net/publication/329884947
CITATIONS READS
2 4,247
1 author:
69 PUBLICATIONS 67 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Arif Rahman Hakim on 24 December 2018.
OLEH
ARIF RAHMAN HAKIM
[Tautan Unduhan]:
https://www.researchgate.net/profile/Arif_Hakim14
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
BAGIAN I
Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima wilayah yaitu Kepulauan Seribu,
Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan DKI
Jakarta. Luas wilayah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta tahun
2016 adalah sebagai berikut.
1
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
1.2 Demografis
Jumlah penduduk DKI Jakarta terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2015 jumlah penduduk DKI Jakarta sebanyak 10. 177.924 orang dan jumlah
rumah tangga sebanyak 2.659.205 orang. Jumlah penduduk DKI Jakarta Pada
tahun 2016 meningkat menjadi 10.277.628 dan jumlah rumah tangga sebanyak
2.685.314 orang (Grafik 2.1)
Grafik 1.1 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Provinsi DKI Jakarta
Jika dilihat berdasarkan wilayah, jumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun
2016 terbanyak ada di wilayah Jakarta Timur yaitu sebanyak 2.868.910 orang
dengan laju pertumbuhan per tahun sebesar 0,88 persen. Sementara wilayah
dengan penduduk terendah adalah Jakarta Pusat yaitu sebanyak 917.754 orang
dengan laju pertumbuhan sebesar 0,39 persen. Jumlah penduduk DKI Jakarta
berdasarkan Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut.
2
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
3
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
2 Ekonomi
4
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
40.66%
59.34%
5
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
6
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
13.59%
57.13%
12.64%
Gambar 1.3 Distribusi PDRB Lapangan Usaha DKI Jakarta Semester I 2017
7
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Tabel 1.5 Upah Minimum Provinsi dan Inflasi di DKI Jakarta 2002-2016
Tahun Upah Minimum Provinsi (UMP) Inflasi (%)
Rp Kenaikan UMP
(%)
2002 591.266 37,71 9,08
2003 631.554 6,81 5,78
2004 671.550 6,33 5,87
2005 819.100 6,00 16,06
2006 900.560 15,07 6,03
2007 972.605 9,95 6,04
2008 972.605 8,00 11,11
2009 1.069.865 10,00 2,34
2010 1.188.010 11,04 5,95
2011 1.290.000 8,58 3,97
2012 1.529.150 18,54 4,52
2013 2.200.000 43,87 8,00
2014 2.441.000 10,96 8,95
2015 2.700.000 10,60 3,30
2016 3.100.000 14,80 2,37
2017* 3.355.750 8,25 3,94
Sumber: Jakarta dalam Angka 2017, BPS *) Pergub No.227 tahun 2016
8
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Kota Perusahaan
Tenaga Output (Milyar
Kerja Rp)
Jakarta Selatan 57.00 3,845.00 1,180.33
Jakarta Timur 285.00 800,006.00 87,206.23
Jakarta Pusat 94.00 4,920.00 21,429.90
Jakarta Barat 394.00 40,391.00 30,312.78
Jakarta Utara 493.00 148,940.00 200,717.87
Sumber: Jakarta dalam Angka 2017, BPS
3 Perdagangan
Pulau Jawa menerima kontribusi signifikan di sektor perdagangan, hotel
dan restoran, keuangan, property dan jasa bisnis lainnya mengingat kota-kota
besar Indonesia berlokasi di wilayah Jawa. Jabodetabek atau Jakarta Raya yang
9
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
terdiri dari Kabupaten/Kota di DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat merupakn
pusat perdagangan dan keuangan nasional. Volume dan nilai ekspor yang melalui
DKI Jakarta menurut pelabuhan muat tahun 2015-2016 adalah sebagai berikut.
Tabel 1.8 Volume dan Nilai Ekspor Melalui DKI Jakarta menurut
Pelabuhan Muat Tahun 2015-2016
4 Investasi
Kinerja investasi DKI Jakarta tetap tumbuh positif, meskipun terbatas
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2017, komponen
investasi DKI Jakarta tercatat mengalami pertumbuhan 4,12 persen (yoy), lebih
baik dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,00
persen. Pertumbuhan pada triwulan II 2017 masih ditopang oleh investasi yang
dilakukan oleh pemerintah, khususnya investasi bangunan dalam bentuk
pembangunan infrastruktur di ibukota. Investasi bangunan tersebut masih
mendominasi pangsa komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau
investasi secara keseluruhan di Jakarta pada triwulan II 2017, dengan realisasi
pertumbuhan pada triwulan II 2017 sebesar 5,75% (yoy).
Akselerasi investasi bangunan di DKI Jakarta didorong oleh pembangunan
infrastruktur yang menyebar di berbagai wilayah di Jakarta. Proyek-proyek
tersebut antara lain kelanjutan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) dengan
keseluruhan progres pekerjaan sampai dengan akhir triwulan II 2017 telah
mencapai 75%, dengan rincian 87,5% untuk konstruksi bawah tanah dan 56,86%
untuk konstruksi layang; pembangunan LRT Jabodebek dengan progres
pekerjaan sampai dengan triwulan I 2017 sebesar 15,5%5, dengan rincian ruas
10
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
11
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Bekasi Timur Cawang sepanjang 17,1 km telah mencapai 17%, dan rute Cawang
Dukuh Atas sepanjang 10,5 km baru mencapai 3%. Lebih lanjut, pembangunan
flyover dan underpass, antara lain flyover Cipinang Lontar, Pancoran, dan
Bintaro, serta underpass Kartini, mampang Kuningan, dan Matraman,
ditargetkan untuk selesai pada akhir tahun 2017, sehingga pada semester II ini,
pekerjaan konstruksi akan semakin dipercepat untuk memenuhi target. Di sisi
lain, investasi swasta diperkirakan masih belum meningkat signifikan, yang
terindikasi dari penyaluran kredit investasi dan kredit korporasi terkini yang
masih tumbuh melambat (Kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi DKI
Jakarta, Agustus 2017).
Tabel 1.9 Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri dan Modal
Asing 2004-2016
Tahun PMDN PMA
Proyek Investasi Proyek Investasi
(Juta Rp) (Ribu US$)
2004 35 4.173.915 592 1.867.972
2005 23 3.792.133 364 3.267.000
2006 29 3.088.000 330 1.472.000
2007 34 4.218.000 365 4.680.000
2008 34 1.837.000 434 9.928.000
2009 35 9.694.000 433 5.511.000
2010 86 4.598.517 886 6.428.732
2011 84 9.256.404 1.094 4.824.000
2012 72 8.540.071 1.148 4.107.721
2013 132 5.766.334 2.371 2.589.642
2014 118 17.811.428 3.053 4.509,4
2015 186 15.512.725 4.463 3.619.392
2016 463 12.216.900 6.751 3.398.200
Sumber: Jakarta dalam angka 2017, BPS
12
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Tabel 1.10. PDRB Pariwisata Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)
Tahun Pariwisata Total PDRB Kontribusi
2003* 12794906 263624242 4.85
2006* 15441825 312826713 4.94
2009* 18563572 371399302 5.00
2012** 61258499 1222527925 5.01
2015** 72582234 1454102107 4.99
2016 ** 76788426 1539376654 4.99
Rerata 4.96
Keterangan :
*: Atas Dasar Harga Konstan 2000
**: Atas Dasar Harga Konstan 2010
13
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
2003 sampai dengan 2009, rerata konstribusi sebesar 4,93 persen dan periode
2012 sampai dengan 2016 semester satu sebesar 4,99 persen.
8.00 7.27
7.00 6.52
6.30
6.07
5.80
6.00 5.42
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
2003 2006 2009 2012 2015 2016
Grafik 1.4 menunjukkan bahwa sektor pariwisata DKI Jakarta memiliki laju
pertumbuhan yang cukup konsisten. Sepanjang periode tersebut rata – rata
sektor pariwisata tumbuh sebesar 6,10 persen dimana laju pertumbuhan
sektoral tertinggi sebesar 7,27 persen ditahun 2006 sedangkan laju
pertumbuhan terendah sebesar 4,99 persen ditahun 2016 semester satu. Jika
dibedakan dalam dua periode yaitu periode 2003 sampai dengan 2009, rerata
laju pertumbuhan sebesar 6,62 persen dan periode 2012 sampai dengan 2016
semester satu sebesar 5,57 persen.
14
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Tabel 1.11 Jumlah Wisman Menurut Pintu Kedatangan dan Jumlah Kunjungan
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Wisatawan Manca Negara
Soekarno 1,933,022 2,053,850 2,240,490 2,246,437 2,304,275 2,445,275
Hatta
Tanjung 65,171 66,168 65,227 64,941 64,611 60,322
Priok
Halim PK 5,751 5,495 8,025 7,917 8,340 6,408
Total 2,003,944 2,125,513 2,313,742 2,319,295 2,377,226 2,512,005
Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Unggulan
Ancol 18,450,016 15,848,956 15,948,829 16,085,604 16,661,517 17,850,284
TMII 5,186,445 7,888,787 4,483,847 4,587,735 5,575,905 4,977,704
Ragunan 4,090,567 4,283,895 3,681,968 4,100,570 5,157,035 5,177,877
Monas 1,516,153 1,418,469 1,380,868 1,156,208 1,539,195 1,878,155
Lainnya 739,825 627,256 627,206 531,816 914,687 1,196,050
Total 29,983,006 30,067,363 26,122,718 26,461,933 29,848,339 31,080,070
15
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
150
100
50
0
2012 2013 2014 2015 2016
Grafik 1.5 Jumlah Hotel Berbintang dan Hotel Non Berbintang di DKI
Jakarta Tahun 2012 sd 2016
Jumlah hotel berbintang dan non berbintang di DKI Jakarta pada periode
2012 – 2016 mengalami peningkatan sebesar 11,48 persen atau dari 392 hotel di
tahun 2012 menjadi 437 hotel di tahun 2016. Pada periode yang sama hotel
berbintang bertambah sebanyak 54 hotel atau naik sebesar 30,34 persen
sedangkan hotel non berbintang berkurang sebanyak 9 hotel atau turun sebesar
4,21 persen, sebagaimana ditunjukkan dalam Grafik 1.5.
Di tahun 2016, dari jumlah hotel di DKI Jakarta secara keseluruhan terbagi
menjadi 232 hotel berbintang, 169 hotel melati, dan 36 akomodasi lainnya. Pada
Grafik 1.6, dari 232 hotel berbintang di DKI Jakarta sebagian besar adalah hotel
bintang tiga yaitu sebanyak 78 hotel (36,62 persen); diikuti hotel bintang dua
sebanyak 54 hotel (23,28 persen); hotel bintang empat sebanyak 41 hotel (17,67
persen); hotel bintang satu sebanyak 30 hotel (12,93 persen) dan hotel bintang
lima sebanyak 29 hotel (12,50 persen). Sedangkan hotel melati dan akomodasi
lainnya berjumlah 205 hotel yang terdiri dari hotel melati satu sebanyak 75 hotel
(36,59 persen); hotel melati dua sebanyak 50 hotel (24,39 persen); hotel melati
tiga sebanyak 44 hotel (21,46 persen); dan akomodasi lainnya terbagi atas
penginapan remaja pondok wisata dan jasa akomodasi lainnya sebanyak 36 hotel
(17,56 persen), sebagaimana terlihat dalam Grafik 1.6a dan Grafik 1.6b.
16
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
78 75
80 80
70 70
60 54 60
50
50 44
50 41 36
40
40
30 29
30
30
20
20
10
10
0
0 Melati I Melati II Melati III Akomodasi
Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5 Lainnya
Selain itu, pertambahan jumlah hotel dalam kurun waktu tersebut juga
diikuti dengan pertambahan jumlah kamar tidur dan tempat tidur. Di tahun 2012,
tersedia sebanyak 37.712 kamar tidur dan 50.728 tempat tidur menjadi 48.104
kamar tidur dan 66.284 tempat tidur di tahun 2016. Dengan kata lain, terdapat
peningkatan sebesar 24,26 persen untuk kamar tidur dan sebesar 30,67 persen
untuk tempat tidur. Ketersediaan tempat tidur dan kamar tidur dapat dilihat
pada Gambar 1.7.
65,058 66,284
70,000 63,308
60,000 53,556
50,728
47,663 48,104
50,000 44,905
38,712 40,026
40,000
30,000
20,000
10,000
-
2012 2013 2014 2015 2016
17
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Grafik 1.7. Banyaknya Kamar Tidur dan Tempat Tidur Hotel dan Akomodasi
Lainnya di DKI Jakarta Tahun 2012 sd 2016
39806
90.00 82.75
40000
80.00
35000
70.00
30000
60.00
25000
50.00
20000
40.00
15000
30.00
10000 7445 15.48
20.00
5000 853 10.00 1.77
0 0.00
Bintang Melati Akomodasi Bintang Melati Akomodasi
Lainnya Lainnya
Di tahun 2016 (Grafik 1.8a dan Grafik 1.8b), dari keseluruhan kamar hotel
dan akomodasi lainnya di DKI Jakarta sebanyak 48.104 kamar, terdapat 39.806
kamar hotel bintang atau sekitar 82,75 persen; kamar hotel melati sebanyak
7.445 atau sekitar 15,48 persen; dan kamar akomodasi lainnya sebanyak 853
atau sekitar 1,77 persen.
Berdasarkan sebaran wilayah (Grafik 1.9a dan Grafik 1.9b), kamar untuk
hotel dan akomodasi lainnya terbanyak berlokasi di Jakarta Pusat mencapai
23.594 kamar atau sekitar 49,05 persen dari seluruh kamar hotel dan akomodasi
lainnya; Jakarta Selatan menempati peringkat kedua mencapai 8.047 kamar atau
sekitar 16,73 persen dan Jakarta Barat di tempat ketiga mencapai 7.818 atau
sekitar 16,25 persen. Berikutnya, Jakarta Utara (sebanyak 5825 atau sekitar
12,11 persen); Jakarta Timur (sebanyak 2.415 atau sekitar 5,02 persen); dan
Kepulauan Seribu (sebanyak 405 atau sekitar 0,84 persen). Rerata kamar per
hotel secara agregat untuk masing – masing klasifikasi hotel bintang mencapai
18
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
172 kamar (232 hotel bintang tersedia 39.806 kamar), hotel melati mencapai 44
kamar (169 hotel melati tersedia 7.445 kamar), dan akomodasi lainnya 24 kamar
(36 akomodasi lainnya tersedia 853 kamar).
Grafik 1.9a. Kamar Hotel Berbintang Grafik 1.9b. Kamar Hotel Non
Menurut Klasifikasi dan Sebaran Wilayah Berbintang Menurut Klasifikasi dan
di DKI Jakarta Tahun 2016 Sebaran Wilayah di DKI Jakarta Tahun
2016
Berikutnya (Grafik 1.10a dan Grafik 1.10b), dari sisi tempat tidur hotel
dan akomodasi lainnya di DKI Jakarta di tahun 2016, terdapat 66.284 tempat
tidur dengan rincian 55.293 tempat tidur (83,42 persen adalah tempat tidur pada
hotel bintang); 9.703 tempat tidur (14,64 persen adalah tempat tidur pada hotel
melati); dan 1.288 tempat tidur (1,94 persen adalah tempat tidur pada
akomodasi lainnya). Adapun rerata tempat tidur per hotel untuk hotel berbintang
mencapai 238 tempat tidur (232 hotel bintang tersedia 55.293 tempat tidur);
hotel melati mencapai 57 tempat tidur (169 hotel melati tersedia 9.703 tempat
tidur), dan akomodasi lainnya mencapai 36 tempat tidur (36 akomodasi lainnya
tersedia 1.288 tempat tidur).
19
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
50000
200
40000
150
30000
100
20000
57
9703
36
10000 50
1288
0 0
Bintang Melati Akomodasi Bintang Melati Akomodasi
Lainnya Lainnya
Dilihat dari sisi sebaran wilayah (Grafik 1.11a dan Grafik 1.11b), sebagian
besar tempat tidur di hotel dan akomodasi lainnya terletak di Kota Administrasi
Jakarta Pusat dengan kapasitas sebesar 32.678 tempat tidur atau sekitar 49,30
persen; Jakarta Selatan menempati peringkat kedua mencapai 10.765 tempat
tidur atau sekitar 16,24 persen dan Jakarta Barat di tempat ketiga mencapai
10.639 tempat tidur atau sekitar 16,05 persen. Berikutnya, Jakarta Utara
(sebanyak 8274 tempat tidur atau sekitar 12,48 persen); Jakarta Timur
(sebanyak 3.237 tempat tidur atau sekitar 4,88 persen); dan Kepulauan Seribu
(sebanyak 691 atau sekitar 1,04 persen).
Sektor pariwisata DKI Jakarta sangat potensial karena wisatawan domestik
maupun mancanegara yang berkunjung ke Jakarta dengan moda transportasi
udara, dapat melalui tiga pintu masuk yaitu Soekarno – Hatta (sering disebut
dengan Soeta); Tanjung Priok, dan Halim Perdanakusumah. Sepanjang Tahun
2016, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara khususnya melalui ketiga
pintu masuk tersebut hampir mencapai lebih dari 2,5 juta orang meskipun
cenderung lebih rendah jika dibandingkan tahun sebelumnya untuk periode yang
sama yaitu sebesar 1,102 juta orang. Selama kurun waktu tersebut, jumlah
20
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
3970
30000 28708 4000
Bintang Non Bintang
3500
25000
3000
2544
20000
2500 2208
15000 2000
10218 1316
1500
10000 8095
6066
1000
5000 547
1921 406
500
285
0 0
Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Kep.
Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Kep.
Selatan Timur Pusat Barat Utara Seribu
Selatan Timur Pusat Barat Utara Seribu
Grafik 1.11a. Tempat Tidur Hotel Grafik 1.11b. Tempat Tidur Hotel Non
Berbintang Menurut Klasifikasi dan Berbintang Menurut Klasifikasi dan
Sebaran Wilayah di DKI Jakarta Tahun Sebaran Wilayah di DKI Jakarta Tahun
2016 2016
21
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
1,270,074
1,434,907
1,195,033
1,173,911
1,145,384
1,600,000
1,118,709
1,102,322
1,077,098
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
-
Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2
2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016
33,901
35,000
Jumlah Kunjungan
Wisman Kondisi Juni
30,000 2016
24,257
25,000
20,000
15,596
15,000 12,880 13,003
-
Filipina Australia India Amerika Korea Singapura Jepang Malaysia Tiongkok Lainnya
Selatan
Grafik 1.13. Jumlah Kunjungan Wisman ke DKI Jakarta Menurut Negara Asal
Juni 2016
22
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
62.00
59.87
1.5
60.00
58.22
57.20 57.48 57.69
58.00 56.62
56.00 1
56.00
54.00
0.5
52.00
50.00 0
Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2
2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016
23
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
BAGIAN 2
24
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
(3,73 persen); dan sektor pertambangan dan penggalian (2,6 persen) [DKI
Jakarta dalam Angka 2017, BPS, 2017).
6.80
6.64
6.49
7.00
5.91
5.88
5.81
5.80
5.54
5.42
6.00
4.17
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
-
2013 2014 2015 2016 Rerata
Grafik 2.1 Pertumbuhan Sektor Pariwisata antara DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2013 - 2016
25
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
masuk arus lalu lintas orang, dan barang serta jasa sehingga mendorong individu
untuk tinggal sejenak serta melakukan aktivitas konsumsi khususnya berwisata,
yang diharapkan dapat mendorong konstribusi sektor pariwisata melalui
penyediaan akomodasi serta makan dan minum.
Berdasarkan harga konstan, sektor ini sepanjang tahun 2012 hingga tahun
2016 semester pertama, mencatat pertumbuhan positif dimana tahun 2012
sebesar 6,30 persen dan tahun 2016 sebesar 5,81 persen atau rata-rata
sepanjang periode tersebut sebesar 5,91 persen. Dari sisi konstribusi terhadap
perekonomian, sektor pariwisata sepanjang tahun 2012 hingga tahun 2016
sebesar 5 persen dimana ditahun 2012 sebesar 5,01 persen dan ditahun 2016
sebesar 4,99 persen atau secaara rata – rata sepanjang periode tersebut sebesar
5,01 persen.
15.53
5.2 5.18 16.00 14.77 14.85
5.16
14.00 12.95
5.15 5.12
5.08 12.00
5.1
10.00
5.05 5.03
5.01 5.01 5.01 7.23
4.99 4.99 8.00 6.49
6.30
5 5.54 5.42 5.81
6.00
4.95
4.00
4.9 2.00
4.85 0.00
2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016
Grafik 1.2 Konstribusi Sektor Pariwisata terhadap Grafik 2.2 Laju Pertumbuhan Sektor Pariwisata
Perekonomian DKI Jakarta, 2012 -2016 terhadap Perekonomian DKI Jakarta, 2012 -2016
Dari sisi penyerapan tenaga kerja (Grafik 2.4), sektor primer merupakan
sektor yang menyerap tenaga kerja paling kecil, sedangkan yang terbesar adalah
sektor tersier lalu diikuti sektor sekunder. Sepanjang dua periode waktu
tersebut, secara rerata setiap sektor tersebut adalah 82,61 persen untuk sektor
tersier; 16,04 persen untuk sektor sekunder; dan 1,35 persen untuk sektor
26
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
85.18
90.00 80.05
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00 18.96
20.00 13.12
2011 2016
Grafik 2.3 Konstribusi Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2011 dan 2016
Ditilik dari penyerapan tenaga kerja pada sektor tersier (Grafik 2.5), sektor
perdagangan hotel dan restoran merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja
paling besar, lalu diikuti sektor jasa. Sepanjang dua periode waktu tersebut,
secara rerata setiap sektor tersebut adalah 36,63 persen untuk sektor
perdagangan hotel dan restoran; 24,97 persen untuk sektor jasa; dan 38,40
persen untuk sektor lainnya.
27
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Grafik 2.4 Konstribusi Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Tersier Tahun 2011 dan 2016
Pesona keindahan alam serta keunikan budaya yang dimiliki DKI Jakarta
memiliki potensi pariwisata yang diminati oleh wisatawan baik mancanegara
maupun wisatawan nusantara. Sektor pariwisata telah berhasil menjadi sumber
utama pendapatan devisa di Jakarta sekaligus menginspirasi kota-kota lain di
Indonesia untuk membenahi potensi pariwisata yang dimilikinya. Jumlah
wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata di DKI Jakarta juga meningkat
setiap tahunnya yang dibarengi dengan kedatangan wisatawan manca negara
yang cenderung meningkat (Tabel 2.1).
28
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Tabel 2.2 Profil Kamar dan Tempat Tidur Menurut Sebaran Wilayah di DKI Jakarta
29
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
tempat tidur, Kota Jakarta Timur mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 8,43
persen meskipun secara proporsi tertinggi masih berada di Kota Jakarta Pusat.
Pertumbuhan negatif diperoleh Kota Jakarta Selatan meskipun secara proporsi
menduduki peringkat kedua atau berada di bawah Kota Jakarta Pusat.
Berikutnya, kita akan melihat klasifikasi sektor basis dan non basis di DKI
Jakarta sepanjang periode 2011 hingga 2016, Tabel 2.3 menunjukkan bahwa
mayoritas sektor basis adalah kelompok sektor tersier sedangkan kelompok
sektor sekunder hanya sektor konstruksi yang dapat dikategorikan sebagai
sektor basis sepanjang periode tersebut. Pada sektor primer tidak ada karena
sektor yang masuk pada kelompok tersebut nilainya lebih kecil dari satu. Pada
sektor tersier, hanya sektor transportasi dan pergudangan yang tidak masuk
kategori sektor basis. Sedangkan sektor lainnya dalam kelompok sektor tersier
masuk kedalam sektor basis. Nilai tertinggi pada sepanjang periode tersebut
adalah sektor jasa perusahaan sedangkan nilai terendah adalah sektor
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor.
Tabel 2.3 Klasifikasi Sektor Basis dan Non Basis di Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2011 sd 2016
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rerata Keterangan
A. Pertanian, Kehutanan, 0.008 0.008 0.008 0.007 0.007 0.007 0.008 Non Basis
dan Perikanan
B. Pertambangan dan 0.025 0.024 0.023 0.023 0.022 0.022 0.023 Non Basis
Penggalian
C. Industri Pengolahan 0.618 0.593 0.592 0.595 0.593 0.584 0.596 Non Basis
D. Pengadaan Listrik, Gas 0.285 0.283 0.259 0.251 0.237 0.240 0.259 Non Basis
E. Pengadaan Air 0.578 0.573 0.573 0.570 0.559 0.528 0.563 Non Basis
F. Konstruksi 1.529 1.474 1.468 0.141 1.395 1.317 1.221 Basis
G. Perdagangan Besar dan 1.254 1.218 1.216 1.215 1.180 1.188 1.212 Basis
Eceran, dan Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan 0.782 0.769 0.769 0.804 0.805 0.848 0.796 Non Basis
Pergudangan
I. Penyediaan Akomodasi 1.721 1.706 1.703 1.678 1.657 1.666 1.689 Basis
dan Makan Minum
J. Informasi dan 2.120 2.184 2.181 2.187 2.171 2.170 2.169 Basis
Komunikasi
30
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
K. Jasa Keuangan dan 2.860 2.915 2.859 2.717 2.844 2.829 2.837 Basis
Asuransi
L. Real Estat 2.395 2.365 2.313 2.272 2.247 2.238 2.305 Basis
M, N. Jasa Perusahaan 4.736 4.622 4.655 4.685 4.560 4.546 4.634 Basis
O. Administrasi 1.424 1.352 1.285 1.266 1.240 1.212 1.296 Basis
Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan 1.742 1.725 1.650 1.576 1.567 1.571 1.638 Basis
Q. Jasa Kesehatan dan 1.599 1.582 1.549 1.530 1.512 1.512 1.548 Basis
Kegiatan Sosial
R. S. T. U. Jasa lainnya 2.237 2.240 2.277 2.310 2.273 2.259 2.266 Basis
31
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Tabel 2.4 Pendekatan Shift Share menurut Lapangan Usaha di Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2013 &
2016
Lapangan Usaha 2013 2016
G Gi - G gi - G G Gi - G gi - G
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.58 -1.37 -2.98 5.02 -1.76 -4.13
B. Pertambangan dan Penggalian 5.58 -3.84 -5.79 5.02 -3.95 -6.33
C. Industri Pengolahan 5.58 -1.08 -0.24 5.02 -0.72 -1.37
D. Pengadaan Listrik, Gas 5.58 -0.35 -4.88 5.02 0.37 -1.47
E. Pengadaan Air 5.58 -1.51 -2.21 5.02 -1.41 -1.53
F. Konstruksi 5.58 0.53 0.59 5.02 0.21 -3.61
G. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil 5.58 -0.87 -0.26 5.02 -1.08 -0.35
dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 5.58 2.80 1.44 5.02 2.72 6.28
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.58 1.22 0.91 5.02 -0.08 0.78
J. Informasi dan Komunikasi 5.58 4.81 6.57 5.02 3.86 5.79
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 5.58 3.51 1.86 5.02 3.89 3.48
L. Real Estat 5.58 0.96 -0.51 5.02 -0.71 -0.33
M, N. Jasa Perusahaan 5.58 2.33 2.67 5.02 2.35 3.40
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 5.58 -3.20 -8.44 5.02 -1.82 -1.69
Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan 5.58 2.62 -2.03 5.02 -1.18 1.98
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.58 2.25 0.19 5.02 -0.01 2.78
R. S. T. U. Jasa lainnya 5.58 0.83 2.00 5.02 2.78 3.45
32
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Regional shift bernilai negatif pada kelompok sektor tersier adalah selain
sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; real
estate; administrasi pemerintahan, pertanahan, dan jaminan sosial wajib; dan
jasa pendidikan. Nilai positif menunjukkan bahwa kontribusi sektor ekonomi
tersebut cukup besar dibanding kontribusi sektor sejenis. Begitu juga
sebaliknya untuk regional shift yang bernilai negatif.
33
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Studi wilayah pulau kecil, juga telah dilakukan Mira (2013), dengan
menggunakan analisa pergeseran struktur perekonomian dapat diketahui
keunggulan suatu sektor dalam struktur perekonomian wilayah. Berdasarkan
hasil analisis diketahui bahwa rasio pertambahan pertumbuhan di Kepulauan
Seribu berkisar antara 1,28 hingga 2,19, dimana sektor yang memiliki nilai
pertambahan pertumbuhan yang paling besar adalah sub sektor perikanan
(219%). Nilai rasio pertambahan pertumbuhan untuk sektor wisata bahari
sebesar 141%. Nilai rasio pertambahan pertumbuhan sektor wisata bahari tidak
terlalu besar karena terjadi penurunan kontribusi sub sektor hotel dan restoran
(38,41%), padahal tahun sebelumnya kontribusi sub sektor ini mencapai
39,01%.
34
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Tabel 2.5 Dampak Peningkatan APBD Pariwisata pada Output, PDRB, dan
Tenaga Kerja (Analisa IO 2006)
Uraian Output (Milyar PDRB (Milyar Tenaga kerja (000)
Rupiah) Rupiah)
Ekonomi 236.720 82.490 689
Pariwisata (Base
Year = 2006)
Dampak simulasi 5,97 5,88 6
Konstribusi 0,003 0,007 0,82
Dampak (%)
Sumber : Kencana (2011)
35
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Tabel 2.6 Dampak Peningkatan Investasi Publik untuk Sarana dan Prasarana
Pariwisata pada Output, PDRB, dan Tenaga Kerja (Analisa IO 2006)
Uraian Output (Milyar PDRB (Milyar Tenaga kerja (000)
Rupiah) Rupiah)
Ekonomi 236.720 82.490 689
Pariwisata (Base
Year = 2006)
Dampak simulasi 18,37 18,10 17
Konstribusi 0,008 0,02 2,47
Dampak (%)
Sumber : Kencana (2011)
36
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
setara 6,54% terhadap total upah/gaji DKI Jakarta; dampak terhadap pajak tidak
langsung sebesar Rp 1,28 triliun atau konstribusi dampak setara 8,33% terhadap
total pajak DKI Jakarta; dan dampak terhadap tenaga kerja sebesar 390512 orang
atau konstribusi dampak setara 9,48% terhadap tenaga kerja DKI Jakarta.
Tabel 2.7 Dampak Pengeluaran Wisnus DKI dan Non DKI terhadap Output,
PDRB, Upah / Gaji, Pajak Tak Langsung, dan Tenaga Kerja
Uraian Output PDRB Upah/Gaji Pajak TK (juta
(Triliun) (Triliun) (Triliun) (Triliun) orang)
Ekonomi 1005,63 757,03 189,99 15,42 4,12
Pariwisata
(Base Year
= 2009)
Dampak 64,99 44,24 12,43 1,28 0,39
Simulasi
Kontribusi 6,46% 5,84% 6,54% 8,33% 9,48%
Sumber : Nesparda (2009)
JAKARTA UTARA
Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Buatan
1. Taman Suaka 1. Kampung Marunda 1. Dunia Fantasi,
Marga Satwa Muara 2. Kampung Tungu Seaworld, Atlantis
Angke 3. Jakarta Islamic Center Water Adventure,
2. Taman Wisata Alam (JIC) Ocean Dream
Mangrove Angke Samudra, Alive
4. Masjid Luar Batang Museum, Pasar Seni
Kapuk
5. Makam Mbah Priuk 2. Waterbom Jakarta
3. Taman Impian Jaya
Ancol 6. Rumah Si Pitung 3. Pantai Indah Kapuk
4. Pantai Marunda 7. Museum Bahari
37
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
JAKARTA BARAT
Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Buatan
1. Kawasan Kota Tua 1. Mall: Taman
2. Museum: Museum Anggrek Mall,
Sejarah Jakarta, Citraland Mall,
Museum Bank Central Park Mall,
Indonesia, Museum Seasons City Mall,
Bank Mandiri, Puri Indah Mall,
Museum Wayang, 2. Pasar Kembang
Museum Seni Rupa Rawabelong
dan Keramik, 3. Pasar Asemka
Museum Tekstil 4. Pasar Petak
3. Jembatan Kota Intan Sembilan, Pecinan
4. Toko Merah Glodok
5. Café Batavia 5. Taman Cattleya
6. Stasiun Beos/Kota 6. Club, Bar & Lounge:
7. Masjid Langgar Colosseum, Golden
Tinggi (1829) Crown, Sun City,
8. Gereja Sion Illigals
(Portugis) di Jl
Pangeran Jayakarta
Sumber : Rahmanita (2017)
38
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
JAKARTA PUSAT
Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Buatan
1. Istana Negara & 1. Mall: Plasa
Istana Merdeka Indonesia, fx, Grand
2. Gereja Katedral & Indonesia, Sarinah,
Gereja Ayam ITC Cempaka Mas,
3. Masjid Istiqlal Senayan City, Plaza
Senayan, Thamrin
4. Taman Ismail City , ITC Roxy Mas
Marzuki
2. Pasar Tanah Abang &
5. Gedung Kesenian Pasar Baru (1820)
Jakarta (didirikan
tahun 1884 oleh Sir 3. Jakarta Convention
T.S. Raffles) Center (JCC) at
Senayan
6. Gedung
Pertunjukan 4. Jakarta International
Wayang Orang Exhibition Hall
Bharata (JIExpo), Kemayoran -
Jakarta Fair
7. Monumen Nasional
5. Pasar Antik Jl.
(Monas) Jakarta
Surabaya, Pusat Emas
8. Galeri Nasional Cikini
Indonesia
6. Planetarium Jakarta
9. Museum Gajah atau
Museum Nasional, 7. Event / Festival Jalan
Jaksa
Museum Sumpah
Pemuda, Tugu 8. Taman Menteng &
Proklamasi, Museum Taman Suropati
Taman Prasasti, Club, Bar & Lounge: X2,
Museum MH Hugo Musro,
Thamrin, Museum Domain Boutique,
Joang ’45, Museum JimBARan Lounge,
Kebangkitan Immigrant, Beer
Nasional, Museum Garden Cikini
Perumusan Naskah
Proklamasi,
10. Lapangan
Banteng
11. Art:1 New
Museum
12. Gelora Bung
Karno (1962)
Sumber : Rahmanita (2017)
39
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
JAKARTA TIMUR
Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Buatan
1. Taman Mini 1. Mall: Tamini Square,
Indonesia Indah Arion Mall, Mall
a. Museum: Museum Graha Cijantung,
Indonesia, Museum Lippo Plaza Kramat
Purna Bhakti Jati, Pondok Kelapa
Pertiwi, Museum Town Square
Keprajuritan 2. Pasar Batu Akik
Indonesia, Museum Jatinegara
Perangko 3. Pusat Grosir Cililitan
Indonesia, Museum 4. Telaga Arwana
Pusaka, Museum Cibubur, Bumi
Transportasi, Perkemahan Cibubur
Museum Listrik dan
Energi Baru, 5. Cibubur Garden Diary
Museum 6. Pacuan Kuda Pulo Mas
Telekomunikasi,
Museum IPTEK,
Museum
Penerangan,
Museum Olahraga,
Museum Asmat,
Museum Komodo
dan Taman Reptil,
Museum Serangga
dan Taman Kupu-
Kupu, Museum
Pusat Peragaan
Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi,
Museum Minyak
dan Gas Bumi,
Museum Timor
Timur (bekas
Anjungan Timor
Timur)
b. Taman: Taman
Anggrek, Taman
Apotek Hidup,
Taman Kaktus,
Taman Melati,
Taman Bunga Keong
Emas, Akuarium
40
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
41
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
JAKARTA SELATAN
Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Buatan
1. Kebun Binatang 1. Setu Babakan 1. Pasar Santa
Ragunan 2. Museum Layang- 2. Club, Bar & Lounge:
2. Taman Anggrek Layang Lucy in The Sky,
Ragunan 3. Museum Polri FABLE, The Pallas,
The Foundry, Camden
Gandaria, Beer
Garden (Kemang &
SCBD), Sky Garden,
Exodus, Jenja,
Empirica, Dragonfly,
Blowfish, UNION
3. Mall: Pondok Indah
Mall, Gandaria City,
Pejaten Village,
Pasaraya Grande,
Kuningan City, Pacific
Place, Ambassador
Mall, Blok M Square,
Cilandak Square, Blok
M Plaza, Kota
Kasablanka, Plaza
Semanggi,
Epicentrum Walk, ITC
Kuningan, Lippo Mall
Kemang, Lotte
Shopping Avenue
4. Pinisi Edutainment
Park
5. Houbii, Playparq &
KidZania
6. Pondok Indah
Waterpark
7. Pondok Indah Golf
Course
8. Taman Ayodya
42
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
KEPULAUAN SERIBU
Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Buatan
Pulau Pramuka : a Pulau Putri : an ocean Bidadari, Ayer, and
conservation and view cottages, diving Rambut.
breeding island for facilities and Except for Pulau Rambut
hawksbill turtles and equipment, glass- which is a sanctuary for
the protection of bottomed boats, and migrating birds.Ayer and
mangrove forests, an underwater Bidadari are chiefly
watch many colorful aquarium for the recreation islands, that
butterfly species whole family to enjoy come complete with
Pulau Onrust : a the scenery. “floating” cottages and
heritage and Pulau Sepa : enjoy the water sports facilities
archaeological park , sensation of walking such as banana boats, jet
Museum Onrus under the sea and skis and more. Pulau
Pulau Tidung : feeding the wildlife; Ayer’s cottages have
Jembatan Cinta water sport such as interior decorations of
antara P Tidung snorkeling, scuba exotic textiles and
Besar dan Tidung diving, Jet Ski, canoe sculptures from the
Kecil and Pulau Pantara : Asmat in Papua. While
cottages and meeting Bidadari also has floating
room,offers outdoor cottages in Manado style
activities with the
outbound adventure
43
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
satu andalan dalam meningkatkan penerimaan asli daerah sedangkan di sisi lain
sektor ini harus dapat menghemat sumber daya alam dan mengurangi intesitas
polusi sehingga tidak merusak lingkungan dan keberlangsungan dapat lebih
terjaga. Dengan kata lain, prinsip keberlanjutan diterapkan untuk memberi
garansi kepada generasi mendatang akan dapat menikmati hal baik sebagaimana
yang dilakukan dan diterima generasi sekarang.
Peluang akan muncul atau timbul menjadi “peluang emas” yang prospektif
jika mengandung beberapa unsur, seperti sedang dibutuhkan pasar, dapat
memecahkan kesulitan atau masalah yang sedang dihadapi pasar,
menyempurnakan apa yang sudah ada sebelumnya, memiliki nilai tambah,
terdapat orisinalitas pada temuan, dapat memberikan keuntungan atau profit
yang nyata, memberikan kebanggaan, dan dapat direalisasikan. Berdasarkan hal
tersebut, bagian ini akan mencoba memberikan uraian singkat.
44
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
45
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
[Sumber : http://www.lintaspulauseribu.com]
46
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Jenis karang yang dapat ditemukan adalah jenis karang keras seperti
karang batu, karang meja, karang kipas, karang daun, karang jamur, dan karang
lunak. Jenis ikan hias yang banyak ditemukan diantaranya adalah jenis yang
termasuk kedalam family chaetodontidae, apogonidae, dan pomancanthidae
sedangkan ikan kategori konsumsi dengan nilai ekonomis tinggi adalah
baronang, ekor kuning, kerapu, dan tongkol.
47
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Pramuka dan Pulau Sepa menjadi pusat penetasan, pembesaran, dan pelepasan
penyu sisik.
Kepulauan Seribu memiliki potensi atraksi wisata dengan daya tarik wisata
alam dengan kategori wisata bahari. Berikut adalah pulau – pulau yang biasanya
dikunjungi wisatawan beserta aktivitas yang dilakukan : (1) Pulau Pramuka,
Pulau Semak Daun, Pulau Kelapa, dan Pulau Panggang untuk melihat
penangkaran penyu, pengamatan satwa, dan wisata bahari; (2) Pulau Pramuka,
Pulau Opak, dan Pulau Karang Congkak untuk wreck diving kapal karam; (3)
Pulau Panjang, Pulau Putri, Pulau Pelangi, dan Pulau Perak untuk wisata bahari
yang dikelola pihak swasta; dan (4) Pulau Semut, Pulau Karang Congkak, Pulau
Karang Kroja, Pulau Kotok Besar, Pulau Kotok Kecil, dan Pulau Gosong Laga untuk
kegiatan menyelam dan snorkelling yang ada kemungkinan untuk
mengembangkan menjadi wildlife watching sebagai bentuk atraksi baru.
Selain itu potensi investasi lain berupa aspek kenyamanan atau amenities
perlu ada di Kepulauan Seribu, dan ini menjadi peluang investasi lain disamping
dari kegiatan atraksi wisata. Kenyamanan tersebut adalah pembangunan hotel &
resort yang berstandar internasional yang memperhatikan kebersihan dan
sanitasi namun tetap menonjolkan ciri khas dari masing – masing pulau. Selain
itu, pembangunan sarana kesehatan dan layanan makan minum berstandar
internasional di setiap pulau utama disamping juga peningkatan kualitas dari air
bersih, jaringan listrik, dan internet untuk mendukung kegiatan wisatawan.
Kota Tua Jakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang terletak di
Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah DKI Jakarta bersama Konsorsium
Kota Tua telah melakukan Pencanangan Pembangunan Ruang Pertunjukan Seni
dan Budaya sebagai bagian dari upaya revitalisasi Kawasan Kota Tua Jakarta.
Selain itu, Kota Tua Jakarta bersama dengan Kepulauan Seribu menjadi bagian
48
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Kota Tua Jakarta merupakan bagian dari kelompok destinasi wisata budaya,
yang saat ini tengah berupaya untuk menjadi bagian dari UNESCO World Heritage
Site. Daya tarik utama Kota Tua Jakarta adalah Gedung Tua Peninggalan Sejarah
dan Museum, selain itu ada juga festival Kota Tua Jakarta. Sebagai bagian dari
destinasi wisata DKI Jakarta, Kota Tua Jakarta telah memiliki pengelola yaitu PT
Pembangunan Kota Tua Jakarta.
49
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Potensi investasi Kota Tua Jakarta masih terbuka lebar karena Kota Tua
Jakarta sedang berupaya menjadi bagian dari Situs Bersejarah Dunia UNESCO.
Sesuai dengan tema revitalitasi, Kota Tua Jakarta akan dikembangkan sebagai
Ruang Pertunjukan Seni dan Budaya. Maka, Kawasan Kota Tua Jakarta
memerlukan Galeri Seni dan Ruang Pertunjukan Seni yang lebih banyak
disamping Kafe dan Restoran yang makin menjamur. Selain itu, faktor
kenyamanan atau amenities dari destinasi wisata mutlak dipenuhi sehingga
menjadi alternatif investasi lain, tentu saja letaknya dekat atau didalam kawasan
Kota Tua, seperti Hotel, Guesthouse, Rental Sepeda, Money Changer, Pertokoan,
Souvenir, Pedestrian, dan Kuliner.
50
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Gambar 2.3 Landmark Kota Tua Gambar 2.4 Pelabuhan Sunda Kelapa
[Sumber : tribunnews.com] [Sumber: dhaverst.wordpress.com]
Gambar 2.7 Toko Merah Gambar 2.8 Museum Seni Rupa dan Keramik
[Sumber : tribunnews.com] [Sumber : tribunnews.com]
51
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Wilayah kota Jakarta Selatan dikenal sebagai pusat gaya hidup metropolitan
karena berbagai sarana atau lokasi rekreasi dan hiburan tersebar hampir di
seluruh kecamatan (terdapat 10 kecamatan), dengan sebaran terbanyak di
Kecamatan Kebayoran Baru. Porsi terbesar ditempati oleh rekreasi dan hiburan
yang mencapai lebih dari 60%, restoran mencapai hampir 30%, dan sisanya
adalah hotel. Jenis usaha terbanyak di bidang rekreasi dan hiburan adalah musik
hidup, karaoke, taman rekreasi, hingga salon.
52
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
untuk dimasuki adalah karaoke, griya pijat, bilyard, bioskop, diskotik, dan salon,
sedangkan yang sudah mengalami kejenuhan adalah musik hidup. Di Kecamatan
Mampang Prapatan, semua jenis kelas hotel berbintang masih memungkinkan
untuk dimasuki, demikian juga dengan industri restoran. Untuk industri rekreasi
dan hiburan, yang masih menarik adalah karaoke, dan salon. Sedangkan musik
hidup sudah mengalami kejenuhan. Di Kecamatan Tebet, tidak semua industri
bisa dimasuki karena terbatasnya lahan dan karena Kecamatan Tebet
diperuntukkan untuk daerah pemukiman dan resapan air. Untuk industri
restoran, masih terbuka dan memungkinkan untuk bisa dimasuki.
Tabel 2.8 Potensi Industri dan Kondisi Dasar untuk Peluang Usaha di Jakarta Selatan
Kecamatan Jumlah Potensi Industri Kondisi Dasar (Base Year 2014)
Hotel Restoran Rekreasi & Hiburan Hotel Restoran Rekreasi & Hiburan
Kebayoran Baru 8 54 40 14 33 229
Kebayoran Lama 2 66 30 2 30 60
Setiabudi 10 53 35 13 26 70
Mampang 5 61 50 10 18 39
Prapatan
Tebet 4 29 33 4 14 25
Pancoran 6 52 31 1 16 21
53
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Pasar Minggu 7 44 28 3 13 20
Cilandak 6 81 54 8 38 42
Jagakarsa 2 54 15 0 0 4
Pesanggrahan 4 56 15 4 13 4
Sumber : Budiastuti dkk (2010)
(3) Kecamatan Pasar Minggu, peluang investasi menjadi daerah bisnis sehingga
dapat menjadi destinasi kuliner, rekreasi, dan hiburan;
(4) Kecamatan Kebayoran Baru, peluang investasi pada rekreasi dan hiburan
karena sebagian besar daerah merupakan daerah pemukiman yang
dikelilingi oleh pertokoan dan pusat bisnis.
54
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Pola sirkulasi pada Kampung Betawi Setu Babakan dimulai dari Jalan
Mohammad Kafi, jalan ini dilalui oleh beberapa kendaraan umum dan cukup
nyaman bagi kendaraan pribadi atau kendaraan yang berukuran lebih besar
seperti bis. Namun tidak perlu khawatir akan melewati pintu masuk Kawasan
Setu Babakan karena adanya signage yang membantu, selain itu gerbang masuk
berukuran besar terlihat jelas dari jalan Mohammad Kafi.
55
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Gambar 2.10 Pintu masuk Kampung Budaya Betawi Setu Babakan di Jagakarsa, DKI
Dari gerbang masuk telah terdapat beberapa lokasi yang dapat digunakan
sebagai tempat parkir, baik kendaraan pribadi maupun bis wisata. Jalan-jalan
dalam kawasan tersebut ditutup dengan paving block dengan lebar yang hanya
cukup dilalui dua kendaraan, jarak bangunan dengan jalan juga beragam.
Beberapa rumah yang memiliki ukuran besar menggunakan pagar-pagar yang
langsung bersentuhan dengan jalan, namun keberadaan pagar-pagar tersebut
ditutupi dengan pepohonan maupun tanaman –tanaman kecil dalam pot. Dengan
ruang jalan yang terasa tidak lebar ini suasana perkampungan terasa khususnya
pada bagian-bagian yang memang diapit oleh rumah-rumah yang tidak
berpagar.Sejumlah rumah menyediakan bangku kecil di halaman rumah yang
menghadap jalan yang digunakan untuk berantar-tindak dengan warga lainnya.
Pada akhir jalur kendaraan roda empat terdapat sebuah tempat parkir, signage
yang melarang membawa kendaraan menuju area danau, dan beberapa tiang
yang ditanam dijalan sebagai penghalang bagi kendaraan.
56
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
57
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Negara ini memiliki 26 atol yang terbagi menjadi 20 atol administratif dan 1 kota.
Jumlah penduduk pada tahun 2005 adalah 349.106 orang dengan PDB – Total
US$2,38 miliar, dan pendapatan per kapita sebesar US$7.327.
Untuk menghubungkan
wisatawan antara pulau
menggunakan moda transportasi
sea plane. Maladewa termasuk
yang terkenal dengan sea plane
terpadat didunia. Pulau di
Maladewa dikembangkan oleh
operator internasional (Hilton,
Villa, dsb). Satu pulau dikelola
oleh satu manajemen. Kurang
lebih 500.000 turis (utamanya
Gambar 13 Contoh Sea Plane
dari Amerika, Eropa, Jepang) [Sumber : Bappenas, 2015]
58
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
2.5.2 Mauritus
59
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
Guna mencapai target 2 juta wisman pada tahun 2015, pemerintah telah
menetapkan kebijakan secara bertahap (gradually) antara lain liberalisasi akses
penerbangan, memposisikan Mauritius sebagai daerah tujuan wisata pesiar,
proteksi lingkungan (pengawasan polusi, manajemen lingkungan, proteksi
sumber daya alam), mempromosikan pariwisata yang berkelanjutan melalui
penggunaan energi terbarukan dan teknologi ramah lingkungan.
60
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
61
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
BAGIAN 3
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Kepulauan Seribu memiliki potensi atraksi wisata dengan daya tarik wisata
alam pada kategori wisata bahari. Selain itu potensi investasi lain berupa
aspek kenyamanan atau amenities perlu ada di Kepulauan Seribu, dan ini
menjadi peluang investasi lain disamping dari kegiatan atraksi wisata.
Kenyamanan tersebut adalah pembangunan hotel & resort yang berstandar
internasional yang memperhatikan kebersihan dan sanitasi namun tetap
menonjolkan ciri khas dari masing – masing pulau. Selain itu, pembangunan
62
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
63
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
64
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
DAFTAR PUSTAKA
65
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]
66