Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH UNTUK

MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

  
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN

Disusun oleh :

Aprilia Putri Astuti (4401412015)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


KOTA SEMARANG
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan nikmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN”. Makalah ini mempunyai tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan
menjelaskan strategi implementasi manajemen berbasis sekolah, menjelaskan tahapan
implementasi manajemen berbasis sekolah, menjelaskan cara meningkatkan mutu pendidikan
berdasarkan implementasi manajemen berbasis sekolah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Manajemen Sekolah,
Heri Triluqman Budisantosa, S.Pd. yang telah membimbing penulis dalam penyusunan makalah
ini, serta teman-teman yang telah memberi saran dan dukungan. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki dan menyempurnakan
tugas yang akan datang.

BAB I

PENDAHULUAN

A.              Latar Belakang

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan
dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru
melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai
indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah,
terutama di kota-kota, menunjukan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan,
namun sebagian lainnya masih memprihatinkan.  Dari berbagai pengamatan dan analisis,
sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan
secara merata. 

Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan


education function atau input-output analisys yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.

Faktor kedua, penyelenggaran pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik


sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan sangat tergantung pada
keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan
yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat.

Faktor ketiga, peran serta warga sekolah khususnya guru dan pranserta masyarakat khususnya
orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut diatas, tentu saja perlu dilakukan upaya-upaya


perbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari
manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah.

Lahirnya UU. No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, serta UU. No. 25 tentang
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang membawa konsekuensi terhadap bidang-bidang
kewenangan daerah sehingga lebih otonom termasuk dalam bidang pendidikan. Sehingga
penyelenggaraan yang bersifat terpusat atau sentralis berganti ke arah desentralisasi. Pengelolaan
pendidikan yang diarahkan pada desentralisasi menuntut partisipasi masyarakat secara aktif
untuk merealisasikan otonomi daerah. Karena itu memerlukan kesiapan sekolah sebagai ujung
tombak operasional pendidikan pada level bawah. Pendidikan yang selama ini dikelola terpusat
(sentral) harus diubah sesuai dengan perkembangan sistem yang ada yaitu sistem desentraliasi.

Otonomi daerah sebagai kebijakan politik makro akan memberi imbas terhadap otonomi
sekolah sebagai sub sistem pendidikan. Dengan adanya kebijakan tersebut maka pengelolaan
pendidikan dilakukan secara otonom yaitu dengan model manajemen berbasis sekolah atau
school based management. Manajemen berbasis sekolah sendiri merupakan suatu konsep yang
menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan
masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat dan
pemerintah.

B.  Rumusan Masalah

1.     Apakah yang dimaksud implementasi manajemen berbasis sekolah?

2.     Bagaimana strategi implementasi manajemen berbasis sekolah?

3.     Bagaimana tahapan implementasi manajemen berbasis sekolah?

4.     Bagaimana cara meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan implementasi manajemen berbasis
sekolah?

C.              Tujuan Penulisan

1.     Menjelaskan pengertian implementasi manajemen berbasis sekolah.


2.     Mengetahui dan menjelaskan strategi implementasi manajemen berbasis sekolah.

3.     Mengetahui dan menjelaskan tahapan implementasi manajemen berbasis sekolah.

4.     Mengetahui dan menjelaskan cara meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan implementasi
manajemen berbasis sekolah.

D.                  Manfaat Penulisan

1.     Mampu menerapkan implementasi manajemen berbasis sekolah.

2.     Memudahkan sekolah dalam meningkatkan mutu dan prestasi.

3.     Memudahkan sekolah dalam mengatur dan memanajemen segala komponen sekolah.
BAB II
LANDASAN TEORI

A.              Manajemen Berbasis Sekolah


Manajemen Berbasis Sekolah merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan
otonomi luas pada tingkat sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi ini
diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikan
sesuai dengan prioritas kebutuhan serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Dengan kata
lain bahwa Manjamenen Berbasis Sekolah menuntut sekolah untuk secara mandiri menggali,
mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan dan mempertanggungjawabkan
pemberdayaan sumber-sumber baik kepada masyarakat atau pemerintah.

Manajemen Berbasis Sekolah juga menawarkan sekolah untuk menyediakan pendidikan


yang lebih baik dan lebih memahami peserta didik. Pada dasarnya Manajemen berbasis Sekolah
suatu strategi pengelolaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang menekankan pada
pengerahan dan pendayagunaan sumber internal sekolah dan lingkungannya secara efektif dan
efisien sehingga menghasilkan lulusan yang berkuaitas dan bermutu. Menurut Direktorat
Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada
hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan
melibatkan semua kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan sekolah secara
langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu
sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah

B. Ciri-ciri Sekolah yang Melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah

Menurut Prof.Dr.H.Djam’an Satori,MA indikator atau ciri-ciri sekolah yang menerapkan


Manajemen Berbasis Sekolah yaitu:

1. Partisipasi masyarakat diwadahi melalui Komite Sekolah

2. Transparansi pengelolaan sekolah (program dan anggaran)


3. Program sekolah realistik – need assessment

4. Pemahaman stakeholder mengenai Visi dan Misi sekolah

5. Lingkungan fisik sekolah nyaman, terawat.

6. Iklim sekolah kondusif

7. Berorientasi mutu, penciptaan budaya mutu (Hasil curah pendapat peserta lokakaryaMBS –
Komite Sekolah, Kepala Sekolah, Guru dan Pengawas, November 2003 di Bandung Jawa Barat)

Dari beberapa ciri tersebut maka dapat diketahui perbedaan antara sekolah yang sudah
menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah dan yang belum menerapkan secara maksimal. Dalam
implementasinya peran serta masyarakat juga berpengaruh penting dalam pelaksanaan
Manajemen Berbasis Sekolah, karena dengan adanya keterlibatan masyarakat maka keputusan-
keputusan yang diambil akan lebik baik khususnya dalam rangka peningkatan kualitas
pendidikan di sekolah. Masyarakat juga ikut serta dalam mengawasi dan membantu sekolah
dalam kegiatan yang ada termasuk kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah di sekolah yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi akan
memberikan beberapa keuntungan yaitu :

1. Kebijaksanaan dan kewengan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta


didik, orang tua, dan guru.

2. Bertujuan bagaimana memanfatkan budaya local.

3. Efektif dalam melakukan pembinaan peeserta didik seperti kehadiran, hasil belajar,
tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, dan iklim sekolah.

4. adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru,


manajemen sekolah, rancang ulang sekolah dan perubahan perencanaan (Fattah dalam E.
Mulyasa, 2002:24-25).

C.              Mutu Pendidikan


Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa
yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang
tersirat. Mutu pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam upaya pengembangan sumber
daya manusia yang sangat penting maknanya bagi pembangunan nasional.  Pendidikan yang
berkualitas hanya dapat diwujudkan  melalui lembaga pendidikan yang bermutu. Karena itu
upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan upaya yang strategis dalam menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan pembangunan bangsa. Dalam konteks
pendidikan pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan. 
       Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk
berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta
harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses.
       Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil proses
disebut output.
      Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah
yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya,
efektivitasnya, produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan
moral kerjanya.
BAB III
PEMBAHASAN

A.              Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah


Dalam rangka mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah secara efektif dan
efisien maka sekolah harus melibatkan semua unsur yang ada mulai dari kepala sekolah, guru,
masyarakat, sarana prasarana serta unsur terkait lainnya. Kepala sekolah misalnya dalam hal ini
sebagai pemegang kendali di sekolah harus mempunyai pengetahuan kepemimpinan, peren-
canaan, dan pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Kepala sekolah juga dituntut
untuk melakukan fungsinya sebagai manajer dalam peningkatan proses belajar mengajar dengan
melakukan supervisi, membina dan memberi saran-saran positif kepada guru.
Guru sebagai unsur yang berpengaruh dalam implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah yang juga terlibat langsung dalam proses pembelajaran juga dituntut untuk berkreasi
dalam meningkatkan manajemen kelas. Guru juga harus mempersiapkan isi materi pengajaran,
bertanggungjawab atas jadwal pelajaran, pembagian tugas pseserta didik serta keindahan dan
kebersihan kelas. Kreativitas dan daya cipta guru untuk mengimplementasikan MBS perlu terus
menerus didorong.
Dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah bisa dilihat dari sudut sejauh mana sekolah
tersebut dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, pengelolaan SDM, proses belajar-
mengajar dan sumber daya yang ada.

B.              Strategi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah


Sesuai dengan konsep implementasi MBS, dalam pengaturan satuan pendidikan (lebih
khususnya sekolah) berbasis pada potensi masyarakat dan lingkungan di sekitar sekolah.
Menurut Mulyasa (2002: 59-63) agar MBS dapat berjalan secara optimal, diperlukan strategi
dalam pengimplementasian MBS, yakni: (1) Perlu dilakukan pengelompokan sekolah
berdasarkan kemampuan manajemen, dengan mempertimbangkan kondisi lokasi dan kualitas
sekolah. Dalam hal ini sedikitnya akan ditemui tiga kategori sekolah, yaitu baik, sedang, dan
kurang, yang tersebar di lokasi-lokasi maju, sedang, dan ketinggalan. Perbedaan kemampuan
manajemen, mengharuskan perlakuan yang berbeda terhadap setiap sekolah sesuai dengan
tingkat kemampuan masing-masing dalam menyerap paradigma baru yang ditawarkan MBS; (2)
Pentahapan implementasi MBS melalui tiga tahap yaitu jangka pendek (tahun pertama sampai
dengan tahun ketiga), jangka menengah (tahun keempat sampai dengan tahun keenam), dan
jangka panjang (setelah tahun keenam); (3) Implementasi MBS memerlukan seperangkat
peraturan dan pedoman-pedoman (guidelines) umum yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam
perencanaan, monitoring dan evaluasi, serta laporan pelaksanaan. Perangkat implementasi ini
perlu diperkenalkan sejak awal, melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan sejak
pelaksanaan jangka pendek.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan manajemen strategik adalah
menggunakan empat komponen manajemen strategik, yaitu:
(1) Analisis potensi dan profil satuan pendidikan (sekolah/madrasah) untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan;
(2) Analisis lingkungan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman dalam
melaksanakan layanan jasa pendidikan;
(3) Menetapkan visi dan misi berdasarkan analisis potensi dan lingkungan sebagai acuan
dalam pengelolaan satuan pendidikan;
(4) Menetapkan strategi yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja sekolah dalam
mencapai visi dan misi sekolah.
Dapat disimpulkan bahwasanya implementasi manajemen berbasis sekolah strategik pada
intinya adalah memilih alternatif strategik yang terbaik bagi organisasi sekolah dalam segala hal
untuk mendukung gerak usaha organisasi sekolah dan organisasi sekolah  harus melaksanakan
manajemen berbasis sekolah strategik secara terus menerus dan harus fleksibel sesuai dengan
tuntutan kondisi di lapangan. Dengan begitu maka akan mengarah ke perbaikan kualitas
pendidikan di sekolah.

C.              Tahapan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah


Sebagai paradigma pendidikan yang baru maka dalam implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah melalui beberapa tahapan. Menurut Fatah tahapan implementasi tersebut dibagi menjadi
tiga, yaitu :
1.     Tahap Sosialisasi merupakan tahapan yang penting mengingat luasnya daerah yang ada terutama
daerah yang sulit dijangkau serta kebiasaan masyarakat yang umumnya tidak mudah menerima
perubahan karena perubahan yang bersifat personal maupun organisasional memerlukan
pengetahuan dan keterampilan yang baru. Dengan adanya sosialisasi ini maka akan
mengefektifkan pencapaian implementasi Manajemen Berbasis Sekolah baik menyangkut aspek
proses maupun pengembangannya di sekolah.
2.     Tahap Piloting yaitu merupakan tahapan ujicoba agar penerapan konsep MBS tidak mengandung
resiko. Efektivitas model ujicoba memerlukan persyaratan dasar yaitu akseptabilitas,
akuntabilitas, reflikabilitas, dan sustainabilitas.
3.     Tahapan desiminasi merupakan tahapan memasyarakatkan model Manajemen Berbasis Sekolah
yang telah diujicobakan ke berbagai sekolah agar dapat mengimplementasikannya secara efektif
dan efisien.

D.              Meningkatkan Mutu Pendidikan


Dalam peningkatan mutu pendidikan perlu adanya dukungan dan kerja sama antar komponen
yang ada. Sekolah harus memiliki karakteristik berikut dalam meningkatkan mutu pendidikannya
:
a.         Proses Belajar Mengajar yang Efektivitasnya Tinggi

PBM yang efektif juga lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning to know), belajar
bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi
diri sendiri (learnig to be)
b.         Kepemimpinan Sekolah yang Kuat
kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan
menyerasikan semua sumberdaya pendidikan yang tersdia. Kepemimpinan Kepala Sekolah
merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi,
tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana
dan bertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan
kepemimipinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif/prakarsa untuk
meningkatkan mutu sekolah.
c.          Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib

Sekolah memiliki lingkungan (iklim) belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga proses
belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman (enjoyable learning).

d.         Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang efektif


Tenaga kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah. Sekolah hanyalah merupakan
wadah. Oleh karena itu, pengelolaan tenaga kependidikan, mulai dari kebutuhan, perencanaan,
pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga sampai pada imbal jasa, merupakan
garapan penting bagi seorang kepala sekolah.

e.       Sekolah memiliki Budaya Mutu

Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap perilaku selalu didasari
oleh profesionalisme.

f.        Sekolah memiliki “Teamwork” yang kompak, Cerdas, dan Dinamis

Kebersaman (teamwork) merupakan karateristik yang dituntut oleh MBS, karena output
pendidikan merupakan hasil kolektif warga sekolah, bukan hasil individual.

g.      Sekolah memiliki Kewenangan (kemandirian)

Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan yang terbaik bagi sekolahnya, sehingga
dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tidak selalu menggantungkan
pada atasan.

h.     Sekolah memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen

Keterbukaan/transparansi ini ditunjukan dalam pengambilan keputusan, perencanaan dan


pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang, dan sebagai alat kontrol. 

i.     Sekolah memiliki Kemauan untuk Berubah (psikologis dan pisik)

Tentu saja yang dimaksud perubahan adalah peningkatan, baik bersifat fisik maupun psikologis
j.      Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan.

Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat daya serap dan
kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan hasil evaluasi
belajar tersebut untuk memperbaiki dan meyempurnakan proses belajar mengajar di sekolah.

k.     Memiliki Komunikasi yang baik

Sekolah yang efektif umumnya memiliki komunikasi yang baik terutama antar warga sekolah,
dan juga sekolah-masyarakat sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing
warga sekolah dapat diketahui.

l.       Sekolah memiliki Akuntabilitas


Akuntabilitas adalah bentuk pertanggung jawaban yang harus dilakukan sekolah terhadap
keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Akuntabilitas ini berbentuk laporan prestsi yang
dicapaikan dan dilaporkan kepada pemerintah, orang tua siswa, dan masyarakat.

m.     Sekolah memiliki Kemampuan Manajemen Sustainabilitas

Sekolah yang efektif juga memiliki kemampuan untuk menjaga kelangsungan hidupnya
(sustainabilitasnya) baik dalam program maupun pendanaannya.
BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Implementasi manajemen berbasis sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan dengan strategi
yang tepat dan sesuai dengan sekolah. Tahap-tahap yang dilaksanakan ada 3 yaitu tahap
sosialisasi, tahap piloting, tahap diseminasi. Ketiga tahap ini harus dilaksanakan secara urut dan
sesuai. Didukung dengan semua komponen sekolah, mutu pendidikan dalam suatu sekolah akan
tercapai dengan hasil yang memuaskan.

B.    Saran
Sebaiknya tahap-tahap implementasi manajemen berbasis sekolah dilaksanakan secara urut dan
tidak hanya beberapa komponen yang melaksanakan, tetapi seluruh komponen sekolah harus
terlibat agar kerja sama dalam memanajemen sekolah kompak dan seluruh kegiatan
terkomunikasikan dengan baik.
Daftar Pustaka

Anonim. 2013. (http://pakguruonline.pendidikan.net/mpmbs4.html). Diunduh pada 23 November


2013.
Malik, Halim. 2011. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (Hardiknas-Rangkat), (online),
(http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/02/konsep-manajemen-berbasis-sekolah-hardiknas-
rangkat/, diakses tanggal 23 November 2013)
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai