Anda di halaman 1dari 8

KONSEP PENDIDIKAN MENURUT UNESCO, TERMASUK SDGS DAN

TAKSONOMI BELAJAR, SERTA PERMASALAHAN IMPLEMENTASINYA DI


INDONESIA

RQA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Landasan dan Problematika Pendidikan


Sains Biologi yang Dibina oleh Ibu Prof. Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd

Oleh:

Adelia Dwinta Pramashela (210341867643)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN BIOLOGI
September 2021
READING

 Konsep Pendidikan Menurut UNESCO

Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru memasuki abad ke-21 tidaklah ringan.
Guru diharapkan mampu dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang bertumpu dan
melaksanakan empat pilar belajar yang dianjurkan oleh Komisi Internasional UNESCO untuk
pendidikan , yang didasari bahwa pendidikan merupakan komunikasi terorganisasi dan
berkelanjutan yang dirancang untuk menumbuhkan kegiatan belajar pada diri peserta didik
(education as organized and sustained communication designed to bring about Learning).
UNESCO merekomendasikan empat pilar dalam bidang pendidikan (Priscilla & Yudhyarta,
2021), yaitu:
1. Learning to know (belajar untuk mengetahui) Learning to know, yaitu proses belajar untuk
mengetahui, memahami, dan menghayati cara pemerolehan pengetahuan dan pendidikan yang
memberikan kepada peserta didik bekal ilmu pengetahuan. Proses pembelajaran ini
memungkinkan peserta didik mampu mengetahui, memahami, dan menerapkan, serta mencari
informasi dan/atau menemukan ilmu pengetahuan .
2. Learning to do (belajar melakukan atau mengerjakan) Learning to do, yaitu proses belajar
melakukan atau mengerjakan sesuatu. Belajar berbuat dan melakukan (Learning by doing)
sesuatu secara aktif ini bermakna pendidikan seharusnya memberikan bekal-bekal kemampuan
atau keterampilan. Peserta didik dalam proses pembelajarannya mampu menggunakan berbagai
konsep, prinsip, atau hukum untuk memecahkan masalah yang konkrit.
3. Learning to live together (belajar untuk hidup bersama) Learning to live together, yaitu
pendidikan seharusnya memberikan bekal kemampuan untuk dapat hidup bersama dalam
masyarakat yang majemuk sehingga tercipta kedamaian hidup dan sikap toleransi antar sesama
manusia.
4. Learning to be (belajar untuk menjadi/mengembangkan diri sendiri). Learning to be, yaitu
pendidikan seharusnya memberikan bekal kemampuan untuk mengembangkan diri. Proses
belajar memungkinkan terciptanya peserta didik yang mandiri, memiliki rasa percaya diri,
mampu mengenal dirinya, pemahaman diri, aktualisasi diri atau pengarahan diri, memiliki
kemampuan emosional dan intelektual yang konsisten, serta mencapai tingkatan kepribadian
yang mantap dan mandiri
(Supadmini et al., 2020)
 SDGs Dalam Pendidikan
Pendidikan menjadi kunci dasar dari pembangunan sebuah negara itu sendiri. Sebuah negara
tidak bisa berdiri tanpa adanya pendidika.. Oleh karena itu kita harus selalu memperhatikan dan
mementingkan pendididkan di negara kita. Tidak hanya menyelenggarakan pendidikan saja, akan
tetapi kita harus memperhatikan kualitas pendidikan dan aspek lainnya seperti infrastruktur
pendidikan, kurikulum pendidikan, kualitas tenaga pendidik dan lainnya yang mendukung
keberhasilan sebuah pendidikan. Dalam melaksanakan sebuah pendidikan dibutuhkan kesiapan
baik secara fisik maupun non fisik, persiapan fisik yang dimaksudkan adalah kesiapan
infrastruktur pendidikan seperti gedung sekolah dan lainnya. Pendidikan dewasa ini merupakan
hak mendasar di dalam nilai kehidupan manusia. (Annur et al., 2018)
Berdasarkan 17 tujuan SDGs, kualitas pendidikan memiliki kontribusi yang penting untuk
mencapai tujuan lainnya. Quality education adalah salah satu tujuan SDGs yang mempunyai
tujuan untuk menjamin pendidikan berkualitas yang insklusif dan merata. Menjamin pemerataan
pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang,
menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur
hidup bagi semua orang. Indikitor dalam pendidikan mencakup input, proses, dan output. Agar
dapat melaksanakan pendidikan bermutu dan melaksanakan pendidikan sesuai dengan
kemampuan siswa, diperlukan guru professional. Pengembangan profesi guru adalah upaya
peningkatan profesionalitas guru sebagai tenaga pendidik dalam hal mendidik, mengajar,
membimbing, melatih, mengarahkan, menilai, mengevaluasi peserta didik serta merancang dan
melaksanakan pembelajaran. Ciri-ciri guru yang profesional adalah yang dapat menjalankan
kewajibannya dengan baik juga dapat memenuhi kualifikasi dan kompetensi yang telah
ditetapkan (kompetensi pedagogis, kepribadian, profesional, dan sosial) (Pribadi, 2017)
Menurutu UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 20, dalam melaksanakan
keprofesionalan guru berkewajiban untuk (a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran (b)
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (c) bertindak objektif dan
tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik
tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran (d) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,
serta nilai-nilai agama dan etika; dan (e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan
bangsa.
 Taksonomi Belajar di Indonesia

Taksonomi Bloom

1. Ranah Kognitif

Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari,
yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan,
pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Tujuan pembelajaran dalam ranah
kognitif (intelektual) atau yang menurut Bloom merupakan segala aktivitas yang menyangkut
otak dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi yang
dilambangkan dengan C (Cognitive). Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus
dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan. Ranah kognitif ini
terdiri atas enam level, yaitu: (1) knowledge (pengetahuan), (2) comprehension (pemahaman
atau persepsi), (3) application (penerapan), (4) analysis (penguraian atau penjabaran), (5)
synthesis (pemaduan), dan (6) evaluation (penilaian). (Yohana Regnisia Afirda et al., 2020)
2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi serta
derajat penerimaan atau penolakan suatu obyek dalam kegiatan belajar mengajar (Sujoko &
Darmawan, 2013). Adapun ranah afektif menjadi 5 kategori yaitu :
 Receiving/Attending/Penerimaan
Kategori ini merupakan tingkat afektif yang terendah yang meliputi penerimaan masalah, situasi,
gejala, nilai dan keyakinan secara pasif.Penerimaan adalah semacam kepekaan dalam menerima
rangsanagn atau stimulasi dari luar yang datang pada diri peserta didik. Hal ini dapat
dicontohkan dengan sikap peserta didik ketika mendengarkan penjelasan pendidik dengan
seksama dimana mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka dan
mereka memiliki kemauan untuk menggabungkan diri atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : memilih, mempertanyakan,
mengikuti, memberi, menganut, mematuhi, dan meminati.
 Responding/Menanggapi
Kategori ini berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu
yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Atau dapat pula dikatakan bahwa
menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif untuk
mengikutsertakan dirinya dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan
salah satu cara. Hal ini dapat dicontohkan dengan menyerahkan laporan tugas tepat pada
waktunya. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : menjawab,
membantu, mengajukan, mengompromi, menyenangi, menyambut, mendukung, menyetujui,
menampilkan, melaporkan, memilih, mengatakan, memilah, dan menolak.
 Valuing/Penilaian
Kategori ini berkenaan dengan memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan terhadap suatu
gejala atau stimulus tertentu. Peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan akan
tetapi berkemampuan pula untuk menilai fenomena itu baik atau buruk. Hal ini dapat
dicontohkan dengan bersikap jujur dalam kegiatan belajar mengajar serta bertanggungjawab
terhadap segala hal selama proses pembelajaran. Kata kerja operasional yang dapat dipakai
dalam kategori ini adalah : mengasumsikan, meyakini, melengkapi, meyakinkan, memperjelas,
memprakarsai, mengundang, menggabungkan, mengusulkan, menekankan, dan menyumbang.
 Organization/Organisasi/Mengelola
Kategori ini meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta pemantapan dan
prioritas nilai yang telah dimiliki. Hal ini dapat dicontohkan dengan kemampuan menimbang
akibat positif dan negatif dari suatu kemajuan sains terhadap kehidupan manusia.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : menganut, mengubah,
menata, mengklasifikasikan, mengombinasi, mempertahankan, membangun, membentuk
pendapat, memadukan, mengelola, menegosiasikan, dan merembuk.
 Characterization/Karakteristik
Kategori ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang
yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisais nilai menempati
urutan tertinggi dalam hierarki nilai. Hal ini dicontohkan dengan bersedianya mengubah
pendapat jika ada bukti yang tidak mendukung pendapatnya. Kata kerja operasional yang dapat
dipakai dalam kategori ini adalah : mengubah perilaku, berakhlak mulia, mempengaruhi,
mendengarkan, mengkualifikasi, melayani, menunjukkan, membuktikan dan memecahkan.
3. Ranah Psikomotor
Ranah ini meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan serta
kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik) yang terdiri dari gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, serta
ekspresif dan interperatif (Yohana Regnisia Afirda et al., 2020). Kategori yang termasuk dalam
ranah ini diantaranya adalah:
 Meniru
Kategori meniru ini merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan contoh yang
diamatinya walaupun belum dimengerti makna ataupun hakikatnya dari keterampilan itu.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : mengaktifan,
menyesuaikan, menggabungkan, melamar, mengatur, mengumpulkan, menimbang, memperkecil,
membangun, mengubah, membersihkan, memposisikan, dan mengonstruksi.
 Memanipulasi
Kategori ini merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan serta memilih apa yang
diperlukan dari apa yang diajarkan. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini
adalah : mengoreksi, mendemonstrasikan, merancang, memilah, melatih, memperbaiki,
mengidentifikasikan, mengisi, menempatkan, membuat, memanipulasi, mereparasi, dan
mencampur.
 Pengalamiahan
Kategori ini merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal yang diajarkan dan dijadikan
sebagai contoh telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang ditampilkan lebih
meyakinkan. Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : mengalihkan,
menggantikan, memutar, mengirim, memindahkan, mendorong, menarik, memproduksi,
mencampur, mengoperasikan, mengemas, dan membungkus.
 Artikulasi
Kategori ini merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu keterampilan yang
lebih kompleks terutama yang berhubungan dengan gerakan interpretatif. Kata kerja operasional
yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : mengalihkan, mempertajam, membentuk,
memadankan, menggunakan, memulai, menyetir, menjeniskan, menempel, mensketsa,
melonggarkan, dan menimbang.
QUESTIONING
1. Dalam menyikapi pendidikan SDGs, upaya apa yang dilakukan oleh pemerintah untuk
memeratakan pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimana sikap yang seharusnya dilakukan guru untuk menghadapi berbagai tantangan, dalam
kaitannya dengan kehidupan berkelanjutan?

ANSWERING
1. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah sudah
melakukan dan menyusun beberapa program dalam meningkatkan kualitas
pendidikian dalam upaya mencapai program yang diturunkan dari Perserikatan
Bangsa-bangsa yaitu Sustainable Development Goals (SDGs) yang mana dalam
upaya tesebut ada beberapa program yang dijalankan pemerintah untuk mencapai
target dari SDGs tersebut hinga 2030. Program tersebut adalah Program Satu Atap
(SATAP), Sarjana Mendidik di daerah terdepan terluar tertinggal (SM3T), program
Indonesia mengajar, Program baca, tulis, hitung (Calistung)

2. Guru ditantang untuk menghadapi peserta didik yang jauh lebih beragam, materi
pelajaran yang lebih kompleks dan sulit, standard proses pembelajaran dan juga tuntutan
capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan transformasi
besar pada aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang didorong oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, perubahan demografi, globalisasi dan
lingkungan yang berdampak besar pada persekolahan dan profesionalisme guru.

REFERENSI
Annur, S., Wati, M., Mahtari, S., & Prastika, M. D. (2018). Sustainable Development Goals
(SDGs) dan Peningkatan Kualitas Pendidikan. In Seminar Nasional Pendidikan (pp. 251–
255).
Pribadi, R. E. (2017). Implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) Dalam
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Papua. EJournal Ilmu Hubungan Internasional, 5(3),
917–932. ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id
Priscilla, C., & Yudhyarta, D. Y. (2021). Asatiza : Jurnal Pendidikan. 2(1), 64–76.
Sujoko, E., & Darmawan, I. P. A. (2013). REVISI TAKSONOMI PEMBELAJARAN BENYAMIN
S. BLOOM I Putu Ayub Darmawan. 29(1), 30–39.
Supadmini, N. K., Wisnu Budi Wijaya, I. K., & Larashanti, I. A. D. (2020). Implementasi Model
Pendidikan Lingkungan UNESCO Di Sekolah Dasar. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1),
77–83. https://doi.org/10.37329/cetta.v3i1.416
Yohana Regnisia Afirda, Sofia Sa’o, & Yasinta Yenita Dhiki. (2020). Jurnal Pendidikan
Matematika Universitas Flores. Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Flores,
3(September), 121–130. http://e-journal.uniflor.ac.id/index.php/jupika/article/view/678

Anda mungkin juga menyukai