Anda di halaman 1dari 8

Yanyan B., & Hj. Betty S.,; Poltekkes Tasikmalaya; DM, Terapi hipnosis, Sugesti, Stres.

PENGARUH TERAPI HIPNOSIS TERHADAP KADAR GULA DARAH


PADA PASIEN DM TIPE 2 DI KOTA TASIKMALAYA

Yanyan Bahtiar1., Hj. Betty Suprapti2.


1, 2,
Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) merupakan ancaman global dan serius sehingga perlu berbagai
upaya untuk menanggulanginya secara dini. Teknik relaksasi hipnosis merupakan salah satu
tindakan keperawatan yang diduga bisa mengendalikan kadar gula darah pasien DM.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi hipnosis terhadap kadar gula
darah pasien DM tipe 2. Besaran sampel sebanyak 20 kelompok intervensi dan 20 kontrol.
Desain penelitian menggunakan pendekatan quasi eksperimen dengan uji-t dan paried-t.
Dalam kondisi hipnosis, stres dapat teratasi dengan sugesti positif sehingga secara tidak
langsung hipofisis dapat dikendalikan. Dengan pengendalian hipofisis maka fungsi vital
tubuh dapat terkontrol, peningkatan metabolism akibat stress dapat tercegah sehingga
peningkatan kadar gula darahnya dapat terkendali. Setelah diberikan dua kali perlakuan
terapi hypnosis pada kelompok intervensi, terjadi penurunan rerata kadar gula darah
sebesar 33,6mg/L. Secara statistic terdapat perbedaan rata-rata kadar gula darah sebelum
dan setelah terapi hipnosis pada kelompok intervensi (=0,000). Sedangkan pada uji beda
antara kelompok intervensi dengan kontrol secara statistic tidak terdapat perbedaan yang
signifikan (=0,642). Walaupun demikian rerata kadar gula darah kelompok intervensi
setelah terapi hipnosis mempunyai selisih lebih tinggi dari kelompok kontrol. Bagi petugas
kesehatan diharapkan dapat memberikan intervensi terapi hipnosis pada penderita DM
selain terapi obat dan diet.

Kata Kunci : Diabetes Melitus, Terapi hipnosis, Sugesti, Stres.

ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a global threat and serious so it is necessary efforts to
mitigate them early. Hypnosis relaxation technique is one of the nursing actions that
allegedly could control blood sugar levels diabetic patients. This study aims to determine the
effect of hypnosis therapy on blood sugar levels of patients with DM type 2. Magnitude
sample of 20 intervention and 20 control. The study design using quasi-experimental
approach with t-test and paried-t. Having given twice hypnosis therapy treatment in the
intervention group, there was a mean decrease in blood sugar levels by 33,6mg/L.
Statistically there are differences in average blood sugar levels before and after the hypnosis
therapy in the intervention group ( =0.000). While the difference between the test group with
the control intervention was not statistically significant differences ( =0.642). Nevertheless,
the average blood sugar levels after the intervention group hypnosis therapy have a higher
marginof the control group. In hypnosis, stress can be resolved with a positive suggestion
that indirectly pituitary can be controlled. With the pituitary controls the body's vital functions
can be controlled, increased metabolism due to stress can be prevented so that the increase
in blood sugar levels can be controlled. This research is expected to be useful as reference
material management of DM type 2 patients, particularly in the control of stress or anxiety

Keywords : Diabetes Mellitus, Therapeutic hypnosis, Suggestion, Stress.

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.


Yanyan B., & Hj. Betty S.,; Poltekkes Tasikmalaya; DM, Terapi hipnosis, Sugesti, Stres.

PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) di Indonesia relaksasi, hipotalamus akan mengatur dan
merupakan ancaman serius bagi menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis
pembangunan kesehatan dan pertumbuhan (Brunner and Suddarth’s, 2013).
ekonomi nasional. Penyakit ini penyebab Berdasarkan berbagai fenomena
kematian nomor 6 dari seluruh kematian pada tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
semua kelompok umur (Depkes, 2012). penelitian guna menemukan teknik relaksasi
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar yang lebih efektif dalam pengendalian gula
(Riskesdas) tahun 2007, Prevalensi penyakit darah pada penderita DM type 2. Terdapat
DM di Jawa Barat sebesar 1,3% (0,4%-2,5%) beberapa teknik relaksasi dalam intervensi
dan di Kota Tasikmalaya sebesar 0,7% keperawatan, diantaranya relaksasi dengan
(Depkes, 2008). Sedangkan menurut hasil pendekatan hipnosis. Hipnosis merupakan
pendataan dari Dinas Kesehatan Kota bagian dari human mind control system (Budi
Tasikmalaya tahun 2012, penderita diabetes & Rizali, 2010). Pakar keperawatan, Larkin
yang teridentifikasi berjumlah 547 orang dalam Anselmo (2005) menjelaskan bahwa
(Dinkes Kota Tasikmalaya, 2012). hipnosis merupakan sebuah proses
Pengendalian diabetes sangatlah penting komunikasi terapeutik dan penyadaran
dilaksanakan sedini mungkin; melakukan perilaku dalam kontek hubungan terapeutik.
gaya hidup sehat, membiasakan olah raga, Sugesti hipnosis dapat meningkatkan
mengatasi stres, dan tidak merokok kerjasama pasien dan kenyamanan pasien
merupakan kebiasaan yang baik dalam dalam perawatan, termasuk mengatasi stress
pencegahan Diabetes Melitus. dan memperbaiki pola perilaku. Tujuan
Kondisi stres baik secara fisiologik penelitian ini adalah untuk mengetahui
maupun emosional dapat memberi dampak pengaruh terapi hipnosis terhadap kadar gula
negatif terhadap pengendalian diabetes. darah pada pasien DM tipe 2 di Kota
Peningkatan hormon stres akan Tasikmalaya. Penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kadar gula darah. Dalam bermanfaat menjadi tambahan intervensi
keadaan stres, pasien DM dapat mengubah dalam pengelolaan pasien DM. Hipotesis
pola kebiasaan yang baik, terutama dalam hal penelitian yang diujikan adalah (H 1) ada
makan, latihan dan pengobatan (Brunner and pengaruh terapi hipnosis terhadap kadar gula
Suddarth’s, 2013). Berdasarkan hasil darah pada pasien DM tipe 2.
wawancara yang dilakukan peneliti pada 5
orang penderita DM, semuanya mengatakan METODE PENELITIAN
bahwa sejak mengetahui mempunyai penyakit Penelitian ini didesain menggunakan
DM sering merasa khawatir dan takut yang quasi-eksperimen dengan tipe Pretest-
tidak menentu, apalagi kalau melihat Posttest Group Design. Populasi adalah
penderita DM yang terkena luka di kaki dan semua masyarakat yang menderita diabetes
sampai diamputasi. Salah seorang penderita di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota
juga mengatakan bahwa dirinya sangat Tasikmalaya sebanyak 547 orang. Ukuran
terkekang dalam hidupnya, terutama dalam sampel didapatkan dari rumus pengambilan
hal mengatur makanan atau diet. sampel dengan variabel tidak berpasangan
Perawat secara profesional berperan dengan menggunakan rumus; (Dahlan, 2006).
dalam membantu pasien DM dalam
2
mengendalikan gula darah, diantaranya 𝜎(𝑍1−𝛼/2 + 𝑍1−𝛽 )
adalah intervensi mengurangi kecemasan 𝑛 = 2[ ]
(𝜇1 − 𝜇2 )
(Brunner and Suddarth’s, 2013). Teknik
relaksasi merupakan salah satu tindakan
Ukuran sampel penelitian sebanyak 20
keperawatan yang bisa digunakan untuk
kelompok intervensi dan 20 kontrol. Teknik
mengubah pola perilaku. Secara fisiologis,
sampling dalam penelitian ini adalah
relaksasi dapat menurunkan stres. Dengan
convenient sampel yaitu pengambilan sampel

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.


Yanyan B., & Hj. Betty S.,; Poltekkes Tasikmalaya; DM, Terapi hipnosis, Sugesti, Stres.

pada semua pasien yang ditemui dan sesuai berkomunikasi; bersedia berpartisipasi dalam
dengan kriteria inklusi berdasarkan periode penelitian dengan menandatangi informed
tertentu. Sampel diperoleh dari populasi consent.
berdasarkan kriteria inklusi yaitu klien dengan Teknik analisis terdiri dari uji normalitas
diagnosa DM tipe 2 di wilayah Dinas data, uji varians, uji univariat dan uji bivariat.
Kesehatan Kota Tasikmalaya; sedang Pengolahan data bivariat menggunakan
mendapatkan terapi dari Puskesmas atau analitik pendekatan quasi eksperimen dengan
klinik pratama; umur antara 25-65 tahun; uji-t dan paried-t.
dapat memahami bahasa Indonesia; dapat

HASIL PENELITIAN
1. Star Point

Tabel 1. Perbedaan rata-rata kadar gula darah pasien DM tipe 2 sebelum


terapi hipnosis antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol, (n1 = n2 = 20).

Variabel Gula Darah SD  -value

Intervensi 349,10 mg/L 137,61 0,894


Kadar Gula
Darah Kontrol 355,00 mg/L 141,01

Hasil uji T-test diperoleh nilai  = 0,894. terapi. Hasil uji tersebut dapat disimpulkan
Hal ini menunjukkan bahwa nilai  > 0,05 bahwa kelompok intervensi dan kelompok
berarti tidak ada perbedaan yang bermakna kontrol mempunyai star point kadar gula
antara kadar gula darah antara kelompok darah yang relatif sama.
intervensi dengan kelompok kontrol di awal

2. Analisis Univariat
a. Kadar gula darah pasien DM Tipe 2 kelompok intervensi sebelum dan setelah terapi hipnosis.

Tabel 2. Distribusi kadar gula darah pasien DM Tipe 2


Kelompok intervensi sebelum dan setelah terapi hipnosis, (n = 20).

Waktu
Variabel Mean SD Min - Maks 95% CI
Perlakuan
Sebelum Hipnosis 349,10 137,61 177 – 590 284,8 – 413,5
Hari ke-1
Setelah Hipnosis 328,15 125,30 160 – 549 269,5 – 386,8
Sebelum Hipnosis 339,60 135,12 170 - 585 276,4 – 402,8
Hari ke-3
Setelah Hipnosis 315,50 120,70 162 – 538 259,0 – 371,9

Rata-rata kadar gula darah pasien DM intervensi dengan selisih sebesar 20,95 mg/L.
Tipe 2 kelompok intervensi sebelum dan Pada hari ke-3 atau intervensi hipnosis kedua
setelah terapi hipnosis dapat dilihat pada terjadi perubahan kadar gula darah sebesar
tabel 2. Rata-rata kadar gula darah setelah 24,1 mg/L. Sedangkan kalau dilihat dari
terapi hipnosis lebih rendah dari sebelum sebelum intervensi hipnosis hari pertama
terapi hipnosis atau terjadi penurunan. Pada dengan setelah dihipnosis hari ketiga terjadi
hari pertama intervensi hipnosis terjadi perubahan dengan selisih 33,6 mg/L.
perubahan kadar gula darah setelah diberikan

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.


Yanyan B., & Hj. Betty S.,; Poltekkes Tasikmalaya; DM, Terapi hipnosis, Sugesti, Stres.

b. Kadar gula darah pasien DM Tipe 2 kelompok kontrol

Tabel 3. Distribusi kadar gula darah pasien DM Tipe 2 kelompok kontrol (n= 20).

Variabel Mean SD Min - Maks 95% CI

Kadar Gula Darah Hari ke-1 355,00 141,00 160,0 – 590,0 289 – 421

Kadar Gula Darah Hari ke-3 334,70 137,96 142,0 – 590,0 270 – 399

Rata-rata kadar gula darah pasien DM tabel 3. Pada hari ketiga atau kunjungan
Tipe 2 kelompok control pada hari pertama kedua terjadi penurunan kadar gula darah
dan hari ketiga kunjungan dapat dilihat pada dengan selisih sebesar 20,3 mg/L.

3. Analisis Bivariat
a. Perbedaan rata-rata kadar gula darah sebelum dan setelah terapi hipnosis pada pasien DM
Tipe 2 kelompok intervensi

Tabel 4. Perbedaan rata-rata kadar gula darah sebelum dan setelah


terapi hipnosis pada pasien DM Tipe 2 kelompok intervensi, (n = 20).

Rata-rata Kadar
Intervensi SD 95% CI  -value
Gula Darah

Hari ke-1 349,10 137,61 17,63 – 49,57 0,000

Hari ke-3 315,50 120,70

Hasil analisis data didapatkan bahwa ( < 0,05), berarti H0 ditolak atau terdapat
kadar gula darah pada kelompok intervensi perbedaan rata-rata kadar gula darah sebelum
turun 33,6 mg/L setelah mendapatkan terapi dan setelah terapi hipnosis pada pasien DM
hipnosis pada hari ketiga. Berdasarkan hasil tipe 2 kelompok intervensi.
uji paried-t diperoleh nilai signifikansi = 0,000

b. Perbedaan rata-rata kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 setelah terapi hipnosis antara
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

Tabel 5. Perbedaan rata-rata kadar gula darah pasien DM tipe 2 setelah


terapi hipnosis kedua antara kelompok intervensi dengan kontrol, (n1 = n2 = 20).

Variabel GulaDarah SD 95% CI -value


-102,2 – 0,642
Intervensi 315,50 120,70
Kadar Gula 63,8
Darah hari ke-3
Kontrol 334,70 137,96

Hasil analisis data didapatkan bahwa nilai signifikansi  = 0,642 ( > 0,05), berarti
kadar gula darah setelah terapi hipnosis pada H0 tidak ditolak yaitu tidak terdapat perbedaan
kelompok intervensi mempunyai selisih yang signifikan rata-rata kadar gula darah
sebesar 19,2 mg/L dari kelompok kontrol. setelah terapi hipnosis antara kelompok
Berdasarkan hasil uji t berpasangan diperoleh intervensi dengan kelompok kontrol.

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.


Yanyan B., & Hj. Betty S.,; Poltekkes Tasikmalaya; DM, Terapi hipnosis, Sugesti, Stres.

PEMBAHASAN
Rerata kadar gula darah sebelum adrenocorticotropic hormone (ACTH),
diberikan terapi hipnosis pada kelompok kortikosteroid, dan tiroid. Dalam keadaan
intervensi adalah 349,10 mg/dL. Setelah stress, epinefrin beraksi pada hati
diberikan terapi hipnosis pertama rerata kadar meningkatkan konversi glikogen menjadi
gula darah menurun menjadi 328,15 mg/dL. glukosa.
Pada kunjungan kedua atau pada hari ketiga Kortisol memiliki efek meningkatkan
rerata kadar gula darah kembali naik menjadi metabolisme glukosa, sehingga asam
339,60 mg/dL dan setelah diberikan terapi amnino, laktat, dan pirufat diubah di hati
hipnosis hari tersebut (hari ketiga kunjungan menjadi glukosa (glukoneogenesis) akhirnya
kedua) rerata kadar gula darah menurun menaikkan kadar gula darah. Glukagon
menjadi 315,50 mg/dL, sehingga didapatkan meningkatkan kadar gula darah dengan cara
penurunan kadar gula darah sebesar 33,6 mengkonversi glikogen di hati (bentuk
mg/L pada terapi hipnosis terakhir. Pada karbohidrat yang tersimpan pada mamalia)
kelompok kontrol juga terjadi penurunan menjadi glukosa, sehingga gula darah
kadar gula darah antara hari pertama menjadi naik. ACTH dan glukokortikoid pada
kunjungan dengan hari ketiga kunjungan korteks adrenal dapat meningkatkan kadar
sebesar 19,2 mg/L, lebih rendah dibanding gula darah dengan cara meningkatkan
dengan yang mendapat intervensi hipnosis. pembentukan glukosa baru oleh hati. ACTH
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dan glukokortikoid juga meningkatkan lipolysis
yang dilakukan oleh Kuswandi (2007), yaitu dan katabolisme karbohidrat (Brunner and
melakukan penelitan mengenai perbandingan Suddarth’s, 2013).
kadar gula darah pasien DM tipe 2 yang Vasodilatasi juga dirangsang oleh
melakukan relaksasi dengan yang tidak stimulasi gelombang alfa otak yang
melakukan relaksasi. Hasilnya menunjukkan berdampak pada keseimbangan sistem saraf
terjadi penurunan kadar gula darah rata-rata simpatis-parasimpatis, relaksasi otot selama
sesudah relaksasi dari 289 mg/dL (SD=8,96 hipnosis, peningkatan konsumsi oksigen di
mg/dL) menjadi 236 mg/dL (SD=23,88 mg/dL) paru dan peningkatan pemanfaatan oksigen
atau penurunan sebesar 53 mg/dL. Secara uji jaringan berdampak pada tonus vaskuler
statistik relaksasi dapat menurunkan kadar (Budi & Rizali, 2010).
gula darah pasien DM tipe 2 secara signifikan Hipnosis dapat juga memainkan peranan
(  =0,000). Pada penelitian ini peneliti penting dalam menjaga kesehatan jantung
memberikan perlakuan relaksasi juga tetapi serta membantu pemulihan dari berbagai
dengan metode yang berbeda yaitu dengan penyakit jantung. Ketika memasuki pase
teknik terapi hipnosis. trance, terjadi suatu pergeseran sistem saraf
Terapi hipnosis pada intinya adalah otonom dari simpatik ke control saraf
memberikan sugesti pada pikiran bawah parasimpatis. Ketika sistem saraf
sadar klien sehingga fikiran dan fisik klien parasimpatis mendominasi penurunan denyut
manjadi rilek dan segar kembali. Hasil jantung, maka akan mengurangi beban pada
penelitian telah menunjukkan, bahwa sistem kardiovaskular (Bryant & Mabbutt,
relaksasi dengan terapi hipnosis bagi pasien 2006).
diabetes tipe 2 mempengaruhi penurunan Hipnosis dimasukan dalam terapi non-
kadar gula darah dibandingkan dengan yang farmakologi yang bekerja melakukan
tidak melakukannya, walaupun secara komunikasi dengan bagian tubuh lain seperti
statistik tidak terlalu signifikan. Relaksasi hipothalamus dan sistem saraf simpatis dan
diketahui dapat membantu menurunkan kadar parasimpatis (Bryant & Mabbutt, 2006).
gula darah pada pasien diabetes karena Kelenjar hipofisis adalah kelenjar kecil yang
dapat menekan pengeluaran hormon-hormon melekat pada hipothalamus, menyuplai
yang dapat meningkatkan kadar gula darah, hormon yang mengontrol fungsi vital. Kelenjar
yaitu epinefrin, kortisol, glukagon, hipofisis menghasilkan hormon yang dapat

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.


Yanyan B., & Hj. Betty S.,; Poltekkes Tasikmalaya; DM, Terapi hipnosis, Sugesti, Stres.

digunakan untuk beradaptasi terhadap stres penurunan konsumsi oksigen, penurunan


(Potter & Pery, 2006). Dalam kondisi hipnosis, kecepatan pernapasan, penurunan tekanan
stres dapat teratasi dengan sugesti positif darah dan penurunan tegangan otot. Selain
sehingga secara tidak langsung hipofisis itu, yang utamaakan berdampak terhadap
dapat dikontrol. Dengan kontrol hipofisis maka respon psikologis yaitu menurunkan stres dan
fungsi vital tubuh dapat terkontrol, kecemasan (Grossman, 2010).
peningkatan metabolisme akibat stress dapat Anselmo (2005) mengungkakan bahwa
terkendali dan gula darah pun dapat terapi hipnosis telah digunakan oleh perawat
terkontrol. dalam perawatan pada pasien terminal,
Teknik relaksasi dan hipnosis palliative care, perawatan rumah (home care)
memungkinkan terjadinya asupan oksigen dan perawatan pasien kritis. Terapi hypnosis
yang adequat. Oksigen sangat dibutuhkan juga sangat baik digunakan pada unit luka
oleh tubuh untuk berlangsungnya bakar, onkologi, kebidanan, kedokteran dan
metabolisme yang optimal. Salah satu organ unit operasi.
vital yang memerlukan suplai oksigen adalah Hipnosis merupakan sesuatu yang
jantung, karena kebutuhan oksigen sebagai ilmiah, bukan magis, klenik, ataupun mistis.
faktor utama dalam pengaturan lokal aliran Hipnosis merupakan bagian dari kemampuan
darah koroner. Aliran darah di sistem koroner mind control learning, yaitu kemampuan
hampir sebanding dengan kebuthan oksigen mengendalikan gelombang otak atau
otot jantung. Biasanya sekitar 70% oksigen di kemampuan mengendalikan pola berpikir
dalam arteri koroner dipindahkan selagi darah dalam memasukialam pikir bawah sadar dan
mengalir melalui otot jantung. Gangguan pada kembali ke alam pikir sadar pada saat berada
jantung atau sistem kardiovaskuler salah satu dalam keadaan terhipnosis (Budi & Rizali,
pencetusnya adalah stres, baik secara fisik 2010).
maupun psikis. Hipnosis merupakan bagian dari terapi
Stres memiliki efek nyata pada sistem kognitif. Hipnosis sebagai terapi kognitif akan
kardiovaskular dan metabolisme. Stres kronis mempengaruhi organ lain melalui pengaturan
dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi, sistem endokrin dan system saraf baik saraf
aterosklerosis, stroke, serangan jantung, simpatis maupun parasimpatis. Terapi kognitif
gangguan sistem kardiovaskular dan dapat mempengaruhi proses fisiologis,
peningkatan metabolism dalam tubuh. Perlu psikologis, sosial, perilaku dan spiritual.
diingat bahwa stres adalah penyebab utama Terapi kognitif sering disebut sebagai
yang merangsang pengeluaran hormon- restrukturisasi kognitif, karena bertujuan untuk
hormon yang dapat meningkatkan kadar gula mengubah atau merestrukturisasi distorsi pola
darah. pikir yang menyebabkan stres (Shor &
Teknik relaksasi dapat membantu Federman, 2005).
mengurangi stres yang dapat berpengaruh Terapi hipnosis merupakan salah satu
pada peningkatan metabolisme. Meditasi, bagian dalam ruang lingkup terapi
latihan pernapasan dan teknik lain dapat komplementer (Depkes, 2008). Terapi
membantu untuk menurunkan tingkat zat komplementer sekarang ini terus berkembang
kimia oksidatif dalam darah, yang pada sejalan dengan perkembangan kehidupan
gilirannya menurunkan risiko aterosklerosis manusia yang menginginkan pilihan terbaik
sehingga dapat mempertahankan tekanan bagi kesehatan tubuhnya. Seperti yang terjadi
darah dalam batas normal. Salah satu cara di sebuah negara berkembang yaitu Negara
yang telah diterima dan mendapat perhatian Nigeria. Osamor dan Owumi (2010)
lebih dalam mengatasi DM tipe 2 adalah mengatakan bahwa penggunaan obat
dengan menggunakan hipnoterapi (terapi alternatif dan terapi komplementer
hipnosis) atau NLP (neuro linguistic (complementary and alternative medicine)
programme). Hipnosis menimbulkan respon sudah sangat umum dilakukan oleh penderita
fisiologis seperti penurunan denyut nadi,

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.


Yanyan B., & Hj. Betty S.,; Poltekkes Tasikmalaya; DM, Terapi hipnosis, Sugesti, Stres.

diabetes di komunitas perkotaan Negara kultural, spiritual). Terapi hipnosis dianggap


Nigeria. sebagai terapi dengan pendekatan holistik
Terapi alternatif dan komplementer di karena berusaha menyembuhkan pasien
Indonesia sudah mulai diperhatikan yaitu dengan memandang dari berbagai sudut dan
dengan telah terbitnya Peraturan Menteri beraneka aspek kehidupan pasien. Menurut
Kesehatan RI Nomor 1109 Tahun 2007 salah seorang pakar keperawatan, Larkin
tentang penyelenggaraan pengobatan dalam Anselmo (2005), mengatakan bahwa
komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan hipnosis merupakan sebuah proses
kesehatan (Depkes, 2008). Seiring dengan komunikasi terapeutik dan penyadaran
perkembangnya, terapi komplementer mulai perilaku dalam konteks hubungan terapeutik.
banyak dikembangkan dan mulai Kajian ilmiah mengenai terapi
berdampingan dengan pengobatan komplementer perlu terus dikembangkan di
modern/konvensional. dunia keperawatan, terutama di ranah
Pelayanan komplementer-alternatif dapat keperawatan komunitas. Selain itu, untuk
dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi dan menunjang terapi ini diperlukan penelitian dan
mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan. pelatihan yang berkelanjutan, sehingga
Pengobatan itu harus aman, bermanfaat, perawat selain menggali keilmuan klinik
bermutu dan dikaji institusi berwenang sesuai diharapkan juga dibekali dengan ilmu
dengan ketentuan yang berlaku (Depkes, penelitian dan keterampilan yang cukup
2007). Fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
dapat digunakan untuk melaksanakan sinergi Berdasarkan penelitian yang sudah
pelayanan medik pengobatan komplementer - dilakukan oleh peneliti mengenai perbedaan
alternatif adalah rumah sakit, praktek swasta kadar gula darah sebelum dan setelah terapi
dan juga puskesmas. Sedangkan jenis atau hipnosis pada klien DM tipe 2 di wilayah Kota
ruang lingkup terapi komplementer yang Tasikmalaya, menunjukan bahwa terapi
dapat diberikan di sarana pelayanan komplementer keperawatan “terapi hipnosis”
kesehatan sangat beragam dan komplek. pada pasien DM tipe 2 memiliki pengaruh
Salah satu dari jenis pelayanan yang signifikan dalam penurunan kadar gula
pengobatan komplementer–alternatif darah pasien tersebut. Implikasi penelitian
berdasarkan Permenkes RI, Nomor 1109/ pada ilmu keperawatan yaitu memberikan
Menkes/ Per/ 2007 adalah intervensi tubuh gambaran bahwa penggunaan terapi
dan pikiran: hipnoterapi, mediasi, nonfarmakologi hipnosis dapat membantu
penyembuhan spiritual, doa dan yoga menurunkan kadar gula darah pada klien DM
(Depkes, 2008). Menurut peraturan tersebut tipe 2.
pelayanan pengobatan komplementer– Peneliti merekomendasikan pada institusi
alternatif dapat diberikan oleh dokter, dokter pendidikan keperawatan untuk memasukan
gigi dan tenaga kesehatan lainnya seperti terapi komplementer ke dalam kurikulum
perawat yang memiliki pendidikan terstruktur pendidikan. Bagi petugas kesehatan
dalam bidang terapi komplementer-alternatif. direkomendasikan supaya terapi hipnosis
Perawat merupakan profesi kesehatan menjadi salah satu intervensi keperawatan
yang merawat pasien dengan melakukan khususnya untuk pengelolaan pasien DM.
pendekatan secara holistik (bio, psiko, sosio,

KESIMPULAN
Rerata kadar gula darah setelah terapi setelah terapi hipnosis pada kelompok
hypnosis lebih rendah dari sebelum terapi intervensi mempunyai selisih lebih tinggi dari
hipnosis. Secara statistic terdapat perbedaan kelompok kontrol. Tetapi secara statistic tidak
rata-rata kadar gula darah sebelum dan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
setelah terapi hipnosis pada pasien DM tipe 2 kadar gula darah setelah terapi hipnosis antara
kelompok intervensi. Rerata kadar gula darah kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.


Yanyan B., & Hj. Betty S.,; Poltekkes Tasikmalaya; DM, Terapi hipnosis, Sugesti, Stres.

REFERENSI
Anselmo, J., (2005). Relaxation: the first step Kesehatan Kota Tasikmalaya. Tidak
to restore, renew, and self-heal. In dipublikasikan.
Dossey B.M., Keegan L., & Guzzeta C.E. Grossman, (2010). Hypnosis for hypertension.
(Eds). Holistic nursing a handbook for Makalah tidak dipublikasikan
practice. 4.Ed. The United States: Jones Kuswandi, (2007). Perbandingan kadar gula
and Bartlett Publishers, Inc. darah pasien DM tipe 2 yang melakukan
Bryant, M.,& Mabbutt, P., (2006). relaksasi dengan yang tidak melakukan
Hypnotherapy for dummies. Chichester, relaksasi di Kota Tasikmalaya. Laporan
West Sussex, England: John Wiley & tesis Magister Keperawatan Universitas
Sons, Ltd. Indonesia, Tidak dipublikasikan.
Budi, P.P., &Rizali, E., (2010). Cara cepat Potter, P.A. & Perry, A.G., (2005). Buku Ajar
menggusasi hypno healing. Yogyakarta: Fundamental Keperawatan: Konsep
Ieutika. Prosesdan Praktek, Alih Bahasa: Renata,
Brunner & Suddarth’s., (2013). Keperawatan K., dkk. Edisi 4, Volume: 1, Jakarta: EGC
Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Shor E.S., & Federman C.S., (2005).
Dahlan, M.S., (2006). Besar sampel dalam Cognitive Therapy. In Dossey B.M.,
penelitian kedokteran dan kesehatan. Keegan L., & Guzzeta C.E., Holistic
th
Jakarta: PT. Arkans. nursing a handbook for practice. 4 Ed.
Depkes, (2008). Laporan Riskesdas Jawa The United States: Jones and Bartlett
Barat Tahun 2007. Jakarta: Depkes.RI Publishers, Inc.
______, (2012). Kemitraan Kementrian Osamor, P.E., & Owumi, B.E., (2010).
Kesehatan dengan Sanofi Group. Complementary and alternative medicine
Diunduh pada tanggal 30 Januari 2013 in the management of hypertension in an
dari www.promkes.depkes.go.id urban Nigerian community. BMC
Dinkes Kota Tasikmalaya, (2012). Data Complementary and Alternative
laporan program perkesmas Dinas Medicine, 10,36: 1 – 9., doi:
10.1186/1472-6882-10-36.

Buletin Media Informasi, Vol.12, Ed.1, Juli 2016.

Anda mungkin juga menyukai