Anda di halaman 1dari 68

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329884947

Profil Potensi Sektor Pariwisata di Provinsi DKI Jakarta

Technical Report · October 2017


DOI: 10.13140/RG.2.2.34813.20960

CITATIONS READS
2 4,247

1 author:

Arif Rahman Hakim

69 PUBLICATIONS   67 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Arif Rahman Hakim on 24 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PROFIL POTENSI SEKTOR PARIWISATA
DI PROVINSI DKI JAKARTA

OLEH
ARIF RAHMAN HAKIM

[Tautan Unduhan]:

https://www.researchgate.net/profile/Arif_Hakim14
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

BAGIAN I

Gambaran Umum dan Perkembangan Sektor Pariwisata


Di Provinsi DKI Jakarta

1.1 Kondisi Geografis

Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi lima wilayah yaitu Kepulauan Seribu,
Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan DKI
Jakarta. Luas wilayah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta tahun
2016 adalah sebagai berikut.

Tabel 1.1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota Provinsi DKI Jakarta


Kabupaten/Kota Luas (Km2) Persentase
Kepulauan Seribu 8,70 1,31
Jakarta Selatan 141,27 21,33
Jakarta Timur 188,03 28,39
Jakarta Pusat 48,13 7,27
Jakarta Barat 129,54 19,56
Jakarta Utara 146,66 22,14
DKI Jakarta 662,33 100
Sumber: Jakarta dalam angka 2017, BPS

Di sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi


tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan
timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan
Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten
Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa (Peta DKI Jakarta).

Gambar 1.1 Peta DKI Jakarta

1
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

1.2 Demografis
Jumlah penduduk DKI Jakarta terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2015 jumlah penduduk DKI Jakarta sebanyak 10. 177.924 orang dan jumlah
rumah tangga sebanyak 2.659.205 orang. Jumlah penduduk DKI Jakarta Pada
tahun 2016 meningkat menjadi 10.277.628 dan jumlah rumah tangga sebanyak
2.685.314 orang (Grafik 2.1)

10,075,310 10,177,924 10,277,628


9,761,407 9,640,406

2,579,953 2,632,338 2,659,205 2,685,314

2012 2013 2014 2015 2016

Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Provinsi DKI Jakarta

Jika dilihat berdasarkan wilayah, jumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun
2016 terbanyak ada di wilayah Jakarta Timur yaitu sebanyak 2.868.910 orang
dengan laju pertumbuhan per tahun sebesar 0,88 persen. Sementara wilayah
dengan penduduk terendah adalah Jakarta Pusat yaitu sebanyak 917.754 orang
dengan laju pertumbuhan sebesar 0,39 persen. Jumlah penduduk DKI Jakarta
berdasarkan Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut.

2
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Tabel 1.2 Proyeksi Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi DKI Jakarta 2010, 2015 dan 2016
Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Laju
Pertumbuhan
Penduduk
Per Tahun
2010 2015 2016 2010- 2015-
2016 2016
Kepulauan 21.414 23.340 23.616 1,64 1,18
Seribu
Jakarta Selatan 2.071.628 2.185.711 2.206.732 1,06 0,96
Jakarta Timur 2.705.818 2.843.816 2.868.910 0,98 0,88
Jakarta Pusat 895.371 914.182 917.754 0,41 0,39
Jakarta Barat 2.292.997 2.463.560 2.496.002 1,42 1,32
Jakarta Utara 1.653.178 1.747.315 1.764.614 1,09 0,99
DKI Jakarta 9.640.406 10.177.924 10.277.628 1,07 0,98
Sumber: Jakarta dalam angka 2017, BPS

Berdasarkan distribusi dan kepadatan penduduk, wilayah yang memiliki


tingkat kepadatan penduduk terbanyak adalah Jakarta Barat dengan tingkat
kepadatan sebesar 19.268,20 orang dan terendah adalah kepulauan seribu
dengan tingkat kepadatan sebesar 2.714,48 orang. Sementara dilihat dari
persentasenya, wilayah yang memiliki tingkat persentase tertinggi adalah Jakarta
Timur sebesar 27,91 persen dan Jakarta Barat sebesar 24,29. Sementara yang
paling rendah adalah Kepualauan Seribu sebesar 0,23 dan Jakarta Pusat sebesar
8,93 orang.

Tabel 1.3 Distribusi dan kepadatan penduduk menurut Kabupaten/Kota


di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016
Kabupaten/Kota Persentase Penduduk Kepadatan Penduduk
per Km2
Kepulauan Seribu 0,23 2.714,48
Jakarta Selatan 21,47 15.620,67
Jakarta Timur 27,91 15.257,72
Jakarta Pusat 8,93 19.068,23
Jakarta Barat 24,29 19.268,20
Jakarta Utara 17,17 12.032,01
DKI Jakarta 100 15.517,38
Sumber: Jakarta dalam angka 2017, BPS

3
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Tingkat pengangguran terbuka di DKI terus mengalami penurunan, pada


tahun 2014 tingkat pengangguran terbuka di DKI Jakarta sebesar 8,47 dan turun
menjadi 7,23 pada tahun 2015. Begitu juga dengan tingkat partisipasi angkatan
kerja terus mengalami penurunan yang pada tahun 2014 sebesar 66,61 turun
menjadi 66,39 pada tahun 2015. Dilihat berdasarkan wilayahnya, tingkat
pengangguran terbuka tertinggi ada di wilayah Jakarta Timur sebesar 9,13 dan
terendah ada di Kepulauan Seribu sbesar 5,51.

Tabel 1.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Partisipasi


Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Kabupaten/Kota 2013-2015
Kabupaten/Kota TPT TPAK
2013 2014 2015 2013 2014 2015
Kepulauan 5,47 5,43 5,51 64,04 68,04 63,37
Seribu
Jakarta Selatan 8,25 7,56 6,36 66,31 66,62 67,75
Jakarta Timur 8,99 8,72 9,13 64,90 64,83 64,55
Jakarta Pusat 8,16 7,81 6,51 77,44 67,75 64,99
Jakarta Barat 8,35 9,00 6,31 70,00 68,14 67,76
Jakarta Utara 9,25 8,88 7,11 66,02 66,68 66,45
DKI Jakarta 8,63 8,47 7,23 67,79 66,61 66,39
Sumber: Jakarta dalam angka 2017, BPS

2 Ekonomi

Perekonomian DKI Jakarta mempunyai pangsa terbesar terhadap PDB


nasional begitu juga dengan pangsa konsumsi rumah tanggaya. Konsumsi RT DKI
Jakarta memiliki pangsa sebesar 18 terhadap PDB nasional kemudian diikuti
dengan Jawa Timur sebesar 17 persen, Jawa Barat sebesar 16 persen dan Jawa
Tengah sebesar 10 persen. Secara umum perekonomian terpusat di wilayah Jawa
dengan pangsa sebesar 61 persen. Dilihat dari strukturnya, perekonomian DKI
Jakarta masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 60 persen.

2.1 Pertumbuhan Ekonomi


Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II 2017 melambat dibandingkan
dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Kinerja pertumbuhan ekonomi pada
triwulan II tercatat sebesar 5,96% (yoy), melambat dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 6,45% (yoy), dan juga lebih

4
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

rendah dari capaian pertumbuhan pada triwulan II tahun sebelumnya yang


sebesar 6,04% (yoy). Melambatnya pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta juga
sejalan dengan pertumbuhan ekonomi kawasan Jawa pada triwulan II 2017 yang
tercatat 5,41% (yoy), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya (5,66%; yoy).
Konsumsi rumah tangga merupakan komponen yang memiliki kontribusi
terbesar dan masih menjadi penopang ekonomi DKI Jakarta pada semester I 2017
sebesar 59,34 persen. Namun dilihat dari pertumbuhannya, konsumsi rumah
tangga mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Pada triwulan II 2017 pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat sebesar
5,86 persen (yoy) turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar
5,97 persen.

PDRB DKI Jakarta Berdasarkan Pengeluaran Semester I 2017

40.66%

59.34%

Konsumsi rumah tangga Lainnya

Grafik 1.2 PDRB DKI Jakarta Berdasarkan Pengeluaran Semester I 2017

Lapangan usaha utama di DKI Jakarta juga secara umum mengalami


pertumbuhan yang sejalan dengan komponen permintaannya. Struktur
perekonomian Jakarta menurut Lapangan Usaha (LU) pada triwulan II 2017
didominasi oleh tiga lapangan usaha utama, yaitu perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan sepeda motor, industri pengolahan, dan konstruksi (Grafik
2.3). Kinerja LU konstruksi Jakarta tumbuh lebih baik dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Pertumbuhan LU kontruksi di DKI Jakarta pada triwulan
II 2017 tercatat sebesar 4,11% (yoy), terakselerasi dibandingkan dengan

5
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,56% (yoy).


Pertumbuhan LU konstruksi tersebut tidak terlepas dari masifnya pembangunan
infrastruktur di DKI Jakarta, seperti infrastruktur transportasi serta
infrastruktur jalan dan jembatan. Pada perkembangan terkini, pembangunan
Mass Rapid Transit (MRT) sampai dengan akhir triwulan II 2017 telah mencapai
75%, dengan rincian 87,5% untuk konstruksi bawah tanah dan 62% untuk
konstruksi layang
Kegiatan konstruksi di sektor swasta masih belum menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Hal tersebut disebabkan oleh belum terlalu
bergairahnya kondisi pasar properti residensial di DKI Jakarta. Belum
bergairahnya kegiatan konstruksi sektor swasta tersebut juga terindikasi pada
pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor konstruksi yang melambat dan
konsumsi semen yang mengalami kontraksi pada triwulan II 2017. Kinerja
lapangan usaha konstruksi pada triwulan berjalan diperkirakan melanjutkan
pertumbuhan positif. Pertumbuhan tersebut masih akan ditopang oleh
konstruksi infrastruktur yang dikerjakan oleh pemerintah seperti infrastruktur
moda transportasi umum kereta massal cepat, serta infrastruktur jalan dan
jembatan.Di samping itu, pembangunan infrastruktur tata ruang di DKI Jakarta
juga akan menjadi pendorong pertumbuhan lapangan usaha konstruksi, antara
lain pembangunan dan pemeliharaan sarana pedestrian, di antaranya Kawasan
Tanah Abang, Kawasan Istiqlal, penghubung Kota Tua-Museum Bahari, dan
kawasan Stasiun Palmerah. Pertumbuhan konsumsi semen di Jakarta yang
meningkat menjadi indikasi berlanjutnya pertumbuhan positif lapangan usaha
konstruksi pada triwulan berjalan.

6
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Distribusi PDRB Lapangan Usaha DKI Jakarta


Semester I 2017
16.64%

13.59%
57.13%

12.64%

Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor


Industri pengolahan
Konstruksi
Lapangan Usaha Lainnya

Gambar 1.3 Distribusi PDRB Lapangan Usaha DKI Jakarta Semester I 2017

2.2 Inflasi dan Upah Minimum


Inflasi indeks harga konsumen (IHK) DKI Jakarta pada Juni 2017 sebesar
0,46 persen secara bulanan (mtm) dan lebih rendah dibandingkan dengan inflasi
nasional yang sebesar 0,69 persen (mtm). Inflasi DKI pada Juni 2017 juga lebih
rendah dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi pada periode hari raya
idul fitri selama tiga tahun terakhir yang tercatat 0,93 persen (mtm). Inflasi
secara tahunan kalender sebesar 2,31 persen (ytd) dan secara tahunan 3,94
persen (yoy). Secara keseluruhan pencapaian inflasi bahan makanan pada Juni
2017sebesar 0,72 persen (mtm) lebih terkendali dibandingkan dengan inflasi
pada bulan Idul Fitri dalam tiga tahun terakhir, yang mencapai rata-rata 2 persen.
Kelompok administered prices atau harga yang diatur pemerintah juga
mengalami pergerakan yang cukup stabil. Tingkat permintaan jasa transportasi
pada masa libur Idul Fitri, terutama pada moda angkutan udara dan antarkota
tercatat relatif terkendali. Angkutan udara, mengalami kenaikan sebesar 12
persen (mtm), relatif lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun
sebelumnya, yakni 15,73 persen (mtm). Kenaikan tarif angkutan antarkota
tercatat sebesar 8,67 persen (mtm), lebih rendah dari rata-rata tiga tahun
sebelumnya, yakni 9,34 persen (mtm).

7
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Pemerintah provinsi DKI Jakarta telah menetapkan besaran upah minimum


Provinsi sebesar Rp 3.355.750/bulan, naik sebesar 8,25 persen dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 3.100.000/bulan. Kenaikan upah
minimum ini juga sudah didasarkan pada formulasi perhitungan kenaikan UMP
yaitu besaran UMP tahun berjalan dikalikan dengan tingkat inflasi nasional
ditambah dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

Tabel 1.5 Upah Minimum Provinsi dan Inflasi di DKI Jakarta 2002-2016
Tahun Upah Minimum Provinsi (UMP) Inflasi (%)
Rp Kenaikan UMP
(%)
2002 591.266 37,71 9,08
2003 631.554 6,81 5,78
2004 671.550 6,33 5,87
2005 819.100 6,00 16,06
2006 900.560 15,07 6,03
2007 972.605 9,95 6,04
2008 972.605 8,00 11,11
2009 1.069.865 10,00 2,34
2010 1.188.010 11,04 5,95
2011 1.290.000 8,58 3,97
2012 1.529.150 18,54 4,52
2013 2.200.000 43,87 8,00
2014 2.441.000 10,96 8,95
2015 2.700.000 10,60 3,30
2016 3.100.000 14,80 2,37
2017* 3.355.750 8,25 3,94
Sumber: Jakarta dalam Angka 2017, BPS *) Pergub No.227 tahun 2016

2.3 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja


Jumlah perusahaan dan tenaga kerja asing di DKI Jakarta terus mengalami
penurunan. Pada tahun 2015 jumlah perusahaan ada sebanyak 2.213 dan jumlah
tenaga kerja sebanyak 2.525 orang, turun menjadi 1.769 perusahaan dan 2.675
pada tahun 2016.

8
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Tabel 1.6 Jumlah Perusahaan dan Pekerja Asing Tahun 2007-2016


Tahun Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja
Asing
2007 4.420 5.283
2008 4.770 5.173
2009 4.837 5.523
2010 4.704 5.321
2011 4.534 4.728
2012 4.695 5.475
2013 3.883 4.529
2014 4.695 5.475
2015 2.213 2.525
2016 1.769 2.675
Sumber: Jakarta dalam Angka 2017, BPS

Pada tahun 2015, berdasarkan wilayah, wilayah yang paling banyak


perusahaan adalah wilayah Jakarta Utara yaitu sebanyak 493 perusahaan dengan
tenaga kerja sebanyak 148.940 orang dan output sebesar 200.717,87 milyar
rupiah. Sementara yang paling sedikit perusahaan adalah wilayah Jakarta Selatan
sebanyak 57 perusahaan dengan jumlag tenaga kerja sebanyak 3.845 dan output
sebesar 1.180,33 milyar rupiah.

Tabel 1.7 Jumlah Perusahaan Tenaga Kerja dan Nilai Produksi


Pada Industri Besar Sedang Tahun 2015

Kota Perusahaan
Tenaga Output (Milyar
Kerja Rp)
Jakarta Selatan 57.00 3,845.00 1,180.33
Jakarta Timur 285.00 800,006.00 87,206.23
Jakarta Pusat 94.00 4,920.00 21,429.90
Jakarta Barat 394.00 40,391.00 30,312.78
Jakarta Utara 493.00 148,940.00 200,717.87
Sumber: Jakarta dalam Angka 2017, BPS

3 Perdagangan
Pulau Jawa menerima kontribusi signifikan di sektor perdagangan, hotel
dan restoran, keuangan, property dan jasa bisnis lainnya mengingat kota-kota
besar Indonesia berlokasi di wilayah Jawa. Jabodetabek atau Jakarta Raya yang

9
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

terdiri dari Kabupaten/Kota di DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat merupakn
pusat perdagangan dan keuangan nasional. Volume dan nilai ekspor yang melalui
DKI Jakarta menurut pelabuhan muat tahun 2015-2016 adalah sebagai berikut.

Tabel 1.8 Volume dan Nilai Ekspor Melalui DKI Jakarta menurut
Pelabuhan Muat Tahun 2015-2016

Pelabuhan Muat Volume (Ton) Nilai (000US$)


2015 2016 2015 2016
Tanjung Priok 12,799,23 12,978,928,03 40,681,16 40,458,217,01
7 9 0 4
Pasar Ikan 30 5,029 130 111,968
Soekarno Hatta 263,869 734,906,668 5,674,069 5,535,016,746
Halim Perdana 2,655 2,599,095 35,492 34,925,587
Kusuma
Jumlah 13,065,79 13,716,438,83 46,390,85 46,028,271,31
1 1 1 5
Sumber: Jakarta dalam Angka 2017, BPS

4 Investasi
Kinerja investasi DKI Jakarta tetap tumbuh positif, meskipun terbatas
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2017, komponen
investasi DKI Jakarta tercatat mengalami pertumbuhan 4,12 persen (yoy), lebih
baik dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,00
persen. Pertumbuhan pada triwulan II 2017 masih ditopang oleh investasi yang
dilakukan oleh pemerintah, khususnya investasi bangunan dalam bentuk
pembangunan infrastruktur di ibukota. Investasi bangunan tersebut masih
mendominasi pangsa komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau
investasi secara keseluruhan di Jakarta pada triwulan II 2017, dengan realisasi
pertumbuhan pada triwulan II 2017 sebesar 5,75% (yoy).
Akselerasi investasi bangunan di DKI Jakarta didorong oleh pembangunan
infrastruktur yang menyebar di berbagai wilayah di Jakarta. Proyek-proyek
tersebut antara lain kelanjutan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) dengan
keseluruhan progres pekerjaan sampai dengan akhir triwulan II 2017 telah
mencapai 75%, dengan rincian 87,5% untuk konstruksi bawah tanah dan 56,86%
untuk konstruksi layang; pembangunan LRT Jabodebek dengan progres
pekerjaan sampai dengan triwulan I 2017 sebesar 15,5%5, dengan rincian ruas

10
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Cawang-Cibubur telah terbangun 31,4%, ruas Cawang-Kuningan-Dukuh Atas


baru terbangun 2,7%, serta ruas Cawang Bekasi Timur yang telah terbangun
15,1%; pembangunan LRT dalam kota Jakarta yang menghubungkan rute Kelapa
Gading-Velodrome dengan progres pekerjaan sampai bulan Juni 2017 mencapai
26,35%, atau lebih cepat dari target progres tengah tahun sebesar 25%6. Lebih
lanjut, pada awal tahun 2017, DKI Jakarta memulai pembangunan tiga underpass
dan tiga flyover secara bersamaan dengan total anggaran mencapai Rp 700
miliar yang bersumber dari belanja modal APBD DKI Jakarta. Pembangunan
tersebut antara lain flyover Cipinang Lontar, Pancoran, dan Bintaro, serta
underpass Kartini, mampang-Kuningan, dan Matraman, dimana sampai dengan
posisi akhir bulan Juni 2017, progres total pekerjaan untuk keenam konstruksi
tersebut telah mencapai 40%.
Sementara itu, peran swasta dalam kegiatan investasi masih terbatas. Masih
rendahnya kegiatan investasi swasta terindikasi dari penyaluran kredit investasi
yang melanjutkan tren perlambatan. Pada triwulan II 2017 penyaluran kredit
investasi tumbuh 6,64% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,33% (yoy). Masih rendahnya
investasi swasta tersebut tidak terlepas dari perilaku investor swasta yang masih
melanjutkan perilaku wait-and-see terhadap kondisi ekonomi saat ini yang telah
dimulai sejak awal tahun 2016, yang juga tercermin dari penyaluran kredit
korporasi yang melambat pada triwulan laporan Investasi bangunan yang
dilakukan oleh pemerintah melalui pembangunan konstruksi dan infrastruktur
masih akan menjadi penopang utama pertumbuhan investasi pada triwulan
berjalan, antara lain pembangunan MRT, pembangunan LRT di dalam kota
Jakarta dan lintas Jabodebek, serta pembangunan flyover dan underpass. Pada
pembangunan MRT sampai dengan perkembangan terkini7, konstruksi layang
telah mencapai 64,10% dan konstruksi bawah tanah telah mencapai 88,26%.
Pembangunan LRT Jakarta yang menghubungkan rute Kelapa Gading Velodrome
telah mencapai 29,8% progres fisik, dan diakui oleh PT Jakarta Propertindo
selaku pihak pelaksana pembangunan proyek lebih tinggi dari target yang
dicanangkan. Sementara itu, pembangunan LRT Jabotabek yang meliputi tiga
rute, yaitu rute Cibubur Cawang sepanjang 14,5 km telah mencapai 37%, rute

11
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Bekasi Timur Cawang sepanjang 17,1 km telah mencapai 17%, dan rute Cawang
Dukuh Atas sepanjang 10,5 km baru mencapai 3%. Lebih lanjut, pembangunan
flyover dan underpass, antara lain flyover Cipinang Lontar, Pancoran, dan
Bintaro, serta underpass Kartini, mampang Kuningan, dan Matraman,
ditargetkan untuk selesai pada akhir tahun 2017, sehingga pada semester II ini,
pekerjaan konstruksi akan semakin dipercepat untuk memenuhi target. Di sisi
lain, investasi swasta diperkirakan masih belum meningkat signifikan, yang
terindikasi dari penyaluran kredit investasi dan kredit korporasi terkini yang
masih tumbuh melambat (Kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi DKI
Jakarta, Agustus 2017).
Tabel 1.9 Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri dan Modal
Asing 2004-2016
Tahun PMDN PMA
Proyek Investasi Proyek Investasi
(Juta Rp) (Ribu US$)
2004 35 4.173.915 592 1.867.972
2005 23 3.792.133 364 3.267.000
2006 29 3.088.000 330 1.472.000
2007 34 4.218.000 365 4.680.000
2008 34 1.837.000 434 9.928.000
2009 35 9.694.000 433 5.511.000
2010 86 4.598.517 886 6.428.732
2011 84 9.256.404 1.094 4.824.000
2012 72 8.540.071 1.148 4.107.721
2013 132 5.766.334 2.371 2.589.642
2014 118 17.811.428 3.053 4.509,4
2015 186 15.512.725 4.463 3.619.392
2016 463 12.216.900 6.751 3.398.200
Sumber: Jakarta dalam angka 2017, BPS

5. Perkembangan Sektor Pariwisata


Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor strategis dalam
pengembangan perekonomian suatu daerah. Pariwisata dengan segala aspeknya
dapat memberikan kontribusi kepada berbagai aspek kehidupan, baik secara
ekonomi maupun non ekonomi.
Pengembangan sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta dirasakan
semakin penting karena selain mampu meningkatkan perkembangan ekonomi

12
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

juga mampu memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan. Dalam


upaya membantu menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk usia kerja,
kegiatan pariwisata memiliki peran yang cukup strategis. Beroperasinya usaha -
usaha dalam bentuk hotel-hotel berbintang ataupun penginapan-penginapan,
restoran, obyek-obyek wisata, usaha-usaha jasa pariwisata, usaha transportasi
dan komunikasi, serta usaha-usaha jasa hiburan dan rekreasi akan memberi
kontribusi dalam bentuk kesempatan bekerja bagi masyarakat dan hal ini tentu
akan berperan dalam mengurangi angka pengangguran.
Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah dalam hal ini
Provinsi DKI Jakarta akan membuka peluang bagi masyarakat untuk menjadi
pengusaha atau pengelola hotel, restoran, usaha transportasi, pengelolaan obyek
wisata dan jasa hiburan sehingga peluang tersebut akan memberikan
kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja dan nantinya masyarakat
akan memperoleh pendapatan dari pekerjaan tersebut.

Tabel 1.10. PDRB Pariwisata Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)
Tahun Pariwisata Total PDRB Kontribusi
2003* 12794906 263624242 4.85
2006* 15441825 312826713 4.94
2009* 18563572 371399302 5.00
2012** 61258499 1222527925 5.01
2015** 72582234 1454102107 4.99
2016 ** 76788426 1539376654 4.99
Rerata 4.96
Keterangan :
*: Atas Dasar Harga Konstan 2000
**: Atas Dasar Harga Konstan 2010

Tabel 1.10 menunjukkan bahwa sektor pariwisata DKI Jakarta memiliki


peran yang cukup penting terhadap pembentukan PDRB. Kontribusinya cukup
stabil, hal ini dapat dilihat dari persentasenya yang dari tahun ke tahun
cenderung mengalami kenaikan. Pencapaian tertinggi sebesar 5,01 persen
ditahun 2012 sedangkan pencapaian terendah sebesar 4,85 persen ditahun 2003.
Secara rata – rata, konstribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian DKI
Jakarta sebesar 4,96 persen. Jika dibedakan dalam dua periode yaitu periode

13
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

2003 sampai dengan 2009, rerata konstribusi sebesar 4,93 persen dan periode
2012 sampai dengan 2016 semester satu sebesar 4,99 persen.

8.00 7.27

7.00 6.52
6.30
6.07
5.80
6.00 5.42

5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00
2003 2006 2009 2012 2015 2016

Laju Pertumbuhan (%)

Grafik 1.4. Laju Pertumbuhan Sektor Pariwisata 2003 sd 2016

Grafik 1.4 menunjukkan bahwa sektor pariwisata DKI Jakarta memiliki laju
pertumbuhan yang cukup konsisten. Sepanjang periode tersebut rata – rata
sektor pariwisata tumbuh sebesar 6,10 persen dimana laju pertumbuhan
sektoral tertinggi sebesar 7,27 persen ditahun 2006 sedangkan laju
pertumbuhan terendah sebesar 4,99 persen ditahun 2016 semester satu. Jika
dibedakan dalam dua periode yaitu periode 2003 sampai dengan 2009, rerata
laju pertumbuhan sebesar 6,62 persen dan periode 2012 sampai dengan 2016
semester satu sebesar 5,57 persen.

Berikutnya, Terkait dengan slogan DKI Jakarta sebagaimana telah


disampaikan pada sub bab sebelumnya, yaitu “Enjoy Jakarta”, memberikan pesan
bahwa Jakarta pantas sebagai destinasi wisata dan budaya favorit bagi
wisatawan baik domestik maupun non domestik (mancanegara). Jakarta
menawarkan lokasi hiburan serta rekreasi terbaik mulai dari Taman Impian Jaya
Ancol dengan berbagai aktivitas menarik, Taman Mini Indonesia Indah yang

14
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

menampilkan keragaman budaya Indonesia, serta Kebun Binatang Ragunan


dengan kekayaan satwa didalamya.

Tabel 1.11 Jumlah Wisman Menurut Pintu Kedatangan dan Jumlah Kunjungan
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Wisatawan Manca Negara
Soekarno 1,933,022 2,053,850 2,240,490 2,246,437 2,304,275 2,445,275
Hatta
Tanjung 65,171 66,168 65,227 64,941 64,611 60,322
Priok
Halim PK 5,751 5,495 8,025 7,917 8,340 6,408
Total 2,003,944 2,125,513 2,313,742 2,319,295 2,377,226 2,512,005
Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Unggulan
Ancol 18,450,016 15,848,956 15,948,829 16,085,604 16,661,517 17,850,284
TMII 5,186,445 7,888,787 4,483,847 4,587,735 5,575,905 4,977,704
Ragunan 4,090,567 4,283,895 3,681,968 4,100,570 5,157,035 5,177,877
Monas 1,516,153 1,418,469 1,380,868 1,156,208 1,539,195 1,878,155
Lainnya 739,825 627,256 627,206 531,816 914,687 1,196,050
Total 29,983,006 30,067,363 26,122,718 26,461,933 29,848,339 31,080,070

Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DKI Jakarta pada tahun 2016


meningkat sebesar 5,67 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya
dimana sebagian besar masuk melalui bandara Soekarno Hatta. Jumlah
wisatawan yang berkunjung ke berbagai obyek wisata unggulan di DKI Jakarta
tahun 2016 telah mencapai lebih dari 30 juta pengunjung atau mengalami
peningkatan cukup tajam hingga sebesar 4,13 persen dibandingkan tahun
sebelumnya. Obyek wisata yang paling digemari adalah Taman Impian Jaya Ancol
yang dikunjungi lebih dari 17 juta pelancong di tahun yang sama atau
berkonstribusi hingga 58 persen dari total kunjungan wisata di DKI Jakarta.
Selain itu obyek wisata museum seperti Museum Sejarah Jakarta mengalami
peningkatan kunjungan yang cukup signifikan. Peningkatan jumlah wisatawan
yang berkunjung ke DKI Jakarta setiap tahun diiringi dengan penambahan jumlah
hotel baik berbintang maupun hotel non berbintang, sebagaimana ditunjukkan
dalam grafik berikut.

15
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

250 228 232


214 216 213 219 212 205
200 178 184

150

100

50

0
2012 2013 2014 2015 2016

Hotel Berbintang Hotel Non Berbintang

Grafik 1.5 Jumlah Hotel Berbintang dan Hotel Non Berbintang di DKI
Jakarta Tahun 2012 sd 2016

Jumlah hotel berbintang dan non berbintang di DKI Jakarta pada periode
2012 – 2016 mengalami peningkatan sebesar 11,48 persen atau dari 392 hotel di
tahun 2012 menjadi 437 hotel di tahun 2016. Pada periode yang sama hotel
berbintang bertambah sebanyak 54 hotel atau naik sebesar 30,34 persen
sedangkan hotel non berbintang berkurang sebanyak 9 hotel atau turun sebesar
4,21 persen, sebagaimana ditunjukkan dalam Grafik 1.5.
Di tahun 2016, dari jumlah hotel di DKI Jakarta secara keseluruhan terbagi
menjadi 232 hotel berbintang, 169 hotel melati, dan 36 akomodasi lainnya. Pada
Grafik 1.6, dari 232 hotel berbintang di DKI Jakarta sebagian besar adalah hotel
bintang tiga yaitu sebanyak 78 hotel (36,62 persen); diikuti hotel bintang dua
sebanyak 54 hotel (23,28 persen); hotel bintang empat sebanyak 41 hotel (17,67
persen); hotel bintang satu sebanyak 30 hotel (12,93 persen) dan hotel bintang
lima sebanyak 29 hotel (12,50 persen). Sedangkan hotel melati dan akomodasi
lainnya berjumlah 205 hotel yang terdiri dari hotel melati satu sebanyak 75 hotel
(36,59 persen); hotel melati dua sebanyak 50 hotel (24,39 persen); hotel melati
tiga sebanyak 44 hotel (21,46 persen); dan akomodasi lainnya terbagi atas
penginapan remaja pondok wisata dan jasa akomodasi lainnya sebanyak 36 hotel
(17,56 persen), sebagaimana terlihat dalam Grafik 1.6a dan Grafik 1.6b.

16
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

78 75
80 80

70 70

60 54 60
50
50 44
50 41 36
40
40
30 29
30
30
20
20
10
10
0
0 Melati I Melati II Melati III Akomodasi
Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5 Lainnya

Grafik 1.6a. Banyaknya Hotel Grafik 1.6b. Banyaknya Hotel Non


Berbintang Menurut Klasifikasi di DKI Berbintang Menurut Klasifikasi di
Jakarta Tahun 2016 DKI Jakarta Tahun 2016

Selain itu, pertambahan jumlah hotel dalam kurun waktu tersebut juga
diikuti dengan pertambahan jumlah kamar tidur dan tempat tidur. Di tahun 2012,
tersedia sebanyak 37.712 kamar tidur dan 50.728 tempat tidur menjadi 48.104
kamar tidur dan 66.284 tempat tidur di tahun 2016. Dengan kata lain, terdapat
peningkatan sebesar 24,26 persen untuk kamar tidur dan sebesar 30,67 persen
untuk tempat tidur. Ketersediaan tempat tidur dan kamar tidur dapat dilihat
pada Gambar 1.7.

65,058 66,284
70,000 63,308

60,000 53,556
50,728
47,663 48,104
50,000 44,905
38,712 40,026
40,000

30,000

20,000

10,000

-
2012 2013 2014 2015 2016

Kamar Tidur Tempat Tidur

17
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Grafik 1.7. Banyaknya Kamar Tidur dan Tempat Tidur Hotel dan Akomodasi
Lainnya di DKI Jakarta Tahun 2012 sd 2016

39806
90.00 82.75
40000
80.00
35000
70.00
30000
60.00
25000
50.00
20000
40.00
15000
30.00
10000 7445 15.48
20.00
5000 853 10.00 1.77

0 0.00
Bintang Melati Akomodasi Bintang Melati Akomodasi
Lainnya Lainnya

Grafik 1.8a. Banyaknya Kamar Hotel Grafik 1.8b. Persentase Banyaknya


Menurut Klasifikasi di DKI Jakarta Kamar Hotel Menurut Klasifikasi di
Tahun 2016 DKI Jakarta Tahun 2016

Di tahun 2016 (Grafik 1.8a dan Grafik 1.8b), dari keseluruhan kamar hotel
dan akomodasi lainnya di DKI Jakarta sebanyak 48.104 kamar, terdapat 39.806
kamar hotel bintang atau sekitar 82,75 persen; kamar hotel melati sebanyak
7.445 atau sekitar 15,48 persen; dan kamar akomodasi lainnya sebanyak 853
atau sekitar 1,77 persen.
Berdasarkan sebaran wilayah (Grafik 1.9a dan Grafik 1.9b), kamar untuk
hotel dan akomodasi lainnya terbanyak berlokasi di Jakarta Pusat mencapai
23.594 kamar atau sekitar 49,05 persen dari seluruh kamar hotel dan akomodasi
lainnya; Jakarta Selatan menempati peringkat kedua mencapai 8.047 kamar atau
sekitar 16,73 persen dan Jakarta Barat di tempat ketiga mencapai 7.818 atau
sekitar 16,25 persen. Berikutnya, Jakarta Utara (sebanyak 5825 atau sekitar
12,11 persen); Jakarta Timur (sebanyak 2.415 atau sekitar 5,02 persen); dan
Kepulauan Seribu (sebanyak 405 atau sekitar 0,84 persen). Rerata kamar per
hotel secara agregat untuk masing – masing klasifikasi hotel bintang mencapai

18
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

172 kamar (232 hotel bintang tersedia 39.806 kamar), hotel melati mencapai 44
kamar (169 hotel melati tersedia 7.445 kamar), dan akomodasi lainnya 24 kamar
(36 akomodasi lainnya tersedia 853 kamar).

25000 Bintang 3000 2706 Non Bintang


20888
2500
20000 2044 1975
2000
15000
1500
1011
10000 7698 1000
5774
3850 500 349
5000 213
1404
192
0
0 Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Kep.
Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Kep. Selatan Timur Pusat Barat Utara Seribu
Selatan Timur Pusat Barat Utara Seribu

Grafik 1.9a. Kamar Hotel Berbintang Grafik 1.9b. Kamar Hotel Non
Menurut Klasifikasi dan Sebaran Wilayah Berbintang Menurut Klasifikasi dan
di DKI Jakarta Tahun 2016 Sebaran Wilayah di DKI Jakarta Tahun
2016

Berikutnya (Grafik 1.10a dan Grafik 1.10b), dari sisi tempat tidur hotel
dan akomodasi lainnya di DKI Jakarta di tahun 2016, terdapat 66.284 tempat
tidur dengan rincian 55.293 tempat tidur (83,42 persen adalah tempat tidur pada
hotel bintang); 9.703 tempat tidur (14,64 persen adalah tempat tidur pada hotel
melati); dan 1.288 tempat tidur (1,94 persen adalah tempat tidur pada
akomodasi lainnya). Adapun rerata tempat tidur per hotel untuk hotel berbintang
mencapai 238 tempat tidur (232 hotel bintang tersedia 55.293 tempat tidur);
hotel melati mencapai 57 tempat tidur (169 hotel melati tersedia 9.703 tempat
tidur), dan akomodasi lainnya mencapai 36 tempat tidur (36 akomodasi lainnya
tersedia 1.288 tempat tidur).

19
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

60000 55293 238


250

50000
200
40000
150
30000

100
20000
57
9703
36
10000 50
1288
0 0
Bintang Melati Akomodasi Bintang Melati Akomodasi
Lainnya Lainnya

Grafik 1.10a. Banyaknya Tempat Grafik 1.10b. Rerata Tempat Tidur


Tidur Hotel Menurut Klasifikasi di DKI per Hotel Menurut Klasifikasi di DKI
Jakarta Jakarta Tahun 2016
Tahun 2016

Dilihat dari sisi sebaran wilayah (Grafik 1.11a dan Grafik 1.11b), sebagian
besar tempat tidur di hotel dan akomodasi lainnya terletak di Kota Administrasi
Jakarta Pusat dengan kapasitas sebesar 32.678 tempat tidur atau sekitar 49,30
persen; Jakarta Selatan menempati peringkat kedua mencapai 10.765 tempat
tidur atau sekitar 16,24 persen dan Jakarta Barat di tempat ketiga mencapai
10.639 tempat tidur atau sekitar 16,05 persen. Berikutnya, Jakarta Utara
(sebanyak 8274 tempat tidur atau sekitar 12,48 persen); Jakarta Timur
(sebanyak 3.237 tempat tidur atau sekitar 4,88 persen); dan Kepulauan Seribu
(sebanyak 691 atau sekitar 1,04 persen).
Sektor pariwisata DKI Jakarta sangat potensial karena wisatawan domestik
maupun mancanegara yang berkunjung ke Jakarta dengan moda transportasi
udara, dapat melalui tiga pintu masuk yaitu Soekarno – Hatta (sering disebut
dengan Soeta); Tanjung Priok, dan Halim Perdanakusumah. Sepanjang Tahun
2016, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara khususnya melalui ketiga
pintu masuk tersebut hampir mencapai lebih dari 2,5 juta orang meskipun
cenderung lebih rendah jika dibandingkan tahun sebelumnya untuk periode yang
sama yaitu sebesar 1,102 juta orang. Selama kurun waktu tersebut, jumlah

20
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

kunjungan wisatawan mancanegara tertinggi terjadi pada semester 2 tahun 2015


sebesar 1,270 juta orang sedangkan terendah pada semester 1 tahun 2016
sebesar 1,077 juta orang (Grafik 1.12).

3970
30000 28708 4000
Bintang Non Bintang
3500
25000
3000
2544
20000
2500 2208

15000 2000

10218 1316
1500
10000 8095
6066
1000
5000 547
1921 406
500
285
0 0
Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Kep.
Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Kep.
Selatan Timur Pusat Barat Utara Seribu
Selatan Timur Pusat Barat Utara Seribu

Grafik 1.11a. Tempat Tidur Hotel Grafik 1.11b. Tempat Tidur Hotel Non
Berbintang Menurut Klasifikasi dan Berbintang Menurut Klasifikasi dan
Sebaran Wilayah di DKI Jakarta Tahun Sebaran Wilayah di DKI Jakarta Tahun
2016 2016

Dilihat dari sisi kewarnegaraannya (Grafik 1.13), kondisi di bulan akhir


semester satu tahun 2016 mencatat bahwa wisatawan mancanegara yang
mengunjungi Jakarta paling banyak berasal dari daerah lainnya sebesar 33.901
orang atau 21,69 persen dari total keseluruhan wisman lalu diikuti Tiongkok
mencapai 24.257 orang atau 15,52 persen serta Malaysia sebesar 15.596 orang
atau 9,98 persen; Jepang sebesar 13.003 orang atau 8,32 persen; Singapura
sebesar 12.880 orang atau 8,24 persen; Korea Selatan sebesar 7.566 atau 4,84
persen; dan Amerika Serika sebesar 6.909 orang atau 4,42 persen.

21
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

1,270,074

1,434,907
1,195,033

1,173,911

1,145,384
1,600,000

1,118,709

1,102,322

1,077,098
1,400,000

1,200,000

1,000,000

800,000

600,000

400,000

200,000

-
Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2
2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016

Grafik 1.12. Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman ke DKI Jakarta


Tahun 2013 sd 2016

33,901
35,000
Jumlah Kunjungan
Wisman Kondisi Juni
30,000 2016
24,257
25,000

20,000
15,596
15,000 12,880 13,003

10,000 6,909 7,566


6,326
4,828 4,852
5,000

-
Filipina Australia India Amerika Korea Singapura Jepang Malaysia Tiongkok Lainnya
Selatan

Grafik 1.13. Jumlah Kunjungan Wisman ke DKI Jakarta Menurut Negara Asal
Juni 2016

22
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

68.00 2.5 2.37


65.72
66.00
1.96 1.93 1.95
1.87 1.87 1.86 1.89
64.00 2

62.00
59.87
1.5
60.00
58.22
57.20 57.48 57.69
58.00 56.62
56.00 1
56.00

54.00
0.5
52.00

50.00 0
Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2
2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016

Grafik 1.14a. Tingkat Penghunian Grafik 1.14b. Rerata Lama Menginap


Kamar Hotel Berbintang Tamu Hotel di Jakarta
Tahun 2013 sd 2016 Tahun 2013 sd 2016

Dari sisi rerata Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di


Jakarta selama tahun 2016 (Januari – Desember) diperoleh nilai sebesar 60
persen (Grafik 1.14a dan Grafik 1.14b). Nilai ini tergolong tinggi jika
dibandingkan selama kurun waktu 2013 sampai dengan 2016. Selama periode
semester kedua tahun sebelumnya, Tingkat Penghunian Kamar mencapai angka
tertinggi sebesar 59,87 persen. Terkait, rata – rata lama menginap tamu asing dan
tamu Indonesia di hotel berbintang DKI Jakarta pada periode semester 2 tahun
2016 mencapai 1,89 dimana nilai ini termasuk tinggi sepanjang periode 2016
semester pertama. Kecenderungan nilai ini tidak jauh berbeda dengan nilai
tingkat penghunian kamar, dimana rerata lama menginap tamu asing dan
domestik mengalami penurunan sebesar 0,09 hari jika dibandingkan periode
yang sama pada semester 2 tahun 2015 yang dapat mencapai 1,95 hari. Secara
rata – rata sepanjang periode tersebut, lama menginap tamu hotel di Jakarta
sebesar 1,96 hari.

23
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

BAGIAN 2

PROSPEK INVESTASI SEKTOR PARIWISATA DI DKI JAKARTA

2.1 Eksisting Sektor Pariwisata DKI Jakarta

Perekonomian DKI Jakarta memberi andil sekitar 17 persen terhadap total


perekonomian Indonesia. Dengan demikian, setiap perubahan yang terjadi pada
perekonomian DKI Jakarta akan mempengaruhi perekonomian nasional. Kinerja
perekonomian DKI Jakarta yang ditunjukkan dengan indikator pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2016 didorong oleh pertumbuhan kategori jasa keuangan
sebesar 12,28 persen diikuti oleh sektor informasi dan komunikasi yang tumbuh
sebesar 9,96 persen serta sektor transportasi dan pergudangan dengan
pertumbuhan sebesar 9,34 persen. Sedangkan di tingkat nasional dalam kurun
waktu yang sama pertumbuhan tertinggi dicapai sektor keuangan dan asuransi
sebesar 13,51 persen diikuti sektor informasi dan komunikasi sebesar 8,47
persen dan jasa lainnya sebesar 7,88 persen. Sedangkan sektor pariwisata yang
direpresentasikan dengan sektor akomodasi dan makan minum mampu tumbuh
sebesar 6,38 persen (DKI Jakarta dalam Angka 2017, BPS, 2017).

Pada periode yang sama, pertumbuhan positif terjadi hampir di seluruh


lapangan usaha kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang mencatat
pertumbuhan negatif sebesar -0,03 persen. Pencapaian pertumbuhan ekonomi
tertinggi oleh sektor jasa pendidikan sebesar 16,16 persen diikuti oleh sektor jasa
keuangan dan asuransi, sektor jasa lainnya, sektor transportasi dan
pergudangan; serta sektor jasa perusahaan dengan masing – masing sebesar
14,45 persen; 14,17 persen; 13,03 persen; dan 12,10 persen. Berdasarkan harga
berlaku, sektor pariwisata sendiri mampu tumbuh sebesar 6,38 persen
mengalahkan sektor konstruksi (6,36 persen); sektor pengadaan air, pengelolaan
sampah, limbah, dan daur ulang (5,76 persen); sektor pengadaan listrik dan gas
(5,52 persen); sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial

24
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

(3,73 persen); dan sektor pertambangan dan penggalian (2,6 persen) [DKI
Jakarta dalam Angka 2017, BPS, 2017).

6.80
6.64
6.49
7.00

5.91

5.88
5.81
5.80
5.54

5.42
6.00

4.17
5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

-
2013 2014 2015 2016 Rerata

Indonesia DKI Jakarta

Grafik 2.1 Pertumbuhan Sektor Pariwisata antara DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2013 - 2016

Jika dibandingkan kinerja pertumbuhan sektor pariwisata antara DKI


Jakarta dan nasional, sepanjang periode 2013 hingga 2016, DKI Jakarta mampu
meraih pertumbuhan sektor pariwisata yang lebih tinggi dibandingkan nasional
pada tahun 2016, dimana pada tahun tersebut pertumbuhan sektor pariwisata di
DKI Jakarta sebesar 5,80 persen atau jauh di atas pertumbuhan sektor yang sama
di tingkat nasional yang hanya tercatat sebesar 4,17 persen. Meskipun demikian,
sepanjang periode 2013 hingga 2015, petumbuhan sektor pariwisata DKI Jakarta
lebih rendah dibandingkan nasional dengan rentang yang tidak jauh berbeda,
yaitu di kisaran lima persen.

Secara rata-rata sepanjang periode tersebut, nilai pertumbuhan sektor


pariwisata hampir mendekati 6 persen, atau untuk nasional sebesar 5,88 persen
dan DKI Jakarta sebesar 5,81 persen; nilai ini tidak terlalu jauh selisihnya. Tentu
dapat dimaklumi jika melihat dari posisi geografis Jakarta yang merupakan ibu
kota Negara yang memiliki akses lebih, salah satunya sebagai pintu atau gerbang

25
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

masuk arus lalu lintas orang, dan barang serta jasa sehingga mendorong individu
untuk tinggal sejenak serta melakukan aktivitas konsumsi khususnya berwisata,
yang diharapkan dapat mendorong konstribusi sektor pariwisata melalui
penyediaan akomodasi serta makan dan minum.

Berdasarkan harga konstan, sektor ini sepanjang tahun 2012 hingga tahun
2016 semester pertama, mencatat pertumbuhan positif dimana tahun 2012
sebesar 6,30 persen dan tahun 2016 sebesar 5,81 persen atau rata-rata
sepanjang periode tersebut sebesar 5,91 persen. Dari sisi konstribusi terhadap
perekonomian, sektor pariwisata sepanjang tahun 2012 hingga tahun 2016
sebesar 5 persen dimana ditahun 2012 sebesar 5,01 persen dan ditahun 2016
sebesar 4,99 persen atau secaara rata – rata sepanjang periode tersebut sebesar
5,01 persen.

15.53
5.2 5.18 16.00 14.77 14.85
5.16
14.00 12.95
5.15 5.12

5.08 12.00
5.1
10.00
5.05 5.03
5.01 5.01 5.01 7.23
4.99 4.99 8.00 6.49
6.30
5 5.54 5.42 5.81
6.00
4.95
4.00

4.9 2.00

4.85 0.00
2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016

ADHK ADHB ADHK ADHB

Grafik 1.2 Konstribusi Sektor Pariwisata terhadap Grafik 2.2 Laju Pertumbuhan Sektor Pariwisata
Perekonomian DKI Jakarta, 2012 -2016 terhadap Perekonomian DKI Jakarta, 2012 -2016

Dari sisi penyerapan tenaga kerja (Grafik 2.4), sektor primer merupakan
sektor yang menyerap tenaga kerja paling kecil, sedangkan yang terbesar adalah
sektor tersier lalu diikuti sektor sekunder. Sepanjang dua periode waktu
tersebut, secara rerata setiap sektor tersebut adalah 82,61 persen untuk sektor
tersier; 16,04 persen untuk sektor sekunder; dan 1,35 persen untuk sektor

26
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

primer. Meskipun pertumbuhan sepanjang dua periode tersebut besar, tetapi


konstribusinya sangat kecil hanya sebesar 1,70 persen di tahun 2016 dan sebesar
1 persen lebih di tahun 2011. Sektor tersier tumbuh sebesar 6,4 persen di tahun
2016 jika dibandingkan tahun 2011 serta berkonstribusi lebih dari 80 persen
sepanjang kedua periode tersebut.

85.18
90.00 80.05
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00 18.96
20.00 13.12

10.00 1.00 1.70


0.00
Primer Sekunder Tersier

2011 2016

Grafik 2.3 Konstribusi Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2011 dan 2016

Ditilik dari penyerapan tenaga kerja pada sektor tersier (Grafik 2.5), sektor
perdagangan hotel dan restoran merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja
paling besar, lalu diikuti sektor jasa. Sepanjang dua periode waktu tersebut,
secara rerata setiap sektor tersebut adalah 36,63 persen untuk sektor
perdagangan hotel dan restoran; 24,97 persen untuk sektor jasa; dan 38,40
persen untuk sektor lainnya.

27
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

37.47 38.13 38.68


40.00 35.79
35.00
30.00 26.08
23.86
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
Perdagangan Hotel Jasa Lainnya
Restoran
2011 2016

Grafik 2.4 Konstribusi Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Tersier Tahun 2011 dan 2016

Sebagaimana diketahui, Provinsi DKI Jakarta menawarkan lokasi hiburan


serta rekreasi yang menampilkan keragaman dan keindahan budaya Indonesia.
Objek wisata unggulan yang paling banyak dikunjungi wisatawan adalah Taman
Impian Jaya Ancol dengan total pengunjung sebesar 58 persen dibandingkan
objek wisata lain pada tahun 2016. Kepulauan Seribu merupakan salah satu
wisata alam yang dapat dikunjungi di Jakarta. Cakupan Kepulauan Seribu sangat
luas, dimulai dari Pulau Bidadari, Pulau Harapan, Pulau Tidung, Pulau Pari, dan
puluhan pulau lainnya. Untuk wisata budaya, Kota Tua Jakarta memiliki pesona
wisata sejarah yang dapat memberikan banyak pengetahuan. Terdapat sejumlah
landmark historis di Kawasan Kota Tua seperti Museum Fatahillah, Pelabuhan
Sunda Kelapa, Museum Seni Rupa, dan lain-lain.

Pesona keindahan alam serta keunikan budaya yang dimiliki DKI Jakarta
memiliki potensi pariwisata yang diminati oleh wisatawan baik mancanegara
maupun wisatawan nusantara. Sektor pariwisata telah berhasil menjadi sumber
utama pendapatan devisa di Jakarta sekaligus menginspirasi kota-kota lain di
Indonesia untuk membenahi potensi pariwisata yang dimilikinya. Jumlah
wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata di DKI Jakarta juga meningkat
setiap tahunnya yang dibarengi dengan kedatangan wisatawan manca negara
yang cenderung meningkat (Tabel 2.1).

28
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Tabel 2.1 Profil Kedatangan Wisman dan Jumlah Kunjungan

Pintu Masuk Rerata Persentase Avg.Growth


Soekarno Hatta 2,203,892 96.86 4.86
Tanjung Priok 64,407 2.83 (-1.49)
Halim PK 6,989 0.31 4.48
Obyek Wisata Rerata Persentase Avg.Growth
Ancol 16,807,534 58.10 (0.38)
TMII 5,450,071 18.84 4.41
Ragunan 4,415,319 15.26 5.64
Monas 1,481,508 5.12 5.96
Lainnya 772,807 2.67 14.46

Tabel 2.2 Profil Kamar dan Tempat Tidur Menurut Sebaran Wilayah di DKI Jakarta

Kamar Tempat Tidur


Kabupaten / Jumlah Avg. Proporsi Jumlah Avg. Proporsi
Kota Growth Growth
Kep. Seribu 405 11.30 0.87 691 1.58 1.07
Jakarta Selatan 8,047 1.41 17.08 10,765 -3.27 17.24
Jakarta Timur 2,415 20.43 4.37 3,237 8.43 4.63
Jakarta Pusat 23,594 3.21 49.20 32,678 3.64 48.69
Jakarta Barat 7,818 -0.27 16.89 10,639 0.59 16.34
Jakarta Utara 5,825 8.29 11.59 8,274 6.15 12.04
Keterangan : Growth dan Proporsi dalam Rerata Tahun 2014 sd 2016

Selain itu, peningkatan jumlah wisatawan juga direspon baik dengan


peningkatan jumlah akomodasi seperti jumlah hotel, jumlah kamar, dan jumlah
tempat tidur di DKI Jakarta (Tabel 2.2). Kategori kamar, sepanjang periode 2014
sd 2016, pertumbuhan tertinggi diraih Kota Jakarta Timur yaitu sebesar 20,43
persen; sedangkan terendah berada di Kota Jakarta Pusat sebesar 3,21 persen.
Adapun kota Jakarta Barat mencatat pertumbuhan negatif. Catatan menarik ada
di Kabupaten Kepulaua Seribu, meskipun proporsinya paling kecil tapi mencatat
pertumbuhan tinggi hampir dua digit yaitu sebesar 11,3 persen. Dari kategori

29
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

tempat tidur, Kota Jakarta Timur mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 8,43
persen meskipun secara proporsi tertinggi masih berada di Kota Jakarta Pusat.
Pertumbuhan negatif diperoleh Kota Jakarta Selatan meskipun secara proporsi
menduduki peringkat kedua atau berada di bawah Kota Jakarta Pusat.

Berikutnya, kita akan melihat klasifikasi sektor basis dan non basis di DKI
Jakarta sepanjang periode 2011 hingga 2016, Tabel 2.3 menunjukkan bahwa
mayoritas sektor basis adalah kelompok sektor tersier sedangkan kelompok
sektor sekunder hanya sektor konstruksi yang dapat dikategorikan sebagai
sektor basis sepanjang periode tersebut. Pada sektor primer tidak ada karena
sektor yang masuk pada kelompok tersebut nilainya lebih kecil dari satu. Pada
sektor tersier, hanya sektor transportasi dan pergudangan yang tidak masuk
kategori sektor basis. Sedangkan sektor lainnya dalam kelompok sektor tersier
masuk kedalam sektor basis. Nilai tertinggi pada sepanjang periode tersebut
adalah sektor jasa perusahaan sedangkan nilai terendah adalah sektor
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor.

Tabel 2.3 Klasifikasi Sektor Basis dan Non Basis di Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2011 sd 2016
Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rerata Keterangan
A. Pertanian, Kehutanan, 0.008 0.008 0.008 0.007 0.007 0.007 0.008 Non Basis
dan Perikanan
B. Pertambangan dan 0.025 0.024 0.023 0.023 0.022 0.022 0.023 Non Basis
Penggalian
C. Industri Pengolahan 0.618 0.593 0.592 0.595 0.593 0.584 0.596 Non Basis
D. Pengadaan Listrik, Gas 0.285 0.283 0.259 0.251 0.237 0.240 0.259 Non Basis
E. Pengadaan Air 0.578 0.573 0.573 0.570 0.559 0.528 0.563 Non Basis
F. Konstruksi 1.529 1.474 1.468 0.141 1.395 1.317 1.221 Basis
G. Perdagangan Besar dan 1.254 1.218 1.216 1.215 1.180 1.188 1.212 Basis
Eceran, dan Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan 0.782 0.769 0.769 0.804 0.805 0.848 0.796 Non Basis
Pergudangan
I. Penyediaan Akomodasi 1.721 1.706 1.703 1.678 1.657 1.666 1.689 Basis
dan Makan Minum
J. Informasi dan 2.120 2.184 2.181 2.187 2.171 2.170 2.169 Basis
Komunikasi

30
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

K. Jasa Keuangan dan 2.860 2.915 2.859 2.717 2.844 2.829 2.837 Basis
Asuransi
L. Real Estat 2.395 2.365 2.313 2.272 2.247 2.238 2.305 Basis
M, N. Jasa Perusahaan 4.736 4.622 4.655 4.685 4.560 4.546 4.634 Basis
O. Administrasi 1.424 1.352 1.285 1.266 1.240 1.212 1.296 Basis
Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan 1.742 1.725 1.650 1.576 1.567 1.571 1.638 Basis
Q. Jasa Kesehatan dan 1.599 1.582 1.549 1.530 1.512 1.512 1.548 Basis
Kegiatan Sosial
R. S. T. U. Jasa lainnya 2.237 2.240 2.277 2.310 2.273 2.259 2.266 Basis

Berdasarkan estimasi sumber pertumbuhan setiap sektor ekonomi di


Provinsi DKI Jakarta, melalui pendekatan Shift Share, kita dapat mengetahui
bahwa pertumbuhan suatu sektor ekonomi di Provinsi DKI Jakarta dari
tahun 2013 hingga tahun 2016 dipengaruhi beberapa komponen (Tabel 2.4):

Pertama, Tahun 2013 pertumbuhan tiap sektor ekonomi di DKI Jakarta


disumbang oleh pertumbuhan ekonomi nasional (national share) sebesar 5,5
8 persen. Industry mix bernilai positif dimiliki kelompok sektor sekunder dan
tersier. Pada kelompok sektor sekunder hanya sektor konstruksi sedangkan pada
kelompok sektor tersier selain sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi
mobil dan sepeda motor dan sektor administrasi pemerintahan, pertanahan, dan
jaminan sosial wajib. Nilai industry mix positif menunjukkan
bahwapertumbuhan sektor ekonomi tersebut lebih tinggi daripada pertumb
uhan ekonomi di tingkat nasional.

Regional shift bernilai positif pada kelompok sektor sekunder adalah


sektor konstruksi sedangkan pada kelompok sektor tersier adalah selain sektor
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; real estate;
administrasi pemerintahan, pertanahan, dan jaminan sosial wajib; dan jasa
pendidikan. Nilai positif menunjukkan bahwa kontribusi sektor
ekonomi tersebut cukup besar dibanding kontribusi sektor sejenis. Begitu
juga sebaliknya untuk regional shift yang bernilai negatif.

31
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Tabel 2.4 Pendekatan Shift Share menurut Lapangan Usaha di Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2013 &
2016
Lapangan Usaha 2013 2016
G Gi - G gi - G G Gi - G gi - G
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.58 -1.37 -2.98 5.02 -1.76 -4.13
B. Pertambangan dan Penggalian 5.58 -3.84 -5.79 5.02 -3.95 -6.33
C. Industri Pengolahan 5.58 -1.08 -0.24 5.02 -0.72 -1.37
D. Pengadaan Listrik, Gas 5.58 -0.35 -4.88 5.02 0.37 -1.47
E. Pengadaan Air 5.58 -1.51 -2.21 5.02 -1.41 -1.53
F. Konstruksi 5.58 0.53 0.59 5.02 0.21 -3.61
G. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil 5.58 -0.87 -0.26 5.02 -1.08 -0.35
dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 5.58 2.80 1.44 5.02 2.72 6.28
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.58 1.22 0.91 5.02 -0.08 0.78
J. Informasi dan Komunikasi 5.58 4.81 6.57 5.02 3.86 5.79
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 5.58 3.51 1.86 5.02 3.89 3.48
L. Real Estat 5.58 0.96 -0.51 5.02 -0.71 -0.33
M, N. Jasa Perusahaan 5.58 2.33 2.67 5.02 2.35 3.40
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 5.58 -3.20 -8.44 5.02 -1.82 -1.69
Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan 5.58 2.62 -2.03 5.02 -1.18 1.98
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.58 2.25 0.19 5.02 -0.01 2.78
R. S. T. U. Jasa lainnya 5.58 0.83 2.00 5.02 2.78 3.45

Kedua, pada tahun 2016 pertumbuhan tiap sektor ekonomi di DKI


Jakarta disumbang oleh pertumbuhan ekonomi nasional (national share)
sebesar 5,02 persen. Industry mix bernilai positif dimiliki kelompok sektor
sekunder dan tersier. Pada kelompok sektor sekunder adalah sektor pengadaan
listrik gas serta sektor konstruksi. Pada kelompok sektor tersier selain sektor
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dan sektor
administrasi pemerintahan, pertanahan, dan jaminan sosial wajib. Nilai industry
mix positif menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor ekonomi tersebut lebih
tinggi daripada pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional.

32
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Regional shift bernilai negatif pada kelompok sektor tersier adalah selain
sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor; real
estate; administrasi pemerintahan, pertanahan, dan jaminan sosial wajib; dan
jasa pendidikan. Nilai positif menunjukkan bahwa kontribusi sektor ekonomi
tersebut cukup besar dibanding kontribusi sektor sejenis. Begitu juga
sebaliknya untuk regional shift yang bernilai negatif.

Terkait sektor pariwisata yang direpresentasikan dengan sektor


penyediaan akomodasi dan makan minum, pada kedua periode, kontributor
tertinggi pertumbuhan sektor tersebut disumbang oleh pertumbuhan nasional,
masing – masing sebesar 5,58 persen (tahun 2013) dan 5,02 persen (tahun
2016). Nilai industry mix mencatat nilai positif di tahun 2013 namun bernilai
negatif di tahun 2016. Nilai positif mereprentasikan bahwa sektor ini dapat
masuk kategori tumbuh cepat. Adapun nilai regional shift kedua periode yang
positif, menunjukkan sektor pariwisata berdaya saing tinggi.

2.2 Dampak Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian (Literatur


Empiris di Provinsi DKI Jakarta)
Berikut disajikan beberapa studi empiris terkait dampak sektor pariwisata
terhadap perekonomian. Salah satu studi tersebut adalah keunggulan sub sektor
perikanan dan pariwisata bahari di wilayah pulau – pulau kecil. Sebagaimana
diketahui bahwa beberapa destinasi wisata bahari dunia, seperti beberapa pulau
di Mediterania, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh sektor pariwisata yang
sebelumnya mengandalkan sektor perikanan. Mengutip temuan Neverauskaite
(2011), peran sektor wisata terhadap PDB di beberapa negara Eropa lebih dari
5% bahkan di Perancis sudah mencapai 7%. Adapun di Kepulauan Seribu, studi
yang dilakukan Putri (2009), konstribusi sektor pariwisata terhadap
perekonomian kurang lebih 20%; dengan nilai total ekonomi terumbuh karang
untuk pemanfaatan wisata mencapai Rp 98 miliar dan nilai total ekonomi
pemanfaatan perikanan dari terumbu karang mencapai Rp 9 miliar. Nilai tersebut
memberikan indikasi bahwa pariwisata dapat menjadi pendorong perubahan
dan pembangunan suatu wilayah.

33
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Studi wilayah pulau kecil, juga telah dilakukan Mira (2013), dengan
menggunakan analisa pergeseran struktur perekonomian dapat diketahui
keunggulan suatu sektor dalam struktur perekonomian wilayah. Berdasarkan
hasil analisis diketahui bahwa rasio pertambahan pertumbuhan di Kepulauan
Seribu berkisar antara 1,28 hingga 2,19, dimana sektor yang memiliki nilai
pertambahan pertumbuhan yang paling besar adalah sub sektor perikanan
(219%). Nilai rasio pertambahan pertumbuhan untuk sektor wisata bahari
sebesar 141%. Nilai rasio pertambahan pertumbuhan sektor wisata bahari tidak
terlalu besar karena terjadi penurunan kontribusi sub sektor hotel dan restoran
(38,41%), padahal tahun sebelumnya kontribusi sub sektor ini mencapai
39,01%.

Dilihat dari komponen pertumbuhan pangsa wilayah, hanya sub sektor


perikanan yang memiliki keunggulan komparatif yang artinya hanya sub sektor
ini yang mampu bersaing. Pada sektor wisata bahari, pertambangan dan
penggalian, industri, transportasi dan komunikasi, dan kontruksi di Kepulauan
Seribu tidak memiliki keunggulan komparatif, karena masih banyaknya
komponen input yang diimpor dari sektor tersebut. Hasil analisis pergeseran
bersih mengindikasikan sektor yang mengalami pertumbuhan progresif adalah
sub sektor perikanan dan sektor keuangan.

Berdasarkan kedua temuan di atas, profil pertumbuhan sektoral


mengindikasikan hanya sub sektor perikanan yang masuk pada kuadran pertama
yang artinya sektor-sektor unggulan pada wilayah Kepulauan Seribu. Pemerintah
harus memperhatikan pertumbuhan sektor ini karena sektor unggulan yang
merupakan sektor prioritas dalam pengembangan ekonomi suatu wilayah.
Sektor pariwisata bahari dari hasil analisis profil pertumbuhan termasuk pada
kuadran ketiga, dimana merupakan sub sektor yang potensial yang
dikembangkan di Kepulauan Seribu.

Dengan menggunakan tabel input output, studi yang dilakukan Kencana


(2011) diketahui bahwa konstribusi sektor pariwisata untuk struktur
permintaan sebesar 15,23 persen dari total permintaan Provindi DKI Jakarta.
Sektor ini juga memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor lainnya, dengan

34
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

kata lain, sektor pariwisata dapat diandalkan untuk mendorong pertumbuhan


sektor lain baik sektor hulu maupun sektor hilir. Selain itu, sektor pariwisata
mempunyai kemampuan menarik pertumbuhan sektor lain yang lebih besar
terhadap pertumbuhan output sektor hulu dibandingkan kemampuan sektor
tersebut menarik pertumbuhan pada sektor hilirnya. Sub sektor jasa hiburan dan
rekreasi memiliki nilai koefisien penyebaran dan nilai kepekaan tertinggi.

Berdasarkan analisa pengganda output baik pendapatan dan tenaga kerja,


diketahui bahwa subsektor jasa hiburan dan rekreasi mempunyai nilai tertinggi.
Dengan kata lain, sub sektor ini dapat dijadikan sub sektor prioritas yang dapat
dijadikan acuan untuk pengembangan sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta
karena merupakan subsektor yang berpotensi untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat dan juga mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak.

Dengan melakukan simulasi peningkatan anggaran sektor pariwisata


sebesar 15 persen, dimana seluruhnya dialokasikan pada kegiatan promosi
kepariwisataan. Kegiatan promosi kepariwisataan ini meliputi pengembangan
produk wisata, pengembangan pasar pariwisata, pengembangan sarana dan
pelayanan pariwisata, peningkatan promosi informasi dan promosi budaya, serta
peningkatan sarana dan prasarana seni budaya. Maka kenaikan APBD sektor
pariwisata sebesar 15% atau sebesar Rp 4,63 miliar; dapat menciptakan
kenaikan output sebesar Rp 5,97 miliar; kenaikan PDRB sebesar Rp 5,88 miliar,
serta kenaikan kesempatan kerja sebesar 6 ribu orang.

Tabel 2.5 Dampak Peningkatan APBD Pariwisata pada Output, PDRB, dan
Tenaga Kerja (Analisa IO 2006)
Uraian Output (Milyar PDRB (Milyar Tenaga kerja (000)
Rupiah) Rupiah)
Ekonomi 236.720 82.490 689
Pariwisata (Base
Year = 2006)
Dampak simulasi 5,97 5,88 6
Konstribusi 0,003 0,007 0,82
Dampak (%)
Sumber : Kencana (2011)

35
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Berikutnya, peningkatan investasi publik dengan skenario meningkat


sebesar 10 persen akan berdampak langsung terhadap sarana dan prasarana
subsector jasa hiburan dan rekreasi; serta berdampak tidak langsung pada sektor
yang terkait dengan subsektor tersebut. Dengan melihat dampak yang sama
terhadap output, PDRB, dan tenaga kerja. Peningkatan investasi publik pada
sarana dan prasarana pariwisata sebesar 10 persen atau sebesar Rp 14,25 miliar
dapat meningkatkan output sebesar Rp 18,37 miliar; peningkatan PDRB sebesar
Rp 18,10 miliar; serta peningkatan kesempatan kerja mencapai 17 ribu orang.

Tabel 2.6 Dampak Peningkatan Investasi Publik untuk Sarana dan Prasarana
Pariwisata pada Output, PDRB, dan Tenaga Kerja (Analisa IO 2006)
Uraian Output (Milyar PDRB (Milyar Tenaga kerja (000)
Rupiah) Rupiah)
Ekonomi 236.720 82.490 689
Pariwisata (Base
Year = 2006)
Dampak simulasi 18,37 18,10 17
Konstribusi 0,008 0,02 2,47
Dampak (%)
Sumber : Kencana (2011)

Berikutnya, dilakukan simulasi dengan menggunakan publikasi neraca


satelit pariwisata daerah (Nesparda) untuk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2009.
Simulasi ini berasal dari pengeluran wisatawan khususnya wisatawan nusantara
DKI Jakarta dan wisatawan nusantara non DKI Jakarta. Melalui analisa pengganda
input output, dimana pengeluaran wisatawan nusantara DKI Jakarta sebesar Rp
7,05 triliun dan wisatawan nusantara non DKI Jakarta sebesar Rp 18,88 triliun;
dimana totalnya sebesar Rp 25,83 triliun, diperoleh dampak terhadap output
sebesar Rp 64,99 triliun atau konstribusi dampak setara 6,46% terhadap output
DKI Jakarta tahun 2009; dampak terhadap nilai tambah bruto sebesar Rp 44,24
triliun atau konstribusi dampak setara 5,84% terhadap PDRB DKI Jakarta tahun
2009; dampak terhadap upah/gaji sebesar Rp 12,43 triliun atau konstribusi

36
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

setara 6,54% terhadap total upah/gaji DKI Jakarta; dampak terhadap pajak tidak
langsung sebesar Rp 1,28 triliun atau konstribusi dampak setara 8,33% terhadap
total pajak DKI Jakarta; dan dampak terhadap tenaga kerja sebesar 390512 orang
atau konstribusi dampak setara 9,48% terhadap tenaga kerja DKI Jakarta.

Tabel 2.7 Dampak Pengeluaran Wisnus DKI dan Non DKI terhadap Output,
PDRB, Upah / Gaji, Pajak Tak Langsung, dan Tenaga Kerja
Uraian Output PDRB Upah/Gaji Pajak TK (juta
(Triliun) (Triliun) (Triliun) (Triliun) orang)
Ekonomi 1005,63 757,03 189,99 15,42 4,12
Pariwisata
(Base Year
= 2009)
Dampak 64,99 44,24 12,43 1,28 0,39
Simulasi
Kontribusi 6,46% 5,84% 6,54% 8,33% 9,48%
Sumber : Nesparda (2009)

2.3 Destinasi Wisata di Kota / Kabupaten Provinsi DKI Jakarta


Berdasarkan matriks destinasi yang dibuat oleh Rahmanita (2017) terlihat
bahwa Jakarta Utara dan Jakarta Selatan memiliki atraksi wisata yang lengkap
baik alam, budaya, dan buatan. Sedangkan Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan
Jakarta Timur memiliki atraksi wisata budaya dan buatan. Khusus Kepulauan
Seribu memiliki atraksi wisata alam. Berikut disajikan destinasi wisata di
kota/kabupaten Provinsi DKI Jakarta.

JAKARTA UTARA
Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Buatan
1. Taman Suaka 1. Kampung Marunda 1. Dunia Fantasi,
Marga Satwa Muara 2. Kampung Tungu Seaworld, Atlantis
Angke 3. Jakarta Islamic Center Water Adventure,
2. Taman Wisata Alam (JIC) Ocean Dream
Mangrove Angke Samudra, Alive
4. Masjid Luar Batang Museum, Pasar Seni
Kapuk
5. Makam Mbah Priuk 2. Waterbom Jakarta
3. Taman Impian Jaya
Ancol 6. Rumah Si Pitung 3. Pantai Indah Kapuk
4. Pantai Marunda 7. Museum Bahari

37
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

8. Menara Syahbandar 4. Pasar Ikan Muara


9. Galangan VOC Angke
Pelabuhan Sunda 5. Mall: BayWalk Mall,
Kelapa Pluit Village, Mall
Arta Gading, Mall
Kelapa Gading, La
Piazza, WTC Mangga
Dua, Mangga Dua
Square, Mall of
Indonesia (MOI),
Emporium Pluit
Mall,
6. Amped Trampoline
Park
7. Damai Indah Golf &
Country Club
8. Kalijodo
Sumber : Rahmanita (2017)

JAKARTA BARAT
Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Buatan
1. Kawasan Kota Tua 1. Mall: Taman
2. Museum: Museum Anggrek Mall,
Sejarah Jakarta, Citraland Mall,
Museum Bank Central Park Mall,
Indonesia, Museum Seasons City Mall,
Bank Mandiri, Puri Indah Mall,
Museum Wayang, 2. Pasar Kembang
Museum Seni Rupa Rawabelong
dan Keramik, 3. Pasar Asemka
Museum Tekstil 4. Pasar Petak
3. Jembatan Kota Intan Sembilan, Pecinan
4. Toko Merah Glodok
5. Café Batavia 5. Taman Cattleya
6. Stasiun Beos/Kota 6. Club, Bar & Lounge:
7. Masjid Langgar Colosseum, Golden
Tinggi (1829) Crown, Sun City,
8. Gereja Sion Illigals
(Portugis) di Jl
Pangeran Jayakarta
Sumber : Rahmanita (2017)

38
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

JAKARTA PUSAT
Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Buatan
1. Istana Negara & 1. Mall: Plasa
Istana Merdeka Indonesia, fx, Grand
2. Gereja Katedral & Indonesia, Sarinah,
Gereja Ayam ITC Cempaka Mas,
3. Masjid Istiqlal Senayan City, Plaza
Senayan, Thamrin
4. Taman Ismail City , ITC Roxy Mas
Marzuki
2. Pasar Tanah Abang &
5. Gedung Kesenian Pasar Baru (1820)
Jakarta (didirikan
tahun 1884 oleh Sir 3. Jakarta Convention
T.S. Raffles) Center (JCC) at
Senayan
6. Gedung
Pertunjukan 4. Jakarta International
Wayang Orang Exhibition Hall
Bharata (JIExpo), Kemayoran -
Jakarta Fair
7. Monumen Nasional
5. Pasar Antik Jl.
(Monas) Jakarta
Surabaya, Pusat Emas
8. Galeri Nasional Cikini
Indonesia
6. Planetarium Jakarta
9. Museum Gajah atau
Museum Nasional, 7. Event / Festival Jalan
Jaksa
Museum Sumpah
Pemuda, Tugu 8. Taman Menteng &
Proklamasi, Museum Taman Suropati
Taman Prasasti, Club, Bar & Lounge: X2,
Museum MH Hugo Musro,
Thamrin, Museum Domain Boutique,
Joang ’45, Museum JimBARan Lounge,
Kebangkitan Immigrant, Beer
Nasional, Museum Garden Cikini
Perumusan Naskah
Proklamasi,
10. Lapangan
Banteng
11. Art:1 New
Museum
12. Gelora Bung
Karno (1962)
Sumber : Rahmanita (2017)

39
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

JAKARTA TIMUR
Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Buatan
1. Taman Mini 1. Mall: Tamini Square,
Indonesia Indah Arion Mall, Mall
a. Museum: Museum Graha Cijantung,
Indonesia, Museum Lippo Plaza Kramat
Purna Bhakti Jati, Pondok Kelapa
Pertiwi, Museum Town Square
Keprajuritan 2. Pasar Batu Akik
Indonesia, Museum Jatinegara
Perangko 3. Pusat Grosir Cililitan
Indonesia, Museum 4. Telaga Arwana
Pusaka, Museum Cibubur, Bumi
Transportasi, Perkemahan Cibubur
Museum Listrik dan
Energi Baru, 5. Cibubur Garden Diary
Museum 6. Pacuan Kuda Pulo Mas
Telekomunikasi,
Museum IPTEK,
Museum
Penerangan,
Museum Olahraga,
Museum Asmat,
Museum Komodo
dan Taman Reptil,
Museum Serangga
dan Taman Kupu-
Kupu, Museum
Pusat Peragaan
Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi,
Museum Minyak
dan Gas Bumi,
Museum Timor
Timur (bekas
Anjungan Timor
Timur)
b. Taman: Taman
Anggrek, Taman
Apotek Hidup,
Taman Kaktus,
Taman Melati,
Taman Bunga Keong
Emas, Akuarium

40
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Ikan Air Tawar,


Taman Bekisar,
Taman Burung,
Taman Ria Atmaja
Park, Taman
Budaya Tionghoa
Indonesia
c. Sarana Rekreasi:
Istana Anak-Anak
Indonesia, Kereta
Gantung, Perahu
Angsa Arsipel
Indonesia, Taman
Among Putro,
Taman Ria Atmaja,
Desa Wisata, Snow
Bay, Teater IMAX
Keong Mas, Teater
Tanah Airku
d. Bangunan
Keagamaan: Masjid
Pangeran
Diponegoro, Gereja
Katolik Santa
Catharina, Gereja
Protestan Haleluya,
Pura Penataran
Agung Kertabhumi,
Wihara Arya Dwipa
Arama, Sasana
Adirasa Pangeran
Samber Nyawa, Kuil
Konghucu Kong
Miao
e. Monumen Pancasila
Sakti
f. Museum Perjuangan
Jatinegara
g. Mesjid AtTien
h. Masjid AsSalafiyah
dan Makam Pangeran
Jayakarta
Sumber : Rahmanita (2017)

41
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

JAKARTA SELATAN
Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Buatan
1. Kebun Binatang 1. Setu Babakan 1. Pasar Santa
Ragunan 2. Museum Layang- 2. Club, Bar & Lounge:
2. Taman Anggrek Layang Lucy in The Sky,
Ragunan 3. Museum Polri FABLE, The Pallas,
The Foundry, Camden
Gandaria, Beer
Garden (Kemang &
SCBD), Sky Garden,
Exodus, Jenja,
Empirica, Dragonfly,
Blowfish, UNION
3. Mall: Pondok Indah
Mall, Gandaria City,
Pejaten Village,
Pasaraya Grande,
Kuningan City, Pacific
Place, Ambassador
Mall, Blok M Square,
Cilandak Square, Blok
M Plaza, Kota
Kasablanka, Plaza
Semanggi,
Epicentrum Walk, ITC
Kuningan, Lippo Mall
Kemang, Lotte
Shopping Avenue
4. Pinisi Edutainment
Park
5. Houbii, Playparq &
KidZania
6. Pondok Indah
Waterpark
7. Pondok Indah Golf
Course
8. Taman Ayodya

Sumber : Rahmanita (2017)

42
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

KEPULAUAN SERIBU
Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Buatan
Pulau Pramuka : a Pulau Putri : an ocean Bidadari, Ayer, and
conservation and view cottages, diving Rambut.
breeding island for facilities and Except for Pulau Rambut
hawksbill turtles and equipment, glass- which is a sanctuary for
the protection of bottomed boats, and migrating birds.Ayer and
mangrove forests, an underwater Bidadari are chiefly
watch many colorful aquarium for the recreation islands, that
butterfly species whole family to enjoy come complete with
Pulau Onrust : a the scenery. “floating” cottages and
heritage and Pulau Sepa : enjoy the water sports facilities
archaeological park , sensation of walking such as banana boats, jet
Museum Onrus under the sea and skis and more. Pulau
Pulau Tidung : feeding the wildlife; Ayer’s cottages have
Jembatan Cinta water sport such as interior decorations of
antara P Tidung snorkeling, scuba exotic textiles and
Besar dan Tidung diving, Jet Ski, canoe sculptures from the
Kecil and Pulau Pantara : Asmat in Papua. While
cottages and meeting Bidadari also has floating
room,offers outdoor cottages in Manado style
activities with the
outbound adventure

Sumber : Rahmanita (2017)

2.4 Potensi Investasi Sektor Pariwisata di Provinsi DKI Jakarta


Perkembangan parisata telah menjadi fenomena global, baik itu dalam
tatanan persaingan bisnis dan perdagangan karena hal ini menyangkut berbagai
aspek, baik ekonomi, sosial, budaya, lingkungan hidup, hingga diplomasi antar
bangsa dan negara. Perubahan struktur ekonomi baik di level nasional dan
daerah serta semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi dan
transportasi akan berpengaruh terhadap sektor pariwisata itu sendiri, yang
dihadapkan pada tantangan seperti peluang pasar, nilai manfaat dan daya tarik,
serta adanya strategi promosi yang terukur dan tepat sasaran.

Tantangan pembangunan pariwisata yang paling utama adalah bagaimana


menerapkan konsep Sustainable Tourism. Di satu, sisi sektor ini menjadi salah

43
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

satu andalan dalam meningkatkan penerimaan asli daerah sedangkan di sisi lain
sektor ini harus dapat menghemat sumber daya alam dan mengurangi intesitas
polusi sehingga tidak merusak lingkungan dan keberlangsungan dapat lebih
terjaga. Dengan kata lain, prinsip keberlanjutan diterapkan untuk memberi
garansi kepada generasi mendatang akan dapat menikmati hal baik sebagaimana
yang dilakukan dan diterima generasi sekarang.

Potensi investasi sendiri tidak bisa dipisahkan dari kemampuan individu


sebagai agen ekonomi untuk mengenali peluang usaha, dimana hal ini tergantung
dari daya imajinasi agen ekonomi tersebut. Menurut Jackie dkk (2003) dalam
Budiastuti dkk (2010), terdapat dua format yang mungkin dilakukan seseorang
dalam usahanya mengenali peluang, yaitu (1) see-do-get, dimana seseorang yang
melihat (see) peluang untuk dilaksanakan (do) menjadi bisnis (get) yang
menguntungkan (profit/success) dan (2) do-see-get, dimana seseorang terlibat
(do) dalam suatu bisnis kemudian menemukan (see) peluang bisnis baru (get)
yang menguntungkan.

Peluang akan muncul atau timbul menjadi “peluang emas” yang prospektif
jika mengandung beberapa unsur, seperti sedang dibutuhkan pasar, dapat
memecahkan kesulitan atau masalah yang sedang dihadapi pasar,
menyempurnakan apa yang sudah ada sebelumnya, memiliki nilai tambah,
terdapat orisinalitas pada temuan, dapat memberikan keuntungan atau profit
yang nyata, memberikan kebanggaan, dan dapat direalisasikan. Berdasarkan hal
tersebut, bagian ini akan mencoba memberikan uraian singkat.

2.4.1 Potensi Investasi Pariwisata Kepulauan Seribu


Kepulauan Seribu adalah sebuah kabupaten administratif di DKI Jakarta,
tepatnya berhadapan dengan teluk Jakarta. Di wilayah ini terdapat zona
konservasi berupa taman nasional bernama Taman Nasional Laut Kepulauan
Seribu. Berdasarkan surat keputusan Gubenur DKI Jakarta No 1986 Tahun 2000,
wilayah Kepulauan Seribu terdiri atas 110 pulau yang secara administratif
terbagi kedalam 6 wilayah, antara lain Kelurahan Pulau Panggang, Pulau
Harapan, dan Pulau Kelapa yang termasuk kedalam Kecamatan Kepulauan Seribu

44
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Utara, sedangkan di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan terdiri atas Kelurahan


Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung, dan Pulau Pari.

Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki luas wilayah sebesar 1180,8 ha yang


terdiri atas wilayah perairan dengan luas sebesar 6997.5 km2 dan gugusan pulau
yang tidak berpenghuni dan berpenghuni seluas 869,71 ha. Pulau Tidung Besar
dengan luas 50 ha merupakan pulau terbesar kemudian ada Pulau Sebaru Besar
(37 ha); Pulau Bira (29 ha); Pulau Payung Besar dan Pulau Kotok Besar dengan
luas sebesar 20 ha.

Wilayah Kepulauan Seribu sebagian besar perairan dan didalamnya


terdapat zona konservasi, jadi tidak mengherankan jika pengembangan
kabupaten ini lebih ditekankan pada pengembangan budidaya laut dan
pariwisata. Dua sektor ini diharapkan menjadi penggerak ekonomi masyarakat
di Kepulauan Seribu. Karena kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekologi
perlu dijaga, kepulauan ini dibagi menjadi tiga zona, (1) zona satu, diperuntukkan
bagi eksploitasi sumberdaya alam, dimana kekayaan didalamnya bisa diambil
dan dimanfaatkan untuk kepentingan industri; (2) zona kedua, pulau – pulau
yang khusus disediakan untuk taman nasional atau tujuan wisata alam; (3) zona
ketiga, ditentukan sebagai kawasan cagar alam yang dilindungi.

45
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Gambar 2.1 Peta Kepulauan Seribu

[Sumber : http://www.lintaspulauseribu.com]

Kepulauan Seribu masuk dalam pembangunan destinasi wisata prioritas.


Bersama dengan Kota Tua Jakarta, pemerintah berupaya untuk menciptakan
“Sepuluh Bali Baru” yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Kesembilan
destinasi prioritas lainnya adalah Danau Toba (Provinsi Sumatera Utara);
Tanjung Kelayang (Provinsi Bangka Belitung); Tanjung Lesung (Provinsi
Banten); Borobudur (Provinsi Jawa Tengah); Bromo Tengger Semeru (Provinsi
Jawa Timur); Komodo (Provinsi Nusa Tenggara Timur); Mandalika (Nusa
Tenggara Barat); Wakatobi (Provinsi Sulawesi Tenggara); dan Pulau Morotai
(Provinsi Maluku Utara).

46
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Gambar 1.2 Lokasi 10 Destinasi Pariwisata Prioritas

[Sumber : Paparan Kemenpar untuk KIDi, 2016]

Kepulauan Seribu mempunyai sumber daya alam yang khas yaitu


keindahan laut dengan ekosistem karang yang unik seperti terumbu karang, ikan
hias, ikan konsumsi, penyu, tumbuhan laut dan darat, mangrove, padang lamun,
dan sebagainya. Disini, terumbu karang di kawasan perairan ini membentuk
ekosistem khas daerah tropik, pulau – pulaunya dikelilingi terumbu karang
tepian (fringing reef) dengan kedalaman 1 – 20 meter.

Jenis karang yang dapat ditemukan adalah jenis karang keras seperti
karang batu, karang meja, karang kipas, karang daun, karang jamur, dan karang
lunak. Jenis ikan hias yang banyak ditemukan diantaranya adalah jenis yang
termasuk kedalam family chaetodontidae, apogonidae, dan pomancanthidae
sedangkan ikan kategori konsumsi dengan nilai ekonomis tinggi adalah
baronang, ekor kuning, kerapu, dan tongkol.

Kawasan Kepulauan Seribu merupakan habitat bagi penyu sisik yang


dilindungi dan keberadaannya semakin langka. Maka perlu upaya pelestarian
satwa selain dilakukan perlindungan terhadap tempat bertelur seperti Pulau
Peteloran Timur, Penjaliran Barat, Penjaliran Timur, dan Pulau Belanda. Pulau

47
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Pramuka dan Pulau Sepa menjadi pusat penetasan, pembesaran, dan pelepasan
penyu sisik.

Kepulauan Seribu memiliki potensi atraksi wisata dengan daya tarik wisata
alam dengan kategori wisata bahari. Berikut adalah pulau – pulau yang biasanya
dikunjungi wisatawan beserta aktivitas yang dilakukan : (1) Pulau Pramuka,
Pulau Semak Daun, Pulau Kelapa, dan Pulau Panggang untuk melihat
penangkaran penyu, pengamatan satwa, dan wisata bahari; (2) Pulau Pramuka,
Pulau Opak, dan Pulau Karang Congkak untuk wreck diving kapal karam; (3)
Pulau Panjang, Pulau Putri, Pulau Pelangi, dan Pulau Perak untuk wisata bahari
yang dikelola pihak swasta; dan (4) Pulau Semut, Pulau Karang Congkak, Pulau
Karang Kroja, Pulau Kotok Besar, Pulau Kotok Kecil, dan Pulau Gosong Laga untuk
kegiatan menyelam dan snorkelling yang ada kemungkinan untuk
mengembangkan menjadi wildlife watching sebagai bentuk atraksi baru.

Selain itu potensi investasi lain berupa aspek kenyamanan atau amenities
perlu ada di Kepulauan Seribu, dan ini menjadi peluang investasi lain disamping
dari kegiatan atraksi wisata. Kenyamanan tersebut adalah pembangunan hotel &
resort yang berstandar internasional yang memperhatikan kebersihan dan
sanitasi namun tetap menonjolkan ciri khas dari masing – masing pulau. Selain
itu, pembangunan sarana kesehatan dan layanan makan minum berstandar
internasional di setiap pulau utama disamping juga peningkatan kualitas dari air
bersih, jaringan listrik, dan internet untuk mendukung kegiatan wisatawan.

2.4.2 Potensi Investasi Pariwisata Kota Tua Jakarta

Kota Tua Jakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang terletak di
Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah DKI Jakarta bersama Konsorsium
Kota Tua telah melakukan Pencanangan Pembangunan Ruang Pertunjukan Seni
dan Budaya sebagai bagian dari upaya revitalisasi Kawasan Kota Tua Jakarta.
Selain itu, Kota Tua Jakarta bersama dengan Kepulauan Seribu menjadi bagian

48
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

dari 10 Kawasan Destinasi Prioritas, sebagai bentuk upaya pemerintah untuk


menciptakan “10 Bali Baru” yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Gambar 2.2 Menciptakan 10 Bali Baru

[Sumber : Paparan Kemenpar untuk KIDi 2016]

Kota Tua Jakarta merupakan bagian dari kelompok destinasi wisata budaya,
yang saat ini tengah berupaya untuk menjadi bagian dari UNESCO World Heritage
Site. Daya tarik utama Kota Tua Jakarta adalah Gedung Tua Peninggalan Sejarah
dan Museum, selain itu ada juga festival Kota Tua Jakarta. Sebagai bagian dari
destinasi wisata DKI Jakarta, Kota Tua Jakarta telah memiliki pengelola yaitu PT
Pembangunan Kota Tua Jakarta.

Berdasarkan literatur sejarah, Kota Tua merupakan kawasan penting di


masa penjajahan. Kawasan ini mencakup sebagian wilayah Jakarta Barat dan
Jakarta Utara, mulai dari Pelabuhan Sunda Kelapa sampai Museum Bank
Indonesia. Dahulu kala Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan terbesar
dan tersibuk yang digunakan untuk kegiatan jual beli dalam kegiatan
perdagangan internasional. Sedangkan kawasan sekitar Museum Bank Indonesia
dan Museum Fatahilah adalah salah satu pusat pemerintahan kolonial.

49
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Sama seperti kawasan kota lama di beberapa kota di Indonesia bahkan


dunia, Kota Tua Jakarta ini dimanfaatkan sebagai tempat wisata bersejarah
dengan mengubah fungsi bangunan lama menjadi museum yang menyimpan
banyak informasi berharga tentang sejarah kota. Karena cakupannya yang luas,
Kawasan Kota Tua Jakarta ini memiliki beberapa objek wisata menarik
diantaranya Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Fatahillah, Museum Bank
Indonesia, Toko Merah, dan Museum Seni Rupa dan Keramik.

Potensi investasi Kota Tua Jakarta masih terbuka lebar karena Kota Tua
Jakarta sedang berupaya menjadi bagian dari Situs Bersejarah Dunia UNESCO.
Sesuai dengan tema revitalitasi, Kota Tua Jakarta akan dikembangkan sebagai
Ruang Pertunjukan Seni dan Budaya. Maka, Kawasan Kota Tua Jakarta
memerlukan Galeri Seni dan Ruang Pertunjukan Seni yang lebih banyak
disamping Kafe dan Restoran yang makin menjamur. Selain itu, faktor
kenyamanan atau amenities dari destinasi wisata mutlak dipenuhi sehingga
menjadi alternatif investasi lain, tentu saja letaknya dekat atau didalam kawasan
Kota Tua, seperti Hotel, Guesthouse, Rental Sepeda, Money Changer, Pertokoan,
Souvenir, Pedestrian, dan Kuliner.

50
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Gambar 2.3 Landmark Kota Tua Gambar 2.4 Pelabuhan Sunda Kelapa
[Sumber : tribunnews.com] [Sumber: dhaverst.wordpress.com]

Gambar 2.5 Museum Fatahillah Gambar 2.6 Museum Bank Indonesia


[Sumber : tribunnews.com] [Sumber : tribunnews.com]

Gambar 2.7 Toko Merah Gambar 2.8 Museum Seni Rupa dan Keramik
[Sumber : tribunnews.com] [Sumber : tribunnews.com]

51
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

2.4.3 Potensi Investasi Pariwisata Kotamadya [Studi : Jakarta Selatan]

Wilayah kota Jakarta Selatan dikenal sebagai pusat gaya hidup metropolitan
karena berbagai sarana atau lokasi rekreasi dan hiburan tersebar hampir di
seluruh kecamatan (terdapat 10 kecamatan), dengan sebaran terbanyak di
Kecamatan Kebayoran Baru. Porsi terbesar ditempati oleh rekreasi dan hiburan
yang mencapai lebih dari 60%, restoran mencapai hampir 30%, dan sisanya
adalah hotel. Jenis usaha terbanyak di bidang rekreasi dan hiburan adalah musik
hidup, karaoke, taman rekreasi, hingga salon.

Studi yang dilakukan Budiastuti dkk (2010), menunjukkan bahwa jumlah


usaha musik hidup dan karaoke terbanyak ada di Kecamatan Kebayoran Baru.
Terdapat beberapa jenis usaha yang belum tergarap dan tersebar di setiap
kecamatan seperti taman rekreasi keluarga, pusat olah raga, gelanggang renang,
arena latihan golf, padang golf, bowling, mandi uap, dan tunggangan anak – anak.
Di Kecamatan Kebayoran Baru, jenis usaha yang paling banyak dikembangkan
dalam bentuk rumah makan.

Dari sisi peluang usaha, di Kecamatan Kebayoran, industri perhotelan


untuk jenis kelas hotel berbintang masih memungkinkan untuk bisa dimasuki,
demikian juga halnya dengan restoran. Untuk rekreasi dan hiburan, yang masih
menarik adalah usaha taman rekreasi dan keluarga, musik hidup, mandi uap,
diskotik, dan bilyar, sedangkan karaoke sudah mengalami kejenuhan.

Wilayah Kebayoran Lama untuk industri perhotelan sudah sangat terbatas


untuk dimasuki karena wilayah ini diperuntukkan untuk daerah pemukiman dan
resapan air. Berbeda halnya dengan industri restoran, semua jenis usaha
restoran masih memungkinkan untuk bisa dimasuki. Pada industri rekreasi dan
hiburan, usaha yang masih menarik adalah musik hidup, gelanggang renang, balai
pertemuan, salon, bilyard, dan dingdong, sedangkan usaha griya pijat sudah
mengalami kejenuhan.

Industri perhotelan di Kecamatan Setiabudi untuk semua jenis kelas hotel


berbintang masih memungkinkan untuk bisa dimasuki, demikian juga halnya
dengan restoran. Pada industri rekreasi dan hiburan, usaha yang masih menarik

52
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

untuk dimasuki adalah karaoke, griya pijat, bilyard, bioskop, diskotik, dan salon,
sedangkan yang sudah mengalami kejenuhan adalah musik hidup. Di Kecamatan
Mampang Prapatan, semua jenis kelas hotel berbintang masih memungkinkan
untuk dimasuki, demikian juga dengan industri restoran. Untuk industri rekreasi
dan hiburan, yang masih menarik adalah karaoke, dan salon. Sedangkan musik
hidup sudah mengalami kejenuhan. Di Kecamatan Tebet, tidak semua industri
bisa dimasuki karena terbatasnya lahan dan karena Kecamatan Tebet
diperuntukkan untuk daerah pemukiman dan resapan air. Untuk industri
restoran, masih terbuka dan memungkinkan untuk bisa dimasuki.

Di Kecamatan Pancoran, juga tidak semua industri bisa dimasuki karena


sebagian wilayahnya diperuntukkan untuk daerah pemukiman dan resapan air,
sedangkan sebagian lagi diperuntukkan untuk usaha dan perdagangan. Industri
perhotelan di Kecamatan Pasar Minggu untuk semua jenis kelas hotel berbintang
masih memungkinkan untuk bisa dimasuki, demikian juga untuk restoran. Untuk
rekreasi dan hiburan, yang masih menarik adalah usaha griya pijat dan salon. Di
kecamatan semua jenis kelas hotel berbintang dan restoran masih
memungkinkan untuk bisa dimasuki. Di industry rekreasi dan hiburan, yang
masih menarik adalah usaha musik hidup, karaoke, griya pijat, dan bilyar. Di
Kecamatan Jagakarsa dan pesanggrahan, tidak semua industri bisa dimasuki
karena terbatasnya lahan dan diperuntukkan untuk daerah pemukiman dan
resapan air.

Tabel 2.8 Potensi Industri dan Kondisi Dasar untuk Peluang Usaha di Jakarta Selatan
Kecamatan Jumlah Potensi Industri Kondisi Dasar (Base Year 2014)
Hotel Restoran Rekreasi & Hiburan Hotel Restoran Rekreasi & Hiburan
Kebayoran Baru 8 54 40 14 33 229
Kebayoran Lama 2 66 30 2 30 60
Setiabudi 10 53 35 13 26 70
Mampang 5 61 50 10 18 39
Prapatan
Tebet 4 29 33 4 14 25
Pancoran 6 52 31 1 16 21

53
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Pasar Minggu 7 44 28 3 13 20
Cilandak 6 81 54 8 38 42
Jagakarsa 2 54 15 0 0 4
Pesanggrahan 4 56 15 4 13 4
Sumber : Budiastuti dkk (2010)

Di Kota Jakarta Selatan dengan 10 kecamatan yang ada, terdapat 4


kecamatan yang memiliki peluang untuk menarik investor guna menanamkan
modal di sektor pariwisata antara lain, yaitu

(1) Kecamatan Setiabudi, peluang investasi lebih condong dimasuki industri


perhotelan karena kecamatan ini merupakan daerah elit dan pusat
perkantoran;

(2) Kecamatan Mampang Prapatan, peluang investasi lebih condong dimasuki


industri restoran karena kecamatan ini terdapat Kawasan Kemang yang
banyak dihuni warga asing serta diminati sebagai tempat wisata kuliner,
selain lokasinya yang strategis untuk dimungkinkan pengunjung datang;

(3) Kecamatan Pasar Minggu, peluang investasi menjadi daerah bisnis sehingga
dapat menjadi destinasi kuliner, rekreasi, dan hiburan;

(4) Kecamatan Kebayoran Baru, peluang investasi pada rekreasi dan hiburan
karena sebagian besar daerah merupakan daerah pemukiman yang
dikelilingi oleh pertokoan dan pusat bisnis.

2.4.4 Potensi Investasi Pariwisata Pesisir Perkotaan [Studi : Setu Babakan]


Salah satu bentuk investasi pariwisata untuk pesisir perkotaan adalah
Kawasan Setu Babakan. Kawasan ini diresmikan oleh pemerintah DKI Jakarta
pada tahun 2004 sebagai Kampung Budaya Betawi, melalui SK Gubernur No 9
Tahun 2000, Kawasan Setu Babakan ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya
Betawi, dimana sejak penetapan hingga tahun 2004 telah dilakukan
pengembangan kawasan oleh masyarakat dan pemerintah, mulai dari perbaikan
infrastruktur pendukung kegiatan wisata, pengembangan kampung yang

54
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

menunjukkan ciri khas kebudayaan Betawi, persiapan warga untuk menerima


kehadiran wisatawan kesana.

Pola sirkulasi pada Kampung Betawi Setu Babakan dimulai dari Jalan
Mohammad Kafi, jalan ini dilalui oleh beberapa kendaraan umum dan cukup
nyaman bagi kendaraan pribadi atau kendaraan yang berukuran lebih besar
seperti bis. Namun tidak perlu khawatir akan melewati pintu masuk Kawasan
Setu Babakan karena adanya signage yang membantu, selain itu gerbang masuk
berukuran besar terlihat jelas dari jalan Mohammad Kafi.

Gambar 2.9 Pola Sirkulasi Kampung Setu Babakan

[Sumber : Jepri, 2011]

55
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Gambar 2.10 Pintu masuk Kampung Budaya Betawi Setu Babakan di Jagakarsa, DKI

Jakarta. [Sumber : www.primaironline.com]

Dari gerbang masuk telah terdapat beberapa lokasi yang dapat digunakan
sebagai tempat parkir, baik kendaraan pribadi maupun bis wisata. Jalan-jalan
dalam kawasan tersebut ditutup dengan paving block dengan lebar yang hanya
cukup dilalui dua kendaraan, jarak bangunan dengan jalan juga beragam.
Beberapa rumah yang memiliki ukuran besar menggunakan pagar-pagar yang
langsung bersentuhan dengan jalan, namun keberadaan pagar-pagar tersebut
ditutupi dengan pepohonan maupun tanaman –tanaman kecil dalam pot. Dengan
ruang jalan yang terasa tidak lebar ini suasana perkampungan terasa khususnya
pada bagian-bagian yang memang diapit oleh rumah-rumah yang tidak
berpagar.Sejumlah rumah menyediakan bangku kecil di halaman rumah yang
menghadap jalan yang digunakan untuk berantar-tindak dengan warga lainnya.
Pada akhir jalur kendaraan roda empat terdapat sebuah tempat parkir, signage
yang melarang membawa kendaraan menuju area danau, dan beberapa tiang
yang ditanam dijalan sebagai penghalang bagi kendaraan.

56
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Gambar 2.11 Kondisi Kampung Setu Babakan

[Sumber : Jepri, 2011]

Pengembangan Setu Babakan seyogyanya tidak boleh lepas dari


kelangsungan lingkungan. Maka untuk menjaganya, pemerintah memberlakukan
sistem kontrak, pemerintah membayar biaya kontrak untuk menggunakan
beberapa rumah dengan kriteria tertentu untuk digunakan sebagai fasilitas event
khusus dan sanggar pelatihan budaya Betawi. Pemerintah juga membebaskan
lahan yang mengelilingi danau sehingga dalam radius tertentu dari pinggi danau
seluruhnya menjadi milik pemerintah. Kebijakan ini dapat mencegah munculnya
hunian yang khusus dan mendorong investor untuk membangun batas hunian
atau propertinya.

Selain itu, sebagai kawasan pesisir pengembangan kawasan Setu Babakan


perlu memperhatikan (1) pengelohan lingkungan fisik yang khas sebagai potensi
sehingga perlu ada aturan terkait keberadaan air; (2) menghormati keberadaan
bangunan bersejarah dan bangunan dengan nilai kebudayaan tinggi; (3)
pembangunan fasilitas pendukung kegiatan wisata disamping mengadakan
beberapa event yang membuat kawasan tersebut menjadi lebih meriah; (4)
pertimbangan pengolahan air kotor baik dengan teknologi terkini atau
pengolahan alami.

57
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

2.5 Model Pembelajaran [Studi : Pengembangan Pulau – Pulau


Kecil]
2.5.1 Maldive / Maladewa

R epublik Maladewa adalah sebuah


Negara dengan luas Total 298 Km2
(hanya 45% total luas wilayah DKI
Jakarta). Merdeka pada tahun 1965,
negara kepulauan yang terdiri dari
kumpulan atol (suatu pulau koral yang
mengelilingi sebuah laguna sebagian
atau seluruhnya) di Samudra Hindia.
Maladewa terletak disebelah selatan-
barat daya India, sekitar 700 km
Gambar 12 Pengembangan PPK di Maldive
[Sumber : Bappenas, 2015] sebelah barat daya Sri Lanka.

Negara ini memiliki 26 atol yang terbagi menjadi 20 atol administratif dan 1 kota.
Jumlah penduduk pada tahun 2005 adalah 349.106 orang dengan PDB – Total
US$2,38 miliar, dan pendapatan per kapita sebesar US$7.327.

Untuk menghubungkan
wisatawan antara pulau
menggunakan moda transportasi
sea plane. Maladewa termasuk
yang terkenal dengan sea plane
terpadat didunia. Pulau di
Maladewa dikembangkan oleh
operator internasional (Hilton,
Villa, dsb). Satu pulau dikelola
oleh satu manajemen. Kurang
lebih 500.000 turis (utamanya
Gambar 13 Contoh Sea Plane
dari Amerika, Eropa, Jepang) [Sumber : Bappenas, 2015]

berkunjung setiap tahun.

58
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Perekonomiannya berbasis pada sektor perikanan (pengalengan ikan,


pembuatan kapal), sektor pariwisata (pemanfaatan pulau, perdagangan,
kerajinan). Sebagian besar karyawan resor-resor di Maladewa adalah putera-
puteri Indonesia. Penentuan pengelola dilakukan dengan sistem tender terbuka
secara nasional dan internasional. Sistem pengelolaan (sewa) pulau berdasarkan
kontrak selama 25-35 tahun sesuai jumlah investasi yang ditanam. Dalam
kontrak diatur secara rinci apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
pengelola beserta sanksi dan pengawasan pulau. Semua syarat-syarat investasi
di pulau diatur dalam peraturan perundang-undangan secara rinci dan lengkap.

Pemerintah Maladewa telah mengoptimalkan pengelolaan pulau-pulau


kecil sebagai sumber pendapatan negara maupun masyarakat dari
mengembangkan wisata bahari. Pulau tersebut dikerjasamakan dengan investor
untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata yang nilai investasi mencapai
US$150-200 juta per pulau. Setelah wilayah tersebut dikembangkan sebagai
kawasan wisata dan mampu mendatangkan turis maka masyarakat yang dulunya
menggantungkan dari menangkap ikan beralih usaha seperti menyewakan taxi
ataupun penyewaan kamar. Sewa kamar per malam dapat mencapai US$ 600
hingga US$ 1.000, sedangkan pendapatan nelayan yang dulunya US$ 600-800
saat ini dapat mencapai US$ 10.000 dari sektor pariwisata [Bappenas, 2015].

2.5.2 Mauritus

Diversifikasi sektor pariwisata di Mauritius. Mauritius masuk ke dalam


Small Island Developing State (SIDS), dan menjadi daerah tujuan wisata terkenal
yang telah memberikan layan produk dan jasa wisata berkualitas tinggi.
Keberhasilannya dalam pembangunan pariwisata karena keindahan sumber
daya alamnya di pulau-pulau kecil yang telah dipromosikan ke manca negara
untuk menarik minat wisman. Pada tahun 2009, pembangunan pariwisata
Mauritius menyumbang 8,9% dari GDP, menciptakan 26.922 lapangan kerja, dan
menghasilkan devisa sebesar US$ 1.190 juta [Bappenas, 2015].

59
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Guna mencapai target 2 juta wisman pada tahun 2015, pemerintah telah
menetapkan kebijakan secara bertahap (gradually) antara lain liberalisasi akses
penerbangan, memposisikan Mauritius sebagai daerah tujuan wisata pesiar,
proteksi lingkungan (pengawasan polusi, manajemen lingkungan, proteksi
sumber daya alam), mempromosikan pariwisata yang berkelanjutan melalui
penggunaan energi terbarukan dan teknologi ramah lingkungan.

Dalam rangka meningkatkan daya saing pariwisatanya, Mauritius


melakukan diversifikasi produk dengan membangun pusat (hub) wisata medis
dengan sasaran pasarnya adalah wisatawan dari Afrika yang melakukan
perjalanan ke Asia khusus untuk perawatan medis.

2.5.3 Kepulauan Karibia (The Carribean Islands SIDS Region)

Gambar 14 Peta Kepulauan Karibia Gambar 15 Kapal Pesiar


[Sumber : Bappenas, 2015] [Sumber : Bappenas, 2015]

Kepulauan Karibia terkenal dengan wisatawan massal berbasis kapal

pesiar, pembangunan infrastruktur seperti bandara, jalan, pelabuhan yang


dibiayai dari bantuan negara-negara donor, kredit dari Bank Dunia,
pembangunan jaringan hotel antara lain oleh Hilton, Holiday Inn, dan Sheraton.
Ketika infrastruktur telah dibangun dan pesawat siap mendarat di Kepulauan
Karibia, wisatawan massal yang didominasi oleh orang - orang kaya (high income

60
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

people) siap membeli berbagai kebutuhan yang diperlukan. Hasilnya, Kepulauan


Karibia menjadi kawasan pariwisata yang paling dikenal dunia. Satu hal yang
paling terkenal di Kepulauan Karibia adalah wisatawan massal dengan jalur
kapal pesiar, pada tahun 1990, 46% dari keseluruhan industri kapal pesiar dunia
berada di Kepulauan Karibia (Mullings 2004, McElroy 2004 dalam Bappenas,
2015).

61
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

BAGIAN 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1. Terkait kinerja pertumbuhan sektor pariwisata antara DKI Jakarta dan


nasional, sepanjang periode 2013 hingga 2016, DKI Jakarta mampu meraih
pertumbuhan sektor pariwisata yang lebih tinggi dibandingkan nasional
pada tahun 2016, dimana pada tahun tersebut pertumbuhan sektor
pariwisata di DKI Jakarta sebesar 5,80 persen atau jauh meninggalkan
pertumbuhan sektor yang sama di tingkat nasional yang hanya sebesar 4,17
persen.
2. Penyerapan tenaga kerja pada sektor tersier, sektor perdagangan hotel dan
restoran merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling besar,
kemudiaan diikuti sektor jasa.
3. DKI Jakarta termasuk provinsi dengan atraksi wisata yang lengkap, baik
alam, budaya, maupun buatan. Berdasarkan matriks destinasi yang dibuat
oleh Myrza Rahmanita (2017) terlihat bahwa Jakarta Utara dan Jakarta
Selatan memiliki atraksi wisata yang lengkap baik alam, budaya, dan buatan.
Sedangkan Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Jakarta Timur memiliki atraksi
wisata budaya dan buatan. Khusus Kepulauan Seribu memiliki atraksi wisata
alam.

3.2 Saran

1. Kepulauan Seribu memiliki potensi atraksi wisata dengan daya tarik wisata
alam pada kategori wisata bahari. Selain itu potensi investasi lain berupa
aspek kenyamanan atau amenities perlu ada di Kepulauan Seribu, dan ini
menjadi peluang investasi lain disamping dari kegiatan atraksi wisata.
Kenyamanan tersebut adalah pembangunan hotel & resort yang berstandar
internasional yang memperhatikan kebersihan dan sanitasi namun tetap
menonjolkan ciri khas dari masing – masing pulau. Selain itu, pembangunan

62
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

sarana kesehatan dan layanan makan minum berstandar internasional di


setiap pulau utama disamping juga peningkatan kualitas dari air bersih,
jaringan listrik, dan internet untuk mendukung kegiatan wisatawan.
2. Potensi investasi Kota Tua Jakarta masih terbuka lebar karena Kota Tua
Jakarta sedang berupaya menjadi bagian dari Situs Bersejarah Dunia
UNESCO. Sesuai dengan tema revitalitasi, Kota Tua Jakarta akan
dikembangkan sebagai Ruang Pertunjukan Seni dan Budaya. Maka, Kawasan
Kota Tua Jakarta memerlukan Galeri Seni dan Ruang Pertunjukan Seni yang
lebih banyak disamping Kafe dan Restoran yang semakin menjamur. Selain
itu, faktor kenyamanan atau amenities dari destinasi wisata mutlak dipenuhi
sehingga menjadi alternatif investasi lain, tentu saja letaknya dekat atau di
dalam kawasan Kota Tua, seperti Hotel, Guesthouse, Rental Sepeda, Money
Changer, Pertokoan, Souvenir, Pedestrian, dan Kuliner.
3. Di Kota Jakarta Selatan dengan 10 kecamatan yang ada, terdapat 4 kecamatan
yang memiliki peluang untuk menarik investor guna menanamkan modal di
sektor pariwisata antara lain, yaitu (1) Kecamatan Setiabudi, peluang
investasi lebih condong dimasuki industri perhotelan karena kecamatan ini
merupakan daerah elit dan pusat perkantoran; (2) Kecamatan Mampang
Prapatan, peluang investasi lebih condong dimasuki industri restoran karena
kecamatan ini terdapat Kawasan Kemang yang banyak dihuni warga asing
serta diminati sebagai tempat wisata kuliner, selain lokasinya yang strategis
untuk dimungkinkan pengunjung datang; (3) Kecamatan Pasar Minggu,
peluang investasi menjadi daerah bisnis sehingga dapat menjadi destinasi
kuliner, rekreasi, dan hiburan; (4) Kecamatan Kebayoran Baru, peluang
investasi pada rekreasi dan hiburan karena sebagian besar daerah
merupakan daerah pemukiman yang dikelilingi oleh pertokoan dan pusat
bisnis.
4. Pengembangan kawasan Setu Babakan perlu memperhatikan (1) pengelohan
lingkungan fisik yang khas sebagai potensi sehingga perlu ada aturan terkait
keberadaan air; (2) menghormati keberadaan bangunan bersejarah dan
bangunan dengan nilai kebudayaan tinggi; (3) pembangunan fasilitas
pendukung kegiatan wisata disamping mengadakan beberapa event yang

63
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

membuat kawasan tersebut menjadi lebih meriah; (4) pertimbangan


pengolahan air kotor baik dengan teknologi terkini atau pengolahan alami.
5. Perlunya meningkatkan kualitas infrastruktur dibandingkan hal lain yang
diharapkan dapat meningkatkan keunggulan kompetitif destinasi wisata di
suatu daerah. Selanjutnya keunikan destinasi wisata daerah juga dianggap
penting karena menjadi bagian dari keunggulan komparatif destinasi wisata
di daerah.
6. Terhubungnya jaringan pariwisata terkait, penyediaan lokal bagi pendidikan
dan pelatihan kepariwisataan, pengembangan pariwisata yang inovatif serta
keikutsertaan pemerintah daerah adalah hal yang cukup penting dalam
meningkatkan keunggulan kompetitif destinasi wisata.
7. Perlunya membangun interaksi antar pelaku industri wisata dimana
intensitas kerjasama menjadi penting karena memungkinkan bentuk
kerjasama baru dengan usaha sejenis dalam kaitannya promosi destinasi
wisata daerah. Upaya industri lokal untuk membangun dan menjaga
konektivitas juga penting karena keduanya saling terkait dan terlibat dalam
kerjasama korporatif dan berinteraksi dalam usaha berbasis masyarakat
lokal.

64
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. 2014. Pembangunan Pariwisata. Paparan disampaikan oleh Deputi


Bidang Ekonomi, Desember 2014.
------------. 2015. Seri Analisa Pembangunan Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2015.
Jakarta : Bappenas.
------------. 2015. Strategi Kebijakan Perencanaan Pembangunan Pariwisata di
Pulau – Pulau Kecil. Laporan Hasil Kerja Tim Analisis Kebijakan.
BPS Provinsi DKI Jakarta. 2000. DKI Jakarta Dalam Angka 2000. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2001. DKI Jakarta Dalam Angka 2001. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2002. DKI Jakarta Dalam Angka 2002. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2003. DKI Jakarta Dalam Angka 2003. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2004. DKI Jakarta Dalam Angka 2004. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2005. DKI Jakarta Dalam Angka 2005. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2006. DKI Jakarta Dalam Angka 2006. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2007. DKI Jakarta Dalam Angka 2007. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2008. DKI Jakarta Dalam Angka 2008. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2009. DKI Jakarta Dalam Angka 2009. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2010. DKI Jakarta Dalam Angka 2010. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2011. DKI Jakarta Dalam Angka 2011. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2012. DKI Jakarta Dalam Angka 2012. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2013. DKI Jakarta Dalam Angka 2013. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2014. DKI Jakarta Dalam Angka 2014. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2015. DKI Jakarta Dalam Angka 2015. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2016. DKI Jakarta Dalam Angka 2016. Jakarta : BPS.
--------------------------------. 2017. DKI Jakarta Dalam Angka 2017. Jakarta : BPS.
Budiastuti, Dyah, Andri, dan Agus. 2010. Peluang Usaha Industri Pariwisata di
Jakarta Selatan. Binus Business Review Vol 1 No 2, hal 425 – 433.
Jepri. 2011. Pengembangan Estuaria Marunda sebagai Kawasan Tujuan Wisata.
Tesis. Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.

65
[Profil Potensi Sektor Pariwisata DKI Jakarta | Arif Rahman Hakim]

Kementrian Pariwisata. 2009. Neraca Satelit Pariwisata Daerah (Nerpasda)


Tahun 2009.
-----------------------------. 2016. Pembangunan Destinasi Pariwisata Prioritas 2016
– 2019. Paparan disampaikan oleh Rizki R Ratman pada Rapat Koordinasi
Nasional Kementrian Pariwisata, 27 Januari 2016.
-----------------------------. 2016. Paparan Kementrian Pariwisata untuk KIDi ke 6
2016 disampaikan oleh M Iqbal Alamsjah, 22 September 2016.
Kencana, Nilam P. Peranan Sektor Pariwisata dalam Perekonomian Provinsi DKI
Jakarta : Analisis Input Output. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Tidak
Dipublikasikan.
Mira. 2013. Keunggulan Sub Sektor Perikanan dan Pariwisata Bahari dalam
Struktur Perekonomian Wilayah Pulau – Pulau Kecil. Junal Sosek KP Vol 8
No 2, Hal 145 - 156.
Rahmanita, Myrza. 2017. Potensi dan Peluang Kepariwisataan DKI Jakarta Sektor
Rekreasi dan Pariwisata. Paparan disampaikan pada tanggal 13 September
2017.
Sono, Yohanes Widi. 2012. Analisis Strategi Bersaing Bahari Indonesia (Studi
Kasus : Tiga Gili, Karimun Jawa, Kepulauan Seribu). Tesis. Universitas
Indonesia. Tidak dipublikasikan.

%$TULISAN INI DIMUNGKINKAN MEMILIKI


BANYAK KEKURANGAN YANG MENJADI
TANGGUNG JAWAB PENULIS%$

66

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai