2
SA-3203 SISTEM DAN REKAYASA TRANSPORTASI AIR
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah SA-3203 Sistem dan Rekayasa
Transportasi Air
Dosen :
Dr. Russ Bona Frazila, S.T., M.T.
Asisten :
Salma Izzatu Amatullah 15817028
Disusun Oleh :
Kelompok 06
Renaldy Andrean 15818005
Fransisco Hans Putra 15818021
Pada perencanaan kali ini, direncanakan tipe dermaga sistem pier yang memiliki
kapasitas maksimal dua reference vessel per struktur dermaga seperti bagian kiri
gambar di atas. Perhitungan dimensi dilakukan sebagai berikut :
Untuk panjang dermaga atau L, diambil angka keamanan sebesar 10% saja dari
rentang 10-15% oleh karena kemungkinan dermaga terisi oleh reference vessel
cenderung kecil. Hal ini dimaksudkan untuk mampu memaksimalkan efisiensi dana
sehingga dapat didistribusikan dalam pembangunan fasilitas-fasilitas yang lain.
Dimensi dermaga tipe wharf akan direncanakan seperti gambar di atas, dengan
beberapa ketentuan yaitu:
= π (1,5 x 107.4)2
= 81534.41 m2
AB = 3 (n x L x B)
A = ATR + AB
= 81534.41 + 63795.6
= 145330.01 m2
Di mana:
Dari nilai luas kolam pelabuhan sebesar 145330.01 m2, diperoleh nilai jari-jari
kolam pelabuhan sebesar 215.08 m ≈ 216 m
2. Kedalaman Kolam
a. Berdasarkan rumus,
D =d+s+C
= 12.13 m
Di mana:
Diambil nilai C minimum sebesar 0.25 dari rentang 0.25 - 1 m karena angka
keamanan yang diperbesar pada perhitungan nilai ayunan kapal (s = 2 x d).
Berdasarkan tabel di atas, untuk nilai DWT reference vessel sebesar 3709 t,
diambil kedalaman sebesar 7.5 m
Dari kedua nilai yang didapat, dipilih nilai kedalaman kolam sebesar 7.5 m, dengan
pertimbangan kolam yang lebih dangkal akan membutuhkan biaya yang lebih
rendah. Berikut layout sederhana daripada pelabuhan dan dermaga yang akan
direncanakan:
Gambar 4. Layout Tipikal Pelabuhan Sangat Besar (sumber : Perencanaan
Pelabuhan #1, Rekayasa Transportasi Air - TPSDA ITB)
A. Apron
Apron adalah halaman di atas dermaga yang terbentang dari sisi muka dermaga sampai
gudang laut atau lapangan penumpukan terbuka. Apron digunakan untuk menempatkan
barang yang akan dinaikkan ke kapal atau barang yang baru diturunkan dari kapal.
Bentuk apron tergantung dari jenis barangnya apakah barang potongan, curah atau peti
kemas. Untuk pelabuhan general cargo dan curah kering, dimensi dari apron dapat
dilihat pada gambar berikut:
Nilai dari ad (apron depan) diambil sebesar 8 meter untuk dua jalur kendaraan. Untuk
nilai lebar gudang, apron belakang, tempat b/m truk, dan lebar jalan, diambil nilai
minimum dari ketentuan yang ada. Sehingga :
b = 60 m
ab = 3 m
c = 12 m
d =8m
B. Transit Sheds
Sesuai dengan namanya, transit sheds ditujukan sebagai sebuah gudang untuk barang-
barang dalam masa transit dari kapal menuju penerima atau pengirim menuju kapal.
Khususnya untuk kargo ekspor, untuk memfasilitasi pemuatan kargo secara cepat maka
umumnya dibawa dahulu ke transit sheds dan dikumpulkan di sana. Perihal kargo
impor, tidak memungkinkan untuk menyelesaikan semua pengantaran ke destinasi
tujuan hanya dengan kereta dan truk, maka dibutuhkannya tempat penyimpanan
sementara hingga masa pengantaran barang selesai. Infrastruktur ini umumnya
direncanakan pada berth dengan masa penyimpanan barang maksimum 15 hari untuk
barang-barang yang akan dimasukkan ke dalam peredaran bebas setempat (dengan
angkutan darat) dan maksimum 30 hari untuk barang-barang yang akan diteruskan ke
pelabuhan lain (dengan kapal lain). Fasilitas yang ada biasanya tidak dipungut biaya
untuk waktu pemakaian antara 3 sampai 5 hari, dan dikenai biaya untuk waktu lebih
dari waktu tersebut.
D. Gudang (Warehouse)
Gudang merupakan fasilitas penunjang bagi pelabuhan yang memiliki fungsi untuk
menjaga barang dari penurunan kualitas. Lalu-lintas barang di gudang pelabuhan
diadministrasikan oleh operator gudang sesuai dengan dokumen, karakteristik, asal dan
tujuan. Arus barang dari operasi kapal (D.A Lasse, 2014) adalah sebagai berikut:
Gambar 8. Arus Barang Melalui Gudang dan Lapangan (sumber :Jurnal
Desiminasi Teknologi, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019)
Gudang umumnya terletak cukup jauh dari dermaga, dengan pertimbangan sbb:
1. Ruang di dermaga sangat terbatas dan hanya digunakan untuk keperluan bongkar-
muat kapal
2. Pembuatan gudang di dermaga tidak menguntungkan, karena membutuhkan
pondasi tiang pancang (tanah di dermaga kurang baik) sehingga membutuhkan
biaya yang lebih mahal.
Luasan pelabuhan yang digunakan untuk gudang dengan menggunakan segala asumsi
dan data-data yang dijelaskan pada bagian “C. Lapangan Penumpukan (Yard)”
dihitung seperti berikut :
2. Tongkang
Pengangkutan barang curah kering, khususnya hasil pertambangan, dapat dilakukan
menggunakan truk dari lokasi penambangan ke daerah industri. Namun, penggunaan
truk untuk angkutan hasil tambang banyak ditentang karena mengganggu lalu lintas
umum dan dapat mempercepat kerusakan jalan akibat beban yang berat. Oleh karena
itu, tongkang banyak digunakan untuk angkutan tambang. Umumnya tongkang mampu
mengangkut muatan antara 5000 hingga 10000 ton, jauh lebih efisien jika dibandingkan
dengan kapasitas muatan truk. Tongkang dapat mengangkut muatan menuju atau dari
pelabuhan secara langsung dan/atau memindahkan muatan ke kapal yang lebih besar.
Gambar 9. Pemuatan Barang ke Tongkang (sumber : Perencanaan Pelabuhan,
Bambang Triatmodjo)
Gambar 13. Derek Kapal (sumber : Prasarana Pelabuhan Sisi Darat, Rekayasa
Transportasi Air - TPSDA ITB)
Lampiran: