Anda di halaman 1dari 3

Nama : Jasterik Pamuji Yanto

NIM : 14010119120005
Mata Kuliah : Politik Lingkungan 04
Dosen Pengampu : Hendra Try Ardianto, S.IP, M.A

DILEMA PEMBANGUNAN MASIF DIBALIK EKSPANSI KAPITALIS

Sebuah keputusan atas suatu tindakan kapitalisme sudah barang tentu memerlukan
syarat dalam melancarkan kegiatannya. Hal ini telah menjadi hukum sebab-akibat sebagai
sebuah konsekuensi yang tidak bisa dielakkan. Dewasa ini proyek-proyek kapitalisme dalam
pembangunan gedung-gedung dan infrastruktur yang masif sangat berkaitan dengan Krisis
Sosial-Ekologi. Batubara dan Handriana (2021) menyebutkan bahwa kondisi krisis sosial dan
ekologis merupakan persoalan yang saling berkaitan dan tidak terpisah satu sama lain. Pada
dasarnya pernyataan tersebut menegaskan bahwa keadaan yang terjadi pada suatu lingkungan
merupakan konsekuensi atas tindakan manusia dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Dalam buku Maleh dadi Segoro disebutkan pernyataan yang selaras tentang krisis ini
yaitu bahwa krisis sosial-ekologis terjadi karena dua alasan yang saling berkaitan bahwa
ekspansi kapitalisme disamping berupa eksploitasi sosial pada sisi buruh dan tenaga yang
digunakan juga berupa sisi ekologis yaitu lingkungan yang diambil begitu saja untuk
kepentingan pembangunan. Buku Malih dadi Segoro secara jelas menjelaskan bahwa krisis
sosial-ekologis yang terjadi secara langsung berkaitan dengan kebijakan pemerintah di
dalamnya terkait dengan pembangunan-pembangunan yang masif dalam sebuah proyek yang
disebut proyek strategis nasional.
Proyek Strategis Nasional yang kemudian disebut PSN menjadi landasan yang
digunakan untuk melancarkan kegiatan pembangunan infrastruktur di Indonesia yang
menyebabkan dinamika ekspansi kapitalisme dalam pembangunan, sehingga PSN dijadikan
menjadi sebuah konsep dalam buku Maleh dadi Segoro sebagai alat untuk memahami
dinamika ekpansi kapitalisme khususnya di wilayah Jawa Tengah karena memang sebuah
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah sangatlah mempengaruhi tindak perilaku
pembangunan besar-besaran yang kemudian menjadi ekspansi kapitalisme.
Pembangunan infrastruktur yang digalakkan pemerintah dilakukan di Kota Demak
dan Semarang khususnya di daerah pesisir. Upaya pembangunan yang dilakukan berfokus
untuk menstimulus perkenomian daerah dan perbaikan infrastruktur untuk melancarkan
kegiatan ekonomi. Posisi Semarang Utara yang merupakan daerah pesisir menjadi tempat
pembangunan infrastruktur yang terus berjalan setiap tahunnya dan dalam pembangunan ini
membutuhkan pasokan air yang didapat dari ekstrak air tanah. Keadaan air tanah yang terus
menerus diekstrak menyebabkan amblesan tanah yang menyebabkan kawasan Semarang
Utara rentan terhadap banjir. Kondisi ini merupakan salah satu krisis sosial ekologis dimana

Batubara, B., & Handriana, E. (2021). Dari Krisis Sosial-Ekologis ke Ekologi


Sosial: Kasus Suburbia Semarang. Jurnal Prisma, 40 volume 3 30–46.
lingkungan yang terdampak dalam pembangunan merupakan sebuah syarat atas langgengnya
keberjalanan produksi pembangunan yang selama ini berjalan.
Kondisi pembangunan di Kawasan Pesisir Semarang-Demak (KPSD) memiliki
karakteristik pembangunan dengan penciptaan lahan bangunan baru yang berpedoman pada
pemahaman pembangunan kapitalistik. Pembangunan kapitalistik merupakan pembangunan
yang mengedapankan proses produksi secara terus menerus menggunakan komodifikasi
yang disertai dengan penekanan nilai guna suatu kegiatan, serta penggunaan akumulasi
kapital. Hal tersebut kemudian menjadikan ekspansi kapitalisme ini sebagai penggerak utama
dalam pembangunan yang menyebabkan krisis sosial ekologis di Indonesia (Sangkoyo,
2018).

KPSD sebagai Mega-Komoditas Pembangunan yang Terus Dimanfaatkan, Kabar Baik


atau Lahan Pemanfaatan Kapitalis?
Kawasan Pesisir Semarang Demak menjadi mega komoditas yang menaungi berbagai
kebutuhan pembangunan yang terus menerus dilakukan yang disatukan dalam sebuah
rencana pembangunan Tol Tanggul Laut Semarang Demak. Terdapat banyak elemen-elemen
di dalam komoditas yang berupa pembangunan-pembangunan yang terus berusaha
digalakkan dan dipercepat penanganan pembangunan di dalamnya.
Pembangunan TTLSD yang mendapat sorotan positif dari berbagai pihak di sisi lain
terdapat kegiatan di dalamnya yang terus dimanfaatkan dalam keuntungan kapitalis melalui
akuisisi proyek dari perusahaan-perusahaan yang terlibat. KPSD dalam proyek TTLSD
direncanakan menjadi proyek-proyek pembangunan yang terus dimanfaatkan oleh
perusahaan pemenang lelang pembangunan di kawasan TTLSD. Dalam tulisan Batubara,
dkk melalui Malih Dadi Segoro dijelaskan bahwa banyak elemen-elemen komoditas yang
dibangun di bawah Mega pembangunan TTLSD.
Pembagian proyek dari perusahaan pemenang lelang akan menimbulkan banyak
kegiatan pembangunan di kawasan TTLSD yang merupakan proyek besar dan tentu
berdampak bagi perubahan lingkungan. Krisis sosial –ekologis menjadi sebuah hal besar
yang menjadi kekhawatiran dan pertimbangan dalam proyek ini karena banyaknya krgiatan
pembangunan yang berjalan di lingkup sepanjang kawasan TTLSD.
Proyek Strategis Nasional menjadi landasan langgengnya proyek-proyek
pembangunan besar tersebut berjalan. Dengan bantuan pemerintah dan masifnya perusahaan-
perusahaan yang tergabung menjadikan TTLSD di daerah KPSD menjadi kawasan dengan
pembangunan yang aktif. TTLSD yang menggaet perusahaan-perusahaan besar dalam
pembangunan ini kemudian terbaca sebagai lahan ekspansi kapitalis yang terus berjalan.
Proyek pembangunan TTLSD ini memberi keuntungan yang terus menerus kepada
perusahaan-perusahaan tergabung yang akan terus menikmati keuntungan dibalik sebuah
mega proyek di KPSD.
Banyaknya pembangunan besar di sekitar KPSD di samping membentuk ekspansi
kapitalis, juga terdapat “syarat” yang harus dibayar dari kegiatan ini yaitu permasalahan

Sangkoyo H (2018) Menyikapi Ko-Evolusi Ekonomik, Sosial dan Ekologis: Beberapa


Pertimbangan tentang Lokasi Rerantai Ekonomik. Jurnal Kajian Ruang Sosial-Budaya 1(2): 137-
151
lingkungan. Pembangunan TTLSD menjadi sebuah potensi permasalahan yang kompleks
yang timbul atas konsekuensi pembangunan yang terus menerus berjalan.

Buku Maleh dadi Segoro mulai dari pembangunan KPSD, dan peristiwa susur sungai
membuka nalar pikiran dengan memperlihatkan banyak realita yang terjadi dalam sebuah
peristiwa kerusakan lingkungan yang disebabkan karena sebuah ekspansi kapitalisme yang
didukung oleh pemerintah dalam kegiatan pembangunannya. Kemudian ini menjadi refleksi
bersama bahwa melalui sebuah peristiwa yang dikaji melalui krisis ekologi-sosial, kita bisa
menelaah kondisi asli dibalik banyaknya kegiatan pembangunan yang keberjalanannya
merugikan lingkungan dan terus menyuburkan kapitalisme di Indonesia. Oleh karenanya
sebuah pembangunan perlu menimbang kebermanfaatan seluruh masyarakat dan
memperhatikan prinsip kelingkungan dengan tidak hanya berfokus pada pembangunan yang
terus digalakkan.

 Pengulas: Jasterik Pamuji Yanto, mahasiswa Sarjana Ilmu Pemerintahan Undip. |


Artikel ditulis sebagai tugas UAS review buku “Malih dadi Segoro”. Rabu, 15
Desember 2021

 Rehal buku: Maleh Dadi Segoro (Krisis Sosial-Ekologis Kawasan Pesisir Semarang-
Demak)/ Batubara B, dkk./ Lintas Nalar/ 2020

Anda mungkin juga menyukai