Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH

INDIKASI PERBUATAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Mata Kuliah: Hukum Bisnis

Dosen Pengampu: Dr. M. Yahya Arwiah, S.H., M.Hum.

Disusun Oleh:

Moch. Romy Ramadhani

1501204098

AB-44-02

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM

BANDUNG

2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingkat korupsi di Indonesia saat ini sangat serius dan sangat ketat dan sudah
mendarah daging dalam setiap sendi kehidupan. Peningkatan korupsi meningkat dari
tahun ke tahun baik dalam jumlah dan tingkat kerugian keuangan negara, dari segi
kualitas menjadi lebih sistematis dan canggih, dan skalanya telah menyebar ke seluruh
dunia dalam hal masyarakat. Pertumbuhan korupsi yang tidak terkendali akan membawa
bencana tidak hanya bagi kehidupan perekonomian nasional, tetapi juga kehidupan
bangsa dan bangsa secara keseluruhan. Dengan bertambahnya 4.444 kasus korupsi di
Indonesia, kita tidak lagi tahu siapa, mengapa dan bagaimana. Korupsi telah menjadi
fenomena erta pemilik kantor dan menarik kepentingan mereka yang melakukan
kejahatan korupsi, baik di sektor publik maupun swasta. Tata pemerintahan yang baik
sangat penting dan sangat penting untuk mencegah korupsi tidak hanya pada pejabat
pemerintah, tetapi juga kepada keluarga dan pegawainya. Menurut Nyoman United Putra
Jaya, tindakan korupsi diduga dilakukan oleh pejabat pemerintah, pejabat pemerintah
serta pihak lain seperti keluarga, teman dan pengusaha, dan merugikan sendi kehidupan
sosial. Ini mengancam negara dan negara dan mengancam keberadaan Negara.
Pertumbuhan korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkan
pemberantasannya masih sangat lambat. Romli Atmasasmita mengatakan bahwa korupsi
di Indonesia sudah menjadi virus flu yang menular seluruh instansi pemerintah sejak
tahun 1960-an sejauh ini pemberantasannya terhenti. Lagi, kami mengatakan bahwa
korupsi juga terkait dengan kekuasaan karena dengan Dengan kekuatan ini, pemimpin
dapat menyalahgunakan kekuatannya untuk Kepentingan pribadi, keluarga dan pacar.
Jadi korupsi tidak bisa lagi diklasifikasikan seperti kejahatan biasa tapi berubah menjadi
kejahatan luar biasa (kejahatan luar biasa). Memang, metode konvensional memiliki
digunakan, terbukti tidak dapat menyelesaikan masalah korupsi di dalam komunitas. Di
era reformasi saat ini, pencapaian good governance antara yang lain harus dibantu oleh
polisi melawan pelanggaran Korupsi. Hal ini sesuai dengan tujuan hukum Edisi 28 Tahun
1999 Tentang Penyelenggara Negara yang Bebas dan Bersih korupsi, kolusi, dan
otokrasi. Selain itu, beberapa aturan undang-undang yang dibentuk dengan tujuan untuk
memberantas korupsi, yaitu: Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Penghapusan Perbuatan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Memberantas kejahatan korupsi. Juga, hukum tidak. 30 Tahun
2002 sehubungan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi dan UU No. 46 Tahun 2009
tentang Peradilan Pidana Korupsi.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara menerapkan politik hukum di Indonesia dalam memberantas tindak
pidana korupsi yang ada di Indonesia
C. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui pengertian dari korupsi
2) Untuk mengetahui jenis-jenis korupsi yang ada di Indonesia
3) Untuk mengetahui dampak dari korupsi
4) Menganalisis contoh kasus tindak pidana korupsi
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum,
khususnya hukum pidana dan hukum acara pidana dan diharapkan hasil penelitian dapat
lebih memperjelas batasan nilai pernyataan kerugian kategori pengayaan dan/atau
memanfaatkan korupsi.
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari kata “corruption” yang berarti perubahan. Dari perbuatan baik
menjadi perbuatan buruk. Secara hukum, korupsi adalah “Sebuah kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang tidak adil menurut tugas resmi dan hak
orang lain.” Pasal 2 ayat (I) UU No. 21 Tahun 1999 Tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi disebutkan: “Seseorang yang dapat dipidana karena korupsi Adalah
Barangsiapa yang jelas-jelas melanggar hukum melakukan Perbuatan yang memperkaya
diri sendiri, orang lain atau sesuatu Perusahaan atau perusahaan yang dapat merusak
keuangan Anda Ekonomi Nasional”.
B. Jenis-jenis Korupsi
Berikut jenis-jenis korupsi yang ada di Indonesia dan contohnya:
1) Korupsi Uang Negara
Perbuatan yang merugikan negara dibagi menjadi dua bagian, yaitu mencari
keuntungan dengan melanggar hukum, merugikan negara, dan memanfaatkan
jabatan untuk mendapatkan keuntungan dan merugikan negara. Syaratnya, dana
negara masih tersedia. Biasanya dalam bentuk penawaran, penyediaan barang
atau membayar sejumlah pajak tertentu yang sudah dibayar. Di sektor
pertambangan atau kehutanan alam, korupsi dapat berupa pajak politik sehingga
mereka harus membayar pajak tunggal.
2) Korupsi Suap Menyuap
Suap menyuap adalah praktek memberi atau menerima uang atau hadiah oleh
pejabat pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan kewajibannya, seperti perbedaan antara undang-undang dan
peralatan resmi. Contoh kasus korupsi termasuk menyuap pejabat yang karena
kedudukannya dapat menguntungkan penyuap, hakim, pengacara atau pengacara.
Korupsi jenis ini diatur dalam UU PTPK.
3) Korupsi Tindakan Pemerasan
Pemerasan adalah perbuatan yang dilakukan oleh pejabat atau penyelenggara
pemerintah untuk keuntungan diri sendiri atau orang lain dengan melanggar
hukum atau menyalahgunakan kekuasaan dengan memaksa seseorang untuk
memberikan sesuatu, membayar atau menerima potongan harga, atau melakukan
sesuatu untuk diri sendiri.
4) Korupsi Penggelapan Jabatan
Penyalahgunaan kekuasaan juga termasuk dalam kategori yang biasa disebut
penyalahgunaan kekuasaan, khususnya tindakan pejabat pemerintah yang
memiliki kekuasaan untuk menyalahgunakan laporan keuangan, menghilangkan
barang bukti, atau membiarkan orang lain menghabiskan uang. negara.
5) Korupsi Gratifikasi
Grafitikasi adalah tindakan memberikan hadiah yang diterima oleh pejabat atau
administrator pemerintah dan tidak dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi
dalam waktu 30 hari sejak diterimanya hadiah tersebut. Gaji dapat berupa uang,
properti, diskon, pinjaman tanpa bunga, tiket pesawat, liburan, biaya pengobatan,
dan keperluan lainnya. Jenis korupsi ini diatur dalam pasal 12B UU PTPK dan
pasal 12C UU PTPK.
6) Korupsi Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan memperkenalkan barang atau jasa yang dibutuhkan
oleh instansi atau bisnis. Orang atau organisasi yang ditunjuk untuk membeli
barang atau jasa dipilih setelah melalui proses seleksi yang disebut dengan
penawaran. Pada hakikatnya proses lelang harus dilakukan secara transparan dan
jujur. Agen atau kontraktor dengan suara terbaik dan penawaran paling
kompetitif, agen atau kontraktor akan ditunjuk dan diawasi, dan pihak terpilih
tidak akan diizinkan untuk berpartisipasi sebagai anggota yang berpartisipasi. Jika
ada lembaga yang bertindak sebagai penyeleksi sekaligus penawar, ini bisa
diklasifikasikan sebagai korupsi. Hal ini telah diatur dalam pasal 12 huruf i UU
PTPK.
C. Dampak dari Korupsi
Korupsi memiliki dampak negatif, yang dapat terjadi di semua sektor yang ada.
Korupsi dianggap sangat buruk karena merugikan banyak orang. Pekerjaan ini tidak
hanya dilakukan oleh orang-orang dengan jabatan tinggi, korupsi juga bisa datang dari
hal-hal kecil seperti berbohong. Dengan undang-undang no. 31 Tahun 1999 Pasal 2 Ayat
1 mengatur bahwa barang siapa melakukan perbuatan melawan hukum memperkaya diri
sendiri atau untuk orang lain atau untuk suatu perusahaan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat. ketentuan. dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling
sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah). Korupsi ini juga berpotensi merugikan negara di semua sektor yang
ada. Dari bidang ekonomi, sosial, pemerintahan, politik, pendidikan dan lainnya. Berikut
dampak korupsi di segala bidang:
 Ekonomi: Penurunan produktivitas, Menurunnya pendapatan Negara dari
pajak, dan Meningkatnya utang Negara
 Pemerintahan: Etika social yang kurang, Hilangnya fungsi pemerintahan,
dan Birokrasi menjadi tidak efisien kembali
 Hukum: Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpin dan
Negara, Peraturan PerUndang-Undangan menjadi tidak efektif
 Politik: Pemimpin menjadi koruptor, Publik tidak lagi percaya adanya
demokrasi, dan Menguatnya plutokrasi
 Pertahanan dan Keamanan: Kerawanan pertahanan dan keamanan,
Adanya kekerasan dalam masyarakat, dan Garis batas Negara menjadi
lemah
 Lingkungan: Kualitas lingkungan menjadi rendah dan Kualitas hidup
masyarakat menurun
ANALISIS KASUS

“Kasus Suap Bansos Corona, KPK Tahan Menteri Sosial Juliari Batubara”

A. Studi Kasus
Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) telah menangkap dua tersangka korupsi bidang
kesejahteraan sosial (bansos) Corona, yakni Menteri Sosial (Mensos) Juliari Batubara dan
Kepala Bidang Hubungan Kementerian Sosial, Adi Wahyono. Keduanya ditangkap usai
menyerahkan diri ke KPK. Menteri Sosial Juliari Batubara ditahan di Rutan KPK
Cabang Pomdam Jaya Guntur. Sementara itu, Adi Wahyono ditahan di Ruang Tahanan
KPK Rutan Polres Jakarta Pusat.
Juliari Batubara sendiri tampil dalam jumpa pers. Dia diborgol dan mengenakan rompi
orange. Seperti diketahui, Menteri Sosial Juliari Batubara dijebak KPK dalam dugaan
korupsi perusahaan kesejahteraan sosial corona. Ia terjebak bersama 4 orang lainnya yaitu
Matheus Joko Santoso, Adi Wahyono, Ardian IM dan Harry Sidabuke. Dua nama
pertama adalah Pegawai Negeri Sipil atau PPK di Kementerian Sosial, sedangkan dua
berikutnya adalah pihak swasta sebagai pemberi kontrak jaminan sosial. KPK menduga
Juliari memiliki rating Rp 10.000 per paket sembako senilai Rp 300.000 per bungkus.
Total, tidak tersangka KPK Juliari menerima Rp 8,2 miliar dan Rp 8,8 miliar.
B. Analisis Kasus
Di dalam berita tersebut dijelaskan bahwa Menteri Sosial (Mensos) Juliari Batubara dan
Kepala Bidang Hubungan Kementrian Sosial, Adi Wahyono telah menyalahgunakan
jabatan sebagai kasus korupsi perusahaan kesejahteraan social corona. Maka, menurut
Pasal 55 KUHP Menteri Sosial (Mensos) Juliari Batubara dan Kepala Bidang Hubungan
Kementrian Sosial Adi Wahyono berhak dipenjarakan karena mereka menjanjikan
sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan memberikan
kesempatan, sarana, atau sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan
tersebut
DAFTAR PUSTAKA

1 Nyoman Serikat Putra Jaya. 2005. Tindak Pidana Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di
Indonesia. Semarang: Badan Penerbit Undip. Hal. 2
Muladi dan Barda Nawawi Arief. 1992. Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung:
Alumni. Hal.133
Romli Atmasasmita. 2004. Sekitar Masalah Korupsi, Aspek Nasional dan Aspek
Internasional. Bandung: Mandar Maju. Hal. 1
Tim Yuridis.id. 2021 “Pasal 55 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)”,
https://yuridis.id/pasal-55-kuhp-kitab-undang-undang-hukum-pidana/ diakses pada 11
Desember 2021 pukul 14.19
Widya Hayatun Nufus. 2020 “Kasus Suap Bansos Corona, KPK Tahan Menteri Sosial
Juliari Batubara”, https://news.detik.com/berita/d-5284042/kasus-suap-bansos-corona-
kpk-tahan-menteri-sosial-juliari-batubara diakses pada 11 Desember 2021 pukul 14.00
Tasya Talitha. 2019 “Dampak Korupsi Terhadap Ekonomi, Politik, Pemerintahan &
Hukum”, https://www.gramedia.com/literasi/dampak-korupsi/ diakses pada 11 Desember
2021 pukul 14.21
Novi Fuji Astuti. 2020 “Mengenal Jenis-jenis Korupsi yang Sering Dilakukan, Lengkap
dengan Contohnya” https://www.merdeka.com/jabar/mengenal-jenis-jenis-korupsi-yang-
sering-dilakukan-lengkap-dengan-contohnya-kln.html diakses pada 11 Desember 2021
jam 14.22

Anda mungkin juga menyukai