(Pecandu Narkoba, Alkohol, AIDS, Gay dan Lesbian, Penyandang Cacat dan
Korban Kekerasan)
Disusun oleh :
Kholifah Rahmawati (3119022)
Afni Alfiaturohmaniyah (3119031)
Layanan bimbingan dan konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan
berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor untuk memfasilitasi
konseli guna mencapai kemandirian, dalam wujud kemampuan mamahami, menerima,
mengarahkan, mengambil keputusan, dan merealisasikan diri secara bertanggung
jawab, sehingga konseli dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam
hidupnya. Konseling komunitas dapat diartikan sebagai layanan konseling yang
melibatkan masyarakat luas dalam membantu mengatasi masalah klien
BAB II
PEMBAHASAN
1 Dody Riswanto, Aswar, Prosedur Konseling Rational Emotive Behavior Dalam Penanganan
Pelaku Lgbt, Jurnal Advice, Vol 2 (1); p.12-27, Juni 2020, Hlm 13.
1
A. Konsep Konseling Komunitas
Konseling kelompok atau konseling komunitas menyediakan lingkungan yang
memberikan kesempatan pada seluruh anggotanya untuk bisa saling menerima kondisi
satu sama lain. Selain itu konseling kelompok juga memunculkan rasa aman bagi
seluruh anggotanya hingga bisa bebas mengekspresikan ide-ide dan perasaan yang ada
pada dirinya. Seluruh anggota kelompok juga akan bisa mempelajari berbagai perilaku
baru dan belajar bertanggung jawab pada pilihan yang telah mereka tetapkan masing-
masing.2
ada pengakuan tersebut.. Mc Milan dan Chavis mengatakan bahwa anggota dalam
sebuah komunitas memiliki rasa kebersamaan yaitu perasaan saling memiliki, perasaan
2 Ratih Wahyu S., IGAA. Noviekayati, Sahat Saragih, Konseling Kelompok untuk Menurunkan
Depresi Pada Remaja Introvert Korban Kekerasan Seksual, Persona: Jurnal Psikologi Indonesia Volume
7, No. 1, Juni 2018, Hlm 98.
3 Arista Kiswantoro, Indah Lestari, Edris Zamroni, Konseling Bagi Konseli Berkebutuhan
Khusus, Proceeding Seminar Dan Lokakarya Nasional Revitalisasi Laboratorium Dan Jurnal Ilmiah
Dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kkni, 4 – 6 Agustus 2017, Malang,
Jawa Timur, Indonesia, Hlm 409
2
bahwa setiap anggota bernilai penting bagi satu sama lain dan bagi kelompok. Setiap
anggota berbagi kepercayaan melalui sebuah komitmen untuk selalu bersama.
4 Astarie Nurmaulidya, Nurbaeti & Happy Karlina Marjo, Pengetahuan Konselor Dalam Etika
Profesional Pada Konseling Setting Komunitas, Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling Vol. 7 , No.
1, 2021, Hlm 54.
3
2. Menguasai landasan teoritik bimbingan dan konseling, mencakup:
a. menguasai teori dan praksis (praktik bidang kehidupan dan kegiatan praktis
manusia) dalam komunitas tertentu;
b. menguasai esensi layanan bimbingan dan konseling dalam jalur komunitas;
c. menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bidang bimbingan dan konseling
d. menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling;
3. Menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan, mencakup:
a. merancang program bimbingan dan konseling;
b. mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehenshif;
c. menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling
d. menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami klien, kebutuhan dan
masalah klien;
4. Mengembangkan pribadi dan profesionalitas secara berkelanjutan, mencakup:
a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika professional;
c. mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja;
d. berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling
e. mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi. 5
5 M. Jamil Yusuf, Konseling Islami Pada Fakultas Dakwah: Pengembangan Profesi Dakwah
Islam bidang Konseling Komunitas, Jurnal Al-Bayan VOL. 19, NO. 28, 2013, Hlm 12.
4
seperti ras, kepentingan, dan tempat tinggal dengan segenap budayanya. Layanan
konseling diharapkan dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek komunitas
sebagai basisnya. Dengan demikian, konseling diharap semakin efektif tentang akan
yang hendak dicapai, juga semakin efesien dan luas jangkauannya. 6
a. Bimbingan Fisik,
Bimbingan fisik dilaksanakan melalui kegiatan yang ditujukan untuk memulihkan
kondisi fisik klien, meliputi pelayanan kesehatan, peningkatan gizi, baris berbaris
dan olah raga. Kegiatan fisik ini melalui bimbingan dari konselor. Pemulihan fisik
dilakukan secara bertahap dengan didukung secara medis oleh tim medis pada
program rehabilitasi.
b. Bimbingan Mental Keagamaan, Sosial, dan Psikologik
Tidak hanya pembangunan fisik yang dibutuhkan tetapi juga psikis atau
jiwa. Jiwa yang dimaksudkan disini adalah mental. Rehabilitasi jiwa bagi pecandu
narkoba disini adalah upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi para mantan
5
penyalahguna atau ketergantungan narkoba kembali sehat dalam arti sehat fisik,
psikologik, sosial dan spiritual atau agama (keimanan). Dengan kondisi sehat
tersebut diharapkan mereka akan mampu kembali berfungsi secara wajar dalam
kehidupannya sehari-hari.7
Konseling kepada ODHA dapat dilakukan dengan teknik VCT. Yaitu suatu
pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus antara konselor dan
kliennya dengan tujuan untuk mencegah penularan HIV, memberikan dukungan moral,
informasi, serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga dan lingkungannya. Jadi
VCT memberikan konseling secara menyeluruh yatu dari awal pra test, pasca tes dan
konseling berkelanjutan bagi klien agar mampu beradaptasi dengan penyakitnya
bahkan memfasilitasi konseling antara klien dan keluarganya. 8
6
orang-orang terdekat turut mempengaruhi individu dalam bertindak dan mengambil
keputusan.
Beberapa hal penting yang harus dilakukan konselor saat menangani klien pada
komunitas LGBT adalah sebagai berikut:
a. Self monitoring
• Memeriksa perasaan negatif yaitu menyalahkan diri sendiri, perasaan sakit atau
buruk yang merupakan implikasi dari perasaan malu
• Membantu perkembangan klien untuk menerima dan berbicara tentang siapa
dirinya.
7
c. Membangun tanggung jawab pelaku dengan mengarahkan klien untuk berjuang
menghadapi diskriminasi dan prasangka yang pernah dialaminya. Peran
konselor adalah sebagai berikut:
• membantu klien untuk mengelola amarah yang konstruktif daripada menyakiti
diri sendiri
• Membantu klien memahami bahwa marah dan self image yang negatif dari
heteroseksisme adalah sebagai hasil dari korban budaya dan cacat pribadi
• Mengubah perspektif klien dengan menggambarkan proses recovery dari
kekerasan fisik maupun seksual dengan mengakui bahwa mereka pernah
mengalami kekerasan
• Memastikan bahwa lingkungan treatment dalam perubahan perilaku tidak
menjadi ancaman bagi klien LGBT.
d. Mendapatkan kembali kekuatan klien yang meliputi self concept dan self
confidence,
• mengidentifikasi pesan negatif yang sudah diinternalisasi yang merupakan hasil
dari korban budaya dan heteroseksisme,
• Mengubah pesan negatif menjadi positif,
• Mencari hal posititf dengan menegaskan ekspresi spiritualitas untuk memerangi
pesan negatif tentang moralitas mereka sendiri,
• Mengintegrasikan identitas umum dan identitas pribadi,
• Membangun dukungan jaringan yang menerima dan menilai siapa mereka. 9
9 Nurlita Hendiani, Kompetensi Konselor Adiksi Bagi Penyalahguna Narkoba Pada Komunitas
Lesbian, Gay, Biseksual, Dan Transeksual (LGBT), Simposium Nasional I Rehabilitasi Narkoba Berbasis
Masyarakat, 2016. Hlm.7-9.
8
a. membantu siswa ABK agar mampu melewati tiap-tiap masa transisi
perkembangan dengan baik,
b. membantu siswa ABK mengatasi hambatan belajar dan hambatan
perkembangan atau permasalahanpermasalahan yang dihadapi dengan cara
memenuhi kebutuhan khususnya,
c. membantu menyiapkan perkembangan mental ABK untuk masuk pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, serta
d. membantu siswa ABK mencapai taraf kemandirian dan kebahagiaan hidup di
masyarakat.10
10 Lutfi Isni Badiah, Urgensi Bimbingan Dan Konseling Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
(Abk) Di Sekolah Inklusi, Prosiding Seminar Nasional Peran Bimbingan dan Konseling dalam Penguatan
Pendidikan Karakter Universitas Ahmad Dahlan 2017, Hlm 130.
9
individu berkebutuhan khusus individu serta pencegahan terjadinya penurunan
mutu pendidikan.
• Dimensi ekologis, yaitu pengembangan kompentensi atau tugas- tugas
perkembangan individu secara optimal melalui rekayasa lingkungan baik fisik,
sosial, maupun psikologis dengan fokus pada upaya memfasilitasi
perkembangan individu, intervensi pada sistem atau sub sistem, dan
tercapainya lingkungan belajar yang kondusif bagi perkembangan individu dan
keselarasan interaksi dan interrelasi pribadi dan lingkungan menuju
optimalisasi keberfungsian individu
• Dimensi futuristik, yaitu pengembangan wawasan, sikap, dan perilaku
antisipatif individu berkebutuhan khusus dalam pengambilan keputusan dan
perencanaan kehidupan serta karir masa depan yang lebih memuaskan. 11
Penanganan kasus ini melalui konseling dilakukan dengan cara mendata dulu
kasus yang diajukan. Layanan yang akan di dapatkan oleh korban sesuai dengan bentuk
kasus yang dihadapinya. Hampir semua korban sebagaimana korban kekerasan sangat
dihantui dengan suatu sikap dan perasaan yang tidak menentu atau mudah frustasi,
dalam kondisi yang demikian, kehadiran seorang konselor atau pendamping terhadap
psikologi korban sangatlah diperlukan.
Tujuan diadakannya konseling ini tidak hanya semata-mata untuk proses terapi
sementara, melainkan sebagai terapi yang berkelanjutan sampai dengan target yang
tertinggi untuk menyadarkan korban dalam kondisi kesadaran yang kritis.
Keberhasilan dalam tahap konseling ini sangat berpengaruh terhadap kesiapan korban
dalam menghadapi proses peradilan hukum. Apabila korban belum siap menghadapi
11 Arista Kiswantoro, Indah Lestari, Edris Zamroni, Konseling Bagi Konseli Berkebutuhan
Khusus, Proceeding Seminar Dan Lokakarya Nasional Revitalisasi Laboratorium Dan Jurnal Ilmiah
Dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kkni, 4 – 6 Agustus 2017, Malang,
Jawa Timur, Indonesia, Hlm 408
10
jalur hukum, maka akan berakibat buruk terhadap psikologi korban dan akhirnya
proses hukum akan menjadi terhambat. Hal inilah mengapa sangat penting sekali
dalam memberikan konseling terlebih dahulu terhadap korban sebelum kasusnya
diselesaikan melalui jalur hukum.12
12 M. Asasul Muttaqin, Ali Murtadho, Anila Umriana, Bimbingan Konseling Bagi Perempuan
Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Lrc-Kjham Semarang, Sawwa – Volume 11, Nomor 2,
2016.
11
1. Konseling Pada Komunitas Pecandu Narkoba
12
4. Kegiatan pengganti yang meliputi kelompok bermain dan kelompok belajar 14
15
14 Pendekatan Bimbingan dan Konseling Narkoba Supriyanto & Hendiani, ..................Hlm.71.
Pendekatan Bimbingan dan Konseling Narkoba Supriyanto & Hendiani, ...............Hlm.75.
13
yang dianggap ”tidak normal” dan bertentangan degan kodrat manusia, sehingga
membutuhkan penanganan khusus.15
15 Zadrian Ardi, Frischa Meivilona Yendi, Rahmi Dwi Febriani , Fenomena LGBTQ dalam
perspektif konseling dan psikoterapi: realitas dan tantangan konselor, Jurnal EDUCATIO , Volume 4
Nomor 2, Oktober 2018, Hlm.79-81.
14
menghormati peran dan otoritas konselor sebagai fasilitator kelompok, Menggunakan
prosedur intervensi yang tepat, tidak menghakimi dan menghargai perbedaan dalam
budaya, perilaku, dan nilai klien. Hal ini adalah pendekatan praktis yang sangat penting
ketika menangani klien pengidap LGBT.16
Seseorang dengan disabilitas fisik pasti akan mengalami tingkat kesulitan yang
lebih besar dianbding orang normal. mereka akan menghadapi banyak tantangan
berbeda dalam hidup, seperti melatih tubuh dengan keterbatasan, mengoptimalkan
fungsi tubuh, beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Kondisi fisik yang berbeda
bahkan tidak sempurna, terkadang membuat penyandang disabilitas merasa menjadi
kaum minoritas yang dikucilkan oleh masyarakat. Tentu saja, berbagai masalah
psikososial terkait disabilitas membuat hidup penyandang disabilitas semakin sulit. 18
15
tidak mampu mengatasi permasalahan tersebut. Malu, minder, merasa terasing dari
lingkungan sosial adalah hal yang sering dialami penyandang disabilitas.
Oleh karena itu, layanan konseling bagi penderita disabilitas menjadi sangat
penting. Konseling bertujuan untuk menjadikan penyandang disabilitas mandiri,
memiliki citra diri dan penerimaan diri yang baik, serta memiliki cita-cita yang dapat
terwujud tanpa terhalang oleh keterbatasan mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan
memotivasi dan memberikan jasa konsultasi kepada mereka. 19
16