Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

F DENGAN DIAGNOSA
MEDIS ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT)
DI RUANG POLI ANAK RSUD BARI PALEMBANG

Disusun oleh:
Kelompok 2

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITU ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
Latar belakang:
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu
masalahkesehatanyangangkakejadiannyacukuptinggididunia.Halinidisebab
kan masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian karenaISPA
khususnya pneumonia. Kurangnya perhatian terhadap penyakit
inimenyebabkan pneumonia menjadi pembunuh utama khususnya pada
anak dibawah usia lima tahun (balita) (KemenkesRI,2012).
Menurut WHO (2016) kasus ISPA di seluruh dunia sebanyak 18,8
miliar dan kematian sebanyak 4 juta orang per tahun. Tingkat mortalitas
penyakit ISPA sangat tinggi pada balita, anak-anak, dan orang lanjut usia
terutama dinegara-negara dengan pendapatan perkapitas rendah dan
menengah. Kasus ISPA di Indonesia pada tahun 2015 menempati urutan
pertama sebanyak 25.000 jiwa se-Asia Tenggara pada tahun 2015
(WHO,2016).
Data dinas kesehatan Sumsel, tercatat jumlah penderita ISPA
diseluruh wilayah Sumsel mencapai 274.502 orang periode Januari- juni
2019.
Konsep ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang


melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan
bagian bawah. Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri.ISPA
akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak
dijumpai pada balita dan anak-anak mulai dari ISPA ringan sampai berat.
Tanda dan gejala :
1. Nyeri tenggorokan
2. Batuk
3.Suhu badan meningkat disertai malaise, mialgia, nyeri, anoreksia, mual,
muntah dan insomnia
Kasus
Tanggal pengkajian : 07 oktober 2021 jam 10:00WIB
• Inisial Nama :An. F
• Tempat/tgl.lahir : kayu agung, 02 Februari 2016
• Usia : 5 tahun
Data fokus:
DS:
1. Ibu klien mengatakan tidak atau tentang penyakit anaknya.
2. Ibu klien merasa cemas dan sesekali pasien bertanya tentang penyakit anaknya
DO:
1. Klien batuk
2. Klien tampak sulit untuk bernafas
3. Terdengar suara ronchi

Masalah keperawatan :
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber infomasi.
Data fokus :
DS:
1. Ibu klien mengatakan anaknya pilek
DO:
1. Tingkat kesadaran : composmentis
2. TTV : T: 38,2 , N: 112x/m, RR: 27x/m dan turgor kulit elastis.
3. Sekret (+)
4. Mukosa hidung lembab
5. ronchi (+)
6. Pola nafas takipnea

Masalah keperawatan:
1. Hipertermi
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Pembahasan
Tanggal : 07 Oktober 2021
Nama : An. F
Umur : 3 tahun
No. RM : 59807
1. Intervensi : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
mucusberlebih. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
dengan tujuanbersihan jalan nafas efektif. Kriteria hasil : batuk berkurang,
produksi sputummenurun, tidak ada ronchi, RR : 20-30x/menit, tidak ada
retraksi otot bantu nafas,irama nafas regular.
Implementasi : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
mucus berlebih. dilakukan tindakan observasi ttv, monitor tanda dan gejala
infeksisaluran nafas, kaji bunyi nafas,kecepatan nafas, anjurkan keluarga
untuk memberi banyak minum, berikan obat sesuai indikasi dokter batuk 3x1,
panas 3x1.
Evaluasi : Pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungandenganmucus berlebihan. Bersihan jalan nafas normal dalam
1x24 jam masalahteratasi dilanjutkan dengan mengedukasi keluarga
pasien untuk memberi banyakminum dan minum obat resep dari dokter
puyer batuk pilek.
2. Intervensi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
diharapkan demam anak menurun dengan kriteria hasil : keluarga mampu
menjelaskan kembali tentang demam, keluarga melaporkan suhu tubuh
kembali normal,keluarga mampu mendemonstrasikan ulang cara
mengompres yang benar, suhu tubuh dalam batas normal 36-37,50C,
akral hangat, warna kulit normal, membrane mukosa lembab
Implementasi : Pada diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan
dengan prosesinfeksi penyakit. Dilakukan observasi tanda-tanda vital,
Anjurkan klien/keluargauntuk kompres pada bagian aksila, Anjurkan
klien untuk menggunakan pakaianyang tipis dan dapat menyerap keringat
seperti pakaian dari bahan katun,Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian cairan dan antipiretik.
Evaluasi: Pada waktu dilaksanakan evaluasi hipertermi
berhubungan dengan prosesinfeksi. Suhu badan normal dalam
1x24 jam masalah teratasi dilanjutkan denganmengedukasi
keluarga pasien untuk memberikan kompres hangat
padaketiak/aksila atau lipatan tubuh.
3. Intervensi : Defistensi tingkat pengetahuan berhubungan dengan kurang
paparaninformasi. setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30menit
dengantujuan orang tua paham tentang ISPA. Kriteria hasil : keluarga mampu
menjelaskan pengertian ISPA dengan bahasanya sendiri, keluarga mampu
menyebutkan kembali tentang penyebab penyakit ISPA, keluarga
mampumenyebutkan kembali pencegahan penyakit, keluarga mampu menyebutkan
kembaali tentang tanda dan gejala ISPA, keluarga mampu menyebutkan
kembalitentang perawatan anak dengan ISPA.
Implementasi : Defisiensi tingkat pengetahuan berhubungan dengan kurang
paparan informasi dilakukan tindakan observasi tanda-tanda ansietas, beri
penjelasan tentang penyakit anaknya, diskusikan perubahan gaya hidup,
informasikan tandadan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol ulang.
Evaluasi : Pada diagnosa keempat defisiensi tingkat pengetahuan
berhubungandengan kurang paparan informasi memerlukan penjelasan selama
1x30menit danevaluasi keluarga pasien sedikit mengetahui tentang kondisi
anaknya.Pada akhir evaluasi semua tujuan dicapai karena hasil pengecekan
darahlengkap sudah normal. Hasil evaluasi pada “An. A” sudah dicapai dan pasien
saat inisudah pulang
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai