Anda di halaman 1dari 4

Pertemuan ke II

KONSEP, NILAI, MORAL DAN NORMA DALAM MATERI PPKn SD

CP MK : Mampu menguasai konsep, nilai, moral dan norma dalam materi PPKn SD
Sub CP MK : 2. Mengkaji konsep, nilai, moral dan norma dalam materi PPKn SD
2.1. Menganalisis Konsep dalam materi PPKn SD
2.2. Mengananisis Nilai dalam materi PPKn SD

Uraian Materi :
1. Konsep dalam Materi PPKn
Menurut Sapriya (2012), konsep merupakan pokok pengertian yang bersifat abstrak yang
menghubungkan orang dengan kelompok benda, peristiwa, atau pemikiran (ide). Lahirnya konsep
disebabkan oleh adanya kesadaran atas atribut kelas yang ditunjukkan oleh simbol. Konsep
“rakyat” merupakan sebutan umum untuk sekelompok penghuni wilayah suatu negara yang ada
dalam pemerintahan negara tertentu. Konsep ”demokrasi” merupakan sebutan abstrak tentang
sistem kekuasaan pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Dalam contoh diatas, tampak bahwa konsep bersifat abstrak dalam pengertian yang
berkaitan bukan hanya dengan contoh tertentu melainkan dengan konteks. Konsep dapat dianggap
sebagai suatu model kelompok benda yang terpikirkan. Konsep “buruh”, misalnya, dapat
dipandang sebagai kesan mental tentang semua yang memiliki ciri umum pekerja. Dengan
demikian, konsep merupakan cara berpikir menggeneralisasikan sejumlah anggota kelas yang
khusus ke dalam satu contoh model yang tidak tampak, termasuk atribut semua contoh yang
berbeda-beda.
Konsep bersifat subyektif dan menyatu. Semua orang membentuk konsep dari
pengalamannya sendiri. Dari pengalaman seperti mencatat contoh-contoh dan mendengarkan
diskusi yang melibatkan kelas, setiap orang menjadi sadar akan pengertian dan atribut. Konsep
bukanlah verbalisasi melainkan kesadaran yang bersifat abstrak tentang atribut umum darisuatu
kelas. Konsep merupakan kesadaran mental internal yang mempengaruhi perilaku yang tampak.
Apakah siswa mengetahui suatu konsep maka kemampuan tersebut dapat ditentukan dari tindakan
yang ditunjukkannya. Konsep yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat diperoleh dari
konsep disiplin ilmu atau dari konsep yang telah biasa digunakan dilingkungan kehidupan siswa
atau masyarakat setempat. Bagaimana kita dapat mengidentifikasi kemampuan siswa terhadap
penguasaan konsep? Pertanyaan ini memerlukan jawaban yang kompleks karena memerlukan
proses pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Namun, sebagai ilustrasi
dan contoh, sejumlah konsep dasar yang sering digunakan dalam pembelajaran PPKn dapat
diidentifikasi dibawah ini.
P pemerintah moral M perilaku
2. negara 12 nilai tindakan moral
3. bangsa 1 karakter kata hati
4. negeri 1 perasaan empati
5. wilayah 1 sikap 2 kekuasaan
6. pembangunan solidaritas 2 wewenang
7. negara berkembang 17 kekuasaan 2 politik
8. negara sedang berkembang kekuatan rakyat 3 partai politik
9. negara tertinggal norma 3 pemilu
pengambilan keputusan 2 nasionalisme Konstitusi

2. Nilai dalam Materi PKn


Apabila kita sadari, maka hampir setiap hari orang selalu berbicara, berpikir, menghitung,
dan mempertimbangkan berdasarkan nilai. Dalam hidupnya setiap orang akan selalu mengambil
keputusan berdasarkan nilai yang diyakini atau nilai yang ada dan disepakati di masyarakat.
Singkatnya, nilai akan menjadi patokan/kriteria bagi siapapun untuk menentukan sikap dan
mengambil keputusan. Bila demikian, apa yang dimaksud dengan ”nilai” (value) tersebut?
Menurut Frankel (1977), nilai(value) adalah konsep (concept). Seperti umumnya konsep,
maka nilai sebagai konsep tidak muncul dalam pengalaman yang dapat diamati melainkan ada
dalam pikiran orang. Nilai dapat diartikan kualitas dari sesuatu atau harga dari sesuatu yang
diterapkan pada konteks pengalaman manusia. Nilai dapat dibagi atas dua bidang, yakni nilai
estetika dan nilai etika. Estetika terkait dengan masalah keindahan atau apa yang dipandang indah
(beautiful) atau apa yang dapat dinikmati oleh seseorang. Sedangkan etika terkait dengan tindakan/
perilaku/ akhlak (conduct) atau bagaimana seseorang harus berperilaku. Etika terkait dengan
masalah moral, yakni pertimbangan reflektif tentang mana yang benar (right) dan mana yang salah
(wrong).
Nilai bukanlah benda atau materi. Nilai adalah standar atau kriteria bertindak, kriteria
keindahan, kriteria manfaat, atau disebut pula harga yang diakui oleh seseorang dan oleh karena
itu orang berupaya untuk menjunjung tinggi dan memeliharanya. Nilai tidak dapat dilihat secara
konkrit melainkan tercermin dalam pertimbangan harga yang khusus yang diakui oleh individu.
Oleh karena itu, ketika seseorang menyatakan bahwa sesuatu itu bernilai maka seyogianya ada
argumen baik dan tidak baiknya. Misalnya, mengapa ada orang yang menolak hukuman mati
bahkan mengusulkan agar hukuman mati dihilangkan karena bertentangan dengan hak asasi
manusia. Hal ini tentu saja dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan. Ketika ada orang yang
berkampanye dan mengajak orang lain untuk mendukung salah satu calon anggota legislatif,
karena orang tersebut terkenal kejujurannya. Hal ini tentu saja dilandasi oleh nilai etika.
Raths (dalam Fraenkel, 1978) mengidentifikasi tiga aspek kriteria untuk melakukan
penilaian, yakni perlu ada pilihan (chooses), penghargaan (prizes), dan tindakan (acts).
Pertama, tindakan memilih hendaknya dilakukan secara bebas dan memilih dari sejumlah
alternatif dan melakukan memilih hendaknya dilandasi oleh hasil pemikiran yang mendalam,
artinya setelah memperhitungkan berbagai akibat dari alternatif tersebut. Kedua, ada penghargaan
atas apa yang telah dipilih dan dikenal oleh masyarakat. Ketiga, melakukan tindakan sesuai dengan
pilihannya dan dimanfaatkan dalam kehidupan secara terus menerus.
Selain dengan kriteria di atas, ada sejumlah indikator untuk menentukan nilai, yakni dilihat
dari tujuan, maksud, sikap, kepentingan, perasaan, keyakinan, aktivitas, dan keraguan. Namun,
dalam konteks tertentu nilai dapat diidentifikasi dari keadaan dan kegunaan atau kemanfaatan bagi
kehidupan umat manusia. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan hasil
pertimbangan baik atau tidak baik terhadap sesuatu yang kemudian dipergunakan sebagai dasar
alasan (motivasi) melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Prof. Dr. Notonegoro (dalam Sapriya, 2012) membagi nilai menjadi tiga bagian, yaitu :
1) Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.
2) Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakan
kegiatan atau aktivitas.
3) Nilai Kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Dapat disimpulkan nilai dari pendapat Prof Notonagoro bahwa sesuatu dapat dikatakan
bernilai apabila sesuatu itu memiliki kegunaan. Samakah, nilai kegunaan untuk semua hal
tersebut? Untuk mengidentifikasi jenis nilai yang ada di masyarakat, marilah kita simak contoh
peristiwa kasus berikut ini.
Perjuangan antara Hidupdan Mati
Adi, seorang anak, yang telah lama ditinggal sang ayah tercinta. Ia hidup dengan ibu yang sangat ia ci
hari bekerja mengumpulkan barang bekas untuk menghidupi dirinya dan ibunya yang sudah lama berjuang
dari rumah untuk bekerja dengan penuh harap demi mencari sesuap nasi agar dapat menyambung hidup dirin
berbekal cita-cita bila uang telah cukup segera akan mengobati ibunya yang telah lama tersiksa oleh penyaki
Suatu hari, Adi mendengar ucapan ibunya, Nak... tampaknya ibu sudah tidak lama lagi akan meningg
meninggalkan Adi. Adi mau mencari obat sekarang”. Adi pergi untuk mencari obat. Menurut dokter, Ibuny
maka satu-satunya jalan adalah mencuri uang untuk membeli obat. Adi menghadapi dilema, bila tidak mencu
berdosa bahkan mungkin ia berurusan dengan polisi yang akhirnya masuk penjara. Apa yang harus Adi laku

Sudahkah Anda membaca cerita di atas? Adakah nilai yang terkandung dalam cerita di
atas? Nilai apa saja?
Apabila kita identifikasi, maka ada sejumlah yang disebut benar, indah, baik, dan religius.
Sesuatu yang dianggap benar disebut nilai kebenaran. Sesuatu yang dianggap indah disebut nilai
estetika. Sesuatu yang dianggap baik disebut nilai moral/etika. Sesuatu yang dianggap berpahala
dan berdosa bila dilakukan disebut nilai religius.
Ahli lain, sepertti Rokeah (dalam Kosasih Djahiri, 1985:20) mengatakan bahwa “Nilai
adalah suatu kepercayaan/keyakinan (belief) yang bersumber pada sistem nilai seseorang,
mengenai apa yang patut atau tidak patut dilakukan seseorang atau mengenai apa yang berharga
dan apa yang tidak berharga”.
ecara intelektual, tapi juga cerdas secara spiritual, emosional, dan sosial.

Anda mungkin juga menyukai