Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TAFSIR AYAT HUKUM KELUARGA

“Adopsi”

Dosen Pengampu:

Fatkul Chodir, M.H.I

Disusun Oleh:

Ika Nuraini (20191700242015)

Intan Nur Fadlilah (20191700242016)

Siti Khoirotun Niswah (20191700242041)

HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Adopsi” dengan tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Ayat Hukum
Keluarga.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fatkul Chodir, M.H.I selaku dosen
pengampu mata kuliah Tafsir Ayat Hukum Keluarga yang telah memberikan tugas ini sehingga
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang di tekuni. Selain itu,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua tim yang telah membagi pengetahuan
dan tenaganya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada teman-teman Hukum Keluarga Islam semester 5 yang selalu
menyemangati.

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran
yang membangun sangat di harapkan demi penyusunan yang lebih baik ke depannya.

Mojokerto, 15 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I ................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1

C. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II............................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ............................................................................................................... 2

A. Surah yang Menjelaskan Tentang Adopsi dalam Al-Quran ........................................ 2

B. Tafsir Mufrodat Surah Al-Ahzab Ayat 4 dan 5 .......................................................... 2

C. Asbabun Nuzul Surah Al-Ahzab Ayat 4 dan 5 ........................................................... 3

D. Penafsiran Para Ulama Mengenai Surah Al-Ahzab Ayat 4 dan 5 ................................ 4

E. Hikmah yang Terkandung dalam Surah Al-Ahzab Ayat 4 dan 5 ................................. 4

BAB III ............................................................................................................................. 6

PENUTUP ........................................................................................................................ 6

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan karunia yang istimewa bagi orang tua. Selama orang tua masih
hidup, anak menjadi penenang sedangkan saat orang tua telah wafat, anak dapat
menghasilkan pahala jariyah sekaligus melanjutkan perjuangan orang tuanya. Anak
mewarisi beragam kesamaan orang tuanya, mulai dari ciri fisik, tingkah laku sampai
kepribadian lainnya. Dalam masyarakat, terdapat orang tua yang beruntung dengan
dikaruniai anak namun ada pula yang belum beruntung yakni mereka yang tidak
mampu melahirkan atau dengan kata lain mandul. Pada fenomena inilah, para orang tua
yang belum dikaruniai anak dapat mengangkat anak untuk mengisi kekosongan
hidupnya. Namun problematika yang sering terjadi adalah para orang tua mengganti
nasab orang tua kandungnya dengan nasab mereka dan yang lebih parah lagi, mereka
memasukkan nama anak angkat mereka dalam daftar penerima warisan. Oleh karena
itu, pada pembahasan kali ini penulis akan menjelaskan ayat mengenai adopsi yakni
surah Al-Ahzab ayat 4 dan 5.

B. Rumusan Masalah
1. Surah apakah yang menjelaskan tentang adopsi dalam Alquran?
2. Bagaimana tafsir mufrodat surah Al-Ahzab ayat 4 dan 5?
3. Bagaimana asbabun nuzul surah Al-Ahzab ayat 4 dan 5?
4. Bagaimana penafsiran para ulama mengenai surah Al-Ahzab ayat 4 dan 5?
5. Apakah hikmah yang terkandung dalam surah Al-Ahzab ayar 4 dan 5?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui surah yang menjelaskan tentang adopsi dalam Alquran.
2. Untuk mengetahui tafsir mufrodat surah Al-Ahzab ayat 4 dan 5.
3. Untuk memahami asbabun nuzul surah Al-Ahzab ayat 4 dan 5.
4. Untuk memahami penafsiran para ulama mengenai surah Al-Ahzab: 4 dan 5.
5. Untuk mengetahui hikmah yang terkandung dalam surah Al-Ahzab: 4 dan 5.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Surah yang Menjelaskan Tentang Adopsi dalam Al-Quran


Surah Al-Ahzab ayat 4 dan 5

َِ ‫َ َومَاَجَعَلََاَد‬.َ‫َ َومَاَجَعَلََاَزَ َواجَكَُ َُم َالَئِيََتَُظَاهِ َُر َونََ َِمنَ َُهنََاَُمَهَتِكَُم‬.ِ‫نَفِيََجَ َوفِه‬
ََ‫عيَاءَكَُم‬ َِ ‫جلََ َِمنََقَلَبَي‬
َُ َ‫مَاَجَعَلََهللاَُلِر‬
َُ ‫َ وهللاَُيَقَُ َو‬.َ‫َذََلِكَُمََقَ َولَُكَُمَ ََِباَفَ َواهِكَُم‬.َ‫اَبناءَكَُم‬
َ‫لَالَحَقََ َوهُ َوَيَهَ َِد ىَالسَِبيل‬

Artinya: Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongganya, dan Dia
tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak
menjadikan anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu
hanyalah perkataan di mulutmu saja. Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia
menunjukkan jalan (yang benar). (QS. Al-Ahzab: 4)

َُ ََ‫َولَيسََعَلَي َكُم‬.
َ‫جناَحَ َفِيمَآ‬ َ َ‫نَ َوَمَ واَ لِي َكُم‬
َِ ‫ىَالدي‬
َِ َِ َُ‫ط‬
ِ‫َفاِنَلَمََتعَلَ َُم َوآَاَبَاءَهُمََفاِخَ َوانُ َكُمََف‬.َِ‫عنَدهللا‬ َِ ََ‫َاُدعُ َوهُم‬
َ َ‫لبَآ َِءهِمََهُ َوَاَقَس‬
َ َ‫َولَ َِكنََمَاَتعَمَدتَََقَُلُ َوبُكَُم‬.
‫َوكانَ َهللاَُغفَُ َورَاَرَحَِيمَا‬. َ ِ‫اَخَطَأَتَُمََبَِه‬

Artinya: Panggillah mereka (anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak -bapak
mereka; itulah yang adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak mereka,
maka (panggillah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu.
Dan tidak ada dosa atasmu jika kamu khilaf tentang itu, tetapi (yang ada dosanya) apa
yang disengaja oleh hatimu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Al-
Ahzab: 5)

B. Tafsir Mufrodat Surah Al-Ahzab Ayat 4 dan 5


Mufrodat ayat 4
Dalam Al-Lisan, kata َ‫ ظِهار‬diambil dari kata ‫ ظهر‬yang berarti punggung. Mereka
memakai kata ‫( ظهر‬punggung) dan bukan kata َ‫( َبطن‬perut) atau ‫( فخذ‬paha), sebab ‫ظهر‬
(punggung) adalah tempat duduk di atas hewan tunggang. Kalimat Zihar memberi
makna seolah-olah orang yang mengucapkannya berkata kepada istrinya “Menaikimu
untuk menyetubuhimu, haram bagiku! Seharam menaiki ibuku sendiri untuk
menyetubuhinya”. Oleh karena itu, makna ‘punggung’ di sini melukiskan arti
‘tunggang’. Adapun َ‫ الدعي‬dalam Al-Lisan berarti anak angkat sedangkan َ‫الدعوة‬
merupakan pengakuan seseorang sebagai ayah meskipun ia bukan ayah kandungnya.
Mufrodat ayat 5
2
َ‫ اقسط‬berarti ‘bertindak adil’, kata kerja ini memiliki kata pelaku yakni ‫ مقسط‬yang berarti
‘adil’ sebagaimana terdapat dalam firman Allah ‫( اِنَهللاَيُحِ بُّ َال ُمق ِسطِين‬sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang adil). Adapun َ‫ فاِخ وانِكُمَ فِىَ الدِي ِن‬berarti ‘kawan-kawanmu
seagama’ ‫ م والِى‬merupakan bentuk jamak dari ‫ م ولِى‬yang berarti seseorang yang antara
dia dengan orang lain ada hak dan kewajiban timbal balik, seperti antara hamba sahaya
dan tuannya. Makna kata ‫ غفُ ورا‬berarti ‘yang mengampuni dosa-dosa hamba-Nya dan
menghapus kesalahan-kesalahan mereka selagi mereka bertaubat’. Makna ‫ رحِ يما‬berarti
‘Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya’. Salah satu dari sekian banyak rahmat
Allah adalah Dia tidak menghukumi dosa atas orang-orang yang keliru serta tidak
menghukum karena kekeliruannya.

C. Asbabun Nuzul Surah Al-Ahzab Ayat 4 dan 5


Dua ayat di atas turun berkenaan dengan peristiwa pengangkatan Zaid bin Haritsah
yang diadopsi oleh Nabi Muhammad SAW. Dikisahkan ketika muda, Zaid diculik oleh
rombongan berkuda dari Suku Tihamah. Ia dibawa ke Mekkah dan dibeli oleh Hakim
bin Hiza (keponakan Khadijah binti Khuwailid). Zaid kemudian diserahkan kepada
Khadijah lalu diberikan kepada Nabi sebagai hadiah. Setelah Zaid tinggal lama bersama
Rasulullah, ia bertemu kakeknya yang ingin membawanya kembali ke rumah bahkan
kakeknya bersedia membayar tebusan kepada Rasulullah apabila beliau menghendaki.
Namun Rasulullah mengatakan bahwa ia tidak meminta imbalan, akan tetapi beliau
menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Zaid.

Singkat cerita, Zaid memilih tetap tinggal bersama Rasulullah dan enggan kembali
pada keluarganya. Saat itulah Rasulullah mengumumkan kepada masyarakat Mekkah
bahwa Zaid adalah putranya. Beliau berkata “Wahai orang-orang Quraisy! Saksikanlah
bahwasannya Zaid adalah anakku yang akan mewarisiku dan aku akan mewarisinya”.
Sejak saat itulah Zaid dikenal sebagai Zaid bin Muhammad. Panggilan tersebut terus
melekat pada Zaid hingga turun surah Al-Ahzab ayat 4 dan 5. Hal ini diterangkan oleh
Ibnu Umar bahwa “Sesungguhnya Zaid bin Haritsah, budak Rasulullah dulu tidaklah
kami panggil kecuali dengan nama Muhammad, sampai turun surah Al-Ahzab ayat 5
(HR. Bukhari, No.4782) Kemudian setelah turunnya ayat ini, Rasulullah berkata
“Engkau Zaid bin Haritsah”.
D. Penafsiran Para Ulama Mengenai Surah Al-Ahzab Ayat 4 dan 5
Menurut Quraish Shihab, ayat ini berfungsi untuk membatalkan adopsi Nabi
dan semua adopsi yang dilakukan masyarakat muslim. Setelah kejadian tersebut,
Rasulullah memperingatkan agar tidak ada yang mengaku mempunyai keturunan
dengan satu pihak padahal sebenarnya tidak. Beliau bersabda “Siapa yang mengakui
seseorang yang bukan bapaknya sebagai bapaknya, maka surga baginya haram”. (HR.
Bukhari dari Sa’id bin Ali Waqqas). Ayat inilah yang kemudian dijadikan mayoritas
ulama sebagai dalil bahwa mengadopsi anak dengan menasabkan kepada orang tua
angkatnya dilarang dalam Islam. Sedangkan menurut Gus Baha, dalam sebuah
kesempatan menyebutkan bahwa mengadopsi anak itu dibatalkan oleh Alquran dan
Hadis karena memiliki sisi kemudharatan seperti ketidakjelasan nasab dan perkawinan.
Selain itu, menurutnya jika memang ingin membantu si anak maka dapat dilakukan
dengan cara yang lebih ef ektif. Menurut fatwa MUI, mengadopsi anak dalam arti
mengubah nasab dari ayah dan ibu kandungnya memang dilarang. Namun adopsi anak
tanpa mengubah nasab yang dilakukan atas rasa tanggung jawab sosial untuk
memelihara, mengasuh dan mendidik mereka dengan penuh kasih sayang seperti anak
sendiri adalah perbuatan yang terpuji dan termasuk amak shaleh yang dianjurkan dalam
Islam.

E. Hikmah yang Terkandung dalam Surah Al-Ahzab Ayat 4 dan 5


✓ Setiap manusia hanya memiliki satu hati dan darinya muncul kehendak atau
keinginan. Maka tidak mungkin pada satu sisi ia beriman dan takut kepada Allah
sedangkan di sisi lain ia musyrik kepada Allah
✓ Sejak suami mengucapkan zihar, maka haram baginya mencampuri istrinya
sebagaimana ia haram mencampuri ibunya.
✓ Perbuatan adopsi dan menjadikan kedudukannya sama dengan anak kandung
merupakan ucapan di lidah saja, yakni tidak mempunyai dasar agama dan pikiran
yang benar sehingga hal tersebut tidak dapat menimbulkan akibat hukum sedikit
pun.
✓ Apabila seorang anak tidak diketahui ayahnya dan ia dipelihara ileh seorang
muslim, maka hubungan pemeliharaan itu menjadi hubungan saudara seagama
atau seperti hubungan tuan dengan maulanya (budak)
✓ Pada penutup surah Al-Ahzab ayat 5 disebutkan bahwa semua perbuatan dosa
seperti menasabkan seorang anak kepada yang bukan ayahnya selagi hal tersebut
dihentikan setelah turunnya ayat maka akan diampuni oleh Allah. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Surah Al-Ahzab ayat 4 dan 5 membahas tentang adopsi (pengangkatan anak) yang
mana kegiatan ini telah dilakukan sejak zaman jahiliyyah. Namun dengan turunnya ayat
ini semakin memperjelas hukum adopsi yakni sebagai berikut: kewajiban menasabkan
anak adopsi kepada bapak kandungnya, diperbolehkan memanggil seseorang dengan
panggilan ‘hai saudara’ atau ‘hai maula’ jika yang dimaksud masih seagama dan
memperingatkan kita bahwa Allah Maha Pengampun, sehingga Dia tidak menghukum
seseorang atas kekhilafannya bahkan Allah memaafkan dan mengampuni selama orang
tersebut mau bertaubat. Selain itu, pada permulaan surah Al-Ahzab ayat 4 juga
dijelaskan bahwa Allah menjadikan pada seseorang terdapat satu hati dalam rongganya
sehingga tidak mungkin pada satu sisi tersebut terdapat keimanan sekaligus
kemusyrikan kemudian pada penggalan selanjutnya menjelaskan tentang zihar.

6
DAFTAR PUSTAKA
Hati Suara. 2010. Pesan dari Hati: Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 4-5.
http://fudelahmed.blogspot.com/2010/12/tafsir-surat-al-ahzab-ayat-4-5.html?m=1.
(Diakses pada 15 Desember 2021)

Rafi Muhammad. 2021. Surah Al-Ahzab (33) Ayat 4-5: Hukum Mengadopsi Anak Menurut Al-
Quran. https://tafsiralquran.id/surah-al-ahzab-33-ayat-4-5-hukum-mengadopsi-anak-
menurut-al-quran/ . (Diakses pada 15 Desember 2021)

Redaksi. 2021. Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 5. https://tafsiralquran.id/tafsir-surah-al-ahzab-


ayat-5/. (Diakses pada 16 Desember 2021)

Redaksi. 2021. Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 4. https://tafsiralquran.id/tafsir-surah-al-ahzab-


ayat-4/. (Diakses pada 16 Desember 2021)

Anda mungkin juga menyukai