Anda di halaman 1dari 10

JPPSI: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sains Indonesia

Volume 2, Nomor 2, Oktober 2019


ISSN: 2623-0852

PENGARUH STRATEGI BELAJAR KOGNITIF, METAKOGNITIF DAN


SOSIAL AFEKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
N. K. Sri Widyantari, I Nyoman Suardana, N.L Pande Latria Devi

Program Studi S1 Pendidikan IPA


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: kadek.sri.widyantari@undiksha.ac.id,nyoman.suardana@undiksha.ac.id,
latria.devi@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh strategi belajar kognitif, metakognitif dan sosial afektif
terhadap hasil belajar IPA. Jenis penelitian adalah ex post facto yang bersifat korelasional. Populasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Tegallalang Tahun Pelajaran
2018/2019 yang berjumlah 943 siswa. Sampel penelitian berjumlah 273 siswa yang diambil dengan
teknik proporsional random sampling. Data hasil belajar IPA dikumpulkan menggunakan metode tes
dan data strategi belajar kognitif, metakognitif dan sosial afektif dikumpulkan dengan metode kuesioner.
Analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa 1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara strategi belajar kognitif
dan hasil belajar IPA dengan koefisien korelasi sebesar 0,42 kategori sedang, 2) terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara strategi belajar metakognitif dan hasil belajar IPA dengan koefisien
korelasi sebesar 0,22 kategori lemah dan 3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
strategi belajar sosial afektif dan hasil belajar IPA dengan koefisien korelasi sebesar 0,18 kategori
sangat lemah.

Kata kunci: strategi belajar kognitif, metakognitif, sosial afektif, hasil belajar IPA

Abstract
This research aims to analyze the effect of cognitive, metacognitive and social affective learning
strategies on science learning outcomes. This type of research is ex post facto which is correlational.
The study population was all eighth grade students Middle School in Tegallalang District 2018/2019
Academic Year for total 943 students. The research sample up to 273 students taken by proportional
random sampling technique. Science learning outcomes data were collected using a test method and
data are affective cognitive, metacognitive and social learning strategies were collected by questionnaire
method. Data analysis using a simple linear regression test with a significance level of 0.05. The results
of this study indicate that 1) there is a positive and significant relationship between cognitive learning
strategies and science learning outcomes with a correlation coefficient of 0.42 moderate categories, 2)
there is a positive and significant relationship between metacognitive learning strategies and science
learning outcomes with correlation coefficients for 0.22 weak categories and 3) there is a positive and
significant relationship between affective social learning strategies and science learning outcomes with
a correlation coefficient of 0.12 categories very weak.

Keywords: cognitive, metacognitive, social affective learning strategies, science learning outcomes

PENDAHULUAN
Hasil belajar merupakan salah satu siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dari
bagian terpenting dalam pembelajaran hasil belajar yang dicapai. Salah satu
mencakup pengetahuan (knowledge), sikap indikator tercapai atau tidaknya proses
(attitude) dan keterampilan (skills). Hasil pembelajaran adalah dengan melihat hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki belajar yang dicapai siswa (Anni, 2004).
siswa setelah menerima pengalaman Pencapaian hasil belajar siswa dalam
belajarnya (Sudjana, 2010). Keberhasilan pembelajaran dipengeruhi oleh faktor

151
internal dan faktor eksternal. Faktor internal penggunaan struktur-struktur-struktur
merupakan segala sesuatu yang melekat pengorganisasian. Strategi belajar kognitif
pada diri siswa meliputi intelektual, membantu siswa dalam mengkonstruksi
psikologis dan biologis. Salah satu faktor pengetahuannya sendiri.
internal aspek psikologis yaitu strategi Strategi belajar metakognitif adalah
belajar (learning strategy). Strategi belajar pengetahuan siswa tentang belajrnya sendiri
merupakan pikiran atau perilaku yang atau pengetahuan tentang bagaimana
digunakan oleh siswa dalam memengaruhi belajar. Stategi belajar metakognitif meliputi
hal-hal yang dipelajari termasuk memori dan tiga aspek sebagai berikut. 1) Perencanaan
metakognitif. Michael Pressly (dalam Nur, mencakup penentuan tujuan belajar,
2000) menyatakan bahwa strategi-strategi sumber-sumber belajar dan refleksi hasil
belajar adalah operator-operator kognitif belajar. 2) Monitoring yaitu pemusatan
meliputi dan terdiri atas proses-proses yang perhatian pada aktivitas belajar yang
secara langsung terlibat dalam dilakukan. 3) Regulasi merupakan proses
menyelesaikan suatu tugas (belajar). siswa untuk memantau kegiatan belajarnya
Strategi belajar (learning strategies) adalah berdasarkan acuan atau kreteria yang telah
upaya yang dilakukan siswa dalam belajar ditetapkan. Metakognisi dapat membantu
untuk memahami, menggunakan dan siswa menentukan hal-hal yang dibutuhkan
mengolah informasi secara individu dan menggunakannya untuk mencapai hasil
(Kafadar, 2013). Strategi belajar yang dapat belajar sehingga metakognisi dapat
digunakan dan dibelajarkan menurut menentukan pencapaian hasil belajar siswa
O’Malley dan Chamot, (1995) yaitu strategi (Kulze dalam Zulyanty, 2017).
belajar kognitif, metakognitif dan sosial Strategi belajar sosial afektif
afektif. merupakan strategi belajar yang melibatkan
Strategi belajar merupkan hal yang siswa belajar dengan orang lain. Strategi
penting bagi siswa dalam pembelajaran. belajar sosial afektif erat kaitannya dengan
Norman (dalam Nur, 2000) tentang perasaan dan perilaku siswa dalam belajar.
pentingnya strategi belajar menyatakan Strategi belajar sosial afektif meliputi tiga
bahwa keberhasilan sebagaian besar siswa aspek sebagai berikut. 1) Kerjasama
bergantung pada kemahiran untuk belajar merupakan interaksi yang terjadi antara
secara mandiri dan memonitor belajar siswa dengan orang lain untuk mencapai
mereka sendiri. Perbedaan strategi belajar tujuan belajar. 2) Respon sikap merupakan
yang digunakan menunjukkan cara tercepat reaksi yang diberikan siswa atas suatu
dan terbaik bagi siswa dalam upaya tindakan tertentu. 3) Kontrol emosi
menerima sebuah informasi untuk merupakan kemampuan pengaturan pada
meningkatkan efektivitas dalam belajar. perasaan-perasaan yang timbul dalam
Analisis pembelajaran menggunakan pembelajaran. Pembelajaran menekankan
strategi belajar yang pernah dilakukan aspek sosial yaitu interakasi, pemberian
sebelumnya terbatas pada pengaruh bantuan dan pemberian tanggung jawab
strategi belajar secara umum sehingga pada siswa untuk menyelesaikan tugas-
belum dijelaskan kontribusi strategi belajar tugas belajar (Trianto, 2009).
kognitif, metakognitif dan sosial afektif Berdasarkan kajian konseptual yang
terhadap hasil belajar. telah diuraikan, perlu dilakukan penelitian
Strategi belajar kognitif melibatkan lebih lanjut tentang pengaruh strategi belajar
transformasi dan manipulasi materi yang kognitif, metkognitif dan sosial afektif
sedang dipelajari. Stategi belajar kognitif terhadap hasil belajar IPA.
meliputi tiga aspek sebagai berikut. 1)
Mengulang membantu mempertahankan METODE
informasi dalam memori jangka pendek. 2) Penelitian ini adalah penelitia ex post
Elaborasi merupakan penambahan rincian facto dengan jenis korelasional. Populasi
informasi baru sehingga informasi yang penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII
dibangun menjadi lebih bermakna. 3) SMP Negeri se-Kecamatan Tegallalang
Strategi organisasi adalah peningkatan tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah
kebermaknaan informasi baru melalui 943 siswa dan terdistribusi ke dalam empat

152
sekolah. Pengambilan sampel dilakukan dan memiliki reliabilitas 0,73 berkualifikasi
dengan teknik proporsional random tinggi.
sampling. Analisis data penelitian menggunakan
Data hasil belajar IPA dikumpulkan analisis deskriptif dan analisis inferensial.
menggunakan metode tes dengan bentuk Analisis deskriptif digunakan untuk
tes pilihan ganda. Tes ini digunakan untuk mendeskripsikan nilai rata-rata strategi
mengukur hasil belajar IPA.Tes hasil belajar belajar kognitif, metakognitif, sosial afektif
IPA berjumlah 30 butir. Karakteristik tes ini dan hasil belajar IPA. Nilai hasil belajar IPA
adalah memiliki reliabilitas 0,79 kualifikasi siswa dikualifikasikan dengan Penilaian
tinggi, valid, memiliki daya pembeda lebih Acuan Patokan (PAP). Nilai strategi belajar
besar 0,40 dengan kualifikasi sedang, tinggi dikonversi ke skala seratus kemudian
dan sangat tinggi serta memiliki tingkat dikualifikasikan berdasarkan mean ideal (Mi)
kesukaran tes lebih besar dari 0,20 dan standar deviasi ideal (Sdi).
kualifikasi mudah, sedang dan sukar. Data Analisis inferensial digunakan untuk
strategi belajar kognitif, metakognitif dan menguji hipotesis. Uji hipotesis penelitian
sosial afektif dikumpulkan dengan menggunakan regresi linier sederhana
menggunakan metode kuesioner. Kuesioner dengan taraf signifikansi 0,05. Sebelum
strategi belajar sebanyak 37 pernyataan pengujian hipotesis dilakukan uji asumsi
yang memenuhi kreteria. Karakteristik meliputi uji normalitas, linieritas dan
kuesioner dalam penelitian ini adalah valid keberartian arah regresi serta uji
multikolinieritas.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Secara umum hasil penelitian yang Perbandingan nilai rata-rata strategi
dideskripsikan yaitu nilai rata-rata strategi belajar kognitif, metakognitif, sosial afektif
belajar kognitif, metakognitif, sosial afektif, dan hasil belajar IPA disajikan pada Tabel 1.
hasil belajar IPA, pengujian asumsi dan
pengujian hipotesis.

Tabel 1. Perbandingan nilai rata-rata strategi belajar dan hasil belajar IPA
Strategi Belajar Hasil Belajar
Statistik Sosial IPA
Kognitif Metakognitif Afektif
Mean 72,70 71,32 67,51 71,47
Standar Deviasi 8,05 8,10 7,35 10,52

Berdasarkan Tabel 1 perbandingan nilai dimensi. Perbandingan nilai per dimensi


rata-rata antara strategi belajar kognitif dan strategi belajar kognitif, metakognitif dan
metakognitif tidak jauh berbeda sedangkan sosial afektif disajikan pada Gambar 1.
nilai rata-rata strategi belajar sosial afektif
lebih rendah daripada nilai strategi belajar
kognitif dan metakognitif. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa dalam belajar siswa
cenderung menggunakan strategi belajar
kognitif dan metakognitif dibandingkan
strategi belajar sosial afektif. Nilai rata-rata
hasil belajar IPA siswa secara umum yang
menggunakan strategi belajar kognitif,
metakognitif dan sosial afektif berada pada
kategori sedang. Secara lebih rinci strategi
belajar kognitif, metakognitif dan sosial
afektif disajikan berdasarkan nilai per Gambar 1. Perbandingan nilai per dimensi
strategi belajar

153
Dimensi mengulang pada strategi Dimensi kontrol emosi pada strategi
belajar kognitif memiliki nilai rata-rata paling belajar sosial afektif memiliki rata-rata paling
tinggi daripada elaborasi dan organisasi. Hal tinggi daripada dimensi kerjasama dan
tersebut mengindikasikan bahwa siswa yang respon sikap. Hal tersebut mengindikasikan
menggunakan strategi belajar kognitif bahwa strategi belajar sosial afektif yang
cenderung pada dimensi mengulang atau digunakan siswa cenderung pada dimensi
membaca materi secara berulang-ulang. kontrol emosi. Kualifikasi strategi belajar
Berdasarkan kualifikasi nilai per dimensi sosial afektif berdasarkan nilai per dimensi
strategi belajar kognitif berada pada memiliki kualifikasi tinggi.
kualifikasi tinggi. Hipotesis penelitian diuji menggunakan
Dimensi monitoring pada strategi uji regresi linier sederhana. Selain uji regresi
belajar metakognitif memiliki nilai rata-rata juga dilakukan analisis untuk menentukan
paling tinggi daripada dimensi regulasi dan sumangan efektif dan relatif dari variabel
perencanaan. Hal tersebut mengindikasikan strategi belajar kognitif, metakognitif dan
bahwa strategi belajar metakognitif yang sosial afektif terhadap hasil belajar.
digunakan siswa cenderung pada dimensi Ringkasan hasil analisis regresi secara
monitoring aktivitas belajar. Berdasarkan lengkap disajikan pada Tabel 2.
nilai per dimensi strategi belajar metakognitif
berada pada kualifikasi tinggi.

Tabel 2. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana


Pasangan
Persamaan Regresi Sig. r R2 (SE) % (SR) %
Variabel
X1 → Y Ý = 33,03+ 0,52 X1 0,00 0,42 0,16 15,03 82,1
X2 → Y Ý = 51,07+ 0,28 X2 0,00 0,22 0,05 1,72 9,4
X3 → Y Ý = 53,57+ 0,26 X3 0,02 0,18 0,03 1,59 8,7
Ý =20,88+0,48 X1
X1,X2,X3 → Y 0,00 0,42 0,18 - -
+0,98 X2+0,12 X3

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh angka penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian
signifikansi pada pasangan variabel kurang yang dilakukan Dismore dan Zoellner (2017)
dari 0,05 dengan demikian hal tersebut yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang yang positif dan signifikan antara strategi
positif dan signifikan antara strategi belajar kognitif dan pemrosesan informasi pada
kognitif, metakogniti, sosial afektif dan hasil simulasi sains.
belajar IPA. Strategi belajar kognitif memberikan
kontribusi positif terhadap hasil belajar IPA
Pembahasan karena pada strategi belajar kognitif terdapat
Hasil analisis menyatakan bahwa 1) kegiatan mengulang (rehearsel), elaborasi
terdapat hubungan yang positif dan dan organisasi. Kegiatan mengulang terdiri
signifikan antara strategi belajar kognitif dan atas mengulang sederhana dan mengulang
hasil belajar IPA, 2) terdapat hubungan yang kompleks. Membaca materi berulang-ulang
positif dan signifikan antara strategi belajar membantu siswa mengingat, menghafal,
metakognitif dan hasil belajar IPA dan 3) dan memahami pengetahuan sehingga
terdapat hubungan yang positif dan mendukung pencapaian hasil belajar kognitif
signifikan antara strategi belajar sosial pada jenjang mengingat dan memahami.
afektif terhadap hasil belajar IPA. Hal ini didukung oleh pendapat Nur (2000)
Strategi belajar kognitif dan hasil menyatakan bahwa membaca berulang-
belajar IPA secara umum menunjukan ulang dilakukan siswa untuk mengingat dan
hubungan bersifat positif. Hal tersebut mempertahankan pengetahuan lebih lama
berarti bahwa jika strategi belajar kognitif berada dalam memori jangka pendek
meningkat maka hasil belajar IPA yang sehingga pengetahuan dapat ditransfer ke
dapat dicapai siswa juga meningkat. Hasil memori jangka panjang.

154
Kegiatan mengulang yang lebih memahami materi pelajaran dengan
kompleks dilakukan siswa dengan pemahamannya sendiri yang diungkapkan
memberikan tanda khusus pada ide-ide secara tulisan. Kegiatan mencatat sebagai
kunci materi dan membuat catatan-catatan salah satu aspek penting dalam proses
kecil. Memberikan tanda khusus seperti pembelajaran dapat meningkatkan
menggaris bawahi konsep-konsep penting pemahaman tentang materi yang dipelajari
membantu siswa memberikan penekanan mengarah pada pencapaian hasil belajar
pada konsep-konsep penting materi yang juga dibuktikan oleh hasil penelitian yang
dipeljari sedangkan membuat catatan kecil dilakukan oleh Dewi dan Rahayu (2014)
membantu melengkapi pemberian tanda yang menyatakan bahwa perilaku siswa
khusus dengan menambahkan catatan- mencatat mempunyai hubungan yang positif
catatan kecil pada bagian materi yang dan signifikan dengan kemampuan memori
digaris bawahi. Selain itu kegiatan ini juga pada proses belajar.
membantu siswa melakukan pengulangan Kegiatan merangkum isi pelajaran
dan penghafalan dengan lebih cepat dan membantu siswa mengulang kembali materi
efisien. Anderson dan Armbuster (dalam yang telah dipelajari, memahami inti-inti
Nur, 2000) menyatakan bahwa membuat materi, dan membuat hubungan antar
catatan atau note taking efektif diguakan beberapa konsep yang sedang dipelajari
pada materi yang bersifat konseptual sehingga informasi yang dibangun pada
dimana tugas yang penting adalah struktur kognitif menjadi lebih bermakna. Hal
mengidentifikasi ide-ide utama. tersebut juga didukung oleh pendapat
Penambahan rincian pengatahuan Wormeli (2005) yang menyatakan bahwa
menjadi lebih bermakna dilakukan melalui kegiatan merangkum memberikan
kegiatan elaborasi. Kegiatan elaborasi peningkatan yang besar dalam pengertian
membantu siswa mencapai hasil belajar dan ingatan jangka panjang dari suatu
kognitif pada jenjang menerapkan, informasi. Selain merangkum isi pelajaran
menganalisis dan mengevaluasi. Siswa kegiatan elaborasi siswa yaitu membuat
secara individu berlatih menerapkan konsep analogi konsep-konsep yang dipelajari.
yang telah mereka peroleh sebelumnya Kegiatan analogi membantu siswa
untuk melatih keterampilan berpikir dalam menyederhanakan objek yang dipelajari
menyelesaikan suatu permasalahan berdasarkan perbandingan ciri-ciri objek
(Adnyani, 2019). yang dimiliki selain itu kegiatan analogi juga
Elaborasi melibatkan aktivitas berpikir memberikan kesempatan bagi siswa untuk
yang lebih kompleks diantaranya yaitu membangun pengetahuan mereka sendiri,
mencatat, merangkum isi pelajaran dan melatih kemandirian serta kecakapan
membuat analogi-analogi. Kegiatan berpikir. Hal ini didukung oleh pendapat
mencatat membantu siswa meningkatkan Podomi dan Jailani (2015) yang menyatakan
keaktifan belajar, kemampuan mengingat bahwa analogi sebagai bagian kognisi
informasi, meningkatkan pemahaman memberikan kesempatan yang lebih luas
materi, memudahkan mempelajari informasi kepada siswa untuk menalar dan melatih
secara singkat dan mengorganisasikan kemandirian belajar.
pengetahuan yang telah dimiliki dengan Kegiatan peningkatan kebermaknaan
pengetahuan sebelumnya. Hal ini didukung informasi pada strategi belajar kognitif
oleh pendapat Sukirman (2004) yang dilakukan melalui kegiatan organisasi.
menyatakan bahwa kegiatan mencatat Kegiatan pengorganisasian membantu
merupakan salah satu aspek penting dalam siswa mencapai hasil belajar ranah kognitif
proses belajar karena kegiatan pada jenjang menerapkan, menganalisis,
pembelajaran membantu siswa dalam mengevaluasi dan mencipta. Kegiatan
pengulangan, mengingat, dan mengerjakan pengorganisasian dapat dilakukan dengan
tugas-tugas sehingga siswa mendapatkan pengelompokan-pengelompokan ulang
hasil belajar yang optimal. Hal senada juga konsep atau membagi kedalam sub yang
diungkapkan Irsyad (2004) yang lebih kecil. Kegiatan pengorganisasian
menyatakan bahwa kegiatan mencatat materi yang dilakukan siswa berupa
merupakan proses dimana siswa mencoba outlining atau membuat kerangka garis-garis

155
besar materi dan pemetaan konsep. Strategi belajar metakognitif dan hasil
Kegiatan Outlining membantu siswa belajar IPA secara umum menunjukan
menyajikan ide-ide utama beserta rincian hubungan bersifat positif. Hal tersebut
tiap-tiap sub yang disusun secara hirarki berarti bahwa jika strategi belajar
sebagai suatu jaringan pengetahuan yang metakognitif meningkat maka hasil belajar
utuh. Selain itu outlining juga membantu IPA juga meningkat. Hasil penelitian ini juga
siswa menghubungkan berbagai macam diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
konsep dengan konsep dengan konsep lain. Fauziah et al., (2014) yang menyatakan
Konsep-konsep yang diorganisasikan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
secara hirarki memudahkan siswa dalam signifikan antara kemampuan metakognitif
belajar sehingga dapat meningkatkan dan hasil belajar biologi.
kebermaknaan informasi. Hal ini didukung Strategi belajar metakognitif
oleh pendapat Patten et al., (dalam Nur, memberikan kontribusi positif terhadap hasil
2000) yang menyatakan bahwa belajar IPA karena pada strategi belajar
pengorganisasian secara hirarki dimana hal- metakognitif terdapat kegiatan perencanaan
hal khusus dikelompokan dibawah topik- aktivitas belajar, refleksi dan regulasi.
topik yang lebih umum membantu Kegiatan perencanaan aktivitas belajar
peningkatan pemahamam siswa. melibatkan aktivitas metakognitif membantu
Kegiatan pengorganisasian melalui siswa mempersiapkan kegiatatan-kegiatan
pemetaan konsep memudahkan siswa belajar secara sistematis seperti
dalam memahami materi yang dipelajari merencanakan waktu belajar, memilih
secara sistematis berdasarkan aturan- strategi belajar dan menentukan sumber-
aturan yang disusun secara peta konsep. sumber belajar untuk mencapai hasil belajar
Selain itu dengan pembuatan peta konsep kognitif. Hal ini didukung oleh pendapat Nur
membantu siswa menggambarkan, (2000) menyatakan bahwa perencanaan
mengklasifikasikan serta menganalisis pada aktivitas metakognitif seperti,
hubungan antar konsep-konsep yang memperhitungkan waktu belajar dan
sedang dipelajari sehingga belajar pemilihan strategi yang efektif membantu
bermakna dapat berlangsung. Hal ini siswa dalam belajar dan memecahkan suatu
didukung oleh teori belajar Ausubel (dalam masalah.
Trianto, 2009) yang menyatakan bahwa Hasil dari kegiatan perencanaan
belajar bermakna dapat terjadi apabila dalam hal ini adalah hasil belajar pada
pengetahuan baru dikaitkan dengan strategi metakognitif direfleksikan pada
pengetahuan sebelumnya pada struktur kegiatan monitoring. Kegiatan refleksi
kognitif melalui pertolongan peta konsep. membantu siswa melihat kembali proses
Strategi belajar kognitif dan hasil belajar yang telah dilalui seperti
belajar IPA secara umum menunjukan mengidentifikasi keungulan ataupun
hubungan pada kategori sedang hal ini kelemahan selama proses belajar sehingga
disebabkan beberapa hal sebagai berikut. siswa mampu membuat keputusan terhadap
Pertama, terdapat karakteristik siswa hasil belajar yang diperoleh. Zulyanti (2017)
dengan strategi belajar kognitif sedang menyatakan bahwa kemampuan untuk
memperoleh nilai hasil belajar yang tinggi merefleksikan pengetahuan merupakan
dan terdapat beberapa siswa dengan metakognisi. Hubungan hasil belajar dengan
strategi belajar kognitif tinggi memperoleh metakognisi yaitu metakognisi dapat
nilai hasil belajar IPA yang rendah. Kedua, membatu siswa menentukan hal-hal yang
kegiatan-kegiatan strategi belajar kognitif dibutuhkan dan menggunakannya untuk
belum optimal dilakukan siswa dalam belajar mencapai hasil belajar sehingga
sehingga kontribusi yang diberikan berada metakognisi dapat menentukan pencapaian
pada kategori sedang. Ketiga, dalam belajar hasil belajar siswa (Kulze dalam Zulyanty,
siswa tidak hanya menggunakan strategi 2017).
belajar kognitif akan tetapi siswa juga Hasil belajar yang dicapai kemudian
menggunakan strategi belajar metakognitif dibandingan dengan acuan-acuan yang
dan sosial afektif. telah ditetapkan dalam belajar melalui
kegiatan regulasi. Kegiatan regulasi

156
membantu siswa memotivasi diri dalam bimbingan orang yang lebih mampu
belajar, mengoptimalkan kemampuan- (Masganti, 2017).
kemampuan yang dimiliki, dan menilai Kegiatan respon sikap menunjukan
proses serta hasil belajar berdasarkan reaksi yang diberika siswa berupa
aturan-aturan yang telah mereka tetapkan. tanggapan atau jawaban atas suatu
Zimmerman dan Schuk (2002) menyatakan tindakan tertentu. Kegiatan respon sikap
regulasi melibatkan proses metakognisi, selama pembelajaran memberikan
motivasi dan perilaku dalam belajar. kesempatan bagi siswa untuk bertanya
Hubungan regulasi diri dan hasil belajar terkait materi dan meminta penjelasan ulang
yaitu regulasi dapat mengelola pikirian, terkait materi yang belum dipahami. Selain
perasaan dan penetapan tindakan yang itu kegiatan respon sikap juga membantu
dilakukan sehingga regulasi mejadi salah interaksi aktif antara siswa ataupun siswa
satu determinan hasil belajar (Friskilia dan dengan guru selama pembelajaran. Selama
Winata, 2018). interaksi guru dapat memberikan penguatan
Strategi belajar metakognitif dan hasil terhadap jawaban siswa, memebrikan
belajar IPA secara umum menunjukan masukan atau tambahan serta memberikan
tingkat hubungan yang lemah hal ini penjelasan yang tepat terkait miskonsepsi
disebabkan beberapa hal sebagai berikut. yang dialami siswa. Hal ini didukung oleh
Pertama, kegiatan-kegiatan yang teori belajar Vygotsky yang menyatakan
melibatkan aktivitas metakognitif seperti bahwa pembelajaran menekankan aspek
perencanaan, monitoring dan regulasi yang sosial yaitu interakasi, pemberian bantuan
dilakukan siswa belum optimal. Kedua, dan pemberian tanggung jawab pada siswa
dalam pembelajaran siswa lebih tinggi untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar
menggunakan strategi belajar kognitif (Trianto, 2009).
dibandingkan strategi belajar metakognitif. Kontrol emosi pada strategi belajar
Ketiga, strategi belajar metakognitif tidak sosial afektif mengarah pada pengaturan
berlaku pada siswa berkemampuan kognitif pada perasaan-perasaan yang timbul
rendah. selama pembelajaran. Kegiatan kontrol
Strategi belajar sosial afektif dan hasil emosi membantu siswa memotivasi diri
belajar IPA secara umum menunjukan dalam belajar, mengatur sikap saat
hubungan bersifat positif. Hal tersebut menghadapi tes dan keyakinan terhadap
berarti bahwa jika strategi belajar sosial kemampuan diri sendiri untuk menyelesikan
afektif meningkat hasil belajar IPA juga tugas-tugas belajar. Goleman (2009)
meningkat. Hasil ini juga diperkuat oleh hasil menyatakan bahwa krontrol emosi
penelitian yang dilakukan Palerangi et al., merupakan salah satu indikator kecerdasan
(2017) yang menyatakan bahwa terdapat emosional yakni kemampuan mengatasi
pengaruh yang positif dan signifikan antara kegelisahan dalam belajar, motivasi diri, dan
keterampilan sosial dan kompetensi pengaturan suasana hati menentukan
kejuruan siswa. Strategi belajar sosial afektif keberhasilan siswa dalam mencapai
memberikan kontribusi positif terhadap hasil prestasi belajar.
belajar IPA karena pada strategi belajar Strategi belajar sosial afektif dan hasil
sosial afektif terdapat kegiatan kerjasama, belajar IPA secara umum menunjukan
respon sikap dan kontrol emosi. Kegiatan hubungan yang sangat lemah hal ini
belajar bersama atau kooperatif mendorong disebabkan beberapa hal sebagai berikut.
siswa berinteraksi dengan pasangan belajar Pertama, kegiatan-kegiatan pada strategi
saling bergantung secara positif, saling sosial afektif belum mampu dilakukan siswa
bertukar ide atau pendapat dan menyatukan dengan optimal untuk meningkatkan hasil
persepsi untuk mencapai hasil belajar. Hal belajar. Kedua strategi belajar sosial afektif
ini sejalan dengan teori belajar menurut masih rendah digunakan siswa dalam
Vygotsky yang menyatakan bahwa proses belajar dibandingan dengan strategi kogntif
belajar akan terjadi secara efektif dan efisien dan metakognitif. Hal ini menyebabkan
apabila anak belajar secara kooperatif strategi belajar sosial afektif memberikan
dengan anak-anak lain dalam suasana dan kontribusi yang lebih kecil terhadap hasil
lingkungan yang mendukung, dalam belajar dibandingkan strategi belajar kognitif

157
dan metakognitif. Ketiga, strategi belajar pada jenjang kognitif yang paling rendah.
sosial afektif hanya berlaku pada siswa Siswa berkemampuan rendah ditandai
berkemampuan kognitif sedang dan tinggi kurangnya motivasi belajar tidak adanya
Kontribusi strategi belajar kognitif, keseriusan dalam belajar dalam
metakognitif dan sosial afektif juga ditinjau menyelesaikan tugas-tugas dan lain
berdasarkan hasil belajar IPA yang sebagainya (Sanjaya, 2006).
dikelompokkan pada kategori tinggi, sedang Strategi belajar metakognitif
dan rendah. Strategi belajar kognitif, berkontribusi negatif terhadap hasil belajar
metakognitif dan sosial afektif memberikan yang berarti jika strategi metakognitif siswa
kontribusi yang positif terhadap hasil belajar meningkat maka hasil belajar akan turun.
tinggi karena siswa berekemampuan kognitif Hal ini terjadi karena siswa berkemampuan
tinggi mempunyai kemampuan berpikir rendah belum mampu melakukan kegiatan-
kompleks. Kemampuan berpikir ini kegiatan berpikir kompleks yang melibatkan
membantu siswa mengoptimalkan kegiatan- metakognisi. Strategi belajar sosial afektif
kegiatan pada strategi belajar kognitif, juga memberikan kontribusi negatif terhadap
metakognitif dan sosial afektif. Hal ini sesuai hasil belajar yang berarti bahwa jika strategi
dengan pendapat Yusuf (2011) yang belajar sosial afektif meningkat maka hasil
menyatakan bahwa kemampuan berpikir belajar akan turun. Hal ini terjadi karena
atau kecerdasan inteligensi mempengaruhi siswa belum mampu melakukan kegiatan-
kemampuan belajar, menggunakan kegiatan strategi sosial afektif dengan
pengetahuan dalam rangka memecahkan optimal seperti belajar bekerjasama,
masalah dan beradaptasi dengan ligkungan. mengendalikan perasaan dan emosi untuk
Pribadi siswa terkait intelegensinya mencapai hasil belajar.
memegang peranan besar terhadap tinggi- Berdasarkan uraian tersebut diketahui
rendahnya taraf prestasi belajar siswa, bahwa strategi belajar kognitif telah terbukti
khususnya dalam pelajaran yang menuntut memberikan kontribusi positif terhadap hasil
banyak pemikiran misalnya pelajaran sains belajar IPA secara umum, hasil belajar IPA
Winkel (dalam Yusuf, 2011). kategori tinggi, hasil belajar IPA kategori
Strategi belajar kognitif, metakognitif sedang dan hasil belajar IPA kategori
dan sosial afektif terhadap hasil belajar rendah. Dilain pihak strategi belajar
sedang memberikan kontribusi yang positif metakognitif dan sosial afektif hanya
karena siswa berkmampuan kognitif sedang memberikan kontribusi positif terhadap hasil
mampu melakukan kegiatan-kegiatan belajar IPA secara umum, hasil belajar IPA
belajar kognitif, metakognitif dan sosial kategori tinggi dan hasil belajar IPA kategori
afektif untuk mencapai hasil belajar. Hal ini sedang. Dari ketiga strategi belajar tersebut
didukung oleh pendapat Sanjaya, (2006) dapat disimpulkan bahwa strategi belajar
yang menyatakan siswa yang mempunyai kognitif memberikan kontribusi paling tinggi
kemampuan memadai akan mempengaruhi terhadap hasil belajar IPA. Hal ini
proses pembelajaran mereka dibandingkan dikarenakan strategi belajar kognitif mampu
dengsn siswa yang tidak memiliki hal itu. digunakan oleh siswa berkemampuan
Pada hasil belajar sedang strategi belajar kognitif rendah hingga berkemampuan tinggi
kognitif dan metakognitif memberikan sedangkan strategi belajar metakognitif dan
kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan sosial afektif hanya berlaku pada siswa
strategi belajar sosial afektif. berkemampuan kognitif tinggi dan sedang.
Strategi belajar kognitif memberikan Selain itu kegiatan-kegiatan strategi belajar
kontribusi yang bersifat positif terhadap hasil kognitif sering dilakukan siswa dalam
belajar rendah sedangkan strategi belajar pembelajaran sehingga mampu mendukung
metakognitif dan sosial afektif bersifat pencapaian hasil belajar kognitif dari jenjang
negatif. Strategi belajar kognitif mampu yang paling rendah sampai paling tinggi.
memberikan kontribusi positif karena siswa
berkemampuan rendah dapat melakukan SIMPULAN DAN SARAN
kegiatan-kegiatan mengulang untuk Mengacu pada rumusan masalah,
memahami namun belum optimal sehingga analisis data dan pembahasan dapat
hasil belajar yang mampu dicapai berada disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

158
Pertama, terdapat hubungan yang positif Bahri, D.S dan Aswan, Z. 2010. Strategi
dan signifikan antara strategi belajar kognitif Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
dan hasil belajar IPA. Kedua terdapat Dewi, P.B dan Rahayu, I. 2014. Perilaku
hubungan yang positif dan signifikan antara mencatat dan kemampuan memori pada
strategi belajar metakognitif dan hasil belajar proses belajar. Jurnal Psikologi Udayana,
IPA. Ketiga terdapat hubungan yang positif 1( 2): 241-250.
dan signifikan antara strategi belajar sosial Dismore, D.L dan Zoellner, B.P. 2018. The
afektif terhadap hasil belajar IPA. relation between cognitive and
Berdasarkan berbagai temuan- metacognitive strategic processing during
temuan pada penelitian maka dapat a science simulation. British Journal of
disarankan beberapa sebagai berikut. Bagi Educational Psychology, 3 (88): 95-117.
guru bidang studi IPA, disarankan untuk Fauziah, D.R., Aloysius, D.C dan Zubaidah.
memotivasi dan mendorong siswa belajar 2018 Hubungan Keterampilan
mandiri dalam pembelajaran sehingga siswa Metakognitif Terhadap Hasil Belajar
mampu menggunakan strategi belajar Biologi Dan Retensi Siswa Keas X
secara lebih aktif dan optimal untuk dengan Penerapan Strategi
menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Pembelajaran Think Pair Share di SMA
Guru juga diharapkan lebih memperhatikan Negeri 6 Malang. ResearchGate, 2(1):1-
dimensi-dimensi pada setiap strategi belajar 5.
kognitif, metakognitif dan sosial afektif, Friskilia,O.S dan Winata,H. 2018. Regulasi
terutama organisasi, perencanaan dan Diri Sebagai Determinan Hasil Belajar
kerjasama. Strategi belajar kognitif, Siswa Sekolah Menegah Kejuruan.Jurnal
metakognitif dan sosial afektif dapat Pendidikan Manajemen Perkantoran, 3
memberikan kontribusi yang lebih tinggi (1):184-191.
dengan membelajarkan kepada siswa Goleman, D. 2009. Emotional Intelligence.
bagaimana cara menggunakan strategi Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
tersebut. Bagi siswa, diharapkan lebih aktif Irsyad, D dan Elfi . 2004. Belajar untuk
dan termotivasi dalam pembelajaran dengan Belajar. Bukit Tinggi: Usaha Ikhlas.
adanya strategi belajar kognitif, metakognitif Kafadar, T. dan Tay. B. 2014. Learning
dan sosial afektif. Siswa juga diharapkan Strategies and Learning Style Used By
dapat menggunakan strategi belajar untuk Student in Social Studies. International
mencapai hasil belajar yang lebih tinggi. Journal of Academic Research, 2(2):259-
Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan 264.
penelitian lebih lanjut tentang kontribusi Masganti, S. 2017. Perkmbangan Peserta
strategi belajar kognitif, metakognitif dan Didik. Medan: Perdana Publishing.
sosial afektif terhadap kemampuan yang lain Nur, M. 2000. Teori-Teori Pembelajaran
selain hasil belajar dengan menggunakan Kognitif. Surabaya: Universitas Negeri
topik atau materi yang berbeda serta Surabaya Pusat Sains dan Matematika
memperhatikan dimensi masing-masing Sekolah.
strategi terutama dimensi organisasi pada Palerangi, Tuwoao dan Andoko, 2016.
strategi belajar kognitif, perencanaan pada Kontribusi Kemandirian Belajar dan
strategi belajar metakognitif dan kerjasama Keterampilan Sosial Terhadap
pada strategi belajar sosial afektif sehingga Kompetensi Kejuruan Siswa Paket
diketahui kosistensi hasil penelitian ini. Keahlian Teknik. Jurnal Pendidikan Teori
dan Pengembangan, 1 (9):1806-1816.
DAFTAR PUSTAKA Sanjaya,W. 2006. Strategi Pembelajaran
Adnyani, I.G.A.A.W., Pujani, N.M dan Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Juniartina, P.P. 2019. Pengaruh Model Jakarta: Prenamedia Group.
Learning Cycle 7E Terhadap Sukirman,S. 2004. Tuntunan Belajar di
Keterampilan Berpikir Kristis Siswa. Perguruan Tinggi. Jakarta: Pelangi
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Cendikya.
Sains Indonesia, 1(1): 1-12. O’Malley, J. M and Chamot, A.U. 1990.
Anni C. T. 2004. Psikologi Belajar. Learning Strategies in Second Language
Semarang: IKIP Semarang Press. Acquisition. Cambridge Apllied Linguistic.

159
Trianto, 2009. Mendesain Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Prenanda Media Grup.
Weinstein, C. E. dan Mayer, R. E. 1983. The
Teaching Learning Strategies. In. M.C
Handbook of research on teaching.
Newyork Macmillan.
Wormeli, R. 2005. Meringkas Mata
Pelajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Zimmerman, dan Schunk. (2002). Self
Regulated Learning and Academic
Achievment. Mahwah, New Jersey:
Erlbaum.
Zulyanty, M. 2017. Metakognisi Siswa
Dengan Gaya Belajar Introvert Dalam
Memecahkan Masalah Matematika.
Jurnal Kajian Pembelajaran Matematika,
1(1): 12-18.
Yusuf, S, L.N dan Sugandhi, N.M. 2013.
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

160

Anda mungkin juga menyukai