Anda di halaman 1dari 10

TUGAS FARMAKOKINETIK

Kel. 10 Kelas L

REGIMEN / PENYESUAIAN DOSIS

DOSEN:
DOSEN : Prof. Dr. Teti Indrawati, MS.Apt

Disusun Oleh :

Nisrina Nuraini ( 20334752 )


Novi Jayanti ( 20334753 )
Yessy Puspa Dewanty ( 20334754 )
Lakhsmi Dwi Permatasari ( 20334755 )
Roro Kumbini ( 20334756 )
Maria Angelia Oliviani Kape ( 20334757 )

PROGRAM STUDI FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
BUKU SHARGEL HALAMAN 717-718

REGIMEN / PENYESUAIAN DOSIS

1. Jadwal dosis normal untuk pasien pada tetrasiklin adalah 250 mg PO (Peroral) setiap
6 jam. Sarankan sebuah aturan dosis untuk pasien ini ketika analisis laboratorium
menunjukan fungsi ginjalnya memburuk dari Clcr 90 menjadi 20 ml/menit ?

Diketahui : Dosis normal tetrasiklin : 250 mg PO setiap 6 jam


Ditanya : Aturan dosis ( Du) ?
JAWAB : Untuk menjaga konsentrasi rata – rata tetrasiklin pada kadar yang sama
seperti pada pasien normal,dosis tetrasiklin harus di kurangi
Du ku
= = 40 %
Dn kn
Du = (250)(0,40) = 100 mg
Oleh karena itu,100 mg harus di berikan tetrasiklin PO setiap 6 jam

2. Seorang pasien yang menerima pengobatan antibiotika pada saat dialisis.laju air
serum ke dalam mesin ginjal adalah 50 ml/menit. Penetapan kadar menunjukan
bahwa konsentrasi obat masuk mesin tersebut adalah 5 ug/ml dan konsentrasi obat
dalam serum meninggalkan mesin adalah 2,4 ug/ml.Klirens obat untuk pasien ini
adalah 10 ml/menit.Sejauh mana hendaknya dosis di tingkatkan jika konsentrasi rata-
rata antibiotik harus di pertahankan ?
Diketahui :
Q = 50 ml/menit
Ca = 5 ug/menit
Cv = 2,4 ug/menit
Ditanya : Dosis yang di berikan sebelum dialisis ?
JAWAB :
Klirens obat total = ClT + ClD
Q(Ca−Cv)
ClD =
Ca
50(5−2,4)
ClD = = 26ml/menit 5
5
Klirens obat total = 10 + 26 = 36 menit
Karena klirens obat di tingkatkan dari 10 menjadi 36 ml/menit,dosis hendaknya di
tingkatkan jika dialisis akan berlanjut,karena dosis berbanding lurus dengan klirens
Du 36
= = 3,6
Dn 10
dosis baru hendaknya 3.6 kali dosis yang diberikan sebelum dianalisis jika kadar
antibiotika yang sama dipertahankan.

3. Laju filtrasi glomerulus dapat diukur baik dengan klirens inulin atau klirens kreatinin.
a.Mengapa klirens kreatinin atau inulin digunakan untuk mengukur GFR?
Jawaban :
Klirens kreatinin atau inulin digunakan untuk mengukur GFR karena inulin
merupakan sebuah polisakaridafruktosa dimana yang memenuhi sebagian besar
kriteria yang diperlukan untuk menggunakan obat untuk mengukur GFR yang
diantaranya :
1.Obat harus difiltrasi bebas pada glomerulus
2.Obat tidak boleh diserap kembali atau disekresi aktif oleh tubulus ginjal
3.Obat tidak boleh dimetabolisme
4.Obat hendaknya tidak terikat secara bermakna terhadap protein plasma
5.Obat hendaknya tidak berpengaruh pada laju filtrasi ataupun mengubah fungsi
ginjal
6.Obat hendaknya tidak toksik
7.Obat dapat di infusikan dalam jumlah yang cukup sehingga memungkinkan
kuantisasi sederhana dan akurat dalam plasma dan urine. Begitu pula dengan
kreatinin.

b.Metode klirens manakah , inulin atau kreatinin , yang memberikan perkiraan yang
lebih akurat dari GFR? Mengapa?
Jawaban :
Metode klirens yang memberikan perkiraan yang lebih akurat dari GFR yaitu
menggunakan metode inulin karena inulin melibatkan suatu prosedur yang memakan
waktu dimana inulin diberikan melalui infuse intravena sampai kadar plasma tunak
yang konstan diperoleh. Selanjutnya klirens inulin dapat diukur melalui laju infuse
dibagi dengan konsentrasi inulin plasma tunak, untuk itu prosedur ini merupakan
metode yang dapat menghasilkan nilai yang akurat untuk GFR dibandingakn dengan
kreatinin dimana kreatinin adalah subtansi endogen terbentuk dari creatine phosphate
selama metabolisme otot, dimana produksi kreatinin bervariasi menurut usia , berat
badan,dan jenis kelamin individu. Dan klirens kreatinin cenderung menurun pada
pasien lansia, maka untuk pengukuran GFR lebih kecil keakuratannya dibandingkan
dengan metode inulin.

4. Seorang pasien uremia mempunyai keluaran urine sebesar 1,8 L / 24 jam dan rata –
rata konsentrasi kreatinin 2,2 mg/dl.Berapa Klirens ? bagaimana anda menyesuaikan
dosis suatu obat yang secara normal di berikan pada 20 mg/kg setiap 6 jam pada
pasien ini (diasumsikan konsentrasi kreatinin urine adalah 0,1 mg/ml dan klirens
kreatinin adalah 100 ml/menit) ?
Diketahui :
Ccr = 2,2 mg/dl
Cu = 0,1 mg/ml
Ditanya : dosis yang di berikan setiap 6 jam ?
JAWAB :
Cu. V .100
ClCr =
Ccr .1440
(0,1)(1800)(100)
ClCr = = 5,68 mL/menit
(2,2)(1440)
Dengan asumsi bahwa Clcr normal pada pasien ini adalah 100 ml/menit,dosis uremia
hendaknya 5,7 % dari dosis normal, karena fungsi ginjal secara drastis menurun :
(0,057) (20mg/kg) = 1,14 mg/kg di berikan setiap 6 jam.

5. Seseorang pasien mendapat lincomycin 600 mg setiap 12 jam intramuskuler


didapatkan mempunyai klirens kreatinin dari 5 ml/menit.haruskah dosis di
sesuaikan ? jika ya,(a) sesuaikan dosis dengan mempertahankan dosis interval
konstan,(b) sesuiakan interval pendosisan dan dosis. Apa perbedaan yang bermakna
dalam metode penyesuaian ?
Diketahui : Dosis Lincomycin = 600mg setiap 12 jam
Ditanya :
(a) sesuaikan dosis dengan mempertahankan dosis interval konstan
(b) sesuaikan interval pendosisan dan dosis
(c) Apa perbedaan yang bermakna dalam metode penyesuaian
JAWAB :
Berdasarkan gambar grafik, garis F pada ClCr 5 ml/menit

Ku
= 45%
Kn
a. Dosis yang di berikan sebaiknya : (0,45) (600mg) = 270 mg setiap 12 jam
b. Dosis 600 mg harus diberikan setiap : 12 x 100/45 = 26,7 jam
c. Karena mungkin diinginkan untuk memberikan obat sekali setiap 24 jam,baik dosis
dan interval pendosisan dapat di sesuaikan sehingga pasien masih akan
mempertahankan kadar dalam darah rata – rata yang kemudian dapat di berikan pada
waktu yang tepat, maka
D0
Cꝏav=
kVDT
D0 = 600 mg T = 26,7 jam
600
Cꝏav=
kVD x 26,7
Untuk mempertahankan Cꝏav yang sama hitung suatu dosis baru, D N dengan interval
pendosisan baru TN 24 jam
D0
Cꝏav= jadi,
kVD 24
600 DN
= , sehingga
26,7 24
24 x 600
DN = = 539,32
26,7
Obat juga dapat diberikan pada 540 mg sehari

6. Dengan menggunakan metode cockcroft dan gault ,hitung klirens kreatinin untuk
seorang wanita (38 tahun,62kg) dengan serum kreatinin adalah 1,8mg/dl ?
Diketahui :
usia Wanita 38 tahun
BB = 62kg
Serum kreatinin = 1,8 mg.dl
Ditanya : Hitung Klirens wanita dengan metode cockcroft dan gault ?
Jawab : Untuk wanita gunakan 85% nilai Clcr yang di peroleh dari laki – laki
0,85 (140−usia ) . Berat badan(kg)
ClCr =
72Cl Cr
0,85 (140−38 ) x 62
ClCr = = 41,5 mL/menit
(72)(1,8)

7. Apakah anda menyesuaikan dosis cephamandole, suatu antibiotik yang 98%


dieksresikan tidak berubah dalam urine, untuk pasien dalam pertanyaan 6?
Mengapa ?
Jawaban : ya dilakukan penyesuaian dosis cephamandhole suatu antibiotic yang 98%
di ekskresikan tidak berubah dalam urine untuk pasien pertanyaan no. 6 dimana
diperoleh Crcl atau klirens kreatinin pada pasien tersebut adalah 41,5ml /menit yang
menunjukkan adanya gangguan ginjal ringan maka diperlukan penyesuaian dosis .

8. Apa asumsi yang biasanya dibuat ketika penyesuaian regimen dosis menurut klirens
kreatinin pada seorang pasien dengan gagal ginjal ?
Jawaban : asumsi yang biasa dibuat ketika penyesuaian regimen dosis menurut klirens
kreatinin pada seorang pasien dengan gagal ginjal diantaranya adanya dosis muatan
obat didasarkan pada volume distrubusi dari pasien , yang secara umum diasumsikan
bahwa volume distribusi tidak berubah secara bermakna , dan oleh karena itu , dosis
muatan obat adalah sama pada pasien uremia sebagaimana pada subjek dengan funsgi
ginjal normal, yang kedua yaitu dosis penjagaan (maintenance) berdasarkan klirens
obat pada pasien , pada pasien uremia laju ekskresi obat lewat ginjal telah menurun
mengakibatkan penurunan klirens tubuh total.

9. Dosis lazim dari gentamisin pada penderita dengan fungsi ginjal normal adalah 1,0
mg/kg setiap 8 jam dengan injeksi IV bolus ganda. Dengan menggunakan metode
Nomogram (Gambar21-5), berapakah dosis gentamisin yang akan saudara anjurkan
untuk seorang penderita pria dewasa umur 55 tahun berat badan 72 kg dengan klirens
keratinin 20 ml/menit ?
Diketahui :
Umur = 55 tahun
BB = 72 kg
Clcr = 20 ml/menit
Dosis normal = 1 mg/kg
Ditanya : Dosis uremik gentamisin ?
JAWAB :
Clcr = 20 ml/menit ,
ku
= 25 % = 0,25
kn
ku
Dosis Uremia = x dosis normal
kn
= (0,25) ( 1 mg/kg)
= 0,25 mg/kg

Untuk pasien 72 kg
Dosis uremia = (0,25) (75) = 18,8 mg
Pasien hendaknya menerima 18,8 mg setiap 8 jam dengan injeksi intravena bolus
ganda

10. Suatu injeksi intravena bolus tunggal (1gram) dari suatu antibiotik diberikan kepada
pasien laki – laki anephric (umur 68, 75 kg). Selama 48 jam berikutnya, waktu paruh
eliminasi dari antibiotik adalah 16 jam. Pasien kemudian menjalani hemodialisis
selama 8 jam dan waktu paruh eliminasi menurun menjadi 4 jam.
a. Berapa banyak obat telah di eliminasi pada akhir periode dialisis?
b. Dengan asumsi volume distribusi antibiotik ini adalah 0,5 L/kg. berapa konsentrasi
obat plasma sebelum dan sesudah dialisis ?
Diketahui :
D0 : 1 gram = 1000 mg
Pasien umur 68 tahun, BB = 75 kg
Selama 48 jam, T1/2 = 16 jam
Selama 8 jam dialisis, t1/2 = 4 jam
Vd = 0,5 L/kg
Ditanya:
a. Berapa banyak obat telah di eliminasi pada akhir periode dialisis?
b. Dengan asumsi volume distribusi antibiotik ini adalah 0,5 L/kg. berapa
konsentrasi obat plasma sebelum dan sesudah dialisis ?
Jawab :
a. setelah 48 jam pertama pada dosis t1/2 = 16 jam untuk injeksi IV bolus dengan
asumsi eliminasi orde ke satu :
DB = D0 e-kt
DB = 1000 e-(0,693/16)(48)
DB = 125 mg tertinggal dalam tubuh tepat sebelum dialisis

selama dialisis, t1/2 = 4jam, dan


DB = 1000 e-(0,693/4)(8) = 31,3 mg sesudah dialysis

b. VD = (0,5 L/kg)(75kg) = 37,5 L


Konsentrasi obat tepat sebelum dialisis :
Cp = 125 mg/ 37 L = 3,33/L
Konsenstrasi obat tepat sesudah dialisis :
Cp= 31,3 mg/3,75 L = 0,83 mg/L

11. Ada beberapa metode farmakokinetika untuk penyesuaian aturan dosis obat bagi
penderita dengan penyakit uremia yang didasarkan atas konsentrasi kreatinin data
serum pada penderita tersebut, dari pengetahuan farmakokinetika klinik saudara,
diskusikan hal berikut:
a. Dasar dari metode untuk perhitungan aturan dosis obat pada penderita uremia.
b. Kesahihan dari anggapan atas perhitungan yang dibuat.
Jawab :
a. Dasar dari metode perhitungan aturan dosis obat pada penderita uremia
didasarkan dari Nilai kreatinin serum yang normal dan berbeda menurut jenis
kelamin, usia, dan ukuran. Dengan pengukuran nilai kreatinin serum
menggunakan rumus Cockcroft & Gault
(CrClest = untuk laki-laki, CrCl = untuk perempuan) 0,85 (140-umur) BW 72 x
SCr . Dimana CrClest adalah penafsiran bersihan kreatinin dalam mL/min, umur
dan tahun, BW adalah berat badan dalam kg, SCr adalah kreatinin serum. Nilai
0,85 adalah faktor koreksi untuk perempuan karena perempuan memiliki massa
otot yang lebih kecil dari pada lakilaki. Metode dengan menggunakan rumus
Cockcroft & Gault ini hanya dapat digunakan pada pasien dengan umur lebih dari
18 tahun, pada pasien yang tidak memiliki kelebihan berat badan dari 30% berat
badan idealnya dan pasien yang memiliki konsentrasi kreatinin serum stabil.
Untuk pasien dengan kreatinin serum yang tidak stabil digunakn rumus
alternative dari Jellife & Jellife. Langkah pertama dengan menghitung penafsiran
produksi kreatinin.
Dengan rumus :
Ess male = IBW [29,3-(0,203 x umur)] atau
Ess female = IBW [25,1-(0,175 x umur)]
Dimana Ess adalah nilai ekskresi kreatinin, IBW adalah berat badan ideal dalam
kg dan umur dalam tahun.
b. Kesahihan dari anggapan atas perhitungan yang dibuat : Setelah didapatkan hasil
nilai penafsiran ekskresi keratinin, maka tahap selanjutnya dilakukan perhiungan
terhadap nilai koreksi produksi keratinin dengan rumus :
Ess Corrected = Ess [1,035-(0,0337 x Scrave) ]
E = Ess Corrected Dimana Scrave nilai rata-rata dua keratinin serum yang
ditentukan dalam mg/dL, Scr1 adalah keratinin serum pertama dan Scr2 adalah
keratinin serum kedua, keduanya dalam mg/dL dan ∆t selisih waktu antara
pengukuran Scr1 dan Scr2 dalam menit.

12. Setelah perkiraan kondisi uremia penderita, aturan dosis obat dapat disesuaikan
melalui salah satu dari dua metode (a) membuat dosis tetap dan memperpanjang jarak
waktu pemberian dosis, atau (b) menurunkan dosis dan mempertahankan jarak waktu
pemberian dosis tetap. Diskusikan keuntungan dan kerugian penyesuaian anturan
dosis yang menggunakan metode tersebut.
Jawab:
Keuntungan dan kerugian penyesuaian aturan dosis yang menggunakan metode (a)
atau (b) :
Metode (a) membuat dosis tetap dan memperpanjang jarak waktu pemberian dosis,
memberikan keuntungan mengetahui dosis dengan klirens obat pada uremia,
konsentrasi rata-rata obat dalam plasma yang diinginkan dan kekurangannya adalah
perhitungan klirens obat pada penderita dengan uremia sering tidak mungkin karena
kecilnya konsentrasi awal dari obat dalam plasma yang dianalisis.
Sedangkan metode (b) menurunkan dosis dan mempertahankan jarak waktu
pemberian dosis tetap, memberikan keuntungan pada dosis obat-obat dengan rentang
terapetik yang sempit harus diturunkan terutama jika obat terakumulasi pada
penderita, tetapi kerugiannya adalah jarak waktu pemberian obat yang konstan akan
memengaruhi fungsi ginjal

Anda mungkin juga menyukai