Psikolog juga harus memiliki pengetahuan tentang aneka konsep kun-
ci model asesmen yang baru. Beberapa contoh konsep kunci terpenting
tentang asesmen baru yang dimaksud adalah sebagai berikut (Gold & De
ISBN 978-979-21-3041-6
Piano, 1991):
Hak Psikolog
a. cipta dilindungi undang-undang
yang kompeten harus mampu memilih dari aneka metode
asesmen
Dilarang atau evaluasi,karya
memperbanyak manatulis
yanginipaling
dalamcocok
bentukdengan kasus yang
dan dengan
cara sedang
apa pun, termasuk
dihadapi, fotokopi,
bukan tanpa
sekadar izin tertulissecara
mengandalkan dari Penerbit.
otomatis-dog-
matis sejumlah tes baku yang sudah lazim dipakai.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
b. Subjek evaluasi yang harus dilayani tidak terbatas perorangan me-
lainkan mencakup pasangan, keluarga, organisasi, komunitas, atau
sistem.
c. Psikolog harus menguasai aneka teknik evaluasi lain selain evaluasi
praintervensi, seperti evaluasi terhadap hasil intervensi, evaluasi pro-
gram, dan sebagainya.
d. Tujuan utama asesmen psikologis adalah mendapatkan pemahaman
tentang klien untuk mendasari perencanaan tindakan praktis terten-
tu dalam rangka intervensi atau pemecahan masalah, bukan sekadar
menghasilkan klasifikasi diagnostik. Maka, jauh lebih penting bagi
seorang psikolog untuk mengasah kemampuan menemukan aneka
13
kekuatan dan kemampuan dalam diri klien yang bisa terus dimekar
kan daripada mendeteksi aneka kekurangan mereka sekadar untuk
keperluan kategorisasi.
e. Psikolog tidak boleh hanya menguasai sejumlah tes baku, itu pun
hanya sebatas pada aneka aspek teknisnya seperti administrasi, pen-
skoran, dan interpretasinya. Dia harus memahami landasan kon-
septual yang lebih fundamental tentang asesmen agar tidak terjebak
menerapkan aneka teknik asesmen secara naïf atau bahkan keliru,
serta agar lebih terbuka terhadap kehadiran berbagai teknik dan
prosedur asesmen yang baru.
14 © 2011 Kanisius
PENERBIT
c. KANISIUS
Pengumpulan (Anggota informasi.
dan pemrosesan IKAPI) Ketrampilan ini meliputi
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakartatentang
55281, masing-masing
INDONESIA jenis teknik
penguasaan landasan konseptual
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
asesmen, penerapan minimal salah satu teknik tertentu mewakili
Telepon (0274) 588783,
masing-masing jenis565996;
teknik Fax (0274)dan
asesmen, 563349
penyusunan ringkasan
E-mail : office@kanisiusmedia.com
hasilnya.
Website : www.kanisiusmedia.com
d. Merumuskan dan mengintegrasikan hipotesis interpretatif. Psikolog
harus memahami perbedaan antara data mentah hasil penerapan pro
sedur evaluasi tertentu dan kesimpulan interpretatif yang ditarik dari
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
data tersebut. Sebuah himpunan data baru akan menjadi bermakna
Tahun 15
sesudah dirumuskan 14
ke dalam13interpretasi
12 yang 11 bersifat hipotetis
dengan cara mengaitkannya dengan teori atau fakta empiris terten-
tu. Interpretasi juga akan menjadi semakin akurat bila dirumuskan
Editor : Dwiko
berdasarkan gabungan dari semakin banyak data yang diperoleh dari
Desainer
anekasampul
sumber. : Marius Santo
e. Diseminasi hasil. Nilai suatu asesmen pada akhirnya ditentukan oleh
kemampuan psikolog mengomunikasikan hasil asesmen itu kepada
subjek yang dievaluasi dan/atau sumber referal yang mengirimnya
ISBN 978-979-21-3041-6
dengan bahasa yang sederhana, jelas, lugas, konsisten, dan yang ter-
Hak penting,
cipta dilindungi undang-undang
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan referal secara me-
madai.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Itulah cakupan kompetensi di bidang asesmen dalam pengertian baru
yang perlu
Dicetak oleh dimiliki
Percetakanoleh seorang
Kanisius psikolog,
Yogyakartayang nyata-nyata jauh melam-
paui stereotipe lama tentang psikolog sebagai sekadar ”tukang tes.”
3. Intervensi
Intervensi adalah tindakan yang bertujuan mempromosikan dalam
arti memulihkan, mempertahankan, atau meningkatkan fungsi positif dan
rasa sejahtera klien lewat bentuk-bentuk layanan yang bersifat preventif, de-
velopmental, dan/atau remedial (Bent & Cox, 1991). Intervensi mencakup
bidang yang lebih luas dari sekadar psikoterapi. Psikoterapi atau konseling
individual yang didasarkan pada apa yang disebut ”individualized service
planning” memang tetap bisa menjadi bagian esensial kompetensi inter-
15
vensi, namun juga perlu dilengkapi dengan penguasaan aneka pendekatan
intervensi kelompok. Maka, konsep klien perlu diperluas tidak terbatas
pada individu melainkan juga mencakup pasangan, kelompok, organisasi,
dan sebagainya. Karena itu kompetensi intervensi juga harus mencakup
kemampuan menjalin relasi dengan berbagai pihak, seperti ”referral net-
working” alias membangun jaringan dengan sumber-sumber referal, dan
”collegial planning” alias mengevaluasi dan merencanakan aneka kiat me
ningkatkan keefektifan dalam memenuhi kebutuhan klien bersama pihak-
pihak lain yang terkait. Selain itu, menurut pandangan baru tentang in-
tervensi ini seorang psikolog bukan pertama-tama seorang psikoterapis
melainkan lebih merupakan seorang ”human resources expert” yang tugas
utamanya adalah menolong orang lain mengatasi aneka problem kehidup
an yang mengusik rasa sejahteranya. Untuk itu metode-metode intervensi
yang bersifat preventif-developmental perlu diutamakan seraya tidak bo
leh terpaku pada ranah diagnosis dan penyakit mental yang merupakan
wilayah psikoterapi tradisional (Bent & Cox, 1991).
16 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
melibatkan kerja sama(Anggota IKAPI)pihak baik langsung maupun
dengan berbagai
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
tak langsung, termasuk dengan pihak yang diteliti sendiri. Merupa-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
kan proses politik sebab pengetahuan memiliki implikasi kekuasaan
Telepon
bagi (0274) 588783,
pihak yang 565996; Fax
memproduksi dan(0274) 563349
menguasainya.
E-mail
b. : office@kanisiusmedia.com
Penguasaan pengetahuan dasar tentang statistik terapan dan teori
Website : www.kanisiusmedia.com
pengukuran sebagai sarana utama untuk meneliti aneka konstruk
ilmiah dengan pendekatan populasi.
c. Penguasaan pengetahuan dasar tentang aneka desain penelitian mulai
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
dari yang paling terkontrol seperti eksperimen laboratorium sampai
Tahun 15
yang paling kurang 14
melibatkan 13
kontrol 12 11
seperti penelitian lapangan.
d. Penguasaan pengetahuan dasar tentang aneka metode penelitian
kualitatif-interpretatif dengan fokus pada masalah reliabilitas dan
Editor : Dwiko
validitas, atau lebih tepat kredibilitas dalam mengumpulkan dan me-
Desainer sampul
nafsirkan : Marius Santo
data kualitatif.
e. Penguasaan pengetahuan dasar tentang penerapan pendekatan pene-
litian yang khas untuk berbagai sasaran penelitian khas baik yang
berupa sistem maupun individu, seperti penelitian survei, penelitian
ISBN 978-979-21-3041-6
evaluasi, studi kasus, dan sebagainya.
Hak Penguasaan
f. cipta dilindungi undang-undang
pengetahuan dasar tentang epistemologi pribadinya
sendiri,
Dilarang berupa kesadaran
memperbanyak tentang
karya aneka
tulis ini bias bentuk
dalam pribadi,dan
predileksi
denganatau
cara kecondongan
apa pun, termasuk fotokopi,
pribadi tanpatertentu,
pada teori izin tertulis dari Penerbit.
keterbukaan terhadap
aneka perspektif dalam memandang persoalan berikut kelebihan dan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
kekurangan dari masing-masing pendekatan itu, kesadaran tentang
pentingnya memiliki bukti-bukti empiris yang memadai dalam men-
dukung suatu pandangan seraya tetap mempertahankan sikap kritis
yang sehat, kesadaran tentang keterikatan penelitian pada etika, dan
kesadaran tentang pentingnya meminta masukan dan umpan balik
dari kolega tentang setiap penelitian yang sedang dilakukan sekali-
pun melakukan penelitian sudah menjadi kegiatan rutin.
g. Penguasaan ketrampilan membuat laporan penelitian dan/atau la
poran profesional secara mantab.
17
Secara khusus, seorang psikolog sejati merupakan seorang ”local clin-
ical scientist” alias ilmuwan klinis lokal. Maksudnya, sebagai ilmuwan dia
perlu mengembangkan ciri-sikap sebagai berikut: (a) menyangkut orientasi
pengetahuan dan metode, dia perlu lebih memilih menjadi seorang gene
ralis daripada spesialis, (b) dalam melakukan penelitian dia perlu lebih
berfokus pada realitas lokal; di situ data dikumpulkan dari kasus tertentu
sehingga kemungkinannya untuk digeneralisasikan pada kasus lain akan
disikapinya sebagai terbatas, serta (c) memilih mengembangkan sikap
dasar sebagai peneliti yang aktif, bukannya puas sekadar karena memiliki
keahlian teknis menyangkut aneka metode ilmiah tertentu (Trierwiler &
Stricker, 1991).
18 © 2011 Kanisius
PENERBIT
1991). KANISIUS
Pendidikan (Anggota IKAPI)
selalu mengandung unsur pemberian pengaruh terten-
4 Jl. khususnya
Cempaka 9, Deresan,
tu, dari pendidikYogyakarta 55281,
kepada peserta INDONESIA
didik, dalam rangka mengatasi
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
atau mencegah terjadinya problem kehidupan tertentu. Pendidikan bisa
Telepon (0274)
diberikan secara 588783,
tatap muka565996; Fax (0274)
dan langsung atau563349
secara tidak langsung de
E-mail : office@kanisiusmedia.com
ngan menggunakan aneka media komunikasi, seperti media cetak, media
Website : www.kanisiusmedia.com
audio-visual, dan sebagainya. Apa pun media yang digunakan, pendidik
an yang baik harus dilaksanakan mengikuti desain instruksional yang di-
dasarkan pada aneka kebutuhan peserta didik, dengan materi dan metode
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
pembelajaran yang sesuai, dan dengan sistem evaluasi pencapaian hasil
Tahunyang memadai.
belajar 15 14 13 12 11
Sebaliknya, konsultasi adalah interaksi kolaboratif yang terencana
antara psikolog sebagai konsultan dan satu atau lebih klien atau kolega
Editor : Dwiko
sebagai konsulti dalam rangka membahas suatu problem atau program
Desaineryang
tertentu sampul
sedang: dihadapi
Marius Santo
oleh klien atau kolega yang bersangkutan
(Illback, Maher & Kopplin, 1991). Konsultasi pada dasarnya merupakan
suatu proses intervensi juga, namun berbeda dari jenis intervensi yang lain
seperti psikoterapi dalam konsultasi sang psikolog sebagai konsultan tidak
ISBN 978-979-21-3041-6
terlibat bahkan tidak memiliki kontrol langsung atas proses perubahan
Hak cipta
nyata yang dilindungi
berlangsung undang-undang
dalam diri konsulti. Sebagai bentuk intervensi,
konsultasi berfokus pada kebutuhan
Dilarang memperbanyak konsulti
karya tulis berupa
ini dalam perorangan,
bentuk pasang
dan dengan
cara
an, apa pun, organisasi,
kelompok, termasuk fotokopi, tanpa
program, dan izin tertulis
sebagainya. daripsikolog
Tugas Penerbit.
sebagai
konsultan adalah menolong konsulti merumuskan problem yang sedang
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
dihadapi dan menemukan cara-cara solusi lewat proses pemberian penga
ruh yang bersifat fasilitatif.
Maka, kompetensi pendidikan dan konsultasi perlu mencakup un-
sur-unsur berupa pengetahuan, sikap, dan ketrampilan baik yang bersifat
umum seperti kemampuan berkomunikasi maupun yang bersifat lebih
khusus seperti penguasaan aneka pengetahuan teoretis-empiris yang men-
dasari proses konsultasi, seperti dinamika kelompok, kesehatan mental,
teori organisasi, serta penguasaan aneka prinsip dan prosedur pengembang
an desain instruksional.
19
6. Manajemen dan Supervisi
Di sini yang dimaksud manajemen adalah gugusan aktivitas yang ber-
tujuan mengarahkan, mengorganisasikan, dan menata atau mengendali-
kan aneka layanan yang ditawarkan psikolog kepada publik pengguna jasa
layanan psikologis (Bent, Schindler & Dobbins, 1991). Dengan kata lain,
yang menjadi fokus di sini adalah penguasaan atas aspek-aspek manaje-
rial dari praktek psikologi. Kompetensi manajerial ini mencakup minimal
empat unsur, yaitu:
a. Self-management atau manajemen-diri sebagai seorang psikolog pro
fesional yang baik. Psikolog profesional yang baik akan mampu
menjalankan praktek sesuai standar teknis dan etis yang berlaku,
memenuhi berbagai kewajiban, memiliki kepekaan terhadap kebu-
tuhan orang lain khususnya klien, serta menjalani kehidupan pribadi
yang sehat. Maka, kemampuan manajemen-diri ini perlu mencakup
unsur-unsur (1) kemampuan mengelola perilaku profesional sesuai
pedoman yang berlaku, (2) kemampuan mengelola waktu, (3) memi-
liki skala prioritas, khususnya memberikan prioritas yang tinggi pada
hal-hal yang berkaitan dengan profesinya, dan (4) mengembangkan
gaya hidup yang sesuai dengan profesinya.
b. Manajemen kasus, yaitu manajemen klien dengan memberikan per-
hatian pada segi-segi praktis, etis, legal, lintas-disiplin dan lintas-lem-
baga yang senantiasa akan muncul dalamUntuk menangani
Yonita,klien. Unsur-
Ryo, Karysta
unsur kemampuan ini meliputi kemampuan mengelola administrasi
dan dokumentasi data kasus, perencanaan program layanan, mem-
bangun jaringan kerjasama dengan pihak atau lembaga lain, dan se-
bagainya.
c. Manajemen profesi, yaitu penguasaan aneka standar, pedoman kerja,
dan kode etik yang diatur oleh organisasi profesi serta hal-hal lain
yang berkaitan dengan penataan profesi seperti akreditasi, sertifikasi
atau pemberian ijin praktek, dan sebagainya.
d. Sistem penyediaan layanan (service delivery system), yaitu penguasaan
aneka jenis layanan psikologis seperti praktek pribadi, praktek da-
lam lembaga, serta hal-hal yang terkait dengan praktek penyediaan
The Possibler
028724
20 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
layanan seperti (Anggota
pemahaman IKAPI)
tentang populasi sasaran yang dilayani,
4 Jl. Cempaka 9, Deresan,
penguasaan aneka caraYogyakarta
mengakses55281, INDONESIA
populasi sasaran, penyediaan ane-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
ka sumber-sarana, perijinan, kendali-mutu, dan sebagainya.
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Supervisi adalah manajemen yang dikombinasikan dengan pengajar
Website : www.kanisiusmedia.com
an, diarahkan kepada seseorang atau sekelompok profesional muda, ber-
langsung dalam relasi kolaboratif antara psikolog senior sebagai supervisor
dan psikolog yunior sebagai pihak yang disupervisi, dan ditujukan untuk
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
meningkatkan kompetensi psikolog yunior yang disupervisi (Bent, Schin-
Tahun
dler & Dobbins, 15 14
1991). Kompetensi 13 supervisi
12 mencakup
11 baik kemam-
puan menjadi subjek sasaran supervisi yang baik maupun kemampuan
melakukan supervisi yang baik terhadap orang lain. Yang pertama bisa
Editor : Dwiko
didapat dengan cara menjalani praktikum atau tugas praktek lain dengan
Desainer sampul
disupervisi : Marius
dosen. Yang keduaSanto
bisa didapat dengan cara menjadi asisten
praktikum dengan tugas pokok mensupervisi kegiatan praktek sekelom-
pok mahasiswa yunior.
Dalam konteks psikologi konsultasi, pembicaraan kita selanjutnya
ISBN 978-979-21-3041-6
dalam buku ini akan terfokus pada kompetensi konsultasi dan pendidik
Hakbahkan
an, cipta dilindungi
secara lebihundang-undang
khusus lagi pada kompetensi menyelenggarakan
bantuan
Dilarangberupa pendidikankarya
memperbanyak psikologis
tulis atau psikoedukasi
ini dalam bentuk pada kelompok-
dan dengan
cara apa pun,
kelompok klientermasuk fotokopi,
atau subjek tanpa izin
sehat-normal tertulis
dalam dari Penerbit.
lingkungan pendidikan,
perusahaan, dan komunitas.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
21
BAB 2
Dari Konseling Ke Konsultasi
22 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
Psikoterapi lazimnya (Anggota
cenderungIKAPI)
dimaknai sebagai reedukasi atau
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta
pendidikan kembali si individu dengan 55281,
tujuan INDONESIA
mengubah persepsi, meng
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
integrasikan pemahaman baru ke dalam tingkah lakunya sehari-hari, dan
Telepon
meng atasi(0274)
aneka 588783,
perasaan565996; Fax akibat
negatif akut (0274)pengalaman
563349 yang menyakit-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
kan di masa lalu (Brammer & Shostrom, 1982).
Website : www.kanisiusmedia.com
Bertolak dari kata kunci perubahan tingkah laku yang terdapat da-
lam definisi baik tentang konseling maupun psikoterapi, dapatlah dika-
takan bahwa secara substansial kedua bidang layanan psikologis itu sukar
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
dibedakan. Kekaburan batas antara konseling dan psikoterapi ini memang
Tahunoleh kalangan
diakui 15 konselor
14 dan 13 12 sendiri
psikoterapis 11 (George & Cris-
tiani, 1981; Brammer & Shostrom, 1982). Sebagian praktisi berpendapat
bahwa pembedaan itu tidak perlu, konseling dan psikoterapi merupakan
Editor : Dwiko
sinonim belaka. Namun sebagian praktisi lain berpendapat bahwa perbe-
Desainer
daan antarasampul : Marius
kedua jenis layananSanto
itu perlu dipertegas.
Akhirnya disepakati bahwa perbedaan antara konseling dan psiko
terapi tidak terletak pada dimensi substansi atau kualitas, melainkan hanya
pada dimensi kuantitasnya. Pengakuan ini tampak dari beberapa defini-
ISBN 978-979-21-3041-6
si yang dikutip oleh George dan Cristiani (1981) berikut ini. Pertama,
Hak cipta
Blocher dilindungi
(1966, dalam undang-undang
George & Cristiani, 1981), membedakan konsel-
ing dan psikoterapi
Dilarang memperbanyakdengankarya
menekankan
tulis inibahwa
dalam”the goalsdan
bentuk of counselling
dengan
caraordinarily
are apa pun,developmental-educative-preventive,
termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari
and thePenerbit.
goals of psy-
chotherapy are generally remediative-adjustive-therapeutic” (h. 7, cetak
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
tebal oleh penulis). Jadi, tujuan konseling lazimnya lebih bersifat develop-
mental-edukatif-preventif, sedangkan tujuan psikoterapi lazimnya bersifat
remediatif-penyesuaian(kembali)-terapeutik.
Kedua, Brammer dan Shostrom (1977, dalam George & Cristiani,
1981) menegaskan bahwa ”while the two activities may overlap, coun-
selling in general can be characterized by such terms as educational, vo-
cational, supportive, situational, problem-solving, conscious awareness,
normal, present time, and short term; psychotherapy can be characteri
zed by such terms as supportive (in a crisis setting), reconstructive, depth
emphasis, analytical, focus on the past, emphasis on ‘neurotics’ or other
severe emotional problems and long term” (h. 7, cetak tebal oleh penulis).
23
Artinya, kendati kedua aktivitas itu saling tumpang tindih, secara umum
konseling ditandai oleh ciri-ciri edukasional, vokasional, suportif, situa-
sional, pemecahan-masalah, melibatkan kesadaran, normal, masa kini,
dan berjangka pendek, sedangkan psikoterapi ditandai oleh ciri-ciri supor-
tif (dalam situasi krisis), rekonstruktif, memberi tekanan pada kedalaman,
analitis, berfokus pada masa lalu, memberi tekanan pada kasus-kasus neu-
rotik atau masalah-masalah emosi lainnya yang bersifat berat atau parah
dan berjangka panjang.
Ketiga, Hahn dan MacLean (1955, dalam George & Cristiani, 1981)
menunjukkan bahwa ”the counsellor would give heavy emphasis to pre-
vention of disruptive deviation, whereas the psychotherapists would give
primary emphasis to present deviation with secondary attention to preven-
tion. In addition … counselling has a goal of long-range educational and
vocational planning. Their total emphasis seems to view counselling as
being concerned with preventive mental health, and psychotherapy with
remediation” (h. 8, cetak tebal oleh penulis). Artinya, konselor memberi
tekanan berat pada mencegah terjadinya penyimpangan yang bersifat
merusak (perkembangan), sedangkan psikoterapis memberi tekanan uta-
ma pada menghilangkan penyimpangan yang kini telah terjadi sementara
upaya pencegahan hanya merupakan perhatian tambahan. Selain itu, kon-
seling bertujuan membantu membuat perencanaan jangka panjang dalam
memilih jurusan pendidikan dan pekerjaan. Mereka memandang
Untuk Yonita, bahwa
Ryo, Karysta
konseling lebih terkait dengan kesehatan mental yang bersifat preventif,
sedangkan psikoterapi lebih terkait dengan remediasi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, George dan Cristiani (1981)
menyimpulkan sebagai berikut, ”within the context of the continuum,
the goals of psychotherapy are more likely to involve a quite complete
change of basic character structure; the goals of counselling are apt to be
more limited, more directed toward growth, more concerned with the …
immediate situation, and more aimed at helping the individual function
adequately in appropriate roles” (h. 8). Maksudnya, bila ditempatkan
dalam sebuah kontinum tujuan psikoterapi lebih melibatkan perubahan
menyeluruh terhadap struktur karakter dasar seseorang; sedangkan tujuan
The Possibler
028724
24 © 2011 Kanisius
PENERBIT
konseling KANISIUS
lebih (Anggota
terbatas, yaitu IKAPI) pada pertumbuhan, lebih
lebih diarahkan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
terkait dengan…situasi yang sedang dihadapi kini, serta lebih diarahkan
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
untuk membantu individu menjalankan aneka peran kehidupannya secara
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
memadai.
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Ringkas kata, secara substansial konseling dan psikoterapi adalah
Website : www.kanisiusmedia.com
sama, keduanya berbeda hanya menyangkut dimensi kuantitas gangguan
klien dan jenis bantuan perubahan tingkah laku yang diberikan kepada
klien. Konseling diarahkan pada kelompok klien normal dan pemberi
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
an bantuan yang bersifat preventif, sedangkan psikoterapi diarahkan pada
Tahun klien yang
kelompok 15 sudah14 tergolong13kurang12 11
normal (neurosis atau psiko-
sis) sehingga bantuan yang diberikan pun lebih bersifat remediasi. Na-
mun, boleh jadi sebagian karena didorong oleh kebutuhan untuk mene
Editor : Dwiko
gaskan corak preventifnya bidang konseling sendiri kemudian mengalami
Desainer sampul
perkembangan pesat: dan
Marius Santo
meluas, sampai akhirnya merambah bidang baru
yang bernama konsultasi.
Lantas, bagaimana kaitan antara konseling dan konsultasi? Pada
awalnya konsultasi masih dimaknai secara agak sempit seperti tampak dari
ISBN 978-979-21-3041-6
definisi yang dikemukakan oleh Lippit (1959, dalam George & Cristiani,
Hak cipta
1981) dilindungi
berikut undang-undangbe a voluntary relationship between
ini: ”Consultation…to
aDilarang
professional helper (consultant)
memperbanyak and ini
karya tulis a help
dalamneeding
bentuk system (client) in
dan dengan
cara apa
which thepun, termasuk
consultant fotokopi, to
is attempting tanpa
giveizin
helptertulis dari Penerbit.
to the client in the solving
of some current or potential problem, and the relationship is perceived
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
as temporary by both parties. Also, the consultant is an ‘outsider,’ i.e., is
not a part of any hierarchical power system in which the client is located”
(h. 271). Maksudnya, konsultasi merupakan relasi yang dilakukan dengan
sengaja atau sadar antara seorang penolong profesional (konsultan) dan
sebuah sistem tertentu yang sedang membutuhkan bantuan (klien), di
mana si konsultan mencoba menolong klien mengatasi sebuah masalah
yang sudah terjadi atau berpotensi muncul, dan relasi itu dipandang bersi-
fat sementara oleh kedua belah pihak. Selain itu, si konsultan merupakan
”pihak luar”, yaitu bukan bagian dari sistem kekuasaan hirarkis tempat si
klien berada.
Yang dimaksud klien dalam definisi di atas adalah ”any functioning
25
social unit such as a family, industrial organization, individual, commit-
tee, staff, membership association, governmental department, delinquent
gang, or hospital staff” (h. 271). Artinya, yang dimaksud klien mencakup
semua satuan sosial seperti keluarga, organisasi industri, individu, komisi
atau kelompok kerja, staf atau himpunan pegawai, perkumpulan, him-
punan pegawai yang membentuk bagian dalam pemerintahan, bahkan
gang anak-remaja bermasalah, atau staf rumah sakit.
Kendati sudah diperluas dari pengertian asli konseling, definisi di
atas sedikit banyak masih mencerminkan pengertian tradisional atau sem-
pit tentang konsultasi. Pengertian yang lebih luas dan mutakhir tentang
konsultasi bisa ditemukan dalam tulisan Nelson-Jones (1982). Menurut-
nya, sejak dasa warsa delapan puluhan di lingkungan praktisi layanan psi-
kologis makin populer gerakan mengikuti apa yang disebut psychoeducator
model. Bentuk layanan konsultasi yang diutamakan bergeser dari model
konseling perorangan dalam ruang konsultasi yang bercorak remedial ke
arah psychological education yang lebih bercorak developmental dan pre-
ventif, ditujukan kepada klien sehat-normal dalam kelompok-kelompok
yang relatif besar, dan diselenggarakan dalam setting non-psikologis seperti
ruang kelas di sekolah atau ruang pertemuan di perusahaan. Dengan kata
lain, konseling telah bermetamorfosis melalui konsultasi menjadi psycho-
logical education atau psychoeducation, yaitu sejenis model komprehensif
baru layanan psikologis mencakup konseling, training atau pelatihan,
Untuk Yonita, dan
Ryo, Karysta
konsultasi sekaligus dengan tekanan pada sifat perseveratif-developmental
untuk membantu klien baik perorangan maupun kelompok-lembaga agar
mampu memperkembangkan diri secara optimal.
26 © 2011 Kanisius
PENERBIT
baik KANISIUS maupun
secara sendiri-sendiri (Anggotabersama-sama,
IKAPI) sebagai berikut:
4 Jl. Cempaka
1. Provision 9,atau
Deresan, Yogyakarta
ahli (expert), yaitu 55281,
berperanINDONESIA
membantu sebagai ahli
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
yang mampu memberikan layanan bantuan psikologis langsung ke-
Telepon
pada(0274) 588783,
konsulti dalam 565996; Fax (0274)
rangka mengatasi 563349kehidupan tertentu.
persoalan
E-mail
Dalam: office@kanisiusmedia.com
bahasa lugas, konsulti membeli keahlian konsultan. Konsul-
Website : www.kanisiusmedia.com
tan mendiagnosis atau merumuskan masalah yang dialami konsulti
atau klien dan menyarankan solusi tertentu berdasarkan diagnosis
masalahnya. Contoh, seorang konsulti mengeluhkan gangguan im-
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
somnia atau sulit tidur di malam hari, lewat pemeriksaan mendalam
Tahun 15
konsultan mencoba 14
menentukan13 sifat 12
masalah11 dan kemungkinan
sumber penyebabnya, dan akhirnya memberikan saran tindakan
yang perlu dilakukan konsulti untuk mengatasi problemnya itu ber-
Editor : Dwiko
dasarkan diagnosis yang berhasil dirumuskannya.
Desainer
2. sampulyaitu
Prescription, : Marius
berperan Santo
membantu dengan cara memberikan pen
dapat atau nasehat kepada konsulti tentang persoalan yang dialami oleh
pihak ketiga yang menjadi tanggung-jawab konsulti, serta memberikan
saran (preskripsi) atau resep tentang langkah solusi yang sebaiknya di-
ISBN 978-979-21-3041-6
ambil. Contoh, konsultan yang dimintai bantuan oleh kepala sekolah
Hak sebuah
cipta dilindungi undang-undang
SMA mengatasi problem berupa motivasi dan prestasi belajar
yang terus
Dilarang merosot darikarya
memperbanyak tahuntulis
ke tahun di kalangan
ini dalam bentukpara
dansiswanya.
dengan
cara Mediation,
3. apa pun, termasuk fotokopi,
yaitu berperan tanpa izin
membantu tertulis
dengan caradari Penerbit.
bertindak sebagai
koordinator menyelaraskan layanan dari berbagai pihak yang bersa-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
ma-sama dimintai bantuan seseorang atau lembaga mengatasi suatu
persoalan kompleks tertentu, atau bertindak sebagai negosiator mem-
bantu klien yang sedang terlibat konflik dengan pihak ketiga untuk
merundingkan solusi damai. Peran sebagai koordinator lazimnya ter-
laksana dalam dua macam kemungkinan aktivitas sebagai berikut: (a)
mengkoordinasikan berbagai jenis layanan yang sudah tersedia atau
berjalan, dan/atau (b) menciptakan rencana layanan baru yang me
rupakan sintesis dari sejumlah solusi alternatif yang disepakati ber-
sama. Peran sebagai negosiator lazimnya terlaksana lewat serangkaian
aktivitas dalam rangka mendamaikan sebuah konflik.
4. Collaboration, yaitu berperan membantu dengan cara bertindak se-
27
bagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah. Sebagai fasilita-
tor tugas pokoknya adalah secara kolaboratif bekerja sama dengan
konsulti mendiagnosis problem baik yang dialami oleh konsulti
sendiri maupun yang dialami pihak ketiga yang menjadi tanggung
jawab konsulti, serta menemukan solusinya. Kembali kepada contoh
kepala sekolah sebuah SMA di atas, di sini konsultan bersama-sama
kepala sekolah sendiri atau staf guru yang berwenang bahu-membahu
melakukan semua langkah sejak menentukan sifat masalah motivasi
belajar yang dialami para siswa, menentukan kemungkinan penyebab
merosotnya motivasi belajar itu, sampai merumuskan solusi untuk
mengatasinya.
5. Trainer/Educator, yaitu berperan membantu dengan cara mengajar
kan pengetahuan atau ketrampilan tertentu baik langsung kepada
konsulti maupun kepada pihak ketiga yang menjadi tanggung jawab
konsulti. Pada contoh kasus kepala sekolah di atas, di samping so
lusi lain yang terkait dengan perubahan kebijakan sekolah maupun
terkait perubahan sikap dan cara mengajar guru, bisa jadi salah satu
solusi yang dipilih adalah meminta bantuan konsultan memberikan
pelatihan peningkatan motivasi belajar siswa untuk seluruh tingkat
an kelas dalam sebuah aktivitas akhir pekan yang dijadwalkan secara
khusus dan dilaksanakan di luar sekolah.
Untuk Yonita, Ryo, Karysta
Sejalan dengan makin besarnya kebutuhan untuk memberikan pen-
dampingan yang bersifat developmental-preventif kepada kelompok-ke
lompok subjek normal-sehat di luar ruang konsultasi dalam rangka psycho-
logical education, pembahasan kita selanjutnya akan lebih difokuskan pada
peran konsultan sebagai trainer/educator.
28 © 2011 Kanisius
PENERBIT
ini mencakup:KANISIUS (Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
1. Mampu bersikap empatik dan menyelami pikiran dan perasaan orang
Kotak Pos
lain. 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon
2. Mampu (0274) 588783,
menjalin 565996;
relasi Faxklien
dengan (0274) 563349
anak, remaja, maupun dewasa
E-mail : office@kanisiusmedia.com
secara terarah. Maksudnya,
�����������������������������������������������
terarah pada tujuan menumbuhkan si-
Website
kap :atau
www.kanisiusmedia.com
ketrampilan tertentu dalam diri klien, bukan sekadar untuk
mencari kedekatan emosi atau bahkan popularitas.
3. Peka terhadap kebutuhan orang lain.
Cetakan
4. ke-
Memahami 5
dinamika 4psikologis,
3 motivasi,
2 dan1 arah tingkah laku
Tahunorang lain. 15 14 13 12 11
5. Memahami dinamika kelompok dan manfaatnya dalam dunia ke
giatan pelatihan-pendidikan.
Editor
6. Mampu menjalin : Dwiko
relasi yang dipenuhi suasana saling percaya dan sa
Desainer sampul
ling menghormati.: Marius Santo
7. Bebas dari gangguan kecemasan atau problem pribadi lain.
8. Bersifat kreatif, spontan, dan imajinatif.
9. Memiliki kepemimpinan yang bersifat inspiratif. Artinya, mampu
ISBN 978-979-21-3041-6
menumbuhkan dalam diri orang lain motivasi dan gairah untuk be-
lajar dan berkembang.
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang
Selainmemperbanyak
gugus kemampuankarya tulisdiini
dasar dalam
bidang bentukrelasi
menjalin dan dengan
interperso
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
nal di atas, sebagai seorang psychological trainer/educator seorang konsultan
juga perlu memiliki gugus ketrampilan khusus sebagai berikut (Nelson-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
Jones, 1982):
1. Role-decision making. Menurut pandangan tradisional tentang kon-
seling, tugas dan peran seorang konsultan yang lazim disebut kon-
selor tercurah pada upaya memberikan bantuan psikologis secara
individual dan yang bersifat remedial lewat ruang konsultasi, seh-
ingga hanya menjangkau sebagian kecil warga masyarakat. Menurut
pandangan baru yang lebih menekankan dimensi psychological educa-
tion dalam layanan konsultasi, tugas dan peran seorang konsultan
akan lebih tercurah pada upaya melayani bagian yang lebih besar dari
warga masyarakat dengan cara membantu kelompok subjek normal
baik anak, remaja, maupun dewasa mengembangkan life skills secara
29
memadai serta membantu mempersiapkan tenaga-tenaga paraprofe-
sional termasuk tenaga konselor sebaya. Konsultan yang baik harus
pandai membagi waktu dan tenaganya untuk menjalankan kedua
kategori peran itu secara seimbang, tidak tercurah hanya pada salah
satu kategori dengan akibat mengabaikan kategori yang lain.
2. Menjadi effective trainer. Seorang konsultan juga dituntut memiliki
kemampuan menjadi pelatih atau pendidik yang efektif bagi klien
yang membutuhkan bantuan mengembangkan aneka life skills ter-
tentu, atau bagi paraprofesional di bidang layanan psikologis yang
perlu dibantu mengembangkan aneka ketrampilan menolong (help-
ing skills). Untuk itu seorang konsultan perlu menguasai seluk-beluk
pengembangan program pelatihan atau pendidikan (training pro-
grams). Kemampuan ini lazimnya mencakup tiga bidang: (a) men-
desain atau menyusun program, meliputi antara lain: merumuskan
aneka tujuan yang realistik serta mengembangkan aneka strategi un-
tuk mencapai tujuan tersebut, (b) melaksanakan program, dan (c)
mengevaluasi program.
3. Ketrampilan memberikan konsultasi, meliputi antara lain: (a) mampu
bekerja sama dengan perorangan atau kelompok dalam sebuah ko-
munitas atau institusi untuk membantu merumuskan masalah dan
menemukan solusi, (b) mampu mengembangkan aneka jenis pro-
gram layanan bantuan psikologis baik yang bersifat
Untuk remedial,
Yonita, pre-
Ryo, Karysta
ventif, maupun developmental, dan (c) mahir berkomunikasi baik
secara lisan maupun tertulis.
4. Ketrampilan di bidang evaluasi program, meliputi dua kategori kemam
puan: (a) mampu memanfaatkan hasil evaluasi program yang dila
kukan oleh pihak lain, dan (b) mampu melakukan sendiri evaluasi
program. Untuk mendukung kedua kategori kemampuan itu seorang
konsultan perlu menguasai basic research skills meliputi kemampuan
menyusun rencana penelitian, mengumpulkan dan menganalisis da
ta baik secara kuantitatif maupun kualitatif, dan menyusun laporan
penelitian.
The Possibler
028724
30 © 2011 Kanisius
PENERBIT
D. KANISIUS
Aneka Tahap (Anggota
dalam Proses IKAPI)
Konsultasi
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Salah satu model penyelenggaraan konsultasi membagi proses kon-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
sultasi ke dalam sembilan langkah atau tahap (Kurpius, 1978, dalam
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
George & Cristiani, 1981; Dougherty, 1990, dalam Hershenson, Power,
E-mail : office@kanisiusmedia.com
& Waldo, 1996). Langkah-langkah ini memang terutama dimaksudkan
Website : www.kanisiusmedia.com
untuk melukiskan tahapan dalam dalam membangun proses konsultasi
dalam arti sempit dengan seorang konsulti, namun dengan penyesuaian-
penyesuaian
Cetakan ke-seperlunya5 kiranya
4 juga3 bisa memberikan
2 1 gambaran tentang
langkah-langkah dalam mempersiapkan sebuah program layanan konsul-
Tahun
tasi dalam arti luas, 15khususnya
14 berupa 13 layanan
12 psikoedukasi
11 bagi kelom-
pok subjek tertentu. Sembilan langkah atau tahap dalam penyelenggaraan
konsultasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Editor : Dwiko
1. Persiapan atau Preentry. Sebelum mulai melibatkan diri dalam re
Desainer sampul : Marius Santo
lasi konsultasi dengan konsulti atau klien, seorang konsultan perlu
melakukan persiapan pribadi. Khususnya, dia perlu merefleksikan
pandangan hidup, nilai-nilai hidup, aneka kebutuhan, keyakinan
teoretis, pilihan metode atau pendekatan, dan ketrampilan priba
ISBN 978-979-21-3041-6
dinya. Apakah semua itu sesuai dan memadai sehingga menunjang
Hak dalam
cipta dilindungi
membantuundang-undang
klien memecahkan masalahnya? Contohnya, apa
kah sebagai
Dilarang calon konsultan
memperbanyak pandanganku
karya tulis ini dalam tentang masalah
bentuk dan dalam
dengan
cara kehidupan
apa pun, termasuk
wajar danfotokopi,
realistik tanpa
belaka,izin tertulis
atau dari Penerbit.
cenderung ekstrem yaitu
sebagai hukuman bahkan kutukan yang berasal dari Tuhan? Pandang
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
an ekstrem semacam itu bisa diduga akan menghambat kesiapan
dan kemampuan konsultan dalam membantu konsulti yang sedang
mengalami problem kehidupan. Selain itu, adakah kemungkinan
bias pribadi yang perlu diwaspadai? Contohnya, seorang konsultan
lelaki yang memiliki bias pribadi negatif terhadap perempuan, didu-
ga tidak akan mampu membantu seorang konsulti perempuan secara
efektif.
2. Entry. Sesudah merasa siap, konsultan bisa segera masuk ke tahap
membangun relasi konsultasi dengan konsulti atau klien. Langkah-
langkah yang segera perlu dikerjakan pada tahap ini adalah men
dengarkan masalah yang dikemukakan oleh klien serta merumuskan
31
”aturan main” yang harus disepakati bersama klien sebelum melaku-
kan tindakan apa pun lebih lanjut. Aturan main yang dimaksud
khususnya mencakup hal-hal yang diatur dalam kode etik profesi
psikolog, seperti pentingnya klien membuka diri secara terus terang
kepada konsultan di satu pihak dan kewajiban konsultan untuk me
rahasiakan semua ungkapan klien di pihak lain, dan sebagainya. Jika
perlu berbagai kesepakatan itu bisa dituangkan dalam sebuah kon-
trak perjanjian tertulis.
3. Pengumpulan informasi. Sesudah dicapai kesepakatan kerja sama,
konsultan perlu terlebih dulu mengumpulkan informasi tambahan
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas dan mendalam ten-
tang masalah yang dikemukakan oleh klien atau konsulti. Informasi
ini harus objektif. Untuk itu sedapat mungkin informasi itu perlu di-
gali dari sejumlah sumber yang dipandang mewakili sudut pandang
yang berlainan dan sebaiknya menggunakan lebih dari satu metode
pengumpulan informasi pula. Informasi tersebut perlu dikumpulkan
sampai kurang lebih exhausted atau tuntas, dalam arti penambahan
sumber dan penggunaan metode pengumpulan informasi baru tidak
lagi menghasilkan tambahan informasi baru yang berarti. Beberapa
jenis metode pengumpulan informasi yang lazim digunakan meliputi
antara lain pengisian kuesioner, wawancara, pemberian tes psikolo-
gis, site-visit atau pengamatan, pemeriksaan dokumen
Untuk Yonita, seperti buku
Ryo, Karysta
harian, catatan medis, notulen rapat, dan sebagainya.
4. Perumusan masalah. Semua informasi yang berhasil dikumpulkan
kini dievaluasi untuk membantu mempertegas atau mempertajam
masalah yang dikemukakan oleh klien atau konsulti. Perumusan
masalah ini selanjutnya perlu diterjemahkan ke dalam perumusan
tujuan umum (goal statements) secara tertulis yang harus disepakati
bersama oleh baik konsultan maupun konsulti.
5. Merumuskan dan memilih solusi alternatif. Berdasarkan analisis dan
sintesis dari seluruh informasi yang berhasil dikumpulkan dan akhir
nya dirumuskan dalam goal statements, konsultan dan konsulti ber
sama-sama melakukan problem solving yaitu berusaha merumuskan
The Possibler
028724
32 © 2011 Kanisius
PENERBIT
berbagai KANISIUS (Anggota
alternatif solusi besertaIKAPI)
aneka konsekuensi termasuk kele
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
bihan dan kekurangan dari masing-masing alternatif solusi yang
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
berhasil ditemukan. Proses pemecahan masalah ini bisa dilakukan
Telepon
lewat(0274)
proses588783, 565996;
brainstorming Faxcurah
alias (0274) 563349dan analisis SWOT
pendapat
E-mail : office@kanisiusmedia.com
(Strengths alias kekuatan, Weaknesses alias kelemahan, Opportunities
Website : www.kanisiusmedia.com
alias peluang, dan Threats alias ancamannya) terhadap masing-masing
alternatif solusi agar bisa dipilih salah satu alternatif yang dipandang
paling efektif di satu sisi dan feasible atau layak dilaksanakan di sisi
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
lain. Pada Lampiran 9 disajikan sebuah teknik pemecahan masalah
Tahunyang didasarkan 15 pada 14 13
proses diskresio 12
Ignasian. 11
6. Merumuskan aneka tujuan khusus. Satu atau lebih alternatif solusi
yang dipilih selanjutnya perlu diterjemahkan ke dalam sebuah ren-
Editor : Dwiko
cana tindakan atau kegiatan yang meliputi antara lain rumusan ane-
Desainer sampul
ka tujuan : Marius
khusus Santo dalam bentuk indikator-indikator,
yang terukur
strategi dan langkah-langkah yang harus ditempuh, kerangka waktu
atau jadwal pelaksanaan aneka langkah-kegiatan, sumber daya yang
diperlukan, serta teknik dan sarana untuk mengevaluasi pencapaian
ISBN 978-979-21-3041-6
aneka tujuan khusus tersebut.
Hak Implementasi.
7. cipta dilindungi undang-undang
Semua strategi dan langkah-langkah dalam rangka pe-
mecahan
Dilarang masalah itu kini
memperbanyak perlu
karya dilaksanakan
tulis sesuai jadwal
ini dalam bentuk yang telah
dan dengan
cara ditetapkan.
apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
8. Evaluasi. Kegiatan ini mencakup dua hal. Pertama, evaluasi formatif
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
atau monitoring atas berbagai tahapan kegiatan. Perlu tidaknya di-
lakukan perbaikan-penyesuaian dan penambahan langkah-langkah
baru bisa diketahui berdasarkan hasil monitoring ini. Jika semua ber-
jalan efektif seperti direncanakan, akhirnya perlu dilakukan evaluasi
sumatif atau final dalam rangka menilai tingkat keberhasilan penca-
paian hasil akhir serta aneka dampak yang diharapkan dari seluruh
kegiatan yang direncanakan.
9. Terminasi atau mengakhiri proses konsultasi. Pada tahap ini konsul-
tan dan klien duduk bersama untuk memutuskan hal-hal sebagai ber-
ikut: (a) apakah tujuan-tujuan yang dicanangkan benar-benar telah
tercapai secara tuntas, atau sejauh mana telah tercapai; dan (b) ber-
33
dasarkan hasil penilaian bersama itu, diputuskan langkah selanjut-
nya yang perlu diambil: apakah keseluruhan proses konsultasi perlu
dirancang ulang dan dilaksanakan kembali, atau bisa diakhiri secara
final.
34 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com BAB 3
Cetakan ke- 5 4 3 2
Psikoedukasi
1
Tahun 15 14 13 12 11
Editor : Dwiko
Pendidikan psikologis (dalam bahasa Inggris, psychological education
Desainer sampul : Marius Santo
atau psycho-education) atau psikoedukasi yang sering juga disebut personal
and social education atau pendidikan pribadi dan sosial merupakan gerak
an yang relatif baru namun penting di lingkungan psikologi konseling.
Hakikat gerakan ini adalah “an expansion of the role of counsellor beyond
ISBNtraditional
their 978-979-21-3041-6
individual and group counselling activities” (Nelson-
Hak cipta
Jones, 1982,dilindungi undang-undang
h. 475). Atau, perluasan peran konselor melampaui aktivitas
pemberian layanan konseling
Dilarang memperbanyak individual
karya dan
tulis ini kelompok
dalam secara
bentuk dan tradisional.
dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
A. Alasan Berkembangnya Psikoedukasi
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
Ada paling sedikit empat alasan di balik menguatnya minat kalangan
psikolog dan konselor untuk mengembangkan bidang psikoedukasi atau
pendidikan pribadi-sosial ini (Nelson-Jones, 1982). Pertama, bahkan di
negara-negara maju tidak tersedia dan tidak akan pernah tersedia tenaga
psikolog-konselor termasuk paraprofesional dalam jumlah mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan psikologis, apalagi
secara individual. Sebagai contoh, dalam dasawarsa 1980-an hanya terda-
pat sekitar 49.000 sarjana psikologi di Amerika Serikat yang berpenduduk
lebih dari 200 juta jiwa. Artinya, satu orang psikolog harus melayani seki-
tar 4000 warga masyarakat Amerika Serikat. Jumlah yang sangat tidak
memadai itu pun konon sudah menyamai jumlah psikolog di 43 negara
35
maju lain yang menjadi anggota International Union of Psychological Sci-
ence bersama Amerika Serikat (Moghaddam, 1987). Jadi, bahkan di nega
ra-negara maju pun rasanya tidak akan pernah tersedia tenaga psikolog-
konselor dalam jumlah yang ideal, apalagi jika layanan psikologis tersebut
tetap terbatas dilaksanakan secara tradisional. Untuk mengatasi situasi ini
dan mengutip pendapat seorang pengamat ahli lain, Nelson-Jones menya-
takan perlunya memberdayakan masyarakat dengan cara mempersiapkan
mereka agar memahami dan mampu menerapkan sendiri prinsip-prinsip
psikologis dalam menghadapi aneka tantangan hidup sehari-hari.
Kedua, di masa lalu terlalu banyak waktu dan tenaga para psikolog-
konselor tercurah untuk memberikan layanan remedial bagi sekelompok
kecil orang khususnya lewat pemberian layanan konseling individual da-
lam ruang praktek konsultasi. Di banyak negara kelompok kecil klien
yang beruntung bisa menikmati layanan psikologis individual semacam
itu lazimnya hanyalah mereka yang berasal dari lapisan masyarakat me-
nengah ke atas dan yang tinggal di kota-kota besar pula. Ada tuntutan
moral yang semakin kuat untuk mendemokratisasikan dan mengupaya-
kan pemerataan pemberian layanan psikologis bagi kelompok masyarakat
yang semakin luas, menjangkau sebanyak mungkin lapisan dan menyen-
tuh sampai ke pelosok maupun kalangan pinggiran.
Ketiga, tumbuhnya kesadaran di kalangan psikolog-konselor ten-
tang semakin perlunya mengutamakan pemberian Untuklayanan
Yonita,preventif atau
Ryo, Karysta
profilaktik atau pencegahan dan developmental bagi semakin banyak ke
lompok warga masyarakat di berbagai setting kehidupan. Inilah yang oleh
seorang pengamat ahli di lingkungan pendidikan sekolah disebut prinsip
preventif, artinya “work devoted to the personal and social education of all
pupils in such a way that it anticipates their developmental needs” (Daws,
dalam Nelson-Jones, 1982, h. 475). Atau, layanan yang ditujukan bagi
pendidikan pribadi dan sosial seluruh siswa dengan cara yang antisipatif
dalam arti membuat mereka siap menghadapi aneka kebutuhan baru da-
lam perkembangan mereka. Pemberlakuan prinsip semacam ini tentu bisa
diperluas ke berbagai setting kehidupan lain di luar pendidikan sekolah.
Keempat, akuntabilitas. Secara garis besar prinsip akuntabilitas me-
The Possibler
028724
36 © 2011 Kanisius
PENERBIT
nyatakan KANISIUS
bahwa (Anggota
makin besar IKAPI)
hasil atau manfaat yang bisa dipetik dari
4 Jl. Cempaka
biaya tertentu9,yangDeresan, Yogyakarta untuk
telah dikeluarkan 55281,melakukan
INDONESIAaktivitas terten-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
tu, maka semakin akuntabellah aktivitas tersebut. Menyiapkan tenaga
Telepon (0274) 588783,
psikolog-konselor tentulah565996; Fax biaya
menyerap (0274)dari
563349
masyarakat yang sangat
E-mail : office@kanisiusmedia.com
besar. Sebagai gambaran, total biaya penyelenggaraan pendidikan di per-
Websitetinggi
guruan : www.kanisiusmedia.com
di Tanah Air konon sebesar minimal Rp. 18 juta per maha-
siswa per tahun (Satryo Soemantri Brodjonegoro, 2011). Jika lulus tepat
waktu empat tahun, berarti dibutuhkan total biaya minimal Rp. 72 juta
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
untuk meluluskan seorang sarjana psikologi di perguruan tinggi di Tanah
Tahun
Air. Belum lagi jika 15sarjana14psikologi13tersebut12masih menempuh
11 program
pendidikan profesi psikologi di jenjang magister. Diperlukan tambahan
biaya minimal Rp. 36 juta lagi. Dengan biaya sebesar itu, jika psikolog-
Editor : Dwiko
konselor yang dihasilkan kemudian hanya duduk pasif di ruang praktek
Desainer sampul
menunggu segelintir: klien
Marius Santo
datang meminta konseling remedial, upaya itu
jelas kalah akuntabel dibandingkan dengan jika psikolog-konselor itu se-
cara proaktif melakukan berbagai aktivitas layanan lapangan berupa pen-
didikan dan konsultasi psikologis yang bertujuan preventif-developmental
ISBN 978-979-21-3041-6
bagi kelompok-kelompok klien dari berbagai lapisan masyarakat serta di
Hak cipta
berbagai dilindungi
setting undang-undang
kehidupan.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
B. Makna
cara dan
apa pun, Cakupanfotokopi,
termasuk Psikoedukasi
tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Dalam kenyataannya psikoedukasi sebagai gerakan pemberian layan-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
an publik di bidang konsultasi psikologi tidak bermakna tunggal. Menurut
Nelson-Jones (1982), ada setidaknya enam pengertian tentang psikoedu-
kasi, masing-masing mewakili gerakan tertentu, yaitu (a) melatih orang
mempelajari aneka life skills, (b) pendekatan akademik-eksperiensial da-
lam mengajarkan psikologi, (c) pendidikan humanistik, (d) melatih tenaga
paraprofesional di bidang ketrampilan konseling, (e) rangkaian kegiatan
pelayanan kepada masyarakat, dan (f ) memberikan layanan informasi ten-
tang psikologi kepada publik. Masing-masing pengertian akan dijelaskan
secara berturut-turut, mengacu pada uraian Nelson-Jones.
38 © 2011 Kanisius
PENERBIT
jaran psikologiKANISIUS (Anggota
baik di perguruan IKAPI)
tinggi maupun di sekolah menengah (di
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Amerika Serikat psikologi juga diajarkan di Sekolah Menengah Atas) me-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
madukan pendekatan akademik dan pendekatan eksperiensial, sehingga
Telepon (0274)
menghasilkan 588783, 565996;
pembelajar Fax yang
atau lulusan (0274) 563349pengetahuan formal
memiliki
E-mail
yang : office@kanisiusmedia.com
mendalam tentang psikologi sebagai disiplin sekaligus menjadi ma-
Website : www.kanisiusmedia.com
nusia yang menguasai aneka ketrampilan pribadi-sosial yang akan menun-
jang keberhasilannya dalam studi akademik maupun dalam menjalani
tugas-tugas kehidupan pada umumnya.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
3. Pendidikan Humanistik
Tahun 15 14 13 12 11
Mengambil inspirasi dari pemikiran tokoh-tokoh filsof dan psikolog
beraliran humanistik, seperti John Dewey, Carl Rogers, dan Abraham
Editor : Dwiko
Maslow, pendidikan humanistik menekankan harkat sang pribadi siswa
Desainer sampul : Marius Santo
atau pelajar sebagai subjek secara utuh serta memandang bahwa tujuan
konseling khususnya dan pendidikan umumnya adalah menghasilkan
pribadi-pribadi yang mampu mengaktualisasikan dirinya. Peran konselor
dan pendidik hanyalah memfasilitasi atau menyediakan aneka bantuan-
ISBN 978-979-21-3041-6
fasilitas agar proses belajar dalam diri pelajar berlangsung secara efektif dan
Hak cipta
optimal. dilindungi
Maka, selain undang-undang
harus menguasai pengetahuan-ketrampilan dalam
Dilarang
bidang memperbanyak
pelajaran karya
tertentu atau hardtulis
skillsini
yangdalam bentuk
relevan danguru
– misal, dengan
bahasa
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis
Indonesia harus menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang menda-dari Penerbit.
lam di bidang kebahasaan umumnya dan kebahasaan Indonesia khusus-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
nya – seorang guru atau konselor juga dituntut memiliki sikap empatik,
yaitu kesediaan dan kemampuan memahami pikiran-perasaan orang lain,
serta mampu menciptakan aneka kondisi interpersonal “inti” (‘core’ inter-
personal conditions) yang berpusat pada sang pribadi terhadap para siswa
dan kliennya. Selain pemahaman empatik, kondisi interpersonal inti yang
dimaksud menurut Carl Rogers adalah unconditional positive regards, yaitu
kemampuan mengembangkan pandangan positif tanpa syarat dari pihak
guru atau konselor terhadap para siswa atau kliennya.
39
4. Melatih Tenaga Paraprofesional di Bidang Ketrampilan Konseling
Mengingat keterbatasan jumlah psikolog-konselor di satu pihak dan
banyaknya klien yang harus dilayani di pihak lain jika kita mengikuti pan-
dangan baru tentang konseling secara konsekuen, maka untuk meningkat-
kan keefektifan dan memperluas jangkauan layanan mereka para psikolog-
konselor perlu memberikan pelatihan di bidang ketrampilan konseling
kepada baik awam maupun tenaga paraprofesional agar mampu berperan
serta memberikan layanan konseling secara terbatas sesuai kewenangan
yang dimiliki.
Yang dimaksud paraprofesional di bidang layanan psikologis-konse
ling adalah tenaga di bidang pemberian layanan psikologi-konseling yang
tidak berlatar belakang pendidikan di bidang psikologi atau konseling,
atau yang memiliki sebagian latar belakang itu namun belum memenuhi
syarat untuk mendapatkan kualifikasi sebagai psikolog-konselor profesio
nal, namun mampu menyelenggarakan jenis-jenis layanan dasar konseling
berkat persiapan-pelatihan di bidang aneka ketrampilan dasar konseling
yang diberikan oleh para psikolog-konselor profesional. Golongan yang
bisa dimasukkan ke dalam kategori paraprofesional semacam ini adalah
mahasiswa Program Studi Psikologi atau Bimbingan dan Konseling yang
dilibatkan sebagai peer counsellors bagi rekan-rekannya sesama maha-
siswa yang membutuhkan bantuan psikologis sederhana. Gagasan pokok
mengembangkan peer counsellors adalah melatihUntuk
dari antara
Yonita,warga kelom-
Ryo, Karysta
pok sasaran yang dilayani aneka ketrampilan dasar konseling agar selan-
jutnya bisa berperan sebagai konselor sebaya bagi teman-teman sesama ke
lompok sasaran. Pendekatan ini lazim diterapkan di kalangan mahasiswa
perguruan tinggi atau kelompok-kelompok dampingan dalam komunitas
seperti ibu-ibu PKK, perkumpulan remaja atau muda-mudi, dan seba-
gainya, dengan alasan yang bisa dipertanggungjawabkan untuk mengatasi
keterbatasan jumlah tenaga psikolog-konselor profesional.
40 © 2011 Kanisius
PENERBIT(outreach
masyarakat KANISIUS (Anggota
activities). IKAPI)
Kegiatan ini lazimnya meliputi pelatihan
4 Jl. Cempaka
life skills pada9,berbagai
Deresan, Yogyakarta
kelompok 55281,
klien, INDONESIA
seperti siswa-siswi sekolah, pe-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
gawai lembaga atau perusahaan pemerintah maupun swasta, perkumpulan
TeleponPKK
ibu-ibu (0274)
atau588783,
Dharma565996;
Wanita,Fax
dan(0274) 563349
sebagainya; pelatihan ketrampilan
E-mail : office@kanisiusmedia.com
konseling bagi tenaga paraprofesional di berbagai lingkungan atau komu-
Website
nitas, : www.kanisiusmedia.com
khususnya yang bersifat marjinal seperti lingkungan pemukiman
kumuh di perkotaan, lingkungan pemukiman buruh migran, komunitas
buruh di kawasan industri, dan sebagainya; pemberian layanan konsul-
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
tasi kepada lembaga atau komunitas tertentu; serta pemberian layanan
Tahun psikologis
informasi 15 secara14 13 untuk12
individual 11
meningkatkan kemampuan
klien menghadapi berbagai problem kehidupan sehari-hari (psychologi-
cal self-help information) melalui berbagai media seperti pertemuan tatap
Editor : Dwiko
muka, pembicaraan telepon, layanan SMS, e-mail atau lewat media jejar-
Desainer
ing sampulseperti
sosial lainnya : Marius Santo
Facebook. Semua itu tentu saja diselenggarakan di
luar ruangan dan di luar setting penyelenggaraan layanan konseling secara
tradisional.
ISBN
6. 978-979-21-3041-6
Memberikan Layanan Informasi tentang Psikologi kepada Publik
Hak Akhirnya,
cipta dilindungi
istilah undang-undang
psikoedukasi kadangkala juga diartikan sebagai
pendidikanmemperbanyak
Dilarang publik, yaitu pemberian layanan
karya tulis informasi
ini dalam kepada
bentuk dan masyarakat
dengan
caratentang
luas apa pun, termasuk
berbagai fotokopi, tanpa
pengetahuan izinketrampilan
dan/atau tertulis daripsikologis
Penerbit. yang
berguna untuk menghadapi aneka problema kehidupan sehari-hari mela-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
lui berbagai jenis media massa seperti koran, majalah, radio, televisi, dan
sebagainya. Layanan informasi ini kadangkala juga disertai dengan tin-
dakan nyata yang bersifat advokasi dalam rangka mempengaruhi bahkan
memperjuangkan agar perumusan kebijakan atau pengambilan keputusan
tindakan publik didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis yang benar.
Dari antara enam pengertian pendidikan psikologis di atas, psikologi
konsultasi akan memberikan fokus utama pada pengertian yang pertama,
yaitu psikoedukasi sebagai upaya pemberian bantuan kepada kelompok-
kelompok klien dalam rangka menguasai berbagai life skills, tentu saja
sekaligus dengan memperhatikan aspek-aspek yang relevan dari beberapa
pengertian lainnya.
41
C. Tiga Wilayah Layanan Psikoedukasi
Psikoedukasi pada dasarnya terbuka bagi siapa pun, baik anak, remaja,
maupun orang dewasa, baik perorangan maupun kelompok. Namun demi
memudahkan menentukan khalayak sasaran, wilayah penyelenggaraan
layanan psikoedukasi bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu (a) psikoedukasi
di lingkungan sekolah yang ditujukan bagi para pelajar, mulai dari jenjang
Sekolah Dasar bahkan jenjang prasekolah sampai perguruan tinggi; (b)
psikoedukasi di lingkungan industri dan organisasi bagi para pegawai; dan
(c) psikoedukasi di lingkungan komunitas bagi masyarakat luas maupun
kelompok-kelompok atau komunitas baik yang terorganisasi secara formal
maupun informal, mulai dari misalnya kelompok Pendampingan Iman
Anak, perkumpulan keagamaan remaja, perkumpulan arisan ibu-ibu,
sampai ke berbagai organisasi seperti Persatuan Guru, Perhimpunan Ma-
hasiswa, dan sebagainya. Bagian berikut akan membahas masing-masing
wilayah layanan psikoedukasi yang dimaksud secara berturut-turut.
42 © 2011 Kanisius
PENERBIT
mu lai jenjang KANISIUS (Anggota
pendidikan dasar sampaiIKAPI)
dengan jenjang pendidikan tinggi
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
mencakup unsur kepribadian dan kemandirian atau ketrampilan untuk
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
hidup mandiri (Ps. 26, Ay. 1-4, cetak tebal oleh penulis). Itulah sebabnya,
Telepon
dalam (0274) 588783,
Permendiknas 565996;
Nomor Fax (0274)
22 Tahun 2006563349
tentang standar isi untuk
E-mail : office@kanisiusmedia.com
satuan pendidikan dasar dan menengah sebagai implementasi dari Per
Website
aturan : www.kanisiusmedia.com
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, antara lain ditekankan bahwa
“peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa, dan
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
olahraga…” (Lampiran, Bab I, cetak tebal oleh penulis). Maka, masih
Tahun peraturan15perundangan
menurut 14 13 sama,12struktur11kurikulum pendi
yang
dikan mulai jenjang Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah
Tingkat Atas mencakup tiga komponen, yaitu mata pelajaran, muatan
Editor : Dwiko
lokal, dan pengembangan diri.
Desainer sampuldikatakan,
Selanjutnya : Mariuskomponen
Santo pengembangan diri tersebut ber-
tujuan “memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengem-
bangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan
minat setiap peserta didik…difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor,
ISBN 978-979-21-3041-6
guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk ke
Hak cipta
giatan dilindungi undang-undang
ekstrakurikuler…dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling
yang berkenaan
Dilarang dengan masalah
memperbanyak pribadi
karya tulis ini dan
dalamkehidupan
bentuk dansosial, belajar,
dengan
carapengembangan
dan apa pun, termasuk fotokopi,
karier peserta tanpa
didik” izin tertulis dari
(Lampiran, Bab Penerbit.
II, cetak tebal
oleh penulis).
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
Semua ketentuan di atas, khususnya yang berlaku pada jenjang pen-
didikan dasar dan menengah, kiranya sangat sejalan dengan pandangan
baru di bidang konseling yang memberi tekanan penting terhadap upaya
penyelenggaraan psikoedukasi yang lebih bersifat perseveratif-develop-
mental, dalam hal ini bagi kelompok siswa sekolah.
Khusus untuk jenjang pendidikan tinggi, kendati dalam PP Nomor
19/2005 tentang standar nasional pendidikan dinyatakan bahwa kom-
petensi lulusan pendidikan tinggi ditetapkan sendiri oleh masing-masing
perguruan tinggi (Ps. 27, Ay. 2), maka memang juga tidak ada ketentuan
umum tentang kurikulum atau cara kompetensi tersebut dicapai. Namun
mengingat kompetensi itu mencakup pengembangan unsur kepribadian
43
dan kemandirian, maka di jenjang perguruan tinggi pun tetap perlu dise-
lenggarakan layanan psikoedukasi untuk membantu mahasiswa mengem-
bangkan berbagai life skills yang akan sangat bermanfaat bagi persiapannya
terjun dalam dunia kerja dan kehidupan masyarakat.
Selanjutnya sebagaimana tersurat dalam Permendiknas No. 22/2006,
layanan psikoedukasi mulai jenjang pendidikan Sekolah Dasar sampai
dengan perguruan tinggi perlu mencakup paling sedikit tiga bidang, yaitu
(a) bidang perkembangan pribadi-sosial; (b) bidang akademik; dan (c) bi-
dang perkembangan karir.
Secara garis besar, layanan psikoedukasi dalam bidang perkembangan
pribadi-sosial akan mencakup usaha membantu peserta didik (1) mengua
sai dasar-dasar kesehatan mental, seperti pemahaman dan penerimaan
diri; (2) memahami aneka kesulitan-tantangan yang muncul berkenaan
dengan timbulnya berbagai kebutuhan dan tuntutan baru selaras dengan
proses perkembangan beserta mengembangkan ketrampilan untuk meng
atasinya, seperti belajar mengendalikan emosi dan belajar mandiri; dan (3)
mengembangkan pemahaman yang tepat dan ketrampilan dalam menjalin
relasi dengan orang lain, seperti ketrampilan berkomunikasi dan kemam-
puan bekerja dalam tim.
Layanan psikoedukasi dalam bidang akademik secara garis besar perlu
mencakup usaha membantu peserta didik (1) memiliki sikap positif terha
dap kegiatan belajar pada umumnya dan belajar di sekolah
Untuk Yonita,pada
Ryo,khusus-
Karysta
nya, (2) mengenal aneka cara belajar dan menemukan cara belajar yang te-
pat bagi dirinya; (3) mengembangkan aneka ketrampilan untuk mengatasi
aneka kesukaran belajar; dan (4) mengembangkan kemampuan memilih
jurusan pendidikan lanjutan yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
Layanan psikodedukasi dalam bidang perkembangan karir secara
garis besar perlu mencakup usaha membantu peserta didik (1) mengenal
kemampuan, bakat, dan minatnya terkait dengan pilihan jurusan pendi
dikan dan karir; (2) mengenal berbagai jenis pekerjaan dan nilai-nilai yang
terkait dengan masing-masing pekerjaan; (3) mampu membuat keputus
an-keputusan rasional tentang aneka tujuan pribadi yang berhubungan
dengan karir atau pekerjaan yang akan diperjuangkannya; dan (4) mampu
The Possibler
028724
44 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
melaksanakan (Anggota IKAPI)
keputusan-keputusan karir tersebut dalam bentuk mem-
4 Jl. Cempaka
pelajari aneka9,pengetahuan-ketrampilan
Deresan, Yogyakarta 55281,yangINDONESIA
dituntut serta menginte-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
grasikan nilai-sikap terkait dengan karir atau pekerjaan pilihannya itu ke
Telepon
dalam (0274)
sistem 588783,
nilai 565996; Fax (0274) 563349
pribadinya.
E-mail : office@kanisiusmedia.com
2. Psikoedukasi
Website di Lingkungan Industri
: www.kanisiusmedia.com
Setiap organisasi khususnya yang berupa industri di bidang penye-
diaan jasa atau produksi barang tertentu senantiasa mengharapkan agar
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
tingkah laku para pegawainya dalam rangka menjalankan tugas pokok
Tahun dalam pekerjaan
mereka 15 14
mendukung 13pencapaian
12 tujuan11 utama organisasi
atau perusahaan, yaitu menghasilkan produk secara optimal baik dari segi
jumlah maupun mutunya. Untuk itu setiap organisasi atau perusahaan
Editor : Dwiko
perlu bahkan wajib menyelenggarakan program pendidikan-pelatihan
Desainer sampul : Marius Santo
bagi pegawainya sebagai bentuk in-service training dalam rangka on-going
formation bagi para pegawainya itu sejak mereka diterima sebagai pegawai
baru sampai memasuki masa pensiun atau purna-tugas.
Dari isi pasal 4 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
ISBN 978-979-21-3041-6
ketenaga-kerjaan bisa disimpulkan bahwa penyelenggaraan pendidikan-
Hak ciptakaryawan
pelatihan dilindungi undang-undang
oleh sebuah organisasi atau perusahaan semacam itu
merupakan upaya dalam rangka
Dilarang memperbanyak karyapembangunan ketenagakerjaan
tulis ini dalam yang ber-
bentuk dan dengan
cara apa
tujuan pun, termasuk fotokopi,
“memberdayakan tanpa izin tertulis
dan mendayagunakan tenagadari Penerbit.
kerja secara opti-
mal dan manusiawi.” Untuk itu, menurut UU No. 13/2003 perusahaan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
memiliki kewajiban menyelenggarakan pelatihan kerja yang diarahkan un-
tuk “membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja
guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan” para
pegawainya (Ps. 9 dan Ps. 12 Ay. 1). Psikoedukasi di lingkungan indus-
tri kiranya secara khusus sangat relevan dengan upaya peningkatan aspek
kesejahteraan para karyawan, secara lebih khusus lagi menyangkut aspek
kesejahteraan psikologis-sosial mereka.
Kembali pada wacana pembuka kita, tingkah laku karyawan dalam
arti luas berupa berbagai jenis kemampuan atau kecenderungan kepribadi-
an yang menunjang pencapaian tujuan organisasi tersebut secara garis besar
dapat dibedakan menjadi dua kategori atau golongan. Golongan pertama
45
adalah “hard skills,” yaitu berbagai persyratan teknis yang dituntut oleh
setiap pekerjaan (Jaju, 2006). Golongan kemampuan ini meliputi aneka
ketrampilan spesifik terkait pekerjaan khusus tertentu dan lazimnya tidak
mudah dialih-terapkan pada berbagai jenis pekerjaan lain, contohnya ke-
trampilan menjahit baju pengantin perempuan (MacFadden, O’Neil, dan
kawan-kawan, 2010).
Golongan kedua, sekaligus merupakan lawan atau pelengkapnya,
adalah “soft skills,” yaitu jenis-jenis kemampuan yang lebih umum dan
yang dapat diterapkan pada berbagai jenis pekerjaan atau bidang kehi
dupan yang berlainan, seperti kemampuan merayu calon pembeli untuk
membeli produk tertentu, misalnya gaun pengantin perempuan di atas
(MacFadden, O’Neil, dan kawan-kawan, 2010). Seorang sumber menye-
but kategori kemampuan ini sebagai “higher standards” yang dituntut oleh
pasar kerja yang semakin kompetitif pada zaman kini (Jaju, 2006).
Selanjutnya menurut MacFadden, O’Neil, dan kawan-kawan (2010),
karena secara spesifik terkait dengan jenis pekerjaan tertentu maka pada
dasarnya sulit atau bahkan mustahil membuat sejenis daftar induk yang
memuat semua jenis “hard skill” yang dituntut oleh setiap jenis pekerjaan
yang ada di masyarakat. Sebaliknya, cukup mudah menyusun daftar aneka
“soft skills” utama yang lazim dituntut oleh para pemimpin perusahaan
atau organisasi dalam bidang apa saja.
Sebuah dokumen yang disebut Employability Skills
Untuk 2000+
Yonita, Ryo,yang di
Karysta
susun oleh sebuah badan di Kanada memaparkan tiga kategori “soft skills”
yang mutlak harus dimiliki oleh setiap pencari kerja di zaman sekarang.
Pertama, Fundamental Skills yaitu jenis-jenis ketrampilan yang diperlukan
sebagai dasar atau pijakan agar dapat terus mengembangkan diri, meliputi
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengelola informasi, kemam-
puan menggunakan bilangan, dan kemampuan memecahkan masalah.
Kedua, Personal Management Skill, yaitu aneka kemampuan, sikap, dan
kebiasaan pribadi yang mendorong potensi diri seseorang untuk terus
tumbuh dan berkembang. Kategori ini meliputi sikap bertanggung jawab,
kemampuan beradaptasi, kesiapan dan kebiasaan untuk belajar sepa-
njang hayat, dan kesadaran untuk senantiasa mengusahakan rasa aman
The Possibler
028724
46 © 2011 Kanisius
PENERBIT
dan keamananKANISIUS
kerja (being(Anggota IKAPI)Ketiga, Teamwork Skills, yaitu
safety conscious).
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
aneka kemampuan dan sifat pribadi yang menunjang kemampuan untuk
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
berkontribusi. Kategori ini meliputi kemampuan bekerja sama dengan
Telepon
orang lain(0274) 588783, 565996;
serta kemampuan Fax (0274)
berpartisipasi 563349
dalam aneka tugas atau proyek
E-mail : office@kanisiusmedia.com
pekerjaan (MacFadden, O’Neil, dan kawan-kawan, 2010).
Website
Sebuah: www.kanisiusmedia.com
survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga bisnis di Kana
da dalam dasawarsa 2000-an menemukan serangkaian soft skills berupa
baik ketrampilan maupun sifat pribadi yang dipandang sangat penting
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
oleh kalangan pimpinan organisasi dan perusahaan di negara itu. Yang
Tahun ketrampilan
berupa 15mencakup 14 secara 13berturut-turut
12 11
kemampuan bekerja
dalam tim, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan mengung-
kapkan gagasan, kemampuan berpikir kritis, kemampuan menulis, ke-
Editor : Dwiko
mampuan menyusun perencanaan, kemampuan dan kebiasaan membaca,
Desainer sampul
kemampuan memimpin: Marius Santo
atau kepemimpinan, dan penguasaan komputer.
Sedangkan yang berupa sifat pribadi mencakup sifat akuntabel atau ber-
tanggung jawab, sikap antusias, sifat jujur, memiliki standar kinerja yang
tinggi, memiliki inisiatif, sifat fleksibel atau lentur, memiliki orientasi me-
ISBN 978-979-21-3041-6
layani orang lain khususnya pelanggan, sifat rajin-tekun, cerdas, dan kre-
Hak(MacFadden,
atif cipta dilindungi undang-undang
O’Neil, dan kawan-kawan, 2010).
Di lingkungan
Dilarang memperbanyakindustri, kedua
karya kategori
tulis kemampuan
ini dalam tersebut
bentuk dan – yaitu
dengan
cara skills
hard apa pun,dan termasuk
soft skills –fotokopi,
lazimnyatanpa izin tertulis
diupayakan untukdari Penerbit. se-
ditingkatkan
cara terus-menerus baik lewat pengalaman melaksanakan tugas pekerjaan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
sehari-hari maupun lewat pelatihan sistematis atau yang direncanakan.
Secara garis besar, pelatihan sistematis di lingkungan industri dibe-
dakan menjadi empat jenis (McCormick & Ilgen, 1980): (1) pelatihan
orientasi, bertujuan membekali pegawai baru dengan informasi tentang
seluk-beluk organisasi atau perusahaan meliputi sejarah, visi-misi, aneka
kebijakan-peraturan, dan sebagainya; (2) pelatihan dalam jabatan, bertu-
juan membantu karyawan lama mempelajari jenis pekerjaan baru, metode
kerja baru, peralatan baru, dan sebagainya; (3) pelatihan di luar jabatan,
bertujuan membantu karyawan lama menguasai berbagai pengetahuan-
ketrampilan tambahan terkait dengan pelaksanaan tugasnya termasuk
mempelajari tugas-tugas khusus tertentu, yang bisa dilaksanakan di dalam
47
atau di luar perusahaan, namun penyelenggaranya lazimnya adalah perusa-
haan itu sendiri; dan (4) pelatihan dengan pihak luar, meliputi aneka jenis
pelatihan bekerjasama dengan pihak luar seperti konsultan dari perguruan
tinggi, bisa diselenggarakan di dalam atau di luar lingkungan perusahaan.
Seperti sudah disinggung, psikoedukasi di lingkungan industri secara
khusus diarahkan pada pelatihan di bidang pengembangan aneka soft skills
atau life skills, ditujukan bagi pegawai baru, pegawai lama, maupun pe-
gawai yang menjelang pensiun, serta bisa dilaksanakan baik dalam rangka
pelatihan orientasi, pelatihan dalam jabatan, pelatihan di luar jabatan,
maupun pelatihan dengan pihak luar.
48 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
masalah-masalah kehidupan (Anggota IKAPI)
komunitas, bukan misalnya masalah-masalah
4 Jl. Cempaka 9, Deresan,
individu atau keluarga; (3) Yogyakarta 55281, INDONESIA
layanannya bersifat proaktif dalam arti preven-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
tif-developmental, multifaset atau menyentuh berbagai aspek kebutuhan
Telepon
klien, (0274) 588783,
kontekstual, 565996; Fax (0274)
dan memberdayakan; 563349
serta (4) bertujuan mengem-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
bangkan aneka ketrampilan terkait dengan upaya membangun kesehatan
Websitekomunitas.
mental : www.kanisiusmedia.com
Seringkali tekanan diberikan pada pemberian layanan bagi kelom-
pok warga masyarakat yang terpinggirkan atau yang kurang beruntung,
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
yaitu mereka yang memiliki kebutuhan khusus namun tidak terjangkau
Tahun
oleh berbagai lembaga15 atau14layanan13publik 12 11 di masyarakat.
yang tersedia
Mereka ini mencakup warga masyarakat berpenghasilan rendah dari sek-
tor informal seperti buruh kasar, pemulung; kaum lanjut usia yang terlan-
Editor : Dwiko
tar; penderita aneka gangguan atau cacat baik fisik maupun mental; kaum
Desainer sampul
penganggur; : Marius
kaum remaja Santo
putus sekolah; anak jalanan; dan sebagainya.
Sekadar sebagai gambaran pembanding, di negara maju seperti Ame
rika Serikat lingkungan layanan konseling komunitas yang cukup penting
meliputi lembaga-lembaga sebagai berikut (Hershenson, Power, & Waldo,
ISBN 978-979-21-3041-6
1996). Pertama, pusat-pusat kesehatan mental komunitas. Lembaga ini
Hak ciptamengutamakan
lazimnya dilindungi undang-undang
pemberian layanan sebagai berikut: (a) primary
prevention atau pencegahan karya
Dilarang memperbanyak dini, bertujuan menolong
tulis ini dalam kelompok
bentuk atau per-
dan dengan
cara apayang
orangan pun, dipandang
termasuk fotokopi,
memiliki tanpa
risiko izin tertulis
tinggi untukdari Penerbit.gang-
mengalami
guan tingkah laku; (b) crisis intervention atau pendampingan menghadapi
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
atau mengatasi situasi krisis; menurut salah seorang perintisnya, yaitu Ca-
plan (1964; dalam Hershenson, Power, & Waldo, 1996) yang dimaksud
krisis adalah “a period of disequilibrium accompanied by psychological and
physical distress of a relatively limited duration which temporarily taxes a
person’s ability to cope competently or to achieve mastery. Crisis can be pre-
dictable or unpredictable” atau kegoncangan yang disertai tekanan psikolo-
gis dan fisik yang berlangsung dalam waktu relatif terbatas namun bisa
berdampak mengganggu kemampuan seseorang menjalankan tugas atau
mengatasi problema hidup sehari-hari; ada jenis krisis yang bisa dipredik-
sikan, seperti kelahiran anak, memasuki masa pensiun, namun ada pula
jenis krisis yang tidak bisa diprediksikan seperti kematian anggota keluarga
49
akibat kecelakaan, bencana alam; (c) layanan konsultasi, lazimnya berupa
bantuan menjalin kontak dan konsultasi dengan lembaga-lembaga layanan
publik lain seperti rumah sakit, pusat rehabilitasi penyalahgunaan narko-
tika, dan sebagainya; (d) layanan remediasi dan rehabilitasi, termasuk tin-
dakan melakukan diagnosis dan perawatan berbagai jenis gangguan men
tal; dan (e) layanan pendidikan psikologis, khususnya pemberian informasi
dan pelatihan aneka ketrampilan ke arah peningkatan kesehatan mental.
Kedua, lembaga pemasyarakatan, baik untuk dewasa maupun remaja
dan anak-anak. Selain membantu melakukan rehabilitasi atau menghilang
kan kecenderungan antisosial para pesakitan seorang psikolog-konselor
juga bisa memberikan layanan konseling untuk mengatasi berbagai bentuk
tekanan mental atau psikoedukasi untuk membangun sikap-ketrampilan
hidup yang lebih sehat.
Ketiga, praktek konseling pribadi yang mengkhususkan diri pada
pemberian layanan konseling keluarga. Pergeseran dalam nilai-nilai kelu-
arga dan perkawinan, perubahan pandangan tentang seks dan seksualitas,
bahkan perubahan gaya hidup secara umum telah melahirkan fenomena
sekaligus problema-problema baru sekitar relasi antar dan sesama jenis,
kehidupan perkawinan dan kehidupan keluarga berupa perceraian, perka
winan kembali, kawin kontrak, hubungan layaknya perkawinan di antara
sesama jenis, orang tua tunggal, anak-anak korban perceraian dan seba-
gainya. Semua itu membuka kesempatan semakin Untukluas bagiRyo,
Yonita, penyediaan
Karysta
layanan konseling perkawinan dan keluarga maupun psikoedukasi sekitar
masalah perkawinan dan seksualitas.
Keempat, rumah singgah bagi korban penelantaran anak dan atau
kekerasan dalam rumah tangga. Jenis-jenis bantuan yang disediakan bisa
berupa pendampingan bagi khususnya wanita-isteri korban kekerasan sua-
mi, penampungan sementara bagi anak-anak terlantar atau korban keke
rasan oleh orang tua baik melalui konseling maupun psikoedukasi serta
jenis-jenis bantuan lainnya.
Kelima, lembaga-lembaga yang secara khusus menyediakan bantuan
rehabilitasi dan pendampingan bagi para korban penyalahgunaan zat baik
dewasa maupun remaja.
The Possibler
028724
50 © 2011 Kanisius
PENERBIT
Keenam, KANISIUS (Anggota
lembaga-lembaga yangIKAPI)
secara khusus menyediakan rumah
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
singgah dan pendampingan bagi orang-orang lanjut usia. Secara garis
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
besar jenis layanan yang disediakan lazimnya bisa digolongkan menjadi
Telepon
dua, yaitu(0274) 588783,
rehabilitasi 565996;
medis Fax
berupa (0274) 563349
penyembuhan dan perawatan berba-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
gai penyakit yang lazim menimpa golongan usia lanjut seperti stroke dan
Website : www.kanisiusmedia.com
kepikunan; serta pendampingan psikososial dalam rangka menyesuaikan
diri dengan kehidupan di usia senja termasuk mempersiapkan diri meng-
hadapi kematian.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Ketujuh, lembaga-lembaga yang menyediakan layanan rehabilitasi
Tahun
psikososial bagi para15 penderita
14 gangguan 13 12
mental 11 Layanan yang
kronik.
diberikan meliputi layanan pemenuhan kebutuhan untuk bersosialisasi,
mencarikan pekerjaan untuk mendapatkan penghidupan, menyediakan
Editor : Dwiko
berbagai pendidikan-pelatihan untuk mempelajari aneka ketrampilan
Desainer
yang sampul mencarikan
bermanfaat, : Marius Santo
atau menyediakan tempat tinggal, serta
memberikan layanan evaluasi psikologis untuk melihat kemajuan hasil
upaya rehabilitasi.
Kedelapan, lembaga-lembaga konseling karir. Di Amerika Serikat
ISBN 978-979-21-3041-6
lembaga-lembaga semacam ini lazim ditemukan di lingkungan perguru-
Hak
an ciptaatau
tinggi dilindungi undang-undang
komunitas. Yang berada di lingkungan perguruan tinggi
lazim nya merupakan
Dilarang memperbanyak bagian dari tulis
karya program layanan
ini dalam kesejahteraan
bentuk maha-
dan dengan
cara apa
siswa yangpun, termasuk fotokopi,
diselenggarakan tanpa izin
oleh perguruan tertulis
tinggi yangdari Penerbit. Se-
bersangkutan.
dangkan yang berada di lingkungan komunitas lazimnya berupa layanan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
nirlaba yang terselenggara berkat dukungan dana dari pemerintah atau
dari penyandang dana swasta, atau berupa layanan profesional yang dise-
lenggarakan sebagai praktek pribadi psikolog-konselor. Jenis-jenis layanan
yang diberikan lazimnya berkisar pada masalah pemilihan karir, persiapan
karir, mencari pekerjaan, penyesuaian diri pada lingkungan dan tuntutan
pekerjaan, perubahan karir, dan persiapan memasuki masa pensiun.
Kesembilan, lembaga-lembaga yang menyelenggarakan employee as-
sistance program atau program layanan bantuan bagi pegawai perusahaan.
Lembaga-lembaga semacam ini lazimnya bekerjasama dengan kalangan
industri dan bertujuan membantu pegawai perusahaan yang mengalami
hambatan dalam melaksanakan tugas pekerjaan mereka akibat terbelit oleh
51
berbagai problema pribadi, seperti stres dalam pekerjaan, hubungan yang
tidak harmonis dengan atasan dan atau kolega di perusahaan, masalah di
dalam kehidupan perkawinan atau keluarga, dan sebagainya.
Kesepuluh, dinas psikologi militer. Di sini para psikolog-konselor ko-
munitas lazimnya bekerja di pusat-pusat layanan keluarga, rumah sakit,
klinik rawat jalan, dan program pendidikan-pelatihan di lingkungan lem-
baga angkatan bersenjata tertentu. Mereka memberikan layanan bimbing
an, konseling, dan pendidikan-pelatihan bagi seluruh warga angkatan ber-
senjata, anggota keluarga mereka, para veteran, dan para pegawai sipil di
berbagai lembaga angkatan bersenjata beserta keluarga mereka.
Kesebelas, praktek pribadi yang bersifat profesional atau bukan nir-
laba. Jenis-jenis layanan yang diberikan beraneka macam sesuai kebutuhan
klien. Metode dan pendekatan psikologis yang digunakan juga berlainan,
tergantung dari filosofi dan afiliasi si psikolog-konselor pada teori atau
pendekatan tertentu. Penyelenggaraannya bersifat formal, menggunakan
fasilitas berupa kantor, dan mengenakan tarif biaya tertentu untuk berba-
gai jenis layanan yang diberikan.
Sebagian besar kalau bukan semua jenis lembaga layanan konseling
komunitas seperti dipaparkan di atas sebenarnya juga terdapat di Tanah
Air, tentu dengan struktur dan organisasi yang tidak persis sama. Dalam
Undang-undang No. 40/2004 tentang sistem jaminan sosial nasional, ten-
tang jaminan kesehatan dinyatakan bahwa “manfaat jaminan
Untuk Yonita, kesehatan
Ryo, Karysta
bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang men-
cakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk
obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan” (Ps. 22; Ay. 1). Dari
situ tampak bahwa layanan kesehatan lazimnya masih dimaknai sebatas
kesehatan fisik, belum mencakup kesehatan mental. Namun konon mulai
ada upaya untuk mengintegrasikan layanan kesehatan mental pada layan-
an kesehatan publik melalui Pusat Kesehatan Masyarakat alias Puskesmas
(Prawitasari, 2003).
Selain itu, ada paling tidak dua jenis lembaga yang bisa menjadi ajang
pemberian layanan psikoedukasi di lingkungan komunitas di Tanah Air.
Pertama, lembaga-lembaga pendampingan anak dan remaja baik yang ber-
The Possibler
028724
52 © 2011 Kanisius
PENERBIT
basis kegiatanKANISIUS
keagamaan, (Anggota IKAPI)
seperti Sekolah Minggu dan Kegiatan Mudika
4 Jl.lingkungan
Cempaka 9,umat Deresan, Yogyakarta 55281,perkumpulan
INDONESIA
di Kristiani serta berbagai pengajian un-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
tuk anak dan remaja di lingkungan umat Islam, atau berbasis lingkungan
Telepon (0274)
pemukiman 588783,
seperti Karang565996;
Taruna,Fax (0274)
atau 563349
berbasis nilai-nilai kemanusiaan
E-mail : office@kanisiusmedia.com
seperti Pramuka dan Palang Merah Remaja.
Website : www.kanisiusmedia.com
Kedua, organisasi atau perkumpulan wanita dan atau ibu-ibu baik
yang berbasis lingkungan pekerjaan seperti Dharma Wanita di lingkungan
pegawai dan isteri pegawai negeri sipil, atau berbasis lingkungan pemukim
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
an seperti Perkumpulan Kesejahteraan Keluarga (PKK) mulai dari tingkat
Tahuntetangga sampai
rukun 15 14 kecamatan
tingkat 13 12
bahkan 11
kota/kabupaten dan
propinsi, serta berbasis keagamaan seperti perkumpulan Ibu-ibu Katolik
(IKat), perkumpulan Aisyiah, dan sebagainya.
Editor : Dwiko
Itulah tiga jenis lingkungan yang bisa menjadi ajang atau kancah pem-
Desainer
berian sampul
layanan : MariusPada
psikoedukasi. Santo
bab berikut akan diuraikan pendekatan
yang lazim dipakai dalam mengembangkan program psikoedukasi di ber-
bagai lingkungan layanan, baik lingkungan pendidikan sekolah, industri,
maupun komunitas.
ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
BAB 4
Beberapa Model Pengembangan
Program Psikoedukasi
54 © 2011 Kanisius
PENERBIT
berbagai prinsipKANISIUS (Anggota
dan prosedur IKAPI)
pedagogis yang berkembang di lingkungan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta
ilmu pendidikan yang dikemas dalam 55281,
sejenis INDONESIA
model atau kerangka ber-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
pikir dan kerangka kerja (Gazda, 1989). Ada setidaknya tiga macam model
Telepon
atau (0274)
kerangka 588783,
berpikir 565996;
yang lazim Fax (0274)
dipakai 563349
dalam pengembangan program
E-mail : office@kanisiusmedia.com
pelatihan ketrampilan sosial atau lebih luas lagi, program psikoedukasi,
Website
yaitu skills: www.kanisiusmedia.com
deficit model atau life-skills model, model tugas perkembangan,
dan model ragam bantuan.
Cetakan
A. ke-Skill-Deficit
Model 5 4 Life-Skills
atau 3 2 1
Tahun 15 atau
Skills deficit model 14model 13 12
kurang trampil 11 kerangka ber-
adalah
pikir yang menyatakan bahwa seseorang akan menunjukkan atau menam
pilkan penguasaan ketrampilan sosial yang buruk karena tidak memi
Editor : Dwiko
liki respon spesifik tertentu dalam khazanah responnya, atau sebenarnya
Desainer
memi sampul
likinya namun: gagal
Marius Santo
menggunakan atau menerapkannya secara se-
mestinya. Maka, bentuk intervensi terhadap kondisi kurang trampil (skills
deficit) semacam ini adalah mengajarkan secara langsung jenis atau bentuk
ketrampilan yang dibutuhkan (Gazda, 1989).
ISBN 978-979-21-3041-6
Arah dan corak psikoedukasi menjadi semakin tajam berkat pengaruh
Hak cipta
gerakan dilindungi
konseling undang-undang
kelompok yang bernuansa perkembangan (developmen-
tal group counselling).
Dilarang memperbanyak Dalam gerakan
karya tulisini,
ini skills
dalam deficit model
bentuk dandi dengan
atas diper-
cara apa
tajam ataupun, termasuk
diberi fotokopi,
spirit baru menjaditanpa
apa izin
yangtertulis
kemudiandaridikenal
Penerbit.sebagai
life-skills model. Menurut kerangka berpikir baru ini, jenis atau bentuk
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
ketrampilan yang seringkali defisit alias kurang sehingga menimbulkan
hambatan dalam perkembangan atau menimbulkan kesulitan dalam men-
jalankan tugas kehidupan sehari-hari bagi seseorang adalah life-skills atau
aneka ketrampilan hidup.
Life skills bisa didefiniskan secara luas maupun secara sempit. Dalam
arti luas, life skills adalah berbagai ketrampilan yang diperlukan oleh se
tiap orang agar mampu mengalami perkembangan pribadi secara optimal,
yaitu tumbuh menjadi pribadi terbaik dengan memanfaatkan semua po-
tensi dan talenta yang kita miliki, dan dengan begitu akan menjadikannya
mampu hidup bermasyarakat dengan baik (”Essential life skills”, 2011;
Dody Hermana & Didin Muhafidin, 2011). Konon perkembangan pri
55
badi yang optimal tersebut mempersyaratkan sembilan ketrampilan hidup
esensial atau dasar yang bisa dikelompokkan ke dalam dua kategori. Per-
tama, gugus ketrampilan hidup yang menjadi landasan bagi pemilikian
konsep diri yang positif atau sehat. Gugus ini meliputi tiga ketrampilan
dasar, yaitu (1) memahami diri sendiri, (2) mencintai diri sendiri, dan
(3) bersikap jujur terhadap diri sendiri. Kedua, gugus ketrampilan hidup
yang menjadi landasan bagi kemampuan berpikir secara kritis. Gugus ini
meliputi (4) memiliki sistem nilai pribadi yang jelas, (5) memiliki per-
spektif atau wawasan hidup, (6) berpikiran terbuka, (7) memiliki selera
humor, (8) memikili resiliensi atau daya tahan menghadapi tekanan, dan
(9) memiliki sikap menerima atau pasrah (”Essential life skills”, 2011).
Dalam arti sempit, life skills diartikan sebagai ketrampilan hidup un-
tuk bekerja. Tepatnya, ”life skills constitute a continuum of knowledge
and aptitudes that are necessary for a person to function effectively and
to avoid interruption of employment experience” (Brollin, 1989, dalam
Dody Hermana & Didin Muhafidin, 2011). Artinya, life skills mencakup
serangkaian pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang
agar mampu menjalankan berbagai perannya secara efektif serta agar
mampu mempertahankan pengalaman atau posisinya dalam pekerjaan.
Jadi, kendati dipandang sempit, pengertian kedua ini terbukti cukup luas
pula, sebab menurut pengertian ini life skills melampaui sekadar penger-
tian employability skills maupun vocational skills, yaituYonita,
Untuk gugus Ryo,
ketrampilan
Karysta
teknis yang terkait dengan pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu. Selain
itu, life-skills dalam arti sempit ini pun lazimnya mencakup berbagai sikap
ketrampilan yang terkait dengan tuntutan dunia pekerjaan, kehidupan
sehari-hari, perkembangan pribadi dan pengelolaan aneka problem dan
pergulatan pribadi, serta tuntutan pergaulan dengan orang lain (Dody
Hermana & Didin Muhafidin, 2011). Dengan kata lain, life skills bukan
lain adalah berbagai jenis pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan yang
lazim dituntut untuk dikuasai sebagai tugas perkembangan (Havighurst,
dalam Gazda, 1989). Sebagai tugas perkembangan, jenis-jenis life skills
yang harus dikuasai oleh setiap orang akan berlainan sesuai dengan tahap
perkembangan yang sedang dijalaninya.
The Possibler
028724
56 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
Dari sinilah muncul (Anggota
model tugas IKAPI)
perkembangan dalam penyeleng-
4 Jl. Cempaka 9, psikoedukasi.
Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
garaan program Sudah disinggung di atas, penyelenggaraan
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
psikoedukasi berfokus pada pemberian bantuan pelatihan ketrampilan
Telepon
secara (0274) 588783,
terstruktur 565996;
(structured skillsFax (0274)baik
training) 563349
untuk tujuan preventif
E-mail : office@kanisiusmedia.com
maupun remedial. Secara khusus program pelatihan ini ditujukan untuk
Websiteprevention
primary : www.kanisiusmedia.com
atau prevensi dini. Sasarannya adalah individu-individu
yang masih berada dalam proses perkembangan. Penekanan pada aspek
preventif ini diwujutkan lewat sebuah kurikulum pelatihan ketrampilan
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
hidup, khususnya dalam konteks pendidikan sekolah. Namun tentu saja
Tahun
bisa 15 dalam14
juga diterapkan konteks13 12
lain, khususnya 11
lingkungan industri
dan komunitas. Berdasarkan model skills deficit, kita tahu bahwa program
psikoedukasi yang kita kembangkan harus ditujukan untuk mengatasi de-
Editor : Dwiko
fisit dalam bidang aneka ketrampilan hidup yang dialami oleh kelompok
Desainer
klien yangsampul : Marius
kita layani. Santo jenis-jenis ketrampilan hidup apa
Pertanyaannya,
saja yang lazim defisit atau kurang dikuasai, sehingga perlu menjadi fokus
perhatian dalam kegiatan psikoedukasi di lingkungan pendidikan sekolah,
industri, maupun komunitas?
ISBN 978-979-21-3041-6
B.
Hak Model Tugas Perkembangan
cipta dilindungi undang-undang
Modelmemperbanyak
Dilarang tugas perkembangan dalam
karya tulis ini penyelenggaraan
dalam bentuk dan program
denganpsi-
cara apa pun,
koedukasi termasuk
mampu fotokopi,jawaban
memberikan tanpa izin tertulispertanyaan
terhadap dari Penerbit.
di atas.
Pendekatan tugas perkembangan dalam pelatihan ketrampilan hidup
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
ini didasarkan pada konsep tugas perkembangan ala Havighurst (dalam
Gazda, 1989). Havighurst mendefinisikan tugas perkembangan sebagai
berikut: “A developmental task is a task which arises at or about a cer-
tain period in the life of the individual, successful achievement of which
leads to his happiness and to success with later tasks, while failure leads
to unhappiness in the individual, disapproval by society, and difficulty
with later tasks” (h. 33). Artinya, tugas perkembangan adalah tugas yang
muncul pada atau sekitar masa tertentu dalam kehidupan seseorang, bila
dicapai secara berhasil akan membawa pada kebahagiaan dan keberhasilan
mencapai tugas-tugas berikutnya, namun jika gagal akan membawa pada
ketidak-bahagiaan bagi yang bersangkutan, penolakan oleh masyarakat,
57
serta kesulitan dalam mencapai tugas-tugas berikutnya.
Konsep tugas perkembangan memiliki dua manfaat bagi penyeleng
garaan program psikoedukasi. Pertama, membantu menemukan dan me
rumuskan tujuan psikoedukasi. Kedua, menunjukkan saat yang tepat
dalam memberikan psikoedukasi. Havighurst menyebut saat yang tepat
ini teachable moment. Menurutnya, kesiapan (readiness) untuk menjalani
pelatihan ketrampilan hidup tertentu ini ditentukan oleh dua faktor, yaitu
taraf perkembangan individu dan sistem kebutuhan yang menyertai taraf
perkembangan tersebut.Namun muncul pertanyaan lain, bagaimana ber-
bagai jenis tugas perkembangan tersebut bisa diorganisasikan agar lebih
mudah dipahami dan dipakai sebagai dasar penyusunann program psi-
koedukasi? Untuk keperluan ini kita bisa meminjam model ragam ban-
tuan yang dikemukakan oleh Winkel (1991).
58 © 2011 Kanisius
PENERBIT
1. KANISIUS (Anggota IKAPI)
Bidang Pribadi-Sosial
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Ketrampilan hidup dalam bidang pribadi-sosial pada dasarnya me-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
liputi tiga kategori: (a) menguasai dasar-dasar kesehatan mental, seperti
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
pemahaman diri menyangkut baik aspek fisik maupun psikologis, dan
E-mail : office@kanisiusmedia.com
penerimaan diri; (b) memahami aneka kesulitan-tantangan yang muncul
Website : www.kanisiusmedia.com
berkenaan dengan timbulnya berbagai kebutuhan dan tuntutan baru se-
laras dengan proses perkembangan, serta mengembangkan ketrampilan
untuk
Cetakanmengatasi
ke- aneka
5 pergulatan
4 3batin dan2 ketrampilan
1 mengatur diri
sendiri, dan (c) mengembangkan pemahaman yang tepat dan ketrampil
Tahun
an dalam menjalin15relasi dengan
14 13
orang lain. 12 11
Ketiga kategori ketrampilan
hidup itu merupakan dasar bagi kesehatan mental dan fungsi efekif indi-
vidu dalam menjalankan
Editor : Dwikotugas kehidupan sehari-hari sesuai tugas perkem-
bangannya. Contoh:rinciannya
Desainer sampul untuk berbagai jenjang pendidikan formal
Marius Santo
mulai Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi adalah seperti diuraikan di
bawah ini.
60 © 2011 Kanisius
PENERBIT
kelebihanKANISIUS
orang lain,(Anggota IKAPI) dan menghargai orang lain,
bersikap percaya
4 Jl. Cempaka 9, Deresan,
rela bekerja sama dan Yogyakarta 55281,
menolong orang INDONESIA
lain.
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
8) Mampu mandiri: Bersikap wajar terhadap tekanan kelompok.
Telepon
9) Mampu(0274) 588783,
bersikap 565996;
wajar dalamFax (0274) 563349
berhubungan dengan lawan jenis.
E-mail : office@kanisiusmedia.com
10) Mampu menggunakan waktu luang secara kreatif dan bermanfaat.
Website : www.kanisiusmedia.com
c. Jenjang Sekolah Menengah Tingkat Atas
Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) mencakup baik Sekolah
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Menengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Tahun
Masalah-kebutuhan 15mendesak
14 bagi 13 12 di bidang
siswa SMTA 11 pribadi-sosial
adalah: menemukan identitas diri atau konsep diri, menjalin hubungan
yang harmonis dengan orang tua, mengembangkan sikap yang masak dan
Editor : Dwiko
wajar terhadap seks, dalam pergaulan dengan lawan jenis, dan terhadap
Desainer
tekanan sampul Bidang
kelompok. : MariusiniSanto
meliputi antara lain jenis-jenis ketrampilan
hidup sebagai berikut:
1) Mampu menerima diri: Mampu dan bersedia memandang diri sen
diri (juga orang lain) apa adanya, mengenal dan menyadari kelebihan
ISBN 978-979-21-3041-6
dan kekurangan seraya tetap merasa diri berharga.
Hak Memiliki
2) cipta dilindungi undang-undang
kepercayaan-diri: Mampu menilai secara objektif kelebihan
dan kekurangan
Dilarang memperbanyak pada diri sendiri.
karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara Memiliki
3) apa pun, termasuk fotokopi,
kepercayaan tanpa izin
pada orang lain:tertulis
Mampu darimempercayakan
Penerbit.
aneka kesulitan, harapan, kesedihan, kegembiraan dan sebagainya,
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
kepada orang lain.
4) Mampu memahami, menerima, dan bersikap masak serta wajar ter-
hadap aneka kesukaran yang timbul dalam hubungan dengan orang
tua: Mampu memahami dan menerima sudut pandang orang tua.
5) Mampu mengendalikan emosi.
6) Mampu mandiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
7) Mampu bersikap masak dan wajar terhadap rasa ingin tahu tentang
seks.
8) Mampu bersikap masak dan wajar dalam persahabatan, meliputi per-
gaulan dengan lawan jenis dan percintaan, menghadapi tekanan ke
lompok.
61
9) Mampu menggunakan waktu luang secara bermanfaat.
10) Mampu mengembangkan nilai-nilai pribadi dan filsafat hidup serta
cita-cita yang realistis.
62 © 2011 Kanisius
PENERBIT
1) KANISIUS
Menjernihkan (Anggota
nilai-nilai hidup IKAPI)
untuk diterapkan menjadi pedoman
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
dalam kehidupan sehari-hari.
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
2) Mampu mengatasi berbagai persoalan sehari-hari yang bisa menjadi
Telepon
sumber tekanan hidup: mengatasi frustrasi563349
(0274) 588783, 565996; Fax (0274) pribadi, mengelola waktu,
E-mail : office@kanisiusmedia.com
mengelola relasi dengan teman, mengelola keuangan.
Website : www.kanisiusmedia.com
3) Mengembangkan sikap yang sehat tentang seksualitas.
4) Mengembangkan sikap terbuka terhadap berbagai paham dan aja-
ran, baik menyangkut relasi dengan diri sendiri, dengan yang ilahi,
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
maupun dengan orang lain.
Tahun
5) Mengembangkan 15 sikap 14toleran13
terhadap12berbagai11perbedaan.
6) Mengembangkan sikap yang benar dan sehat terkait hak dan kewaji-
ban sebagai warga komunitas, warga masyarakat, warga negara, dan
Editor : Dwiko
warga masyarakat dunia.
Desainer
7) sampul : Marius
Mengembangkan Santo rasa terhadap kaum lemah, miskin,
sikap berbela
terpinggirkan, dan peduli pada penegakan keadilan.
8) Mengembangkan sikap peduli pada pelestarian lingkungan.
9) Mengembangkan spirit dan ketrampilan menjadi pemimpin.
ISBN 978-979-21-3041-6
2.
Hak Bidang Akademikundang-undang
cipta dilindungi
Ketrampilan
Dilarang hidup dalam
memperbanyak karyabidang akademik
tulis ini pada dasarnya
dalam bentuk meliputi
dan dengan
carakategori,
tiga apa pun,yaitu
termasuk fotokopi, tanpa
(a) menemukan izin tertulis
cara belajar dari Penerbit.
yang tepat, (b) mengatasi
aneka kesukaran dalam belajar, dan (c) memilih program studi dan jenis
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
atau jurusan sekolah lanjutan yang sesuai. Kategori pertama dan kedua
pada dasarnya merupakan masalah penyesuaian diri. Di sini psikoedukasi
ditujukan utuk membekali siswa-siswi dengan pengetahuan, ketrampilan
dan pengalaman yang bermanfaat untuk menyesuaikan diri pada aneka
situasi tugas belajar yang dihadapinya, mencegah timbulnya serta meng
atasi aneka kesukaran yang mungkin timbul terkait dengan pelaksanaan
tugas belajarnya itu.
Kategori ketiga pada dasarnya merupakan problem membuat kepu-
tusan atau pilihan dari antara sejumlah alternatif atau kemungkinan
kelanjutan sekolah. Di sini psikoedukasi ditujukan untuk menyadarkan
siswa-siswi tentang tujuan pendidikannya, memberikan informasi tentang
63
berbagai alternatif penerapan dan kelanjutan pendidikannya, sehingga
akhirnya masing-masing siswa mampu membuat keputusan yang realistik
dan masak tentang tujuan pendidikan yang akan dikejarnya.
64 © 2011 Kanisius
PENERBIT
tor yag terdapat KANISIUS
dalam diri(Anggota IKAPI)
siswa sendiri, seperti taraf inteligensi, potensi
4 Jl. Cempaka
akademik, cara9,belajar,
Deresan, Yogyakarta
motivasi, sikap,55281, INDONESIA
perasaan, kondisi psikis, berbagai
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
jenis tekanan akibat kondisi sosiokultural, serta kondisi fisik, pada tingkat
Telepon
usia (0274)
ini bisa 588783,
menjadi 565996;
sumber Fax (0274)
potensial 563349 masalah-masalah
bagi timbulnya
E-mail Siswa
belajar. : office@kanisiusmedia.com
perlu dibantu mengenali, merumuskan, dan mengatasi aneka
Websiteyang
masalah : www.kanisiusmedia.com
mungkin timbul dalam melaksanakan tugas-tugas belajarnya,
menolong mereka menemukan makna dan merumuskan tujuan pendi
dikan masing-masing. Secara lebih spesifik, bidang ini mencakup antara
Cetakan
lain ke- ketrampilan
jenis-jenis 5 4hidup sebagai
3 2
berikut: 1
1)
Tahun Menyadari nilai 15 pendidikan
14 bagi
13dirinya.
12 11
2) Memahami diri secara lebih mendalam (kemampuan belajar, bakat,
minat, dan sebagainya).
Editor
3) Memahami kekhasan : Dwikotuntutan belajar di jenjang SMP.
4) Menumbuhkan kebiasaanSanto
Desainer sampul : Marius dan ketrampilan belajar.
5) Menguasai cara belajar yang tepat untuk setiap bidang studi.
6) Menumbuhkan minat khusus pada bidang studi tertentu.
7) Menguasai cara mengikuti pelajaran yang efektif di kelas.
ISBN
8) 978-979-21-3041-6
Menguasai cara membagi waktu.
Hak Menguasai
9) cipta dilindungi undang-undang
cara belajar kelompok.
10) Menguasai
Dilarang cara belajar
memperbanyak berbasis
karya tulis teknologi
ini dalam informasi
bentuk dan dandengan
komuni
cara kasi.
apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
11) Menguasai cara menggunakan waktu luang.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
12) Memiliki pengetahuan tentang kesempatan pendidikan lanjutan dan
lapangan pekerjaan yang bisa dimasuki setamat SMP.
66 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
mengembangkan pemahaman (Anggota IKAPI) tentang etika akademik. ���
dan kesadaran Bi-
4 Jl. Cempaka
dang ini akan 9, Deresan,antara
mencakup Yogyakarta 55281,
lain aneka INDONESIA
ketrampilan sebagai berikut:
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
1) Mengembangkan pemahaman tentang sejarah pemikiran tentang
Telepon (0274)
manusia, 588783,
ilmu 565996; dan
pengetahuan, Fax kebudayaan.
(0274) 563349
E-mail
2) : office@kanisiusmedia.com
Mengembangkan pemahaman tentang sejarah pemikiran tentang da-
Website : www.kanisiusmedia.com
sar-dasar ontologis, epistemologis, dan aksiologis bidang ilmu yang
dipelajarinya.
3) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
4) Mengembangkan aneka ketrampilan praktis terkait dengan pelak
Tahunsanaan tugas 15 14 praktikum,
perkuliahan, 13 12 praktek
dan 11lapangan.
5) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan pendapat secara ar-
gumentatif baik secara lisan maupun khususnya secara tertulis.
Editor : Dwiko
6) Mengembangkan apresiasi dan kemampuan menggunakan tekno-
Desainer sampul :dan
logi informasi Marius Santo secara bermanfaat dan bertanggung
komunikasi
jawab.
7) Mengembangkan apresiasi dan pemahaman tentang hakikat bidang
ilmu yang ditekuni serta prospek aplikasinya bagi perkembangan pri-
ISBN 978-979-21-3041-6
badi maupun perkembangan masyarakat.
Hak Mengembangkan
8) cipta dilindungi undang-undang
apresiasi dan pemahaman tentang makna kebe
basanmemperbanyak
Dilarang mimbar dan kebebasan akademik.
karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara Mengembangkan
9) apa pun, termasuk fotokopi,
apresiasi dantanpa izin tertulis
pemahaman dariprinsip
tentang Penerbit.
dan ben-
tuk-bentuk penerapan etika akademik, seperti antiplagiarisme, ilmu
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
dan kekuasaan, dan sebagainya.
3. Bidang Karir
Pendidikan psikologis di bidang karir, lazim disebut career education
atau pendidikan karir, pada dasarnya diarahkan pada tiga tujuan sebagai
berikut (Reinhart, 1979): (a) membantu klien mengenal berbagai jenis ka
rir atau pekerjaan yang mampu diraih atau dimasukinya serta yang bermak-
na dan memuaskan baginya; serta mengenal berbagai nilai terkait dengan
pekerjaan yang lazim berlaku di lingkungan masyarakat yang berorientasi
pada kerja; (b) membantu klien membuat keputusan-keputusan rasional
tentang tujuan pribadi yang berhubungan dengan karir atau pekerjaan,
67
dan yang akan diperjuangkannya; dan (c) membantu klien melaksanakan
keputusan-keputusan tersebut dalam bentuk mempelajari aneka penge-
tahuan-ketrampilan yang dituntut, serta dalam bentuk mengembangkan
aneka nilai-sikap terkait dengan kerja dalam sistem nilai pribadinya.
68 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
sungguh-sungguh bertujuan(Anggota IKAPI) pengetahuan-ketrampilan
mengembangkan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta
yang segera bisa mereka terapkan atau 55281,
gunakanINDONESIA
dalam menghadapi tugas
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
kehidupan sehari-hari, termasuk melanjutkan belajar di jenjang yang lebih
Telepon
tinggi. (0274)
Secara 588783,
lebih 565996;
spesifik, bidangFaxini(0274) 563349
mencakup antara lain jenis-jenis
E-mail : office@kanisiusmedia.com
ketrampilan hidup sebagai berikut:
Website
1) : www.kanisiusmedia.com
Memahami diri secara lebih mendalam (kemampuan, minat).
2) Memantabkan motivasi belajar di sekolah sebagai persiapan bagi ma
sa depan.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
3) Mengenal berbagai bidang pekerjaan yang mungkin cocok baginya.
Tahun
4) 15
Memahami perbedaan 14antara berbagai
13 12 11
bidang pekerjaan dalam hal:
sifat atau jenis tugas yang dilakukan, peran dan sumbangannya bagi
kehidupan masyarakat, tingkat kepuasan yang diberikan, keduduk
Editor : Dwiko
annya terhadap pengaruh perkembangan teknologi, tuntutannya
Desainer sampul
terhadap pekerja: Marius Santo tahun mendatang.
dalam sepuluh
5) Mengenal berbagai bidang pendidikan yang mungkin dimasukinya,
meliputi: sifat dan tujuan, syarat atau persiapan yang harus dipenuhi,
jenis/bidang pekerjaan yang bisa dimasuki sesudah menamatkannya.
ISBN 978-979-21-3041-6
6) Memahami bahwa berbagai jenis/bidang pekerjaan menuntut jenis
Hak pengetahuan
cipta dilindungi
dan undang-undang
ketrampilan yang berlainan.
7) Memahami
Dilarang nilai pribadi
memperbanyak dan nilai
karya tulis sosial berbagai
ini dalam jenisdan
bentuk pekerjaan.
dengan
cara Memahami
8) apa pun, termasuk
berbagaifotokopi, tanpa dalam
posisi utama izin tertulis
suatudari Penerbit.
bidang pekerjaan
dan memahami perbedaan-perbedaannya dalam hal: lama dan jenis
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
pendidikan yang dituntut; bentuk, peralatan, lingkungan kerja, dan
produk barang atau jasa yang dihasilkan; kemampuannya menjamin
gaya hidup yang diinginkan; kemampuan memuaskan nilai atau mi-
nat pribadi; serta kelebihan atau keuntungan dan kekurangan atau
kerugiannya.
9) Mampu membuat keputusan-keputusan untuk mencapai berbagai
tujuan karirnya.
10) Mampu memilih suatu bidang pekerjaan yang masih cukup luas un-
tuk dipelajari secara lebih mendalam.
11) Mampu memilih jenis pendidikan/pelatihan sesuai tujuan atau cita-
cita karirnya.
69
c. Jenjang Sekolah Menengah Tingkat Atas
Masalah-kebutuhan mendesak bagi siswa SMTA di bidang karir
kiranya berbeda bagi siswa SMK dan siswa SMA. Bagi siswa SMK ke-
butuhan yang mendesak adalah sekitar persiapan untuk segera terjun da-
lam dunia kerja setamat sekolah. Tentu ada juga di antara mereka yang
masih akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi, namun sesuai juru-
san pendidikan yang mereka pilih, diandaikan bahwa sebagian besar dari
mereka akan langsung bekerja setamat SMK. Bagi siswa SMA kebutuhan
yang mendesak adalah persiapan melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Lagi-lagi, tentu ada juga dari antara mereka yang langsung mencari kerja
setamat SMA. Namun bisa diandaikan bahwa sebagian besar dari mereka
akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Maka, secara umum kebu-
tuhan mendesak bagi siswa SMTA adalah mempersiapkan diri membuat
rencana apa yang akan mereka kerjakan setamat SMTA. Apa pun pilihan
mereka entah bekerja atau melanjutkan studi, unsur kemandirian dalam
membuat pilihan dan keputusan harus mulai dikembangkan atau dikua-
sai. Maka psikoedukasi di bidang karir pada masa ini perlu diarahkan un-
tuk membantu siswa mengembangkan kesiapan dan motivasi yang sehat
untuk secara mandiri membuat pilihan-pilihan masa depan. Secara lebih
spesifik, bidang ini mencakup antara lain jenis-jenis ketrampilan hidup
sebagai berikut:
1) Memahami diri secara lebih mendalam lagi Untuk Yonita, Ryo,
(kemampuan, Karysta
minat).
2) Memahami situasi dunia pekerjaan di Tanah Air (bidang-bidang yang
mendesak, bidang-bidang yang langka peminat).
3) Memahami arti pembagian tugas dan kerja sama dalam organisasi
pekerjaan.
4) Memahami bahwa berbagai jenis/bidang pekerjaan menuntut penge-
tahuan dan ketrampilan yang berlainan.
5) Mengenal berbagai jenis pendidikan tinggi yang mungkin dimasu-
kinya (sifat dan tujuan, syarat dan persiapan yang harus dipenuhi,
serta jenis atau bidang pekerjaan yang bisa dimasuki sesudah me-
namatkannya).
The Possibler
028724
70 © 2011 Kanisius
PENERBIT
6) MenyadariKANISIUS (Anggota IKAPI)
perlunya mewujudkan secara lebih spesifik tujuan-tujuan
4 Jl. Cempaka
karirnya. 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk,
7) Mampu menyusun Yogyakarta 55011, INDONESIA
rencana-rencana lebih spesifik untuk mewujut-
Telepon (0274) 588783, 565996;
kan tujuan-tujuan karirnya. Fax (0274) 563349
E-mail
8) : office@kanisiusmedia.com
Mampu melaksanakan berbagai rencana dalam rangka mempersiap-
Website : www.kanisiusmedia.com
kan diri memasuki suatu pekerjaan atau karir spesifik tertentu de
ngan memilih jurusan di SMA atau SMTA yang tepat, mengambil
berbagai kursus, serta melanjutkan studi ke perguruan tinggi atau
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
pendidikan kejuruan lanjutan yang sesuai.
Tahun 15 14 13 12 11
c. Jenjang Perguruan Tinggi
Masalah-kebutuhan yang mendesak bagi mahasiswa Program Sarjana
Editor : Dwiko
di bidang karir adalah memantabkan dan menjernihkan makna atau nilai
Desainer
bekerja sampul
bagi : Mariuspribadi
perkembangan Santo maupun kebaikan masyarakat, me-
mantabkan pilihan karir, mengembangkan aneka ketrampilan yang ditun-
tut dalam dunia kerja, mengembangkan pemahaman tentang kode etik
dalam bidang ilmu atau profesi yang digelutinya, mengembangkan pe-
ISBN 978-979-21-3041-6
mahaman tentang aneka aturan hukum yang terkait dengan dunia peker-
Hak menguasai
jaan, cipta dilindungi undang-undang
berbagai ketrampilan praktis terkait dengan melamar atau
mencari
Dilarangpekerjaan, dan mengembangkan
memperbanyak karya tulis ini wawasan tentangdan
dalam bentuk kemungkinan
dengan
cara apa pun,
menemukan termasuk fotokopi,
penghidupan tanpa
dari bidang izinyang
ilmu tertulis dari Penerbit.
ditekuninya. Secara le
bih spesifik, bidang ini bisa mencakup antara lain jenis-jenis ketrampilan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
hidup sebagai berikut:
1) Menyadari nilai pekerjaan bagi perkembangan pribadi dan kebaikan
masyarakat.
2) Memahami berbagai kemungkinan pekerjaan atau profesi yang bisa
dimasuki berbekal bidang ilmu yang ditekuni.
3) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif terkait
penerapan bidang ilmu yang ditekuni.
4) Mengembangkan kemampuan leadership dan kemampuan bekerja
dalam tim.
5) Mengembangkan pemahaman tentang kode etik profesi sesuai bi-
dang ilmu yang ditekuni.
71
6) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai peraturan perun-
dangan tentang dunia pekerjaan, seperti undang-undang tentang
tenaga kerja, jaminan sosial, peraturan tentang upah minimum, un-
dang-undang tentang perlindungan konsumen, dan sebagainya.
7) Mengembangkan pemahaman dan ketrampilan tentang membuat
curriculum vitae, menulis surat lamaran, mencari referensi, menem-
puh proses rekrutmen, menjalani walk-in interview, dan sebagainya.
8) Mengembangkan pemahaman tentang prinsip-prinsip berusaha dan
menemukan kemungkinan menerapkan bidang ilmu yang ditekuni
sebagai sumber penghidupan.
72 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
E-mail : office@kanisiusmedia.com
Website : www.kanisiusmedia.com
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Tahun 15 14 13 12 11
Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo
ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
BAB 5
Model Pembelajaran Eksperiensial
A. Asumsi Dasar
Penerapan model life-skills training dalam psikoedukasi untuk tujuan
preventif-developmental semacam ini didasarkan pada sejumlah pengan-
daian sebagai berikut (bandingkan Gazda, 1989; h. 44):
1. Kemampuan untuk berfungsi secara efektif sebagai seorang pribadi
ditentukan oleh dikuasainya sampai taraf tertentu berbagai tugas
perkembangan (developmental tasks) dalam sejumlah bidang perkem-
The Possibler
028724
74 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
bangan manusia. (Anggota
Dalam IKAPI)
buku ini, misalnya, bidang perkembangan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
yang dimaksud dibedakan dalam tiga kategori, yaitu bidang pribadi-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta
sosial, akademik, dan karir. 55011, INDONESIA
Telepon (0274)
2. Individu 588783,
yang mampu 565996; Faxsecara
berfungsi (0274)efektif
563349akan mengalami kem-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
ajuan atau perkembangan pribadi lewat sejumlah tahap tertentu.
Website
3. Coping: www.kanisiusmedia.com
skills atau ketrampilan mengatasi aneka tekanan atau tantang
an hidup, jadi life skills juga, akan dipelajari secara optimal dalam
rentang usia tertentu. Pengandaian ini terkait dengan konsep readi-
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
ness atau teachable moments dalam belajar dan perkembangan.
Tahun
4. 15 untuk
Kendati kapasitas 14 belajar
13 bersifat
12 bawaan,11 taraf pencapaian
belajar seseorang terkait erat dengan lingkungan atau pengalaman
hidupnya.
Editor : Dwiko
6. Life skills paling efektif dan paling efisien dipelajari dalam kelompok
Desainer
(kecil)sampul : Marius
dan ketika Santosedang berada pada puncak kesiapan-
pembelajar
nya untuk belajar.
7. Life skills akan diserap dan ditransfer ke situasi lain di luar situasi
belajar kelompok manakala keseluruhan kurikulum life skills dilak-
ISBN 978-979-21-3041-6
sanakan secara komprehensif dan sistematis pada berbagai taraf usia
Hak dan
ciptasesuai
dilindungi undang-undangdan taraf kesiapan pembelajar. De
taraf perkembangan
ngan memperbanyak
Dilarang kata lain, seperti halnya kemampuan
karya tulis ini dalammembaca
bentuk atau
dan menulis
dengan life
cara skills
apa pun,
perlutermasuk fotokopi,
diorganisasikan tanpa izinrupa
sedemikian tertulis dari Penerbit.
sehingga bisa diajarkan
pada semua tingkatan usia mulai dari kanak-kanak, remaja, dewasa,
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
bahkan sampai usia lanjut.
76 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
Seperti tampak dalam(Anggota
Gambar IKAPI)
1, tahap-tahap pengalaman atau ak-
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
tivitas dalam siklus pembelajaran eksperiensial yang dimaksud adalah se-
Kotak Pos
bagai berikut:1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon
1. (0274) 588783,
Mengalami 565996;Peserta
(Experiencing). Fax (0274)
terlibat563349
atau dilibatkan dalam ke
E-mail : office@kanisiusmedia.com
giatan tertentu, seperti melakukan tugas tertentu atau mengamati
Website
objek: www.kanisiusmedia.com
atau rekaman kejadian tertentu, entah secara sendiri-sendiri
atau bersama satu atau lebih peserta atau anggota kelompok lain.
Pfeiffer dan Jones (1979) mengingatkan, jika model ini berhenti di
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
sini, maka kegiatan pembelajarannya hanya menjadi sekadar “fun
Tahunand games” alias15 ketawa-ketiwi
14 13atau hura-hura
12 11
belaka. Maka, tahap
ini perlu segera diikuti dengan tahap:
2. Membagikan pengalaman (Publishing). Peserta membagikan hasil
Editor : Dwiko
pelaksanaan tugas atau hasil pengamatannya terhadap objek atau ke-
Desainer
jadiansampul
tertentu: pada
Marius Santo
tahap sebelumnya termasuk reaksi pribadinya
baik berupa tanggapan pikiran maupun tanggapan perasaannya, ke-
pada peserta lain baik dalam kelompok-kelompok kecil maupun ke-
pada seluruh peserta. Pfeiffer dan Jones (1979) menyebut tahap ini
ISBN 978-979-21-3041-6
tahap menciptakan data. Tahap berikutnya adalah:
Hak Memroses
3. cipta dilindungi undang-undang
pengalaman (Processing). Peserta mengolah data yang baru
dibagikan
Dilarang dengan cara
memperbanyak mendiskusikan
karya ataubentuk
tulis ini dalam memikirkannya
dan denganber-
cara sama,
apa pun, termasuk
memaknai fotokopi,
atau tanpa izinmembandingkan
menafsirkannya, tertulis dari Penerbit.
tanggapan
peserta yang satu dengan peserta yang lain, menemukan hubungan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
antar makna atau tanggapan yang muncul, dan sebagainya. Pfeiffer
dan Jones (1979) menyebut tahap ini sebagai tahap kunci dari peng
alaman terstruktur, dan menyarankan agar fasilitator mengalokasikan
waktu yang cukup leluasa untuk tahap ini. Selanjutnya, agar hasil be-
lajar ini dapat dialihkan atau diterapkan ke situasi kehidupan nyata,
maka peserta diajak masuk ke tahap:
4. Merumuskan kesimpulan (Generalizing). Pada tahap ini peserta di
ajak dan dibantu untuk menyimpulkan prinsip-prinsip, merumus-
kan hipotesis-hipotesis, dan merumuskan hikmat-manfaat untuk
didiskusikan atau dipikirkan bersama dalam tahap terakhir, yaitu:
5. Menerapkan (Applying). Pada tahap ini fasilitator perlu memasti-
77
kan bahwa para peserta sungguh-sungguh menangkap relevansi atau
makna-manfaat dari pelatihan yang baru dijalaninya, serta memiliki
tekad untuk menerapkan hasil belajarnya itu dalam kehidupan se-
hari-hari. Menurut Pfeiffer dan Jones (1979), penerapan hasil belajar
tersebut dalam bentuk perilaku nyata akan menjadi pengalaman yang
sekaligus menjadi awal dari siklus pembelajaran eksperiensial yang
baru.
78 © 2011 Kanisius
PENERBIT
belajarnya ituKANISIUS (Anggota
dengan bantuan orangIKAPI)
lain khususnya sesama pembelajar,
4 Jl. Cempaka
dan berusaha 9, Deresan, Yogyakarta
menerapkan 55281, INDONESIA
hasil pembelajarannya itu dalam menghadapi
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
berbagai tugas di luar lingkungan pembelajaran, yaitu dalam kehidupan
Telepon
nyata (0274) 588783,
sehari-hari. 565996; Fax (0274)
Tugas psikolog-konselor 563349
sebagai pengajar atau pelatih
E-mail : office@kanisiusmedia.com
hanyalah sebagai fasilitator, yaitu menyediakan situasi pembelajaran ter-
Websiteagar
struktur : www.kanisiusmedia.com
pembelajar bisa mengalami berbagai tahap pembelajaran se-
cara efektif sehingga mampu mencapai tujuan belajarnya secara optimal.
Tentang tekanan pada penerapan hasil belajar di luar lingkungan
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
pembelajaran, hal ini terkait dengan tujuan psikoedukasi sendiri. Seperti
Tahundisinggung,15
sudah 14 13 memang
tujuan psikoedukasi 12 membantu
11 peserta atau
pembelajar menguasai berbagai life skills yang belum dimilikinya sama
sekali atau masih perlu ditingkatkan, dan dengan begitu menjadikannya
Editor : Dwiko
seorang pribadi yang akan mampu melaksanakan aneka tugas kehidupan
Desainer
serta sampul
menjaga : Marius
kesehatan Santosecara lebih efektif. Dengan kata lain,
mentalnya
pada akhirnya psikoedukasi bertujuan membantu setiap peserta atau klien
tumbuh menjadi seorang pribadi yang efektif serta memiliki kesehatan
mental yang prima.
ISBN 978-979-21-3041-6
Untuk itu, ada beberapa jenis aktivitas atau kegiatan inti yang lazim
Hak cipta dilindungi
dipraktekkan undang-undang
pada berbagai tahap proses belajar dalam siklus pembelajar
an eksperiensial,
Dilarang khususnyakarya
memperbanyak refleksitulis
daninisharing.
dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
1. Refleksi
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
Istilah ini berasal dari kata Latin reflectere yang secara harfiah berarti
memantulkan kembali. Ibarat cermin, dia memantulkan kembali cahaya se-
hingga wajah kita yang senantiasa tampak jelas di mata orang lain namun
mungkin justru gelap bagi diri kita sendiri, menjadi terlihat juga bagi kita.
Hakikat refleksi adalah memantulkan atau lebih tepat menghadirkan kem-
bali dalam batin kita aneka pengalaman yang sudah terjadi, untuk mene
mukan makna dan nilainya yang lebih dalam. Maka, ada yang menyatakan
bahwa refleksi selalu bertujuan mendidik, dalam arti berperan sebagai sejenis
jembatan yang menghubungkan pengalaman pribadi dan belajar. Dalam
dan melalui refleksi kita belajar dari pengalaman. Maka, refleksi yang benar
akan membantu kita mencapai insight atau pencerahan, yaitu menangkap
79
pengertian dan nilai-nilai hidup yang semakin mendalam serta mendorong
munculnya ketetapan hati untuk bertindak mewujudkan pengertian dan
nilai hidup yang semakin mendalam itu dalam kehidupan kita sehari-hari
(Reed & Koliba, 2003). Dengan cara demikian, sebagai pribadi sekaligus
dalam kebersamaan sebagai warga suatu komunitas lokal, nasional, maupun
global, kita pun semakin diperkaya dan diperkembangkan.
2. Sharing
Refleksi bisa dilaksanakan secara pribadi, namun lazim juga dilaku-
kan dalam kelompok sebagaimana berlangsung dalam aneka bentuk ak-
tivitas psikoedukasi. Sharing adalah membagikan pikiran dan atau perasa
an yang muncul sebagai hasil refleksi, kepada orang lain dalam kegiatan
belajar bersama. Dalam sharing bersama atau saling berbagi hasil refleksi,
masing-masing peserta saling mendengarkan, saling membantu menang-
kap makna dan nilai yang semakin mendalam dari berbagai pengalaman
hidupnya, serta saling meneguhkan.
Agar berlangsung secara lancar dan efektif, kegiatan refleksi dan
sharing dalam kelompok perlu difasilitasi oleh seorang fasilitator melalui
pertanyaan-pertanyaan dalam apa yang disebut lingkaran refleksi (Reed &
Koliba, 2003).
Peserta dipersilakan duduk membentuk lingkaran. Fasilitator sendiri
sebaiknya ikut berbaur duduk dalam lingkaranUntuk bersama paraRyo,
Yonita, peserta, ja
Karysta
ngan berdiri atau duduk di podium di luar lingkaran. Sesudah dipandang
siap, fasilitator mulai melontarkan pertanyaan. Seluruh peserta diharap-
kan menanggapinya secara bergiliran, membagikan hasil refleksinya. Per-
tanyaan-pertanyaan untuk membantu refleksi bisa dipersiapkan terlebih
dulu, atau bisa juga dirumuskan secara lentur dan spontan sesuai dinamika
refleksi kelompok yang berkembang. Yang penting, tujuan refleksi dan be-
lajar bersama tercapai.
Beberapa prinsip penting dalam memfasilitasi kelompok melalui ling-
karan refleksi semacam ini adalah sebagai berikut (Reed & Koliba, 2003):
a. Masing-masing peserta diberi hak dan kesempatan untuk mengung-
The Possibler
028724
80 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
kapkan diri.
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
b. Setiap gagasan dan perasaan yang terungkap memiliki nilai dan mem-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011,
berikan sumbangan dalam proses belajar.INDONESIA
Telepon (0274) masing-masing
c. Kontribusi 588783, 565996; Fax (0274)
peserta 563349
dihargai.
E-mail
d. : office@kanisiusmedia.com
Setiap peserta bertanggung jawab atas berlangsungnya proses belajar
Website : www.kanisiusmedia.com
dalam diri masing-masing.
Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo
ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
BAB 6
Beberapa Metode Khas
Pembelajaran Eksperiensial
82 © 2011 Kanisius
PENERBIT
A. KANISIUS
Metode Latihan (Anggota
Gugus Tugas IKAPI)
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Kotak
1. Pos
Arti 1125/Yk,
dan Tujuan Yogyakarta 55011, INDONESIA
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
Inti dari metode ini adalah bahwa dalam kelompok-kelompok terdiri
E-mail : office@kanisiusmedia.com
atas 3-8 orang, peserta diminta mengerjakan tugas tertentu dan kemudian
Website : www.kanisiusmedia.com
mempresentasikan hasilnya kepada seluruh kelas. Metode ini bertujuan
memberi kesempatan kepada peserta untuk mengerjakan materi pembela-
jaran dalam kelompok
Cetakan ke- 5
yang4 cukup 3kecil agar2 masing-masing
1
peserta bisa
melibatkan diri dan berkontribusi secara aktif dalam kerja kelompok.
Tahun 15 14 13 12 11
2. Syarat Keberhasilan
Secara khusus metode
Editor : Dwiko ini paling efektif diterapkan dalam situasi yang
mengandung satu atau
Desainer sampul lebih unsur
: Marius Santosebagai berikut:
a. Tujuan yang hendak diraih adalah:
1) Menguji pemahaman peserta tentang model, konsep, atau pro-
ses tertentu.
ISBN 2) 978-979-21-3041-6
Memberi kesempatan kepada peserta untuk saling mengembang-
kan gagasan.
Hak cipta dilindungi undang-undang
3) Membuat rencana atau hasil spesifik tertentu untuk diterapkan
Dilarang oleh
memperbanyak karya
peserta sendiri atautulis
oranginilain
dalam bentuk
dalam situasidan dengan
nyata.
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
4) Menumbuhkan rasa percaya diri peserta pada kemampuan me-
reka
Dicetak oleh untuk Kanisius
Percetakan mengerjakan tugas serupa di tempat kerja mereka.
Yogyakarta
5) Memberi kesempatan kepada peserta untuk belajar bekerja
sama.
6) Memberi kesempatan kepada peserta untuk mempraktekkan ke-
mampuan mereka membuat analisis.
7) Mengungkap sekaligus memberikan peneguhan terhadap ke-
mampuan, pengetahuan, dan pengalaman peserta.
b. Materi pembelajarannya memiliki sifat:
1) Menuntut penggunaan proses atau serangkaian pedoman kerja
tertentu.
2) Menuntut peserta berpikir secara kreatif atau kolaboratif.
83
3) Menuntut penggunaan informasi yang hanya dimiliki oleh seba-
gian peserta.
c. Kelompok yang dilatih memiliki ciri-ciri:
1) Memiliki latar belakang pengalaman dan taraf pengetahuan
yang berlainan.
2) Mampu berdiskusi dan menganalisis dalam kelompok.
3) Memiliki cukup pengetahuan tentang topik atau tugas yang ha-
rus dikerjakan.
4) Butuh mengalami perasaan berhasil mengerjakan sesuatu.
5) Butuh umpan balik tentang kualitas kerja mereka sebagai kelom-
pok.
3. Langkah-langkah Penyelenggaraan
Langkah-langkah dalam menyelenggarakan gugus tugas adalah seba-
gai berikut:
a. Fasilitator memperkenalkan latihan yang akan dikerjakan.
b. Dalam kelompok kecil peserta mengerjakan tugas dalam jangka wak-
tu tertentu.
c. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok
nya kepada seluruh kelas. Kepada kelas perlu diberikan kesempat
an untuk memberikan komentar dan/atau mengajukan pertanyaan.
Fasilitator perlu memberikan umpan balikUntuk
atau bahkan
Yonita, memberikan
Ryo, Karysta
hadiah untuk hasil kerja kelompok terbaik.
d. Fasilitator memberikan ringkasan latihan itu dengan salah satu cara
berikut:
1) Meninjau ulang (review) proses yang digunakan.
2) Menunjukkan kesamaan yang muncul dari semua presentasi.
3) ����������������������������������������������������������
Meringkas proses yang digunakan dalam masing-masing kelom-
pok.
4) Meringkas aneka hambatan yang dihadapi oleh masing-masing
kelompok.
5) Memberikan kiat-kiat untuk mengerjakan tugas sejenis di masa
mendatang.
The Possibler
028724
84 © 2011 Kanisius
PENERBIT
4. KANISIUS
Langkah-langkah (Anggota Latihan
Penyusunan IKAPI) Gugus Tugas
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
a. Pertama-tama perlu terlebih dulu diputuskan:
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
1) Jenis tugas yang akan diberikan kepada kelompok.
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
2) Produk yang akan dihasilkan oleh kelompok serta cara produk
E-mail : office@kanisiusmedia.com
itu akan dipresentasikan.
Website : www.kanisiusmedia.com
3) Bagaimana produk itu akan digunakan: untuk presentasi kelas,
digunakan secara pribadi oleh peserta seusai kegiatan, dasar un-
Cetakan ke-tuk latihan
5 selanjutnya,
4 atau
3 diserahkan
2 kepada
1 lembaga yang
mengirim peserta.
Tahun 15
4) Informasi apa saja14yang diperlukan
13 12
peserta 11
untuk mengerjakan
tugas itu.
5) ������������������������������������������������������������
Editor Bagaimana: informasi
Dwiko yang diperlukan itu akan diberikan kepa-
Desainer da peserta:: peserta
sampul Mariusdiminta
Santo membaca sebelumnya, dilampirkan
pada panduan latihan, atau diberikan oleh narasumber pada saat
latihan.
6) Logistik atau sumber daya yang diperlukan, meliputi antara lain:
penjadwalan atau pembagian waktu, pembagian kelompok,
ISBN 978-979-21-3041-6
tempat atau ruang, dan peralatan.
Hak cipta dilindungi undang-undang
7) Perlu-tidaknya dilakukan pembagian peran di antara anggota
Dilarang masing-masing
memperbanyakkelompok,
karya tulismeliputi
ini dalam bentukketua,
misalnya: dan dengan
juru bica-
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
ra, pengamat, penulis. Jika ya, bagaimana dan kapan pembagian
peran
Dicetak oleh itu perlu
Percetakan dilakukan.
Kanisius Yogyakarta
b. Dibuat daftar tentang bahan-bahan (materials) yang diperlukan, mi
sal petunjuk atau panduan latihan, contoh produk, informasi latar
belakang, instruksi pada akhir latihan, dan pedoman pengamatan.
c. Menyiapkan semua bahan yang diperlukan.
86 © 2011 Kanisius
PENERBIT KANISIUS
Tujuan latihan (Anggota
ini adalah melatihIKAPI)
peserta mampu merumuskan sendiri
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta
pelajaran-pelajaran dari situasi itu, tidak55281, INDONESIA
sekadar menerimanya dari fasili-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
tator. Peserta dilatih menerapkan proses berpikir yang diperlukan untuk
Telepon (0274)
menganalisis 588783,
sebuah 565996;
situasi Fax mengidentifikasikan
nyata serta (0274) 563349 berbagai alter-
E-mail : office@kanisiusmedia.com
natif tindakan. Metode ini tidak bertujuan mengajarkan solusi yang benar
Website
untuk : www.kanisiusmedia.com
menghadapi situasi problematik tertentu, melainkan melatih peserta
menganalisis dan menemukan solusi atas suatu situasi yang bermasalah.
Cetakan
2. ke-Keberhasilan
Syarat 5 4 3 2 1
Tahun
Secara khusus,15metode14 13diterapkan
ini efektif 12 bila memenuhi
11 satu atau
lebih hal berikut ini:
a. Tujuannya adalah:
Editor : Dwiko
1) Menumbuhkan kesadaran, bukan ketrampilan tertentu.
Desainer sampul : Marius Santo
2) Melatih ketrampilan menganalisis, bukan memberikan jawaban
yang benar.
3) ��������������������������������������������������������
Mensimulasikan situasi kehidupan tertentu dengan menggu-
nakan sarana dan waktu yang relatif terbatas.
ISBN 978-979-21-3041-6
4) Mendorong peserta untuk berperan serta.
Hak 5)
ciptaMenunjukkan
dilindungi undang-undang
bahwa isi program tidak bersifat konseptual atau
Dilarang abstrak semata, melainkan
memperbanyak terkait
karya tulis denganbentuk
ini dalam kehidupan nyata.
dan dengan
cara 6) ������������������������������������������������������
apa pun, termasukkesempatan
Memberikan fotokopi, tanpa
kepadaizinpeserta
tertulisuntuk
dari Penerbit.
mengungkap-
kan gagasan atau perasaan mereka.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
7) Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menguji kesahih
an pendapat mereka, menguji kemampuan mereka menganalisis
situasi dan menemukan solusi.
8) Menguji pemahaman peserta tentang aneka konsep, pendekat
an, dan isu.
b. Materi yang dibahas:
1) Kompleks dan berdimensi banyak.
2) Bukan isu yang mengarah pada satu jawaban tunggal.
c. Kelompok terdiri dari anggota yang memiliki ciri-ciri:
1) Cukup terpelajar, mampu mengorganisasikan dan mengolah in-
formasi dalam jumlah yang banyak.
87
2) Trampil menganalisis.
3) Berjumlah cukup besar (10-30 peserta), dan lebih tepat dilaksa
nakan dalam bentuk partisipasi individual (peserta tidak dibagi
ke dalam kelompok-kelompok kecil).
4) Percaya diri, fasih mengungkapkan gagasan, dan mampu saling
memberikan tanggapan secara konstruktif.
5) Memiliki pengetahuan tentang isu yang diangkat, sehingga
mampu mengungkapkan pandangan dan perasaan mereka ten-
tang isu yang bersangkutan.
3. Langkah-langkah Penyelenggaraan
a. Fasilitator menyajikan kasus dan membantu peserta menemukan
fokus.
b. Peserta diminta membaca dan menganalisis kasus sebagai persiapan
diskusi.
c. Fasilitator memulai dan membimbing diskusi, dengan cara mengaju-
kan pertanyaan-pertanyaan, melakukan pendalaman, dan memberi-
kan ringkasan.
d. Fasilitator bisa menggunakan flipcharts atau papan tulis atau kom-
puter-viewer untuk mendokumentasikan atau mencatat hasil-hasil
diskusi.
e. Fasilitator meringkas learning points alias Untuk
butir-butir pelajaran
Yonita, atau
Ryo, Karysta
isu-isu yang bisa disarikan dari kasus.
f. Jika kasus itu masih akan digunakan pada aktivitas selanjutnya, fasili-
tator bisa mengaitkan diskusi tersebut dengan aktivitas berikut yang
dimaksud.
88 © 2011 Kanisius
PENERBIT
a. KANISIUS
Studi kasus klasik. Di (Anggota IKAPI) dengan tujuan untuk dijadi-
sini kasus disusun
4 Jl. Cempaka
kan titik 9, Deresan,
tolak Yogyakarta
berdiskusi 55281,
tentang apa yangINDONESIA
terjadi dalam situasi yang
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
dideskripsikan, situasi yang terjadi itu bisa dibenarkan atau tidak,
Telepon (0274) 588783,
bagaimana 565996;
situasi itu Fax (0274)
bisa timbul, dan 563349
bagaimana mengatasi atau
E-mail : office@kanisiusmedia.com
menghindari situasi serupa.
b. Studi: www.kanisiusmedia.com
Website kasus “Gateway”. Di sini kasus disusun dengan tujuan untuk
merangsang berpikir, menciptakan kebutuhan untuk belajar, atau se-
bagai sarana untuk menyajikan role play atau latihan lain.
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
c. Vignette. Sering disebut “minicase”, yaitu sebuah kasus pendek dan
Tahun 15
sederhana, biasanya 14
ditujukan 13 12
untuk melatih 11
peserta memilih tin
dakan atau menguji kemampuan peserta menggunakan pengetahuan
baru.
Editor : Dwiko
d. Kasus contoh positif. Jenis kasus ini disusun dengan tujuan untuk
Desainer sampul ilustrasi
memberikan : Marius Santocara melakukan sesuatu dengan benar.
tentang
Kendati diberi predikat positif, dalam kenyataan isi kasus seperti ini
tidak selalu positif, sebab kasus positif cenderung kurang merang-
sang diskusi.
ISBN 978-979-21-3041-6
Hak
5. cipta dilindungi
Ragam undang-undang
Format Studi Kasus
Dilarang memperbanyak
Format karya tulis
studi kasus menunjuk ini dalam
struktur atau bentuk
cara isi dan
kasusdengan
disajikan.
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Berdasarkan format atau struktur penyajiannya, studi kasus dibedakan
menjadi:
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
a. Studi kasus yang bercorak retrospektif atau flashbacks, yaitu mengha-
dirkan kembali peristiwa atau situasi dari masa lalu.
b. Studi kasus berupa gabungan antara latar belakang dan dialog, misal
situasi kerja dan dialog antara atasan dan bawahan.
c. Studi kasus berupa penyajian situasi sama yang dideskripsikan dari
beberapa sudut pandang.
d. Studi kasus berupa narasi murni atau analisis. Jenis studi kasus ini
biasanya panjang dan lazim dipakai di lingkungan akademik seperti
sekolah-sekolah bisnis.
89
6. Langkah-langkah Penyusunan Studi Kasus
a. Rumuskan dulu butir-butir pelajaran dan isu yang hendak disam-
paikan.
b. Tentukan jenis studi kasus dan pilih situasi yang mampu mengilus-
trasikan butir-butir pelajaran yang hendak disampaikan, sambil
mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
1) ������������������������������������������������������������
Apakah harus berupa situasi nyata, rekaan, atau gabungan an-
tara keduanya.
2) ��������������������������������������������������������������
Situasi mana yang paling relevan atau paling diakrabi oleh pe-
serta.
3) Jangan terlalu teknis atau mudah ditangkap maksudnya, agar
peserta tidak tergiring ke arah tertentu.
4) Situasi itu jangan terlalu bernuansa politis, sehingga bisa men
dorong peserta untuk mengemukakan pandangan yang tidak
objektif.
c. Detil situasi kasusnya perlu dirancang secara cermat, seperti tokoh
yang dimunculkan dan kerangka waktu yang dipakai.
d. Dalam merancang tokoh dan tindakan yang dilakukan, perlu didasar-
kan pada penelitian atau wawancara dengan narasumber. Siapkanlah
isu-isu yang mengundang pro-kontra secara cermat, agar isu-isu kon-
troversial itu muncul dalam kasus.
e. Lakukanlah penelitian atau wawancara seperlunya untuk
Untuk Yonita, Ryo, menda
Karysta
patkan informasi yang diperlukan. Dibutuhkan contoh peristiwa-ke-
jadian yang relevan dan informasi pendukung masing-masing sudut
pandang yang akan didiskusikan secara seimbang.
f. Tulislah kasus itu.
g. Periksalah draft tulisan Anda dengan peta pro-kontra atau kerangka
yang sudah dibuat sebelumnya.
90 © 2011 Kanisius
PENERBIT
a. KANISIUS
Kurang kompleks, (Anggota
misal IKAPI)
hanya menyajikan rangkaian persoalan atau
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
butir-butir gagasan, tidak memberi kesempatan kepada peserta un-
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta
tuk menemukannya sendiri. 55011, INDONESIA
Telepon
b. Tidak (0274) 588783, 565996;
mencerminkan realitas,Fax (0274)
karena 563349
alasan-alasan sebagai berikut:
E-mail : office@kanisiusmedia.com
tokoh-tokohnya tidak nyata, bahasanya tidak realistik, peristiwa ke-
Website : www.kanisiusmedia.com
jadiannya terlampau hitam-putih, atau gabungan antara ketiganya.
c. Mengandung informasi yang tak perlu atau terlampau teknis.
d. Gagal mengarahkan peserta ke arah yang kita inginkan. ������������
Misal, mung-
Cetakan ke- ingin5mengarahkan
kin kita 4 3
peserta agar:2 1
Tahun1) Menyatakan 15 pendapat
14 pribadinya,
13 nyatanya11
12 tidak.
2) Merasa terusik, nyatanya tidak peduli.
3) Dibuat sadar akan situasi hidup mereka sendiri, nyatanya malah
Editor merasa bahwa : Dwiko
tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam kasus tidak
Desainer nyata.
sampul : Marius Santo
4) Terdorong untuk bertukar pikiran, nyatanya malah pasif
e. Tidak mengandung informasi yang mampu memancing aneka pan-
dangan dalam diskusi.
ISBN
f. 978-979-21-3041-6
Menggunakan bahan yang terlalu “dekat dengan kenyataan hidup se-
Hak hari-hari para peserta”,
cipta dilindungi sehingga justru membuat mereka tertarik un-
undang-undang
tuk mendiskusikan isi kasus itu seolah-olah sebagai hal yang nyata.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
g. Mengandung informasi yang tidak tepat atau menyesatkan.
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
C. Simulasi dan Games
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
2. Syarat Keberhasilan
Simulasi atau permainan bisa efektif bila satu atau lebih hal di bawah
ini berlaku:
a. Tujuannya adalah:
1) Mengintegrasikan dan mengaplikasikan serangkaian ketrampil
an yang bersifat kompleks.
2) Memberikan pengalaman berkaitan dengan situasi kehidupan
tertentu, misal terkait pekerjaan, suasana di kampus, secara re-
alistik atau nyata.
3) ��������������������������������������������������������
Memancing keluar kecenderungan-kecenderungan alamiah pe-
serta dan memberikan umpan balik terhadap kecenderungan-
kecenderungan itu.
4) ����������������������������������������������������������
Mendorong partisipasi penuh dari pihak para anggota kelom-
pok.
b. Materi atau bahan yang dibahas berupa:
1) Topik yang bersifat sensitif atau kabur,
Untukseperti soalRyo,
Yonita, kekuasaan
Karysta
atau kerja sama.
2) �����������������������������������������������������������
Topik yang lazimnya orang segan membicarakannya secara ter-
buka.
c. Kelompok yang dilatih memiliki ciri-ciri:
1) Butuh aktivitas yang mampu membangkitkan minat dan energi.
2) ���������������������������������������������������������
Cenderung memberikan “jawaban manis” dalam diskusi, pada-
hal dalam kehidupan nyata tingkah laku mereka sangat bertolak
belakang.
The Possibler
028724
92 © 2011 Kanisius
PENERBIT
3. KANISIUS
Langkah-langkah (Anggota IKAPI)
Penyelenggaraan Simulasi atau Permainan
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
a. Fasilitator memperkenalkan latihannya kepada peserta.
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
b. Peserta mempersiapkan diri dengan mempelajari aturan main, me-
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
nentukan strategi, menentukan langkah pertama, dan sebagainya.
E-mail : office@kanisiusmedia.com
c. Jika perlu, satu atau dua peserta diminta mencoba untuk melihat
Website : www.kanisiusmedia.com
apakah mereka sudah paham.
d. Sebuah simulasi atau permainan seringkali terdiri dari sejumlah ta-
hap atau
Cetakan ke- putaran
5 dengan 4 diselingi:
3 2 1
1) Umpan balik dan/atau
Tahun 15
2) Perencanaan atau14 13
permulaan 12
baru dan/atau 11
3) Penambahan informasi atau aturan main baru.
e. Jika perlu, hasil: permainan
Editor Dwiko atau simulasi ditabulasikan dan diumum-
kan kepada
Desainer sampulpeserta.
: Marius Santo
f. Fasilitator memberikan debriefing, meliputi umpan balik dan diskusi
tentang maksud sebenarnya dari latihan itu, dan memberikan intisari
secukupnya.
ISBN 978-979-21-3041-6
4. Hal-hal yang Bisa Divariasikan dalam Simulasi dan Permainan
Hak cipta dilindungi undang-undang
a. Taraf keketatan struktur aktivitas.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
b. Taraf kejelasan peran dan pembagiannya di antara peserta.
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
c. Banyaknya manipulasi yang dilakukan oleh fasilitator selama kegiat
anoleh
Dicetak berlangsung.
Percetakan Kanisius Yogyakarta
d. Mekanisme dan frekuensi pemberian umpan balik, mulai dari um-
pan balik lisan sampai tertulis atau bahkan lewat komputer.
e. Taraf kemiripan dengan situasi kehidupan nyata yang lazim dihadapi
peserta.
94 © 2011 Kanisius
PENERBIT
i. StrukturnyaKANISIUS (Anggota
mengakibatkan IKAPI)
bahwa bentuk tingkah laku yang diper-
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta
lukan untuk dinyatakan “menang”55281, INDONESIA
atau “berhasil” dalam latihan itu
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
justeru bukan bentuk tingkah laku yang kita inginkan.
j. Tidak(0274)
Telepon 588783,cukup
mengandung 565996; Fax dan
diskusi (0274) 563349tentang apa sebenar-
eksplorasi
E-mail : office@kanisiusmedia.com
nya makna dari latihan itu.
Website : www.kanisiusmedia.com
D. Latihan Bermain Peran (Role-Play)
Cetakan
1. Arti ke- 5
dan Tujuan 4 3 2 1
Tahun
Dalam latihan15bermain14peran, peserta
13 12 11
mensimulasikan sebuah situasi
interaktif nyata atau hipotetis. Misal, memainkan peran TKW yang diper-
lakukan kasar oleh majikan. Atau, memainkan peran seseorang menjalani
Editor : Dwiko
proses pengadilan di muka hakim pengadilan akhir sesudah ajal. Simulasi
Desainer sampul : Marius Santo
ini lazimnya diikuti diskusi dan analisis, untuk mengetahui bagaimana
interaksi itu dirasakan atau dihayati, apa yang terjadi, dan mengapa de-
mikian. Peserta bisa memperoleh umpan balik tentang tingkah lakunya
selama bermain peran.
ISBN 978-979-21-3041-6
Permainan peran bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta
untukcipta
Hak dilindungi
menghayati undang-undang
sebuah interaksi, dengan menggunakan cara yang su-
dah biasa dilakukannya
Dilarang memperbanyak ataukarya
dengan
tuliscara
ini baru.
dalamJika memang
bentuk dan mengguna-
dengan
caracara
kan apabaru,
pun, maka
termasuk fotokopi,
metode ini jugatanpa izin tertulis
memberi dari kepada
kesempatan Penerbit.
peserta
untuk mempraktekkan cara baru itu dan memberinya umpan balik ten-
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
tang tingkah lakunya dalam interaksi itu.
2. Syarat Keberhasilan
Latihan permainan peran cocok digunakan bila satu atau lebih per-
syaratan berikut terpenuhi:
a. Tujuannya adalah:
1) Memberi kesempatan kepada peserta untuk mempraktekkan
aneka ketrampilan yang diperlukan dalam situasi tertentu.
2) Memberi kesempatan kepada peserta untuk merasakan atau
menghayati situasi interaktif tertentu.
95
3) Melakukan asesmen terhadap tingkah laku peserta dalam situasi
interaktif.
4) Memberi kesempatan kepada peserta untuk mempraktekkan
ketrampilannya melakukan observasi.
5) Menumbuhkan kepercayaan peserta akan kemampuannya meng
hadapi situasi tertentu.
6) Menunjukkan tingkah laku mana yang efektif dan tidak efektif
dalam situasi tertentu.
b. Materi yang dibahas memiliki ciri-ciri:
1) Lebih rumit dari yang tampak dari luar, sehingga peserta perlu
mencoba merasakan atau menghayatinya.
2) Sulit dipahami hanya lewat diskusi atau analisis.
c. Kelompok yang dilatih memiliki ciri-ciri:
1) ��������������������������������������������������������������
Berasal dari latar belakang yang berlainan, sehingga membutuh-
kan suatu pengalaman bersama sebagai dasar untuk diskusi.
2) Membutuhkan latihan nyata sesudah menerima materi berupa
konsep yang cukup banyak.
3) �������������������������������������������������������������
Kurang memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi situasi se-
jenis.
4) ����������������������������������������������������������������
Terlalu percaya diri sehingga perlu diberi bukti nyata bahwa me-
reka masih perlu belajar dan meningkatkan diri.
Untuk Yonita, Ryo, Karysta
3. Langkah-langkah Menyelenggarakan Permainan Peran
a. Fasilitator menjelaskan apa itu permainan peran.
b. Peserta mempersiapkan diri untuk bermain peran, bisa sendiri-sen
diri atau dalam kelompok kecil.
c. Peserta membawakan permainan peran, bisa dalam kelompok kecil
atau dalam kelas besar.
d. Permainan peran didiskusikan dan diberikan umpan balik seperlunya,
bisa dalam kelompok kecil atau dalam kelas besar. Diskusi dapat dimu-
lai dalam kelompok kecil dulu, lalu dilanjutkan dalam kelas besar.
e. Dirumuskan learning points dari permainan peran yang bersangkut
an, bisa oleh fasilitator atau lewat presentasi kelompok.
The Possibler
028724
96 © 2011 Kanisius
PENERBIT
4. BeberapaKANISIUS (Anggota Lewat
Model Pembelajaran IKAPI)Permainan Peran
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
Yang dimaksud model pembelajaran di sini adalah pendekatan atau
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
cara yang dipakai oleh fasilitator untuk membimbing atau membantu pe-
Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349
serta menangkap learning points yang hendak disampaikan. Secara garis
E-mail : office@kanisiusmedia.com
besar ada dua model:
Website : www.kanisiusmedia.com
a. Discovery model. Peserta membawakan situasi menurut pemahaman-
penafsiran masing-masing, lalu menganalisisnya serta menarik ke-
simpulan
Cetakan ke- untuk
5 menghadapi
4 situasi
3 serupa
2 di masa
1 mendatang.
b. Practice model. Peserta diberi kiat untuk menghadapi situasi, lalu
Tahun 15 14 13 12 11
mempraktekkannya dan memperoleh umpan balik tentang apa yang
telah mereka lakukan.
Editor : Dwiko
5. Beberapa Jenis Permainan Peran
Desainer sampul : Marius Santo
a. Kelompok kecil:
1) Satu situasi untuk dibawakan satu kali.
2) Satu situasi untuk dibawakan beberapa kali disertai rotasi atau
pergantian pemeran.
ISBN 978-979-21-3041-6
Hak 3) ��������������������������������������������������������������
ciptaBeberapa situasi,
dilindungi masing-masing dibawakan sekali dengan diser-
undang-undang
tai rotasi peran untuk masing-masing situasi. Jenis permainan
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
peran ini sering disebut round robin.
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
b. Fishbowl:
Dicetak
Satu
olehatau lebih Kanisius
Percetakan kelompok kecil membawakan permainan peran di
Yogyakarta
hadapan kelas besar. Bisa menggunakan situasi yang sama untuk
dibawakan oleh seluruh kelompok, atau masing-masing kelompok
membawakan situasi yang berlainan.
98 © 2011 Kanisius
PENERBIT
e. KANISIUS
Sumber umpan balik:(Anggota IKAPI)
4 Jl. Cempaka
1) Dari9,peserta
Deresan,
yangYogyakarta 55281,
ditugasi sebagai INDONESIA
pengamat.
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011,
2) Pembawa permainan peran lain. INDONESIA
Telepon
3) (0274)
Seluruh588783, 565996;
kelas sebagai Fax (0274) 563349
pengamat.
E-mail
4) :Fasilitator.
office@kanisiusmedia.com
Website
5) :Peserta
www.kanisiusmedia.com
yang membawakan permainan peran (lewat self-rating
atau melihat rekaman video).
Cetakan
7. ke-
Bahan-bahan5yang Lazim
4 Diperlukan
3 2
dalam 1
Permainan Peran
Tahun
a. Petunjuk umum, 15 meliputi
14 pengantar
13 dan12penjelasan
11 tentang struktur
atau pembagian peran, proses, pembagian waktu, dan sebagainya.
b. Instruksi untuk masing-masing peran.
Editor : Dwiko
c. Instruksi untuk peserta yang ditugasi sebagai pengamat, jika melibat-
Desainer sampul
kan peran : Marius
pengamat, Santo lembar-lembar observasi
termasuk
d. Skala penilaian tertulis, jika diperlukan.
e. Panduan tertulis untuk diskusi pasca permainan peran (post-role-play-
discussion), jika perlu.
ISBN 978-979-21-3041-6
8.
Hak Proses Menyusunundang-undang
cipta dilindungi Latihan Permainan Peran
a. Tentukan
Dilarang dulu:
memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara 1)
apa pun,
Model termasuk fotokopi,
pembelajaran sertatanpa izin tertulis
struktur daridari
(skenario) Penerbit.
permainan
perannya.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
2) Isu-isu apa yang akan diangkat lewat permainan peran.
3) Jenis atau bentuk konflik atau berbagai pandangan yang akan
dilibatkan.
4) Situasi dan tokoh-tokoh seperti apa yang lazim terlibat jika isu-
isu seperti yang akan digarap itu muncul.
5) ������������������������������������������������������������
Sudut pandang seperti apa yang harus diambil oleh masing-ma-
sing tokoh. Harus dipastikan bahwa sudut pandang ini dipa
hami oleh masing-masing peserta yang akan memerankan tokoh
yang bersangkutan.
6) Jumlah waktu yang diperlukan untuk persiapan, pelaksanaan
permainan peran, dan debriefing-nya.
99
7) Umpan balik seperti apa yang akan diberikan dan bagaimana
cara menyampaikannya.
8) Bagaimana hasil-hasil akan didiskusikan dan dirumuskan.
b. Tetapkan daftar final bahan-bahan yang diperlukan.
c. Lakukan penelitian atau wawancara secukupnya untuk mengumpul-
kan informasi latar belakang.
d. Buatlah draft tertulis dari semua materi atau bahan yang diperlukan.
e. Pastikan bahwa semua tokoh memiliki semua informasi seperti yang
akan mereka peroleh dalam situasi nyata dan bahwa semua informasi
itu tidak saling bertentangan.
E. Diskusi Kelompok
ISBN 978-979-21-3041-6
1.
Hak Arti
ciptadan Tujuan undang-undang
dilindungi
Dalam
Dilarang diskusi kelompok
memperbanyak karyapeserta diberi
tulis ini dalamkesempatan
bentuk dan untuk
dengansecara
cara apa
bebas pun, termasuk
bertukar fotokopi,
gagasan atau tanpabisa
pendapat, izin dalam
tertuliskelas
dari besar
Penerbit.
atau da-
lam kelompok-kelompok kecil yang diturunkan dari kelas besar. Aturan
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
main dalam berdiskusi kelompok disampaikan kepada peserta. Fasilita-
tor bertanggung jawab membuat hidup diskusi yang berlangsung lewat
pertanyaan-pertanyaan, menyatukan berbagai gagasan dan pendapat yang
muncul, dan akhirnya membantu membuat kesimpulan.
Diskusi kelompok bertujuan memberikan kesempatan kepada pe-
serta untuk saling mengungkapkan dan saling bertukar gagasan tentang
pokok persoalan yang sedang dibahas. Metode ini bisa dipakai sebagai “pe-
manasan” sebelum memulai aktivitas tertentu, sebagai penutup kegiatan,
atau sebagai kegiatan mandiri.
101
2. Kapan Diskusi Kelompok Efektif Digunakan
Diskusi kelompok akan efektif digunakan jika satu atau lebih hal
berikut ini terpenuhi:
a. Tujuannya adalah:
1) Mengumpulkan beraneka ragam pendapat.
2) Memunculkan gagasan baru atau tambahan.
3) Memetik pelajaran dari beraneka ragam pengalaman.
4) Mendorong interaksi dalam kelompok.
5) �������������������������������������������������������
Menolong kelompok menerapkan konsep-konsep tertentu da-
lam pelaksanaan tugas pokok mereka, misal sebagai karyawan,
mahasiswa, dan sebagainya.
6) Menciptakan sinergi.
7) Membangun rasa kebanggaan kelompok.
8) Membantu kelompok memecahkan masalah.
9) Membantu kelompok merumuskan rencana tindakan.
10) Menguji apakah kelompok memahami dan menaruh minat pada
topik yang didiskusikan.
b. Materi diskusinya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sedang menjadi pembicaraan hangat.
2) Jarang dibahas.
3) Peserta memiliki banyak fakta atau pendapat untuk dibagikan.
Untuk Yonita,
4) Terkait dengan pengalaman atau kehidupan Ryo,peserta.
sehari-hari Karysta
5) Disalahpahami atau yang bisa menimbulkan salah paham.
c. Kelompoknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Terdiri dari orang-orang yang merasa diri paling tahu.
2) Lebih paham tentang topik yang dibahas dibandingkan fasili
tator.
3) Butuh dibantu merefleksikan pendapat.
4) Butuh kesempatan untuk mengungkapkan pendapat.
5) Kurang kompak dan perlu dibantu menyadari aneka perbedaan
di antara para anggotanya.
The Possibler
028724
G. Presentasi/Lekturet
Cetakan
1. Arti ke- 5
dan Tujuan 4 3 2 1
Tahun 15 perilaku
Dalam modelling 14 peserta
13 diberi12 11 bertingkah laku
contoh cara
dalam menghadapi situasi tertentu, langkah demi langkah. Contoh lang-
kah-langkah tersebut biasanya didemonstrasikan dengan menggunakan
Editor : Dwiko
rekaman video. Kemudian peserta diminta berlatih menerapkan langkah-
Desainer sampul : Marius Santo
langkah yang diajarkan. Sesudah itu sebagai umpan balik kepada peserta
ditunjukkan dalam hal apa saja mereka sudah berhasil menerapkan contoh
langkah-langkah secara efektif, dan dalam hal lain apa saja mereka masih
perlu meningkatkan diri.
ISBN 978-979-21-3041-6
Modeling perilaku bertujuan mengajarkan kepada peserta cara spesifik
Hak cipta
tertentu dilindungi
dalam undang-undang
menghadapi sebuah situasi serta memberikan kesempatan
untuk melatih
Dilarang bentuk-bentuk
memperbanyak tingkah
karya tulis laku baru, sehingga
ini dalam bentuk danmereka percaya
dengan
caramampu
diri apa pun, termasuk fotokopi,
menghadapi tanpa
situasi serupa izin kehidupan
dalam tertulis darisehari-hari.
Penerbit.
Editor : Dwiko
Sesudah memahami sejarah, kedudukan, dan model atau pende-
Desainer sampul : Marius Santokhas dari psikoedukasi dalam rangka
katan kerja, dan beberapa metode
membantu kelompok-kelompok klien mencapai kesehatan mental dan
perkembangan pribadi secara optimal, kini marilah kita lihat bagaimana
secara kongkrit seorang konselor-psikolog mengembangkan program psi-
ISBN 978-979-21-3041-6
koedukasi untuk kelompok klien tertentu.
Hak Secara garis besar,undang-undang
cipta dilindungi pengembangan program psikoedukasi akan men-
cakup tiga memperbanyak
Dilarang langkah utama sebagai berikut
karya tulis ini (bandingkan
dalam bentuk Abella, 1986): (a)
dan dengan
melakukan asesmen kebutuhan dari kelompok klien yang akan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit. dilayani;
(b) menyusun program besar atau grand design atau rencana induk; dan
Dicetak
(c) oleh Percetakan Kanisius
mengembangkan program Yogyakarta
kecil atau modul yang difokuskan pada
pengembangan satu jenis ketrampilan hidup tertentu. Marilah kita bahas
masing-masing langkah tersebut satu demi satu.
Dicetak
IV, V oleh Percetakan
Menanamkan sikapKanisius Yogyakarta
Menghormati milik Studi kasus: Semester
menghargai milik orang lain. Pagar rumah Pak Brata baru Gasal
orang lain. saja dicat. Anak-anak tetang
ga sekitar mencorat-coreti
dan menggambarinya dengan
sisa-sisa cat Pilox yang di
peroleh dari tempat sampah
sebuah bengkel reparasi dan
modifikasi sepeda motor.
125
Kelas Tujuan Topik Metode Waktu
IV, V Menanamkan sikap Pribadi yang hebat. Studi kasus: Semester
sosial: Jujur, setia, Andi dan Anto sedang ber- Genap
sportif, & bertang- main bola di lapangan dekat
gung-jawab. rumah. Mereka menemukan
bungkusan, ternyata berisi
uang kertas puluhan ribu ber-
jumlah satu juta rupiah. Andi
usul mengembalikan uang itu
pada pemiliknya. Anto usul
menggunakan saja uang itu
untuk mereka berdua, karena
mereka juga tidak tahu siapa
pemiliknya.
V, VI Menanamkan disiplin- Time Management Tugas individual: Awal
diri Membuat jadwal pribadi ha- Semester
rian, mingguan, dan bulanan Gasal
selama semester berjalan.
II Menguasai cara Belajar efektif Presentasi oleh guru dan penugasan: Semester
mengikuti pelajar di sekolah. - Mempersiapkan pelajaran. Gasal
an yang efektif di - Membaca efektif.
kelas. - Membuat catatan.
- Mempersiapkan dan mengerjakan
ulangan/ujian.
- Menyusun laporan.
Satuan
Tujuan Isi/Topik Metode Waktu
Karyawan
Pegawai Memahami Perjalanan hi-
Tugas Individual: Tengah
ISBN
Muda 978-979-21-3041-6
sejarah dan tu- dupku. Merefleksikan tonggak-tonggak pen- Tahun
juan hidupnya. ting kehidupan yang telah dijalani. Pertama
Hak cipta dilindungi undang-undang Menyadari sisa waktu hidup yang
masih terbentang di muka.
Dilarang memperbanyak karya tulisMerumuskan
ini dalam bentuk
rencana dandi-dengan
yang ingin
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izinsisatertulis
raih dalam dari Penerbit.
waktu hidupnya.
Menyadari
Makin mema-pen- Tahap per-
Gayaku da- Tugas Individual:
Gugus Tugas: Tengah
capaian
hami tahap3.
dirinya kembangan
lam mengatasi Secara sendiri-sendiri
Dalam memeriksakecil
kelompok-kelompok ta- Tahun
perkembangan imanku.
konfl ik. hap perkembangan
saling membantu iman yang dica-
mengenali gaya Pertama
Kedua
imannya. painya (Fowler,dalam
masing-masing dalam Cremers,
memecahkan
1995).
konfl ik (A. Supratiknya, 1995):
- Gaya Kura-kura.
Menyadari Taraf kecer- Tugas Individual: Tengah
- Gaya Ikan Hiu.
taraf kecerdasan dasan spiritu- Secara sendiri-sendiri memeriksa ta- Tahun
- Gaya Kancil.
spiritualnya. alku. raf kecerdasan spiritualnya (Zohar & Kedua
Menyadari Taraf kecerda- Tugas Individual: Tengah
The Possibler
taraf kecerdasan san emosiku. Secara sendiri-sendiri memeriksa ta- Tahun
emosinya. raf kecerdasan emosinya (Goleman, Pertama
1996).
028724
Menyadari pen-
Jalan yang Tugas Individual: Tengah
136 © 2011 Kanisius
capaian tahap kutempuh da- Secara sendiri-sendiri memeriksa ja- Tahun
perkembangan lam melewati lan yang ditempuhnya dalam mele- Kedua
PENERBIT KANISIUSkrisis
psikososialnya. (Anggota
psikoso- IKAPI)
wati krisis psikososial memasuki masa
Satuan
Tujuan Isi/Topik Metode1989). Waktu
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakartakematangan
Karyawan sialku
55281, (Erikson,
INDONESIA
Kotak PosMenyadari
1125/Yk,
Memahami pen- Yogyakarta
Tahap per- hi- 55011,
Perjalanan INDONESIA
Tugas Individual: Tengah
capaian tahap
sejarah dan tu- kembangan
dupku. Secara sendiri-sendiri
Merefleksikan memeriksapen-
tonggak-tonggak ta- Tahun
Telepon (0274) 588783,iman
perkembangan
juan hidupnya. 565996;
ku. Faxhap (0274)
ting 563349
perkembangan
kehidupan yangiman
telah yang dica-
dijalani. Pertama
E-mail : office@kanisiusmedia.com
imannya. painya
Menyadari(Fowler, dalamhidup
sisa waktu Cremers,
yang
1995).
masih terbentang di muka.
Website : www.kanisiusmedia.com Merumuskan rencana yang ingin di-
Menyadari Taraf kecer-
Tugas Individual: Tengah
raih dalam sisa waktu hidupnya.
taraf kecerdasan dasan spiritu-
Secara sendiri-sendiri memeriksa ta- Tahun
spiritualnya.
Memantabkan alku. dan pi-
Diriku rafPsikotes
1. kecerdasan spiritualnyaminat,
(kemampuan, (Zohar & Kedua
Tengah
Cetakan ke- 5
pilihan karir. 4 karirku.
lihan 3 Marshall, 2
2000).
kepribadian). 1 Tahun
2. Tugas individual: Kedua
Menyadari ke- Hobi dan ke- Tugas Individual: Tengah
Tahun giatan hobi15
dan 14
gemaranku. 13Secara
- Memeriksa 12kondisi keluargaku.
sendiri-sendiri 11
memeriksa ane- Tahun
- Memeriksa kecocokan antara ke-
kegemarannya. ka kegiatan hobi dan kegemarannya, Pertama
mampuan, minat, dan sifatku serta
termasuk kegiatan yang bersifat pe-
kemampuan dukungan keluarga
layanan sosial, serta kemungkinannya
Editor : Dwiko dengan jenis pekerjaan yang sudah
untuk dikembangkan sebagai kegiat-
kupilih.
an produktif atau pelayanan sesudah
Desainer sampul : Marius Santo memasuki - Keputusan terhadap pilihan peker-
masa pensiun.
jaan yang sudah kubuat: Take it or
Mempersiapkan Siap dan man- Gugus leave Tugas:
it. Tengah
diri memasuki
Memahami tab memasuki Dalam
Makna peker- Gugus Tugas: kelompok-kelompok kecil sa- Tahun
Tengah
masa pensiun. masabagiku.
pensiun. -ling membantu merencanakankecilaneka Kedua
makna peker- jaan Dalam kelompok-kelompok Tahun
jaan. kegiatan baik yang bersifat
mengidentifikasi aneka manfaat/ produk- Pertama
ISBN 978-979-21-3041-6 tifmakna
maupun yangpelayanan sosialdari
bisa diperoleh untuk
meng isi
bekerja. masa pensiun.
Hak cipta dilindungi undang-undang
- Saling membantu memantabkan
Dilarang memperbanyak karya tulis motivasi dalam bekerja.
ini dalam bentuk dan dengan
5.
cara Contoh Program
apa pun,
Makin mema- Besar
termasuk Psikoedukasi
fotokopi,
Siapa aku? tanpa di Lingkungan
Gugusizin tertulis dari Komunitas
Tugas: Penerbit.
Tengah
hami dirinya 1. Dalam kelompok-kelompok kecil, Tahun
Salah satu medan penyelenggaraan salingpsikoedukasi di lingkungan
membantu mengenali aneka ko-
Kedua
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
munitas adalah penyelenggaraan panti wreda bagi para lanjut usia. ����
sifat pribadi masing-masing dengan Ber-
bantuan Jendela Johari (A. Supratik-
dasarkan pengamatan di sebuah pantinya, wreda
1995).yang terletak di tengah kota
Yogyakarta
Pegawai dan diselenggarakan
Makin mema- Gaya komu- Gugus Tugas:yayasan swasta, syarat
oleh suatu usia
Tengah
Muda
minimal untuk diterima
hami dirinya 2. sebagai penghuni
nikasiku. panti wreda adalah
Dalam kelompok-kelompok kecil, 60 Tahun
tahun.
saling membantu mengenali gaya ko- Pertama
Artinya, paling tidak seperti berlaku di lingkungan
munikasinya dengan panti wreda
orang lain (Ste- tersebut,
kelompok lanjut usia penghuni panti wreda adalah mereka yang menurut
phen Covey, 1994):
- Win-lose.
teori perkembangan sepanjang hayat -sudah Lose-win.memasuki masa dewasa akhir
(≥ 60 tahun), atau - berdasarkan pembagian manusia usia lanjut yang di-
- Win-win.
- Lose-lose.
kemukakan oleh World Health Organization (WHO) – mereka yang sudah
Makin mema-
memasuki kategori elderlyGayaku
hami dirinya 3.
alias da- Gugus Tugas:
tua (60-74 tahun), old alias lanjut usia
lam mengatasi Dalam kelompok-kelompok kecil
Tengah
(75-
Tahun
90 tahun), dan very old alias sangat lanjut
konflik. saling usia (> 90mengenali
membantu tahun). gaya Kedua
masing-masing dalam memecahkan
konflik (A. Supratiknya, 1995):
- Gaya Kura-kura.
- Gaya Ikan Hiu.
- Gaya Kancil.
137
Para ahli psikologi generasi awal seperti Sigmund Freud berpandang
an bahwa perkembangan kepribadian manusia sudah mencapai puncak
atau final pada usia 5 tahun. Maka, periode kehidupan di bawah usia 5 ta-
hun disebut formative years atau tahun-tahun pembentukan. Betapa pen-
tingnya masa lima tahun pertama dalam membentuk dan menentukan
arah perkembangan kepribadian manusia tersebut tercermin dari ungkap
an Freud bahwa ”a child is father of the man.” Menurut pandangan ini,
perkembangan kepribadian manusia pada masa-masa sesudah usia balita
hingga akhir hayat hanyalah merupakan pengulangan atau peneguhan dari
pola tertentu yang sudah terbentuk di awal masa kanak-kanak (Watson,
1978).
Pandangan di atas ditinggalkan oleh para ahli psikologi generasi lebih
kemudian, antara lain dipelopori oleh Frenkel-Brunswik dan Erik Erik-
son (Hendricks & Hendricks, 1977). Para ahli generasi kedua ini berpan
dangan bahwa kepribadian manusia berkembang sepanjang hayat. Sebagai
contoh, Frenkel-Brunswik membagi perkembangan manusia sejak lahir
hingga dijemput maut di masa tua ke dalam lima tahap. Dalam dua tahap
pertama yang berlangsung sejak lahir hingga usia pertengahan atau akhir
dua puluhan, perkembangan manusia terfokus pada upaya untuk menca-
pai kemandirian di berbagai aspek kehidupan. Selama tahap ketiga yang
berlangsung sejak usia tiga puluhan sampai akhir empat puluhan, fokus
perkembangan bergeser ke arah upaya mencapai kemantapan
Untuk di Karysta
Yonita, Ryo, bidang
karir serta partisipasi dan pelibatan diri dalam kehidupan komunitas. Pada
tahap keempat yang berlangsung sejak usia lima puluhan sampai awal atau
pertengahan usia enam puluhan, perkembangan manusia terfokus pada
upaya menemukan bidang minat-kesibukan baru dalam rangka menye-
suaikan diri dengan kemunduran di berbagai aspek kepribadian seperti
fisik-emosi maupun di bidang karir khususnya dalam bentuk memasuki
masa pensiun. Dalam tahap kelima atau terakhir yang lazim disertai de
ngan munculnya berbagai penyakit, pikiran dan perhatian orang lanjut
usia umumnya terserap pada upaya mengenang kembali aneka pengalam
an dan keberhasilan di masa lalu, serta upaya untuk menjawab berbagai
pertanyaan yang bersifat filosofis dan religius tentang asal-usul dan tujuan
The Possibler
028724
* Di sini penjadwalan atau pembagian waktu harus dimaknai sangat tentatif dan fleksibel, perlu di
sesuaikan dengan perkembangan kemampuan para lanjut usia penghuni panti yang dilayani.
145
BAB 8
Menyusun Modul Psikoedukasi
PENERBIT
Tentang KANISIUS (Anggota
evaluasi hasil, karena IKAPI)
menyangkut pembentukan life skill
4 Jl. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281, INDONESIA
atau nilai-sikap-kebiasaan baru, maka evaluasi ini tidak boleh terjebak
Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA
sebatas mengungkap pemahaman kognitif peserta tentang skill yang
Telepon
baru(0274) 588783,namun
dipelajarinya, 565996; Faxmampu
harus (0274) 563349
mengungkap terbentuknya
E-mail : office@kanisiusmedia.com
disposisi pribadi baru untuk mengadopsi nilai-sikap-kebiasaan baru
Website
dalam: www.kanisiusmedia.com
kehidupan sehari-hari. Untuk mengungkapnya, kiranya lebih
tepat digunakan sebuah instrumen yang diharapkan mampu mem-
bantu peserta antara lain menyadari kaitan antara bahan yang baru
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
dipelajari dengan kehidupannya sehari-hari (Sinurat, 2005). Seba-
Tahun 15
gaimana ditunjukkan 14 13 (2005),
oleh Sinurat 12 sejenis11kuesioner tentang
I learned statements atau Pernyataan tentang Hasil Belajar yang aslinya
dikembangkan oleh Simon, Howe, dan Kirschenbaum (1972) bisa
Editor : Dwiko
digunakan sebagai model (Lampiran 7).
Desainer sampul hasil
Jika evaluasi : Marius Santo pada peserta, maka evaluasi kinerja
lebih terfokus
lebih terfokus pada psikolog-konselor pelaksana modul psikoedukasi.
Tujuan utamanya antara lain adalah mendapatkan feedback tentang
seberapa efektif psikolog-konselor sebagai fasilitator telah melaksana-
ISBN 978-979-21-3041-6
kan tugasnya. Lazimnya, feedback ini difokuskan pada sejumlah aspek
Hak kinerja
cipta dilindungi undang-undang
atau kompetensi psikolog-konselor yang dipandang penting
menopang
Dilarang keberhasilan
memperbanyak penyelenggaraan
karya tulis ini dalammodul psikoedukasi.
bentuk dan denganInfor-
cara masi
apa pun, termasuk
semacam fotokopi,
ini akan sangattanpa
bergunaizinkhususnya
tertulis dari Penerbit.
bagi peningkatan
diri psikolog-konselor baik secara pribadi maupun khususnya secara
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
profesional. Sebuah adaptasi dari evaluasi penyelenggaraan kelas
bimbingan perkembangan yang dikembangkan oleh Erford (2007)
disajikan sebagai sejenis model evaluasi kinerja dalam rangka evaluasi
proses (Lampiran 8).
Seperti sudah dinyatakan pada awal, idealnya baik evaluasi hasil mau-
pun evaluasi kinerja atau evaluasi proses ini diselenggarakan pada
akhir setiap modul. Namun mungkin ada saatnya psikolog-konselor
sebagai fasilitator memandang cukup jika kedua jenis evaluasi terse-
but dilaksanakan hanya pada akhir pelaksanaan serangkaian modul
yang membentuk satu program psikoedukasi tertentu. Pembahasan
lebih lanjut tentang evaluasi akan dipaparkan pada Bab 9.
151
9. Sumber. Komponen ini mencantumkan berbagai sumber pustaka
dan atau sumber lain yang dipakai sebagai acuan dalam menyusun
aneka langkah dalam program kecil atau modul psikoedukasi ini.
Editor
2. Tujuan : Dwiko
Desainer sampulUmum
a. Tujuan : Marius Santo
Pada akhir kegiatan diharapkan peserta:
1) Memahami konsep Etika Watak dan Etika Topeng.
2) Memahami keunggulan dan kelemahan Etika Watak dan
ISBN 978-979-21-3041-6
Etika Topeng.
Hak cipta3) dilindungi
Memilikiundang-undang
niat untuk mengukuhkan pilihan atas Etika Wa-
tak sebagai pedoman
Dilarang memperbanyak hidup.
karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara b.
apa pun,
Tujuantermasuk
Khusus fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Pada akhir kegiatan diharapkan peserta:
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
1) Bisa membedakan ciri-ciri orang yang meraih sukses lewat
Etika Watak dan lewat Etika Topeng
2) Bisa menunjukkan keunggulan dan kelemahan Etika Watak
dan Etika Topeng
3) Bisa menjelaskan apakah selama ini dirinya lebih digerak-
kan oleh Etika Watak atau Etika Topeng
4) Bisa menunjukkan akibat-akibat positif dan negatif dari eti-
ka hidup yang selama ini dianutnya, Etika Watak atau Etika
Topeng
5) Bisa merumuskan niat dan rencana untuk mengukuhkan pi
lihannya atas Etika Watak yang telah dijalankannya selama
153
ini, atau untuk mengubah diri ke arah hidup berdasarkan
Etika Watak jika merasa bahwa selama ini masih lebih con-
dong menerapkan Etika Topeng.
3. Waktu
Dua jam (120 menit).
4. Tata Ruang
a. Sebuah ruang berukuran 10 x 12 meter persegi dengan ventilasi
dan penerangan yang baik.
b. Kursi dilengkapi papan alas tulis sebanyak 40 buah untuk pe-
serta, ditata setengah lingkaran atau membentuk huruf U.
c. Dua pasang meja kursi untuk fasilitator dan kofasilitator ditaruh
di depan di antara kedua ujung kiri-kanan deretan kursi peserta.
d. Sebuah papan tulis diletakkan di depan, di sebelah kiri-belakang
kursi fasilitator dan kofasilitator.
e. Sebuah layar OHP atau viewer atau kertas flap beserta standar-
nya diletakkan di sebelah kanan-belakang kursi fasilitator dan
kofasilitator.
5. Materi
Ada dua cara untuk mencapai keberhasilan dalam
Untuk hidup.
Yonita, Cara
Ryo, per-
Karysta
tama adalah dengan mempelajari atau mengembangkan sejumlah prinsip
dasar dan mengintegrasikannya ke dalam watak kita masing-masing se
hingga bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip dasar
yang dimaksud, yang terpenting adalah kejujuran, kerendahan hati, ke-
setiaan, pengendalian diri, keberanian, keadilan, kesabaran, ketekunan,
kesederhanaan, sopan-santun, dan fair play. Cara ini lebih sulit dan lebih
lama, namun akan menghasilkan keberhasilan sejati dan kebahagiaan aba-
di. Keseluruhan prinsip dasar ini disebut Etika Watak.
Cara kedua adalah dengan menguasai tehnik ”menjual diri” dan me
ngembangkan sikap mental ”menjilat.” Di sini keberhasilan lebih ditentu-
kan oleh kesan baik, sikap dan perilaku manis-menarik, ketrampilan dan
The Possibler
028724
Cetakan
6. ke-
Prosedur 5 4 3 2 1
a.
Tahun Fase Mengalami
15 14 13 12 11
1) Peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok terdiri atas 5
orang atau kuintet. Setiap kuintet diminta menunjuk Ketua
Editor : Dwiko
dan Penulis (3 menit).
Desainer sampul : Marius Santo
2) Kepada setiap kuintet diberikan satu set kartu terdiri dari
sepuluh gambar tokoh (contoh kartu, Lampiran 3). Fasili- �������
tator menunjukkan bahwa pada setiap kartu:
a) Halaman depan memperlihatkan foto seorang tokoh.
ISBN 978-979-21-3041-6
b) Halaman belakang memuat keterangan singkat tokoh
Hak cipta dilindungi yangundang-undang
bersangkutan; peserta boleh menambahkan infor-
Dilarang memperbanyakmasi lainkarya tulis ini dalam
dari khazanah bentuk mereka
pengetahuan dan dengan
tentang
cara apa pun, termasuk fotokopi,
setiap tokoh. tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Setiap kuintet diminta mempelajari gambar-gambar itu
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarta
secara cermat namun cepat (7 menit).
3) Lalu fasilitator membagikan satu Lembar Kerja Kelompok
kepada setiap kuintet (Lampiran 4). Dalam kuintet dan
dituliskan dalam Lembar Kerja Kelompok, peserta diminta
bersama-sama:
a) Menyebutkan nama setiap tokoh.
b) Menyebutkan profesi setiap tokoh.
c) Menyebutkan prestasi dan/atau keberhasilan lain (ke-
lebihan, kekuatan, dan sebagainya) yang membuat se
tiap tokoh itu terkenal. Jika banyak, cukup diminta
menyebutkan satu atau dua yang mencocok.
155
d) Mendiskusikan cara-cara setiap tokoh itu mencapai pres
tasi/keberhasilan masing-masing yang menonjol. Mereka
mengandalkan apa untuk mencapainya (kecantikan, ke-
pandaian, kerja keras, kesabaran, dan sebagainya)?
e) Menyebutkan kelemahan, kekurangan dan/atau cela
mencolok yang dimiliki oleh setiap tokoh.
f ) Membagi sepuluh tokoh itu ke dalam dua kelompok
berdasarkan penilaian mereka tentang:
- Mana yang lebih besar jasa-nya bagi kelompok ter-
tentu atau masyarakat luas?
- Mana yang lebih abadi kebahagiaannya?
Maka diperoleh dua kelompok tokoh, masing-masing
terdiri dari lima orang dan bisa disebut Kelompok I
dan Kelompok II. Penulis cukup menuliskan angka
Romawi I atau II di belakang setiap tokoh pada kolom
terakhir dalam Lembar Kerja Kelompok.
Catatan: Sebaiknya fasilitator memandu peserta meng
isi Lembar Kerja Kelompok secara klasikal, kolom demi ko-
lom (30 menit).
b. Fase Mempublikasikan
Tanpa mengubah tempat duduk sebagai kuintet, secara bergilir
an semua (atau beberapa) kuintet diminta
Untuk men-sharing-kan hasil
Yonita, Ryo, Karysta
kerja mereka kepada pleno. Manfaat akan dipetik bila terjadi
kontroversi atau silang pendapat antar kuintet menyangkut satu
atau lebih tokoh yang didiskusikan (10 menit).
c. Fase Memroses
Masih dalam kuintet, fasilitator membagikan Lembar Kerja Pri
badi kepada setiap peserta (Lampiran 5). Lalu secara sendiri-
sendiri dan menggunakan Lembar Kerja Pribadi peserta diminta
merefleksikan (15 menit):
1). Aneka prestasi, keberhasilan, keunggulan, atau kelebihan
yang dimilikinya dan yang selama ini membuat dirinya di-
kenal orang (terkenal). Peserta diminta menyebutkan hal
The Possibler
028724
7. Sumber Pustaka
a. Covey, S.R. (1994). Tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif.
Jakarta: Binarupa Aksara.
b. Erford, B.T. (2007). Accountability. Dalam B.T. Erford (Ed.),
Transforming the school counseling profession (2nd ed.; h. 236-278).
Upper Saddle River, NJ: Pearson Merrill Prentice Hall.
The Possibler
028724
1. Fasilitator
Fasilitator bisa memainkan beraneka macam peran sesuai dengan jenis
life skill atau ketrampilan yang sedang dipelajari bersama. Aneka peran yang
dimaksud meliputi: (a) sumber informasi, memberikan informasi kepada
peserta lewat lekturet atau ceramah pendek, bahan-bahan audiovisual, atau
bahan-bahan tercetak (lazimnya berupa hand-outs); (b) model atau contoh,
memberikan contoh demonstrasi atau peragaan life skills yang sedang di
pelajari bersama; (c) nara sumber, yaitu gabungan antara sumber informasi
dan model sekaligus; serta (d) pemimpin dan konselor kelompok.
159
Sebagaimana sudah disinggung, agar bisa menjalankan perannya se-
cara efektif, seorang fasilitator dituntut memiliki hal-hal sebagai berikut:
(a) pemahaman dan penguasaan yang mendalam tentang jenis life skills
yang akan diajarkan; (b) kemampuan berkomunikasi yang baik, yaitu
mampu mengungkapkan diri secara jelas termasuk kemampuan berbicara
dengan suara lantang dan artikulasi yang jelas, mampu mendengarkan dan
menanggapi orang lain dengan efektif, dan memiliki kepekaan terhadap
kebutuhan orang lain; (c) kemampuan memimpin; (d) penguasaan yang
mendalam atas aneka metode atau teknik pembelajaran yang relevan; (e)
memiliki kepribadian yang matang, penyabar, jujur, tulus, dan bebas dari
aneka problem atau bias pribadi terhadap kelompok tertentu seperti bias
gender, sehingga mudah mendapatkan kepercayaan dari para peserta. Jika
akan melibatkan kofasilitator, asisten fasilitator atau fasilitator sebaya, se-
baiknya mereka pun perlu diseleksi dan hanya dipilih mereka yang memi-
liki aneka karakteristik dan ketrampilan tersebut dalam kadar yang secara
minimal dipandang memadai.
2. Pemilihan Peserta
Menurut Gazda (1989), manakala kurikulum life-skills dilaksanakan
di lingkungan sekolah, perusahaan, atau komunitas untuk tujuan prevensi,
tidak perlu dilakukan penyaringan calon peserta. Semua siswa, karyawan,
atau anggota dalam kelompok-kelompok yangUntuk sudahYonita,
ada bisa dilibatkan
Ryo, Karysta
sebagai perserta. Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan. Karena
peserta dipilih berdasarkan asumsi bahwa mereka memiliki defisit dalam
hal life-skills tertentu, maka perlu diusahakan agar kelompok bersifat ho-
mogen menyangkut life-skills yang bersangkutan. Perbedaan menyangkut
hal-hal lain, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, dan
sebagainya, sepanjang tidak terlalu mencolok, justru bisa memperkaya
pembelajaran kelompok.
3. Besarnya Kelompok
Menurut Gazda (1989), penentuan tentang besar-kecilnya kelompok
sebenarnya terkait dengan faktor-faktor lain, seperti usia peserta dan sifat
The Possibler
028724
5. Tata Tertib
Tata tertib atau ground rules adalah aneka aturan dan persyaratan yang
perlu dikomunikasikan sejak awal kepada peserta menjadi sejenis standard
operating procedures (SOP) kelompok. Yang terpenting di antaranya ada-
lah: (a) konfidensialitas, yaitu apa saja yang berlangsung dalam kelompok,
lebih-lebih ungkapan-ungkapan yang muncul dalam sharing pribadi, tidak
161
boleh dijadikan bahan omongan atau gosip dengan siapa pun; (b) keha
diran, khususnya perlu ditegaskan sejauh mana keterlambatan atau bahkan
ketidak-hadiran dalam sesi-sesi kegiatan bisa diterima; (c) cara berpakaian;
peserta dipersilakan mengenakan pakaian yang nyaman dan sopan; un-
tuk peserta wanita lazimnya hal itu berarti mengenakan setelan baju dan
celana panjang atau model celana lain, namun bukan rok atau kalau pun
rok dialasi legging agar bisa bebas bergerak.
7. Pengungkapan Diri
Seperti dinyatakan oleh Rogacion, RGS (1996), para peserta biasanya
senang bila diberi kesempatan untuk mengungkapkan diri, baik gagasan
maupun perasaan mereka, maka:
a. Sebaiknya fasilitator mengingatkan kepada peserta agar siapa pun yang
selesai berbicara mempersilakan peserta lain untuk ikut mengungkap
The Possibler
028724
9. Lembar Kerja
Hampir setiap modul psikoedukasi dilengkapi dengan satu atau lebih
lembar kerja, baik lembar kerja pribadi maupun lembar kerja kelompok.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan berkaitan dengan lembar
kerja ini adalah:
163
a. Peserta perlu didorong agar mengerjakan atau mengisi setiap lembar
kerja dengan sungguh-sungguh dan sekreatif mungkin.
b. Pada umumnya pengisian lembar kerja akan lebih efektif jika dilaku-
kan bersama-sama butir demi butir di bawah petunjuk fasilitator.
c. Semua lembar kerja dan bahan lain yang dibagikan kepada peserta
tidak perlu ditarik kembali, justru sebaiknya dikukuhkan sebagai mi-
lik mereka agar bisa dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan diri
lebih lanjut.
10. Lain-lain
Beberapa hal penting lain yang perlu diperhatikan oleh fasilitator
adalah sebagai berikut:
a. Semua instruksi atau petunjuk perlu disampaikan satu demi satu se
suai waktu dan tempat yang direncanakan.
b. Semua bahan baik berupa handouts, lembar kerja maupun bahan lain
seyogyanya dibagikan kepada peserta secara piecemeal, satu demi satu
menjelang saat digunakan. Jangan diberikan secara bersamaan, misal
diberikan seluruhnya sekaligus pada awal kegiatan dalam bentuk ter-
jilid. Tujuannya antara lain agar perhatian peserta sungguh-sungguh
terpusat pada kegiatan yang sedang dilakukan, tidak terpecah ke hal-
hal lain yang sudah atau belum dilaksanakan. Dengan begitu minat
peserta pada kegiatan yang sedang dilaksanakan kiranya
Untuk Yonita, juga
Ryo, akan
Karysta
lebih dibangkitkan, misalnya karena senantiasa merupakan sesuatu
yang baru.
c. Perlu diusahakan agar setiap langkah kegiatan bisa diselesaikan dalam
waktu yang disediakan. Salah satu caranya, penting untuk memulai
dan mengakhiri setiap kegiatan maupun langkah tepat waktu.
d. Sebagaimana dinyatakan oleh Rogacion, RGS (1996), peserta bi-
asanya senang bila diberi kesempatan untuk dapat berbicara dan
berkenalan lebih dekat dengan semakin banyak peserta lain. Maka,
pembagian kelompok kecil untuk berbagai keperluan seperti diskusi
dan sharing seyogyanya sesering mungkin diganti. Selain memper-
luas hubungan antar peserta, pergantian semacam ini seringkali juga
The Possibler
028724
Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo
ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
BAB 9
Evaluasi Program Psikoedukasi
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Tahun 15 14 13 12 11
Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo
ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Daftar Pustaka
Diadaptasikan dari:
Erford, B.T. (2007). Elementary teacher needs assessment of interper-
sonal skills. Dalam B.T. Erford (Ed.), Transforming school counseling pro
fession (h. 244). Upper Saddle River, NJ: Pearson Merril Prentice Hall.
183
Lampiran 2
ETIKA WATAK DAN ETIKA TOPENG
Hand out
Ada dua cara untuk mencapai keberhasilan dalam hidup. Cara per-
tama adalah dengan mempelajari atau mengembangkan sejumlah prin-
sip dasar dan mengintegrasikannya ke dalam watak kita masing-masing
sehingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip
dasar yang dimaksud, yang terpenting adalah kejujuran, kerendahan hati,
kesetiaan, pengendalian diri, keberanian, keadilan, kesabaran, ketekun
an, kesederhanaan, sopan-santun, dan fair-play. Cara ini lebih sulit dan
lama, namun akan menghasilkan keberhasilan sejati dan kebahagiaan aba-
di. Keseluruhan prinsip dasar ini disebut ETIKA WATAK.
Cara kedua adalah dengan menguasai tehnik ”menjual diri” dan
mengembangkan sikap mental ”menjilat.” Di sini keberhasilan lebih di-
tentukan oleh kesan baik, sikap dan perilaku manis-menarik, ketrampilan
dan tehnik melicinkan hubungan dengan orang lain. Cara ini lebih mu-
dah dan cepat, namun penuh rekayasa bahkan sering menipu, mendorong
orang menggunakan kiat-kiat untuk membuat orang lain menyukai diri
Untuk Yonita, Ryo, Karysta
nya, berpura-pura tertarik untuk mengambil hati sampai mendapatkan apa
yang diinginkan dari orang lain, atau menggunakan tekanan dan ancaman.
Cara yang tidak menghasilkan keberhasilan sejati dan kebahagiaan abadi
ini disebut ETIKA TOPENG.
––––––––––
Sumber: S.R. Covey (1994). The seven habits of highly effective people. Jakarta: Binarupa.
The Possibler
028724
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Tahun 15 14 13 12 11
Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo
ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dr. Haji Mohammad Hatta (Batuampar, 12 Agustus 1902-Jakarta,
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
14 Maret
cara apa 1980), adalah negarawan,
pun, termasuk proklamator
fotokopi, tanpa Indonesia,
izin tertulis wakil presiden
dari Penerbit.
Republik Indonesia pertama. Nama sewaktu lahir: Mohammad Chattar,
kemudian
Dicetak olehdipanggil
Percetakandengan
Kanisiusnama sayang Khatta; lama-kelamaan menjadi
Yogyakarta
Hatta. Orang tuanya pedagang sekaligus ulama di daerahnya. Pendidikan:
ELS (1916); MULO (1919); Sekolah Menengah Dagang Jakarta (1921).
Ke Rotterdam belajar di Nederland Handelshogeschool, tamat dengan ge-
lar Drs. dalam ilmu dagang (1932). Sejak di MULO Padang ia sudah giat
berkecimpung dalam berbagai organisasi pergerakan: 1934-1935 dipen-
jarakan pemerintah Belanda; 1935-1936 dibuang ke Boven Digul, Irian
Jaya; 1935-1942 dipindah ke Bandanaera; Februari 1942 dipindahkan ke
Sukabumi, 9 Maret 1942 dibebaskan; 17 Agustus 1945 bersama Soekarno
atas nama seluruh rakyat Indonesia memproklamasikan kemerdekaan In-
donesia; 18 Agustus 1945 wakil presiden RI pertama.
185
Karangannya antara lain: Economische wereldbouw en machtstegenstell-
ingen (1926); Portrait of a patriot, Selected writings (1972) dan Pikiran-
pikiran di bidang ekonomi untuk mencapai kemakmuran yang merata di
tahun 1974. Selain itu banyak menulis karangan dalam berbagai surat
kabar, majalah Indonesia seperti Indonesia Merdeka, Daulat Rakjat, Ilmu
dan Masyarakat; Panji Islam, Pedoman Masyarakat, dan Dunia Dagang.
––––––––––
Sumber: Hassan Shadily (1982). Ensiklopedi Indonesia. Jilid 3. HAN-KOL (h. 1269-1270). Jakarta: Ichtiar
Baru-Van Hoeve.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
187
Lampiran 5
LEMBAR KERJA PRIBADI
Etika Watak dan Etika Topeng
Nama : …………………………………………………………….
Pernyataan niatku:
………………………………………………………………………………………………
Untuk Yonita, Ryo, Karysta
………………………………………………………………………………………............
………………………………………………………………………………………………
The Possibler
028724
––––––––––
Sumber: Jassin, H.B. (1959). Gema tanah air. Prosa dan puisi 1942-1948 (h. 289).
Djakarta: Balai Pustaka.
189
Lampiran 7
LEMBAR EVALUASI HASIL
I LEARNED STATEMENTS
Nama : NIM/NIP :
Topik : Tanggal :
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Nyatakanlah penilaian Anda terhadap penyelenggaraan kegiatan ini
Tahun 15
dengan cara memberikan 14 centang
tanda 13 (V) di12bawah 11
salah satu kolom bi-
langan skala penilaian di belakang setiap pernyataan. Arti skala penilaian:
1 = Kurang; 2 = Memuaskan; 3 = Sangat memuaskan.
Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo
Skala Penilaian
No. Aspek yang dinilai pada Fasilitator/Kegiatan
1 2 3
1 Pemberian penjelasan tentang tujuan kegiatan.
2 Pemberian gambaran umum tentang kegiatan.
ISBN 978-979-21-3041-6
3 Penyusunan materi secara runtut.
Hak
4 cipta dilindungi
Penyusunan undang-undang
langkah-langkah kegiatan secara runtut.
Dilarang
5 memperbanyak
Pemberian contoh-contohkarya tulis inimemahami
untuk membantu dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk
pengertian atau langkahfotokopi,
kegiatan. tanpa izin tertulis dari Penerbit.
5 Pemberian ringkasan tentang gagasan-gagasan penting
Dicetakyang
oleh disajikan
Percetakan Kanisius
dalam Yogyakarta
kegiatan.
6 Pemberian ringkasan tentang konsep-konsep pokok
yang disajikan dalam kegiatan.
7 Pemberian jawaban terhadap setiap pertanyaan yang
diajukan oleh peserta.
8 Pemberian solusi terhadap problem yang muncul selama
kegiatan.
9 Ketepatan waktu dalam memulai kegiatan.
10 Ketepatan waktu dalam mengakhiri kegiatan.
11 Kejelasan suara dalam berbicara.
Pemberian kesempatan kepada peserta untuk berbagi
12
pendapat atau perasaan.
191
Skala Penilaian
No. Aspek yang dinilai pada Fasilitator/Kegiatan
1 2 3
13 Kejelasan dalam mengajukan pertanyaan kepada peserta.
14 Kejelasan dalam memberikan jawaban terhadap perta-
nyaan dari peserta.
15 Ketepatan waktu dalam memberikan feedback kepada
peserta
––––––––––
Diadaptasikan dari:
Instructional evaluation of a developmental guidance lesson. Dalam
Erford, B.T. (2007). Accountability. Dalam B.T. Erford (Ed.), Trans-
forming the school counseling profession (2nd ed.; h. 259-260). Upper
Saddle River, NJ: Pearson Merrill Prentice Hall.
ISBN 978-979-21-3041-6
––––––––––
Hak cipta dilindungi
Diadaptasikan dari: undang-undang
Dilarang
Byron, W.J., S.J. (1996).
memperbanyak Education
karya tulis ini for business
dalam in the
bentuk danJesuit
dengantradi-
cara tion.
apa pun,
CIS. termasuk fotokopi,Spirituality,
Review of Ignatian tanpa izin Vol.
tertulis dari Penerbit.
XXVII-2(82), 19-29.
Tentang Penulis
Cetakan ke- 5 4 3 2 1
Tahun 15 14 13 12 11
Editor : Dwiko
Desainer sampul : Marius Santo
ISBN 978-979-21-3041-6
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.