Askep Jiwa Halusinasi
Askep Jiwa Halusinasi
HALUSINASI
OLEH
TIRSA A. L KASSE
MANAS M. TOLEU
APRILIA F. RATU
OKTOFIANUS BUNGALOLON
KELAS :B
PRODI: S1 KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga tugas makalah dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENINGITIS PADA ANAK” bisa selesai pada
waktunya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya. Kesehatan jiwa memiliki rentang respon adaptif yang merupakan sehat
jiwa, masalah psikososial, dan respon maladaptif yaitu gangguan jiwa (UU No. 18 Tahun 2014).
Gangguan jiwa merupakan gangguan dalam berpikir (cognitive), kemauan (volition),
emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Menurut Malim (2002) Gangguan jiwa
merupakan deskripsi sindrom dengan variasi penyebab. Umumnya ditandai adanya
penyimpangan yang fundamental, karakteristik dari pikiran dan persepsi, adanya afek yang tidak
wajar atau tumpul (Yusuf, dkk, 2015).
Berdasarkan hasil survey World Healt Organization (WHO 2013) menyatakan hampir
400 juta penduduk dunia menderita masalah gangguan jiwa. Satu dari empat anggota keluarga
mengalami gangguan jiwa dan seringkali tidak terdiagnosis secara tepat sehingga tidak
memperoleh perawatan dan pengobatan dengan tepat. Data Riset Kesehatan Dasar (2013)
prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat
terbanyak di DI Yogyakarta (2,7 per mil), Aceh (2,7 per mil), Sulawesi Selatan (2,6 per mil),
Bali (2,3 per mil), Jawa Tengah (2,3 per mil), Bangka Belitung (2,2 per mil), Nusa Tenggara
Barat (2,1 per mil), Bengkulu (1,9 per mil) dan Sumatera Barat urutan ke sembilan dengan
jumlah (1,9 per mil) (Riskesdas, 2013).
Secara umum, klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
dibagi menjadi dua bagian, yaitu gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan mental
emosional yang berupa kecemasan, panik, gangguan alam perasaan, dan gangguan jiwa
berat/kelompok psikosa yaitu skizofrenia (Yusuf,dkk. 2015).
Skizofrenia merupakan bentuk gangguan jiwa kronik (Mirza, dkk, 2015). Skizofrenia
merupakan gangguan mental dengan ciri utama gejala psikotik, dan gejala tersebut dapat
menyebabkan penderita sikzofrenia mengalami penurunan kualitas hidup, fungsi sosial, dan
pekerjaan. Hasil survey World Healt Organization (WHO 2013) menyatakan saat ini
diperkirakan sekitar 26 juta orang di dunia akan mengalami skizofrenia. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (2013) diperkirakan sekitar 400 ribu orang yang mengalami skizofrenia
(Riskesdas, 2013).
Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu gejala negatif dan gejala positif. Gejala
negatif yaitu menarik diri, tidak ada atau kehilangan dorongan atau kehendak. Gejala positif
yaitu halusinasi, waham, pikiran yang tidak terorganisir, dan perilaku yang aneh (Videbeck,
2008). Dari gejala tersebut, halusinasi merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, lebih
dari 90% pasien skizofrenia mengalami halusinasi (Yosep, 2013).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penghidu ( Direja, 2011).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua
sistem penginderaan ( Dalami, dkk, 2014). Halusinasi hilangnya kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).
Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata (Kusumawati, 2012).
2. Proses Terjadinya Halusinasi
Menurut Stuart (2007) proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor predisposisi
dan faktor presipitasi ( Dalami, dkk, 2014) :
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi ( Dalami, dkk,
2014) :
1. Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau
trauma kepala, dan riwayat penggunaan Napza. Abnormalitas perkembangan
sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif
baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian berikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
c.Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014) :
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini
masuk dalam golongan nonpsikotik.
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan
yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa
membedakan realitas.
c. Fase ketiga
Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak
mampu mematuhi perintah.
d. Fase keempat
Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk
dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya,
hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di
lingkungan.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri atau katakonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
Keterangan :
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Respon adaptif meliputi :
2. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang yang benar-benar
terjadi (objek nyata) karena gangguan panca indra
3. Emosi berlebihan atau kurang
4. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas untuk
menghindari interaksi dengan orang lain
5. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interkasi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain
c Respon maladaptif adalah respon indikasi dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptif ini meliputi :
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial
2. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
4. Perilaku tak terorganisir merupakan perilaku yang tidak teratur
5. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengancam.
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati sebagai
berikut ( Dalami, dkk, 2014 ) :
a. Halusinasi penglihatan
a. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa saja yang
sedang dibicarakan.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak
berbicara atau pada benda seperti mebel.
c. Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak
tampak.
d. Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab
suara.
b. Halusinasi pendengaran
a. Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain, benda
mati atau stimulus yang tidak tampak.
b. Tiba-tiba berlari keruangan lain
c. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman adalah :
a. Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
d. Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
e. Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
d. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan halusinasi
pengecapan adalah :
a. Meludahkan makanan atau minuman.
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan adalah :
a. Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.
b. Data Objektif
4) Menutup telinga
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
6. Penatalaksanaan Halusinasi
Menurut Marasmis (2004) Pengobatan harus secepat mungkin diberikan, disini peran
keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ klien dinyatakan
boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal
merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas
minum obat (Prabowo, 2014).
1) Penatalaksanaan Medis
2) Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes
keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial
dan spiritual. Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan
yang dimiliki (Afnuhazi, 2015) :
1) Identitas klien
4) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat penyakit
infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam keluarga, atau
adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan
dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien serta konflik
antar masyarakat.
5) Fisik
6) Psikososial
a) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami kelainan
jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan pengambilan keputusan
dan pola asuh.
b) Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien biasanya mampu
menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat
peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai diri, harga diri klien memilki harga
diri yang rendah sehubungan dengan sakitnya.
d) Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai
dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya menjalankan ibadah di
rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat berlebihan.
1) Mental
a) Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan
berubah dari biasanya
b) Pembicaraan
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait tentang
halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menarik diri
dan menghindar dari orang lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak
nyata, tidak dapat memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak,
takut, ekspresi muka tegang, dan mudah tersinggung.
h) Proses pikir
c) Tingkat kesadaran
a) Makan
e) Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam : biasanya
istirahat klien terganggu bila halusinasinya datang.
f) Pemeliharaan kesehatan
skizofrena
Perilaku
Waham Harga diri Isolasi
HALUSINASI
kekerasan rendah sosial
1) Pohon Masalah
Tindakan keperawatan :
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu
evaluasi proses dan evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan
respon klien pada tujuan yang telah ditentukan (Afnuhazi, 2015). Evaluasi
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir,
dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai berikut (Dalami,
dkk, 2014) :
S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
A : analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada yang kontradiksi
dengan masalah yang ada
P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
BAB III
ASKEP KASUS
kasus :Ny. AN dibawa kerumah sakit pada tanggal 24 maret 2021 karena pasien
suka marah-marah sendiri gelisah susah tidur, mendengar suara-suara
bisikan setelah klien merasa kecewa dengan suami yang meninggalkan
dirinya. Suara yang ia denga adalah suara pertengkaran saat mereka
Bersama.
A. PENGKAJIAN
Tanggal MRS : 24 maret 2021
Tanggal dirawat di ruangan : 25 maret 2021
Tanggal pengkajian : 25 maret 2021
Ruang rawat : mawar
I. Identitas klien
Nama :Ny. AN
Umur : 37 tahun
Alamat :batukadera, rt/12, rw/20
Pendidikan : SMA
Agama : Kristen protestan
Status : menikah
Pekerjaan :IRT
Jenis kelamin :perempuan
NO CM : 15.16 303 243
II. Alasan Masuk
a. Data primer: Keluarga mengatakan klien sering mendengar suara aneh
b. Data sekunder: keluarga mengatakan klien mendengar suara bisikan jika klien
menyendiri dan saat ingin tidur. Suara bisikan berisi pertengkaran dengan
mantan suaminya.
c. Keluhan umum saat pengkajian:klien mengatakan dirinya sangat kecewa
dengan mantan suaminya
III. Riwayat penyakit sekarang (factor prespitasi): Keluarga mengatakan klien sering
marah-marah, bicara sendiri dan menyendiri. Klien marah-marah jika mendengar suara
bisikan mantan suaminya yang berisi pertengkaran untuk menikahi perempuan lain dan
pasien saat ini di rawat di RSJ dan sedang mendapatkan pengobatan.
1. genogram:
Jelaskan:
2. Konsep diri
a. Citra tubuh: klien bersyukur semua tubuhnya sehat
b. Identitas:pasien dapat menjelaskan nama,umur, jenis kelamin dan mengatakan
bahwa dirrinya dalah seorang penjahit
c. Peran: [asien mengatakan bahwa dirinya adalah tulang punggung keluarga
karena suaminya pengangguran
d. Ideal diri:pasien mengatakan ingi sembuh dan tidak mau mendengar bisikan-
bisijan
e. Harga diri:klien emngatakan bahwa dirinya sanagat malu dengan
lingkungannya karena merasa dirinya tidak dihargai setelah ditinggal suaminya
Diagnosa keperawatan: harga diri rendah
3. Hubungan social
a. Orang yang berarti: [asien mengatakan orang yang paling berarti adalah
ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat dan hubungan social:
sebelum sakit pasien selalu ikut serta dalam kegiatan di desa namun setelah
sakit pasien lebih bersifat tertutup
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: setelah apsien bertemu
dengan suaminya pasien merasa malu untuk bertemu orang lain
1. Penampilan
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan: pasien seperti tidak mengurus dirinya, rambutnya tidak rapi, terlihat
kusam
2. Pembicaraan
Cepat
Keras
Membisu
Tidak mampu memulai pembicaraan
Gagap
Inkoherensi
Apatis
Lambat
Jelaskan: klien tidak bisa mnegulang pembicaraannya, pembicaraannya
sedikit-sedikit
3. Aktivitas motoric/psikomotor
Kelambatan peningkatam
Mood: afek
Sedih - datar
Ketakutan - tumpul
Putus asa - labil
Khawatir - tidak sesuai
Depresi
Anhedonia
Gembira berlebihan (euforia)
Jelaskan: pasien mengatakan ia merasa sedih karena tidak ada keluarga yang
menjenguknya
b. Ilusi
Ya
Tidak ada: klien mendengar suara-suara bisikan tanpa melihat objek
Jelaskan: saat diajak berinteraksi klien selalu menulangi kata yang sama
dan pasien Nampak bingung
b. Isi pikir
Phobia (sebutkan)
Obsesif
Fantasi
Alienasi
Pikiran bunuh diri
Preekupasi
Pikiran isolasi social;
Pesimisme
Pikiran magis
Pikiran curiga
Pikiran rendah diri
Hipokondria
Depersonalisasi
Waham
-Agama
-Kebesaran
-Curiga
-Nihilistic
-Sisip pikir
-Siar pikir
-Control pikir
c. bentuk pikir
Realistic
Nonrealistik
Dereistik
Otistik
Jelaskan:
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah keeprawatan
8. Kesadaran
Bingung
Sedasi
Disorientasi waktu
Disorientasi orang
Disorientasi tempat
Meninggi
Menurun (hipnosia, cunfosion, sedasi, stupor)
Jelaskan: klien sadar bahwa sedang berada di RSJ dan sedang
mengalami pengobatan.
Diagnose keperawatan:
9. Memori
Gangguan daya ingat jangka Panjang (> 1 bulan)
Gangguan daya ingat jangka pendek (24 jam -<1 bulan)
Gangguan daya ingat saat ini (kurun waktu 10 detik-15 menit)
Konfabulasi
Jelaskan:daya ingat klien baik
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
Diagnose keperawatan
Diagnose keperawatan
Jelaskan:
Ya tidak
Makan √
Keamanan √
Perawatan Kesehatan √
Pakaian √
Transportasi √
Tempat tinggal √
Uang √
Jelaskan : klien dapat memenuhi kebutuhannya
Diagnose keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a.Perawatan diri bantuan total
Bantuan minimal
Mandi: √
Kebersihan: √
Makan: √
BAB/BAK: √
Ganti pakaian: √
Jelaskan:
Diagnosa keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
b. nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda?
Ya
Tidak
Ya, jelaskan
Tidak
Frekuensi makan sehari :3x sehatri
Frekuensi kudapan sehari :2x sehari
Nafsu makan :
Meningkat
Menurun
Berlebihan
Sedikit-sedikit
Berat badan:
Meningkat
Menurun
Jelaskan:
Diagnosa keperawatan:
c.Tidur
Apakah ada masalah tidur?
Apakah merasa segar setelah bangun tidur?
Apakah ada kebiasaan tidur siang?
Lama tidur siang 1 jam
Apa ayang menolong tidur? obat
Tidur malam jam 11.00 bangun jam 05. 00 wita
Apakah ada gangguan tidur?
Sulit untuk tidur
Bangun terlalu pagi
Terbangun saat tidur
Gelisah saat tiddur
Berbicara saat tidur
Jelaskan:
Jelaskan:
Penyakit jiwa
Factor presipitasi
Koping
System pendukung
Penyakit fisik
Obat-obatan
Jelaskan:
Diagnose keperawatan:
ANALISA DATA
POHON MASALAH
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi : merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu
( Direja, 2011).
Berdasarkan hasil pengkajian melalui observasi, wawancara langsung dengan klien dan keluarga,
pemeriksaan fisik, data-data yang diperoleh dari berbagai pihak bahwa pasien mengalami gangguan
halusinasi. Salah satu diagnosa yang di temukan adalah Gangguan persepsi sensorik b.d gangguan
pendengaran d.d mendengar suara bisikan
B. SARAN
a. Bagi mahasiswa
1. Menigkatkan ilmu dan pengetahuan tentang gangguan kejiwaan dengan halusinasi
2. Melibatkan keluarga klien dalam melaksanakan semua tindakan keperawatan pada
gangguan kejiwaan dengan halusinasi
b. Bagi perawat
c. Lebih meningkatkan pendokumentasian keperawatan pada pasien dengan halusinasi
d. Meningkatkan penyuluhan kesehatan pada pasien meningitis tentang proses penyakit,
perawatan, dan pencegahan gangguan kejiwaan dengan halusinasi dengan melibatkan
keluarga klien.