Anatomi Hidung Dan SPN
Anatomi Hidung Dan SPN
SINUS PARANASAL
Oleh
Halaman
DAFTAR PUSTAKA 44
Hidung secara garis besar terbagi dari : piramid hidung (hidung luar) dan
berfungsi sebagaai jalan nafas, alat pengatur kondisi udara, penyaring udara,
indera penciuman, resonansi udara, membantu proses bicara dan reflek nasal
Hidung bagian luar menonjol pada garis tengah diantara pipi dan bibir
atas. Struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian, yaitu :
a. Kubah tulang, yaitu bagian paling atas yang tidak dapat digerakkan.
digerakkan.
mudah digerakkan.
Hidung luar disebut nasal piramid karena bila diproyeksikan dari depan
adalah pangkal hidung (bridge), batang hidung (dorsum nasi), puncak hidung
(apeks/tip), ala nasi, kolumela, dan lubang hidung (nares anterior/nares eksterna).
Bagian atas yang berhubungan dengan dahi disebut root, dan bagian
bawah berupa sudut bebas disebut apeks atau up, serta bagian yang
disebut nasafacial angels, sedangkan bagian yang berhubungan dengan bibir atas
disebut naso labial sulcus. Kedua ala dan septum mengapit kedua lubang hidung
bagian yang berhubungan dengan belakang disebut nares posterior. Ukuran nares
posterior lebih besar dari pada nares anterior, yaitu : tinggi 2,5 cm dan lebar 1,25
cm.
hidung luar, bila bentuk lurus disebut tipe Grecian nose, yang membentuk sudut
disebut tipe Roman nose, dan yang melekuk/pesek dinamakan tipe Pug nose.
Variasi dari tipe hidung ini bersifat individual dan familial. Sedangkan
perbandingan lebar kedua ala dengan panjang hidung, kemudian dikalikan 100
disebut Nasal Indeks. Bila < 47 disebut hidung sempit (lephtorhine), biasanya
pada ras kulit putih. Bila nasal indek > 35 disebut Platyrhine, biasanya pada ras
Pada kulit hidung dijumpai kelenjar lemak (glandula sebasea) dan kelenjar
keringat (glandula sudorifera), ke arah tip kulit lebih tebal dan banyak
hidung bila dibandingkan dengan kulit diatasnya. Pada daerah rhinnion, kulit
Supra tip adalah daerah pada dorsum nasi antara rhinion dan tip.
Filtrum adalah cekungan dangkal hidung dan bibir atas yang memanjang.
Kerangka hidung bagian luar dibentuk oleh tulang dan tulang rawan yang
dilapisi kulit, jaringan ikat serta beberapa otot kecil yang berfungsi untuk
Bagian tulang biasanya sempit dan tebal di bagian atas, tetapi lebih lebar
di bagian bawahnya. Terdiri dari tulang hidung (as nasalis), prosessus frontalis
rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu sepasang kartilago nasalis
Os Nasal
Tampak sempit dan tebal di bagian atas, dan tipis pada bagian bawah.
berhubungan dengan prosesus frontalis os maksila kanan dan kiri, bagian ventral
Terletak antara os nasal dan apeks sepanjang dorsum nasi, tampak celah
diantara kartilago ini dengan septum. Pada bagian kranial saling berhubungan di
garis tengah, demikian dengan septum, sehingga kartilago ini sering disebut
kartilago nasoseptal.
dipisahkan oleh jaringan fibrosa dan memungkinkan pergerakan alas nasi. Pinggir
bebas dari kartilago ini tampak dari kavum nasi bila diangkat dengan retraktor
sebagai lumen nasi atau lumen vestibuli disebut juga nasal valve atau katup
berbentuk tapal kuda, dan menjaga agar apertura nasalis tetap terbuka. Kartilago
ini terdiri dari crus medial dan crus lateral. Crus medial lebih lemah, terletak pada
tepi kaudal septum nasi dan sebagian lagi pada membrane kolumella, sedangkan
krus lateral lebih kuat dan lebar dan membentuk rangka ala nasi.
hidung atau sepertiga bawah hidung luar. Mobilitas lobulus hidung penting untuk
Kartilago Sesamoidea
Terletak pada sisi lateral antara kartilago lateral superior dan kartilago
Perlekatan hidung bagian luar pada tulang berbentuk segitiga seperti buah
pir disebut apertura piriformis, dengan batas pada laterosuperiornya dibentuk oleh
Pada umunya otot hidung terdiri dari muskuli konstriktor dan dilatator,
dimana menentukan poisi dari ala nasi dan nares anterior. Otot ini terlihat saat
alaris). M. depresos alae nasi, M. depresor septi nasi. Sedangkan otot dilatator
terdiri dari M. procerus yang berhubungan dengan alis mata, M. levator labii
fasialis (A. Maksilaris eksterna), yang berjalan di atas ala nasi dan memperdarahi
daerah hidung dan septum nasi bagian bawah. Arteri nasalis dorsalis (cabang A.
berjalan ke bawah pada sisi hidung dan beranastomosis dengan cabang nasalis A.
Pembuluh darah lainnya adalah cabang kecil dari A. Nasalis eksterna (dari A.
Etmoidalis anterior) yang terletak pada pertemuan os nasalis dan kartilago nasalis
Persarafan untuk hidung bagian luar untuk kulit dan otot-ototnya meliputi
Kulit hidung dari pangkal sampai bridge dan sisi atas hidung diprsarafi oleh
n.etmoidalis anterior muncul diantara tulang dan kartilago nasalis lateralis yang
mempersarafi kulit diatas dorsum nasi menuju ke bagian bawah dari puncak
hidung.
rongga hidung (kavum nasi) membagi secara anatomi menjadi dua buah fossa
Vestibulum nasi adalah daerah dibawah alae nasi yang batas medialnya
septum nasi tidak begitu jelas, sedangkan batas lateral merupakan suatu
superior disebut lumen nasi atau lumen vestibuli. Vestibulum dilapisi kulit yang
ditumbuhi rambut halus (vibrissae) dan mengandung kelenjar lemak dan keringat
lamina horizon os palatum, bagian dalam oleh os vomer, bagian atas oleh
prosesus vaginalis dan bagian luat oleh lamina pterigoideus sfenoidalis. Kedua
fossa nasalis dilapisi membran luar oleh lamina pterigoideus sfenoidalis. Kedua
fossa nasalis dilapisi membran mukosa yang melekat erat pada periostium dan
medial, lateral, inferior, dan superior. Dalam hal ini dibahas rongga hidung atas
Septum nasi membagi rongga hidung menjadi 2 bagian atas ruang kiri dan
kanan. Struktur ini terbentuk dari bagian tulang, bagian kartilago dan sedikit dari
palatum.
Membentuk 1/3 atas dari septum nasi. Tulang ini melanjuutkan keatas dan
membagi kavum nasi menjadi sisi kiri dan kanan. Pada bagian anterior
Os Vomer
Membentuk bagian posterior dan inferior septum nasi dan bersatu dengan
2 ala melalui rostrum sfenoid. Berartikulasi dengan korpus os sfenoid dan dengan
pergerakan dan rotasi dan dapat mengurangi bahaya fraktur/tekanan pada dorsum
nasi.
Kolumella
Nama lainnya kolumna atau septum mobil atau septum membran. Bagian
ini merupakan ujung bebas dari septum nasi, dan mengandung kartilago dan
diperkuat oleh krus medial dari kartilago alaris kiri dan kanan. Kolumella tidak
Kartilago vomeronasal
Kartilago ini merupakan kartilago kecil pada kedua sisi kartilago septal
yang rudimenter. Pada manusia hanya merupakan kantung pendek sepanjang 2-6
mm dan ditutupi oleh epitel yang sama dengan epital kavum nasi.
mayor melalui canalis insisivus. Cabang superior labialis dari A. facialis juga
Little area pada bagian anterior septum, lokasi ini tempat tersering dari
epistaksis.
bagian anterior melalui vena facialis. Vena dari etmoidalis anterior dan posterior
dari bagian superior, menuju sistim oftalmikeus superior. Perlu diperhatikan ada
hubungan langsung dengan vena-vena pada permukaan orbital dari lobus frontalis
melalui lamina kribiformis, dan via foramen caecum ke sinus sagitalis superior.
bagian atas septum, dan turun ke depan dan bawah ke kanalis insisivus, dan
anterosuperior.
os palatum.
Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk lamina
kribiformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung. Terdiri dari
dengan sinus paranasal dan terdapat tiga buah penonjolan yaitu konka superior,
konka media dan konka inferior. Pada 60% kasus dijumpai adanya konka
suprema yang terletak di atas konka superior. Diantara konka dengan dinding
lateralnya terdapat celah yang disebut meatus. Penamaan meatus ini sesuai
bagian dari os etmoid, konka inferior yang merupakan tulang tersendiri, lamina
Penonjolan pada bagian anterior konka media adalah agger nasi yang
dibentuk oleh sel-sel agger nasi yaitu sel-sel etmoid paling anterior. Penonjolan
lain berada di sebelah anferior agger nasi dan anterior dari prosesus uncinatus
kolumnar bersilia meskipun ada variasi di daerah bagian atas berupa epitel
skuamosa sering ditemukan pada dinding lateral yang aliran udaranya besar
seperti konka inferior dan ditemukan pada dinding lateral yang aliran udaranya
dari konka lainnya (+ 2,5 cm). Letaknya dibawah lamina kribiformis os etmoid,
anterior terhadap sinus sfenoidalis. Pada bagian pasterosuperior konka ini bagian
fossa nasal yang disebut resesus sfenoetmoidalis, sebagai suatu lekukan kecil
Konka ini dilapisi sel olfaktorius yang mengandung sel sensoris nervus
olfaktorius, dan dilapisi membran mukosa yang tipis dan kurang vaskularisasi.
Meatus superior merupakan muara dari drainase sinus etmodalis bagian posterior
media sebagai tempat muara beberapa sinus. Sedikit di bawah ujung dari konka,
perletakan konka media (kira-kira pertengahan dorsum nasi dengan ujung konka
media) terdapat ager nasi yang merupakan surgical landmark batas anterior sinus
etmoidalis anterior.
Meatus media memanjang dimulai dari resus frontalis, lalu ke bawah dan
struktur oleh bula etmoid, prosesus uncinatus, dan hiatus semilunaris, serta
dan dominan pada dinding lateral hidung. Konka ini dilapisi membran mukosa
yang tebal dan mengandung pleksus venosus yang melekat erat pada periostium
tuba auditiva. Pada bagian sentral melengkung sehingga meatus pada tempat
tersebut paling lebar dan tinggi, sedangkan di bagian anterior dan posteriornya
lakrimalis. Letak ostium biasanya 1/3 bagian anterior dinding lateral meatus
inferior, namun dapat terjadi letak yang lebih tinggi, atau lebih bawah melekat
pada bada batas meatus, atau lebih bawah lagi. Muara duktus ini juga bervariasi,
dari bentuk oval sempit sampai bulat besar, bentuknya seperti formasi papilla,
membentuk fossa yang dangkal, atau lekukan yang dalam, dan pada beberapa
keadaan dapat terjadi duplikasi. Ostium letak tinggi cenderung lebih besar,
berjalan secara oblik melalui membran mukosa dan biasanya dilindungi oleh
lipatan membran mukosa yang disebut plika lakrimalis atau katup dari ‘Hassner’
Sel agger nasi membentuk batas anterior resesus frontalis, berada tepat
pada potongan koronal yang sama dengan duktus nasolakrimalis. Sel yang
frontalis. Sel agger nasi dapat pula terdorong ke atas dan kedalam dasar sinus
Resesus Frontalis
Letak resesus frontalis dengan batas anterior yaitu dinding depan agger
sehingga infundibulum bagian atas buntu dan berakhir pada lamina papirasea,
Prosesus Uncinatus
ethmoid. Sisi belakang prosesus unsinatus merupakan sisi yang bebas. Ke arah
atas dapat melekat pada lamina pipirasea, atap sinus etmoid, atau konka media.
resesus terminalis.
Bula Etmoid
kasus. Ke arah atas, ia dapat melekat pada dasar otak tepat di depan arteri etmoid
basalis.
Hiatus Semilunaris
Terdapat celah dua dimensi diantara sisi belakang unsinarus dan aspek
anterior bula etmoid, disebut hiatus semilunaris anterior dan celah antara aspek
posterior bula etmoid dan lamina basalis hiatus semilunaris posterior. Hiatus
Infundibulum Etmoid
media.
merupakan canamg dari A. karotis interna dan A. karotis eksterna. Cabang nasalis
cabang dari A optalmika, berada di atap sinus etmoid dan membentuk batas
lateral hidung. Arteri berada di bidang koronal yang sama dengan dinding
Sesudah meninggalkan orbita melalui foramen etmoid anterior, arteri ini berjalan
di antara sel etmoid dan masuk ke olfactory groove untuk kemudian masuk ke
dalam celah sempit di sisi krista galli dan kembali melalui lamina kribosa untuk
masuk ke rongga hidung. Arteri Etmoidalis posterior berjalandi antara atap sinus
sfenoid dan sinus etmoid posterior. Arteri ini memperdarahi konka superior.
hidung, termasuk dinding lateral hidung. Cabang dari nervus ini yang
1. N. etmoidalis anterior
2. N. etmoidalis posterior
Saraf ini menerima sensasi dari sebagian besar fossa nasalis dan hidung.
Nervus Olfaktorius (N 1)
serabut saraf olfaktorius yang dilapisi neuroepitelium. Bagian basal sel ini tipis
dan berjalan ke atas untuk membentuk pleksus, serabut saraf tidak bermielin yang
mangandung lebih kurang 20 erabut saraf. Serabut saraf ini menembus lamina
kribiformis dan menuju ke bulbus olfaktorius pada setiap sisi simpel galli. Segera
Sistim Limfatik
anterior dan posterior. Jaringan limfatik anterior adalah kecil dan bermuara di
sepanjang pembuluh faialis yang menuju leher. Jaringan ini hampir mengurus
media dan inferior. Kelompok superior berasal dari konka media dan superior dan
mengurus konka inferior, meatus inferior, dan sebagian dasar hidung, dan menuju
rantai kelenjar limfe jugularis. Kelompok inferior berasal dari seprum dan
jugularis interna.
rongga hidung yang dibatasi tulang wajah dan kranial. Memiliki struktur tidak
teratur, dan seperti halnya lapisan epitel pada hidung, tuba eustachius, telinga
tengah dan regio respiratorius dari faring, sinus paranasal dilapisi mebrana
epitelium), namun dengan karakteristik lebis tipis dan kurang vaskularisasi bila
Secara klasik sinus paranasal dibagi dalam 4 pasang sinus, yaitu : sinus
meliputi inus frontalis, sinus maksilaris dan sinus etmoidalis anterior yang
etmoidalis posterior dan sinus sfenoidalis yang bermuara pada beberapa lokasi di
konka media.
pneumatisasi berbagai derajat, juga membentuk atap sinus etmoid dan dikenal
sebagai fovea etmoidalis ossiis frontalis, di daerah ini tulang relatif tabel dan
lebih tipis di atap orbita Kalvaria anterior mengalami penebalan dari 4 mm saat
etmoidalis anterior. Drainase sistim vena mengalir ke sinus sagitalis dan sinus
Inervasi dan sinus frontalis adalah dari n. surpraorbitalis, dan aliran limfe
atas dari tulang septum nasi. Tulang lain lamina cribiformmis, perluasan garis
Penetrasi pada lamina ini diberi nama sesuai dengan asalnya, seperti serabut
olgakrorius, pembuluh darah dan saraf etmoidalis. Dua buah ala anterior
melengkapi foramen saekum yang sering meneruskan cabang vena sinus sagitalis
frontal dan os etmoid yaitu diatas ceruk kribiformis pada ketinggian bervariasi (1-
7 mm) dan atap-atap etmooid disebut sering asimetris (10% Dessi et al, 1994)
Sepertiga anterior konka media melekat secara vertikal pada basis kranii
Sepertiga posterior melekat secara horizontal pada lamina papiracea dan dinding
lamella basalis yang membagi labirin etmmoid menjadi sel anterior dan posterior.
Lamina orbitalis ini sangat tipis dan akan membelah terutama pada orang sangat
muda atau sangat tua. Sel-sel anterior umumnya lebih kecil dan banyak (2-8 sel)
cm dari dinding posterior dari dinding anterior sfenoid. Sel etmid melakukan
Sinus etmoidalis dilapisi oleh sel epitel respiratori kolumnar brsilia yang
tipis. Ketebalan sel goblet rendah dibandingkan dengan sinus maksilaris, dengan
retrafaringeal.
sebagian besar atap mulut, dinding lateral dan dari dasar rongga hidung serta
berisi sinus maksilaris. Sinus ini relatif simetris dan jarang tidak ada.
dan alveolaris. Terdapat artikulasi dengan delan tulang yaitu maksila, zygoma
anterior memiliki elevasi dan depresi, berhubungan dengan pertumbuhan gigi dan
namanya sesuai dengan gigi yang berdekatan seperti fosa canina. Foramen
Batas dari sinus maksilaris adalah atap sinus membentuk sebagian besar
dasar orbita. Atap ini dilalui kanalis infraorbitalis yang akan terbelah, bagian
batas inferior umumnya lebih tebal, tetapi dapat ditembus agar gigi (premolar 2
dan molar 3). Pada posterior permukaan infratemporal tulang berbentuk konveks
dilewati oleh n. alveolaris superior dan posterior. Medial membentuk dasar dari
piramid dan berisi lubang besar yaitu hiatus maksila. Kanalis lakrimalis dibentuk
antara maksila, os lakrimal dan konka inferior, melalui tempat dimana duktus
cabang kecil dari facialis. Sedangkan aliran balik menuju vena fasialis anterior
bening relatif kurang, tetapi sebagian besar menuju fosa pretigopalatina dan
nodus submandibular.
basis kranii dan membatasi fossa kranii anterior dan posterior. Pada setiap sisi
setengah dari wajah terletak ostium sinus. Ostium ini besar (diameter 5-8 mm)
pada tengkorak yang bermaserasi, tetapi sebagian tumpah tindih dan ditutupi oleh
pituitary (11%)
dari A. mandibularis.
Sel goblet pada epitel respirasi yang melapisi sinus sfenoidalis sama
hidung)
4. Resonansi suara
6. Refleksi nasal
mukosa, pada manusia terletak pada atap dari cavum nasi, cobcha superior dan
1/3 bagian atas dari septum nasi. Membrana mukosa olfaktorius dilapisi oleh
epitel silindris bertingkat tidak bersilia yang terdiri dari tiga macam sel yaitu
sustentakuler cells (sel penyokong), olfactoring cells (sel penciuman) dan basal
cells.
Area olfaktorius besarnya tidak sama pada setiap spesimen, dimana pada
manusia luasnya lebih kurang 200 s/d 400 mm dengan kepadatan 5.104 sel/mm2.
dan stria olfaktorius lateralis menuju pusat penciuman di otak, dimana akan
tuffed cells berjalan melalui komisura anterior menuju bulbus olfaktorius yang
Kelarutan lemak-air.
alveoli paru-paru, fungsi hidung disini membuat udara yang dihisap akan mudah
berbelok 80-90 derajat ke posterior sampai mencapai nasal vault. Aliran udara
udara sisi sebelahnya untuk masuk kedalam faring. Dua belokan tajam dari 80-90
berputar (eddy current) karena adanya obstruksi relatif di daerah katup hidung
anterior. Septum yang bengkok atau obstruksi jalan nafas lainnya akan
meningkatkan putaran arus ini. Pada respirasi yang tenang putaran arus akan
Aliran udara cukup sempit dan tidak lebih dari 1-2 mm sedangkan
daerah ini berdiameter 10-40 mm persegi pada tiap sisi, sehingga merupakan
Rongga hidung mempunyai tahanan sebesar 50% dari jalan nafas secara
pada daerah utama pasage hidung bagian horizontal dimana aliran udara tetap
sempit sehingga juga menyediakan daerah permukaan yang luas ditempat kontak
dengan aliran udara. Di daerah khoana posterior pada potongan melintang juga
tampak sempit, sehingga ini dapat menjelaskan adanya variasi tekanan intranasal
dari -5 atau 6 mm H2O sampai + 5 atau 6 mm H2O pada waktu inspirasi atau
ekspirasi.
lubang hidung ke lubang hidung lainnya. Peingkatan resistensi hidung yang lama,
misalnya pada pembesaran adenoid atau nasal pack yang terlaiu padat, dapat
Kecepatan aliran udara (air speed) pada katup hidung anterior mencapai 3,3
m/detik pada tingkat aliran udara inspirasi 200 ml/detik dibandingkan dengan 1
potongan melintang lebar dan aliran udara sempit, ini memungkinkan udara inspirasi
tetap kontak dengan bagian permukaan yang luas dalam jangka waktu yang lama.
Keadaan ini merupakan kondisi ideal untuk air conditioning dimana sekresi yang
90% dikeluarkan dari hidung dan nasofaring, sedangkan partikel yang lebih besar
lagi dapat ditangkap oleh vimbrissae. Partikel yang lebih kecil dapat masuk
daluran nafas bagian bawah dan diabsorbsi. Gabungan virus dengan partikel yang
berukuran melebihi 5-6 urn dapat bertahan dalam rongga hidung. Selama
pernafasan hidung, spray aerosol tertahan dalam hidung dan tidak berpenetrasi ke
saluran nafas bawah. Pengeluaran partikel dari hidung dapat ditingkatkan dengan
bagian horizontal nasal airway. Disini udara dipanaskan atau didinginkan secara
radiasi yang dipancarkan dan mukosa pembuluh darah. Humidifikasi dari udara
membrana mukosa, hal ini merupakan mekanisme yang efisien yang dibuktikan
dengan observasi bahwa udara inspirasi mendekati suhu tubuh normal dan
3 fungsi, yaitu
Humidifikasi.
Pertukaran panas.
Humidifkasi
a. Inspirasi
udara inspirasi dan panas laten untuk evaporasi, untuk itu diperlukan energi lebih
kurang 2100 KJ/hari. Pada orang dewasa kira-kira hanya seperlimanya digunakan
untuk meninggikan temperatur udara inspirasi, tetapi ini tergantung pula ciari
temperatur ambient dan humidifikasi relatif udara inspirasi. Kurang lebih 10%
dan panas tubuh dikeluarkan melalui udara lewat hidung. Walaupun ada variasi
b. Ekspirasi
ini akan menurun selama pasage udara sepanjang rongga hidung dan akan
Temperatur pada udara inspirasi dapat bervariasi antara -50 s/d 50 derajat
celcius dan pada hidung temperatur udara ini dapat disesuaikan dengan
temperatur pada pare-pare. Perubahan panas ini dapat terjadi secara konduksi,
konversi dan radiasi. Bila hanya terjadi konduksi maka tidak akan terjadi aliran
udara dan panas akan ditransfer dengan peningkatan pergerakan molekuler. Naik
Salah satu fungsi dan hidung yaitu mencegah masuknya partikel udara
inspirasi ke dalam saluran nafas bagian bawah, fungsi ini dapat dilakukan secara
mekanik atau kimiawi. Partikel yang berdiameter antara 5-10u, dapat disaring
oleh bulu hidung 70%-80% atau tertangkap oleh mukosa di atas glotis.
disebabkan karena morfologi hidung yang menentukan arab aliran udara maupun
turbulensi udara.
Benda asing, bakteri dan lain lain yang tidak tertangkap oleh vimbrissae
biasanya ditangkap oleh suatu lapisan iendir yang disebut Mucous blanket".
dalam keadaan waktu menderita influenza, dimana mukosa hidung pada saat ini
sedang mengalami edema. Suara dihasilkan dengan mengubah getaran udara dari
Taring. Frekwensi suara tinggi yang menimbulkan suara konsonan dibantu juga
oleh faring, lidah dan gigi. Hidung menambah kualitas suara dengan cara
walaupun lebih tipis yaitu terdiri dari epitel kolumner semu bertingkat bersilia
a . Tipe 1
c. Sel basalis
sel epitel.
d. Sel goblet
Sel ini bisa ataupun tidak dilapisi mikrovili, menghasilkan mukus yang
serta ditemukan glandula serosa dan mukosa. Kedua glandula ini dibawah kontrol
sistem parasimpatis untuk menghasilkan mukus yang kental dan sistem simpatis
untuk menghasikan mukus yang tipis. Konsentrasi sel goblet dan glandula
submukosa ini lebih kecil dibandingkan di rongga hidung, tetapi terutama sinus
lainnya.
Mukus blanket terdiri dari 2 lapisan. Lapisan sol yang merupakan lapisan
yang tipis dan perisilar, sehingga silia dapat bergerak bebas melakukan gerakan.
Bagian atasnya adalah lapisan gel, merupakan mukus yang tebal, tempat melekat
silia. Mikrovili akan berperan di lapisan sot, sedangkan sel goblet dan glandula
Bila ada partikel asing yang terjebak, sinus secara efektif akan
Hingga saat ini belum ada kesesuaian pendapat mengenai fungsi sinus
paranasal. Beberapa teori telah dikemukakan bahwa fungsi dari sinus paranasal
antara lain :
dan fossa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah — ubah
2. Sobotta. Caput, Nasus externus, Cavitas nasi. In : Atlas der Anatomie des
3. Miller A.J, Amedee R.G. Sinus Anatomy and Function. In : Head and Neck
4. Hollinshead, W.H. 1966. The Nose and Sinus Paranasal. In : anatomy for
the Paranasal Sinuses and anterior Skull Base. University Ear, Nose and
Paranaslaes.