Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ANORAMA laut Indonesia yang sangat indah, namun bumi khatulistiwa ini ternyata menyimpan potensi
bencana alam yang sangat besar. Wilayah nusantara dihimpit lempengan, serta dikelilingi Ring of Fire,
ratusan gunung berapi. Melihat kesuburan dan ketentraman ibu pertiwi, sulit rasanya menerima
kenyataan bahwa wilayah yang kaya sumber daya alam ini, bak "surga dunia di atas tungku neraka".
Ledakan gunung berapi, gempa bumi dan tsunami mengancam.
Topografi dan struktur geologi Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku Utara, Papua hingga Sulawesi
Utara memperlihatkan bukti keberadaan lempeng bumi dan patahan serta 154 gunung berapi aktif.
Ballkary Jakarta yang dinilai wilayah aman pernah dilanda empat kali gempa bumi besar pada periode
tiga abad terakhir.
Peta rawan gempa menunjukkan dua per tiga wilayah Indonesia merupakan area sumber Bempa dan
atau rawan dampak gempa. Hanya sebagian area yang relatif aman, meliputi wilayah pantai timur
Sumatera (Riau, sebagianlambi, Sumatera Selatan), Laut China Selatan, Kalimantan dan bagian utara
Laut Jawa, serta perairan laut.
Arafuru selatan Papua. Terletak di jalur "ring of hre", Indonesia juga menjadi negara yang memiliki
jumlah gunung berapi terbanyak di dunia. Tercatat 130 gunung berapi mengitari wilayah Nusantara,
atau 10 persen dari jumlah gunung berapi di dunia. Dari jumlah tersebut, 17 di antaranya masih aktif.
Jalur "Ring of Fire' sendiri adalah rangkaian lempeng atau patahan besar yang menjadi ancaman
potensial gempa. Posisinya mengepung perairan indonesia mulai dari Laut Andaman menjalar dari atas
pesisir Sumatera hingga timur. Lempeng Semangka di sepanjang daratan pantai barat Sumatera dan
berakhir di Selat Sunda, bersambung dengan rangkaian puluhan gunung berapi aktif di Jawa-Bali-
Lombok-Sumbawa-Flores hingga Pulau Alor.
Di Pulau jawa juga diketahui ada beberapa patahan lokal yang pernah menjadi sumber gempa daratan,
seperti lempeng Lembang, dan lempeng di sekitar Guntur Gede. Hal ini menyebabkan gempa bumi
besar di Jakarta pada 1699 ,1780 dan 1852.
Patahan dari Zone Subduksi Euroasia-Austronesia (Maintrust) menjalar dari Laut Andaman menyusuri
perairan Barat Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara-Laut Arafuru-Laut Seram -Sulawesi Utara Sulawesi Tengah
dan Sulawesi Tenggara.
Gempa yang paling sering terjadi justru tektonik. Gempa ini bisa terjadi hingga puluhan ribu kali dan
lebih kuat dari gempa vulkanik. Gempa tektonik disebabkan pergeseran lempeng tektonik (tectonic
plate) pada kerak (crust) bumi, khususnya pergerakan sepanjang retakan-retakan (faults) dan patahan
(cracks) lempeng tektonik.
Ring of Fire map teori pergeseran lempeng tektonik atau hanyutan benua (continental drifi) atau
penyebaran dasar laut (sea-floor spreading) merupakan teori geofisika paling modem tentang perilaku
kerak bumi yang mampu menjelaskan secara rinci sebab gempa tektonik.
Teori ini mendasarkan pada kenyataan bahwa kerak bumi merupakan sekumpulan lempengan padat
dan berat yang mengambang di atas lapisan bumi cair, dan lunak seperti lumpur beku.
Formasi bebatuan dan karang pada kerak bumi dibentuk dari dasar kerak danberlangsung terus menerus
sebagai efek pelepasan panas inti bumi cair yang mendidih melalui selimut (mantel) bumi. Saat formasi
baru dibentuk, terjadi desakan yang menggeser lempengan, sehingga terjadi keretakan dan benturan
antar patahan lempeng.
Melihat kenyataan tersebut tidak ada jaminan bagi wilayah indonesia bebas gempa mengingat semua
lempeng di bumi saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Hal ini memperjelaskan kenapa gempa
besar saling beriringan dalam 3 tahun terakhir di wilayahAsia dan Pasifik. Gempa besar di Aceh,
Yogyakarta Pekistan, Mentawai, Taiwan, China Haiti, Selendia Baru dan yang terbaru Jepang yang
menyebabkan tsunami adalah bukti nyata keganasan alam.
Sebagai gambaran dari dahsyatnya bencana laut di Indonesia adalah sejarah ledakan Gunung Krakatau.
Menurut para peneliti di University of North Dakota, Amerika Serikat, ledakan Krakatau bersama
ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosioity lndex (YEI) terbesar dalam sejarah
modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan vang paling hebat
yang terekam dalam sejarah. Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik
dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km. Benda-benda keras
yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka,
India Pakistan, Australia dan Selandia Baru.
Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan, serta sebagian Gunung Rakata di
mana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter.
Gelombang tsunami setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir
pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.
Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung rnulai dari Merak
(Serang) hingga Cilamaya di Karawang pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan,
Ujung Kulon serta Sumatera bagian selatan. Di Ujung kulon air bah masuk sampai 15 km ke arah barat.
Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi
melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii,
pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhny a 7 ribu kilometer.
Tragedi terdahsyat yang paling banyak memakan korban jiwa dalam sejarah bencana alam di indonesia
dan dunia adalah tsunami di Aceh. Peristiwa itu terjadi pada26 desember 2004. air pasang diawali
gempa besar pukul 7:58:.53 WIB. Kejadian berawal dari gempa tektonik yang berpusat di bujur 3.316 N
95.854 E koordinat 3.316' N 95.854o E kurang lebih 160 km sebelah barat Acetu di kedalam 10 kilometer
bawah laut. Gempa berkekuatan 9,3 menurut skala richter itu merupakan gempa bumi terdahsyat
dalam kurun waktu 40tahun terakhir yang menghantam Aceh, Sumatera Utara, Pantai Barat
Semenanjung Malaysia Thailand Pantai Timur india, Sri Lanka bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Gempa yang mengakibatkan tsunami setinggi 9 meter tersebut menyebabkan sekitar 230.000 orang
tewas di delapan negara. Bencana ini merupakan kematian terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri
Lanka, India dan Thailand merupakan negara dengan jumlah korban terbesar. Wilayah indonesia secara
geografis terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia,
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, di bagian selatan dan timur terdapat sabuk vulkanik (volcantic
arc) yang memanjang dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Kondisi ini memiliki potensi
tinggi terhadap bencana, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan ,tanah
longsor.
indonesia yang merupakan bagian dari rangkaian Cincin Api Pasifik atau LingkaranApi Pasifik merupakan
daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung. Cakupan wilayah cincin api ini
sepanjang 40.000 km dengan bentuk seperti tapal kuda. Tak heran, 81 persen gempa bumi terbesar
terjadi di sepanjang wilayah ini. Daerah Bempa berikutnya (5-6 persen dari seluruh gempa dan 17
persen dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Iawa Sumatera, Himalaya
Mediterania hingga Atlantika.
Gempa yang disebabkan patahan lapisan tanah dan letusan gunung merupakan rangkaian cerita dari
kondisi alam nusantara. Terbentuknya patahan "ber-air" di Sumatera misalnya, bermula jutaan tahun
lampau saat Lempeng (Samudra) Hindia-Australia menabrak secara menyerong bagian barat Sumatera
yang menjadi bagian dari Lempeng (Benua) Eurasia.
Tabrakan menyerong ini memicu munculnya dua komponen gaya. Komponen pertama bersifat tegak
lurus, menyeret ujung Lempeng Hindia masuk ke bawah Lempeng Sumatera. Batas kedua lempeng ini
sampai kedalaman 40 kilometer umumnya mempunyai sifat regas, dan di beberapa tempat terekat kuat.
Suatu saaf tekanan yang terhimpun tak sanggup lagi ditahan sehingga menghasilkan gempa bumi yang
berpusat di sekitar zona penunjaman atau zona subduksi. Setelah itu, bidang kontak akan merekat lagi
sampai suatu saat kembali terjadi gemPa bumi besar. Gempa di zona inilah yang kerap memi cu
terjadinya tsunami, sebagaimana terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004.
Adapun komponen kedua berupa gaya horizontal yang sejajar arah palung menyeret bagian barat pulau
ini ke arah barat laut. Gaya inilah yang menciptakan retakan memanjang sejajar batas lempeng, yang
kemudian dikenal sebagai Patahan Besar Sumatera. Geolog Katili dalam The Great Sumateran Fault
(1967) menyebutkan, retakan ini terbentuk pada periode Miosen'tengah atau sekitar 13 juta tahun lalu.
Lempeng Bumi di bagian barat Patahan Sumatera ini senantiasa bergerak ke arah barat laut dengan
kecepatan 10 milimeter per tahun sampai 30 mm per tahun. Sebagaimana di zona subduksi, bidang
Patahan Sumatera sampai pada kedalaman 10-20 km terkunci erat sehingga terjadi akumulasi tekanan.
Suatu saat tekanan yang terkumpul semakin besar sehingga bidang kontak di zona patahan tidak kuat
lagi menahan sehingga pecah. Batuan di kanan-kirinya melenting dengan kuat sehingga terjadi gempa
bumi besar. Setelah gempa, bidang patahan akan kembali merekat dan terkunci lagi, hingga
mengumpulkan tekanan elastik sampai suatu hari nanti terjadi kembali bumi besar.
Pusat gempa di Patahan Sumatera pada umumnya dangkal dan dekat dengan permukiman. Dampak
energi yang dilepas dirasakan sangat keras dan biasanya sangat merusak. Apalagi gempa bumi di zona
patahan selalu disertai gerakan horizontal yang menyebabkan retaknya tanah yang akan merobohkan
bangunan di atas permukaan. Topografi di sepanjang zona patahan yang dikepung Bukit Barisan juga
bisa memicu tanah longsor. Adapun lapisan tanah yang dilapisi abu Vulkanik semakin memperkuat efek
guncangan gempa.
Beberapa tempat di Patahan Besar Sumatera merupakan zona lemah yang ditembus magrma dari dalam
bumi. Cetaran gempa bumi bisa menyebabkan air liermukaan bersentuhan dengan magma. Karena itu,.
pada saat gempa bumi, kerap terjadi letupan uap (letupan freatik) yang dapat diikuti munculnya gas
beracun sebagaimana terjadi di Suoh Lampung, pada 1933.
Pakar Gempa LIPI, Danny Hilman mengemukakan melihat kondisi wilayah Indonesia yang rawan gempa
hingga kini belum ada teknologi yang bisa memperkirakan gempa. Sehingga, masyarakat tidak perlu
khawatir terhadap isu-isu terjadinya gempa. Bisa saja mereka mengklaim bisa meramal gempa dengan
berbagai cara. Tapi, buktinya belum ada teknik atau metode meramal gempa yang diakui secara ilmiah
Namun, seorang ilmuan bernama Dr Rf Roberts, dalam situsnya Live science, mengklaim bahwa timnya
berhasil memprediksi gempa di Hawaii, pada 20 Oktober 2011 lalu dengan akurasi 90 persen. Tak hanya
kekuatan gempa predik si situs tersebut juga menentapkan prediksi hari dan lokasi gempa. Misalnya
ramalan gempa di wilayah Utara Sumatera, diprediksi sekitar 500 kilometer dari Medan. Diprediksi
gempa dengan magnitud 45 sampai 6,5 terjadi sekitar 20 Desember 2011, kurang lebih tiga hari
sebelum atau sesudah.
Namun Roberts menolak membuka metodologi ramalan gempa yang diciptakannya dengan alasan
khawatir jadi korban pencurian kekayaan intelektual. Dia mengklaim, latar belakangnya sebagai
entomolog (ahli yang mempelajari dinamika populasi serangga), membuatnya menjadi ahli pola dasar
lempeng.
Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan
bencana, Iwan Sumule mengatakan, meski gempa tak bisa diramalkan kapan datang timnya bisa
menggunakan data sejarah untuk melakukan mitigasi bencana. Gempa-gempa besar biasanya memiliki
perulangan yang konsisten, misalnya 200 tahun sekali. Sehingga wilayah yang diketahui pernah
diguncang gempa harus bersiap menghadapi kemungkinan pengulangan gempa.
Fakta Menarik
Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi, dan 130 di antaranya gunung berapi aktif. Sebagian
dari gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari permukaan. Negera ini juga menjadi
temPat pertemuan dua rangkaian gunung berapi aktif ( Ring of Fire ).
Letusan gunung terdahsyat di dunia adalah Gunung fambora, yang terletak di Pulau Sumbawa. Gunung
ini meletus pada April 1815 dengan skala tujuh pada Volcanic Explosiztity lndex (YEI). Tambora menjadi
letusan terbesar sejak letusan danau Taupo pada 1815. Letusan gunung ini terdengar hingga pulau
Sumatera (lebih dari 2.000 km) yang menyebabkan kematian tidak kurang dari 71.000 orang dengan
11.000-12.000 di antaranya tewas seketika. Lebih dari itu, letusan gunung Tambora menyebabkan
perubahan iklim dunia. Satu tahun berikutnya ( 1815) sering disebut sebagai tahun tanpa musim paras,
karena perubahan drastis akibat debu yang dihasilkan letusan Tambora. Alhasil, banyak panen yang
gagal dan kematian temak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada
abad ke-18.
Para ilmunm menemukan katak ternyata dapat memperkirakan gempa bumi. Pada 2009, katak-katak di
L,Aquila Italia menghilang dari kolam setempat, tiga hari sebelum gempa besar. Para peneliti dalam
laporan yang diterbitkan di Jurnal Intemasional (untuk Penelitian Lingkungan dan Kesehatan
Masyarakat) mengatakan, batu-batu di kerak bumi rnengeluarkan partikel bermuatan, sebelum gempa.
Hal ini mempengaruhi air. Para ilmuwan memperkirakan katak dapat mendeteksi perubahan ini
sebelum lempeng tektonik bergeser.
22 Mei 1960 (Chili): Gempa bumi berkekuatan 9,5 melanda Santiago dan Concepcion. Gempa ini
memicu gelombang pasang dan letusan vulkanik. Sekitar 5.000 orang tewas dan2 juta orang kehilangan
tempat tinggal.
28 Maret -1964 (Alaska): Gempa dan tsunami berikutnya menewaskan 125 orang. Besarnya gempa 9,2
SR menerpa sebagian besar area Alaska dan bagian barat Yukon Territory dan British Columbia di
Kanada.
26 Desember 2004 (Indonesla): GemPa berkekuatan 9,1 terjadi di lepas pantai provinsi Aceh di pulau
Sumatera Indonesia. Gempa beruiung tsunami menewaskan lebih dati 226 ribu orang di Indonesia, Sri
Lanka, Thailand, India dan sernbilan negara lain.
11 Maret 2011 Jepang; Gempa berkekuatan 9,0 melanda ]epang Gempa yang terkuat di jepang juga
menimbulkan tsunami besar diikuti krisis nuklir. Akibatnya,lebih dari 15.000 orang meninggal.
31 lanuari 1906 (Ekuador); Gempa dengan kekuatan 8,8 SR menerpa pantai Ekuador dan Kolombia
sehingga menghasilkan gelombang tsunami yang menewaskan hingga 1.000 orang. Gempa ini juga
dirasakan di sepanjang pantai Amerika Tengah, utara san Francisco hingga Jepang.
27 Februari 2010 (Chili) : Gempa dengan kekuatan 8,8 SR dan tsunami di Chile menewaskan lebih dari
500 orang.
28 Maret 2005 (Sumatera):Gempa berkekuatan 8,6 SR diperkirakan telah menewaskan 1.300 orang di
pulau Nias di lepas pantai barat sumatera.
Indonesia sendiri sebenarnya bukan negara yang rawan akan bencana tsunami, karena negara yang
sering terkena tsunami, yaitu Negara Jepang.Namun, memang Indonesia merupakan salah satu wilayah
di muka bumi secara tektonik merupakan daerah yang aktif atau malah sangat aktif. Karena, Indonesia
secara geologi merupakan tempat pertemuan tiga buah lempeng, yaitu lempeng Hindia-Australia yang
bergerak kearah utara dengan kecepatan 7cm per tahun lalu lempeng Pasifik yang bergerak ke barat
dengan kecepatan 10cm per tahun, dan lempeng Eurasia yang relatif diam.
Sementara tsunami sendiri tidak datang begitu saja, karena memang terjadinya tsunami melalui
beberapa proset di antaranya gempa bumi yang terjadi di laut namun tentunya tidak semua gempa
bumi di laut bisa mengakibatkan terjadinya tsunami, karena ada beberapa persyaratan di antaranya
yaitu, kekuatan gempa harus diatas 6 skala richter, lalu adanya pergerakan kulit bumi ke arah vertika l
dan ke dalam pusat gempa tidak melebihi dari 80 km. pergeseran mendatar pada umumnya tidak akan
menghasilkan tsunami.
Menurut Pakar Mitigasi Kementerian Kelautan dan perikanan (KKP) Subandono Diposaptono, saat ini
pemerintah tengah melakukan pencegahan korban tsunami atau yang biasa disebut Mitigasi Tsunami.
Bicara mengenai migitasi bencana khususnya tsunami, KKP sudah melakukan kegiatan itu sejak
berdirinya kementerian ini karena memang ada unit sub direktorat migitasi lingkungan. KKP itu sendiri
baru berdiri 10 tahun yang lalu, yaitu tahun 2000, dan pada tahun 2001 kita baru melakukan kegiatan
mitigasi lingkungan walaupun dulu anggarannya kecil sekali sewaktu awal berdiri dan terbatas pada
pengumpulan data dan sebagainya pada perkembanganya 2002, 2003, dan 2001 kita mengadakan
pelatihan-pelatihan tentang bencana termasuk tsunami kemudian juga melakukan sosialisasi tentang
bencana.
Menurut Subandono, ada dua vang menjadi patokan KKP dalam melakukan pencegahan bencana,
terutama tsunami. Pertama, upaya struktur (fisik), hal tersebut meliputi metode pelindungan alami,
seperti mangrove, sand dune, trumbu karang, hutan pantai, kemudian Metode Perlindungan Buatan,
diantaranya breakwater, tembok laut, tanggul, konstruksi pelindung, shelter, bukit buatan. Dan poin
lainnya yaitu, struktur tahan bencana.
Faktor kedua yaitu, upaya nonstruktur (non fisik), seperti pembuatan peta rawan bencana, peraturan
perundangan, kelembagaan dan sisitem peringatan dini, poin lainya yaitu pemindahan/relokasi, di mana
meliputi tata ruang, tata guna lahan, zonasi. Hal ini sudah sering dilakukan, selain melakukan sosialiasi
melalui komik tsunami, peta tsunami, dan juga melakukan himbauan kepada pemdapemda untuk
memperbanyak peta rawan tsunami.
Bahkan, apa yang sudah clilakukan oleh KKP, terkait dengan sosialisasi bencana sudah sepenuhnya
dilakukan saat ini. Metode yang dilakukan untuk sosialisasi yaitu dengan metode hiburan yang berakar
pada budaya setempat misalkan dengan menggunakan dangdut dan di saat pertunjukan dangdut
tersebut disela-sela dilakukan sosialisasi masalah bencana tsunami.
Dalam mengantisipasi terjadinya tsunami, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan, pertama yaitu
disebut secara alamai, melakukan penanaman pohon, seperti cemara, ketapang, waru, baku dan
mangrove, secara buatan, rnelakukan pembangunan tembok laut, membangun rumah panggung dan
tempat perlindungan sementara.
Sementara itu, Staf Khusus presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief, mengatakan soal
mitigasi bencana pemerintah sudah menyiapkan Posko Satuan Reaksi Cepat-Penanggulagan Bencana
(SRCPB). Posko ini dinilai sudah bekerja cukup cepat. Respons cepat dinilai sudah diberlakukan dalam
bencana gempa ,2 skala richter (SR) di Sinabang, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Hanya dalam 15
menit setelah gempa, Posko SRCPB wilayah barat siap melaksanakan instruksi tanggap darurat Presiden.
Menuiu Masa Depan Mailtim lndonesia
Respons itu dilihat dari indikasi peningkatan kesiapan dan koordinasi yang semakin baik, dari berbagai
lembaga pemerintah dalam menangani bencana yang terjadi. Beberapa lembaga itu seperti BNPB
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Pusat Penanggulangan Krisis (PPK Kemkes), Satuan Siaga
Bencana (Tagana Kemsos), Basamas, BMKG ( badanmeteorologi Klimatologi, dan Geofisika). Selain
kesiapan tanggap daruratyang semakin prima, sistem peringatan dini yang telah berangsur di
masyarakat juga membantu pemulihan situasi.
Meski demikian sistem peringatan dini dan kesiapan tanggap darurat perlu disempurnakan dengan
penyiapan sistem mitigasi bencana. Idealnya, Indonesia memiliki Undang-undang Mitigasi Bencana.
Sebelum itu terwujud, kita perlu membuat sebuah pedoman mitigasi bencana secara nasional.
Secara terpisah, Anggota Komisi VIII DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Ingrid Kansil menilai, untuk
meminimalisir dampak bencana alam, khususnya korban jiwa pemerintah memang harus meningkatkan
kegiatan preventif bencana. Setidaknya untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa pemerintah baik
pusat maupun daerah semestinya melakukan peningkatan kesiapsiagaan bencana, sehingga masyarakat
bisa menyelamatkan diri.
Upaya preventif itu, kata Ingrid, bisa dilakukan dengan banyak cara, di antaranya dengan melakukan
simulasi bencana dan pengadaan tempat perlindungan. Jadi, kalau terjadi tsunami misalnya, masyarakat
tidak lagi panik karena sudah tahu harus ke mana Pemerintah Daerah harus memperhatikan soal ini.
Di samping itu, sistem peringatan dini juga harus ditingkatkan Sebab, tidak sedikit sistem yang ada saat
ini ternyata kondisinya sudah rusak. Contohnya saja sistem peringatan dini di Pelabuhan Ratu, di sana
itu sudah rusak. Alangkah baik kalau sistem peringatan dini diperbaiki dan ditambah. Menurut Ingrid,
pemerintah jangan terlalu terpaku pada besar atau kecilnya anggaran. Karena, jika memang pemerintah
mau secara serius meningkatkan kegiatan preventif bencana, maka pihaknya pasti akan berusaha
membantu meloloskan dana yang dibutuhkan.
Selain kegiatan preventif, pemerintah juga harus segera menyempurnakan peralatan dan prasarana lain
yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana, termasuk kebutuhan untuk memperlancar prograrn
tanggap darurat. Di Mentawai saja saya mendengar barak pengungsinya tidak layak. Bahkan di sana satu
MCK katanya untuk dipakai 100 orang.
Staf Khusus Presiden Bidang Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief, menuturkan melihat kondisi letak
geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, pada masa lalu Indonesia merupakan wilayah
dengan peradaban maritim yang sangat hebat. Menurut Andi, dengan melihat letusan katastropik toba
yang diperkirakan terjadi pemusnahan massal dari populasi mahluk hidup di seluruh dunia, termasuk
manusia. Hanya sebagian kecil yang dapat bertahan. Catatan mengenai letusan Krakatau Purbaitu
diambil dari sebuah teks fawa Kuno yang berjudul "Pustaka Raja Parrva" yangg diperkirakan berasal dari
tahun 416 Masehi. Dalam teks kuno itu juga disinggung mengenai bencana alam di kawasan yang kini
dikenal sebagai selat Sunda yang akhimya memisahkan dua pulau yang kini dikenal sebagai ]awa dan
Sumatera.
Bukti-bukti secara geologis yang ditemukan oleh para ilmuwan dan peneliti Indonesia maupun Iuar
negeri, menemukan banyak sekali peradaban yang terkubur akibat bencana tsunami dan letusan
gunung. Contohnya di situs batujaya di karawang seluas ribuan hektar yang terkubur akibat bencana.
Sementara itu, peta kebencanaan khususnya laut, pemerintah untuk pertama kalinya telah merilis Peta
Hazard,Gempa Indonesia 2010, sebagai acuan dasar perancangan infrastruktur tahan gempa' Peta ini
menggambarkan percepatan puncak dan respon spektra di batuan dasar hasil analisa probabilistik untuk
berbagai periode gempa. Peta ini hasil dari analisis probabilistik untuk berbagai periode gemppa yang
terjadi di Indonesia. Indonesia yang merupakan negara rawan bencana seharusnya memiliki undang-
undang Mitigasi Bencana. Sebelum itu terwujud, kita perlu membuat sebuah pedoman mitigasi bencana
secara nasional.
Seperti dalam bencana gempa 7,2 SR di Sinabang Aceh, Posko satuan Reaksi cepat Penanggulangan
Bencana (RSCPB) bekeria denganbaik dalam rnelaksanakan instruksi tanggap darurat Presiden. Respons
itu dilihat dari indikasi peningkatan kesiapan dan koordinasi yang semakin baik, dari berbagai lembaga
pemerintah seperti Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB), Pusat Penanggulangan Krisis (PPK
Kemkes), Satuan Siaga Bencana (Tagana Kemsos), Basamas, Badan Meteorologi, Klirnatologl dan
Geofisika (BMKG).
Selain kesiapan tanggap darurat yang semakin prima sistem peringatan dini yang telah berlangsung di
masyarakat juga membantu pemulihan situasi. Namun meskipun demikian, sistem peringatan dini dan
kesiapan tanggap darurat masih perlu disempurnakan, dengan penyiapan sistem mitigasi bencana.
Pemerintah telah membentuk tim Katastropik purba untuk meneliti berbagai bencana alam berkategori
katastropit (bencana alam yang sangat besar) yang terjadi di masa lalu, sejauh yang bisa dikenali, dari
peninggalan-peninggalan alam dan catatan seiarah. Tujuan mempelajari daftar ini, adalah untuk
mengetahui sikslus pola dan besaran bencana.
Tim terdiri dari sejumlah pakar, terutama geolog yang memiliki perhatian kepada bidang tersebut.
Penelitian ini dalam langkah mifigasi untuk meminimalkan korban bencama alam, agar tidak seperti
korban gempa dan tsunami di Aceh pada tahun 2004.Dalam penelitian di berbagai , tempat, seperti
sesar, patahan, dan gunung disepanjang Sumatera Jawa, Sulawesi, BaIi, dan lainnya, Tim menemukan
sejumlah kejadian geologis yang menarik. Termasuk di dalamnya, bangunan yang diduga piramida
dibawah Gunung Sadahurip,Garut, Jawa Barat.
Selain itu, tim peneliti lintas instansi di Indonesia telah melakukan serangkaian penelitian di wilayah
pesisir, seperti contoh tim melakukan survei lapisan tsunami purba di wilayah Banda Aceh. Penelitian
itu melanjutkan survei identifikasi oleh tim EOS-ARKENAS-LIPI tahun lalu, lalu meneliti kota kuno Lamri
atau Lamuri di Pantai Utara Banda Aceh.
Di aceh juga ditemukan bangunan kota Indra Parwa dan Indra Patra dibawah laut. Seperti diketahui
Indra Parwa. Indra Patra dan Indra Putri adalah daerah yang disebut segitiga sago. Masih diteliti
penyebab tenggelamnya kotta tua itu. Hipotesa sementara adalah karrena tsunami. Dengan pendekatan
paleotsunami, tim mitigasi bencana katastropik purba menemukan fakta bahwa sekitar tahun 1450 M
dan 1390 M. Telah terjadi tsunami besar di Aceh. Melihat bukti scientific itu, maka mengigatkan bahwa
Aceh masih simpan potensi tsunami.
Hingga saat ini, Indonesia masih kekurangan ahli kelautan, mengingat sebagaian besar bencana yang
melanda berasal dari laut. Kita butuh melakukan kompilasi data kelautan untuk evaluasi tektonik aktif
dan Kegempaan di Indonesia.
Data mengenai isu-isu tektonik dan kegempaan yang nantinya akan menjadi masukan dan menjadi
jembatan antar lembaga sudah mendesak dilakukan. Diharapkan, nantinya akan mendukung kebijakan
kebencanaan bagi pemerintah. Andi Arief juga mengingatkan bahwa Indonesia belum bebas bencana di
tahun 2012 ini. Menurutnya, ada sembilan fenomena alam yang penting dicermati dan diwaspadai.
Berdasarkan data yang diperoleh, ada ancaman dari gempa dan tsunami Mentawai (Siberut) 8,9 SR yang
dapat mengancam satu juta lebih penduduk di Padang, Pariaman, Painan dan wilayah lain di Sumatera
Barat serta Bengkulu, khususnya di sepanjang pesisir barat. Catatan pengukuran jaringan CGPS SuGAr
LIPI menunjukan keadaan lewat jatuh tempo pengulangan gemPa besar 8,7 SR tahun 1.833. Potensi
Gempa di Selat Sunda - Selatan Jawa Barat, serta gempa di sesar Cimandiri, sesar Lembang Jawa Barat,
Bali. Setelah gempa Aceh 2004 dan Gempa Sendai, Jepang 2011, kita dihadapkan pada Gunung-gunung
api yang terus menerus menggeliat. Setelah letusan besar Merapi 2010, sekarang dihadapkan dengan
letusan khususnya Gunung Gamalama dan aktivitas Krakatau serta 23 gunung lain yg berstatus waspada
dan Siaga.
Untuk Patahan Sumatera segmen yg sudah lama bertapa termasuk di wilayah Aceh, Toba, Pasaman,
Bukit Tinggi ke Utara, Dempo, dan Teluk Semangko serta Selat Sunda. Bahaya sekunder Sunung api
teruta.ma di sekitar aliran sungai pasca letusan Merapi 2010, berpotensi banjir longsoran material
erupsi Merapi 120 juta m3.
Tugas Kelompok
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019