Anda di halaman 1dari 3

Jose Piero Barus

11000120120035

1. 3 Aspek penegakkan hukum menurut Gustav Radbruch


Menurut Gustav Radbruch terdapat tiga (3) unsur utama/tujuan dalam penegakan
hukum, yaitu keadilan (Gerechtigkeit), kepastian hukum (Rechtssicherheit) dan
kemanfaatan (Zweckmaβigkeit).
Kepastian hukum oleh setiap orang dapat terwujud dengan ditetapkannya hukum
dalam hal terjadi peristiwa konkrit. Hukum yang berlaku pada dasarnya tidak
dibolehkan menyimpang, hal ini dikenal juga dengan istilah fiat justitia et pereat
mundus (meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakkan). Itulah yang diinginkan
oleh kepastian hukum. Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel
terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat
memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat
mengharapkan adanya kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum
masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena
bertujuan ketertiban masyarakat. Sebaliknya masyarakat mengharapkan manfaat
dalam pelaksanaan atau penegakan hukum. Hukum adalah untuk manusia, maka
pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan
bagi masyarakat. Hukum tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum,
mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Barang siapa mencuri harus
dihukum, dimana setiap orang yang mencuri harus dihukum, tanpa membeda-bedakan
siapa yang mencuri. Kepastian hukum sangat identik dengan pemahaman positivisme
hukum. Positivisme hukum berpendapat bahwa satu-satunya sumber hukum adalah
undang-undang, sedangkan peradilan berarti semata-mata penerapan undang-undang
pada peristiwa yang konkrit.
Keadilan adalah harapan yang harus dipenuhi dalam penegakan hukum. Berdasarkan
karakteristiknya, keadilan bersifat subyektif, individualistis dan tidak
menyamaratakan. Apabila penegak hukum menitik beratkan kepada nilai keadilan
sedangkan nilai kemanfaatan dan kepastian hukum dikesampingkan, maka hukum itu
tidak dapat berjalan dengan baik. Demikian pula sebaliknya jika menitik beratkan
kepada nilai kemanfaatan sedangkan kepastian hukum dan keadilan dikesampingkan,
maka hukum itu tidak jalan. Idealnya dalam menegakkan hukum itu nilai-nilai dasar
keadilan yang merupakan nilai dasar filsafat dan nilai-nilai dasar kemanfaatan
merupakan suatu kesatuan berlaku secara sosiologis, serta nilai dasar kepastian
hukum yang merupakan kesatuan yang secara yuridis harus diterapkan secara
seimbang dalam penegakan hukum. Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum
selain kepastian dan kemanfaatan yang paling banyak dibicarakan. Idealnya hukum
harus mengakomodasikan ketiganya. Namun ada yang berpendapat bahwa keadilan
merupakan tujuan yang paling penting bahkan satu-satunya. Contohnya seorang
hakim Indonesia, Bisma Siregar mengatakan “bila untuk menegakkan keadilan saya
korbankan kepastian hukum, akan saya korbankan hukum.
kemamfaatan hukum yang perlu diperhatikan, karena semua orang mengharapkan
adanya mamfaat dalam pelaksanaan penegakan hukum. Jangan sampai penegakan
hukum justru menimbulkan keresahan masyarakat. Karena kalau kita berbicara
tentang hukum kita cenderung hanya melihat pada peraturan perundang-undangan,
yang terkadang aturan itu tidak sempurna adanya dan tidak aspiratif dengan
kehidupan masyarakat. Sesuai dengan prinsip tersebut diatas, saya sangat tertarik
membaca pernyataan Satjipto Raharjo, yang menyatakan bahwa : keadilan memang
salah satu nilai utama, tetapi tetap disamping yang lain-lain, seperti kemanfaatan
(utility, doelmatigheid). Olehnya itu didalam penegakan hukum, perbandingan antara
manfaat dengan pengorbanan harus proporsional.
2. Jelaskan Mengapa terjadi hubungan ketegangan
Berdasarkan teori Gustav Radbruch bahwa hukum dituntut untuk memenuhi 3 nilai
dasar, yaitu keadilan, kegunaan, dan kepastian hukum dimana diantara nilai-nilai
tersebut terdapat suatu ketegangan antara satu sama lain (Spannungverhaltniss).
Keadaan tersebut dikarenakan ketiga nilai mempunyai tuntutan yang berbeda dan
berpotensi untuk bertentangan satu sama lain. Apabila kepastian hukum diambil
sebagai contoh, maka nilai kepastian hukum menggeser nilai keadilan dan nilai
kegunaan kesamping. Karena yang utama bagi kepastian hukum adalah adanya
peraturan itu sendiri. Apakah peraturan tersebut harus adil dan mempunyai kegunaan
bagi masyarakat adalah di luar dari apa yang diutamakan oleh nilai kepastian hukum.
Pandangan Gustav Radbruch secara umum diartikan bahwa kepastian hukum tidak
selalu harus diberi prioritas pemenuhannya pada tiap sistem hukum positif, seolah-
olah kepastian hukum itu harus ada lebih dulu, baru kemudian keadilan dan
kemanfaatan. Gustav Radbruch kemudian meralat teorinya bahwa ketiga tujuan
hukum sederajat Oleh karena itu, Radbruch berpedapat bahwa hukum sebagai
pengemban nilai keadilan dapat menjadi ukuran bagi adil atau tidaknya tata hukum.
sebab, nilai keadilan jga menjadi dasar dari hukum sebagai hukum. dengan demikian,
keadilan memiliki sifat normatif sekaligus konstitutifbagi. Kemudian juga bahwa
antara nilai-nilai dasar hukum dapat terjadi ketegangan.Ketegangan tersebut muncul
pada saat hukum tersebut diterapkan dalam proses persidangan di pengadilan. Hal ini
terjadi karena dalam proses penerapan hukum di Pengadilan terdapatfaktor yang
mempengaruhi para penegak hukum, diantaranya adalah norma yang berlakubagi
mereka yang ditetapkan oleh pembuat Undang- Undang serta kekuatan sosial dan
pribadi.
3. Dalam penegakan hukum di Indonesia harus dipertimbangkan persoalan
struktur dan masyarakat Indonesia yang unik dan majemuk ( plural societies).
Perbedaan suku, agama, adat, budaya dll, serta lapisan sosial yang ketat,
perbedaan latar belakang agraris dan industri. Oleh karena itu, dikenal melalui
pendapat Fred W Riggs, tentang masyarakat prismatic (social society). Jelaskan
kedua istilah tersebut dan uraikan selengkap-lengkapnya !
Masyarakat model prismatik yang pertama kalinya ditulis oleh Fred W. Riggs dalam
bukunya yang berjudul Administration in Developing Countries, The Prismatic
Society. Konsep masyarakat model prismatik digambarkan sebagai masyarakat yang
dalam perkembangannya berada di antara dua kutub ekstrim dalam suatu kontinum
masyarakat tradisional atau terpusat dan masyarakat modern atau terpencar, bentuk
maysarakat ini terdapat di negara-negara berkembang (Riggs, 1994: 31). Model
masyarakat priismatik ini juga dijelaskan oleh M. Munandar Soelaiman dalam
bukunya
yang berjudul Dinamika Masyarakat Transisi; Mencari Alternatif Teori Sosiologi dan
Arah Perubahan, sebagai masyarakat peralihan (transisi) dari masyarakat tradisional
ke
masyarakat industri (Soelaiman, 1998:31). Masyarakat transisi yang berada di antara
masyarakat tradisional dan masyarakat modern, masyarakat dengan heterogenitasnya
yang tinggi, menyangkut keragaman agama beserta aliran-alirannya, partai politik,
organisasi massa, kelompok-kelompok dalam strata ekonomi, status sosial, ragam
etnis
dan budaya, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Ishomuddin dalam bukunya yang
berjudul Agama Produsen Realitas: Tafsir Islam – Tradisi, Masyarakat Model
Prismatik, menjelaskan bahwa masyarakat prismatik dapat dikatakan sebagai
masyarakat campuran antara nilai tradisional dan proses modernisasi di mana terjadi
tum pang tindih (overlapping) di antara kedua nilai tersebut (Ishomuddin, 2007:152).
Masyarakat tradisional mempunyai tradisi sebagai warisan dari generasi sebelumnya
secara turun temurun, dijaga agar tidak terjadi perubahanperubahan.
Fred. W.Riggs (1966) menyebutkan
beberapa ciri masyarakat majemuk, antara lain:
(1) Munculnya kelompok-kelompok elit yang merasa berkuasa (free riders);
(2) Adanya sistem komunal, clect dan pemusatan-pemusatan kekuasaan (birokrasi);
(3) Banyaknya norma-norma yang bertentangan dan membingungkan (anomie,
permissif);
(4) Adanya kelemahan dan kelonggaran dalam sistem kekuasaan dan pengawasan;
(5) Adanya rintangan-rintangan yang komplek dan ketergantungan pada syndrome;
(6) Heteroginity, formalism, overlapping, nepotism, poly normativism and lack of
concencus, power distribution authority versus control.
REFRENSI
1. Supriyono, S.H., M.Hum, TERCIPTANYA RASA KEADILAN, KEPASTIAN DAN
KEMANFAATAN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT, Journal Ilmiah
Fenomena, Volume XIV, Nomor 2, November 2016: 1567-1582
2. Fred W Riggs dalam Adminisitrasi Negara-negara Berkembang. Teori Masyarakat
Prismatik. Jakarta, CV Rajawali.
3. Dr. Moh. Muzakki, MSi, PRISMATIC POLICY MENUJU EQUILIBRIUM
POLITIK: ANALISIS EKONOMI POLITIK KEBIJAKAN SISTEM PEMILU DI
Indonesia.https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/HERITAGE/article/download
/810/665
4. http://eprints.umm.ac.id/54300/3/BAB%20II%20.pdf

Anda mungkin juga menyukai