Anda di halaman 1dari 9

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TERBUKA
Jalan Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan 15418
Telepon: 021-7490941 (Hunting)
Faksimile: 021-7490147 (Bagian Umum), 021 – 7434290 (Sekertaris
Rektor) Laman: www.ut.ac.id
TUGAS III
Nama : Kholif Setiasih
Jurusan : S1 Manajemen
Nim : 031122203
UPBJJ : Malang
Kode/Mata Kuliah : EKMA4370 / KEWIRAUSAHAAN

Menjadi Wirausahawan, Siapa Takut?


Berlebihan? Tidak. Bertahun-tahun membangun karier di jalur profesional, merintis dari posisi
terendah hingga mampu menembus level direksi, membuat sebagian besar kita merasakan
nyamannya posisi ini sehingga enggan melepaskannya. Gaji dan tunjangan yang berkecukupan.
Jaringan bisnis yang terbangun lumayan luas. Nama besar yang mengikuti jabatan di perusahaan
terpandang. Siapa yang mau kehilangan sederetan kenikmatan langka itu untuk memasuki dunia
baru yang penuh tantangan? Dunia yang penuh risiko -- bisa meludeskan modal yang kita tabung
bertahun-tahun dan memudarkan nama kita yang sebelumnya lumayan terpandang.
Johannes Kotjo dan Judiono Tosin, misalnya, amat mengilat karier dan namanya sebagai
eksekutif puncak Grup Salim pada tahun 1980-an. Ketika keluar dari konglomerasi terbesar
Indonesia yang masih dikomandoi Om Liem saat itu dan membangun bisnis sendiri, mereka
sempat menjadi ikon eksekutif yang berani pindah kuadran. Namun, tak berapa lama nama dan
bisnis mereka pudar.
Meski demikian, dunia kewirausahaan sepertinya tak mengenal trauma. Ada saja eksekutif yang
berani terjun ke dunia usaha. Ira Koesno, presenter kondang SCTV, seperti ditulis dalam Sajian
Utama SWA, berani melangkah ke dunia itu. Begitu pula kawula muda lain yang sebelumnya
memiliki posisi lumayan bagus di perusahaan tempat mereka bekerja sebelumnya. Saya sendiri
setelah berolah pikir cukup lama akhirnya berani meninggalkan posisi direktur di Agrakom dan
Detikcom -- portal nomor wahid yang menjadi fenomena bisnis Internet di Indonesia karena
mampu menjadi yang terbesar, baik dari sisi pengakses maupun iklan yang berhasil didulang di
dunia maya.
Langkah para eksekutif muda (umur 30-40 tahun) memasuki dunia wirausaha saya lihat sebagai
langkah unik jika melihat tingkat retensinya. Bagi mereka yang sejak lahir sudah tercetak
menjadi wirausahawan karena keturunan, seperti para pedagang, serta pebisnis warung Tegal dan
Padang, dunia usaha bukanlah hal yang aneh. Biasanya mereka menerjuni bisnis ini sejak kecil
dengan membantu orang tua atau kerabatnya. Di kemudian hari mengambil alih atau
mengembangkan bisnis serupa di tempat lain. Tipe ini nyaris tidak memerlukan pendidikan
tinggi dan tidak memiliki retensi untuk menjadi wirausahawan.
Agak berbeda kasusnya dengan mereka yang mengecap pendidikan hingga perguruan tinggi.
Kebanyakan dari lulusan universitas cenderung menjadi eksekutif perusahaan. Hanya segelintir
yang berani langsung membuka usaha sendiri begitu selesai wisuda. Orang yang terbiasa menjadi
eksekutif biasanya memiliki retensi besar untuk membangun usaha mandiri. Mereka yang sukses
di jalur ini kebanyakan setia pada jalurnya. Jadi, kalau memang ada segelintir yang berani pindah
jalur, ini layak dicatat.
Mereka yang pindah kuadran ini di atas kertas sebenarnya memiliki peluang sukses cukup besar.
Alasan utamanya, mereka yang pernah mencicipi posisi eksekutif puncak pasti sudah terlatih
jiwa kewirausahaannya di dalam perusahaan (intrapreneurship). Pekerjaan manajerial memang
tergolong penghindar dan penekan risiko (risk aversive and risk minimalist). Namun, semakin
tinggi posisi manajerial seseorang, semakin pekat pekerjaan yang berbau wirausaha, yang
bersifat menentang risiko (risk taker). Tanggung jawab manajemen puncak untuk membuka
pasar baru, membuat produk baru, membuka unit bisnis baru, serta meningkatkan pendapatan
dan laba perusahaan adalah tanggung jawab yang pekat dengan jiwa kewirausahaan. Artinya,
jiwa kewirausahaan mereka sudah terasah. Alasan lain, nama mereka sudah cukup terpandang
dan jaringan bisnisnya sudah lumayan luas sesuai dengan kehebatan perusahaan yang
dikelolanya. Ini bisa menjadi modal awal yang sangat bagus untuk membangun bisnis baru.
Namun, yang indah di atas kertas memang lain dari di dunia nyata. Dengan wadah usaha baru,
jalan untuk menembus proyek dan mendapatkan revenue jadi semakin berat. Memangnya mudah
kita mengikuti tender betulan dengan perusahaan seumur jagung yang minim portofolio bisnis?
Pengalaman profesional yang jika ditulis bisa berlembar-lembar ternyata tidak bisa begitu saja
ditransfer dalam bisnis baru. Wirausahawan baru pun, dalam hal modal, memiliki banyak
keterbatasan. Apalagi, perusahaan baru yang dirintis wirausahawan baru biasanya tidak/kurang
bankable.
Apa boleh buat, wirausahawan yang baru pindah kuadran akan pusing tujuh keliling ketika cash
flow perusahaan kacau-balau. Hal ini kurang dirasakan ketika bekerja sebagai eksekutif karena
berbagai resource -- termasuk keuangan -- disediakan pemilik perusahaan. Itulah tantangan dunia
usaha. Seorang wirausahawan bukan hanya pintar memanfaatkan peluang, tetapi juga dituntut
untuk piawai memanfaatkan berbagai resource, termasuk keuangan, sumber daya manusia dan
teknologi, setelah berhasil menangkap peluang.
Eksekutif yang pindah kuadran menjadi wirausahawan sama saja dengan ikan yang pindah
kolam. Ia akan mabuk sesaat. Ia membutuhkan waktu untuk adaptasi. Sebagian akan mati. Saya
sendiri sudah menyaksikan beberapa rekan yang pindah kuadran dengan optimisme tinggi, tapi
setahun kemudian ambruk. Namun, yang lolos seleksi berpotensi menjadi wirausahawan yang
tangguh. Rekan saya, misalnya, kini menjadi wirausahawan yang memiliki tower seluler begitu
banyak di Indonesia. Seorang rekan lain mampu membuat usaha ekspor mebel dan mengelola
600-an karyawan.
Mereka yang lolos seleksi dan tumbuh sehat akan mendapatkan pemandangan yang jauh lebih
indah. Persis seperti anak-anak kura-kura yang baru menetas di pinggir antai dan berebut masuk
ke laut. Ada yang mati dimakan binatang lain atau manusia. Namun, yang berhasil masuk ke laut
akan tumbuh dan berkelana, menyaksikan indahnya lautan luas, warna-warni terumbu karang,
indahnya tarian beraneka ragam ikan, dan kemudian beranak-pinak. Itulah indahnya jika sukses
di dunia usaha. Patut disyukuri jika banyak kawula muda yang berani pindah kuadran menjadi
wirausahawan.
Jadi wirausahawan, siapa takut?
Sumber:
https://swa.co.id/swa/listed-articles/menjadi-wirausahawan-siapa-takuttanya Pertanyaan:
Berdasarkan bacaan di atas, maka analisalah:

1. Berikan analisa Anda tentang tantangan dunia usaha di Era digital. Jawab
:

Menurut saya, saat ini era digital sudah dimulai. Hal ini berarti akan banyak peluang juga
tantangan bisnis yang muncul beriringan. Untuk pelaku bisnis, di satu sisi era digital telah
membuka peluang bisnis seluas-luasnya. Sehingga para pebisnis bisa memasarkan produknya
ke pasar yang lebih luas. Namun di sisi lain, peluang tersebut tentunya diiringi dengan
tantangan-tantangan.
Beberapa tantangan dalam usaha di era digital, yaitu :
a) Persaingan yang Sangat Bebas
Saat ini banyak hal yang mudah disuguhkan di era digital tentu akan mengundang
ketertarikan orang lain untuk membuat sebuah bisnis. Oleh karena itu, kamu akan
menemukan berbagai macam jenis usaha yang mungkin mirip dengan milikmu. Inilah
tantanganmu yang paling utama. Solusinya, mulailah mencari cara agar bisnismu tetap
yang nomor satu. Dengan mulai melakukan inovasi-inovasi baru yang akan membuat
bisnismu terlihat dan tidak tenggelam.
b) Masalah Sumber Daya Manusia
Untuk mengimbangi transformasi digital dan informasi yang begitu pesat, sebuah bisnis
harus mempersiapkan diri untuk mengupgrade kemampuan SDM-nya secara keseluruhan.
Seperti melakukan pelatihan karyawan tentang tekonologi. Dengan begitu, pembaruan
teknologi bisa dioptimalkan dan dikelola oleh sumber daya yang mumpuni.
c) Perubahan Minat Pelanggan
Perkembangan digital tidak hanya berdampak bagi para pebisnis, tapi juga bagi pelanggan.
Mereka jadi cepat berubah keinginan, minat, selera, bahkan kebutuhannya. Biasanya ,
mereka akan mengikuti perkembangan zaman seperti melihat apa yang sedang booming
dan tren akhir-akhir ini. Perubahaan ini sudah bisa kita saksikan belakangan ini. Jadi, kamu
harus siap-siap jika ada perubahan minat pelangganmu.
d) Banyak Bisnis Mulai Kehilangan Jati Dirinya
Beberapa jenis bisnis jaya di era konvensional, namun tidak bertahan di era digital.
Kenyataan ini akhirnya banyak disaksikan pelaku usaha lain yang memiliki permasalahan
yang sama. Akhirnya si pelaku usaha berusaha keras beradaptasi dengan era digital,
dengan membuat terobosan-terobosan yang sifatnya kekinian.
e) Kecepatan informasi dan perubahan kebutuhan
Perkembangan teknologi dan internet memengaruhi kecepatan informasi. Setiap hari,
masyarakat dihadapkan dengan berbagai informasi dari berbagai aspek. Hal ini bisa
menyebabkan perubahan kebutuhan dan keinginan masyarakat, karena terpengaruh oleh
badai informasi yang diperolehnya. Inilah yang menjadi tantangan bisnis di era digital.
Para pebisnis harus bisa menyesuaikan diri dan berinovasi untuk mengikuti tren agar tidak
tertinggal. Namun, perlu diingat, mengikuti tren juga harus diimbangi dengan kapasitas
bisnis dan strategi jangka panjang.

Sumber :
Lubis, S.B Hari. 2021. Kewirausahaan . (Edisi ke-1. Cetakan ke-15) Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka. (BMP EKMA4370)
Kompas.com. (2020). https://money.kompas.com/read/2020/02/18/154125026/berbisnis-di-
eradigital-simak-3-tantangannya , diakses pada 30 november 2021.
2. Apa yang Anda ketahui mengenai intrapreneurship? Berikan contoh
kasusnya.
Jawab :

Seorang peneliti mendefinisikan intrapreneurship sebagai suatu konsep yang luas, yaitu
menumbuhkan, mengembangkan, dan mengimplementasikan gagasan ataupun perilaku baru.
Inovasi bisa berbentuk produk atau jasa baru, sistem pengelolaan, rencana, atau program yang
menyangkut anggota suatu organisasi. Dalam pengertian ini, intrapreneurship bisa ditafsirkan
sebagai usaha untuk meningkatkan kembali kemampuan organisasi atau perusahaan untuk
memiliki keterampilan ataupun kemampuan inovatif.

Menurut saya, Intrapreneurship adalah prinsip-prinsip kewirausahaan yang diterapkan dalam


ruang lingkup perusahaan. Orang-orang yang melakukan prinsip Intrapreneurship ini biasanya
disebut dengan Intrapreneur. Dapat dikatakan bahwa Intrapreneur adalah orang yang yang
berani mengambil tanggung jawab untuk berinovasi ide-ide baru, produk dan proses atau
setiap penemuan baru dalam organisasi/perusahaan serta membawanya ke tingkat berikutnya
untuk pertumbuhan dan perkembangan organisasi.
Contoh kasus Intrapreneurship PT KAI,
PT KAI saat dipimpin oleh Ignatius Jonan. Pelayanan kereta api yang semula sangat buruk,
dalam waktu singkat berubah menjadi sangat cemerlang, tak kalah dengan kereta di luar
energi. Sebelum tahun 2010, jika kita masuk ke stasiun kereta api di wilayah Jabodetabek,
suasananya kumuh, jorok dan bau pesing. Sangat tidak sehat. Ketika masuk ke kereta , juga
sangat tidak nyaman. Sangat panas, bau tidak sedap, dan banyak orang yang rela untuk tidak
menghargai nyawanya sendiri dengan naik di atap kereta.

Tentu dari dulu para pimpinan perusahaan PT KAI sudah punya ide untuk memperbaiki
suasana kereta api. Bahkan Menteri Perhubungan pun ingin menjadikan kereta api menjadi
lebih manusiawi. Namun mereka belum berhasil juga. Di tangan Jonan inilah niat untuk
memperbaiki KAI menjadi kenyataan. Perusahaan BUMN ini yang semula langganan menjadi
perusahaan merugi, berubah menjadi pencetak laba hingga 1 triliun/tahun.Jonan memulai
langkah perbaikan KAI dengan meningkatkan gaji pegawai agar kinerja mereka semakin
meningkat. Dengan konsekuensi, tak ada lagi yang melakukan pekerjaan sampingan di KAI.
Sehingga tidak ada kebocoran dana. Hal itu tentu berdampak pada kenaikan biaya

Kenaikan biaya ini langsung dicover karena adanya kenaikan efisiensi. Peningkatan
efisiensi lebih tinggi daripada peningkatan biaya kenaikan gaji. Bahkan gaji pegawai KAI
meningkat 7,7 kali lipat dari tahun 2009. Jonan juga melakukan perbaikan kinerja. Reward
and punishment benar-benar diterapkan bagi seluruh pegawai KAI. Hal ini meningkatkan
kepercayaan stakeholder. Bank-bank berani memberikan kredit pada perusahaan yang masih
merugi itu, sehingga KAI dapat menambah asetnya. Jonan berhasil merubah mindset pegawai
KAI menjadi customer first alias mengutamakan pelayanan pelanggan. Ia merekrut
orangorang dari dunia bisnis dengan latar belakang pelayanan yang bagus. Pria lulusan
Singapura itu juga merekrut ahli IT dan bekerjasama dengan BUMN lain yaitu PT Telkom
untuk menghemat dana. Metode kerjasama yang digunakan adalah profit sharing.

Infrastruktur perkeretaapian dibenahi. Stasiun dibuat steril dan menggunakan gate


elektronik. PT Kereta Commuterline Jakarta (KCJ), anak perusahaan PT KAI mengalami
peningkatan cukup pesat. Selain sarana dan prasarana, perbaikan SDM juga dilakukan. Jonan
mengirimkan tiga ribu pegawainya ke China dan Perancis untuk melihat sistem perkeretaapian
di negara tersebut. Dari level menengah hingga 2 level di bawah direksi dikirimkan untuk
menyaksikan sendiri pelayanan kereta api di sana.
Hasilnya, kini kita nikmati layanan kereta api yang murah dan sangat nyaman dibanding
sebelum 2009. Itulah inovasi yang dilakukan Jonan, sebagai contoh kasus bagaimana seorang
pemimpin perusahaan menerapkan intrapreneurship sehingga mampu mengubah perusahaan
buruk menjadi perusahaan yang berprestasi cemerlang.
Sumber :
Lubis, S.B Hari. 2021. Kewirausahaan . (Edisi ke-1. Cetakan ke-15) Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka. (BMP EKMA4370 Modul 9 KB 1 Hal : 9.3)

Bambang Suharno (2017) . Bedah Kasus Intrapreneurship : PT Kai Dan 3m Post It. Diakses
30 november 2021, dari http://www.pembicara-seminar.com/2017/12/bedah-kasusintrapreneur-
pt-kai-dan-3m.html
2. Berikan analisa Anda mengenai karakteristik intraprenership.
Jawab :

Menurut saya, ada beberapa karakteristik intrapreneurship yang menjadi daya tarik para
intrapreneur, yaitu :

a) Menciptakan usaha baru


Melahirkan bisnis baru dalam organisasi atau perusahaan yang ada adalah karakteristik
khas seorang intrapreneur.
b) Inovasi produk atau layanan
Kecenderungan ke arah kepemimpinan teknologi melalui inovasi produk atau layanan
yang terus menerus diinginkan. Terutama pada bidang teknologi. c) Inovasi proses
Dalam bisnis yang sangat kompetitif, seorang intrapreneur perlu menciptkan proses bisnis
yang dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas dan kualitas yang lebih baik pada produk
dan layanan sehingga dapat lebih unggul dari pesaingnya. d) Proaktif
Intrapreneur terus mencoba menjadi yang terbaik, daripada hanya mengikuti cara-cara yang
ditempuh pesaing melalui keaktifan mereka.
e) Berani mengambil Risiko
Intrapreneur memiliki sikap berani mengambil risiko sehubungan dengan keputusan
investasi dan tindakan strategis dalam situasi ketidakpastian.
f) Memperbarui organisasi
Seorang intrapreneur diharapkan mengubah organisasi melalui pembaruan ide-ide kunci
yang menjadi dasar mereka dibangun.
g) Kompetitif agresif
Dalam bisnis yang sangat kompetitif, seorang intrapreneur perlu menciptakan proses
bisnis yang dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas dan kualitas agar lebih unggul dari
pesaingnya.

Sumber :
Wibowo, Agus. 2011. Pendidikan Kewirausahaan, Cetakan ke 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lubis, S.B Hari. 2021. Kewirausahaan . (Edisi ke-1. Cetakan ke-15) Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka. (BMP EKMA4370 Modul 9 KB 2 Hal : 9.29)

Anda mungkin juga menyukai