RQA
Oleh:
READING
Konsep Pedagogi
Pedagogi dipahami sebagai pendekatan pengajaran berupa teori dan praktik pembelajaran
berhubungan dengan bagaimana proses mempengaruhi, dipengaruhi oleh perkembangan
sosial dan psikologi peserta didik.
Tiga isu terkait dengan penggunaan istilah pegogi yaitu, (1) pedagogi merupakan proses
yang bertujuan untuk menjelaskan prinsip dan praktik mengajar anak, (2) pedagogi social
yang digunakan untuk menggambarkan prinsip mengajar anak dan kaum muda, dan (3)
pedagogi telah dominan mewarnai proses pembelajaran dalam konteks sekolah. Secara
tradisional pedagogi adalah seni mengajar sedangkan dari segi modern pedagogi sebagai
ilmu dan pedagogi sebagai seni (Hiryanto, 2017).
Beberapa definisi yang terkait pengertian pedagogi sebagai ilmu dan seni menurut
Sudarwan Danim (2010: 54-55) antara lain:
1) Pengajaran (teaching)
2) Belajar (learning)
3) Hubungan mengajar dengan belajar dengan segala factor lain yang ikut mendorong
minat pedagogi
4) Hubungan mengajar dan belajar berkaitan dengan semua pengaturan dan pada segala
tahapan usia, sebagaimana dikembangkan di lembaga pendidikan formal dan nonformal
(Joko & Suminar, 2016).
Dengan demikian pedagogi yang efektif mencoba menggabungkan alternatif strategi
pembelajaran yang mendukung keterlibatan intelektual, memiliki keterhubungan dengan
dunia yang lebih luas, lingkungan kelas yang koduksif dan pengakuan atas perbedaan
penerapan pada semua pelajaran.
Konsep Andragogi
Istilah andragogi seringkali dijumpai dalam proses pembelajaran orang dewasa (adult
learning), baik dalam proses pendidikan nonformal (pendidikan luar sekolah) maupun
dalam proses pembelajaran pendidikan formal (Hiryanto, 2017).
Fungsi guru dalam hal ini hanya sebagai fasilitator, bukan menggurui, sehingga relasi
antara guru dan peserta didik (murid, warga belajar) lebih bersifat multicomunication.
Maka dari itu, andragogi merupakan suatu bentuk pembelajaran yang mampu melahirkan
sasaran pembelajaran (lulusan) yang dapat mengarahkan dirinya sendiri dan mampu
menjadi guru bagi dirinya sendiri.
Kondisi orang dewasa dalam belajar berbeda dengan anak-anak. Terjadinya perbedaan
antara kegiatan belajar anak-anak dengan orang dewasa, hal tersebut karena orang
dewasa memiliki: 1) Konsep diri (The self-concept), 2) Pengalaman hidup (The role
of the learner’s experience); 3) Kesiapan belajar (Readiness to learn); 4) Orientasi
belajar (Orientasion to learning); 5) Kebutuhan pengetahuan (The need to know);
dan 6) Motivasi (Motivation). (Irving, 2016)
Pada pendidikan formal andragogy seringkali digunakan pada proses pembelajaran pada
tingkat atau level pendidikan menengah ke atas. Namun demikian dalam menerapkan
konsep, prinsip andragogi pada proses pembelajaran sebenarnya tidak secara mutlak
harus berdasar pada bentuk, satuan tingkat atau level pendidikan, akan tetapi yang paling
utama adalah berdasar pada kesiapan peserta didik untuk belajar.(Joko & Suminar, 2016)
Konsep Heutagogi
Pendekatan heutagogi memiliki keunikan tersendiri yaitu peserta didik diberi hak penuh
sebagai orang dewasa untuk mengarahkan diri sendiri dalam mengelola kelas (Halupa,
2015). Heutagogi sendiri lahir dari asumsi dua filosofi pendekatan dalam pengajaran
yaitu humanisme dan konstrutivisme dengan pengajaran terfokus pada peserta didik
(Kenyon & Hase, 2013).
Hubungan antara pedagogi, andragogi maupun heutagogi, dapat dilihat dari tingkat
kematangan peserta didik serta syarat kemandirian belajar, bahwa semakin bertambah
usia maka semakin bertambah kemandirian belajarnya, sementara dilihat dari peran
pendidik atau instruktur, maka semakin bertambah usia, peran instruktur serta materi
yang terstruktur semakin berkurang, dan sebaliknya semakin muda (anak-anak) dengan
pendekatan pedagogi, maka peran instruktur dan materi yang terstruktur semakin
dominan.
Pembelajaran heutagogi merupakan pembelajaran yang dilakukan secara mandiri,
sehingga peserta didik sering terjadi kesulitan mengakses informasi. Dengan adanya
integrasi dengan teknologi, peserta didik dapat mendapatkan informasi mengenai proses
pembelajaran. Sebagai calon pendidik, pembelajaran heutagogi telah menjadi opsi untuk
meningkatkan kemampuan critical thinking, creative thinking, technology literacy,
collaborating dan communicating.
QUESTIONING