Anda di halaman 1dari 20

TAHAPAN PERKEMBANGAN BAHASA DAN PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA

DINI

Oleh : Putri Divania Rizka

Abstract

Language is an important developmental aspect in early childhood. Children learn to


listen,speaking, reading, and writing according to the stage of development. Between one theory
with other theories have a different view of the process children's language development. The
literature review article will discuss the process language development in early childhood
through a variety of perspectives; there is perspective navitis, Behavioristic theory, cognitive
theory, interactionism theory, and functional theory.

Keywords : Language Development, Early Childhood

Abstract

Bahasa adalah aspek perkembangan penting pada anak usia dini. Anak belajar
menyimak,berbicara, membaca, dan menulis sesuai dengan tahap perkembangan. Antara satu
teori dengan teori yang lain mempunyai pandangan yang berbeda tentang proses perkembangan
bahasa anak. Artikel literatur review akan membahas tentang proses perkembangan bahasa pada
anak usia dini melalui ragam perspektif; ada perspektif navitis, teori Behavioristik, teori kognitif,
teori intraksionesme, dan teori fungsional.

Keywords : Perkembangan Bahasa, Anak Usia Dini,

PENDAHULUAN

Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat lah penting . Hal ini dikarenakan bahasa
merupakan alat/media anak untuk berkomunikasi. Dengan bahasa ,anak dapat mengungkapkan
kebutuhan,keinginan ,perasaan dan pikirannya kepada orang lain ,begitu pula sebaliknya.
Perkembangan bahasa anak ditempuh melalui cara yang sistematis dan berkembang sesuai tahap
perkembangan anak meskipun dari berbagai latar belakang yang berbeda . Anak usia dini berada
pada tahap pertumbuhan dan perkembangan paling pesat ,baik dari segi fisik maupun mental .
Selain pertumbuhan dan perkembangan fisik ,perkembangan motorik ,moral,sosial
emosional,kognitif,dan juga bahasa berlangsung sangat pesat. Aspek-aspek perkembangan
tersebut tidak berkembang secara sendiri-sendiri ,melainkan saling terjalin satu sama lainnya .
Bahasa memiliki urutan kata aturan ,dan anak-anak kecil berbicara dalam urutan kata
dan mengikuti aturan bahasa ibu mereka.Anak-anak biasanya memperoleh aturan tata bahasa
dalam bahasa asli mereka ,dengan sedikit kesulitan ,dari interaksi komunikatif normal dengan
orang dewasa. Kagumi tata bahasa yang digunakan anak dengan benar ,setelah mempelajari
aturan tanpa intruksi langsung .Seseorang dapat membandingkan penguasaan fonetik anak-anak
dengan penguasaan sintaksis mereka.
Pada usia 2 tahun , dan kadang-kadang sedini 18 bulan,anak-anak mulai merangkai dua
atau lebih holofrase dan dengan demikian telah mencapai tahap telegrafik. Dari semua persepsi
yang diterimanya dan kata-kata yang diucapkan dan tentangnya ,anak telah mencatat keteraturan
dan secara tidak sadar membentuk aturan ,yang terus direvisi.

Bermain atau permainan merupakan cara yang tepat untuk mengembangkan kemampuan
bahasa anak usia dini terutama dalam pengenalan huruf . Mengingat anak usia dini adalah usia
dimana anak bermain ,maka upaya menciptakan suasana belajar dapat diwujudkan dalam
permainan tebak huruf menggunakan media kartu kata.

Dari pengertian diatas kesimpulan yang diambil adalah pengembangan bahasa pada anak
usia dini itu sangat lah penting. Sebagai orang tua anak usia dini harus lebih fokus tentang
pengembangan bahasa pada anak

PEMBAHASAN

A. Pengertian bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk anak-anak, anak dapat
mengembangkan kemapuan sosialnya ( sosial skil ) melalui berbahasa dengan lingkungan sosial
dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa, melalui berbahasa anak dapat
mengekspresikan pikiran nya sehingga orang lain dapat mengerti dan menangkap apa yang
dipikirkan oleh anak dan dapat menciptakan suatu hubungan sosial, dengan kemampuan
berbahasa anak juga dapat mengembangkan kemampuan lain yang beehubungan dengan
kemampuan bahasa yaitu, menulis, membaca, berhitung.(Conny SR:2008).

B. Berbahasa anak usia dini


Berbahasa anak usia dini merupakan tanda atau simbol-simbol dari benda- benda, serta
menunjuk pada maksud-maksud tertentu. Kata-kata, kalimat, dan bahasa selalu menampilkan
arti-arti tertentu. Sehubungan dengan arti simbolik tadi, bahasa dipakai juga sebagai alat untuk
menghayati pengertian-pengertian dan peristiwa-peristiwa di masa lampau, masa kini dan masa
mendatang. Oleh karena itu bahasa sangat besar artinya bagi anak sebagai alat bantu.

Bahasa adalah alat komunikasi antar manusia dapat berbentuk lisan, tulisan atau isyarat.
Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam suatu komunitas masyarakat.
Pengembangan bahasa untuk anak usia 4-6 tahun difokuskan pada keempat aspek bahasa, yaitu
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dengan menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dengan orang lain, anak akan mendapatkan banyak sekali kosa kata, sekaligus
juga mengekspresikan dirinya. 11

Anak akan belajar bagaimana berpartisipasi dalam suatu percakapan dan menggunakan
bahasanya untuk memecahkan masalah. (Muis A, 2008 :231 ).

Pendidik dapat berperan sebagai model yang baik dalam berbicara sehingga anak dapat
memperoleh cara berkomunikasi yang sesuai dengan konteks dan memenuhi nilai-nilai
kesopanan. Dengan mendapatkan contoh, anak diharapkan dapat mempunyai kecakapan dalam
mempresentasikan pemikiran dan perasaannya secara verbal ( Muis A, 2008 : 232 ).

C. Perkembangan Bahasa anak usia dini


Penggunaan bahasa anak akan berkembang sesuai hukum alam, yaitu mengikuti bakat,
kodrat, dan ritme perkembangan yang alami. Namun perkembangan tadi sangat dipengaruhi oleh
lingkungan atau oleh stimuli ekstern (pengaruh lingkungan). Disamping itu bahasa anak terpadu
erat dengan alam penghayatannya, terutama dengan emosi atau perasaannya. Hal ini jelas
terungkapkan dengan lagu, irama, dan suara anak sewatu ia mengucapkan kata-kata atau kalimat.

Menurut Desmita ( 2009 : 138 ) perkembangan bahasa anak yang sesuai dengan norma
tata bahasa, belum bisa selesai pada usia 12-18 tahun. Oleh karena itu anak harus banyak belajar
bicara baik dengan menggunakan bahasa yang halus. Pengembangan kemampuan dasar di TK
meliputi beberapa pengembangan berbahasa. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan sarana
yang sangat penting dalam kehidupan anak. Disamping itu bahasa juga merupakan alat untuk
menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain yang sekaligus berfungsi untuk memahami
pikiran dan perasaan orang lain. Mengingat besarnya peranan pengembangan bahasa bagi
kehidupan anak, maka perlu dikembangkan pada anak didik sejak usia Taman Kanak- Kanak.

Pengembangan kemampuan berbahasa di TK bertujuan agar anak didik mampu


berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksudkan adalah
lingkungan di sekitar anak antara lain lingkungan teman sebaya, teman bermain, orang dewasa,
baik yang ada di sekolah, dirumah maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya.

D. Perkembangan bahasa
Dikutip dari dosenpsikologi.com dituliskan bahwa perkembangan bahasa pada anak terjadi
dari aktivitas mendengar, melihat, dan meniru orang dewasa disekitar mereka. Bahasa digunakan
untuk mengajarkan anak tentang sesuatu. Bahasa merupakan alat berkomunikasi. Dalam
pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi sehingga pikiran dan perasaan
dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata atau
kalimat, bunyi, lambing dan gambar. Melalui bahasa, manusia dapat mengenal dirinya,
penciptanya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama.
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa mereka juga meningkat
dalam kuantitas, keluasan dan kerumitannya. Anak-anak secara bertahap, berkembang dari
melakukan suatu ekspresi menjadi melakukan ekspresi dengan berkomunikasi. Mereka biasanya
telah mampu mengembangkan pemikiran melalui percakapan yang dapat memikat orang lain.
Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog, dan
bernyanyi. Sejak usia 2 tahun anak menunjukkan minat untuk menyebut nama benda, serta terus
berkembang sejalan dengan bertambahnya usia mereka sehingga mampu berkomunikasi dengan
lingkungan lebih luas, dan dapat menggunakan bahasa dengan ungkapan yang lebih kaya.

Menurut Vygotsky, anak belajar bahasa berasal dari orang dewasa kemudian diinternalisasikan
sebagai alat berfikir dan alat kontrol. Perkembangan bahasa juga dinyatakan akan berkembang
sesuai atau sejalan dengan perkembangan biologisnya.

Chomsky mengatakan bahwa bahasa diperoleh secara kodrati dan berjalan terus menerus sesuai
jadwal genetik yang berkembang. Artinya perkembangan bahasa akan menyesuaikan dengan
perkembang tubuh atau biologis anak. Karakteristik perkembangan bahasa pada anak usia dini
dibedakan dalam rentang usia.

Bahasa anak-anak dikarakteristikan secara umum oleh pola yang muncul (Barbara: 2004)
sebagai berikut:
1. Menangis,
2. Gurgling (meraban) dan mendekut.
3. Tertawa dengan suara keras.
4. Lokalisasi.
5. Tertawa dengan mulut tertutup.
6. Bercakap-cakap.
7. Memanggil dengan satu kata (Echolalia, contoh: “ma-ma-ma-ma”).
8. Suku kata (vocables) yang artinya suara mendekati kata tetapi dengan kreasi anak.

9. Obrolan ekspresif (suara seperti percakapan nyata tetapi tidak dapat dibedakan
10. Mengulangi perkataan ketika di bujuk.
11. Kata-kata mengikat yang dapat dibedakan dalam obrolan ekspresif
12. Holophrases atau kalimat dengan satu kata (“susu” dapat berarti “saya ingin susu” atau
“dimana susu saya?”).
13. Telegraphic speech atau kalimat dua kata (“jus ma” dapatberarti “mama saya ingin jus”,
“mama saya menumpahkan jus”, atau “ini adalah jus buatan mama”).
14. Overgenarlized speech atau kata-kata umum/sebutan (“boots”mungkin nama keluarga anjing
tetapi anak-anak menggunakan untuk nama kucing tetangga atau nam binatang lain).
15. Undergeneralized speech atau sebutan anak seseorang (misalnya nama ibunya adalah Wati;
oleh karena itu, bibi Wati tidak dapat dipanggil Wati; ia harus dipanggil dengan nama lain).
16. Perputaran percakapan.
17. Kata-kata kreatif (kata-kata yang biasanya dibutuhkan untuk menemukan kata yang belum
dipelajari atau anak tidak punya kerangka referensinya)

18. Keingintahuan kata-kata verbal.


19. Keingintahuan akan kata-kata yang tercetak.

E. Perkembangan pada usia 1-2 bulan

Perkembangan bahasa dan bicara anak usia dini sesuai dengan usia anak dan tergantung pada
kematangan sel korteks, dukungan lingkungan, dan keterdidikan lingkungan. Suntrock
(2007:357) mengemukakan bahwa tahap perkembangan bicara anak bermula pada celoteh dan
vokalisasi bayi secara efektif mengeluarkan suara sejak ia dilahirkan. Setiap anak memiliki
kecepatan berbeda, suara bayi dan gerak isyaratnya mengikuti rangkaian berikut selama tahun-
tahun pertama. Komunikasi awal bayi yaitu dimulai dari menangis, cooing, dan celoteh.
Menangis dapat mengindikasikan keadaan yang tidak nyaman pada bayi. Tetapi banyak pula tipe
menangis yang berbeda-beda yang menandai hal-hal yang berbeda-beda pula. Cooing bayi
pertama kali mendekut kira-kira pada usia 1-2 bulan. Celoteh terjadi pertama kali dipertengahan
tahun pertama kali dan termasuk menggabung-gabungkan kombinasi konsonan-vokal, seperti
“ba, ba, ba, ba.”. Perkembangan bahasa belum sempurna sampai akhir masa bayi, dan akan terus
berkembang sepanjang kehidupan seseorang.

F. Perkembangan pada usia 6-12 bulan

Menurut William Stern dan Clara Stern (dalam Yusuf, 2007:158) yakni pada usia 6-12 bulan
(masa permulaan atau stadium purwoko), masa ini disebut masa merban yang artinya masa
mengeluarkan bermacam-macam suara yang tidak berarti.

Pada masa ini anak sering mengulang beberapa suku kata, seperti ba-ba-ba, ma-ma-ma, dan
pa-pa-pa. Usia 12-16 bulan (masa pertama atau stadium kalimat suku kata), pada masa ini anak
sudah dapat mengucapkan kata, misalnya mama, papa, mamam. Lebih lanjut William Stern dan
Clara Stren (dalam Yusuf, 2007: 158) mengatakan bahwa tahap perkembangan bahasa usia 16-
24 bulan (masa kedua/stadium nama) pada masa ini anak sudah mulai timbul kesadaran bahwa
setiap orang atau benda mempunyai nama.

G. Perkembangan pada usia 24-72 bulan

Usia 24-30 bulan (masa ketiga) pada masa ini anak bisa menyusun kalimat tunggal, mampu
memahami perbandingan, menanyakan nama dan tempat, serta menggunakan kata-kata yang
berawalan dan yang berakhiran. Dan usia 30-72 bulan (masa keempat) pada masa ini anak dapat
menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya, anak banyak menanyakan soal waktu-
sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan.

Gleason (dalam Suntrock 2007:353) bahasa ditata dan diorganisasikan dengan sangat baik.
Organisasi tersebut melibatkan system aturan : fonologi, morfologi, sintaksis, semantik,dan
pragmatik. Fonologi setiap bahasa dibentuk dari suara-suara dasar. Fonologi adalah system suara
dari sistem bahasa, termasuk suara-suara yang digunakan dan bagaimana suara-suara tersebut
dikombinasikan.

Morfologi mengacu pada unit-unit makna yang membentuk formasi kata. Morfologi
merupakan unit terkecil yang masih memiliki makna yang berupa kata (atau bagian kata) yang
tidak dapat dipecah lagi menjadi bagian bermakna yang lebih kecil. Beberapa kata terdiri dari
sebuah morfem tunggal.
Sintaksis meliputi bagaimana kata-kata dikombinasikan sehingga membentuk frasa-frasa dan
kalimat-kalimat yang dapat di mengerti. Seiring dengan perkembangan dalam berbahasa, anak
mulai melibatkan komponen fonologi maupun morfologi lebih banyak dalam mengucapkan
kalimat tiga atau empat kata. Semantik berkaitan dengan kemampuan anak membedakan
berbagai arti kata.

1. Semantik

Semantik adalah studi tentang makna dan perolehan kosakata. Ini menyelidiki bagaimana
bunyi bahasa terkait dengan dunia nyata dan pengalaman hidup. Balita menyerap makna dari
komunikasi verbal dan nonverbal yang dikirim dan diterima. Nonverbal mengacu pada
asosiasi ekspresif kata-kata, seperti ritme, tekanan, nada, gerakan, posisi tubuh, perubahan
wajah, dan sebagainya. Orang dewasa memiliki fungsi penting dalam pelabelan dan
pembentukan konsep anak dengan memberi arti kata dalam percakapan.

Balita yang berasal dari rumah yang kurang menekankan pada pengungkapan gagasan
dalam bahasa mungkin dihadapkan pada rentang kata yang relatif terbatas untuk
mengungkapkan perbedaan konseptual. Setiap anak usia dini punya kesempatan untuk
mempelajari kosakata yang kaya dan beragam untuk merujuk pada berbagai pengalaman dan
untuk mengekspresikan ide.

Di kelas, guru memiliki banyak kesempatan untuk menyebutkan objek dan kejadian
menggunakan isyarat guru bersama dengan kata-kata (atau menunjuk ke ilustrasi dan foto
dalam buku bergambar sederhana atau tanda-tanda kelas) untuk membantu balita membentuk
hubungan antara apa yang dilihat dan didengar. Mengulang kata-kata dengan tekanan suara
dapat dilakukan dengan cara alami sambil memantau apakah anak masih tertarik.

Bangunan konsep anak merupakan pertumbuhan keluar dan hasil dari kecenderungan
alami manusia untuk mencoba memahami lingkungan sekitarnya. Memperhatikan dan
merenungkan tentang hubungan kapal, persamaan, dan perbedaan peristiwa dan kejadian,
dan mental menyimpan, mengingat, dan mengambil ide-ide dan kesan adalah aspek penting
dari pengembangan konsep. Dengan keingintahuan, dorongan, dan keinginan bawaan anak-
anak untuk mengeksplorasi dan mengalami, konsep terus-menerus dibentuk, direformasi, dan
dimodifikasi.
Contoh perilaku balita menunjukkan bahwa kesimpulan konseptual terjadi setiap hari dalam
pengaturan kelompok dan perawatan di rumah. Ketika seorang anak meniup mainan
berbentuk peluit, menjilat dan menggigit buah plastik, memeluk orang dewasa ketika seekor
anjing menggonggong, atau mengatakan "panas" ketika menunjuk keran air. Tingkat
pemikiran balita tercermin dalam ucapan.

Kata-kata adalah simbol, Pan dan Gleason (1997) menjelaskan bagaimana anak-anak
kecil memperoleh makna kata dan juga sifat simbolis dari kata-kata:

Pertama, penting untuk dicatat bahwa makna sebuah kata berada pada penuturnya dari
bahasa yang sama. Kata adalah tanda yang menandakan suatu referen, tetapi referen
bukanlah arti dari kata tersebut. Mari kita asumsikan bahwa seorang anak belajar itu kata
kitty mengacu pada kucingnya; dalam hal ini, kucing yang sebenarnya adalah rujukan dari
kata kitty.

Tidak ada yang intrinsik pada kucing yang membuat satu atau lain nama sesuai
hubungan. Antara nama dan benda bersifat arbitrer, dan berdasarkan kesepakatan sosial
dalam bahasa tertentu penutur setuju untuk menyebut binatang dengan kata tertentu.
Hubungan arbitrer antara referen dan tandanya bersifat simbolis.

Pengalaman sensorik langsung balita sangat penting. Kegiatan dan pengalaman akan
membantu guru PAUD memperkaya konsep anak dengan memberikan makna yang lebih
dalam dalam berbagai bahasa. Setiap kegiatan untuk anak-anak dari program sekolah
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi dengan memegang, merasakan,
menggunakan tubuh mereka, mencium, dan menyentuh, serta dengan melihat dan
mendengarkan.

2. Pragmantik

Pragmatik dalam studi tentang bagaimana bahasa digunakan secara efektif dalam konteks
sosial, atau aspek praktis dari komunikasi lisan. Ini adalah studi tentang siapa yang dapat
mengatakan apa, dengan cara apa, di mana dan kapan, dengan cara apa, dan kepada siapa.
Bahasa adalah alat dalam bertanya. menertibkan, menyejukkan, mengejek, dan melakukan
tindakan sosial lainnya. Seseorang dapat meminta ketenangan dalam bentuk pertanyaan
seperti, "Tidak adakah yang bisa mendapatkan momen damai di sekitar sini?" atau berbicara
dengan penuh kerinduan tentang permen di toko untuk memperolehnya tanpa membuat
permintaan langsung-seperti dalam, "Oh, mereka punya jenis cokelat favorit saya!".

Bahasa yang digunakan anak usia dini untuk mengungkapkan keinginan, keinginan,
perhatian, dan minat menjadi cerminan diri sosialnya. Ketika balita berkomunikasi secara
efektif, balita menerima umpan balik dari orang lain. Sering kali, rasa sejahtera yang
ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa positif membantu anak membentuk rasa kompetensi
dan harga diri.

Tampaknya hanya memiliki satu tujuan: untuk menyampaikan pesan dengan


mendapatkan perhatian orang dewasa terlepas dari siapa yang hadir dan dalam situasi apa.
Dunia, dari sudut pandang balita, berputar di sekitar balita dan kebutuhannya untuk
mengkomunikasikan.

H. Perkembangan pada usia 9-12 bulan

Perkembangan semantik bermula saat anak berusia 9- 12 bulan, yaitu ketika anak
menggunakan kata benda, kata kerja, dan sering dengan perkembangannya anak menggunakan
kata sifat maupun kata keterangan Pragmatik merupakan sistem terakhir dari aturan bahasa,
pragmatik yakni penggunaan bahasa yang tepat dalam konteks-konteks yang berbeda. Sejak anak
sudah melibatkan komponen pragmatik agar keinginannya tercapai. Ada beragam aturan dalam
menggunakan bahasa yang tepat disituasi yang berbeda. Seseorang dapat dikatakan memiliki
kompetensi berkomunikasi ketika ia telah memahami penggunaan bahasa tersebut sesuai dengan
aturan yang berlaku.

I. Perkembangan pada usia 3-5 tahun

Anak usia 3-4 tahun mulai belajar menyusun kalimat tanya dan kalimat negatif, pada usia
ini juga anak mulai menggunakan dan memahami kalimat-kalimat yang lebih rumit.

Dhieni (2009: 3.1) mengatakan bahwa anak usia dini, khususnya usia 4-5 tahun dapat
mengembangkan kosakata secara mengagumkan. Anak usia 4-5 tahun rata-rata dapat
menggunakan 900-1000 kosa kata yang berbeda. Mereka menggunakan 4-5 kata dalam kalimat
yang dapat berbentuk kalimat pertanyaan, negatif, tanya, dan perintah. Anak usia 4 tahun sudah
mulai dapat menggunakan kalimat yang beralasan seperti “saya menangis karena sakit”.

Berdasar uraian diatas dapat disimpulkan bahwa awal tahap perkembangan bahasa anak
dimulai dari celoteh dan vokalisasi sejak anak dilahirkan. Anak usia dini, khususnya usia 4-5
tahun dapat mengembangkan kosa kata secara mengagumkan. Pada usia tersebut anak dapat
menggunakan 900-1000 kosa kata yang berbeda, dalam kalimat yang dapat berbentuk kalimat
pernyataan, negatif, tanya, dan perintah. Lalu terjadi peningkatan baik dalam hal kuantitas
maupun kualitas bicaranya. Secara bertahap kemampuan anak meningkat, bermula dari
mengekspresikan suara, hingga mengekspresikan dengan komunikasi. Anak mengetahui tentang
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik bahasa.

J. Pengembangan Keterampilan Berbahasa Ekspresif

Pengembangan Keterampilan Berbahasa Ekspresif adalah Salah satu bidang


pengembangan dalam pertumbuhan kemampuan dasar di taman kanak-kanak adalah
pengembangan bahasa. Pengembangan keterampilan bahasa anak merupakan kemampuan yang
penting untuk berkomunikasi terutama bagi mereka yang sudah masuk ke lingkungan pendidikan
prasekolah.

Proses tersebut bersifat kompleks karena mensyaratkan berfungsinya berbagai organ


yang mempengaruhi mekanisme berbicara, berpikir atau mengolah buah pikiran ke dalam bentuk
kata-kata, serta modalitas mental yang terungkap saat berbicara yang juga ditentukan oleh faktor
lingkungan.Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu: 1) keterampilan
menyimak (listening skills); 2) keterampilan berbicara (speaking skills); 3) keterampilan
membaca (reading skills); 4) keterampilan menulis (writing skills). Setiap keterampilan
berhubungan erat dalam memperoleh keterampilan berbahasa. Pada masa kecil kita belajar
menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis.

Bahasa ekspresif merupakan kemampuan anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka


sendiri dalam cara-cara yang makin kompleks melalui suara, gerakan, gesture, ekspresi wajah,
dan kata-kata. Bahasa ekspresif berkembang dalam urutan terprediksi.Bahasa ekspresif
berkembang selama interaksi sosial dan ketika mekanisme ujaran anak mulai matang dan anak
bisa memegang kendali dalam memproduksi bunyi-bunyi ujaran. Berbicara termasuk bahasa
ekspresif. Menurut Hurlock dikutip oleh Lilis Madyawati, ketrampilan berbahasa pada anak
harus didukung dengan perbendaharaan kata atau kosakata yang sesuai dengan tingkat
perkembangan bahasa. Belajar berbicara pada anak usia dini dapat digunakan sebagai alat
bersosialisasi dalam berteman serta melatih kemandirian anak.Menurut Suhartono dalam jurnal
Upaya Meningkatkan Kemampuan Bahasa Ekspresif Anak Dengan Menggunakan Media
Boneka Tangan Muca (Moving Mouth Puppet ) Pada Kelompok A Tk Kemala Bhayangkari 01
Semarang, mengungkapkan bahwa bicara anak adalah suatu penyampaian maksud tertentu
dengan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh orang yang
ada dan mendengar disekitarnya. Bunyi tangisan bayi sebenarnya juga mempunyai maksud
tertentu, mungkin memanggil orang tuanya, mungkin kedinginan, mungkin lapar, mungkin haus
dan sebagainya. Hampir semua bunyi yang diucapkan anak mempunyai maksud tertentu,
walaupun bunyi tersebut bukan bunyi berbentuk kata maupun kalimat. Jadi yang dimaksud
bicara anak lebih luas maknanya dengan makna berbicara. Hasil penelitian jurnal Asri Anggalia,
Mila Karmila, yang menyatakan bahwa bahasa lisan atau bahasa ekspresif adalah bahasa yang
dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur
dasarnya. Bahasa lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa (bentuk akat dan susunan kalimat), dan
kosakata.

K. Dasar Perkembangan Bahasa AUD

Bahasa memegang peranan penting daIam pembaharuan dan peningkatan mutu


pendidikan. Khususnya di TK, fungsi bahasa ini dijelaskan dalam Depdikbud (1996) bahwa
pengembangan kemampuan berbahasa anak di TK bertujuan agar anak dapat berkomunikasi
dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud yaitu, lingkungan teman sebaya, maupun
dengan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Oleh karena itu,pemahaman tentang
perkembangan bahasa anak tidak boleh dianggap sebagai hal yang biasa karena guru harus
memiliki pengetahuan tentang perkembangan bahasa. Maka hal ini diharapkan menjadi dasar dan
ramburambu pada saat guru melaksanakan program pembelajarannya.Dapat disimpulkan bahwa
pengertian pengembangan bahasa AUDdalam tulisan ini adalah upaya kita dalam rangka
pencapaian tujuan pendidikan AUD dalam mengembangkan bahasanya. Yang lebih difokuskan
pada ruang lingkup pengembangan bahasa yang tertuang dalam Satuan Pendidikan TK. Untuk
dapat mencapai tujuan tersebut, pemahaman guru tentang berbahasa khususnya menyimak dan
berbicara perlu dipahami secara baik.

L. Metode Pengembangan Bahasa AUD

Seseorang akan cakap berbicara karena mempunyai alat bicara yang sempurna dan
perbendaharaan bahasa yang cukup, serta mampu mengungkapkannya. Untuk itu, sejak kecil
anak perlu mengembangkanbahasanya, yakni dengan memberikan kesempatan secara alamiah.
Keterampilan berbicara akan lebih mudah dikembangkan apabila anakmemperoleh kesempatan
mengomunikasikan sesuatu seeara alami kepada orang lain, dalam kesempatan-kesempatan yang
bersifat informal(Rofi'uddin dan Zuchdi, 2001: l3). Oleh karena itu, dalam kesempatanyang
bersifat formal seperti hal nya dalam kehidupan di sekolah, guru-guru harus kreatif menciptakan
sarana dan suasana belajar bahasa yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang
alamiah.Pembelajaran bahasa pada anak ini terdiri dari beberapa metode pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan anak. Teknik atau metode pembelajaran tertentu tidak dimaksudkan
lebih baik dari metode lainnya. Metode pembelajaran bahasa pada anak disesuaikan dengan
kebutuhan,dan kemampuan anak dalam menerimanya. Metode pembelajaran dipilih sesuai
dengan tipe, kebutuhan anak dan kemungkinan metode yang paling efektif untuk diterapkan.

Berbahasa tidak dapat dipisahkan dengan berbicara dan berpikir. Secara tidak disadari,
ketika orang berbicara selalu menggunakan pengetahuan bahasa dan pikirannya. Tanpa hal
tersebut, ungkapan yang terlahir adalah ucapan yang berada di luar pemikirannya atau bahkan
ucapan yang salah. Bentuk kesalahan dalam berbicara pada anak mempunyai latar belakang dan
alasan yang tidak selalu sarna antara anak yang satu dengan anak yang lain. Hal tersebut
diakibatkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari luar dan dari dalam diri anak. Dari mana pun
asalnya faktor tersebut, guru sebagai orang yang berada di lingkungan anak ketika anak
disekolah hendaklah mampu dan mau menjadi pengarah, pembimbing, penyejuk, dan model bagi
anak, agar mereka mampu dan terampil berbicara dengan kemampuan bahasanya.
Pengembangan berbahasa pada AUD di sekolah,lebih ditujukan pada (i). Kesanggupan dalam
menyampaikan pikiran kepadaorang lain, (ii). Mengembangkan perbendaharaan kata, (iii).
Menangkap pembicaraan orang lain, dan (iv). Keberanian untuk mengemukakan pendapat. Agar
pengembangan bahasa ini dapat berjalan dengan baik dan tujuan dapat tercapai, Maka guru
hendaklah pandai dalam memilih teknik pembelajaran yang relatif dan sesuai untuk anak.
Metode yang dapat diterapkan adalah bercerita. Dengan pemilihan metode yang tepat,diharapkan
anak akan mampu berbahasa secara alamiah. Untuk itu, guru hendaklah memiliki pengetahuan
tentang perkembangan bahasa anak, dan metode pengembangan bahasa anak.

M. Pengertian Pengajaran dan Pembelajaran Berbasis Otak

Pembelajaran berbasis kemampuan otak adalah sebuah cara berpikir mengenai prinsip
pembelajaran, rangkaian prinsip dan sebuah dasar pengetahuan dan ketrampilan yang bisa
memebantu menciptakan keputusan-keputusan yang lebih baik mengenai suatu proses
pembelajaran. Megawati et al (2004) berpendapat, umumnya manusia memilki kapasitas alami
untuk belajar, selama mereka tidak bertentangan dengan prinsip struktur dan fungsi kerja otak.
Untuk itu pentingnya memahami bahwa model pendidikan pada anak usia dini harus
dikembalikan ke kapasitas alami anak untuk dipelajari, yaitu dengan prinsip perkembangan kerja
dan struktur fungsi otak pada anak-anak. Dengan begitu, semua bentuk proses pembelajaran
yang dilakukan dalam pendidikan anak usia dini dengan semua bentuk stimulasi harus
didasarkan dengan prinsip pengembangan dan bekerjanya dari struktur dan fungsi otak pada anak
anak usia dini, sehingga apa yang menjadi implementasi dapat dicapai secara efektif dan optimal.

N. Karakteristik Pengajaran dan Pembelajaran Berbasis Otak

Karakteristik dari pembelajaran berbasis otak adalah pembelajaran yang berupaya


memadukan dua faktor potensi diri siswa dengan lingkungan fisik dan mental sebagai konteks
pembelajaran. Selain itu, pembelajaran berbasis otak juga menekankan pada proses pembelajaran
berlangsung dengan cepat dengan keberhasilan tinggi. Segala hambatan dan halangan yang dapat
melambatkan proses pembelajaran harus dihilangkan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan
yaitu, pencahayaan, iringan music, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman dan
sebagainya.

Karakteristik pembelajaran berbasis otak juga mengintegrasikan totalitas tubuh dan


pikiran dalam proses pembelajaran. Totalitas tubuh antar pikiran dapat membuat pembelajaran
berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal. Dengan begitu pembelajaran berbasis otak
lebih menekankan pada lingkungan kelas yang mendukung siswa untuk belajar. Siswa
dipersiapkan terlebih dahulu fisik dan psikis sebelum memulai pembelajaran dengan cara senam
otak. Selanjutnya siswa diberi materi oleh guru. Siswa diberikan suasan pembelajaran yang
nyaman, menyenangkan agar dapat membangun pengetahuan melalui proses belajar yang aktif.
Setelah itu melakukan pendinginan otak atau relakasi otak agar tidak merasa tegang. Dengan
cara begitu siswa dapat dengan mudah menerima materi yang disampaikan.

O. Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran Berbasis Otak

Menurut Caine ada 12 prinsip yang menjadi dasar melaksankan pengajaran dan
pembelajaran berbasis otak, antara lain :

1. The Brain is a Complex Adaptive System.


Otak merupakan pusat dari berbagai aktivitas manusia, menggabungkan emosi, imajinasi
untuk memproses informasi dalam satu waktu secara bersamaan.
2. The Brain is a Social Brain.
Otak manusia pada prinsipnya senang pada kegiatan yang dilakukan dalam interaksi
sosial atau kelompok.
3. The Search for Meaning is Innate.
Otak menyukai akan penjelasan dan pemahaman akan makna sesuatu yang dipelajarinya.
4. The Search for Meaning Occurs Through Patterning
Maksudnya adalah otak pada waktu melakukan pencarian makna dengan cara meniru.
5. Emotions Are Critical to Patterning, menurut psikolog John Mayer dan Peter Salovey
Menyatakan bahwa orang yang memiliki Emotional Intellegence  (EQ) akan lebih sukses
daripada orang yang memiliki indeks IQ yang tinggi. Hal itu dikarenakan, manusia
dengan EQ yang tinggi memiliki rasa optimis yang tinggi pula.
6. Every Brain Simultaneously Perceives and Creates Parts and Wholes.
Otak belahan kanan dan kiri manusia mempunyai fungsinya masing masing. Walaupun
memiliki fungsi yang berbeda, namun kedua otak ini berinteraksi dalam semua aktiv
7. Learning Involves Both Focused Attention and Peripheral Perception. 
Pada saat belajar, otak melibatkan perhatian yang fokus dan persepsi yang meluas. Otak
menyerap informasi yang diterima secara langsung dan menyerap informasi yang terjadi
di luar fokus perhatian.
8. Learning Always Involves Both Conscious and Unconscious Processes
Maksudnya belajar selalu melibatkan proses sadar dan tidak sadar.
9. We Have at Least Two Ways of Organizing Memory
Maksudnya kita memiliki setidaknya dua sistem memori, yaitu spasial dan hafalan.
Sistem memori spasial atau memori otobiografi alamiah yang kita miliki merekam semua
yang terjadi pada tubuh. Kita juga memiliki system hafalan yang merecall Sistem-sistem
ini termotivasi oleh adanya reward dan hukuman.
10. Learning is Developmental
Maksudnya otak manusia terdiri dari milyaran sel neuron yang tumbuh terus menerus
sesuai dengan hal baru yang dipelajarinya.
11. Complex Learning Is Enhanced by Challenge and Inhibited by Threat. 
Otak dapat belajar secara optimal dan menciptakan koneksi maksimum saat menerima
tantangan. Sebaliknya, otak menjadi tidak fleksibel dan kembali pada kelakuan primitif
ketika di bawah ancaman.
12. Every Brain Is Uniquely Organized
Artinya setiap otak adalah unik. Kita semua memiliki sistem otak yang sama, namun
secara keseluruhan daya berfikir, imajinatif, dan kreatif kita berbeda.

P. Tahapan Pengajaran dan Pembelajaran Berbasis Otak


Menurut Jensen (2011:296-299) ada tujuh tahapan dalam brain based learning, yaitu :

1. Tahap Pra-Pemaparan
Guru akan memajang/membuat peta konsep mengenai materi yang akandipelajari, selain
itu guru juga melakukan pendekatan dan membangunhubungan yang positif dengan
perserta didik di kelas. Untuk melakukansti
mulasi otak guru mengajak peserta didik untuk menuliskan nama mereka pada satu kertas
dengan menggunakan tangan kanan dan kiri.
2. Tahap Persiapan
Pada tahapan ini guru memberikan penjelasan terkait materi yang diajarkandan
mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Tahap Inisiasi dan Akuisisi
Tahapan ini tercipta koneksi atau pada saat neutron-neutron saling berkomunikasi. Guru
membentuk kelompok dari perserta didik. Kemudianguru memberi Lembar Kerja Siswa
(LKS) dan modul. Kemudian persertadidik bisa berdiskusi dengan teman kelompoknya
dan mengisi Lembar KerjaSiswa (LKS).
4. Tahap Elaborasi
Tahap ini Otak melakukan kegiatan menyortir, menyelidiki, menganalisis,menguji dan
memperdalam pembelajaran. Perserta didik menyampaikan/mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di depan kelas,sedangkan siswa lain memperhatikan dan
mengungkapkan pendapat dan saranserta memberikan pertanyaan. Pada tahapan ini guru
bersifat sebagaimoderator dan kadang memberikan penjelasan terkait materi yang sudah
di presentasikan.
5. Tahap Inkubasi dan Masukkan Memori
Tahap ini Perserta didik mengulang kembali pelajaran yang sudahdisampaikan waktu
pembelajaran tadi. Guru memberikan soal-soal latihankepada perserta didik tanpa
bimbingan guru. Perserta didik juga dapatmelakukan peregangan dengan menonton video
yang dapat memotivasi perserta didik untuk belajar.
6. Tahap Verifikasi dan Pengecekan Keyakinan
Tahap ini guru sebagai validator dan mengcek apakah perserta didik sudah paham dengan
materi yang telah disampaikan. Agar guru dapat mengetahui pemahaman perserta didik,
guru memberikan latihan soal yang tingkatnyarumit. Perserta didik dapat mengerjakan
soal dengan bantuan guru kemudiandi cek perkerjaan tersebut, atau guru menugaskan
perserta didik untuk menjaditugas rumah.
7. Tahap Selebrasi dan Integrasi
Tahap ini guru menamkan kepada perserta didik semua arti penting darikecintaan
terhadap belajar. Perserta didik dengan bimbingan guru,menyimpulkan materi yang baru
saja di pelajari kemudian guru memberikanPerkerjaan Rumah (PR) kepada perserta didik
dan memberitahu tentangmateri yang akan diajarkan pada pertemuan besok.

Q. Strartegi Pengajaran dan Pembelajaran Berbasis Otak


Brain based learning memberikan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran
dengan berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa. Syafa’at (2007) menilai
bahwa keunggulan model pembelajaran berbasis otak terletak pada strategi yang dapat
dikembangkan dalam implementasi brain based learning, diantaranya:
1. Menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa. Dalam
kegiatan pembelajaran, sering-seringlah guru memberikan suatu permasalahan atau soal-
soal yang berkaitan dengan materi pelajaran. Hal ini bertujuan untuk memfasilitasi
kemampuan berpikir siswa. Guna memancing antusiasme siswa, maka soal-soal tersebut
harus dikemas dengan seatraktif dan semenarik mungkin, misalnya melalui teka-teki,
LKS, simulasi games, dan sebagainya agar siswa dapat terbiasa untuk mengembangkan
kemampuan berpikirnya dalam konteks pemberdayaan potensi otak siswa.
2. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan. Hindarilah situasi
pembelajaran yang membuat siswa merasa tidak nyaman dan tidak senang terlibat di
dalamnya. Caranya adalah dengan melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas pada
saat-saat tertentu, iringi kegiatan pembelajaran dengan musik yang didesain secara tepat
sesuai kebutuhan di kelas, lakukan kegiatan pembelajaran dengan diskusi kelompok yang
diselingi dengan permainan-permainan menarik, dan upaya-upaya lainnya. Hal tersebut
bertujuan untuk menghindari rasa bosan dan rasa tidak nyaman pada siswa.
3. Menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa (active learning).
Siswa sebagai pembelajar dirangsang melalui kegiatan pembelajaran untuk dapat
membangun pengetahuan mereka melalui proses belajar aktif yang mereka lakukan
sendiri. Bangun situasi pembelajaran yang memungkinkan seluruh anggota badan siswa
beraktivitas secara optimal dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Misalnya,
mata siswa digunakan untuk membaca dan mengamati, tangan siswa bergerak untuk
menulis, kaki siswa bergerak untuk mengikuti permainan dalam pembelajaran, mulut
siswa aktif bertanya dan berdiskusi, dan aktivitas produktif anggota badan lainnya.
Merujuk pada konsep konstruktivisme pendidikan, keberhasilan belajar siswa ditentukan
oleh seberapa mampu mereka membangun pengetahuan dan pemahaman tentang suatu
materi pelajaran berdasarkan pengalaman belajar yang mereka alami sendiri.

Ketiga strategi utama dalam penerapan Brain Based Learning tersebut hendaknya bisa
diselaraskan dengan semua tahapan dalam pembelajaran Brain Based Learning. Penerapan Brain
Based Learning menjadikan guru menggunakan strategi pembelajaran yang berdasar kepada
pengoptimalan potensi otak.
KESIMPULAN
Berdasarkan artikel diatas dapat di simpulkan bahwa melalui bahasa ,manusia dapat
mengenal dirinya ,penciptanya ,sesama manusia ,alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai
moral dan agama.Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak ,produk bahasa mereka
juga meningkat dalam kuantitas,keluasan dan kerumitannya.Anak-anak secara bertahap
,berkembang dari melakukan suatu ekspresi menjadi melakukan ekspresi dengan komunikasi.
Pembelajaran berbasis kemampuan otak adalah sebuah cara berfikir mengenai prinsip
pembelajaran ,rangkaian prinsip dan sebuah dasar pengetahuan dan keterampilan yang bisa
membantu menciptakan keputusan-keputusan yang lebih baik mengenai suatu proses
pembelajaran .

SARAN
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak adalah dengan
stimulus. Stimulasi perkembangan bahasa anak dapat menggunakan media maupun metode
pembelajaran yang semenarik mungkin . Guru seharusnya memberi stimulus perkembangan
bahasa anak agar dapat mengungkapkan tau mengekspresikan ide ,pendapat ,maupun gagasannya
dengan baik. Guru hendaknya memberikan metode pembelajaran yang lebih bervariasi dengan
permainan maupun media belajar yang menarik untuk menstimulasi aspek perkembangan bahasa
pada anak.

Penerapan Brain Based Learning menjadikan guru menggunakan strategi pembelajaran


yang berdasar kepada pengoptimalan potensi otak.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia (2014), Fonologi. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Fonologi

Yulia Palupi, (2015). Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Dini.


http://repository.upy.ac.id/421/

Sabyan, (2016). Karakteristik Bahasa Anak Usia Dini.

Syakir Abdul Azhim, (2011). Membimbing Anak Terampil Berbahasa, Depok:


http://repository.iainpurwokerto.ac.id/6693/2/

Chamidiyah, Chamidiyah. 2015. “PEMBELAJARAN MELALUI BRAIN BASEDLEARNING 
DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI.”  Edukasia : Jurnal  Penelitian Pendidika
n  Islam 10(2). http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Edukasia/article/view/795
(diakses 15 September 2021).

Kurniawan, Fahmi. 2016. “PENGEMBANGAN PEMBELAJARANMATEMATIKA DENGAN 
METODE BRAIN BASED LEARNINGUNTUK MELATIHKAN METAKOGNISI SIS
WA.” UIN Sunan Ampel. http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/13782 (diakses 15
September 2021).

Kuswidi, Iwan. 2015. Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa.


Jurnal Pendidikan Matematika, 6(2), 1952 202.

Sapa’at, A. (2009). Brain Based Learning (online):
http://home.matematika.upi.edu/2009/09/23/brain-based-learning/. (Diakses pada 15
September 2021)

Veronica Yuwono. PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA DINI


https://adoc.pub/ii-kajian-pustaka-dan-kerangka-teoritis-21-perkembangan-kema.html

Anda mungkin juga menyukai