Anda di halaman 1dari 6

Bab I.

Mekanisme Sistem Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita terdiri atas organ eksternal dan internal, yang sebagian besar
terletak dalam rongga panggul. Organ eksternal berfungsi sebagai alat kopulasi, sedangkan
organ internal berfungsi untuk ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi,
pertumbuhan fetus, dan kelahiran. Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan oleh
hormon-hormon gonadotropin atau steroid dari poros hormonal thalamus – hypothalamus –
hipofisis –adrenal – ovarium. Selain itu terdapat organ atau sistem ekstra genital yang juga
dipengaruhi oleh siklus reproduksi, yaitu payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan
sebagainya.1

Gambar 1. Umpan balik positif dan negatif dalam pengaturan sekresi hormonal sistem HPO.

1.1. Hormon yang Berpengaruh dalam Sistem Reproduksi Wanita


Sintesa hormon steroid seks diproduksi terutama oleh gonad dan diatur oleh
dua jenis hormon gonadotrofik yang dihasilkan oleh adenohipofise. Follicle
stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dari hipofise membawa
pengaruh baik pada ovarium maupun testis. FSH terutama bertanggung jawab pada
pengaturan perkembangan sel germinal pada kedua jenis kelamin dan sintesis
estrogen ovarium wanita. LH dan hCG merangsang sintesis steroid seks androgenik
baik pada testis maupun ovarium, dan produksi progesterone oleh korpus luteum. LH,
FSH, dan hCG tidak mempunyai aktifitas klinis penting diluar traktus reproduksi.1,2,4
Gonadotropin relasing hormon (GnRH) disekresikan hipothalamus dan
berikatan dengan reseptor di hipofisis anterior lalu merangsang pengeluaran
gonadotropine hormone (LH dan FSH) menuju gonad untuk sekresi hormon steroid
reproduksi yaitu estrogen dan progesteron.1 Luteneizing hormon (LH) berikatan
dengan resepor di sel theca ovarium mensekresikan testosteron yang kemudian diubah
menjadi estrogen oleh sel granulosa selain itu berperan dalam pelepasan sel terlur
matang di ovarium. Follicle-stimulating hormon (FSH) menstimulasi pematangan
folikel ovarium. Sel sisa dalam folikel ovarium berproliferasi menjadi corpus luteum
yang kemudian mensekresikan hormon steroid progesteron dan estradiol.1,2
 Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
Hipothamalus mengeluarkan GnRH dengan proses sekresinya setiap
90-120 menit melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di
hipofise anterior, GnRH akan mengikat sel gonadotrop dan merangsang
pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Lutheinizing
Hormone).2
 Luteinizing Hormone (LH)
Pada laki-laki dan perempuan, LH menstimulasi sekresi hormon
steroid dan organ reproduksi. Pada testis, LH berikatan dengan reseptornya di
interstitial sel (sel Leydig), menstimulus sintesa dari sekresi testosteron.
Sedangkan sel-sel theca di ovarium akibat stimulasi LH, mensekresikan
testosteron yang kemudian diubah menjadi estrogen oleh sel granulosa.1,2
Pada wanita, pelepasan dari sel telur yang matang di ovarium dipicu
oleh lonjakan sekresi LH yang besar dikenal sebagai preovulatory LH surge.
Sel-sel sisa dalam folikel ovarium berproliferasi menjadi corpus luteum, yang
kemudian mensekresikan hormon steroid progesteron dan estradiol.
Progesteron menyebabkan pertambahan vaskular dinding endometrium dan
penting untuk mempertahankan kehamilan.1
 Follicle Stimulating Hormone (FSH)
FSH menstimulasi pematangan folikel ovarium. Primary folikel yang
terdiri atas satu lapis sel, oleh FSH akan berkembang menjadi folikel sekunder
yang ditandai dengan terbentuknya sel-sel granulosa. Pemberian FSH memacu
superovulasi, atau perkembangan folikel ovarium matang lebih dan jumlah
yang biasanya. FSH juga berguna untuk spermatogenesis. FSH melekat pada
reseptornya di sel Sertoli, untuk mendukung pematangan sel-sel sperma.1
 Estrogen
Estrogen terdiri dari tiga jenis hormon yang berbeda, yaitu estron,
estradiol, dan estriol. Pada wanita normal, estrogen banyak diproduksi oleh
folikel selama proses ovulasi dan korpus luteum selama keharmilan. Pada saat
keluar dari sirkulasi, hormon steroid berikatan dengan protein plasma.
Estradiol berikatan dengan transpor globulin yang dikenal dengan seks
hormone binding globulin (SHBG) dan berikatan lemah dengan albumin,
sedangkan estrone berikatan kuat dengan albumin. Sirkulasi estradiol secara
cepat diubah menjadi estron di hepar dan sebagian estrone masuk kernball ke
sirkulasi, dan sebagian lagi dimetabolisme.2,4
Kadar estrogen meningkat pada keadaan ovulasi, kehamilan, pubertas
prekoks, ginekomastia, atropi testis, tumor ovarium, dan tumor adrenal.
Kadarnya akan menurun pada keadaan menopause, disfungsi ovarium,
infertilitas, sindroma turner, amenorea akibat hipopituitari, anoreksia nervosa,
keadaan stres, dan sindroma testikular ferninisasi pada wanita. Faktor
interfeernsi yang meningkatkan estrogen adalah preparat estrogen, kontrasepsi
oral, dan kehamilan.4
 Progesteron
Progesteron bersama-sama dengan estrogen memegang peranan
penting di dalam regulasi seks hormon wanita. Pada wanita, pregnenolon
diubah menjadi progesteron atau 17a- hidroksipregnenolone dan perubahan ini
tergantung dari fase ovulasi dimana progesteron disekresi oleh korpus luteum
dalam jumlah yang besar. Progesteron juga merupakan prekursor untuk
testoteron dan estrogen.2
Progesteron berperan di dalam organ reproduksi termasuk kelenjar
mamae dan endometrium serta peningkatkan suhu tubuh manusia. Organ
target
progesteron yang lain adalah uterus, dimana progesteron membantu implantasi
ovum. Selama kehamilan progesteron mempertahankan plasenta, menghambat
kontraktilitas uterus dan mempersiapkan mamae untuk proses laktasi.1
Kadamya meningkat pada kehamilan, ovulasi, kista ovarium, tumor
adrenal, tumor ovarium, mola hidatidosa. Dan menurun pada keadaan
amonorea, aborsi mengancarn, dan kematian janin. Faktor yang
mempengaruhi pemeriksaan hormon progesteron adalah penggunaan steroid,
progesteron, dan kontrasepsi oral.1,2,3
 Testoteron (Androgen)
Pada wanita yang normal, ovarium akan memproduksi testoteron
dalam jumlah yang sedikit yaitu kurang dari 300 ng selama 24 jam. Testoteron
berperan dalam proses pertumbuhan rambut selama masa pubertas. Penigkatan
testoteron yang berlebih akan menyebabkan amenorea, pertumbuhan rambut
dan kelenjar sebasea yang berlebih. Kadar androgen meningkat pada
hirsustisme, amenorea hipotalamus, dan tumor sel sertoll. Dan menurun pada
andropause, sindrom klinefelter, aplasia sel leydig, dan criptorchidism.2
 Prolaktin
Prolaktin disintesis serta disekresi oleh laktotrop yang terdapat pada
hipofise anterior. Sekresi prolaktin terutama dihambat oleh dopamin yang
disekresi oleh neuron dopaminergik tuberoinfundibular. Prolaktin akan
merangsang pengeluaran ASI pada saat sesudah melahirkan. Selama
kehamilan prolaktin akan banyak disekresi dan dipengaruhi oleh bormon lain
seperti estrogen, progesteron, human placenta lactogen (HPL), dan cortisol
untuk merangsang pertumbuhan mammae. Setelah melahirkan, kadar estrogen
dan progesteron akan menurun sehingga kadar prolaktin akan meningkat dan
merangsang mammae untuk mengeluarkan ASI. Kadar prolaktin akan
meningkat pada fetus dan bayl baru lahir terutama pada usla bulan pertama.1,2

1.2. Struktur, Sintesis, dan Sekresi Estrogen


Struktur hormon estrogen tersusun atas 18 atom C, gugus –OH fenolik pada
C-3, sifat aromatik cincin A dan tidak mempunyai gugus metil pada C-10. Bentuk
hormon estrogen berupa estradiol 17-beta (E2), estron (E1) dan estriol (E3), namun
estradiol 17-beta paling poten dan paling tinggi di tubuh manusia.1
Hormon estrogen diseksresikan oleh sel-sel granulosa dan sel teka penyusun
folikel ovarium dan oleh korpus luteum pada saat hamil. Substrat utama pembentuk
estrogen adalah kolesterol dan melalui serangkaian konversi secara berurutan menjadi
pregnenolon, progesteron, 17alfa-hidroksi progesteron, androstenedion, dan
testosteron. Androstenedion diubah menjadi estron, sedangkan testosteron diubah
menjadi estradiol 17-beta.3
Sintesis estrogen meningkat seiring perkembangan folikel dalam ovarium.3
Kadar estrogen meningkat pada keadaan ovulasi, kehamilan, pubertas prekoks,
ginekomastia, atropi testis, tumor ovarium, dan tumor adrenal. Pada keadaan
menopause, disfungsi ovarium, infertilitas, sindrom turner, stress, anoreksia nervosa
dapat menurunkan kadar estrogen.1,3

1.3. Fungsi Hormon Estrogen


Hormon estrogen berfungsi dalam perkembangan payudara dan memelihara
mineral dalam tulang. Selain itu bersama hormon progesteron bertidak secara
berurutan dalam rahim mempersiapkan implementasi yaitu berperan terhadap
pertumbuhan otot uterus dan perkembangan lapisan dalam endometrium.3,4

1.4. Perubahan Metabolisme Hormonal pada Menopause


Menopause bearti berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya. Pada masa
menopause kapasitas reproduksi wanita berhenti. Pada akhir umur 30-an atau awal
umur 40-an terjadi penurunan tajam unit fungsional ovarium yaitu folikel sehingga
menyebabkan ketidakteraturan dari sistem hormonal dan disorganisasi dari aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium.1
Menopause terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pre menopause, menopause,
dan post menopause. Pramenopause adalah masa antara usia 40 th dan dimulainya
siklus haid tidak teratur, menoragia, haid kadang-kadang nyeri dimana muncul
keluhan vasomotoirk, atau keluhan premenstrual sindrom (PMS) dimana FSH dan E
dapat normal atau tinggi. Perimenopause (klimakterium) adalah masa perubahan
antara premenopause dan posmenopause (sampai 12 bulan setelah menopause), haid
mulai tidak teratur, oligomenorea, menoragia, dismenorea dimana kadar FSH, LH,
dan E bervariasi.1,2
Menopause adalah haid terakhir secara permanen. Paskamenopause adalah
waktu setelah menopause sampai senium (dimulai setelah 12 bulan amenorea) dimana
kadar FSH, LH tinggi, E rendah. Berikut perbandingan hormon steroid dan pituitari
pada masa premenopause dan pascamenopause.1,4,5
Tabel 1. Perbandingan hormon steroid dan pituitari pada masa menopause. 5

Daftar pustaka
1. Narulita E, Prihatin J. Kontrasepsi hormonal: jenis, fisiologi dan
pengaruhnya bagi rahim. Jember: UPT Penerbitan Universitas Jember.
2017.
2. Cunningham F., Leveno, and Bloom. Williams Obstetric. 24th ed. Texas:
Mc Graw Hill Education. 2014.
3. Kanasaki, H., Oride, A., Mijjidori, T., Sukhbaatar, U., Kyo, S. How is
GnRH regulated in GnRH-producing neurons? Studies using GT1-7 cells
as a GnRH-producing cell model. Gen Com Endrocinol. 2017; 247: 138-
142.
4. Hamilton, K.J., Hewitt, S.C., Arao., Y., Korach, K.S. Chapter Four:
Estrogen Hormone Biology. Current Topics in Developmental Biology.
2017; 125: 109-146.
5. Fritz and Speroff. Clinical Gynecologic Endrocrinology and Infertility. 8th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2011. pp. 579-83.

Anda mungkin juga menyukai