Anda di halaman 1dari 13

Laporan Studi Kasus Farmakoterapi

Kasus Anemia

Dosen Pengampu :

Dwi Ningsih., M.Farm., Apt.

Disusun oleh :

Kelompok C1/1

Sukron Admaja (1820353948)


Syaiban (1820353949)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017/2018
A. DEFINISI
Anemia adalah situasi atau keadaan dimana jumlah RBC dan atau konsentrasi
hemoglobin berkurang dibawah normal (Wong, 2011).
Anemia aplastic adalah suatu kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang
mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentuk darah dalam sumsum.
Hal ini khas dengan penurunan produksi eritrosit akibat pergantian dari unsur produksi eritrosit
dalam sumsum oleh jaringan lemak hiposeluler, juga dapat memengaruhi megakaryosit
mengarah pada neutropenia (Sacharin, 2002).
Anemia aplastik adalah gangguan akibat kegagalan sumsum tulang yang menyebabkan
penipisan semua unsur sumsum (Betz and Sowden, 1996).
Anemia aplastic adalah kondisi dimana semua elemen pembentuk darah tertekan secara
bersamaan (Wong, 2001).

B. KLASIFIKASI
1. Eritroblastopenia (anemia hipoblastik) yaitu aplasia yang hanya mengenai system eritopoetik.
2. Agranulositosis (anemia hipoplastik) yaitu aplasia yang mengenai system agranulopoetik.
3. Amegakaryositik (penyakit Schultz) yaitu aplasia yang mengenai system trombopoetik.
4. Panmieloptisis (anemia aplastic) yaitu aplasia yang mengenai ketiga system diatas
(eritropoetik, agranulopoetik, trombopoetik) (Ngastiyah, 1997).

C. ETIOLOGI
Anemia aplastic disebabkan oleh :
1. Faktor Kongenital
Sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali,
strabismus, anomaly jari, kelainan ginjal dan sebaliknya.
2. faktor didapat :
a. bahan kimia, benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
b. Obat : Kloramfenikol, mesantoin (anti Konvulsan), Piribenzamin (anti histamine), santonin
kalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubydomycine dan
sebagainya).
c. Radiasi : sinar rontgen, radioaktif.
d. Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia, dan sebagainya.
e. infeksi, keganasan, gangguan endokrin.
f. lain-lain : penyakit ginjal
g. idiopatik (Ngastiyah, 1997, FKUI, 2002)

D. MANIFESTASI KLINIK
1. pucat
2. kelemahan
3. sesak nafas
4. ruam
5. mudah lebam
6. hidung berdarah
7. gusi berdarah
8. anoreksia
9. dyspnea
10. sakit tenggorokkan
11. ulserasi mulut dan faring
12. pendarahan ke dalam tengkorak, gusi, usus, atau ginjal (Sacharin, 1996).

E. PATOFISIOLOGI
Penyebab anemia aplastic adalah faktor kongenital, faktor didapat antara lain : bahan
kimia, obat, radiasi, faktor individu, infeksi, idiopatik. Apabila pajanan dilanjutkan setelah tanda
hypoplasia muncul, maka depresi sumsum tulang akan berkembang sampai titik dimana terjadi
kegagalan sempurna dan ireversibel. Disinilah pentingnya pemeriksaan angka darah sesering
mungkin pada pasien yang mendapat pengobatan atau terpajan secara teratur pada bahan kimia
yang dapat menyebabkan anemia aplastic.
Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, aspirasi sumsum tulang
sering hanya menghasilkan beberapa tetes darah. Maka perlu dilakukan biopsy untuk
menentukan beratnya penurunan elemen sumsum normal dan pergantian oleh lemak.
Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem, prekusor granulosit, eritrosit, dan trombosit,
akibatnya terjadi pansitopenia.
Pansitopenia adalah menurunnya sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Penurunan sel darah (anemia) ditandai dengan menurunnya tingkat hemoglobin dan hematocrit.
Penurunan sel darah merah (hemoglobin) menyebabkan penurunan jumlah oksigen yang
dikirimkan ke jaringan, biasanya ditandai dengan kelemahan, kelelahan, dyspnea, takikardia,
ekstremitas dingin dan pucat.
Kelainan kedua setelah anemia yaitu leukopenia atau menurunnya jumlah sel darah putih
(leukosit) kurang dari 4500-10000/mm3 penurunan sel darah putih ini akan menyebabkan
agranulositosis dan akhirnya menekan respon inflamasi. Respon inflamasi yang tertekan akan
menyebabkan infeksi dan penurunan system imunitas fisis mekanik dimana dapat menyerang
pada selaput lender, kulit, silia, saluran nafas sehingga bila selaput lendirnya yang terkena maka
akan mengakibatkan ulserasi dan nyeri pada mulut serta faring, sehingga mengalami kesulitan
dalam menelan dan menyebabkan penurunan masukan diet dalam tubuh.
Kelainan ketiga setelah anemia dan leukopenia yaitu trombositopenia, trombositopenia
didefinisikan sebagai jumlah trombosit dibawah 100.000/mm3. Akibat dari trombositopenia
antara lain ekimosis, ptekie, epistaksis, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf dan
perdarahan saluran cerna. Gejala dari perdarahan saluran cerna adalah anoreksia, nausea,
konstipasi, atau diare dan stomatitis (sariawan pada lidah dan mulut) perdarahan saluran cerna
dapat menyebabkan hematemesis melena. Perdarahan akibat trombositopenia mengakibatkan
aliran darah ke jaringan menurun (Brunner dan Suddarth, 2002).

F. FARMAKOLOGI

Pasien yang mengalami anemia dapat diberikan obat zat besi (Fe), Asam Folat, Vitamin B12
(Cyanocobalamine). Beberapa obat tersebut dapat memperbaiki anemia.

1. Zat besi (Fe). Pencegahan dan pengobatan anemia besi. Efek samping yang biasa terjadi
intoleransi terhadap sediaan oral, mual, nyeri, epigastrum, konstipasi. Obat yang dapat
menurunkan keasaman lambung dapat menurunkan absorbsi besi.
2. Asam Folat. Berindikasi untuk pengobatan defisiensi folat. Suplemen juga dapat
dibutuhkan untuk wanita hamil karena kebutuhan asam folat untuk wanita hamil
mengalami peningkatan.
3. Vitamin B12 (Cyanocobalamine). Anemia megoloblastik, penyebab lain dari defiensi
vitamin B12, degenerasi korda spinalis.
G. NON FARMAKOLOGI

Pemberian diet yang mudah cerna khususnya pada ulkus yang aktif perlu dilakukan.
Makan dalam jumlah sedikit dan lebih sering,lebih baik daripada makan yang sekaligus kenyang.

Mengurangi makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung/ pepsin,makanan


yang merangsang timbulnya nyeri dan zat-zat lain yang dapat mengganggu pertahanan mukosa
gastroduodenal. Beberapa peneliti menganjurkan makanan biasa, lunak, tidak merangsang dan
diet seimbang.
Merokok menghalangi penyembuhan ulkus, menghambat sekresi bikarbonat pankreas,
menambah keasaman bulbus duodeni, menambah refluks dudenogastrik akibat relaksasi sfingter
pilorus sekaligus meningkatkan kekambuhan ulkus.Merokok sebenarnya tidak mempengaruhi
sekresi asam lambung tetapi dapa tmemperlambat pemyembuhan luka serta meningkatkan angka
kematian karena efek peningkatan kekambuhan penyakit saluran pernafasan dan penyakit
jantung koroner. Alkohol belum terbukti mempunyai bukti yang merugikan. Air jeruk yang
asam,coca-cola, bir, kopi tidak mempunyai pengaruh ulserogenik tetapi dapat menambah sekresi
asam lambung dan belum jelas dapat menghalangi penyembuhan luka dan sebaiknya jangan
diminum sewaktu perut kosong.

H. KASUS
1. Anemia ec Pendarahan Lambung + Pansitopenia
1.1 Identifikasi Pasien
Nama : Tn. MM
RM : 000676889
Umur : 58 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tinggi Badan : 156 cm
Berat Badan : 54 kg
Tgl. Masuk : 07 November 2017
Status Pembayaran : BPJS non PBI
Ruang Perawatan : Seruni
Kelas :I
Diagnosa : Anemia ec Pendarahan + Pansitopenia (menurunnya sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit)
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan utama lemas (+), BAB hitam sejak ± 3 hari, nyeri perut,
riwayat anemia aplastik, riwayat transfusi (+).
Riwayat Penyakit Sekarang Lemas, BAB hitam, mual
Riwayat Penyakit Terdahulu Anemia aplastik
Riwayat Penyakit Keluarga Anemia aplastik
Riwayat Penggunaan Obat Sandimmun
Data pemeriksaan klinis, laboratorium dan uji lain
a. Pemeriksaan Fisik
Kondisi umum : CM (Compus Mentis)
Nadi : 95 x/ menit
Pernafasan : 20 x/ menit
TD : 130/ 70 mmHg
Suhu : 36,5˚C
BB : 54 kg

b. pemeriksaan laboratorium
Pengobatan sekarang :
- NaCl 18 jam
- Transfusi PRC 500
- Tranfusi TC 15 unit
- Omeprazol drip 8 mg/ jam jika tidak ada shriye pump OMZ 2 x 40 mg IV -
Inpepsa 4 x 1 C

Tugas:
1. Buatlah latar belakang singkat, tentang patofisologi penyakit dan farmakoterapinya
2. Masukkan data base pasien ke dalam format database (termasuk data subyektif dan
obyektif)
3. Buatlah assessment
4. Identifikasi dan usulkan pengatasan problem medik
5. Lakukan Pemantauan Terapi Obat
6. Apa yang bisa direkomendasikan bila target terapi belum tercapai?
I. PENYELESAIAN

Form Database Pasien


Untuk Analisis Penggunaan Obat

Identitas Pasien
Nama : Tn. MM
RM : 000676889
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Tinggi Badan : 156 cm
Berat Badan : 54 kg
Tgl. Masuk : 07-11-2017
Diagnosa : anemia ec pendarahan + pansitopenia ( menurunnya sel darah
merah, Sel darah putih, dan trombosit)
Keluhan Utama : pasien datang dengan keluhan utama lemas (+), BAB hitam sejak
± 3 Hari, nyeri perut, riwayat anemia aplastic, riwayat transfuse
(+).
Riwayat penyakit sekarang : lemas, BAB hitam, mual
Riwayat penyakit terdahulu : Anemia aplastik
Riwayat penyakit keluarga : Anemia aplastik
Riwayat penggunaan obat : Sandimmun

pola makan/diet
1. vegetarian : tidak
2. merokok : tidak
3. minum alcohol : tidak
4. minum obat herbal : tidak

a. Subyektif
Tanggal Subyektif
07-11-2017 Lemas (+)
BAB hitam sejak ± 3 hari
Nyeri perut

b. Obyektif
Pemeriksaan Harga normal Hasil pemeriksaan keterangan
Nadi 60-80x/menit 95 x/menit Tinggi
Pernafasan 12-20 x/min 20 x/menit Normal
TD 120/80 mmHg 130/70 mmHg Tinggi
Suhu 36,7 – 37, 3 ̊ C 36,5 oC Normal
BB - 54 kg -
Hemoglobin 13,2 – 17,3 g/dL 10,2 Rendah
Leukosit 3,8 – 10,6 103/µl 0,8 Rendah
hematokrit 40 – 52 % 31 Rendah
trombosit 150 – 440 103/ µl 15 Rendah
SGPT 0 – 50 U/L 26 Normal
SGOT 0 – 50 U/L 70 Tinggi
Basophil 0–1% 0 Normal
Eosinophil 2–4% 0 Rendah
Batang 3–5% 0 Rendah
Segmen 50 – 70 % 20 Rendah
Limfosit 25 – 40 % 69 Tinggi
Monosid 2–8% 11 Tinggi
Kimia (Karbohidrat)
Gula darah sewaktu < 180 Mg/dL 299 Tinggi
Kimia (Fungsi Ginjal)
Ureum 10 – 50 Mg/dL 47
Creatinin < 1,3 Mg/dL 0,8
Kimia (Elektrolit)
Natrium 135 – 147 mEq/dL 141 Normal
Kalium 3,5 – 5 mEq/ dL 3,8 Normal
Chloride 95 – 105 mEq/dL 97 Normal
Feses
Warna - Coklat
Konsistensi - Lembek
Lendir - Negatif Normal
Darah - Negatif Normal
Cacing - Negatif Normal
Eritrosit Negatif Normal
Leukosit Negatif Normal
Eritrosit Negatif Normal
Amoeba Negatif Normal
Telur cacing Negatif Normal
No Nama obat Indikasi Dosis Rute pemberian Interaksi ESO Outcome terapi
1 NaCl Mengganti IV Mencapai kondisi
elektrolit isotonis
2 PRC Mengganti sel IV Penumpukkan Jumlah Sel darah
darah yang zat besi menjadi normal
hilang
3 TC Mengganti IV Jumlah trombosit
trombosit yang menjadi normal
hilang
4 Omeprazole Tukak lambung 8 mg/ jam IV Mual, muntah, Tukak lambung
nyeri abdomen, membaik
pandangan
kabur
5 Inpepza Tukak lambung 4 x 1 sendok oral Zat besi Mual, muntah, Tukak lambung
konstipasi, membaik
gatal-gatal,
ruam

Assesment
Problem medik Subjektif Objektif Terapi Analisis DRP
Anemia  Lemas, lesu Hemoglobin 10,2 Transfusi PRC 500 Pemberian PRC Terapi tepat
Pansitopenia g/dl dan TC mampu indikasi
Leukosit 0,8 103 /µl Tranfusi TC 15 unit memperbaiki
Hematocrit 31 % anemia pada pasien
Trombosit 15 103
/µl
Tukak lambung Nyeri perut, feses Omeprazole, Merupakan Terapi tepay
berwaran hitam Inpepsa Kombinasi yang indikasi
tepat untuk pasien
tukak lambung
Plan care
1. Pasien yang mengalami anemia karena pendarahan pada lambung dengan parameter
hematologi yang menunjukkan adanya penurunan, sudah teapat diberikan Transfusi PRC
dan Transfusi TC, ini akan memperbaiki sel darah merah dan trombosit pasien menjadi
normal kembali. Tetapi biasanya pasiean yang menerima transfuse PRC, biasanya
mengalami penumpukan zat besi, sehingga beberapa hari setelah pemberian PRC, pasien
dapat diberikan kelasi besi seperti Deferoxamin.
2. Lambung yang mengalami pendarahan karena luka sudah tepat diberikan Omeprazole
dan Inpepsa (sulcralfate). Omeprazole yang bekerja menekan produksi HCl, sehingga
dapat mengurangi nyeri pada perut. Lalu inpepsa yang melapisi dinding lambung, kedua
obat ini diminum dangan memberikan jarak waktu.
3. Pada saat lambung mengalami luka, secara otomatis, tubuh akan merespon dengan
meningkatkan system antibodinya, kenaikan antibody ini akan merespon autoimun,
dimana autoimun itu sendiri dapat memperparah ulkus pada lambung, sehingga
pemakaian Sandimun digunakan untuk menekan system imun pasien.
4. Penggunaan Infus NaCl tepat, pasien yang mengalami tukak lambung biasanya, tidak
nafsu makan, sehingga dapat menurunkan elektrolit tubuh. Pemberian NaCl dapat
menggamtikan elektrolit yang hilang.
5. Jika Pasien masih mengalami anemia, dapat diberikan zat besi secara infus. Terdapat
interaksi antara zat besi dengan omeprazole, omeprazole dapat menurunkan absorbs zat
besi, sehingga zat besi diberikan secara intravena.

Terapi Non Farmakologi


1. Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, seperti susu, hati ayam, dan
lain-lain.
2. Jangan mengkonsumsi makananan yang dapat memperparah keadaan ulkus pada
lambung, seperti makanan yang pedas.
3. Istirahat yang cukup.

Monitoring
1. Memonitoring parameter Hematologi, terutama hemoglobin, trombosit dan zat besi,
setelah transfusi PRC
2. Memonitoring warna feses, untuk melihat apakah masih terjadi pendarahan pada
lambung.
3. Memonitoring pemakaian obat pada pasien

KIE
1. Informasikan ke pasien minum obat Inpepsa 4 kali sehari sebelum makan, jangan minum
obat lain bersamaan dengan obat inpepsa, karena inpepsa dapat mencegah absorbs obat
lain.
2. Ajurkan kepada pasien atau keluarga pasien umtuk mengkonsumsi makanan yang lunak
mudah dicerna, jangan makan makanan yang pedas.
3. Anjurkan mengkonsumsi makananan yang mengandung zat besi seperti susu dan hati
ayam. Konsumsi sayur hijau dan buah-buahan yag dapat meningkatkan kesehatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai