Anda di halaman 1dari 6

KONSEP PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (PEDAGOGIS,

ANDRAGOGI DAN HEUTAGOGI

RQA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Landasan dan Problematika Pendidikan


Sains Biologi yang Dibina oleh Ibu Prof. Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd

Oleh:

Adelia Dwinta Pramashela (210341867643)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN BIOLOGI
September 2021
KONSEP PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN (PEDAGOGIS,
ANDRAGOGI DAN HEUTAGOGI

READING

Konsep Pedagogi

 Pedagogi dipahami sebagai pendekatan pengajaran berupa teori dan praktik pembelajaran
berhubungan dengan bagaimana proses mempengaruhi, dipengaruhi oleh perkembangan
sosial dan psikologi peserta didik.
 Tiga isu terkait dengan penggunaan istilah pegogi yaitu, (1) pedagogi merupakan proses
yang bertujuan untuk menjelaskan prinsip dan praktik mengajar anak, (2) pedagogi social
yang digunakan untuk menggambarkan prinsip mengajar anak dan kaum muda, dan (3)
pedagogi telah dominan mewarnai proses pembelajaran dalam konteks sekolah. Secara
tradisional pedagogi adalah seni mengajar sedangkan dari segi modern pedagogi sebagai
ilmu dan pedagogi sebagai seni (Hiryanto, 2017).
 Beberapa definisi yang terkait pengertian pedagogi sebagai ilmu dan seni menurut
Sudarwan Danim (2010: 54-55) antara lain:
1) Pengajaran (teaching)
2) Belajar (learning)
3) Hubungan mengajar dengan belajar dengan segala factor lain yang ikut mendorong
minat pedagogi
4) Hubungan mengajar dan belajar berkaitan dengan semua pengaturan dan pada segala
tahapan usia, sebagaimana dikembangkan di lembaga pendidikan formal dan nonformal
(Joko & Suminar, 2016).
 Dengan demikian pedagogi yang efektif mencoba menggabungkan alternatif strategi
pembelajaran yang mendukung keterlibatan intelektual, memiliki keterhubungan dengan
dunia yang lebih luas, lingkungan kelas yang koduksif dan pengakuan atas perbedaan
penerapan pada semua pelajaran.
Konsep Andragogi

 Istilah andragogi seringkali dijumpai dalam proses pembelajaran orang dewasa (adult
learning), baik dalam proses pendidikan nonformal (pendidikan luar sekolah) maupun
dalam proses pembelajaran pendidikan formal (Hiryanto, 2017).
 Fungsi guru dalam hal ini hanya sebagai fasilitator, bukan menggurui, sehingga relasi
antara guru dan peserta didik (murid, warga belajar) lebih bersifat multicomunication.
Maka dari itu, andragogi merupakan suatu bentuk pembelajaran yang mampu melahirkan
sasaran pembelajaran (lulusan) yang dapat mengarahkan dirinya sendiri dan mampu
menjadi guru bagi dirinya sendiri.
 Kondisi orang dewasa dalam belajar berbeda dengan anak-anak. Terjadinya perbedaan
antara kegiatan belajar anak-anak dengan orang dewasa, hal tersebut karena orang
dewasa memiliki: 1) Konsep diri (The self-concept), 2) Pengalaman hidup (The role
of the learner’s experience); 3) Kesiapan belajar (Readiness to learn); 4) Orientasi
belajar (Orientasion to learning); 5) Kebutuhan pengetahuan (The need to know);
dan 6) Motivasi (Motivation). (Irving, 2016)
 Pada pendidikan formal andragogy seringkali digunakan pada proses pembelajaran pada
tingkat atau level pendidikan menengah ke atas. Namun demikian dalam menerapkan
konsep, prinsip andragogi pada proses pembelajaran sebenarnya tidak secara mutlak
harus berdasar pada bentuk, satuan tingkat atau level pendidikan, akan tetapi yang paling
utama adalah berdasar pada kesiapan peserta didik untuk belajar.(Joko & Suminar, 2016)
Konsep Heutagogi

 Pendekatan heutagogi memiliki keunikan tersendiri yaitu peserta didik diberi hak penuh
sebagai orang dewasa untuk mengarahkan diri sendiri dalam mengelola kelas (Halupa,
2015). Heutagogi sendiri lahir dari asumsi dua filosofi pendekatan dalam pengajaran
yaitu humanisme dan konstrutivisme dengan pengajaran terfokus pada peserta didik
(Kenyon & Hase, 2013).
 Hubungan antara pedagogi, andragogi maupun heutagogi, dapat dilihat dari tingkat
kematangan peserta didik serta syarat kemandirian belajar, bahwa semakin bertambah
usia maka semakin bertambah kemandirian belajarnya, sementara dilihat dari peran
pendidik atau instruktur, maka semakin bertambah usia, peran instruktur serta materi
yang terstruktur semakin berkurang, dan sebaliknya semakin muda (anak-anak) dengan
pendekatan pedagogi, maka peran instruktur dan materi yang terstruktur semakin
dominan.
 Pembelajaran heutagogi merupakan pembelajaran yang dilakukan secara mandiri,
sehingga peserta didik sering terjadi kesulitan mengakses informasi. Dengan adanya
integrasi dengan teknologi, peserta didik dapat mendapatkan informasi mengenai proses
pembelajaran. Sebagai calon pendidik, pembelajaran heutagogi telah menjadi opsi untuk
meningkatkan kemampuan critical thinking, creative thinking, technology literacy,
collaborating dan communicating.

 Pembelajaran, pedagogi, andragogi dan andragogi merupakan konsep pendidikan dan


pembelajaran yang masing-masing berdiri sendiri karena berdasarkan prinsipnya ketiga
konsep tersebut memiliki prinsip yang berbeda-beda Pedagogi merupakan sebuah proses
yang bertujuan, dalam makna umum istilah pedagogi digunakan untuk menjelaskan
prinsip-prinsip dan praktik mengajar anak-anak, contohnya pada Pembelajaran di tingkat
anak-anak, Prinsip andragogi yang paling utama adalah berdasarkan kesiapan peserta
didik untuk belajar, dikarenakan semua peserta didik dianggap sebagai orang dewasa
yang diasumsikan memiliki kemampuan yang aktif dalam merencanakan arah belajar,
memiliki bahan, memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganalisis dan menyimpulkan
serta mampu mengambil manfaat dari belajar atau dari sebuah proses pendidikan,
contohnya seperti di sekolah menegah atas dimana siswa telah dikatakan dewasa dalam
hal belajar. Prinsip heutagogi memiliki keunikan tersendiri yaitu peserta didik diberi hak
penuh sebagai orang dewasa untuk mengarahkan diri sendiri dalam mengelola kelas.
contohnya seperti di tingkat perguruan tinggi dimana peserta didik dan pendidik
menyetujui jadwal belajar, metode yang digunakan, frekuensi ulasan kemajuan dan
bentuk penilaian akhir.

QUESTIONING

1. Saat kita sebagai pengajar melakukan pembelajaran apakah pembelajaran pedagogi,


andragogi dan heutagogi masing-masing dapat berdiri sendiri? Atau satu kesatuan? Dan
tolong berikan contoh yang relevan ketika kita sedang mengajar apakah sudah
menerapkan pembelajaran pedagogi, andragogi dan heutagogi.
2. Apa saja kompetensi yang harus dicapai oleh seorang pendidikan untuk menerapkan
pedagogi, andragogi, dan heutagogi dalam pembelajaran ?
ANSWERING
1. Hubungan antara Pembelajaran pedagogi, andragogy, dan heutagogi:
 Pedagogi (pembelajaran dipimpin oleh pendidik) Pembelajaran bergantung, dipercayakan
atau diolah oleh pendidik. Peran pendidik adalah mendesain pembelajaran, serta
mengidentifikasi materi pembelajaran dan sumber belajar. Peserta didik tergantung pada
pendidik, dan hanya sedikit memiliki tanggung jawab dalam belajar. Pembelajaran dilakukan
secara linier serta sekuensial. Pembelajaran berfokus pada materi dan harus memenuhi
kurikulum tertentu. Adapun motivasi belajar peserta didik bersifat ekstrinsik, seperti orang
tua, pendidik dan lain-lainnya.
 Andragogi (pembelajaran yang mandiri) Peserta didik memiliki otonom dalam proses
pembelajaran mereka sendiri. Peserta didik berusaha menerima lebih banyak tanggung jawab
dalam belajar, sehingga peserta didik mencari bimbingan dalam belajar. Adapun fokus
pembelajarannya yaitu berfokus pada ketercapaian tujuan belajar. Pembelajaran mendorong
pada pemikiran lintas disiplin dan otonom. Motivasi belajar peserta didik berasal dari dalam
diri mereka sendiri (intrinsik), dimana peserta didik menyukai peningkatan harga diri yang
datang dari pembelajaran. Sedangkan pendidik hanya berfungsi sebagai fasilitator yang
menetapkan tugas-tugas sehingga mendorong peserta didik untuk menggunakan berbagai
cara atau jalan dalam mengidentifikasi solusi.
 Heutagogi (pembelajaran yang ditentukan sendiri) Peserta didik adalah pencari masalah dan
menyambut tantangan, sehingga belajar tidak linier dan tidak berurutan. Peserta didik yang
bertanggung jawab penuh atas kegiatan belajar mereka, sehingga fokus pembelajaran
didasarkan pada inkuiri, dan proses belajar dipandang untuk jangka panjang. Adapun
motivasi peserta didik mengalir dan tahu bagaimana cara mereka belajar. Selain itu peserta
didik mencari situasi yang tidak biasa sebagai sumber belajar untuk memperoleh kompetensi
yang adaptif. Sedangkan fungsi atau peran pendidik adalah membina upaya untuk
menyatukan peluang, konteks, relevansi, dan kompleksitas untuk mendorong kolaborasi dan
keingintahuan.
 Berdasarkan paparan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pedagogi,
andragogi dan heutagogi, merupakan suatu kontinum, artinya tidak berdiri masing-masing,
hanya saja dalam implikasinya lebih menekankan peran peserta didik dan tingkat
kematangan atau kedewasaan maupun peran pendidik (instruktur) dalam memberdayakan
masyarakat, sehingga munculnya pendekatan tersebut memiliki peran masing-masing dan
kelebihan serta kekurangan dalam mewarnai khasanah ilmu pendidikan.
2. kompetnsi yg harus dicapai seorang pendidik yaitu :
 Kompetensi Pedagogik yaitu kemampuan atau keterampilan guru yang bisa mengelola
suatu proses pembelajaran atau interaksi belajar mengajar dengan peserta didik.
 Kompetensi Kepribadian, yaitu berkaitan dengan karakter personal/sikap yg dimiliki
guru. +supel, sabar, disiplin, jujur, rendah hati, berwibawa, santun,dll). Kepribadian
positif wajib dimiliki seorang guru karena para guru harus bisa jadi teladan bagi para
siswanya.
 Kompetensi Profesional, kemampuan atau keterampilan yang wajib dimiliki supaya
tugas-tugas keguruan bisa diselesaikan dengan baik, sperti pengerjaan rpp dan media aja
lainnya.
 Kompetensi Sosial, yaitu berkaitan dengan keterampilan komunikasi, bersikap dan
berinteraksi secara uumum, baik itu dengan peserta didik, sesama guru, tenaga
kependidikan, orang tua siswa, hingga masyarakat secara luas.
Jika semua kompetensi tesbut sudah dimiliki maka guru dapat menerapkan 3 konsep
pembelajaran tersebut.
REFERENCES

Hiryanto. (2017). - 65 Hiryanto. Dinamika Pendidikan, 22, 65–71.


Irving, H. (2016). Paper salvage in Britain during the Second World War. Historical Research,
89(244), 373–393. https://doi.org/10.1111/1468-2281.12135
Joko, T., & Suminar, T. (2016). Penerapan Pedagogi Dan Andragogi Pada Pembelajaran
Pendidikan Kesetaraan Kelompok Belajar Paket a, B, Dan C Di Kota Semarang. Penerapan
Pedagogi Dan Andragogi Pada Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan Kelompok Belajar
Paket a, B, Dan C Di Kota Semarang, 1(1).
Kenyon, Christ., Hase, Stewart., (2013). The Nature of Learning, in Hase, Stewart; Kenyon,
Christ (Ed), 2013, Self-Determined Learning in action, 19 – 35 , London - New
Delhi - New York – Sydney : Bloomsbury, eISBN: 978-1-4411-0891-3.

Anda mungkin juga menyukai