Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Hadist tentang Riba


Diajukan sebagai salah satu tugas pada mata kuliah
“Hadist Ekonomi”

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Alif Febri Naldo : 3720197
Raisa Mahira : 3720202

Dosen Pembimbing :
Yenni Rahman, S.Thl, MA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


JURUSAN S1 MANAJEMEN BISNIS SYARIAH (MBS 3G)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam yang telah melimpahkan Rahmat serta
Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
serta salam semoga tetap tersanjungkan kepada baginda Rasul Muhammad SAW yang
dengan jerih payahnya telah mampu merubah peradaban yang tidak mengenal
perikemanusiaan menuju peradaban yang penuh dengan kebaikan.
Dalam kesempatan ini, dengan penuh rasa suka cita penulis mengucapkan terimakasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada
ibuk dosen Yenni Rahman, S.Thl, MA. selaku dosen mata kuliah Hadist Ekonomi yang telah
memberikan kepercayaannya kepada kami untuk membuat makalah yang kami beri judul
“Hadist tentang Riba”.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan yang telah dibuat ini masih banyak kesalahan
yang harus diperbaiki, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang budiman agar dalam pembuatan laporan yang berikutnya tidak terjadi
kesalahan serupa.

Padang Pariaman, Nov 2021


Pemakalah

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Riba............................................................................................................. 2
B. Hadist-hadist tentang Riba........................................................................................ 2
C. Wawasan tentang Riba.............................................................................................. 4
D. Ancaman bagi perilaku riba...................................................................................... 7
E. Hikmah pelarangan riba............................................................................................ 8
BAB III PENUTUPAN
Kesimpulan............................................................................................................................ 10
Saran...................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Selain fungsi hadis yang
gunanya memperkuat apa-apa yang telah diterangkan dalam al-Qur’an juga untuk mentakhsis
ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat umum. Disini peran hadis juga tidak kalah
pentingnya dengan al-Qur’an. Apalagi kita sebagai mahasiswa IAIN yang merupakan
kampus Islam haruslah mamapu mengkombinasikan ilmu-ilmu sosial atau sains dengan Islam
yang diperkuat dalam al-Qur’an.
Hadis-hadis yang terkait dengan ekonomi sangatlah banyak, baik itu tentang masalah
jual-beli, utang piutang, kerja sama, riba dan lain-lainnya. Perlunya mengetahui hadis-hadis
yang berkaitan dengan ekonomi ini adalah agar dalam melakukan kegiatan ekonomi kita
memiliki pedoman untuk ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat global.
Berhubung dengan ini, kami akan membahas mengenai hadis-hadis tentang riba dalam
melakukan kegiatan ekonomi.

B. Rumusan Masalah
1. Defenisi Riba
2. Hadist-hadist tentang Riba
3. Wawasan tentang Riba
4. Ancaman bagi perilaku riba
5. Hikmah pelarangan riba

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Defenisi dari Riba
2. Untuk mengetahui Hadist-hadist tentang Riba
3. Untuk mengetahui apa saja Wawasan tentang Riba
4. Untuk mengetahui Ancaman bagi perilaku riba
5. Untuk mengetahui Hikmah pelarangan riba

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Riba
Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu :
a) Bertambah ( emilik) karna salah satu perbuatan riba ialah meminta tambahan dari sesuatu
yang dihutangkan.
b) Berkembang, berbunga ( m ik), karena salah satu perbuatan riba adalah membungakan
harta uang atau yang lainnya yng dipinjamkan kepada orang lain.
Sedangkan menurut istilah, yang di maksud dengan riba menurut Al-Mali ialah :

ul l u Χ Ϙl l l u Λ Ύ l 뒰‫ق‬ u‫ق‬ 뒰 μ 뒰m ‫ق‬m Ϙm


Ύ

“Akad yang terjadi atas penukaran barang tertentu yang tidak diketahui
perimbangannya menurut syara’, ketika berakad atau dengan mengakhirkan tukaran kedua
belah pihak atau salah satu keduanya”.
Sedangkan menurut Syaikh Muhammad Abduh bahwa yang dimaksud riba ialah
penambahan-penambahan yang di isyaratkan oleh rang yang memiiki harta kepada orang
yang meminjam hartanya (uangnya), karena pengunduran jnji pembayaran oleh peminjam
dari waktu yang telah ditentukan.1

B. Hadist-hadist tentang Riba


1) Hadits pertama
R ‫ق‬耀 l ‫ق‬ u‫ق‬m ‫ ق ق ق‬뒰 l
뒰 m
Dari Jabir dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat pemakan
riba, orang yang menyuruh makan riba, juru tulisnya dan saksi-saksinya.” Dia berkata,
“Mereka semua sama.” (HR. Muslim).
Dalam hadits ini, Nabi SAW mendoakan kepada para pelaku riba sebagaimana
yang disebutkan dalam hadits-hadits agar dijauhkan dari rahmat Allah.hal ini
menunjukkan adanya dosa bagi para pelaku riba dan dalili haramnya melakukan

1
Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2007), h. 57-58.

2
transaksi riba. Karena dialah yang langsung memanfaatkan dibandingkan dengan yang
lain. Maksud oranng yang memberi makan riba yaitu orang yang memberi riba karena
transaksi riba ini tidak akan terjadi tanpa adanya perantara dariny, sehingga ia masuk
juga dalam hubungan dosa. Sedangkan penulis dan kedua saksi dalam transaksi riba
mendapatkan dosa juga disebabkan karena mereka turut serta dalam membantu
perbuatan terlarang. Hal ini berlaku jika dilakukan dengan sengaja dan tahu bahwa ia
telah melakukan perbuatan riba. Dalam hadis, disebutkan penggunaan kata ‘syahid’
(saksi) yang dilaknat dengan kata tunggul, hal ini dimaksudkan untuk penyebutan
jenisnya.
2) Hadits kedua
뒰o l 뒰 . 뒰 m μl u m
‫ق‬m 롰‫ق‬ 뒰o , Ύ 뒰l 뒰l 뒰 ‫ق‬m 롰‫ق‬
( u‫ق‬m o ) ‫ ق‬롰 뒰u

Dari abi Said al-khudari r.a (katanya): sesungguhnya Rasulullah bersabda :


Jangnanlah kamu menjual dengan emas kecuali yang sama nilainya, dan janganlah kamu
menjual uang dengan uang kecuali yang sama nilainnya, dan jangganlah kamu
menambah sebagian atas sebagiannya, dan jannganlah kammu menjual yang tidak
kelihatan diantara dengan yang nampak. (muttafaq Alaihih).
Hadist tersebut sebagai dalil keharaman jual beli emas dengan emas dan perak
dengan perak secara berbeda (tidak sama), baik ada barangnya atau tidak karena sabda
beliau’ kecuali yang sama sebanding’ dikecualikan dari keumuman kondisinya, seakan
beliau mengatakan, ‘jangan kalian menjual bagaimana pun kondisi nya kecuali dengan
yang sebanding, yakni sama kadarnya. Beliau mempertegas lagi dengan mengatakan,
‘jangan menambahkan’. Dari faedah hadits tersebut sebagian besar ulama sahabat tabi’in,
dan para fuqaha mengatakn: diharamkan melebihkan kadar pada hal-hal yang
disebutkan,baik ketika barangnya nampak ataupun tidak nampak.2
3) Hadits ketiga
뒰 Λ Λ l :. l m m 뒰 m m
⺂ ) ‫ ق‬Ύl l m l l
( u Ύ ⺂l

2
Syaikh Muhammad nashiruddin Al-Albani, subulus salam jilid 2( darus sunnah )

3
Dari Abdullah bin mas’ud r.a dari Nabi SAW beliau bersabda: Riba itu ada 73
pintu. Yang paling ringan diantarannya ialah seperti seseorang laki-laki yang menikahi
ibunya, dan sehebat-hebattnya riba adalah merusak kehormatan seorang muslim.
(diriwayatkan oleh ibnu majah dengan rigkas dan olah al-hakim selengkapnya dan
beliau menilainya sahih.
Adapun yang semakna dengan hadits tersebut terdapat beberapa Hadits. Telah
ditafsirkan riba dalam hal merusak nama baik atau merusak kehomatan seorang muslim
sama saling mencaci maki.
Dalam Hadits tersebut disebutkan bahwa riba itu bersifat mutlak terhadap
perbuatan yang diharamkan, sekalipun bukan termasuk dalam bab ribayang terkenal itu.
Penyamaan riba yang paling ringan dengan seseora ng yang berzina dengan ibunya
seperti sudah disebutkan tadi karena dalam perbuatan riba itu terdapat tindasan yang
menjijikkan akal yang normal.

C. Wawasan tentang Riba


1. Larangan Riba dalam Hadits
Riba diharamkan baik dalam Al-Qur’an maupun hadits. Berikut ini beberapa
hadits-hadits yang melarang dan mengancam praktek riba dengan kata-kata yang tegas
dan jelas. Dalam hadits tersebut dikatakan dengan jelas tentang laknat bagi pelaku riba.3
Dalam amanat terakhirnya pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah,
Rasulullah e masih menekankan sikap Islam yang melarang riba.
“Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu, dan Dia pasti
akan menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil riba, oleh karena itu
hutang akibat riba harus di-hapuskan. Modal (uang pokok) kamu
adalah hakkamu. Kamu tidak akan menderita ataupun mengalami ketidakadilan.”
Selain itu, masih banyak lagi hadits yang menguraikan masalah riba. Di antaranya
adalah:
Diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri bahwa pada suatu ketika Bilal membawa
barni (sejenis kurma berkualitas baik) ke hadapan Rasulullah dan beliau bertanya
kepadanya, “Dari mana engkau mendapatkannya?” Bilal menjawab, “Saya mempunyai
sejumlah kurma dari jenis yang rendah mutunya dan menukar-kannya dua sha’ untuk
satu sha’ kurma jenis barni untuk dimakan oleh Rasulullah“, selepas itu Rasulullah terus

3
Ilfi Nur Diana, Hadis hadis Ekonomi ( uin-Malik Press, 2012) hal 132

4
berkata, “Hati-hati! Hati-hati! Ini sesungguhnya riba, ini sesungguhnya riba. Jangan
berbuat begini, tetapi jika kamu membeli (kurma yang mutunya lebih tinggi), juallah
kurma yang mutunya rendah untuk mendapatkan uang dan kemudian gunakanlah uang
tersebut untuk membeli kurma yang bermutu tinggi itu.” (H.R. Bukhari no. 2145,
kitab Al Wakalah)

m ‫ق‬ u‫ق‬m ‫ق ق‬ 롰 롰m‫ق‬ u me Ύ l m Λ


l
‫ق‬ol e eu ‫ق‬ol l 뒰 뒰 l l ‫ق‬ol ‫ق‬ol
e eu l

Diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Abu Bakr bahwa ayahnya berkata,


“Rasulullah e melarang penjualan emas dengan emas dan perak dengan perak kecuali
sama beratnya, dan membolehkan kita menjual emas dengan
perak dan begitu juga sebaliknya sesuai dengan keinginan kita.” (H.R. Bukhari no. 2034,
kitab Al Buyu).

l 뒰 Λ Λ l : 뒰
l m ⺂l

Al Hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas`ud, bahwa Nabi Swt bersabda: “Riba
itu mempunyai 73 pintu (tingkatan), yang paling rendah (dosanya) sama
dengan seseorang yang me-lakukan zina dengan ibunya.”
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah e bersabda,
“Tuhan sesungguhnya berlaku adil karena tidak membenarkan empat golongan
memasuki surga atau tidak mendapat petunjuk dari-Nya. (Mereka itu
adalah) Peminum arak, pemakan riba, pemakan harta anak yatim, dan mereka yang tidak
bertanggung jawab/menelantarkan ibu bapaknya.”4
Hadits ini merupakan ancaman bagi orang yang melakukan praktek riba, Bahwa
riba memang dapat mendatangkan keuntungan besar bagi pelakunya, tetapi suatu saat
tidak akan mendapatkan berkah dari Allah sehingga pada akhirnya akan berkurang.

4
Almanaar, (2007). Diakses Almanaar, (2007). Diakses pada tanggal 31 okt , dari
https://almanaar.wordpress.com/2007/10/12/larangan-riba/

5
Dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa Allah akan memusnahkan harta yang diperoleh
dengan cara riba dan menghilangkan keberkahannya.5

2. Jenis-jenis riba
Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba utang piutang dan
riba jual beli. Kelompok pertama terbagi menjadi riba qurdh dan jahiliyah, sedangkan
kelompok kedua ada dua macam, yaitu riba fadl dan nasi’ah.
a) Riba qardh, suatu manfaat yang disyaratkan terhadap yang berhutang (muqtaridh)
b) Riba jahiliyah. Utang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak dapat
membayar pada waktu yang di tentukan.
c) Riba fadl, pertukaran antar baranng sejenis dengan kadar atau takaran. Misal:
seorang memiliki 10 gram emas yang telah lama ia pakai, dan ia menginginkan
untuk menukarnya dengan perhiasan emas yang baru , maka ia harus menukarnya
dengan emas seberat 10 gram pula tanpa ada tambahan bayaran, bila membayarnya
dengan tambahan maka ia telah terjatuh dalam riba.
d) Riba nasi’ah, penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang
dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba ini muncul karena adanya
perbedaan.perubahan atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang
diserahkan kemudian. Misal: Bila Adalah berhutang kepada B uang
sejumlah Rp.100.000,- dengan perjanjian adalah berkewajiban membayar
piutangnya ini setelah satu bulan dari akad piutang, jika melewati batas maka si A
memberikan tambahan.6
3. Hal-hal yang menimbulkan riba
Jika seseorang menjual benda yang mungkin mendatangkan riba menurut jenisnya
salah satu dari dua macam mata uang, yaitu emas dan perak dengan yang sejenis atau
bahan makanan seperti beras dengan beras, gabah dengan dan yang lainnya, maka
disyaratkat :
a. Sama nilainya (tamasul)
b. Sama ukurannya menurutsyara’, baik timbangannya, takarannya maupun
ukurannya.
c. Sama-sama tunai(taqabuth) di majelis akad.7

Ilfi Nur Diana, Hadis hadis Ekonomi ( uin-Malik Press, 2012) hal 133
5

Ilfi Nur Diana, Hadis hadis Ekonomi ( uin-Malik Press, 2012) hal 133-135
6
7
Fiqh Muamalah, Dr,H.Hendi suhendi,M.Si ( rajawali pers, 2010) hal 63

6
4. Hukum riba
Hukun riba ada dua kelompok yaitu :
a) Kelompok pertama.
Mengharamkan riba yang berlipat ganda/ad’afan, karena yang diharamkan al-
Qur’an adalah riba yang berlipat ganda saja, yakni riba nasi’ah, terbukti juga dengan
hadis tidak ada riba kecuali nasi’ah. Karenanya, selain riba nasi’ah maka diperolehkan.
b) Kelompok kedua.
Mengharamkan riba, baik yang besar maupun kecil. Riba dilarang dalam islam,
baik besar maupun kecil, berlipat ganda atau tidak. Riba yang berlipat ganda/ad’afan
muda’afa haram karena hukuimnya karena zatnya, sedang riba kecil tetap haram
karena untuk menutup pintu ke nriba yang lebih besar (haramun lisyadudzari’ah).
Jadi sependapat kelompok kedua dasar hukumnya adalah al-Qur’an tentang
keharaman riba secara umum, baik kecil atau besar. Dari asbabul nujulnya diketahui bahwa
ketika turun ayat tersebut, telah terjadi praktik riba tidak saja yang berlipat/ad’afan
muda’afa tetapi juga yang kecil. Dan dalam hal ini berlaku kaidah al-Ibrah biumumio al-
lafdzi la bikhusushi al-sabab. Riba yang berlipat/ad’afan merupakan keterangan riba yang
memberatkan yang banyak terjado pada masa jahiliyah. Hadis yang telah disebutkan
(muslim 2995) juga menunjukkan bahwa yang dilaknat semua pelaku riba, tidak ada
batasan riba kecil atau besar. Begitupun hadis bilal tersebut di atas (bukhori 2145)
sekalipun riba kecil hanya satu so’tetao diharamkan oleh nabi.8

D. Ancaman bagi perilaku riba


Adapun ancaman bagi prilaku riba adalah :
1. Diibaratkan seperti orang mabuk yang tidak bisa berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantara (penyakit gila).
2. Akan dimasukkan ke dalam api neraka dan kekal selamanya. (QS. 2 : 275) : “Orang-
orang yang memakan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Hal itu karena
mereka mengatakan, bahwasanya jual beli itu adalah seperti riba. Dan Allah
menghalalkan jual beli serta mengharamkan riba. Maka barangsiapa yang telah datang
padanya peringatan dari Allah SWT kemudian ia berhenti dari memakan riba, maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu dan urusannya terserah kepada Allah.
8
Ilfi Nur Diana, Hadis hadis Ekonomi ( uin-Malik Press, 2012) hal 136

7
Namun barang siapa yang kembali memakan riba, maka bagi mereka adalah azab
neraka dan mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.”
3. Orang yang tidak meninggalkan riba, akan diperangi oleh Allah dan rasul-Nya serta akan
dikategorikan sebagai orang kafir. (QS. 2 : 278 – 279) “Hai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu
orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa
riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”
4. Mendapatkan laknat Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :

뒰 ‫ق‬耀 l u‫ق‬m ‫ق ق‬ ‫ ق‬뒰 l m


‫ق‬
(‫ق‬ )
Dari Jabir RA beliau berkata, ‘Bahwa Rasulullah SAW melaknat pemakan riba, yang
memberikannya, pencatatnya dan saksi-saksinya. Rasulullah SAW mengatakan, ‘mereka
itu sama.’ (HR. Muslim)
5. Halal bagi Allah Untuk Memberikan Azab-Nya. Rasulullah SAW bersabda :

뒰‫ق‬ l l 뒰 롰 u‫ق‬m ‫ق ق‬ m 뒰 ‫ ق‬m m


‫ق‬ l
( ) m ‫ ق‬a Ϙm 롰 o Χ
Dari Abdullah bin Mas’ud RA dari Rasulullah SAW beliau berkata, ‘Tidaklah suatu
kaum menampakkan riba dan zina, melainkan mereka menghalalkan terhadap diri
mereka sendiri azab dari Allah SWT. (HR. Ibnu Majah)

E. Hikmah pelarangan riba


Adapun hikmah pelaranggan riba adalah :
a) Menyeru kepada tolong- menolong dan altruisme, serta membenci egoisme dan
eksploitasi jerih payah orang lain.
b) Mengagungkan kerja, memuliakan para pekerja, dan menjadikan kerja sebagai sarana
terbaik untuk memperoleh penghasilan karna dapat menciptakan keterampilan dan
meninggikan spirit dalam diri seseorang.
c) Tidak merugikan orang- orang miskin dan yang memerlukan.

8
d) Menutup pintu pada tindakan memutus hubungan baik antar manusia.9
e) Menghanguskan keuntungan bagi yang meminjamkan.
f) Menjauhkan pemerasan oleh sikaya terhadap simiskin.
g) Menjauhkan sikap malas bekerja atau berusaha keras untuk kebutuhan hidupnya.

9
Saleh al Fauzan,Fiqh Sehari – hari,(Jakarta : Gema Insani,2006),Cet.ke-1,h.390

9
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Definisi riba menurut bahasa riba memiliki beberapa pengertian, yaitu bertambah,
karena salah satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari sesuatu yang dihutangkan,
Berkembang berbunga karena salah satu perbuatan riba adalah membungakan harta uang atau
yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang lain, Berlebihan atau menggelembung,
Jenis-jenis riba adalah Riba qardh, Riba jahiliyah, Riba fadl, Riba nasi’ah. Secara garis
besar riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba utang piutang dan riba jual beli. Kelompok
pertama terbagi menjadi riba qurdh dan jahiliyah, sedangkan kelompok kedua ada dua
macam, yaitu riba fadl dan nasi’ah.
Hal-hal yang menimbulkan riba jika seseorang menjual benda yang mungkin
mendatangkan riba menurut jenisnya salah satu dari dua macam mata uang, yaitu emas dan
perak dengan yang sejenis atau bahan makanan seperti beras dengan beras, gabah dengan dan
yang lainnya, maka disyaratkat : Sama nilainya (tamasul), Sama ukurannya menurutsyara’,
baik timbangannya, takarannya maupun ukurannya, Sama-sama tunai(taqabuth) di majelis
akad.
Hukun riba ada dua kelompok yaitu Kelompok pertama : mengharamkan riba yang
berlipat ganda/ad’afan. Kelompok kedua : mengharamkan riba, baik yang besar maupun kecil.
Riba dilarang dalam islam, baik besar maupun kecil, berlipat ganda atau tidak.

Saran
Alhamdulillah tugas yang diamanahkan oleh ibuk Yenni Rahman, S.Thl, MA kepada
kami telah selesai. Kami mohon kritik dan sarannya yang membangun, apabila dalam
makalah yang telah kami buat masih banyak kekurangan. Kami sadar kami bukanlah manusia
yang sempurna dan kami ingin menjadi orang yang lebih baik dari hari yang sebelumnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Almanaar, (2007). Diakses Almanaar, (2007). Larangan Riba. Diakses pada tanggal 31 okt ,
dari https://almanaar.wordpress.com/2007/10/12/larangan-riba/
Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2007),
Syaikh Muhammad nashiruddin Al-Albani, subulus salam jilid 2( darus sunnah )
Ilfi Nur Diana, Hadis hadis Ekonomi ( uin-Malik Press, 2012)
Saleh al Fauzan, Fiqh Sehari – hari,(Jakarta : Gema Insani,2006), Cet.ke-1

Anda mungkin juga menyukai