Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

NAMA : Siska Saputri


NIM : 21501011183
PRODI : Pendidikan Agama Islam (PAI)
FAKULTAS : AGAMA ISLAM
JUDUL : Studi pemikiran Sarlito Wirawan Sarwono tentang penanggulangan kenakalan
remaja ditinjau dari pendidikan Islam

A. Latar Belakang Masalah

Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini merupakan
tahap yang kritis, karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Pada masa ini, gejolak darah mudanya sedang bangkit. Keinginan untuk mencari jati diri dan
mendapatkan pengakuan dari keluarga serta lingkungan sedang tinggi-tingginya. Kadang
untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungannya, remaja melakukan hal-hal yang diluar
etika dan aturan.1
Terkadang remaja juga mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun
sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan
yang dilakukannya sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan
bagi lingkungan dan, orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan
menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih
dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan
lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja. Kenakalan remaja sangat
merugikan dirinya sendiri, karena secara fisik dia akan terganggu, kehidupannya kurang
bergairah, kurang semangat bekerja dan belajar, dan bahkan kurang nafsu makan. Tidak
jarang kita jumpai, kenakalan remaja sangat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.2

1
Yudho Purwoko, Memecahkan Masalah Remaja, (Bandung: Nuansa, 2001), h. 7. 2
2
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), Cet.
III, h.2.

1
Manusia pada dasarnya makhluk yang menghendaki kebenaran, kebaikan, dan
berjalan di atas etika. Karena itu Achmadi menegaskan, perbuatan etis merupakan naluri
manusia, oleh karenanya manusia yang paling jahat sekalipun akan lebih suka pada orang
yang memiliki etika dari pada yang tidak beretika, walaupun dirinya tidak mampu
melakukannya.3
Apabila ia berbuat kesalahan-kesalahan tertentu, hal itu adalah hanya karena mereka
terdorong oleh keadaan-keadaan tata tertib sosial yang tidak sempurna, karena tidak adanya
kultur. Cukuplah kiranya menghilangkan kebodohan dan kefanatikan, menghilangkan
ketidak sempurnaannya organisasi sosial dan orang akan kembali berubah menjadi makhluk
sempurna sesuai dengan ciptaan Tuhan. Keburukan adalah bukan berada di dalam, tetapi di
luar manusia Demikianlah sebuah formula lain dari ide yang sama. Gantilah keadaan sekitar;
sosial yang lain, maka kemiskinan, kejahatan, peperangan, kesalahan, ketidak-adilan dan
kebodohan semua itu akan lenyap.
Dalam kutipan-kutipan yang mengesankan dan representatif, Maslow telah
mengemukakan sejumlah asumsi yang menakjubkan tentang kodrat manusia. Orang-orang
memiliki kodrat bawaan yang pada hakikatnya adalah baik atau sekurang-kurangnya netral.
Kodrat manusia menurut pembawaannya tidak jahat. Ini adalah suatu konsepsi baru karena
banyak teoretikus beranggapan bahwa beberapa insting adalah buruk atau anti-sosial yang
harus dijinakkan dengan latihan dan sosialisasi.4
Karena kepribadian berkembang melalui pematangan dalam lingkungan yang
menunjang dan oleh usaha-usaha aktif pada pihak pribadi untuk merealisasikan kodratnya,
maka daya-daya kreatif dalam manusia menyatakan dirinya dengan lebih jelas lagi. Apabila
manusia menderita atau neurotik, maka hal itu disebabkan karena lingkungan
menyebabkannya demikian lewat ketidak tahuan dan patologi sosial, atau karena mereka
telah mendistorsikan pikiran mereka.
Abraham Maslow juga berpendapat bahwa banyak orang takut dan mengundurkan
diri dari menjadi manusia sepenuhnya (diri yang teraktualisasikan). Sifat destruktif dan
kekerasan, misalnya, bukan merupakan sifat asli manusia. Manusia menjadi destruktif
3
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta:: Pustaka
Pelajar, 2005), h. 48.
4
Abraham Maslow, Motivasi dan Kepribadian, Terj. Ahmad Sanuri, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006, h.
7.

2
apabila kodrat batinnya dibelokkan, atau disangkal atau dikecewakan. Maslow membedakan
antara kekerasan patologis dan agresi sehat melawan ketidak-adilan, prasangka, dan
penyakit-penyakit sosial lainnya. 5
Bertitik tolak dari keterangan di atas, mengisyaratkan bahwa pada dasarnya remaja itu
bertingkah laku baik, kalau kemudian ia berubah menjadi remaja yang selalu melakukan
tindakan destruktif, itu karena situasi dan kondisi lingkungan telah mewarnai ke arah
kecenderungan nakal. Lingkungan yang dimaksud dalam arti internal keluarga maupun
eksternal masyarakat.
Dari sini tampak, bahwa masalah remaja adalah sosok yang sebenarnya sangat
menarik dibicarakan. Lebih-lebih pada akhir-akhir ini, telah timbul akibat negatif yang
sangat mencemaskan yang akan membawa kehancuran bagi remaja itu sendiri dan
masyarakat pada umumnya. Di mana-mana, orang sibuk memikirkan remaja dan bertanya
apa yang dimaksud dengan remaja, umur berapa anak atau orang dianggap remaja. Apa
kesukaran atau masalahnya, dan bagaimana mengatasi kesukaran tersebut. Mengapa remaja
menjadi nakal dan bagaimana cara menanggulanginya. Inilah yang menjadi masalah penting
dari sekian masalah remaja.6
Dalam menghadapi remaja ada beberapa hal yang harus selalu diingat, yaitu bahwa
jika remaja adalah jiwa yang penuh gejolak ( strum und drang ). Yang tidak kurang
pentingnya untuk menjaga stabilitas perkembngan jiwa remaja adalah organisasi atau
perkumpulan pemuda baik yang formal ( gerakan pramuka, karang taruna, dan sebagainya ),
maupun yang informal ( kelompok pemuda RT/RW, kelompok belajar dan sebagainya).
Akan tetapi perlu diperhatikan jika organisasi atau kelompok itu sendiri tidak stabil, misalnya
“geng”, atau kumpulan orang tukang bergadang, dan sebagainya.
Akibatnya, remaja yang bergabung dalam kelompok seperti itu justru akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku yang menyimpang. Selanjutnya untuk
mengurangi terjadinya perilaku menyimpang, bisa dilakukan usha untuk meningkatkan
kemampuan remaja dalam bidang-bidang tertentu sesui denngan kemampuan dan bakatnya
masing-masing. Dengan adanya kemampuan khusus ini ( misalnya dalam bidang teater,
musik, olahraga, baca puisi, dan sebagainya ), maka remaja itu bisa mengembangkan
5
Abraham Maslow, op cit, h. 8.
6
Zakiah Daradjat,Kesehatan mental, Cet. 10, (Jakarta; Gunung Agung, 1993), h.101.

3
kepercayaan dirinya. Hal itu karena ia menjadi terpandang (mendapatkan status di mata
kawannya ) dengan adanya kemampuan itu. Ia tidak perlu bergantung kepada orang lain
untuk mendapatkan perhatian dari lingkungannya.7
Hakikatnya manusia menurut Islam adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Hakikat
wujudnya manusia adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan
dan lingkungan. Manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani
sebagai potensi pokok, manusia yang mempunyai aspek jasmani, disebutkan dalam QS. Al-
Hujurat : Ayat 11

ِ ِ
ٌ‫َن يَ ُكونُوا َخ ْي ًرا م ْن ُه ْم َوال ن َساء‬ْ ‫وم ِم ْن َق ْوٍم َع َسى أ‬ ٌ َ‫ين َآمنُوا ال يَ ْس َخ ْر ق‬
ِ َّ
َ ‫يَا أَيُّ َها ال ذ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ْ ‫ِم ْن نِ َس ٍاء َع َسى أ‬
َ ‫َن يَ ُك َّن َخ ْي ًرا م ْن ُه َّن َوال َت ْلم ُزوا أَْن ُف َس ُك ْم َوال َتنَ َاب ُزوا باأللْ َقاب ب ْئ‬
‫س‬
)11( ‫ون‬ َ ‫ك ُه ُم الظَّالِ ُم‬ َ ِ‫ب فَأُولَئ‬ ِ
ْ ُ‫وق َب ْع َد اإلميَان َو َم ْن مَلْ َيت‬
ُ ‫االس ُم الْ ُف ُس‬
ْ
Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan


kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan
pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan
itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang
buruk sesudah iman[1410] dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-
orang yang zalim.”

Dan dalam QS. Al – Qashash : 77

7
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 228 &
231

4
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.8

Menariknya untuk diteliti adalah karena masalah remaja sangat meresahkan orang
tua, masyarakat, bahkan negara, mengingat apa yang dilakukan oleh remaja sangat
membahayakan masyarakat dan berdampak pada kepentingan orang banyak. Sejalan dengan
keterangan tersebut, Sarlito Wirawan Sarwono menegaskan:
Sekarang ini pendidikan yang semata-mata berdasarkan naluri saja sering berakhir
dengan konflik hubungan anak-orang tua atau berakhir dengan berkembangnya anak
menjadi remaja yang bermasalah, sementara itu juga meningkatnya kuantitas dan
kualitas masalah remaja semakin dirasakan oleh semua pihak. Meningkatnya perkelahian
antar remaja, meningkatnya kehamilan remaja diluar nikah, meningkatnya kriminalitas
remaja, dan sebagainya, membutuhkan penanganan yang lebih professional. Selain itu,
penanganan harus berdasarkan pada pengalaman Indonesia sendiri, tidak semata-mata
mengambil dari buku teks atau penelitian luar negri.9

Pernyataan Sarlito Wirawan Sarwono menunjukkan bahwa kejahatan anak remaja


makin hari menunjukkan kenaikan jumlah dalam kualitas kejahatan dan peningkatan dalam
kegarangan serta kebengisannya yang dilakukan dalam aksi-aksi kelompok. Gejala ini akan
terus-menerus berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi, industrialisasi dan
urbanisasi. Wujud perilaku kejahatan tersebut seperti kebut-kebutan di jalan raya yang
membahayakan, ugal-ugalan, berandalan, urakan yang mengacaukan lingkungan, perkelahian
antara gang, tawuran yang membawa kurban jiwa, membolos sekolah lalu bergelandangan di
jalan-jalan dan mal-mal serta bereksperimen bermacam-macam kedurjanaan dan tindakan
yang tidak bermoral, kecanduan dan ketagihan bahan narkoba, homo seksualitas,
komersialisasi seks, pengguguran janin oleh gadis-gadis dan masih banyak lagi.
8
Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemah ..., h. 394
9
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. VI

5
Meskipun cara penanggulangan kenakalan remaja telah diulas oleh para ahli namun
kenyataannya sampai saat ini kebrutalan remaja tidak makin berkurang kalau tidak boleh
dikatakan bertambah dalam frekuensi yang makin mengkhawatirkan. Namun demikian untuk
menanggulangi kenakalan remaja tidak seharusnya berhenti mengungkapkan faktor-faktor
terjadinya kenakalan remaja dan cara penanggulangannya.
Untuk itulah peneliti hendak mengkaji konsep Sarlito Wirawan Sarwono. Penulis
memilih tokoh ini adalah pertama, dengan tanpa mengurangi peran tokoh lainnya, bahwa
Sarlito Wirawan Sarwono sangat concern terhadap perilaku perkembangan dunia remaja.
Kedua, ia memiliki profesi keahlian sebagai psikolog.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotifasi memilih tema ini dengan judul: "Studi
Pemikiran Sarlito Wirawan Sarwono tentang Penanggulangan Kenakalan Remaja Ditinjau
dari Konsep Pendidikan Islam"

B. Alasan Pemilihan Judul

Menariknya untuk diteliti yaitu :


1. Karena kenakalan remaja yang semakin hari menunjukkan kenaikkan jumlah dalam
kualitas.
2. Karena meningkatnya perkelahian antar remaja .
3. Karena meningkatnya kehamilan diluar nikah dan kriminalitas pada remaja.
4. Karena banyaknya remaja yang telah gagal dalam berprestasi.
5. Untuk mengetahui bagaimana kenakalan remaja dalam perspektif pendidikan islam
6. Untuk mengetahui bagaimana cara penanggulangan kenakalan remaja.
7. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan.

C. Telaah Pustaka

Berdasarkan penelitian di perpustakaan, didapatkan adanya skripsi dan tesis yang meneliti
tentang kenakalan remaja dan kehidupannya, di antaranya:

Pertama, skripsi yang disusun oleh Encep Idrus (1197011 Tahun 2002 Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang) yang berjudul: “Konsep Pembinaan Remaja menurut
Pemikiran Zakiah Daradjat ”.

6
Kesimpulan skripsi ini dapat diungkap sebagai berikut :
1. Pertumbuhan seorang remaja sangat ditentukan oleh bagaimana cara keluarga membina
anak remaja itu. Seorang yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang
penuh cinta kasih dan perhatian maka kecenderungan anak itu mencintai dan mengasihi
sesamanya. Sebaliknya remaja yang hidup dalam keluarga yang penuh dengan dendam,
kebencian, kekerasan dan masa bodoh, maka remaja itu akan menjadi anak yang
cenderung asosial, amoral dan merugikan orang lain.
2. Dalam membina remaja harus melakukan berbagai pendekatan terutama pendekatan
agama menjadi syarat mutlak. Namun demikian agar agama tidak terkesan
pemaksaan, maka pendekatan psikologis harus turut dilibatkan. 10
Kedua, skripsi yang berjudul “Metode Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam
terhadap Remaja di Kecamatan Dempet Kabupaten Demak”.
Temuan dari skripsi ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan agama terhadap remaja, harus
menggunakan metode yang bervariasi, karena boleh jadi metode yang satu kurang pas
sementara metode yang lain bisa mengena dan efektif.
2. Bimbingan dan penyuluhan agama Islam terhadap remaja di Kecamatan Dempet
Kabupaten Demak dalam metodenya mulai disesuaikan dengan kebutuhan remaja yang
terus berubah demikian cepatnya. Efektifitas bimbingan dan penyuluhan mulai terasa,
terbukti misalnya remaja mulai menggemari masjid, mengunjungi perpustakaan
meskipun kecil dan angka kenakalan remaja pun turun secara perlahan.11
Ketiga, tesis yang berjudul, Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembinaan Kenakalan Remaja (Studi Kasus Prilaku Siswa SMU Bhakti Praja Adiwerna
Kabupaten Tegal). Dalam temuannya, peneliti pada intinya mengungkapkan, guru
pendidikan agama Islam sangat mewarnai perilaku anak didiknya, mengingat guru

10
Encep Idrus (1197011 Tahun 2002 Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang) yang berjudul
“Konsep Pembinaan Remaja menurut Pemikiran Zakiah Daradjat ”.
.

11
Siti Maimunah (3197048 Tahun 1996) “Metode Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam terhadap
Remaja di Kecamatan Dempet Kabupaten Demak”.

7
pendidikan agama membawa misi suci untuk membawa anak didiknya menuju jalan Allah
SWT. kenakalan anak dan remaja merupakan persoalan yang sangat kompleks dan
disebabkan oleh bermacam-macam faktor. Maka dalam penanggulangannya diperlukan
bermacam-macam usaha, antara lain yang terpenting adalah usaha guru, agar kenakalan itu
dapat dibendung dan tidak menular kepada anak yang masih baik. Tentu saja usaha represif
dan rehabilitasi pun perlu diperhatikan, agar anak yang nakal dapat diperbaiki dan kembali
hidup sebagai anggota masyarakat yang baik. Dalam semua usaha itu, peranan guru agama
dan pembinaan moral sangat penting, karena agama memberikan pedoman dan peraturan
yang pasti serta dipatuhi dengan sukarela atas dorongan dari dalam diri sendiri bukan karena
paksaan dari luar.12
Keempat, Tesis yang berjudul, Hubungan Perilaku Beribadah Orang Tua dan
Pendidikan Islam dalam Keluarga dengan Kenakalan Remaja Siswa SMU Negeri 3
Semarang). Kesimpulan Tesis ini dapat diungkap sebagai berikut: Pertumbuhan seorang
remaja sangat ditentukan oleh bagaimana cara keluarga membina anak remaja itu. Seorang
yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang penuh cinta kasih dan
perhatian maka kecenderungan anak itu mencintai dan mengasihi sesamanya. Sebaliknya
remaja yang hidup dalam keluarga penuh dengan dendam, kebencian, kekerasan dan masa
bodoh, maka remaja itu akan menjadi anak cenderung asosial, amoral dan merugikan orang
lain. Dalam membina remaja harus melakukan berbagai pendekatan terutama pendekatan
agama menjadi syarat mutlak. Namun demikian agar agama tidak terkesan pemaksaan,
pendekatan psikologis harus turut dilibatkan.13

Penelitian terdahulu itu sangat berbeda dengan penelitian saat ini, karena tulisan ini
hendak mengungkap pemikiran Sarlito Wirawan Sarwono dalam menanggulangi kenakalan
remaja dengan konsep pendidikan Islam.

D. Penegasan Istilah
12
Fakhrurozi (520127), Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Kenakalan
Remaja (Studi Kasus Prilaku Siswa SMU Bhakti Praja Adiwerna Kabupaten Tegal
13
Sulthon, (520181) Hubungan Perilaku Beribadah Orang Tua dan Pendidikan Islam dalam Keluarga
dengan Kenakalan Remaja Siswa SMU Negeri 3 Semarang

8
Agar pembahasan tema dalam skripsi ini menjadi terarah, jelas dan mengena yang
dimaksud, maka perlu dikemukakan batasan-batasan judul yang masih perlu mendapatkan
penjelasan secara rinci yaitu :
1. Kenakalan
Istilah kenakalan remaja merupakan terjemahan dari kata juvenile delinquency yang
dipakai di dunia Barat. Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, artinya: anak-anak, anak
muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja. Delinquent
berasal dari kata Latin “delinquere” yang berarti: terabaikan, mengabaikan; yang kemudian
diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut,
pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain. 14 Dengan
mengkaji rumusan-rumusan di atas maka pada intinya secara sederhana juvenile delinquency
dapat diterjemahkan sebagai kenakalan remaja. Kenakalan remaja yang dimaksud di sini,
seperti yang dikatakan Sarlito Wirawan Sarwono yaitu perilaku yang menyimpang dari atau
melanggar hukum.15

2. Remaja
Sedangkan yang dimaksud dengan penanggulangan yaitu upaya mengatasi dan
memberi solusi kepada para remaja yang berperilaku menyimpang serta berbagai pihak yang
dapat mempengaruhi perilaku remaja. Para pihak yang dimaksud seperti orang tua, guru,
tokoh masyarakat dan pemerintah.
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan Islam sebagaimana dikemukakan
Achmadi adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusai serta
sumber daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan
kamil sesuai dengan norma Islam).16 Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam sebagaimana

14
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, cet 14, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2017), h.6.

15
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, cet 3, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1994 ), h.
200
16
Achmadi, op. cit, h.28

9
diungkapkan Abdurrahman an-Nahlawi adalah merealisasikan ubudiyah kepada Allah di
dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat.17

3. Pendidikan Islam
pendidikan Islam adalah pendidikan ke-Islaman atau pendidikan agama Islam, yakni
upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life
(pandangan hidup) dan sikap hidup seseorang. Dalam pengertian yang kedua ini pendidikan
islam dapat berwujud (1) segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga
untuk membantu seorang atau sekelompok peserta didik dalam menanamkan dan
menumbuh-kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya; (2) segenap fenomena atau
peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya adalah tertanamnya dan
atau tumbuh-kembangnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa
pihak.18

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka yang menjadi permasalahan sebagai


berikut:

1. Bagaimana pemikiran penanggulangan kenakalan remaja menurut Sarlito Wirawan


Sarwono ?
2. Bagaimana kenakalan remaja dalam perspektif pendidikan Islam ?
3. Bagaimana penanggulangan kenakalan remaja menurut Sarlito Wirawan Sarwono
ditinjau dari konsep pendidikan Islam?

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

17
Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, terj. Herry Noer Ali,
(Bandung: CV.Diponegoro, 1996), h. 162.
18
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 23-24.

10
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penanggulangan kenakalan remaja menurut Sarlito Wirawan
Sarwono.
2. Untuk mengetahui kenakalan remaja dalam perspektif pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui penanggulangan kenakalan remaja menurut Sarlito Wirawan
Sarwono ditinjau dari konsep pendidikan Islam.

b. Manfaat Penelitian

Nilai guna yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :


1. Secara teoretis, yaitu diharapkan dapat memberikan pemahaman yang komprehensif
dalam menanggulangi kenakalan remaja dan hubungannya dengan konsep pendidikan
Islam. Dengan demikian diharapkan dapat dijadikan studi banding oleh peneliti lain.
2. Secara praktis, yaitu diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada
masyarakat dalam menangani kenakalan remaja perspektif pendidikan Islam.
3. Penulisan ini sebagai bagian dari usaha untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan
di Fakultas Agama Islam pada umumnya dan Jurusan Pendidikan Agama Islam
khususnya.

G. Landasan Teori

Masa remaja (adolensi) adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa
dewasa, anak-anak mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-
anak, baik bentuk jasmani, sikap, cara berfikir dan bertindak. Tetapi bukan pula orang
dewasa yang telah matang. Masa ini mulai kira-kira pada umur 13 tahun dan berakhir kira-
kira umur 21 tahun.19 Remaja pada hakikatnya sedang berjuang untuk menemukan dirinya
sendiri, jika dihadapkan pada keadaan luar atau lingkungan yang kurang serasi penuh

19
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, Cet. 10, (Jakarta: Gunung Agung, 1993), h. 101.

11
kontradiksi dan labil, maka akan mudahlah mereka jatuh kepada kesengsaraan batin, hidup
penuh kecemasan, ketidakpastian dan kebimbangan.
Hal seperti ini telah menyebabkan remaja-remaja Indonesia jatuh pada kelainan-
kelainan kelakuan yang membawa bahaya terhadap dirinya sendiri baik sekarang, maupun di
kemudian hari.20 Banyak di antara mereka yang tidak sanggup mengikuti pelajaran, hilang
kemampuan untuk konsentrasi, malas belajar, patah semangat dan sebagainya. Tidak sedikit
pula yang telah jatuh kepada kelakuan yang lebih berbahaya lagi. 21 Muncullah julukan
kenakalan remaja yang dalam terminologi asingnya disebut juvenile delinquency. Dalam
kenyataannya terdapat kesenjangan antara remaja yang baik dengan remaja yang nakal.
Menurut Kartini Kartono, juvenile delinquency merupakan gejala sakit atau patologi
secara sosial sehingga ia berperilaku menyimpang, kemudian disebut cacat secara sosial. Hal
ini tidak lepas dari kurangnya tanggung jawab sosial pada anak remaja, kerapuhan
pendidikan serta pendidikan masyarakat yang buruk.22
Menurut M. Arifin istilah kenakalan remaja merupakan terjemahan dari kata juvenile
delinquency yang dipakai di dunia Barat. Istilah ini mengandung pengertian tentang
kehidupan remaja yang menyimpang dari berbagai pranata dan norma yang berlaku umum.
Baik yang menyangkut kehidupan bermasyarakat, tradisi, maupun agama, serta hukum yang
berlaku. Lebih jelasnya pengertian kenakalan tersebut mengandung beberapa ciri pokok, di
antaranya:
1. Tingkah laku yang mengandung kelainan-kelainan berupa perilaku atau tindakan yang
bersifat a-moral, a-sosial atau anti sosial.
2. Dalam perilaku atau tindakan tersebut terdapat pelanggaran terhadap norma-norma
sosial, hukum, dan norma agama yang berlaku dalam masyarakat.
3. Tingkah/perilaku, perbuatan serta tindakan-tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai
hukum atau undang-undang yang berlaku yang jika dilakukan oleh orang dewasa hal
tersebut jelas merupakan pelanggaran atau tindak kejahatan (kriminal) yang diancam
dengan hukuman menurut ketentuan yang berlaku.
4. Perilaku, tindakan dan perbuatan tersebut dilakukan oleh kelompok usia remaja. 23

20
Zakiah Daradjat, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak, Cet 2, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 356.
21
Ibid.
22
Kartini Kartono Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 6.

12
Menurut Zakiah Daradjat, remaja adalah suatu masa dari umur manusia, yang paling
banyak mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa anak-anak menuju
kepada masa dewasa. Perubahan-perubahan yang terjadi itu, meliputi segala segi kehidupan
manusia, yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial. Biasanya dimulai dengan
perubahan jasmani yang menyangkut segi-segi seksuil biasanya terjadi pada umur antara 13
dan 14 tahun. Perubahan itu disertai atau diiringi oleh perubahan-perubahan lain, yang
berjalan sampai umur 20 tahun karena itulah maka masa remaja itu dapat dianggap terjadi
antara umur 13 dan 20 tahun.24
Menurut Kartono (2003), bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja dibagi menjadi
empat, yaitu :
1. Kenakalan Remaja Terisolir ( Delinkuensi Terisolir )
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari kenakalan remaja.Pada umumnya
mereka tidak menderita kerusakan psikologi. Perbuatan nakal mereka didorong oleh
factor-faktor berikut; 1) Keinginan meniru dan ingin conform dengan gangnya, jadi tidak
ada motivasi, kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan. 2) Kebanyakan
berasal dari daerah kota yang transisional sifat yang memiliki subkultur criminal. 3) Pada
umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, dan mengalami
banyak frustasi. 4) Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali
mendapatkan supervisi dan latihan kedisiplinan yang teratur, sebagai akibatnya dia tidak
sanggup menginternalisasikan norma hidup normal.
Kenakalan remaja ini disebabkan karena factor lingkungan terutama tidak adanya
pendidikan kepada anak, sehingga anak cenderung bebas untuk melakukan sesuatu sesuai
kehendaknya.
2. Kenakalan Remaja Neurotik ( Delinkuensi Neurotik )
Pada umumnya kenakalan remaja tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang
cukup serius antara lain, berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah
dan berdosa dan lain sebagainya. Ciri-ciri perilakunya adalah; 1) Perilaku nakalnya
bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam, daan bukan hannya berupa

23
M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Cet 5, (Jakarta: PT.Golden
Trayon Press, 1994), h. 79-80
24
Zakiah Daradjat, Problema Remaja di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 35 - 36.

13
adaptasi pasif menerima norma, dan nilai subkultur gang yang criminal itu saja. 2)
Perilaku criminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum
terselesaikan. 3) Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri. 4) Remaja nakal
ini banyak yang berasal dari kalangan menengah. 5) Remaja memiliki ego yang lemah,
dan cenderung mengisolir diri dari lingkungan.
3. Kenakalan Remaja Psikotik (Delinkuensi Psikotik)
Delinkuensi Psikotik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan
umum dan segi keamanan, kenakalan remaja ini merupakan oknum criminal yang paling
berbahaya. Ciri tingkah laku mereka adalah; 1) Hamper seluruh remaja ini berasal dan
dibesarkan dalam keluarga yang brutal dan diliputi banyak pertikaian keluarga. 2)
Mereka tidak mampu menyadri arti bersalah, berdosa, dan melakukan pelanggaran. 3)
Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma sosial
yang umum berlaku.
Kenakalan remaja ini pada tahap yang serius karna mengarah kekriminal, dan
sadism. Kenakalan ini dipicu adanya perilaku turunan atau tingkah laku dari keluarga
(orang tua) yang berbuat sadis, sehingga anaknya cenderung untuk meniru.
4. Kenakalan Remaja Defek Moral ( Delinkuensi Defek Moral )
Kenakalan remaja ini mempunyain nciri-ciri; Selalu melakukan tindakan anti
sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan. Kelemahannya yaitu mereka
tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu
mengendalikan dan mengaturnya, mereka selalu ingin melakukan perbuatan kekerasan,
penyerangan dan kejahatan, rasa kemanusiaannya sangat terganggu, sikapnya sangat
dingin tanpa afeksi jadi ada kemiskinan afektif, dan sterilitas emosional.

H. Metode Penelitian

Ketepatan menggunakan metode dalam penelitian adalah syarat utama dalam


menggunakan data. Apabila seseorang mengadakan penelitian kurang tepat metode
penelitiannya, maka akan mengalami kesulitan, bahkan tidak akan menghasilkan hasil yang
baik sesuai yang diharapkan. Berkaitan dengan hal ini Winarno Surachmad mengatakan

14
bahwa metode merupakan cara utama yang digunakan dalam mencapai tujuan.25

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan dengan metode deskriptif


analisis. metode digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun,
menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada.

Untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek
penelitian, yaitu menguraikan dan menjelaskan pemikiran Sarlito Wirawan Sarwono
dalam menanggulangi kenakalan remaja ditinjau dari konsep pendidikan Islam.

2. Pendekatan

Pendekatan Penelitian Berkaitan dengan judul yang diangkat, maka diperlukan


pendekatan dalam melakukan penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan psikologi dan bimbingan penyuluhan Islam. Pendekatan psikologi
diaplikasikan dengan cara menelaah buku-buku yang berkaitan dengan psikologi terutama
pada waktu membahas faktor-faktor yang menimbulkan kenakalan remaja. Pendekatan
bimbingan dan penyuluhan Islam diaplikasikan dengan cara menelaah pemikiran
SARLITO WIRAWAN SARWONO dengan materi bimbingan dan penyuluhan Islam.

3. Sumber Data

Sebagai sumber data terdiri dari karya-karya Sarlito Wirwan Sarwono, di


antaranya: (1) Psikologi Remaja; (2) Aliran-Aliran dalam Psikologi; (3) Remaja dan
Masalahnya; (4) Teori-Teori Psikologi Kontemporer; (4) Seks dan Remaja; (5)
Memahami Persoalan Remaja dan Seks Bebas; (6) Problem Anda Masalah Remaja:
Pacaran dan Kegiatan Belajar; (7) Perkawinan Remaja

25
Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar-Dasar Metode dan Teknik, (Bandung:
Tarsito Rimbuan, 1995), h. 121

15
4. Metode Analisis Data

Dalam membahas dan menelaah data, penulis menggunakan metode sebagai


berikut:
a. Metode Komparasi
Membandingkan pendapat Sarlito Wirawan Sarwono dengan ahli lain dalam
menanggulangi kenakalan remaja ditinjau dari konsep pendidikan Islam

b. Metode Induktif

Berangkat dari pengamatan terhadap kenyataan khusus tersebut diabstraksikan


ke dalam bentuk kesimpulan yang umum.

c. Metode Deskriptif Analisis

Metode Deskriptif Analisis akan digunakan dalam usaha mencari dan


mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada.
Untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian, 26
yaitu menguraikan dan menjelaskan pemikiran Sarlito Wirawan Sarwono dalam
menanggulangi kenakalan remaja ditinjau dari konsep pendidikan Islam

I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab yang masing-masing menampakkan
titik berat yang berbeda, namun dalam satu kesatuan yang saling mendukung dan
melengkapi.
Bab pertama, berisi pendahuluan yang merupakan garis besar dari keseluruhan pola
berpikir dan dituangkan dalam konteks yang jelas serta padat. Atas dasar itu deskripsi skripsi
diawali dengan latar belakang masalah yang terangkum di dalamnya tentang apa yang
menjadi alasan memilih judul, dan bagaimana pokok permasalahannya. Dengan
penggambaran secara sekilas sudah dapat ditangkap substansi skripsi. Selanjutnya untuk
lebih memperjelas maka dikemukakan pula tujuan penelitian baik ditinjau secara teoritis

26
Sudarto, metode penelitian filsafat, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), h. 116

16
maupun praktis. Penjelasan ini akan mengungkap seberapa jauh signifikansi tulisan ini.
Kemudian agar tidak terjadi pengulangan dan penjiplakan maka dibentangkan pula berbagai
hasil penelitian terdahulu yang dituangkan dalam tinjauan pustaka. Demikian pula metode
penulisan diungkap apa adanya dengan harapan dapat diketahui apa yang menjadi jenis
penelitian, pendekatan, sumber data, teknik pengumpulan data dan analisis data.
Pengembangannya kemudian tampak dalam sistematika penulisan.
Dengan demikian, dalam bab pertama ini tampak penggambaran isi skripsi secara
keseluruhan namun dalam satu kesatuan yang ringkas dan padat guna menjadi pedoman
untuk bab kedua, ketiga, bab keempat, dan bab kelima.
Bab kedua berisi kenakalan remaja perspektif pendidikan Islam yang meliputi
pendidikan Islam (pengertian pendidikan Islam, dasar-dasar pendidikan Islam, tujuan
pendidikan Islam), kenakalan remaja (batasan remaja, perkembangan remaja, faktor-faktor
terjadinya kenakalan remaja dan penanggulangannya).

Bab ketiga berisi pemikiran Sarlito Wirawan Sarwono tentang penanggulangan


kenakalan remaja yang meliputi biografi Sarlito Wirawan Sarwono (latar belakang Sarlito
Wirawan Sarwono, pendidikan dan karya-karyanya), pemikiran Sarlito Wirawan Sarwono
tentang penanggulangan kenakalan remaja (pengertian kenakalan remaja menurut Sarlito
Wirawan Sarwono, batasan remaja dan perkembangannya menurut Sarlito Wirawan
Sarwono, faktor-faktor terjadinya kenakalan remaja menurut Sarlito Wirawan Sarwono,
upaya penanggulangan kenakalan remaja Menurut Sarlito Wirawan Sarwono.
Bab keempat analisis pemikiran Sarlito Wirawan Sarwono tentang penanggulangan
kenakalan remaja yang meliputi penanggulangan kenakalan remaja perspektif pendidikan
Islam, relevansi pemikiran Sarlito Wirawan Sarwono dalam menanggulangi kenakalan
remaja dengan konsep pendidikan Islam.
Bab kelima terdiri dari kesimpulan, saran dan penutup yang sekiranya dianggap penting
dan relevan dengan tema skripsi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta::


Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 48.
An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, terj. Herry Noer
Ali, (Bandung: CV.Diponegoro, 1996), hlm. 162.
Daradjat, Zakiah, Kesehatan Mental, Cet. 10, (Jakarta: Gunung Agung, 1993), hlm. 101.
Daradjat, Zakiah, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak, Cet 2, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973),
hlm. 356.
Daradjat, Zakiah, Problema Remaja di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 35 -
36.
Kartono, Kartini, Patologis Sosial 3 Gangguan-gangguan Kejiawaan, (Jakarta: CV.
Rajawali, 1986), hlm 209.
Kartono, Kartini, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, cet 5, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003), hlm.6.

18
Kartono, Kartini, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm.
7-10.
M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Cet 5, (Jakarta:
PT.Golden Trayon Press, 1994), hlm. 79-80
Maslow, Abraham, Motivasi dan Kepribadian, Terj. Ahmad Sanuri, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006, hlm. 7.
Sarwono, Sarlito W. Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. VI
Sarwono, Sarlito W. Psikologi Remaja, cet 3, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994),
hlm. 200
Sudarto, metode penelitian filsafat, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), hlm. 116
Surachmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar-Dasar Metode dan Teknik,
(Bandung: Tarsito Rimbuan, 1995), hlm.121

19

Anda mungkin juga menyukai