Anda di halaman 1dari 98

PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE PEMBELAJARAN

GURU DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA


DI SMK AL-HIDAYAH CIPUTAT

SKRIPSI
Diajukan untuk Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia (S. Pd.)

Oleh:
Chairunnisa
107013003259

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE PEMBELAJARAN GURU
DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DI SMK AL-HIDAYAH
CIPUTAT

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia (S.Pd.)

Oleh

Chairunnisa
107013003259

Di Bawah Bimbingan

Dosen Pembimbing

Makyun Subuki, M.Hum


NIP. 19800305 200901 1 015

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Persepsi Siswa terhadap Metode Pembelajaran Guru dan


Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat disusun oleh
Chairunnisa Nomor Induk Mahasiswa 107013003259, diajukan kepada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 20 Desember 2011 di
hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S-1
(S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta, Desember 2011

Panitia Ujian Munaqasah Tanggal TTD

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)


Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. .............
NIP 19640212 199903 2 001

Penguji I
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. .............
NIP 19640212 199903 2 001

Penguji II
Dra. Hindun, M.Pd.
NIP 19701215 200912 2 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Nurlena Rifa’i, M.A.,Ph.D.


NIP 19591020 198603 2 001
UJI REFERENSI

Seluruh Referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul


“Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Metode Pembelajaran Guru dan Hasil
Belajar Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat” yang disusun oleh
Chairunnisa NIM 107013003259 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
telah diuji keberadaannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 03
November 2011.

Jakarta, 03 November 2011


Dosen Pembimbing Skripsi

Makyun Subuki, M.Hum


NIP 19800305 200901 1 015
LEMBAR PERNYATAAN KARYA PENULIS

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Chairunnisa
NIM : 107013003259
Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yaang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1) pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya saya atau
merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, November 2011


Penulis

Chairunnisa
ABSTRAK

Chairunnisa., 107013003259, Persepsi Siswa terhadap Metode Pembelajaran


Guru dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa
terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK Al-
Hidayah Ciputat. Masalah terfokus pada persepsi siswa mengenai metode
pembelajaran guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, serta proses
pembelajaran yang efektif dengan hasil belajar siswa yang didapat.
Penelitian ini dilakukan di SMK Al-Hidayah Ciputat. Populasi penelitian
adalah siswa kelas X dan XI SMK Al-Hidayah Ciputat yang berjumlah 308 siswa.
Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 10% dari populasi yang
ada, dengan demikian sampelnya berjumlah 30 siswa. Peneliti melakukan
penyebaran angket ke 30 siswa dengan 20 item pertanyaan dan meminta hasil
belajar bahasa Indonesia siswa dari nilai raport semester ganjil dan genap.
Metode penelitian menggunakan metode analisis deskriptif dan untuk
menguji hipotesis dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus Product
Moment, yaitu dengan membandingkan nilai persepsi siswa terhadap metode
pembelajaran guru bahasa Indonesia sebagai variabel X dan hasil belajar bahasa
Indonesia siswa sebagai variabel Y. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus Product Moment diperoleh hasil sebesar 0,25 yang berada pada 0,20-0,40
dan taraf signifikan 5% sebesar 0,374. Selain itu pula dapat diketahui bahwa
konstribusi metode pembelajaran guru terhadap hasil belajar siswa di SMK Al-
Hidayah Ciputat hanya 6,3% sedangkan 93,7% dipengaruhi oleh faktor yang lain.
Dengan hasil thitung lebih kecil dari ttabel maka hasilnya tidak ada hubungan
yang signifikan antara persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil
belajar bahasa Indonesia di SMK A-Hidayah Ciputat. Meskipun hasilnya
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan, penulis memberikan saran bagi
guru agar senantiasa meningkatkan cara mengajar dengan metode pembelajaran
yang efektif supaya siswa dapat pemahaman belajar dengan baik.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan segala
petunjuk kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam untuk Nabi dan Rasul yang paling mulia, Muhammad Saw beserta keluarga,
sahabat, dan orang shaleh yang senantiasa berjuang menegakkan Islam melalui
ilmu.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi, namun berkat bantuan dan
motivasi yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan. Penulis hanya dapat menyampaikan terima kasih yang terdalam dan
rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1. Nurlena Rifa’i, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmuu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
3. Dra. Hindun, M.Pd., Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
4. Makyun Subuki, M.Hum., Dosen Pembimbing yang tulus memberikan
arahan dan bimbingan terhadap penyelesaian skripsi ini.
5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
pengetahuan selama penulis belajar di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh petugas perpustakaan umum dan perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang telah membantu penulis dalam penyediaan
referensi skripsi.

ii
7. Drs. Sukoco DM, Kepala Sekolah SMK Al-Hidayah Ciputat serta personil
sekolah (dewan guru, pegawai tata usaha, siswa) yang telah
memperkenankan penulis mengadakan penelitian di SMK tersebut dan
memberikan bantuan di dalam pelaksanaan penelitian.
8. Keluarga penulis, keluarga besar H.Galinah dan H. Aspuri. Terutama
kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda H.M.Thoyib dan Ibunda
Hj.Ramah yang telah banyak memberikan kasih sayang, cinta, pengertian,
motivasi, dan bantuan berupa moril dan materil yang tidak putus-putus,
semua itu tidak akan pernah terbalas. Semoga Allah Swt selalu menjaga dan
membekahi kalian berdua. Aa iin dan K.ika sebagai kakakku, Chairul Rizal
dan Chairu Ulin Ni’mah sebagai adik-adikku tercinta yang sudah
memberikan dukungan dan motivasi.
9. Kepada rekan-rekan angkatan FITK 2007 terutama sahabat-sahabat PBSI
2007 kelas B, khususnya sahabat seperjuangan penulis yaitu DANHAFI
(Dante, Amel, Nyun-nyun, Hendri, Adul, Ali, Fatma, dan Inay). Yang telah
menciptakan pertemanan yang indah dan telah membuat hari-hari penulis
penuh dengan ceria dan haru. Terima kasih atas dukungan dan konstribusi
yang positif untuk penyelesaian skripsi ini. Semoga persahabatan kita akan
terus abadi.
10. Rekan-rekan PPKT 2010 Janah, Iis, K’Munzier, K’nung yang telah
mencurahkan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Untuk kakak-kakak senior, seperti K’Syaidah Miqisyawa, K’Rian Hidayat,
K’Alber Oki, K’Juned, K’yeti, yang telah memberikan doa dan inspirasi
dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Tidak luput juga teman-teman kosan alumni Imman Putri 2009 terutama
Ade Uswatun Jamiliah yang banyak kasih masukan. Khususnya teman-
teman kosan Bapak H. Tarmidzi Kertamukti yaitu mbak yuk, dik oval, kk
Opah, teh Ros yang telah mewarnai hari-hari penulis dan memberikan
motivasi yang positif. Rekan-rekan pengajar di SMP Islam Al-Hikmah
Pd.Cabe yang memberikan motivasi kepada penulis agar cepat selesai.

iii
13. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan yang kalian berikan, dapat
tergantikan oleh pahala dan rezeki berupa apapun dari Allah Swt.
Walaupun demikian, isi dan penulisan skripsi ini adalah tanggung jawab
penulis. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik bersifat membangun dari
berbagai pihak sehingga tugas akhir ini akan menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Jakarta, November 2011

Penulis

iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Permasalahan.................................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 6
D. Sistematika Penulisan .................................................................... 7

BAB II LANDASAN TEORI


A. Hakikat Persepsi ............................................................................. 9
B. Metode Pembelajaran ..................................................................... 16
C. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia ........................................ 24
D. Hakikat Hasil Belajar ..................................................................... 33
E. Kerangka Berpikir .......................................................................... 37
F. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 39
B. Metodologi Penelitian .................................................................... 39
C. Variabel Penelitian ......................................................................... 39
D. Populasi dan Sampel ...................................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 41
F. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ........................................................ 42
G. Teknik Pengolahan Data ................................................................ 43
H. Teknik Analisis dan Interprestasi Data .......................................... 44
I. Sumber Data ................................................................................... 48

v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Ciputat ................................. 49
B. Deskripsi dan Analisa Data ............................................................ 53
C. Pembahasan .................................................................................... 77

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ........................................................................................ 79
B. Saran ............................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81


LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skor Jawaban Angket ............................................................................ 42


Tabel 2 Kisi-kisi kuesioner persepsi siswa terhadap metode pembelajaran
guru Bahasa Indonesia SMK Al-Hidayah Ciputat ................................ 43
Tabel 3 Angka prosentase................................................................................... 45
Tabel 4 Indeks korelasi product moment ........................................................... 46
Tabel 5 Setiap Ada Pelajaran Bahasa Indonesia, saya masuk kelas dan ikut
belajar .................................................................................................... 54
Tabel 6 Guru Bahasa Indonesia memperhatikan semua siswa di kelas dan
memberikan contoh yang baik dalam kehidupam sehari-hari ............... 54
Tabel 7 Dalam mengajar, guru bahasa Indonesia menerangkan pelajaran
tanpa melihat dan membaca buku ......................................................... 55
Tabel 8 Guru bahasa Indonesia saya mengajarkan apa yang ada di
dalam buku paket ................................................................................... 55
Tabel 9 Guru bahasa Indonesia saya mampu menguasai materi Bahasa
Indonesia ......................................................................................................... 56
Tabel 10 Cara mengajar guru bahasa Indonesia membuat saya menyukai
pelajaran bahasa Indonesia.............................................................................. 57
Tabel 11 Saya menyukai pelajaran bahasa Indonesia karena guru yang
Bersangkutan................................................................................................... 57
Tabel 12 Saya menyukai metode pengajaran dari guru bahasa Indonesia
sekalipun mengharuskannya untuk belajar bahasa Indonesia
lebih keras .............................................................................................. 58
Tabel 13 Cara mengajar guru bahasa Indonesia membuat saya mengerti tentang
pelajaran bahasa Indonesia.............................................................................. 59
Tabel 14 Metode pembelajaran guru bahasa Indonesia memudahkan saya
dalam belajar bahasa Indonesia....................................................................... 59
Tabel 15 Saya menikmati tugas-tugas yang diberikan guru bahasa Indonesia .... 60
Tabel 16 Saya merasa jenuh belajar di dalam kelas ketika pelajaran
bahasa Indonesia .................................................................................... 60

vii
Tabel 17 Saya berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dari guru
bahasa Indonesia, meskipun tugas itu sangat sulit ................................ 61
Tabel 18 Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bahasa
Indonesia dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu................................ 62
Tabel 19 Saya senang ketika guru bahasa Indonesia menjelaskan tentang
majas dengan metode menghafal ........................................................... 62
Tabel 20 Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas puisi
dengan metode demonstrasi (maju ke depan kelas) .............................. 63
Tabel 21 Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas imbuhan
kata sepert ber-, pe-an, me-kan dengan metode tanya-jawab ................ 64
Tabel 22 Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas
kalimat khusus-umum atau umum-khusus dengan metode diskusi....... 64
Tabel 23 Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas
pidato dengan metode ceramah ............................................................. 65
Tabel 24 Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas
penulisan laporan dengan metode penugasan ........................................ 66
Tabel 25 Tabel perhitungan variabel X (skala persepsi siswa terhadap
metode pembelajaran guru bahasa Indonesia) ....................................... 67
Tabel 26 Hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas X PJ dan XI AP-1
dari nilai rapor semester ganjil dan genap ............................................. 70
Tabel 27 Tabel Perhitungan Variabel Y (Hasil Belajar Siswa) ............................ 72
Tabel 28 Persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa
Indonesia (X) dan hasil belajar (Y) ....................................................... 73
Tabel 29 Bantu Uji Korelasi Product Moment ..................................................... 74

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.1 Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu
yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama
pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2
Sebagai bagian dari masyarakat, pendidikan memiliki fungsi ganda
yaitu fungsi sosial dan fungsi individual. Fungsi sosialnya untuk
membantu setiap individu menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif.
Dengan, memberikan pengalaman kolektif masa lalu dan sekarang.
Sedangkan, fungsi individualnya untuk memungkinkan seorang
menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih produktif dengan
menyiapkannya untuk menghadapi masa depan (pengalaman baru). Fungsi
tersebut dapat dilakukan secara formal seperti yang terjadi di berbagai
lembaga pendidikan, maupun informal melalui berbagai kontak dengan

1
Permendiknas, Undang-Undang SISDIKNAS No.20 Th.2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
Cet. II, h. 3.
2
Ibid h. 7.

1
2

media informasi seperti buku, surat kabar, majalah, televisi, radio, dan
sebagainya.
Dengan demikian pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi
kehidupan karena dengan pendidikan yang maju dapat mensejahterakan
bangsa. Khususnya untuk Pendidikan bahasa Indonesia merupakan salah
satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa di sekolah. Bahasa
Indonesia selalu ada disetiap jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar
sampai perguruan tinggi sekalipun dan karena bahasa Indonesia
cakupannya lebih luas maka banyak pula persepsinya.
Pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran
yang sangat penting dalam lingkungan pendidikan formal seperti di
sekolah. Karena pelajaran bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang
harus diujikan dalam Ujian Nasional. Selain itu, bahasa Indonesia pun
dapat mencirikan suatu bangsa dan negara. Banyak masyarakat khususnya
siswa sangat meremehkan dan menganggap mudah terhadap pelajaran
bahasa Indonesia. Namun, dilihat dari hasil Ujian Nasional pelajaran
bahasa Indonesia mendapat nilai paling rendah dari mata pelajaran yang
lainnya. Dari hasil ujian tersebut diketahui bahwa persepsi tentang
pelajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan. Supaya siswa tidak
meremehkan dan menganggap mudah pelajaran bahasa Indonesia.
Dalam dunia pembelajaran, khususnya bahasa Indonesia pasti tidak
akan terlepas dari sebuah metode. Karena dengan adanya metode dapat
memudahkan guru untuk mengajar lebih baik, sehingga apa yang
diajarkan tetap sistematis, fokus pada sasaran dan memperlancar proses
pengajaran. Banyak sekali metode pembelajaran yang telah dikenal guru
akan tetapi bagaimana menggunakan suatu macam metode dengan
pendekatan keterampilan proses agar dapat menunjang siswa belajar aktif.
Karena siswa merupakan elemen yang penting dalam proses belajar
mengajar, tanpa adanya siswa guru tidak dapat mentransfer pengetahuan
yang dimiliki. Begitu juga sebaliknya tanpa adanya guru, siswa tidak dapat
3

belajar dengan sendirinya, bagaimanapun siswa butuh seorang yang


membimbing dia dalam belajar di sekolah.
Dari sini penulis mencoba untuk mengetahui bagaimana persepsi
siswa terhadap metode pembelajaran bahasa Indonesia. Karena dengan
mengetahui persepsi siswa itu dapat mempengaruhi proses pengajaran,
khususnya bahasa Indonesia, sehingga guru atau semua pihak yang
berkecimpung di dunia pendidikan dapat mengetahui bahwa sebenarnya
metode pembelajaran bahasa Indonesia yang diharapkan siswa itu seperti
apa dan menjadi sebuah masukan untuk para guru agar lebih baik lagi
dalam menggunakan metode pembelajaran, khususnya metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi bahasa Indonesia.
Setiap manusia pasti mempunyai pemikiran masing-masing tentang
suatu objek yang telah di amati. “Di dalam ilmu psikologi ada suatu istilah
pemrosesan informasi yang diterima dari pengamatan yaitu sering kita
dengar dengan istilah persepsi.”3 Istilah persepsi berasal dari bahasa
Inggris, yaitu “Perception” yang berarti pengamatan, tanggapan, daya
memahami atau menanggapi sesuatu.4 Selain itu persepsi juga dapat
disebut dengan kepuasan. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang atau dalam konteks ini penulis menyamakan dengan siswa yang
muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap
kinerja atau hasil dalam hal ini bagaimana metode pembelajaran yang
dilakukan guru bidang studi sesuai dengan berbagai macam materi dalam
bahasa Indonesia dan harapan-harapannya.
Dengan demikian kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau
kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja di bawah harapan pelanggan
(siswa) maka tidak puas. Jika kinerja (cara pengajaran guru) memenuhi
harapan maka pelanggan (siswa) akan merasa puas. Jika kinerja melebihi
harapan maka pelanggan (siswa) amat puas atau senang. Jadi, persepsi di

3
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada
Media, 2004), h. 87.
4
Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris- Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,
2003), h. 424.
4

sini pada dasarnya sama dengan kepuasan pelanggan. Pelanggan yang


dimaksud adalah siswa, bagaimana kesan mereka terhadap kinerja guru
dalam mengajar dan menggunakan metode pembelajaran mata pelajaran
yang bersangkutan khususnya bahasa Indonesia.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa
persepsi yaitu suatu proses psikis yang ada dalam diri seseorang, yang
dapat berupa kesan, anggapan, atau penilaian seseorang terhadap suatu
objek atau lingkungannya. Sehingga menghasilkan gambaran atau
anggapan pada diri seseorang terhadap apa yang telah diamatinya.
Persepsi merupakan proses awal dari interaksi manusia dengan
lingkungan sekitarnya. Persepsi merupakan proses subjektif pengolahan
bagaimana manusia dapat menilai suatu objek. Dalam arti luasnya persepsi
merupakan pandangan atau pengertian bagaimana seseorang memandang
atau mengartikan sesuatu. Persepsi merupakan hal yang penting karena
pandangan seseorang berperilaku terhadap suatu objek atau individu lain
tidaklah sama.
Dilihat dari segi psikologis, menurut penulis perbedaan persepsi
pada siswa merupakan hal yang menarik, karena setiap orang memiliki
persepsi yang berbeda-beda terhadap objek yang sama. Hal ini terjadi
karena berbagai macam faktor yang mempengaruhinya. Persepsi siswa
terhadap metode pembelajaran bahasa Indonesia ini perlu diketahui
dengan pertimbangan bahwa siswa adalah sasaran utama proses belajar
mengajar di sekolah, sehingga dengan demikian dapat dilakukan beberapa
penyesuaian yang tepat agar bahasa Indonesia ini mendapat apresiasi yang
menarik oleh siswa dan guru yang bersangkutan mendapat tempat dihati
siswa. Karena, bila metode pembelajarannya menyenangkan, sesuai, dan
tepat. Maka, akan mempengaruhi kesetabilan belajar yang kondusif dan
siswa dapat memahami pelajaran bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Berkaitan dengan bahasa Indonesia banyak persepsi negatif yang
berkembang dikalangan sebagian siswa, berdasarkan pengamatan penulis,
persepsi tersebut antara lain: bahasa Indonesia tidak menarik, tidak
5

menyenangkan, menjenuhkan, dan membosankan. Meski demikian,


terdapat pula sebagian siswa yang mempunyai persepsi positif bahwa
bahasa Indonesia sangat penting karena banyak yang beranggapan bahasa
Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib dipelajari dari sekolah dasar
hingga perguruan tinggi sekalipun. Bahkan, bila mempunyai hobi menulis
maka orang yang bersangkutan bisa menjadi penulis yang terkenal dan
hebat.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
mengetahui persepsi siswa terhadap metode pembelajaran bahasa
Indonesia, yang akan diuji kebenarannya melalui penelitian. Adapun judul
penelitian ini adalah: Persepsi Siswa terhadap Metode Pembelajaran Guru
dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat.

B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka ada beberapa
permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Banyak pelajar yang memiliki hasil belajar bahasa Indonesia yang
kurang.
b. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia kurang menguasai materi
yang diajarkan.
c. Mata pelajaran bahasa Indonesia yang membosankan.
d. Bahasa Indonesia diadakan di sekolah untuk di UN kan.
e. Metode pembelajaran yang kurang tepat dapat membuat siswa
tidak paham.
f. Media dan bahan pembelajaran yang kurang memadai sehingga
kurang efektif dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, penulis
membatasi masalah kepada:
6

a. Persepsi siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat terhadap metode


pembelajaran bahasa Indonesia terhadap hasil belajar siswa,
persepsi di sini yaitu tanggapan atau penerimaan siswa terhadap
sesuatu melalui panca indera.
b. Pelaksanaan bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat, kelas
X dan XI tahun ajaran 2010/2011, yang meliputi:
1) Kurikulum yang digunakan di SMK Al-Hidayah Ciputat
semester II kelas X dan XI tahun ajaran 2010/2011.
2) Metode pembelajaran yang digunakan guru pada bahasa
Indonesia.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalahnya sebagai berikut:
a. Bagaimana metode pembelajaran bahasa Indonesia di SMK Al-
Hidayah kelas X dan XI semester II tahun pelajaran 2010/2011?
b. Bagaimana persepsi siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat terhadap
metode pembelajaran bahasa Indonesia?
c. Bagaimana hubungan metode pembelajaran guru bahasa Indonesia
terhadap hasil belajar siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat kelas X
dan XI semester II tahun ajaran 2010/2011?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan bahasa Indonesia di SMK Al-
Hidayah Ciputat.
b. Untuk mengetahui persepsi siswa (kepuasan siswa) tentang metode
pembelajaran guru terhadap hasil belajar bahasa Indonesia di SMK
Al-Hidayah Ciputat.
c. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran guru bahasa
Indonesia terhadap hasil belajar siswa di SMK Al-Hidayah.
7

2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang berkenaan dengan persepsi siswa terhadap
bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat ini diharapkan
memberikan manfaat antara lain:
a. Teoretis
Diharapkan dapat memperkaya khazanah kepustakaan
kependidikan, khususnya mengenai persepsi siswa terhadap
metode pembelajaran bahasa Indonesia, serta dapat menjadi bahan
masukan bagi mereka yang berminat untuk menindaklanjuti hasil
penelitian yang berbeda dan dengan sampel penelitian yang lebih
banyak.
b. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi kepala
sekolah dan guru untuk dapat meningkatkan prestasi belajar pada
bahasa Indonesia guna meningkatkan mutu lembaga pendidikan.
Bagi siswa manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sikap dan pandangan positif terhadap bahasa Indonesia, karena
begitu pentingnya bahasa Indonesia sehingga dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.

D. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah
sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab, dan bab-bab tersebut
memiliki beberapa sub-sub yaitu:
Bab I. Pendahuluan, terdiri atas: Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II. Kajian Teori, terdiri atas: Hakikat Persepsi, Metode
Pembelajaran, Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia, Hakikat Hasil
Belajar, Kerangka Berfikir, dan Hipotesis Penelitian.
8

Bab III. Metodologi Penelitian, terdiri atas: Tempat dan Waktu


Penelitian, Metode Penelitian, Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel,
Teknik Pengumpulan Data, Instrument Penelitian, Teknik Pengolahan
Data, Teknik Analisis dan Interpretasi Data, dan Sumber Data.
Bab IV. Hasil Penelitian, terdiri atas: Gambaran Umum SMK Al-
Hidayah Ciputat, Deskripsi Data, Analisis dan Interpretasi Data.
Bab V. Penutup, terdiri atas: Simpulan dan Saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Kata persepsi berasal dari kata “perception” yang berarti
pengalaman, pengamatan, rangsangan, dan penginderaan.1 Persepsi
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.2
Maka objek dapat ditangkap melalui alat indera dan diproyeksikan pada
bagian tertentu di otak sehingga manusia dapat mengamati objek
tersebut. Makin besar struktur susunan syaraf dan otaknya, dan ditambah
dengan bertambahnya pengalaman tersebut dapat dikenal satu persatu
terhadap objeknya, dapat membedakan antara satu benda dengan benda
yang lainnya dan mengelompokkan benda yang berdekatan atau serupa,
kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan, dan
sebagainya itu disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan
pengamatan.
Pengamatan adalah aktivitas jiwa manusia mengenali rangsangan
yang sampai melalui alat-alat indera dengan kemampuan manusia.3
Kemampuan persepsi atau pengamatan manusia tidak hanya terbatas
kepada rangsangan yang berasal dari benda atau objek yang berasal dari
alam luar, tetapi juga dapat mengenali rangsangan sakit, lapar, dan
dahaga yang merupakan fakta-fakta objektif dari dalam diri manusia,
yang tidak tampak rupanya tetapi gejalanya dapat dirasakan oleh
sebagian rangsangan yang disebut persepsi.
Persepsi adalah suatu rangsangan yang disadari atau dikenal oleh
diri manusia dalam mengenali milleu (lingkungan) hidupnya.

1
Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia,2000),
cet. 24, h. 424.
2
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offest), h. 51.
3
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother’s, 2006), h. 54.

9
10

Rangsangan dapat mengenai diri manusia, dan tentunya tidak semuanya


manusia mempunyai intensitas dan mengandung maksud kegunaan yang
sama bagi diri manusia. Sehingga melalui perhatian itu, maka aktivitas
manusia dalam milleu (lingkungan) bersifat selektif. Dengan demikian
persepsi adalah proses dimana individu dapat mengenali objek-objek dan
fakta-fakta objektif dengan menggunakan alat-alat indera.4
Dalam diri manusia dapat mengenali dunia luar dengan
menggunakan alat penginderaannya dengan melalui stimulus yang dapat
diterimanya. Maka dari itu pada diri individu terdapat tubuh yang
bermacam-macam bagiannya berfungsi untuk dijadikan sebagai
komunikasi tubuh yang timbul pada rangsangan atau hasrat. Kemudian
dapat persepsikan pada tubuh yang dapat menerima rangsangan dengan
melalui alat penginderaan, sehingga individu menyadari dan mengerti itu
disebut persepsi.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun,
proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut dan
proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi
tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan
merupakan proses pendahulu dari proses persepsi.5 Proses penginderaan
yang melalui mata diteruskan kepusat syaraf yaitu otak, dan terjadilah
proses psikologis, sehingga individu-individu menyadari apa yang ia
lihat, apa yang ia dengar, apa yang ia rasa, dan sebagainya. Individu
tersebut mengalami persepsi.
Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa persepsi
merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan.
Penginderaan adalah merupakan proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indera disebut proses penginderaan. Proses
4
Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan,(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1993), h. 42 dan 46.
5
Bimo walgito, Pengantar Psikologi Umum,(Yogyakarta: Andi Offset, 1981), cet. 1, h.99.
11

penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu


menerima stimulus melalui alat indera, yaitu melalui mata sebagai alat
melihat, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat perasa, kulit
pada telapak tangan sebagai alat peraba, semuanya merupakan alat indera
yang digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu.
Persepsi merupakan pengorganisasian, penginterprestasian
terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan suatu yang
berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu.
Karena itu dalam penginderaan orang akan mengaitkan dengan objek.
Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan di sekitarnya
dan juga keadaan diri sendiri.
Dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar, tetapi juga dapat
datang dalam diri individu sendiri. Namun demikian sebagian besar
stimulus datang dari luar individu yang bersangkutan. Sekalipun persepsi
dapat melalui macam-macam alat indera yang ada pada diri individu,
tetapi sebagian besar persepsi melalui alat indera penglihatan. Karena
itulah banyak penelitian mengenai persepsi adalah persepsi yang
berkaitan dengan alat penglihatan.6
Objek-objek di sekitar kita, kita tangkap melalui alat-alat indera
dan diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga kita dapat
mengamati objek tersebut. Ia dapat memfokuskan perhatiannya pada satu
objek, sedangkan objek-objek yang lain disekitarnya dapat dianggap
sebagai latar belakang. Kemampuan untuk membedakan-membedakan,
mengelompokkan, memfokuskan, dan sebagainya itu, disebut sebagai
kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau persepsi.7
Kemampuan persepsi atau pengamatan manusia tidak hanya
terbatas kepada rangsangan yang berasal dari benda-benda atau objek-
objek yang berasal dari alam luar. Namun, juga dapat mengenali
rangsangan sakit, lapar, dan dahaga yang merupakan fakta-fakta objektif
6
Ibid, h. 100.
7
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Psikologi,(Jakarta: PT Bulan Bintang, 2000), cet.
Ke-8, h. 39.
12

dari dalam diri kita rasakan melalui rangsangan yang disebut persepsi.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan persepsi
adalah suatu proses psikologis, proses pemberian arti terhadap apa yang
dilihat atau diamati dengan menggunakan alat indera sebagai indera
penglihatan, pendengaran, peraba, dan penciuman.
Stimulus dapat datang dari dalam diri invidu sendiri, tetapi
sebagian besar stimulus datang dari luar individu yang bersangkutan.
Persepsi dapat melalui macam-macam alat indera yang ada pada diri
individu, tetapi sebagian besar persepsi melalui alat indera penglihatan,
karena persepsi merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri
individu. Maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam
persepsi.
Sesuatu yang dipersepsikan oleh seseorang dengan orang lain dapat
berbeda dalam pemaknaannya. Hal tersebut disebabkan karena apa yang
ada disekitar ditangkap oleh panca indera tidak langsung diartikan sama
dengan realitasnya. Pengertian tersebut pada orang yang
mempersepsikan, objek yang dipersentasikan serta situasi kelilingnya.
Berdasarkan persepsi atau pemberian arti dari apa yang ditangkap oleh
panca indera itulah maka seseorang melakukan aktivitas atau melakukan
sikap-sikap tertentu.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Beberapa faktor yang dianggap penting pengaruhnya terhadap
seleksi rangsangan dan juga dapat digunakan untuk persepsi atas orang
dan keadaan, yaitu:
a. Intensitas, rangsangan yang lebih intensif, mendapatkan lebih banyak
tanggapan daripada rangsangan yang kurang intens.
b. Ukuran, benda-benda yang lebih besar lebih menarik perhatian karena
barang yang lebih besar lebih cepat dilihat.
c. Kontras, hal-hal lain dari yang biasa kita lihat akan cepat menarik
perhatian. Banyak orang sadar atau tidak, melakukan hal-hal aneh
13

untuk menarik perhatian. Perilaku yang luar biasa menarik perhatian


karena prinsip-prinsip perbedaan itu.
d. Gerakan, hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada hal-
hal yang diam.
e. Ulangan, biasanya hal-hal yang berulang dapat menarik perhatian.
Akan tetapi, ulangan yang terlalu sering, dapat menghasilkan
kejenuhan semantik dan dapat kehilangan arti perseptif. Oleh karena
itu, ulangan mempunyai nilai yang menarik perhatian selama
digunakan dengan hati-hati
f. Keakraban, hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian.
g. Sesuatu yang baru, hal-hal yang baru juga menarik perhatian. Jika
orang sudah biasa dengan kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang
baru menarik perhatian.8
Sedangkan menurut Bimo Walgito ada tiga faktor yang
berpengaruh terhadap persepsi, yaitu:
a. Stimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang
stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi sudah dapat
menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsi oleh individu.
Kejelasan stimulus akan banyak berpengaruh dalam persepsi.
b. Fisiologis dan Psikologis, jika sistem fisiologisnya terganggu hal ini
akan berpengaruh dalam persepsi seseorang. Segi psikologis yang
mencakup pengalaman, perasaan kemampuan berpikir, kerangka
acuan, motivasi akan berpengaruh pada seseorang dalam mengadakan
persepsi.
c. Faktor lingkungan, situasi yang melatarbelakangi stimulus juga akan
berpengaruh dalam persepsi, lebih-lebih bila objek persepsi adalah
manusia. Objek dan lingkungan yang melatarbelakangi objek
merupakan kebulatan atau kesatuan yang suliut dipisahkan. Objek

8
Alex, Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), Cet. Ke-1, h. 453-455.
14

yang sama dengan situasi sosial yang berbeda, dapat menghasilkan


persepsi yang berbeda.9
Adapun menurut Zikri Neni, faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi adalah sebagai berikut:
a. Perhatian yang Selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat kita akan banyak menerima
banyak sekali rangsang dari lingkungan. Meskipun demikian ia tidak
harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu,
individualnya memusatkan perhatian pada rangsang-rangsang tertentu
saja, dengan demikian objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil
kemuka sebagai objek pengamatan.
b. Ciri-ciri Rangsang
Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih
menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar
diantaranya yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya, dan
intensitas rangsangnya paling kuat.
c. Nilai dan Kebutuhan Individu
Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam
pengamatannya dibanding seseorang yang bukan seniman.
d. Pengalaman Dahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang mempersepsi dunianya.10
3. Proses Terjadinya Persepsi
Tahap awal dari proses persepsi ini adalah sensasi. Sensasi adalah
kesadaran akan adanya suatu rangsang. Sensasi sama dengan
penginderaan. Semua rangsang masuk dalam diri seseorang melalui
panca indera, yang kemudian diteruskan ke otak yang menjadikan sadar
akan adanya rangsang tersebut. Rangsang yang sekedar masuk dalam diri
seseorang tetapi hanya menyadarinya tanpa mengerti atau memahami

9
Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), h. 54-55.
10
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan.. h. 74-75.
15

rangsang tersebut disebut sensasi. Tetapi jika disertai dengan pemahaman


atau pengertian tentang rangsang tersebut dinamakan persepsi.11
Proses terjadinya persepsi yaitu objek yang menimbulkan stimulus
dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus
mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik.
Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensorik
ke otak. Proses ini disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses
di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang
dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang
diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari
persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat
persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.
Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah
persiapan dalam persepsi. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan
bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi
individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh
keadaan sekitarnya. Namun demikian tidak semua stimulus mendapat
respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi
atau mendapat respon dari individu pada perhatian individu yang
bersangkutan.12
Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama, yaitu:
1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan
dari luar, intesitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang.
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk jadi
tingkah laku sebagai reaksi. Proses persepsi adalah melakukan
seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang
sampai.
11
MIF Baihaqi, Dkk, Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-gangguan), (Bandung: Refika
Aditama, 2005), h. 63.
12
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi Offest, 1981), h. 102.
16

Bagi hampir semua orang, sangatlah mudah untuk melakukan


perbuatan melihat, mendengar, membau, merasakan, dan menyentuh,
yakni proses-proses yang sudah ada semestinya ada. Namun, informasi
yang datang dari organ-organ indera, perlu terlebih dahulu
diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti, dan
proses ini dinamakan persepsi.
Jadi, dapat disimpulkan proses persepsi dari berbagai pendapat,
bahwa persepsi merupakan komponen pengamatan yang di dalam proses
ini melibatkan pemahaman dan penginterpretasian sekaligus.

B. Metode Pembelajaran
1) Pengertian Metode Pembelajaran
Metode merupakan salah satu unsur yang sangat penting
keberadaannya dalam pendidikan. Karena, dengan adanya metode
diharapkan mampu membantu guru dan siswa dalam tercapainya tujuan
pendidikan sesuai dengan kurikulum yang dicanangkan.
Pada prinsipnya bahwa manusia itu harus berusaha dan berikhtiar
dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau usaha dan dalam mengerjakan
suatu pekerjaan atau usaha tersebut tentu menggunakan cara, cara inilah
yang disebut metode. Adapun pengertian metode menurut arti etimologi
sebagaimana termaktub dalam suatu sosiologi suatu pengantar yang
mengartikan metode adalah cara kerja.13
Dengan demikian, metode pembelajaran adalah jalan atau cara
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai
kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata pelajaran.
Sehingga metode pembelajaran dapat diartikan suatu cara atau jalan
yang harus dilalui dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan yang
diharapkan.

13
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h.
48.
17

Untuk lebih jauh memahami tentang metode, maka penulis


mengemukakan beberapa definisi metode menurut pendapat para ahli.
Diantaranya, sebagai berikut:
a. Menurut Mahmud Yunus “metode adalah jalan yang hendak ditempuh
oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam
lingkungan perusahaan atau perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu
pengetahuan dan lainnya.” Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
metode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana dan
sistematis guna mencapai tujuan yang direncanakan.14
b. Menurut Ahmad Tafsir “metode adalah cara yang paling tepat dan
cepat dalam melakukan sesuatu.” Kata tepat dan cepat inilah yang
sering diungkapkan dengan efektif dan efisien. Pengajaran yang
efektif artinya pengajaran yang dapat dipahami murid secara
sempurna. Dalam ilmu pendidikan sering juga dikatakan bahwa
pengajaran yang berfungsi pada murid. Berfungsi artinya menjadi
milik murid, pengajaran itu membentuk dan mempengaruhi
pribadinya. Adapun pengajaran yang tepat adalah pengajaran yang
tidak memerlukan waktu yang lama. Jadi metode hanyalah menentuka
prosedur yang akan diikuti.15
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
metode adalah suatu cara atau jalan yang terencana dan sistematis. Yang
ditempuh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan tujuan
untuk memudahkan siswa dalam mencapai kompetensi yang telah
ditentukan.
Namun, dalam pemilihan dan penggunaan metode seorang guru
harus mampu mengetahui kelemahan dan kelebihan dari metode yang
akan digunakannya serta harus mampu mempertimbangkan aspek
efektifitas, efesiensi, dan relevansinya dengan tujuan pembelajaran.

14
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 87.
15
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), Cet. 9, h. 50-51.
18

Materi yang akan disampaikan, karakteristik siswa dan sebagainya.


Sehingga, siswa mampu menangkap, memahami, dan mengaplikasikan
makna yang terkandung di dalam materi pembelajaran tersebut.
Pembelajaran secara etimologi berasal dari kata “belajar” yaitu
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Kemudian dari
kata belajar tersebut diberi imbuhan /pe-/ dan /–an/ sehingga terbentuk
kata “pembelajaran” yang artinya proses, cara, perbuatan menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar.16
Sedangkan pengertian pembelajaran menurut pendapat para ahli,
adalah sebagai berikut:
a. Menurut Syaiful Sagala, “pembelajaran adalah membelajarkan siswa
menggunakan azas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan
proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru
sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik
(siswa).”
b. Menurut Corey, “pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam tingkah laku dan kondisi khusus atau menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu.”
c. Menurut Oemar Hamalik, “pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, materil, fasilitas, dan
perlengkapan, serta prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran.” Adapun yang termasuk unsur-unsur manusia
adalah siswa, guru, dan tenaga lainnya. Materil meliputi buku-buku,
papan tulis, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan
perlengkapan meliputi ruangan kelas, komputer, dan sebagainya.

16
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), h. 17.
19

Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik,


belajar, ujian, dan sebagainya.17
Dengan demikian, inti dari kegiatan pembelajaran adalah memilih,
menetapkan, dan mengembangkan metode pengajaran yang cocok
dengan kondisi yang ada guna mencapai kompetensi pembelajaran yang
diharapkan. Dan untuk mencapai hal tersebut harus berpijak pada empat
hal pokok yang disebut dengan kondisi pembelajaran, yaitu:
a. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b. Isi pembelajaran yang harus dipelajari peserta didik untuk mencapai
tujuan pembelajaran tersebut
c. Sumber belajar yang tersedia dan dapat mengantarkan pesan
pembelajaran yang lebih efektif dan efisien
d. Karakteristik peserta didik yang belajar.18
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh guru secara
sistematis dalam upaya memberi pemahaman kepada siswa dengan
tujuan agar dapat merubah tingkah lakunya sesuai dengan kompetensi
yang diharapkan. Selain itu, metode pembelajaran mempunyai arti lebih
dari sebagai alat untuk manyampaikan pengetahuan kepada otak siswa,
melainkan dapat pula sebagai alat untuk memperoleh keterampilan,
sikap, minat, dan nilai-nilai yang diinginkan. Berdasarkan hal tersebut,
dapat dipahami bahwa proses pengajaran yang dibangun oleh guru
sesungguhnya bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kreativitas, kemampuan berpikir, serta meningkatkan penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran sebaiknya
lebih memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”
bukan pada “apa yang dipelajari siswa”.

17
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 239.
18
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), Cet. 3, h. 185-186.
20

2) Kedudukan dan Fungsi Metode Pembelajaran


Dalam proses pendidikan, metode memiliki kedudukan yang
sangat signifikan untuk mencapai tujuan atau kompetensi pembelajaran.
Adapun kedudukan metode pembelajaran menurut Syaiful B. Djamarah
adalah:
a. Sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bergerak,
baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi terbagi menjadi dua
yaitu motivasi intrinsik (berasal dari dalam diri individu) dan motivasi
ekstrinsik (berasal dari luar diri individu). Oleh karenanya,
penggunaan metode oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar
berfungsi sebagai alat motivasi ekstrinsik atau pendorong yang berasal
dari luar individu yang bisa membuat orang/siswa belajar. Motivasi
memiliki kekuatan yang sangat besar dalam proses belajar mengajar
sehingga berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar salah satunya
dipengaruhi oleh adanya motivasi.
b. Menyiasati perbedaan individual anak didik
Anak didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, baik dari aspek psikologis maupun minat, bakat,
motivasi, lingkungan sosial dan keluarga, kebiasaan, dan lain-lain.
Oleh karenanya, penggunaan metode oleh guru dalam proses kegiatan
belajar diharapkan dapat menyiasati segala perbedaan tersebut,
sehingga anak didik mampu belajar atau menerima pelajaran sesuai
dengan karakteristiknya masing-masing.19
c. Untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode merupakan fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran
dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bahan pelajaran
yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode akan
mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Sebuah realita

19
Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar ,(Bandung: PT Refika
Aditama, 2007), Cet. 1, h. 55.
21

bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh


peserta didik walau sebenarnya materi yang disampaikan
sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang menarik
karena disampaikan dengan cara yang kurang baik atau kurang tepat,
maka materi tersebut kurang dapat dicerna oleh peserta didik sehingga
tujuan pembelajaran pun tidak tercapai secara maksimal.
Sedangkan fungsi metode pembelajaran secara umum adalah
sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksana
operasional pendidikan. Sedangkan dalam konteks lain metode
merupakan sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang
diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Karenanya dalam
memfungsikan metode terdapat suatu prinsip umum, yaitu prinsip agar
pengajaran dapat disampaikan dalam suasana menyenangkan,
menggembirakan, penuh dorongan, dan motivasi, sehingga pelajaran atau
materi itu dapat dengan mudah diberikan guru kepada siswa. Banyaknya
metode yang ditawarkan para ahli lebih merupakan usaha mempermudah
atau mencari jalan paling sesuai dengan perkembangan jiwa si anak
dalam menerima pelajaran.20
3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran
Pada prinsipnya, tidak satu pun metode yang dapat dipandang
sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap
bidang studi. Karena itu, guru tidak boleh sembarangan memilih serta
menggunakan metode pembelajaran. Berikut merupakan beberapa faktor
yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran
antara lain:
a. Tujuan yang hendak dicapai
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar
mengajar. Perumusan tujuan akan berpengaruh terhadap kemampuan
anak didik dan pemilihan metode yang akan digunakan. Oleh karena

20
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakart: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. I, h.93-
94.
22

itu, metode yang dipilih harus sejalan dengan taraf kemampuan yang
hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik. Artinya metodelah yang
harus tunduk kepada tujuan dan bukan sebaliknya. Kemampuan yang
bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan maka metode harus
mendukung sepenuhnya.
b. Materi pelajaran
Materi pelajaran adalah sejumlah bahan ajar yang hendak
disampaikan guru kepada siswa. Setiap mata pelajaran memiliki
materi yang berbeda-beda, dan untuk menyiasati perbedaan tersebut
maka diperlukan cara atau metode pembelajaran yang tepat agar
materi yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami dan
dikuasai oleh siswa, sehingga hasil belajar yang diperolehnya pun
dapat optimal.
c. Peserta didik
Peserta didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, baik dari aspek psikologis maupun minat, bakat,
kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga, dan harapan
masa depannya. Dimana semua perbedaan tadi akan berpengaruh
terhadap penentuan metode pembelajaran.
d. Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang diciptakan guru tidak
selamanya sama dari hari ke hari. Oleh karena itu, dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran seorang guru diharuskan dapat
menciptakan situasi yang dinamis, tidak hanya melakukan proses
pembelajaran di dalam kelas, namun pada waktu tertentu guru
sebaiknya melakukan proses pembelajaran di luar kelas atau di alam
terbuka.
e. Fasilitas
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di
sekolah, lengkap tidaknya fasilitas belajar dapat mempengaruhi
pemiihan dan penggunaan metode mengajar. Fasilitas belajar yang
23

lengkap akan sangat membantu guru dalam memilih dan


menggunakan metode yang bervariasi, sebaliknya ketiadaan metode
akan sangat mengganggu proses pembelajaran terutama dalam
pemilihan dan penggunaan metode.
f. Guru
Setiap orang memiliki kepribadian, performance style, kebiasaan,
dan pengalaman mengajar guru adalah latar belakang pendidikan.
Guru yang berlatar belakang pendidikan keguruan biasanya lebih
terampil dalam memilih metode dan tepat dalam menerapkannya.
Sedangkan guru yang latar belakang pendidikannya kurang relevan,
sekalipun tepat dalam menentukan metode, namun sering mengalami
hambatan dalam penerapannya. Jadi, untuk menjadi seoirang guru
pada intinya harus memiliki jiwa yang profesional. Dengan memiliki
jiwa keprofesionalan dalam menyampaikan pelajaran atau dalam
proses pembelajaran itu akan berhasil sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.21
Selain itu, Syaiful B. Djamarah dan Winarno Surakhmad (1991),
mengemukakan ada lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode
pembelajaran, yaitu:
a. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya
b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya
c. Situasi berlainan keadaannya
d. Fasilitas bervariasi secara kualitas dan kuantitas
e. Kepribadian dan kompetensi guru yang berbeda-beda.22
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran terdapat
beberapa faktor yang harus diperhatikan, diantaranya sebagai berikut:
a. Harus adanya kesesuaian antara metode yang digunakan dengan
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

21
Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar..., h. 60-61.
22
Ibid, h. 15.
24

b. Harus adanya kesesuaian antara metode yang digunakan dengan


kompetensi atau kemampuan yang dimiliki guru, karena baerhasil atau
tidaknya suatu strategi pembelajaran tergantung kepada kepiawaian
atau kompetensi guru dalam menggunakan metode.
c. Harus adanya kesesuaian antara metode dengan karakteristik peserta
didik. Karena ia merupakan subjek belajar yang memiliki karakteristik
berbeda-beda. Oleh karena itu, pemilihan dan penggunaan metode
yang dilakukan oleh guru diharapkan dapat menyiasati segala
perbedaan tersebut.
d. Harus adanya kesesuaian antara metode pembelajaran dengan situasi
dan kondisi pembelajaran berlangsung
e. Ketersediaan fasilitas yang dapat menunjang atau membantu proses
pembelajaran terutama dalam memilih dan menggunakan metode
yang bervariasi.

C. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia


Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 23 Metode
lebih bersifat prosedural dan sistemik karena tujuannya untuk mempermudah
pengerjaan suatu pekerjaan. Berikut ini dikemukakan secara garis besar
beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses belajar-
mengajar bahasa Indonesia.
a. Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang sangat populer di kalangan para
guru. Pada hakikatnya ceramah adalah cara menyampaikan informasi,
penjelasan tentang suatu konsep secara lisan. Dalam kegiatan belajar-
mengajar di kelas, guru menjelaskan secara lisan dan murid mendengarkan
penjelasan guru sambil mencatat hal-hal yang penting.

23
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), cet. Ke-3, h. 740.
25

Metode ceramah dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan


belajar mengajar pada waktu dan kondisi pembelajaran sebagai berikut:
1) Menjelaskan suatu hal kepada siswa sehingga mereka menyadari
pentingnya hal tersebut.
2) Membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajari sesuatu hal.
3) Jumlah siswa banyak.
4) Tidak tersedia atau sedikit sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh
siswa.
Salah satu kritik terhadap pemakaian metode ceramah adalah adanya
kecenderungan pemusatan kegiatan belajar-mengajar pada guru. Guru yang
merupakan sumber informasi yang sangat aktif selama berlangsungnya proses
pembelajaran. Sedangkan siswa hanya mendengarkan saja sambil mencatat
informasi dari guru. Untuk mengurangi kelemahan ini disarankan agar guru
melibatkan siswa selama proses pembelajaran, misalnya dengan memberi
kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk menyampaikan
tanggapan, pertanyaan terhadap materi yang diceramahkan oleh guru. Di
samping itu, disarankan juga guru menggunakan media pembelajaran untuk
mendukung ceramah yang disampaikannya.
b. Diskusi
Diskusi adalah metode pembelajaran yang sangat dianjurkan
penggunaannya dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran dengan
metode diskusi dapat menciptakan situasi pembelajaran yang memungkinkan
para siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Kondisi ini
sangat penting dalam proses belajar siswa. Di samping itu, penggunaan
metode diskusi memberikan keuntungan dampak pengiring yang berupa
kesempatan bagi siswa untuk berlatih menggunakan bahasa Indonesia secara
nyata dalam proses komunikasi. Selama berdiskusi mereka berbicara
mendengarkan, membaca, dan menulis secara serentak dalam suatu kegiatan
yang terpadu.
Dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia, diskusi pada
hakikatnya adalah suatu percakapan yang dilaksanakan baik secara klasikal
26

maupun kelompok untuk membahas suatu masalah. Dalam diskusi terjadi


pertukaran pikiran, pandangan, pendapat, serta pengetahuan dan pengalaman
antara para siswa yang mengarah pada pemecahan masalah. Konsep utama
dalam diskusi ini adalah pertukaran, artinya dalam diskusi sangat diutamakan
adanya proses saling memberi dan menerima pikiran, pandangan, pendapat,
serta pengetahuan dan pengalaman antara peserta diskusi. Oleh karena itu,
selama diskusi para siswa harus bisa menjadi pembicara dan pendengar yang
baik. Menjadi pembicara yang baik dalam arti para siswa mampu
menyampaikan pikiran, pendapat, dan pandangannya dengan jujur dan jelas.
Sedangkan menjadi pendengar yang baik dalam arti siswa bersedia dan
mampu mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang dibicarakan
temannya.
Metode diskusi digunakan pada waktu kegiatan belajar-mengajar
bahasa Indonesia dimaksudkan untuk:
1) Melatih siswa untuk mengidentifikasi, mengkaji, dan memecahkan suatu
masalah.
2) Melatih siswa memahami dan membahas isi suatu wacana lisan maupun
tulis serta memberikan tanggapan terhadapnya, serta
3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menyusun suatu
rencana kegiatan, melaksanakan, dan melaporkan hasilnya bersama-
sama.
Diskusi dapat dilaksanakan dalam kegiatan belajar-mengajar secara
klasikal dan dapat pula dalam kelompok. Pemilihan jenis yang akan
digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran atas topik yang akan
didiskusikan serta tujuan diskusi. Secara garis besar pelaksanaan masing-
masing jenis diskusi tersebut adalah sebagai berikut.
1) Diskusi kelas
Apabila jumlah siswa dalam suatu kelas cukup besar (lebih dari 20
orang), diskusi kelas dapat dilakasanakan dalam bentuk diskusi panel.
Dalam diskusi ini ada beberapa siswa yang bertindak sebagai panelis
yang menyampaikan pandangannya kemudian ditanggapi oleh para siswa
27

yang lain. Lalu lintas jalannya diskusi diatur oleh operator yang dapat
dijabat oleh guru atau bisa juga oleh seorang siswa.
Apabila jumlah siswa terlalu besar, diskusi kelas dapat
dilaksanakan dalam bentuk diskusi kelompok sebagai berikut.
2) Diskusi kelompok
Diskusi ini dilaksanakan dalam kelompok-kelompok yang
anggotanya tidak terlalu besar (10-20 orang). Apabila dipandang perlu
jumlah anggota kelompok itu bisa diperkecil lagi, misalnya 5-7 orang.
Diskusi kelompok ini dipimpin oleh seorang ketua kelompok yang
bertindak sebagai moderator dibantu oleh seorang pencatat (notulis).
Setiap anggota kelompok berpartisipasi secara aktif dalam diskusi.
Mereka mengemukakan pendapat, gagasan, tanggapan, komentar, dan
sebagainya berkaitan dengan topik diskusi. Perumusan hasil diskusi
kelompok merupakan tanggung jawab seluruh anggota kelompok yang
bersangkutan.
Dalam diskusi kelompok, guru dapat bertindak sebagai resource
yang memberikan masukan, penjelasan tentang sesuatu yang berkaitan
dengan topik diskusi, dan sebagainya.
Berikut ini dikemukakan contoh-contoh butir pembelajaran yang
sebaiknya diajarkan dengan menggunakan metode diskusi.
a) Menyusun rencana kegiatan kelas (misalnya olah raga, kesenian)
b) Menyusun rencana kegiatan wawancara atau kunjungan pengamatan.
c) Memahami dan menanggapi isi bacaan.
d) Membaca puisi dan membicarakan cara pengungkapannya dari segi
keindahan, keharuan, dan sebagainya.
e) Membaca cerpen atau bagian cerpen dan memberikan tokoh, latar
(waktu, tempat, dan budaya) alurnya.
Agar pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, perlu diperhatikan beberapa hal berikut.
a) Para siswa harus memahami topik diskusi yang akan didiskusikan.
Untuk itu topik diskusi harus sudah dirumuskan sejelas-jelasnya.
28

b) Para siswa harus mengetahui tujuan diskusi. Oleh karena itu, sebelum
dilaksanakan diskusi guru menjelaskan tujuan diskusi yang hendak
dilaksanakan.
c) Semua siswa harus terlibat aktif dalam diskusi. Hindarkan adanya
monopoli bicara oleh satu atau dua orang siswa saja.
d) Diskusi harus tetap pada pembahasan topik diskusi. Oleh karena itu,
pertanyaan-pertanyaan, sanggahan, dan tanggapan yang tidak relevan
dengan topik diskusi tidak perlu dijawab.
e) Apabila terjadi penyimpangan diskusi, guru perlu meluruskan
kembali.
c. Resitasi (Penugasan)
Metode resitasi (penugasan) merupakan salah satu mtode yang
selektif dalam pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan
kurikulum/GBPP Bahasa Indonesia 1994. Karakteristik resitasi ini sesuai
dengan pendekatan komunikatif serta pendekatan integratif dalam
kurikulum tersebut.
Resitasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah satu metode
pembelajaran yang berupa pemberian tugas kepada siswa untuk melakukan
suatu kegiatan dalam kerangka pembelajaran bahasa Indonesia. Siswa
melaksanakan kegiatan tersebut dan mempetanggungjawabkan hasil
pelaksanaan tugasnya.
Tugas-tugasnya antara lain:
1) Mengadakan pengamatan dan menuliskan laporan hasilnya.
2) Membuat kliping tentang berbagai artikel yang berkaitan dengan bahasa
Indonesia.
3) Membaca artikel, makalah, buku, dan menuliskan tanggapan terhadap
isinya.
4) Membaca karya sastra (novel, cerpen, puisi, naskah drama) dan
menuliskan pembahasannya.
5) Menulis artikel, esai, kritik, dan sebagainya.
6) Menulis kreatif (puisi, cerpen, drama)
29

7) Menulis berbagai jenis surat.


Langkah-langkah pemakaian metode resitasi.
1) Menentukan tugas yang akan diberikan kepada siswa berdasarkan butir-
butir pembelajaran yang memerlukan kegiatan atau latihan di luar jam-
jam pembelajaran di kelas.
2) Membahas tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh siswa bersama
mereka.
3) Membagi-bagi tugas secara kelompok atau individual.
4) Mengoreksi hasil pekerjaan para siswa.24
d. Metode Tanya-Jawab
Yaitu suatu cara penyajian bahwa pelajaran melelui berbagai
pertanyaan yang dijawab oleh siswa. Dalam metode ini memungkinkan
adanya komunikasi langsung yang bersifat timbal balik pada saat
terjadinya dialog antara siswa dengan guru sehingga yang kurang jelas
dapat ditanyakan langsung.
Metode ini cukup efektif jika digunakan dalam penyampaian
materi pelajaran Bahasa Indonesia karena membuat siswa lebih aktif untuk
berfikir atau bertanya materi yang belum jelas. Tetapi apabila guru tidak
menguasai metode ini maka banyak siswa yang pasif.
e. Metode simulasi
Metode simulasi merupakan metode mengajar yang dapat
digunakan dalam pembelajaran kelompok. Mengajar dengan simulasi
objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, tetapi kegiatan
mengajarr yangbersifat pura-pura. Simulasi dapat dilakukan oleh siswa
karena kegiatan pembelajarannya menuntut adanya kemampuan siswa
dalam berinteraksi dalam kelompok.
Ada beberapa jenls model simulasi diantaranya adalah: bermain
peran, sosiodrama, permainan simulasi, dan sebagainya.

24
Imam Syafi’ie, Roekhan, dan Ma’mur Saadie, Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), cet. II, h. 1.14-1.19.
30

Bermain peran merupakan permainan dalam bentuk dramatisasi,


sekelompok siswa melaksanakan kegiatan tertentu yang telah diarahkan
oleh guru. Simulasi ini lebih menitikberatkan pada tujuan untuk mengingat
atau menciptakan kembali gambaran masa silam yang memungkinkan
terjadi pada masa yang akan datang atau peristiwa tersebut bermakna bagi
kehidupan sekarang.
Sosiodrama adalah suatu kelompok yang belajar memcahkan
masalah yang berhubungan dengan masalah individu sebagai makhluk
sosial. Misalnya hubungan antara anak terhadap orang tua, antara siswa
dengan teman kelompoknya, dan sebagainya. Permainan simulasi siswa
adalah siswa bermain peran sesuai dengan peran yang ditugaskan sebagai
pembuat keputusan. Prosedur metode simulasi yang harus ditempuh dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan topik simulasi diarahkan oleh guru.
2) Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas.
3) Melaksanakan simulasi dengan diawali petunjuk dari guru tentang
prosedur, teknik, dan peran yang dimainkan.
4) Proses pengamatan terhadap proses, peran, teknik, dan prosedur dapat
dilakukan dengan diskusi.
5) Kesimpulan dan saran dari kegiatan simulasi.
Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang
metode simulasi diantaranya:
1) Kemampuan membimbing siswa dalam mengarahkan teknik,
prosedur, dan peran dalam simulasi.
2) Memberikan ilustrasi.
3) Menguasai pesan yang dimaksud dengan simulasi tersebut.
4) Dapat mengamati secara proses, simulasi yang dilakukan oleh siswa
denga baik.
Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan
dalam penerapan metode simulasi adalah:
1) Kondisi minat, perhatian, dan motiasi siswa dalam bersimulasi.
31

2) Pemahaman terhadap pesan yang akan disimulasikan.


3) Kemampuan dasar berkomunikasi dan berperan.
f. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang
menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung
objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses
tertentu. Demontrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam
pelaksanaan demontrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat
memperhatikan terhadap objek yang akan didemonstrasikan. Sebelum
proses demonstrasai guru sudah mempersiapkan alat-alat yang akan
digunakan dalam demontrasi tersebut.
Guru dituntut menguasai bahan pelajaran serta mengorganisasi
kelas, jangan sampai guru terlena dengan demonstrasinya tanpa
memperhatikan siswa secara menyeluruh. Ada beberapa prosedur metode
demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran adalah:
1) Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran.
2) Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan.
3) Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari
siswa.
4) Penguatan (diskusi, tanya-jawab, dan latihan) terhadap hasil
demonstrasi.
5) Kesimpulan.
Kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang
metode demonstrasi diantaranya:
1) Mampu secara proses tentang topik yang dipraktekkan
2) Mampu mengelola kelas, menguasai siswa secara menyeluruh.
3) Mampu menggunakan alat bantu yang digunakan.
4) Mampu melaksanakan penilaian proses.
Adapun kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan
dalam penerapan metode demonstrasi adalah:
32

1) Siswa memiliki motivasi, perhatian, dan minat terhadap topik yang


akan didemonstrasikan.
2) Memahami tentang tujuan atau maksud yang akan didemonstrasikan.
3) Mampu mengamati proses yang dilakukan oleh guru.
4) Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam
demonstrasi.25
g. Metode inquiri
Metode pembelajaran ini bertujuan agar siswa terangsang oleh
tugas dan mencari sendiri pemecahan masalah itu, mencari sumber sendiri
dan belajar bersama dalam kelompoknya.
h. Metode karya wisata
Metode pembelajaran ini berlangsung di luar kelas. Siswa diajak ke
suatu objek tertentu untuk meneliti atau meninjau guna memperoleh
pengalaman langsung dari objek yang dikunjunginya.26
Jadi dengan demikian, bermacam-macam metode dapat digunakan
dalam pembelajaran. Tetapi bagaimana menggunakan suatu macam
metode pembelajaran yang sesuai dan tepat agar dalam kegiatan belajar
mengajar lebih efektif dalam penyampaian materi supaya dapat menunjang
siswa belajar aktif dan dapat memahami isi materi yang disampaikan.
Jadi dengan demikian, ciri-ciri penggunaan metode pembelajaran
itu baik, apabila semua kegiatan pembelajaran dapat:

1. Mengundang rasa ingin tahu murid,


2. Menantang murid untuk belajar,
3. Mengaktifkan mental, fisik dan psikis murid,
4. Memudahkan guru,
5. Mengembangkan kreativitas murid, serta
6. Mengembangkan pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari.

25
Udin S. Winataputra, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), cet.
IV, h. 4.21-4.26.
26
Iskandarwasid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 69.
33

D. Hakikat Hasil Belajar


1. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan suatu
pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan yang ingin dicapai
karena suatu usaha telah dilakukan oleh seseorang (siswa). Terdapat beberapa
pengertian dan makna hasil belajar seperti beberapa pendapat di bawah ini.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah “hasil belajar pada hakikatnya
adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya
melakukan aktivitas belajar.”27 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, “hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan
terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui tes.” Ali suparman
mengemukakan, bahwa “hasil belajar adalah penilaian keberhasilan siswa
dalam mencapai perilaku yang berasa di dalam dirinya yang tergantung pada
tingkah laku yang dapat diterima atau dicapai oleh siswa secara sempurna.”28
Adapun menurut Arikunto, “hasil belajar adalah hasil setelah
mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk
perbuatan yang dapat diamati dan diukur.”29 Sedangkan Gagne berpendapat
hasil belajar merupakan kapabilitas atau kemampuan yang diperoleh dari
proses belajar yang dikategorikan dalam empat macam, yaitu:
a. Keterampilan motorik dalam hal ini perlu adanya koordinasi dari beberapa
gerak badan.
b. Invormasi verbal, seseorang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara,
menulis, menggambar, dalam hal ini untuk mengemukakan sesuatu perlu
intelegensi.
c. Kemampuan intelektual, seseorang mampu berinteraksi dengan dunia luar
dan diri sendiri. Dengan menggunakan simbol-simbol atau dalam bentuk
representasi.
d. Strategi kognitif, adalah keterampilan intelektual khusus yang berkenaan
dengan tingkah laku seseorang apa yang telah dipelajarinya.
27
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.20.
28
Alwi Suparman, Desain Intruksional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), h. 26.
29
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1993), h. 133.
34

e. Sikap, sikap ini penting dalam proses belajar, tanpa kemampuan ini belajar
tidak akan berhasil dengan baik.30
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil
belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar mengajar dan
perubahan tingkah laku yang dialami seseorang dari pengalaman belajarnya
setelah melalui proses belajar dalam periode tertentu. Hasil belajar itu sendiri
mencakup ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
2. Tipe-tipe hasil belajar
Tipe hasil belajar merupakan tujuan yang ingin dicapai, ada tiga
bagian, yaitu bidang kognitif, bidang afektif, dan bidang psiomotorik.
Bidang-bidang tersebut tidak dapat berdiri sendiri, namun merupakan hasil
belajar di sekolah dalam proses pembelajaran. Secara jelas diuraikan sebagai
berikut:
a. Hasil belajar bidang kognitif
Tipe hasil belajar pada bidang ini berkenaan dengan pengetahuan
siswa, seperti mengetahui tentang konsep, fakta atau istilah dalam proses
pembelajaran. Dalam tipe ini kata kerja yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan siswa adalah menyebutkan, membedakan, menjelaskan,
menghubungkan, menerapkan, membandingkan, menyimpulkan, menilai,
dan sebagainya.
b. Hasil belajar bidang afektif
Tipe hasil belajar pada bidang ini berkenaan dengan sikap dan nilai
yang mengacu pada tingkah laku, seperti disiplin, memperhatikan
pelajaran, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar, dan sebagainya.
c. Hasil belajar bidang psikmotorik
Hasil belajar pada bidang ini berkenaan dengan keterampilan (skill)
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar ini meliputi: persepsi,
kesiapan, gerak penyesuaian, kreativitas, dan sebagainya.

30
Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 22-23.
35

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa


Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Drs. M.
Ngalim Purwanto, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar dapat diikhtisarkan sebagai berikut:31
Grafik 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Alam
Lingkungan
Sosial

Kurikulum
Instrumental
Guru

Faktor Sarana dan Fasilitas


Administrasi
Fisiologis Kondisi Fisik
Dalam
Kondisi Panca Indra
Psikologis
Bakat, Minat, Motivasi, dan kecerdasan

Menurut Zikri Neni Iska, terdapat dua faktor yang mempengaruhi


proses belajar, yaitu:
a. Faktor internal, yakni:
1) Faktor fisiologi, yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera.
2) Faktor psikologi, yakni terdiri dari bakat, minat, kecerdasan,
motivasi, dan kemampuan kognisi.
b. Faktor eksternal, yakni:
1) Faktor lingkungan, yang terdiri dari alam dan sosial.
2) Faktor instrumental, yang terdiri dari kurikulum, guru, sarana
prasarana, administrasi, dan manajemen.32
Menurut M. Alisuf Sabri, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar dirumuskan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1) Faktor-faktor lingkungan, yakni:

31
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002) h. 107.
32
Zikri Neni Iska, Psikologi: Pengantar Pemahaman....., h. 85.
36

a) Faktor lingkungan alam, yang meliputi keadaan suhu,


kelembapan udara, waktu, tempat sekolah, dan sebagainya.
b) Faktor lingkungan sosial, yaitu manusia dan budayanya.
2) Faktor-faktor lingkungan instrumental, yang terdiri dari
gedung/sarana fisik kelas, sarana pengajaran serta strategi belajar
mengajar.
3) Faktor-faktor kondisi internal siswa, yakni:
a) Faktor fisiologis, yang terdiri dari kondisi kesehatan,
kebugaran fisik, dan kondisi panca indera.
b) Faktor psikologis, yang terdiri dari minat, bakat, intelegensi,
motivasi, dan kemampuan-kemapuan kognitif seperti: ingatan,
berpikir, dan persepsi.33
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
dengan efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan
serta hasil belajarnya, disamping itu juga kondisi internal dan eksternal
turut pula mendukung. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dengan baik.
Disamping kondisi internal dan eksternal siswa, faktor metode belajar
yang dipakai siswa juga mempengaruhi taraf keberhasilan proses dan hasil
pembelajaran siswa tersebut.
4. Faktor-faktor yang menghambat hasil belajar siswa
Dalam proses belajar, yang dialami siswa tidak selalu lancar seperti
yang diharapkan, terkadang mereka mengalami kesulitan atau hambatan
dalam belajar, hambatan-hambatan itu antara lain:
a. Endogen, yaitu hambatan yang timbul dari diri siswa, hal ini dapat
bersifat biologis seperti hambatan yang bersifat kejasmanian, contohnya
kesehatan, cacat tubuh, kurang makan, dan sebagainya.
b. Exogen, yaitu hambatan yang timbul dari luar diri siswa. Seperti orang
tua yang berwujud pada cara mendidik, hubungan orang tua dengan
anaknya, suasana rumah, keadaan sosial ekonomi, juga dapat timbul
dari sekolah dan masyarakat.

33
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), cet. III, h. 59-60.
37

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hambatan atau kesulitan


yang dialami siswa belajar itu tidak terlepas dari faktor endogen (yang ada
dalam diri siswa) maupun faktor exogen (yang ada diluar diri siswa).

E. Kerangka Berpikir
Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran di sekolah, baik tingkat dasar
maupun tingkat lanjutan. Mata pelajaran ini terkenal sebagai pelajaran yang
kurang disenangi siswa, karena banyak sebagian siswa yang menganggap
mudah untuk dipelajari terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia dan malas
untuk membaca.
Jika keadaan ini dibiarkan dalam waktu yang panjang, tentu akan
berpengaruh bagi hasil belajar siswa baik pada pelajaran bahasa Indonesia
maupun pelajaran yang lain. Rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia siswa
disebabkan karena siswa enggan untuk belajar, karena malas untuk membaca
atau metode pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat ketika
mengajar.
Belajar merupakan proses aktif dari siswa untuk membangun
pengetahuannya. Dalam proses belajar mengajar di kelas, cara seorang guru
dalam menyampaikan meteri pelajaran dan menggunakan alat bantu yang
sesuai mempengaruhi keberhasilan proses mengajar tersebut. Untuk itu
sekolah harus dapat memberikan fasilitas yang dapat memudahkan siswa
dalam menyerap materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik.
Secara teori kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang
dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna
membelajarkan siswa. Di sini, tentu saja tugas guru adalah berusaha
menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi
semua siswa dalam berbagai macam ilmu pengetahuan, salah satunya adalah
bahasa Indonesia.
Guru diharapkan dapat membantu kesulitan atau hambatan yang
dialami siswa dalam belajar, sehingga mereka dapat memahami dan
38

memecahkann masalah. Guru harus mendorong dan meningkatkan jalannya


proses belajar siswa serta berusaha agar materi yang disampaikan dapat
dipahami dan dimengerti. Sehingga apa yang dilakukan dalam pembelajaran
harus disesuaikan dengan taraf berpikir siswa. Dalam pembelajaran bahasa
Indonesia penggunaan metode oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar
sangatlah penting, guru diminta mampu menjadi fasilitator yang profesional
dalam proses pembelajaran.

F. Hipotesis Penelitian
Hipotesa adalah dugaan sementara, yang sifatnya bisa benar atau juga
bisa salah. Maka untuk itulah diperlukan penelitian. Dengan demikian, dari
kerangka berpikir di atas hipotesa yang diajukan penulis sementara ini adalah
untuk benar atau tidaknya dugaan sementara penulis mengenai hubungan
disiplin belajar terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan teori yang telah
diuraikan di atas, untuk menguji penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
Ha : terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap
metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di
SMK Al-Hidayah Ciputat.
Ho : tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap
metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di
SMK Al-Hidayah Ciputat.
Jika terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap
metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK Al-
Hidayah Ciputat, maka berarti Ha (Hipotesa alternatif) diterima sedangkan
Ho (Hipotesa Nihil) ditolak.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang dilakukan di SMK Al-Hidayah Ciputat
yang bertempat di JL. RE. Martadinata No.07 Kota Tangerang Selatan.
Adapun waktu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mulai
saat pembuatan proposal yaitu tanggal 15 Maret 2011 hingga 01
September 2011. Dengan tahapan sebagai berikut: melihat keadaan
sekolah, membuat proposal penelitian, studi pustaka, penyusunan
instrumen, dan mengadakan penelitian.

B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dan bersifat
deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis atau
menjawab permasalahan yang menyangkut keadaan pada waktu itu,
yang sedang berjalan atau situasi yang ada pada saat ini.
Adapun model penelitian deskriptif yang dipakai adalah deskriptif
survei, yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun
kecil. Tetapi, data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil
dari populasi tersebut. Dengan, menggunakan kuesioner sebagai alat
pengukur data yang pokok yang dilakukan di sekolah SMK Al-
Hidayah Ciputat kelas X dan XI semester II tahun ajaran 2010/2011.

C. Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai,
berbeda-beda, dan dapat berubah-ubah. Variabel menurut Sutrisno
Hadi adalah gejala yang bervariasi.1 Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel yang digunakan yaitu variabel yang mempengaruhi yang
disebut variabel penyebab, variabel bebas ataupun independent

1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), Cet. XIII, h. 116.

39
40

variabel yang dilambangkan dengan huruf X dan variabel akibat atau


dependent variabel yang dilambangkan dengan huruf Y. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel X (variabel bebas) adalah persepsi
siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia,
sedangkan yang menjadi variabel Y (variabel terikat) adalah hasil
belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang diukur
melalui hasil rapor semester ganjil dan genap.

D. Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan nilai yang mungkin, hasil pengukuran
ataupun perhitungan, kualitatif ataupun kuantitatif mengenai
karateristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan
jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Sampel adalah bagian dari
sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tersebut.2
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI
SMK Al-Hidayah Ciputat yang berjumlah 308 siswa. Dalam penelitian
ini penulis mengambil sampel sebanyak 10% dari populasi yang ada,
dengan demikian sampelnya berjumlah 30 siswa.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
random sampling, yang dalam hal ini peneliti tidak mengendalikan
salah satu variabel tersebut dan setiap responden akan diberikan
kesempatan yang sama. Dengan perincian bahwa sampel tersebut telah
mewakili dan sesuai dengan perbandingan frekuensi di dalam populasi
secara keseluruhan.
Sedangkan objek penelitian adalah metode pembelajaran guru
bahasa Indonesia dan sebagai informasinya adalah siswa-siswi dan
guru bahasa Indonesia.

2
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif), (Jakarta: Bumi Aksara,
2005),Cet. Ke-III, h.12.
41

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang peneliti gunakan dalam memperoleh data adalah
dengan tiga cara yaitu:
1. Observasi, sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan
dengan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
fenomena-fenomena yang diselidiki. Melalui observasi ini
maka penulis memperoleh data mengenai kondisi sekolah,
guru, karyawan, sarana, dan prasarana di SMK Al-Hidayah
Ciputat.
2. Wawancara, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Wawancara merupakan proses tanya-jawab dalam penelitian
yang berlangsung secara lisan dengan dua siswa atau lebih
dengan bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keterangan-keterangan.3 Dalam hal ini
penulis mengadakan komunikasi langsung dengan kepala
sekolah, guru bidang studi Bahasa Indonesia untuk
mendapatkan data yang objektif mengenai masalah yang
menjadi objek penelitian.
3. Angket, yaitu suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan
mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti.
Untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden
(orang-orang yang menjawab jadi yang diselidiki).4 Cara
angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
tertutup, yakni angket yang ada pada setiap itemnya telas
tersedia alternatif-alternatif jawaban sehingga responden dapat
dengan mudah memilih salah satu jawaban dari jawaban
alternatif yang telah tersedia.

3
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005),
cet. Ke-72, h. 83.
4
Ibid, h. 76.
42

Urutan penyusunan angket terdiri dari beberapa aspek. Aspek


yang pertama adalah aspek identitas. Aspek yang kedua adalah
aspek petunjuk pengisian, dan aspek yang ketiga aspek daftar
daftar pernyataan, yang peneliti gunakan untuk mengetahui
tentang persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru
bahasa Indonesia.

F. Kisi-kisi Instrument Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif
bentuk pernyataan kuesioner (angket). Angket yang digunakan dalam
pengambilan data yaitu angket persepsi siswa tentang metode
pembelajaran guru bahasa Indonesia sebanyak 20 item penyataan.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel:
a. Variabel bebas (X) : Persepsi siswa terhadap metode pembelajaran
guru bahasa Indonesia
b. Variabel terikat (Y) : Hasil belajar siswa
Tabel 1
Skor Jawaban Angket
Skor Pernyataan
No Alternatif Jawaban
Positif (+) Negatif (-)
1 Selalu (SL) 5 1,25
2 Sering (SR) 3,75 2,5
3 Kadang-kadang (KD) 2,5 3,75
4 Tidak Pernah (TP) 1,25 5

Tabel berikut memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai


penyebaran butir-butir item dari tiap-tiap variabel penelitian.
43

Tabel 2
Kisi-kisi Kuesioner
Persepsi Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Guru Bahasa
Indonesia SMK Al-Hidayah Ciputat kelas X dan XI semester II
tahun ajaran 2010/2011
No.
Jumlah
No. Dimensi Indikator Pernyataan
Item
dalam angket
1. a.Persepsi Siswa  Kemampuan guru bidang 2, 3, dan 4 3
terhadap metode studi dalam mengajar
pembelajaran  Kemampuan guru bidang 5 1
Bahasa Indonesia studi dalam menguasai
materi pembelajaran
 Metode pembelajaran 8 dan 10 2
memudahkan siswa dalam
belajar
 Metode pembelajaran yang 15, 16, 17, 6

dipakai bervariatif 18, 19, dan


20
2. b. Persepsi siswa  Guru bidang studi membuat 1, 6, 7, dan 8 4
terhadap guru ketertarikan mata pelajaran
bidang studi sehingga siswa anusias
dalam belajar 11, 12, 13, 4
 Guru bidang studi mampu dan 14
membuat penugasan dengan
baik dan benar
Jumlah 20

G. Teknik Pengolahan Data


Setelah semua data selesai dikumpulkan dengan lengkap, maka
tahap selanjutnya adalah tahap pengolahan data. Adapun langkahnya-
langkahnya sebagai berikut:
44

1. Editing, semua angket harus diteliti satu persatu tentang


kelengkapan dan kebenaran pengisian sehingga terhindar dari
kekeliruan dan kesalahan.
2. Skoring, setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya adalah
memberikan skor terhadap item-item pernyataan yang terdapat
pada angket dalam bentuk pilihan ganda. Untuk memudahkan
perhitungan masing-masing diberi bobot nilai yang bergerak dari 5
sampai 1,25 sesuai dengan kualitas jawabannya yang disusun
sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban SL, dengan bobot nilai 5
b. Alternatif jawaban SR, dengan bobot nilai 3,75
c. Alternatif jawaban KD, dengan bobot nilai 2,5
d. Alternatif jawaban TP, dengan bobot nilai 1,25
3. Tabulating yaitu mentabulasi data jawaban yang telah diberikan ke
dalam bentuk tabel selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekuensi
dan prosentase.

H. Teknik Analisis dan Interpretasi Data


1. Untuk menganalisis setiap variabel digunakan teknik analisis
secara deskriptif (dengan prosentase), yaitu dengan
menggunakan rumus frekuensi relatif sebagai berikut:
F
Rumus : P = x 100%
N
Keterangan :
P = angka persentase
F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu) .5
100% bilangan tetap (kostanta).

5
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafido Persada, 1999), cet.
Ke-5, h. 40.
45

Tabel 3 Angka prosentase


No Prosentase % Penafsiran
1 100 % Seluruhnya
2 90-99% Hampir Seluruhnya
3 60-89% Sebagian Besar
4 51-59% Lebih Dari Setengah
5 50% Setengahnya
6 40-49% Hampir Setengahnya
7 10-39% Sebagian Kecil
8 1-9% Sedikit Sekali
9 0% Tidak Ada

2. Interpretasi Data
a. Analisa Hubungan Dua Variabel
Sedangkan untuk menganalisis hubungan kedua variabel tersebut
digunakan teknik analisa korelasional dengan rumus Product Moment.
Rumus tersebut sebagai berikut:
N  XY   X  Y 
rxy =
[ N  X 2   X  ][ N  Y 2   Y  ]
2 2

Keterangan:
rxy = Angka korelasi “r” Product Moment
N = Banyaknya subyek (number of cases)
X = Jumlah skor dalam sebaran X (persepsi siswa terhadap metode
pembelajaran Bahasa Indonesia)
Y = Jumlah skor dalam sebaran Y (persepsi siswa terhadap Bahasa
Indonesia)
XY = Jumlah hasil skor X dengan skor Y
2
X = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
Y2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
46

Kemudian setelah menganalisis hubungan antara kedua


variabel di atas, penulis memberikan interpretasi terhadap angka
indeks korelasi “r” Product Moment serta menarik kesimpulan yang
dilakukan dengan dua cara:
a) Interprestasi secara sederhana atau secara kasar yaitu dengan
mencocokan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi
product moment seperti di bawah ini:

Tabel 4
Indeks Korelasi Product Moment

Besarnya "r" Interpretasi


Product Moment ( rxy )

0,00-0,20 Antara variable X dengan variable Y memang


terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat
lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu
diabaikan.

0,20 -0,40 Antara variable X dengan variable Y terdapat


korelasi yang lemah atau rendah

0,40 -0,70 Antara variable X dengan variable Y terdapat


korelasi yang sedang atau cukup

0,70 -0,90 Antara variable X dengan variable Y terdapat


korelasi yang kuat atau tinggi

0,90 -1,00 Antara variable X dengan variable Y terdapat


korelasi yang sangat tinggi

b) Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “r” Product Moment,


yaitu dengan cara:
1) Merumuskan Hipotesa alternatif (Ha) dan Hipotesa nihil (Ho)
47

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa


terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa
Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi siswa
terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa
Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat. 6
Kriteria Pengujian:
Tolak Ho jika Thitung > Ttabel
2) Menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesa yang telah
diajukan, dengan cara membandingkan besarnya “r” yang
tercantum dalam tabel derajat bebas (db) atau degree of freedom
(df) dengan menggunakan rumus:
df = N – nr
Keterangan:
df = degree of freedom
N = number of cases
Nr = banyaknya variabel yang di korelasikan.
Hasilnya dikonsultasikan pada tabel “r” Product Moment dari
person untuk df taraf signifikan 5 0
0 .
Selanjutnya untuk mengetahui dan mencari seberapa besar
pengaruh variabel x terhadap variabel y dengan rumus sebagai berikut:

KD  r 2 100 % .7

Keterangan :

KD = Koefisien determination (Kontribusi variabel x terhadap


variabel y)
r2 = Koefesien korelasi antara variabel x dan variabel y.

6
Ibid, h. 193-194.
7
M. Subana, Statistik Pendidikan , (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h.174.
48

I. Sumber Data
Sumber data yang penulis lakukan yaitu:
1. Guru Pendidikan Bahasa Indonesia
Guru pendidikan Bahasa Indonesia dalam penelitian ini sebagai
informan tentang persepsi siswa terhadap metode pembelajaran
bahasa Indonesia.
2. Para Siswa
Sumber data yang diperoleh dari angket yang disebarkan kepada
responden yaitu para siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat Tangerang
Selatan kelas X dan XI semester II tahun ajaran 2010/2011.
3. Wali kelas
Sumber data yang diperoleh dari hasil belajar siswa adalah
melalui rekapitulasi nilai semester ganjil dan genap yang penulis dapat
dari wali kelas masing-masing.
4. Kepala Sekolah dan Staf Kesiswaan
Sumber data yang penulis lakukan kepada kepala sekolah dan
staf kesiswaan mengenai kondisi objektifitas sekolah.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang berupa hasil
penghitungan akhir serta pembahasan hasil penelitian, sedangkan untuk perincian
data hasil penghitungan dapat dilihat pada bagian lampiran-lampiran. Data yang
didapat dalam penelitian ini berasal dari hasil observasi, sebar angket dan
wawancara.
A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Ciputat
1. Profil SMK Al-Hidayah Ciputat
NPSN : 20603274 NSS : 342022317027
Nama SMK : SMK Al-Hidayah Status : Swasta
No. SK pendirian : 1099/102/kep/OT/95 Tgl SK : 28/11/95
Penandatanganan SK : Dinas pendidkan PBM : Siang
Sertifikasi ISO 9001:2000: bersitifikat
Alamat : Jl. R.E. Martadinata No. 7 Rt.04 Rw.05
Desa : Cipayung Kecamatan : Ciputat
Kab/Kota : Tang-Sel Provinsi : Banten
Kode Pos : 15411 Telepon: 021 74709740
Fax : 021 74709740
Kepala Sekolah: Drs. Sukoco D.M Hp : 081380645690
Jml Guru : Total 26 (PNS: 7 Non PNS: 19) (Guru tetap: 5, guru
tidak tetap: 14).
Lahan SMK
Status Kepemilikan Lahan
No Jenis Lahan Luas (M2)
Pemerintah/ Yayasan Lainnya
1 Luas Bangunan 841 M2 Yayasan
2 Luas Lahan Tanpa
359 M2 Yayasan
Bangunan
3 Total Luas Lahan
1200 M2 Yayasan
Seluruhnya

49
50

2. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya


SMK Al-Hidayah Ciputat adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang
berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam AL-Hidayah. Yayasan
Pendidikan Islam AL-Hidayah sendiri berdiri sejak tahun 1926 yang
didirikan oleh K.H. Moch. Noor.
Pada awalnya yayasan pendidikan ini hanya menyelenggarakan
pendidikan nonformal berupa majlis Ta’lim yang kemudian
menyelenggarakan pendidikan formal tingkat dasar yaitu Madrasah
Diniyah. Dalam perjalanannya yayasan Al-Hidayah kemudian
menyelenggarakan jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMPS
(Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial) yang kemudian menjadi SMK Al-
Hidayah.
SMK Al-Hidayah Ciputat tepat berdiri dan beroperasional sejak tahun
1983 Sekolah ini sekarang telah memiliki fasilitas-fasilitas yang cukup
lengkap dengan jumlah siswa yang terus berkembang. SMK Al-Hidayah
Ciputat yang awalnya berada di daerah yang sekarang telah menjadi pusat
perbelanjaan Ciputat telah memiliki tempat sendiri dengan alamat Jl.RE.
Martadinata No.7 Cipayung Ciputat 15411.
3. Visi dan Misi
a. Visi sekolah
1) Terwujudnya pendidikan yang bermutu efisien dan relevan.
2) Unggul dan berkualitas dalam mewujudkan pengembangan standar
proses pembelajaraan, yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
3) Unggul dan berkualitas dalam mewujudkan peningkatan standar
kelulusan.
4) Unggul dan berkualitas dalam mewujudkan pengembangan fasilitas
pendidikan yang terkini dan canggih.
5) Unggul dan bermutu dalam mewujudkan pengembangan tenaga
pendidik dan pendidikan yang jujur, profesional, terampil, tangguh
dan berkompeten di bidangnya.
51

b. Misi sekolah
1) Mewujudkan pendidikan dan bermutu efisien dan relevan.
2) Mewujudkan metode pembelajaran yang aktif, kreatif dan
menyenangkan.
3) Mewujudkan penembangan standar pencapaian ketuntasan belajar
dan peningkatan standar kelulusan setiap tahunnya.
4) Mewujudkan prasarana pembelajaran yang inovatif dan canggih
5) Mewujudkan pendidikan dan tenaga kependidikan yang jujur,
profesional, terampil, dan canggih.
6) Mewujudkan sistem yang transparan, akuntabel, partisipatif, dan
objektif.
4. Pengurus, Pendidik, Karyawan, dan Siswa
a. Susunan Pengurus
Ketua yayasan : H.M. Anwar Nur,S.Ag
Ka. Bid .Pendidikan : Drs Yasmin
Kepala sekolah : Drs Sukoco .DM
Waka kurikulum : Siti Zubaidah, S.pd
Waka kesiswaan : Endang Hidayat, A. Md
b. Tenaga Pendidik
1. Drs. Sukoco DM. 12. Budi Arya Darma , S.kom
2. Siti Zubaidah, S.pd. 13 . H M.Imron, S.pd
3. Endang Hidayat,A. Md 14. Drs .Yasmin
4. Abdul Kodir, S.pd. 15. Mustolih Udin, SE
5. Drs. Ruslan Abdul Gani 16. Ade Laily Suryani ,S.Ag
6. Umaeroh, S. pd 17. Muhamad Idrus, S.pdi
7. Supardi Z,Ba 18. Tugiran ,S.E.
8. Badri, S.Ag 19. Siti Suryani, S.Pd
9.Yuli Sudarwanto 20. Lukman Hakim ,A.MD
10. Hafidulloh, S.pd 21. Rusli ,S.pdi
11. Maryanah ,S.pd 22. Sri Rahayu ,S.pd
52

c. Karyawan
1. Resni 5. Sri Mulyani
2. Via Aprilia 6. Pak. Udin
3. Didi Awaludin 7. Yanah
4. Wahyudin

d. Keadaan siswa
Adm PJ Jumlah
Tingkat Rombel Rombel
L P L P L P
X 12 32 1 35 6 1 47 38
XI 29 36 2 19 17 1 48 53
XII 32 50 2 22 18 1 54 68
Jumlah 73 118 76 41 308

5. Sarana dan Prasarana


a. Administrasi
1) Ruang kepala sekolah (satu)
2) Ruang guru (satu)
3) Ruang pelayanan administrasi (satu)
4) Ruang BP dan OSIS
b. Kegiatan belajar
1) Ruang kelas (sepuluh)
2) Ruang praktek/bengkel/workshop (dua)
3) Ruang lab.fisika/kimia/biologi
4) Ruang lab.bahasa (satu)
5) Ruang praktek komputer (satu)
c. Penunjang pendidikan
1) Ruang perpustakaan (satu)
2) Ruang unit produksi (satu)
3) Ruang pramuka, koperasi, UKS (satu)
4) Ruang ibadah
53

d. Penunjang lainnya
1) Ruang bersama atau aula (satu)
2) Kantin sekolah (satu)
3) Toilet (empat)
4) Gudang (satu)
5) Lapangan olahraga (satu)

B. Deskripsi dan Analisa Data


Dari keseluruhan siswa/siswi SMK Al-Hidayah Ciputat yang berjumlah
308 siswa diambil data sampel penelitiannya dengan perhitungan prosentase
10% dari jumlah siswa. Maka diperoleh hasil 30 orang yang menjadi sampel.
Selanjutnya dari siswa/siswi yang dijadikan responden, diberikan sebuah
angket penelitian yang didalamnya berisi 20 item pertanyaan (20 soal untuk
pertanyaan variabel X dan 30 hasil belajar siswa dari nilai rapor untuk variabel
Y) yang diharapkan nantinya dapat mengetahui hubungan antara persepsi
metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia siswa.
Setelah data terkumpul, peneliti mengolah dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi yang dilengkapi prosentase dengan menggunakan rumus:
F
Rumus : P = x 100%
N
Keterangan :
P = Angka Prosentasenya
F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya
N = Jumlah sampel.
Untuk mengetahui secara deskriptif tentang persepsi siswa terhadap
metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia siswa di SMK
Al-Hidayah Ciputat.
1. Variabel X (Persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa
Indonesia)
Berikut penulis sajikan hasil angket dari 20 pertanyaan yang diberikan
kepada beberapa siswa secara acak di SMK Al-Hidayah Ciputat.
54

Tabel 5
Setiap ada pelajaran bahasa Indonesia, saya masuk kelas dan ikut belajar
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
1. Selalu (SL) 20 66,7
Sering (SR) 10 33,3
Kadang-kadang (KD) - -
Tidak Pernah (TP) - -
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 20 siswa sekitar 66,7 %
menjawab setiap ada pelajaran bahasa Indonesia, masuk kelas dan ikut belajar,
kemudian 10 siswa sekitar 33,3 % menjawab setiap ada pelajaran bahasa
Indonesia, masuk kelas dan ikut belajar, sedangkan kadang-kadang dan tidak
pernah untuk masuk kelas dan ikut belajar setiap ada pelajaran bahasa
Indonesia tidak ada. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa siswa lebih banyak
selalu masuk dan ikut belajar setiap ada pelajaran bahasa Indonesia.
Tabel 6
Guru bahasa Indonesia saya memperhatikan semua siswa di kelas dan
memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
2. Selalu (SL) 5 16,7
Sering (SR) 11 36,7
Kadang-kadang (KD) 13 43,3
Tidak Pernah (TP) 1 3,3
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 5 siswa sekitar 16,7%
menjawab guru bahasa Indonesia selalu memperhatikan semua siswa di kelas
dan memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari, kemudian 11
siswa sekitar 36,7% menjawab sering, sedangkan yang menjawab kadang-
kadang sebanyak 13 siswa dengan prosentase 43,3%, dan yang menjawab tidak
pernah ada 1 siswa dengan prosentase 3,3%. Dengan demikian, dapat dilihat
55

bahwa guru kadang-kadang memperhatikan semua siswa di kelas dan


memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 7
Dalam mengajar, guru bahasa Indonesia menerangkan pelajaran tanpa
melihat dan membaca buku
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
3. Selalu (SL) 3 10
Sering (SR) 6 20
Kadang-kadang (KD) 16 53,3
Tidak Pernah (TP) 5 16,7
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 3 siswa sekitar 10% menjawab
dalam mengajar, guru bahasa Indonesia selalu menerangkan pelajaran tanpa
melihat dan membaca buku, kemudian 6 siswa sekitar 20% menjawab dalam
mengajar, guru bahasa Indonesia sering menerangkan pelajaran tanpa melihat
dan membaca buku, sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 16
siswa dengan prosentase 53,3%, dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 5
siswa dengan prosentase 16,7%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa dalam
mengajar, guru bahasa Indonesia kadang-kadang menerangkan pelajaran tanpa
melihat dan membaca buku.
Tabel 8
Guru bahasa Indonesia saya mengajarkan apa yang ada di dalam buku
paket
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
4. Selalu (SL) 19 63,3
Sering (SR) 6 20
Kadang-kadang (KD) 3 10
Tidak Pernah (TP) 2 6,7
Jumlah 30 100
56

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 19 siswa sekitar 63,3%
menjawab guru bahasa Indonesia selalu mengajarkan apa yang ada di dalam buku
paket, kemudian 6 siswa sekitar 20% menjawab guru bahasa Indonesia sering
mengajarkan apa yang ada di dalam buku paket, sedangkan yang menjawab
kadang-kadang sebanyak 3 siswa dengan prosentase 10%, dan yang menjawab
tidak pernah sebanyak 2 siswa dengan prosentase 6,7%. Dengan demikian, dapat
dilihat bahwa guru bahasa Indonesia selalu mengajarkan apa yang ada di dalam
buku paket.

Tabel 9
Guru bahasa Indonesia saya mampu menguasai materi Bahasa Indonesia
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
5. Selalu (SL) 11 36,7
Sering (SR) 9 30
Kadang-kadang (KD) 10 33,3
Tidak Pernah (TP) - -
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 11 siswa sekitar 36,7%
menjawab guru bahasa Indonesia selalu mampu menguasai materi bahasa
Indonesia, kemudian 9 siswa sekitar 30% menjawab guru bahasa Indonesia
sering, sedangkan yang menjawab guru bahasa Indonesia kadang-kadang
mampu menguasai materi bahasa Indonesia sebanyak 10 siswa dengan
prosentase 33,3%, dan yang menjawab tidak pernah tidak ada. Dengan
demikian, dapat dilihat bahwa guru bahasa Indonesia kadang-kadang mampu
menguasai materi bahasa Indonesia.
57

Tabel 10
Cara mengajar guru bahasa Indonesia membuat saya menyukai pelajaran
bahasa Indonesia
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
6. Selalu (SL) 8 26,7
Sering (SR) 6 20
Kadang-kadang (KD) 14 46,7
Tidak Pernah (TP) 2 6,7
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 8 siswa sekitar 26,7%
menjawab cara mengajar guru bahasa Indonesia selalu membuat siswa
menyukai pelajaran bahasa Indonesia, kemudian 6 siswa sekitar 20%
menjawab sering, sedangkan yang menjawab cara mengajar guru bahasa
Indonesia kadang-kadang membuat siswa menyukai pelajaran bahasa
Indonesia sebanyak 14 siswa dengan prosentase 46,7%, dan yang menjawab
tidak pernah sebanyak 2 siswa dengan prosentase 6,7%. Dengan demikian,
dapat dilihat bahwa cara mengajar guru bahasa Indonesia kadang-kadang
membuat siswa menyukai pelajaran bahasa Indonesia.
Tabel 11
Saya menyukai pelajaran bahasa Indonesia karena guru yang bersangkutan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
7. Selalu (SL) 6 20
Sering (SR) 7 23,3
Kadang-kadang (KD) 10 33,3
Tidak Pernah (TP) 7 23,3
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 6 siswa sekitar 20% menjawab
siswa selalu menyukai pelajaran bahasa Indonesia karena guru yang
bersangkutan, kemudian 7 siswa sekitar 23,3% menjawab siswa sering
menyukai pelajaran bahasa Indonesia karena guru yang bersangkutan,
58

sedangkan yang menjawab siswa kadang-kadang menyukai pelajaran bahasa


Indonesia karena guru yang bersangkutan sebanyak 10 siswa dengan
prosentase 33,3% dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 7 siswa dengan
prosentase 23,3%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa
kadang-kadang menyukai pelajaran bahasa Indonesia karena guru yang
bersangkutan.
Tabel 12
Saya menyukai metode pengajaran dari guru bahasa Indonesia sekalipun
mengharuskannya untuk belajar bahasa Indonesia lebih keras
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
8. Selalu (SL) 9 30
Sering (SR) 6 20
Kadang-kadang (KD) 13 43,3
Tidak Pernah (TP) 2 6,7
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 9 siswa sekitar 30% menjawab
siswa selalu menyukai metode pembelajaran dari guru bahasa Indonesia
sekalipun mengharuskan untuk belajar bahasa Indonesia lebih keras, kemudian
6 siswa sekitar 20% menjawab sering, sedangkan yang menjawab kadang-
kadang siswa menyukai metode pembelajaran dari guru bahasa Indonesia
sekalipun mengharuskan untuk belajar bahasa Indonesia lebih keras sebanyak
13 siswa dengan prosentase 43,3% dan yang menjawab tidak pernah sebanyak
2 siswa dengan prosentase 6,7%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih
banyak siswa yang kadang-kadang menyukai metode pembelajaran dari guru
bahasa Indonesia sekalipun mengharuskan untuk belajar bahasa Indonesia lebih
keras.
59

Tabel 13
Cara mengajar guru bahasa Indonesia membuat saya mengerti tentang
pelajaran bahasa Indonesia
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
9. Selalu (SL) 10 33,3
Sering (SR) 5 16,7
Kadang-kadang (KD) 15 50
Tidak Pernah (TP) - -
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 10 siswa sekitar 33,3%
menjawab guru bahasa Indonesia selalu membuat siswa mengerti tentang
pelajaran bahasa Indonesia, kemudian 5 siswa sekitar 16,7% menjawab sering,
sedangkan yang menjawab kadang-kadang guru bahasa Indonesia membuat
siswa mengerti tentang pelajaran bahasa Indonesia sebanyak 15 siswa dengan
prosentase 50% dan yang menjawab tidak pernah tidak ada. Dengan demikian,
dapat dilihat bahwa lebih banyak kadang-kadang guru bahasa Indonesia
membuat siswa mengerti tentang pelajaran bahasa Indonesia.
Tabel 14
Metode pembelajaran guru bahasa Indonesia memudahkan saya dalam belajar
bahasa Indonesia
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
10. Selalu (SL) 8 26,7
Sering (SR) 7 23,3
Kadang-kadang (KD) 15 50
Tidak Pernah (TP) - -
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 8 siswa sekitar 26,7%
menjawab metode pembelajaran guru bahasa Indonesia selalu memudahkan
siswa dalam belajar bahasa Indonesia, kemudian 7 siswa sekitar 23,3%
menjawab sering, sedangkan yang menjawab kadang-kadang metode
60

pembelajaran guru bahasa Indonesia memudahkan siswa dalam belajar bahasa


Indonesia sebanyak 15 siswa dengan prosentase 50%, dan yang menjawab
tidak pernah tidak ada. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak
metode pembelajaran guru bahasa Indonesia kadang-kadang memudahkan
siswa dalam belajar bahasa Indonesia.
Tabel 15
Saya menikmati tugas-tugas yang diberikan guru bahasa Indonesia
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
11. Selalu (SL) 9 30
Sering (SR) 5 16,7
Kadang-kadang (KD) 15 50
Tidak Pernah (TP) 1 3,3
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 8 siswa sekitar 30% menjawab
siswa selalu menikmati tugas-tugas yang diberikan guru bahasa Indonesia,
kemudian 5 siswa sekitar 16,7% menjawab siswa sering menikmati tugas-tugas
yang diberikan guru bahasa Indonesia, sedangkan yang menjawab siswa
kadang-kadang menikmati tugas-tugas yang diberikan guru bahasa Indonesia
sebanyak 15 siswa dengan prosentase 50%, dan yang menjawab tidak pernah
ada 1 siswa dengan prosentase 3,3%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa
lebih banyak siswa kadang-kadang menikmati tugas-tugas yang diberikan guru
bahasa Indonesia.
Tabel 16
Saya merasa jenuh belajar di dalam kelas ketika pelajaran bahasa
Indonesia
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
12. Selalu (SL) 1 3,3
Sering (SR) 3 10
Kadang-kadang (KD) 19 63,3
Tidak Pernah (TP) 7 23,3
Jumlah 30 100
61

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 1 siswa sekitar 3,3% menjawab
siswa selalu merasa jenuh belajar di dalam kelas ketika pelajaran Bahasa
Indonesia, kemudian 3 siswa sekitar 10% menjawab siswa sering merasa jenuh
belajar di dalam kelas ketika pelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan yang
menjawab siswa kadang-kadang merasa jenuh belajar di dalam kelas ketika
pelajaran Bahasa Indonesia sebanyak 19 siswa dengan prosentase 63,3%, dan
yang menjawab tidak pernah sebannyak 7 siswa dengan prosentase 23,3%.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa kadang-kadang
merasa jenuh belajar di dalam kelas ketika pelajaran Bahasa Indonesia.
Tabel 17
Saya berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dari guru bahasa
Indonesia, meskipun tugas itu sangat sulit
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
13. Selalu (SL) 12 40
Sering (SR) 6 20
Kadang-kadang (KD) 12 40
Tidak Pernah (TP) - -
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 12 siswa sekitar 40%
menjawab siswa selau berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia dari guru
bahasa Indonesia, meskipun tugas itu sangat sulit, kemudian 6 siswa sekitar
20% menjawab siswa sering berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia
dari guru bahasa Indonesia, meskipun tugas itu sangat sulit, sedangkan yang
menjawab siswa kadang-kadang berusaha mengerjakan tugas bahasa Indonesia
dari guru bahasa Indonesia, meskipun tugas itu sangat sulit sebanyak 12 siswa
dengan prosentase 40%, dan yang menjawab tidak pernah tidak ada. Dengan
demikian, dapat dilihat bahwa siswa selalu dan kadang-kadang berusaha
mengerjakan tugas bahasa Indonesia dari guru bahasa Indonesia, meskipun
tugas itu sangat sulit.
62

Tabel 18
Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bahasa Indonesia
dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
14. Selalu (SL) 9 30
Sering (SR) 14 46,7
Kadang-kadang (KD) 7 23,3
Tidak Pernah (TP) - -
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 9 siswa sekitar 30% menjawab
siswa selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bahasa Indonesia
dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu, kemudian 14 siswa sekitar 46,7%
menjawab siswa sering mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bahasa
Indonesia dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu, sedangkan yang menjawab
kadang-kadang sebanyak 7 siswa dengan prosentase 23,3%, dan yang
menjawab tidak pernah tidak ada. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih
banyak siswa sering mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bahasa
Indonesia dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu.
Tabel 19
Saya senang ketika guru bahasa Indonesia menjelaskan tentang majas
dengan metode menghafal
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
15. Selalu (SL) 9 30
Sering (SR) 6 20
Kadang-kadang (KD) 13 43,3
Tidak Pernah (TP) 2 6,7
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 9 siswa sekitar 30% menjawab
siswa selalu senang ketika guru bahasa Indonesia menjelaskan tentang majas
dengan metode menghafal, kemudian 6 siswa sekitar 20% menjawab siswa
sering senang ketika guru bahasa Indonesia menjelaskan tentang majas dengan
63

metode menghafal, sedangkan yang menjawab siswa kadang-kadang senang


ketika guru bahasa Indonesia menjelaskan tentang majas dengan metode
menghafal sebanyak 13 siswa dengan prosentase 43,3%, dan yang menjawab
tidak pernah sebanyak ada 2 siswa dengan prosentase 6,7%. Dengan demikian,
dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa kadang-kadang senang ketika guru
bahasa Indonesia menjelaskan tentang majas dengan metode menghafal.
Tabel 20
Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas puisi dengan
metode demonstrasi (maju ke depan kelas)
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
16. Selalu (SL) 10 33,3
Sering (SR) 2 6,7
Kadang-kadang (KD) 10 33,3
Tidak Pernah (TP) 8 26,7
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 10 siswa sekitar 33,3%
menjawab guru bahasa Indonesia selalu menyenangkan bila membahas puisi
dengan metode demonstrasi (maju ke depan kelas), kemudian 2 siswa sekitar
6,7% menjawab sering, sedangkan yang menjawab guru bahasa Indonesia
kadang-kadang menyenangkan bila membahas puisi dengan metode
demonstrasi (maju ke depan kelas) sebanyak 10 siswa dengan prosentase 33,3
%, dan yang menjawab tidak pernah ada 8 siswa dengan prosentase 26,7%.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa guru bahasa Indonesia selalu dan
kadang-kadang menyenangkan bila membahas puisi dengan metode
demonstrasi (maju ke depan kelas).
64

Tabel 21
Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas imbuhan kata
seperti /ber-/, /pe-an/, /me-kan/ dengan metode tanya-jawab
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
17. Selalu (SL) 10 33,3
Sering (SR) 7 23,3
Kadang-kadang (KD) 9 30
Tidak Pernah (TP) 3 10
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 10 siswa sekitar 33,3%
menjawab guru bahasa Indonesia selalu menyenangkan bila membahas
imbuhan kata seperti /ber-/, /pe-an/, /me-kan/ dengan metode tanya jawab,
kemudian 7 siswa sekitar 23,3% menjawab guru bahasa Indonesia sering
menyenangkan bila membahas imbuhan kata seperti /ber-/, /pe-an/, /me-kan/
dengan metode tanya jawab, sedangkan yang menjawab guru bahasa Indonesia
kadang-kadang menyenangkan bila membahas imbuhan kata seperti /ber-/, /pe-
an/, /me-kan/ dengan metode tanya jawab sebanyak 9 siswa dengan prosentase
30%, dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 3 siswa dengan prosentase
10%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak guru bahasa
Indonesia selalu menyenangkan bila membahas imbuhan kata seperti /ber-/,
/pe-an/, /me-kan/ dengan metode tanya jawab.
Tabel 22
Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas kalimat
khusus-umum atau umum-khusus dengan metode diskusi
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
18. Selalu (SL) 6 20
Sering (SR) 7 23,3
Kadang-kadang (KD) 14 46,7
Tidak Pernah (TP) 3 10
Jumlah 30 100
65

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 6 siswa sekitar 20% menjawab
guru bahasa Indonesia selalu menyenangkan bila membahas kalimat umum-
khusus atau khusus-umum dengan metode diskusi, kemudian 7 siswa sekitar
23,3% menjawab sering, sedangkan siswa yang menjawab guru bahasa
Indonesia kadang-kadang menyenangkan bila membahas kalimat umum-
khusus atau khusus-umum dengan metode diskusi sebanyak 14 siswa dengan
prosentase 46,7%, dan yang menjawab tidak pernah ada 3 siswa dengan
prosentase 10%. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa
menjawab guru bahasa Indonesia kadang-kadang menyenangkan bila
membahas kalimat umum-khusus atau khusus-umum dengan metode diskusi.
Tabel 23
Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas pidato
dengan metode ceramah
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
19. Selalu (SL) 10 33,3
Sering (SR) 7 23,3
Kadang-kadang (KD) 10 33,3
Tidak Pernah (TP) 3 10
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 10 siswa sekitar 33,3%
menjawab guru bahasa Indonesia selalu menyenangkan bila membahas materi
pidato dengan metode ceramah, kemudian 7 siswa sekitar 23,3% menjawab
guru bahasa Indonesia sering menyenangkan bila membahas materi pidato
dengan metode ceramah, sedangkan siswa yang menjawab guru bahasa
Indonesia kadang-kadang menyenangkan bila membahas materi pidato dengan
metode ceramah sebanyak 10 siswa dengan prosentase 33,3%, dan yang
menjawab tidak pernah ada 3 siswa dengan prosentase 10%. Dengan demikian,
dapat dilihat bahwa guru bahasa Indonesia selalu dan kadang-kadang
menyenangkan bila membahas materi pidato dengan metode ceramah.
66

Tabel 24
Guru bahasa Indonesia saya menyenangkan bila membahas penulisan
laporan dengan metode penugasan
No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase (%)
20. Selalu (SL) 6 20
Sering (SR) 6 20
Kadang-kadang (KD) 15 50
Tidak Pernah (TP) 3 10
Jumlah 30 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, dari 6 siswa sekitar 20% menjawab
guru bahasa Indonesia selalu menyenangkan bila membahas penulisan laporan
dengan metode penugasan, kemudian 6 siswa sekitar 20% menjawab guru
bahasa Indonesia sering menyenangkan bila membahas penulisan laporan
dengan metode penugasan, sedangkan siswa yang menjawab guru bahasa
Indonesia kadang-kadang menyenangkan bila membahas penulisan laporan
dengan metode penugasan sebanyak 15 siswa dengan prosentase 50%, dan
yang menjawab tidak pernah ada 3 siswa dengan prosentase 10%. Dengan
demikian, dapat dilihat bahwa lebih banyak siswa menjawab guru bahasa
Indonesia kadang-kadang menyenangkan bila membahas penulisan laporan
dengan metode penugasan.
67

Tabel 25
Tabel perhitungan variabel X (skala persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia)

Pernyataan Jumlah
Subyek

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 5 3,75 2,5 2,5 2,5 5 2,5 2,5 5 3,75 5 3,75 1,25 3,75 2,5 5 3,75 2,5 3,75 5 71,25

2 3,75 2,5 2,5 1,25 3,75 5 2,5 3,75 5 5 2,5 3,75 3,75 3,75 2,5 1,25 2,5 5 2,5 2,5 65

3 3,75 5 2,5 5 5 2,5 2,5 1,25 2,5 2,5 2,5 3,75 3,75 3,75 2,5 1,25 1,25 3,75 1,25 1,25 57,5

4 5 2,5 2,5 3,75 2,5 2,5 3,75 2,5 2,5 2,5 5 3,75 3,75 5 5 5 2,5 2,5 5 3,75 71,25

5 5 2,5 2,5 1,25 5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 3,75 1,25 2,5 2,5 5 5 2,5 5 2,5 61,25

6 3,75 2,5 2,5 5 3,75 3,75 3,75 2,5 5 5 2,5 3,75 3,75 2,5 3,75 5 3,75 5 3,75 5 76,25

7 5 5 3,75 1,25 5 5 3,75 5 5 5 3,75 3,75 2,5 3,75 3,75 3,75 5 3,75 3,75 3,75 81,25

8 5 3,75 5 1,25 3,75 5 1,25 3,75 5 2,5 5 5 3,75 5 1,25 5 3,75 2,5 5 1,25 73,75
68

9 5 2,5 3,75 1,25 5 5 5 5 3,75 5 5 5 1,25 3,75 3,75 2,5 5 5 5 2,5 80

10 3,75 3,75 2,5 1,25 3,75 5 2,5 5 3,75 2,5 3,75 5 1,25 3,75 5 2,5 5 2,5 5 3,75 71,25

11 5 2,5 5 1,25 5 2,5 1,25 5 5 2,5 2,5 1,25 1,25 5 2,5 2,5 5 2,5 5 5 67,5

12 5 3,75 2,5 1,25 3,75 3,75 2,5 2,5 5 3,75 3,75 3,75 3,75 3,75 5 5 5 3,75 3,75 3,75 75

13 3,75 3,75 2,5 2,5 3,75 3,75 5 3,75 2,5 5 3,75 3,75 2,5 3,75 3,75 5 3,75 2,5 3,75 5 73,75

14 5 5 2,5 1,25 5 5 5 5 5 5 5 5 1,25 5 5 1,25 5 3,75 5 3,75 83,75

15 3,75 2,5 1,25 1,25 5 2,5 1,25 1,25 2,5 5 5 2,5 3,75 2,5 2,5 5 5 5 2,5 2,5 62,5

16 5 5 1,25 2,5 3,75 2,5 5 2,5 2,5 3,75 2,5 3,75 3,75 5 2,5 1,25 2,5 3,75 1,25 3,75 63,75

17 5 3,75 3,75 1,25 5 2,5 1,25 3,75 2,5 2,5 2,5 3,75 2,5 3,75 2,5 1,25 1,25 2,5 2,5 2,5 56,25

18 3,75 2,5 2,5 1,25 2,5 2,5 3,75 2,5 3,75 2,5 1,25 3,75 3,75 2,5 1,25 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 52,5

19 5 3,75 2,5 2,5 3,75 2,5 2,5 2,5 2,5 3,75 2,5 3,75 1,25 3,75 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 57,5

20 3,75 3,75 3,75 1,25 5 2,5 1,25 3,75 2,5 2,5 2,5 3,75 3,75 3,75 3,75 2,5 5 3,75 3,75 2,5 65

21 3,75 1,25 2,5 5 2,5 2,5 3,75 2,5 2,5 2,5 3,75 2,5 3,75 2,5 2,5 2,5 2,5 1,25 2,5 2,5 55
69

22 3,75 2,5 3,75 1,25 2,5 2,5 2,5 2,5 3,75 3,75 2,5 3,75 1,25 5 5 1,25 1,25 2,5 2,5 1,25 55

23 5 2,5 1,25 3,75 5 2,5 3,75 5 2,5 5 2,5 3,75 2,5 3,75 5 5 3,75 3,75 5 2,5 73,75

24 5 2,5 1,25 1,25 2,5 3,75 3,75 5 2,5 2,5 2,5 3,75 2,5 2,5 2,5 2,5 3,75 2,5 2,5 5 60

25 5 3,75 1,25 2,5 2,5 3,75 5 2,5 2,5 2,5 2,5 3,75 3,75 2,5 2,5 1,25 2,5 2,5 1,25 2,5 56,25

26 5 2,5 2,5 1,25 2,5 1,25 1,25 2,5 5 2,5 5 5 1,25 5 5 1,25 2,5 1,25 2,5 2,5 57,5

27 5 5 5 1,25 5 5 5 5 2,5 5 5 3,75 2,5 3,75 5 3,75 5 5 5 5 87,5

28 5 3,75 2,5 1,25 2,5 2,5 2,5 5 2,5 2,5 2,5 2,5 1,25 5 2,5 5 2,5 5 5 2,5 63,75

29 5 2,5 3,75 1,25 2,5 1,25 1,25 2,5 5 2,5 5 5 1,25 5 5 2,5 5 1,25 2,5 2,5 62,5

30 5 3,75 2,5 3,75 3,75 3,75 2,5 3,75 3,75 2,5 2,5 5 1,25 3,75 3,75 2,5 3,75 2,5 3,75 2,5 66,25

TOTAL 2003,75
70

2. Variabel Y (Hasil belajar)


Hasil belajar dapat dikatakan prestasi belajar yang merupakan
kemampuan internal yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
ada dalam pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu.
Menurut Blomm, hasil belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku yang
meliputi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berikut penulis sajikan hasil belajar bahasa Indonesia siswa dari nilai
rapor semester ganjil dan genap dalam satu periode.

Tabel 26
Hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas X PJ dan XI AP-1 dari nilai rapor
semester ganjil dan genap

No Nama Siswa Kelas Ganjil Genap Jumlah


1 Abdul Latif X PJ 60 60 60
2 Abdul Zakaria X PJ 65 60 62,5
3 Andri Setiawan X PJ 60 60 60
4 Dewi Lestari P. X PJ 60 68 64
5 Dika Andriani X PJ 65 62 63,5
6 Fiki Faisal A. X PJ 60 60 60
7 Ilham Munawar X PJ 62 60 61
8 M. Abd. Jaya Sun X PJ 60 64 62
9 Nur Agung F. X PJ 60 65 62,5
10 Riduan X PJ 60 60 60
11 Rizky Arisandi X PJ 60 62 61
12 M. Yusuf X PJ 60 60 60
13 Rizki Fauzan X PJ 60 60 60
14 Mawartini X PJ 65 62 63,5
15 Dwi Hendra Hadi X PJ 65 72 68,5
16 Aji Saputra XI AP-1 60 70 65
71

17 Apri Aldi XI AP-1 61 70 65,5


18 Bayu Gustian XI AP-1 60 70 65
19 Dede Leo V. XI AP-1 60 70 65
20 Herdi Febrianto XI AP-1 60 72 66
21 Imam Budiman XI AP-1 60 70 65
22 M. Rifki Arnal XI AP-1 60 70 65
23 Nurcahyati XI AP-1 60 74 67
24 Saipuloh XI AP-1 60 72 66
25 Siti Maesaroh XI AP-1 60 70 65
26 Siti Nursoleha XI AP-1 61 73 67
27 Syahrul Ramadhan XI AP-1 63 70 66,5
28 Tamsai Riyanto XI AP-1 60 70 65
29 Dinar Diani XI AP-1 60 70 65
30 Melda Meriyani XI AP-1 70 82 76

Data Hasil Rapor

 Rapor dibedakan atas rentang atau nilai:


Sangat tinggi = ≥ 80
Tinggi = 70-80
Sedang = 60-70
Rendah =≤6
Tabel 27
Tabel Perhitungan Variabel Y
(Hasil Belajar Siswa)
Responden Daftar nilai semester ganjil dan genap
1 60
2 62,5
3 60
4 64
5 63,5
72

6 60
7 61
8 62
9 62,5
10 60
11 61
12 60
13 60
14 63,5
15 68,5
16 65
17 65,5
18 65
19 65
20 66
21 65
22 65
23 67
24 66
25 65
26 67
27 66,5
28 65
29 65
30 76

Adapun skor total dari variabel persepsi siswa terhadap metode


pembelajaran guru bahasa Indonesia (X) dan variabel hasil belajar (Y) dapat
dilihat dari tabel sebagai berikut:
73

Tabel 28
Persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia (X)
dan hasil belajar (Y)

No. Responden X Y
1 71,25 60
2 65 62,5
3 57,5 60
4 71,25 64
5 61,25 63,5
6 76,25 60
7 81,25 61
8 73,75 62
9 80 62,5
10 71,25 60
11 67,5 61
12 75 60
13 73,75 60
14 83,75 63,5
15 62,5 68,5
16 63,75 65
17 56,25 65,5
18 52,5 65
19 57,5 65
20 65 66
21 55 65
22 55 65
23 73,75 67
24 60 66
25 56,25 65
26 57,5 67
74

27 87,5 66,5
28 63,75 65
29 62,5 65
30 66,25 76
Jumlah 2003,75 1922,5

Rata-rata 66,8 64,1

Untuk menguji hubungan persepsi siswa terhadap metode pembelajaran


guru dengan hasil belajar siswa dilakukan dengan rumus koefisien korelasi
Product Moment, untuk itu dibutuhkan tabel bantu uji korelasi seperti yang
terdapat pada tabel 25 sebagai berikut:

Tabel 29
Tabel Bantu Uji Korelasi Product Moment
Variabel (X) Persepsi Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Guru dan Variabel
(Y) Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa

No.
X Y X2 Y2 XY
Responden
1 71,25 60 5076,56 3600 4275
2 65 62,5 4225 3906,25 4062,5
3 57,5 60 3306,25 3600 3450
4 71,25 64 5076,56 4096 4560
5 61,25 63,5 3751,56 4032,25 3920
6 76,25 60 5814,06 3600 4575
7 81,25 61 6601,56 3721 4956,25
8 73,75 62 5439,06 3844 4572,5
9 80 62,5 6400 3906,25 5000
10 71,25 60 5076,56 3600 4275
11 67,5 61 4556,25 3721 4117,5
75

12 75 60 5625 3600 4500


13 73,75 60 5439,06 3600 4425
14 83,75 63,5 7014,06 4032,25 5318,125
15 62,5 68,5 3906,25 4692,25 4281,25
16 63,75 65 4064,06 4225 4143,75
17 56,25 65,5 3164,06 4290,25 3684,375
18 52,5 65 2756,25 4225 3412,5
19 57,5 65 3306,25 4225 3737,5
20 65 66 4225 4356 4290
21 55 65 3025 4225 3575
22 55 65 3025 4225 3575
23 73,75 67 5439,06 4489 4941,25
24 60 66 3600 4356 3960
25 56,25 65 3164,06 4225 3656,25
26 57,5 67 3306,25 4489 3852,5
27 87,5 66,5 7656,25 4422,25 5818,75
28 63,75 65 4064,06 4225 4143,75
29 62,5 65 3906,25 4225 4062,5
30 66,25 76 4389,06 5776 5035
Jumlah 𝛴X= 𝛴 Y= 𝛴 𝑋2 = 𝛴Y2= 𝛴XY =
1922,5 136407,4 123529,8 128176,3
2003,75
Rata-rata 66,8 64,1

Tabel uji korelasi di atas dalam perhitungannya menggunakan bantuan


program Microsoft Excel. Berdasarkan perhitungan tabel. 25 tersebut sebagai
berikut:

𝛴X = 2003,75 𝛴Y= 1922,5 𝛴𝑋2 = 136407,4 𝛴Y2= 123529,8 𝛴XY = 128176,3

Penulis memasukkan ke dalam rumus sebagai berikut:


76

N  XY   X  Y 
rxy =
[ N  X 2   X  ][ N  Y 2   Y  ]
2 2

30(128176,3)  2003,751922,5
=
[30(136407,4)  2003,75 ][30(123529,8)  1922,5 ]
2 2

3845289  3852209,4
=
(4092222  4015014,1)(3705894  3696006,25)

 6920,4
=
(77208)(9887,75)

 6920,4
=
763413402
 6920,4
=  0,25
27629,9367

Setelah dilakukan perhitungan secara keseluruhan, hasil yang didapatkan


yaitu angka korelasi “r” Product Moment sebesar -0,25
r n2
thitung =
1  r2

 0,25 30  2
thitung =
1  (0,25) 2

 0,25 28
thitung =
1  0,063
 0,25(5,30)  1,325
thitung =   1,37
0,937 0,97

1. tabel nilai “r” Product Moment

Untuk mengetahui signifikasi rxy melalui tabel “r” Product Moment,

langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menghitung df (degree f

freedom) atau derajat bebasnya terlebih dahulu yaitu:

df = N – nr
77

Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa:

n = 30; nr = 2

df = 30 – 2 = 28

Setelah diketahui nilai df maka selanjutnya berkonsultasi pada tabel “r”


Product Moment pada taraf signifikasi 5%. Dengan melihat tabel “r” maka dapat
diketahui bahwa taraf siginifikasi 5% sebesar 0,374 dengan demikian ternyata rxy
lebih kecil dari ttabel maka hasilnya (tidak ada hubungan yang signifikan antara
persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa
Indonesia di SMK A-Hidayah Ciputat).

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar konstribusi variabel X


menunjang keberhasilan variabel Y, maka dihitung terlebih dahulu suatu koefisien
yang disebut coefficient of determination (koefisien penentuan) dengan rumus
sebagai berikut:

KD  r 2 100 %

KD = -0,252 × 100%

KD = 0,063 × 100%

KD = 6,3%

Hal ini menunjukkan bahwa 6,3% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
metode pembelajaran guru sedangkan 93,7% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
faktor yang lainnya.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Poduct Moment antara persepsi


siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di
SMK Al-Hidayah Ciputat menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa
78

Indonesia yang berarti bahwa jika metode pembelajaran guru tinggi maka akan
tinggi pula hasil belajar yang diperoleh begitu pula sebaliknya. Namun jika dilihat
berdasarkan besar rxy yang diperoleh yaitu -0,25 ternyata terletak pada 0,20-0,40
maka korelasi antar kedua variabel tersebut dinyatakan lemah atau rendah
sehingga terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap metode pembelajaran
guru dengan hasil belajar bahasa Indonesia itu rendah.

Adapun dari besar konstribusi yang diperoleh yaitu sebesar 6,3% dapat
menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang dipakai di sekolah seperti
ceramah dan penugasan tidak memberikan konstribusi yang cukup besar untuk
hasil belajar siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat kelas X dan XI semester II tahun
ajaran 2010/2011. Sehingga, yang memberikan konstribusi sangat besar pada
tingginya hasil belajar di SMK Al-Hidayah berasal dari faktor yang lain seperti
strategi belajar, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran di samping
metode pembelajaran.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara persepsi siswa
terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di
SMK Al-Hidayah Ciputat dapat disimpulkan:
1. Hasil belajar siswa termasuk dalam kualifikasi cukup, hal ini antara 60-
76 sebanyak 30 siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa yaitu 64,1 dan
nilai tertingginya 82.
2. Persepsi siswa terhadap metode pembelajaran guru bahasa Indonesia di
SMK Al-Hidayah Ciputat sebagian besar sedang karena memiliki nilai
rata-rata 66,8.
3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara Persepsi siswa terhadap
metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK
Al-Hidayah Ciputat. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan teknik analisa kolerasional yaitu nilai rxy sebesar 0,25
yang berada pada 0,20-0,40 dan taraf signifikan 5% sebesar 0,374.
Selain itu pula dapat diketahui bahwa konstribusi metode pembelajaran
guru terhadap hasil belajar siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat hanya
6,3% sedangkan 93,7% dipengaruhi oleh faktor yang lain.

B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian di atas, maka penulis dapat
menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Tingkatkanlah hasil belajar siswa melalui metode yang lebih variatif.
Serta hendaknya para guru melakukan penambahan waktu belajar,
mengadakan bimbingan belajar dengan mengelompokkan siswa sesuai
dengan tingkat kemampunnya dan melakukan pengayaan setelah
diadakan evaluasi.
2. Hendaknya guru lebih mengoptimalkan dan mempunyai banyak
metode agar di dalam kegiatan belajar mengajar tidak monoton dan

79
80

siswa dapat menangkap dan menyerap pelajaran dengan baik sehingga


hasil belajar siswa dapat naik. Dengan mengetahui itu semua, maka
akan menjadi tolak ukur bagi setiap guru untuk selalu meningkatkan
cara mengajar dengan menggunakan metode yang variatif.
3. Hendaknya semua faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa itu terdapat pada metode pembelajaran yang sesuai dengan
kegiatan belajar mengajar, khususnya pada mata pelajaran bahasa
Indonesia. Setiap guru harus mengetahui seberapa besar pengaruh
faktor-faktor tersebut untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
82

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Abu. dan Cholid Narbuko. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi
Aksara. 2005.
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers. 2002.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. 2002.
_________. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidkan (edisi revisi). Jakarta: Bumi
Aksara. 2005,
Baihaqi, MIF. dkk,. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan).
Bandung: Refika Aditama. 2005.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. 2002.
Djamarah, Syaiful Bahri. dkk,. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
Echols, Jhon M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta:
Gramedia. 1995.
Faturrohman, Pupuh. dan M.Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Refika Aditama. 2007.
Hasan, M. Iqbal. Pokok-Pokok Materi Statistik 1(Statistik Deskriptif). Jakarta:
Bumi Aksara. 2005.
Imam Syafi’ie. Roekhan. dan Ma’mur Saadie. Pendekatan Pembelajaran Bahasa
Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka. 2001.
Iska, Zikri Neni. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. Jakarta:
Kizi Brother. 2008.
Iskandarwasid. dan Dadang Sunendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2008.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004.
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997.

82
83

Permendiknas. Undang-Undang SISDIKNAS No.20 Th.2003. Jakarta: Sinar


Grafika. 2009.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2000.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2002.
Sabri, M. Alisuf. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya. 1993.
_________. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional. Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya. 2007.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
2000.
Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam.
Jakarta: Prenada Media. 2004.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
1982.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafido Persada.
1999.
Suparman, Alwi. Desain Intruksional. Jakarta: Universitas Terbuka. 1996.
Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2007.
Walgito, Bimo. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offest. 1978.
_________. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offest. 1981.
Winataputra, Udin S. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
2001.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA

Bapak Supardi ZA adalah guru bahasa Indonesia di sekolah SMK Al-

Hidayah, beliau mengajar untuk semua kelas dari kelas satu sampai kelas tiga

sebanyak 22 jam seminggu. Bapak yang sudah mengajar selama 17 tahun ini

pendidikannya bukan berasal dari jurusan yang dipegang sekarang melainkan

lulusan fakultas adab.

Menurut bapak yang memakai kacamata ini proses belajar mengajar yang

beliau lakukan di kelas sudah berjalan baik sekitar 70% dan menurutnya hasil

belajar itu adalah pentranferan ilmu atau pengetahuan dari seseorang ke orang lain

(dari guru ke siswa yang kemudian dapat diinformasikan ke orang lain).

Berbagai macam metode yang bapak Supardi ZA lakukan saat proses

belajar mengajar (KBM) diantaranya adalah menggunakan metode diskusi,

metode diskusi dilakukan agar siswa lebih terangsang untuk menyelidiki atau

menggali pengetahuan lebih dalam lagi. Kemudian metode simulasi agar siswa

tidak merasa jenuh atau monoton apalagi bila ditambah dengan media atau alat

pendukung lainnya. Selanjutnya masih banyak lagi metode yang beliau lakukan

menyesuaikan dengan materi yang ada.

Selama beliau mengajar tidak selamanya lancar banyak hambatan yang

beliau rasakan pada saat pembelajaran bahasa Indonesia diantaranya adalah

kurangnya motivasi belajar siswa, kurangnya sarana dan prasarana pendukung.

Anda mungkin juga menyukai