Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP DASAR ANAK DENGAN HAMBATAN PENGLIHATAN (TUNANETRA)

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pendidikan Inklusi


Dosen Pengampu :
Neti Asmiati, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Haeriyah (2225190020)

Rega Izzatunnisa (2225190085)

Kelas VB

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Pendidikan
Inklusi. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya
kita nantikan kelak. Penulisan makalah berjudul “KONSEP DASAR ANAK DENGAN
HAMBATAN PENGLIHATAN (TUNANETRA)” dapat diselesaikan dengan baik.
Adapun tujuan penulisan dari Makalah ini untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Pendidikan Inklusi. Dengan makalah ini dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang
Konsep Dasar Anak Dengan Hambatan Penglihatan (Tunanetra) bagi penulis maupun
pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Neti Asmiati, M.Pd. Selaku Dosen Mata
Kuliah Pendidikan Inklusi yang telah memberikan tugas ini, dan kepada semua pihak yang
telah membantu dan membagi ilmu pengetahuan dan wawasan dalam penyelesaian makalah
ini. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Serang, 4 September 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan masalah ........................................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2

1.4 Manfaat........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Tunanetra................................................................................................... 3

2.2 Klasifikasi Anak Tunanetra......................................................................................... 3

2.2.1 Buta total .............................................................................................................. 3

2.2.2 Low fision ............................................................................................................. 4

2.3 Hambatan Anak Penyandang Tunanetra ..................................................................... 4

2.4 Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunanetra ................................................................. 6

2.5 Layanan Kebutuhan Pendidikan bagi Penyandang Tunanetra saat Diskusi ................ 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 11

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 11

3.2 Saran .............................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk paling sempurna yang diciptakan Tuhan, namun dibalik
kesempurnaan itu terdapat beberapa orang yang memiliki keterbatasan. Keterbatasan yang
dimiliki individu tidak selamanya dipandang sebagai hal yang wajar sehingga terdapat
pihak yang berpandangan bahwa individu yang memiliki keterbatasan tidak sama dengan
individu pada umumnya yang sempurna baik fisik maupun mentalnya.

Pandangan yang tidak mewajarkan terhadap individu yang memiliki keterbatasan terjadi
pada masa Renaissance, pada masa itu anak yang memiliki keterbatasan fisik maupun
mental diperlakukan dengan buruk (dianggap sebagai manusia yang kerasukan roh jahat).

Melalui undang-undang yang berlaku di Indonesia, anak berkebutuhan khusus yang


memiliki keterbelakangan atau kelainan, baik dari segi fisik maupun mental dapat
diwadahi melalui pelayanan pendidikan yang disesuaikan atau khusus. Seperti halnya
salah satu kelainan fisik yang diderita oleh anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang
memiliki keterbatasan penglihatan (tunanetra). Oleh karena itu, dalam makalah ini
penyusun akan memaparkan mengenai“ Anak Tunanerta”.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian tunanetra ?

2. Bagaimana klasifikasi anak tunanetra ?

3. Apa Hambatan Anak Penyandang Tunanetra?

4. Apa saja Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunanetra?

5. Apa saja Layanan Kebutuhan Pendidikan bagi Penyandang Tunanetra saat diskusi?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai melaui makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Pengertian Tunanetra.

2. Untuk Mengetahui klasifikasi anak tunanetra.

3. Untuk Mengetahui Hambatan Anak Penyandang Tunanetra.

4. Untuk Mengetahui Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunanetra.

5. Untuk Mengetahui Layanan Kebutuhan Pendidikan bagi Penyandang Tunanetra saat


diskusi.

1.4 Manfaat
Bagi penulis: makalah ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang
pengertian tunanetra, klasifikasi anak tunanetra, dan karakteristik anak tunanetra. Selain
itu juga untuk melatih membuat makalah yang baik dan benar.

Bagi pembaca : dengan membaca makalah ini tentunya akan menambah pengetahuan
mereka mengenai topik yang dibicarakan dan diharapkan nantinya mampu membagi
pengetahuan mereka kepada orang lain.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tunanetra


Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat awam khususnya sering menganggap bahwa
istilah tunanetra sering disamakan dengan buta. Pandangan masyarakat tersebut
didasarkan pada suatu pemikiran yang umum yaitu bahwa setiap tunanetra tidak dapat
melihat sama sekali.

Secara etimologis, kata tuna berarti luka, rusak, kurang atau tiada memiliki; netra berarti
mata atau penglihatan. Jadi tunanetra berarti kondisi luka atau rusaknya mata, sehingga
mengakibatkan kurang atau tidak memiliki kemampuan persepsi penglihatan. Dari
pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa istilah tunanetra mengandung arti rusaknya
penglihatan . Rumusan ini pada dasarnya belum lengkap dan jelas karena belum
tergambarkan apakah keadaan mata yang tidak dapat melihat sama sekali atau mata
rusak tetapi masih dapat melihat, atau juga berpenglihatan sebelah. Sedangkan
pengertian tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak dapat melihat
dan menurut literatur berbahasa Inggris yaitu visually handicapped atau visually
impaired. Banyak orang yang memberikan definisi tentang tunanetra tergantung dari
sudut pandang seseorang berdasarkan kebutuhannya.

2.2 Klasifikasi Anak Tunanetra


Menurut Aqila Smart dalam buku Anak Cacat Bukan Kiamat tunanetra diklasifikasikan
menjadi dua kelompok yaitu buta total dan kurang penglihatan (low fision). Berikut
penjelasan klasifikasi tunanetra:

2.2.1 Buta total


Buta total yaitu kondisi penglihatan yang tidak dapat melihat dua jari di mukanya atau
hanya melihat sinar atau cahaya. Mereka tidak bisa menggunakan huruf selain huruf
braille. Ciri-ciri buta total diantaranya secara fisik mata terlihat juling, sering berkedip,
menyipitkan mata, kelopak mata merah, mata infeksi, gerakan mata tak beraturan dan
cepat, mata selalu berair dan pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata. Secara
perilaku menggosok mata secara berlebihan, menutup atau melindungi mata sebelah,
3
memiringkan kepala, atau mencondongkan kepala ke depan, sukar membaca atau
mengerjakan tugas yang memerlukan penggunaan mata, berkedip lebih banyak,
membawa buku ke dekat mata, tidak dapat melihat benda yang agak jauh, menyipitkan
mata atau mengerutkan dahi.

2.2.2 Low fision


Low fision yaitu kondisi penglihatan yang apabila melihat sesuatu maka harus didekatkan
atau mata harus dijauhkan dari objek yang dilihatnya atau memiliki pemandangan kabur
ketika melihat objek. Ciri-ciri low fision diantaranya menulis dan membaca dengan jarak
yang sangat dekat, hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar, mata tampak
terlihat putih di tengah mata atau kornea (bagian bening di depan mata) terlihat berkabut,
terlihat tidak menatap lurus ke depan, memincingkan mata atau mengerutkan kening
terutama di cahaya terang atau saat melihat sesuatu, lebih sulit melihat pada malam hari,
pernah mengalami operasi mata dan atau memakai kacamata yang sangat tebal tetapi
masih tidak dapat melihat dengan jelas.

2.3 Hambatan Anak Penyandang Tunanetra


Penglihatan merupakan salah satu saluran informasi yang sangat penting bagi manusia
selain pendengaran, pengecap, pembau, dan perabaan. Pengalaman manusia kira-kira 80
persen dibentuk berdasarkan informasi dari penglihatan. Di bandingkan dengan indera
yang lain indera penglihatan mempunyai jangkauan yang lebih luas. Pada saat seseorang
melihat sebuah mobil maka ada banyak informasi yang sekaligus diperoleh seperti
misalnya warna mobil, ukuran mobil, bentuk mobel, dan lain-lain termasuk detail bagian-
bagiannya. Informasi semacam itu tidak mudah diperoleh dengan indera selain
penglihatan.

Kehilangan indera penglihatan berarti kehilangan saluran informasi visual. Sebagai


akibatnya penyandang kelainan penglihatan akan kekuarangan atau kehilangan informasi
yang bersifat visual. Seseorang yang kehilangan atau mengalami kelainan penglihatan,
sebagai kompensasi, harus berupaya untuk meningkatkan indera lain yang masih
berfungsi.

Seberapa jauh dampak kehilangan atau kelainan penglihatan terhadap kemampuan


seseorang tergantung pada banyak faktor misalnya kapan (sebelum atau sesudah lahir,
4
masa balita atau sesudah lima tahun) terjadinya kelainan, berat ringannya kelainan, jenis
kelainan dan lain-lain. Seseorang yang kehilangan penglihatan sebelum lahir sering
sampai usia lima tahun pengalaman visualnya sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama
sekali. Sedangkan yang kehilangan penglihatan setelah usia lima tahun atau lebih dewasa
biasanya masih memiliki pengalaman visual yang lebih baik tetapi memiliki dampak yang
lebih buruk terhadap penerimaan diri.

Menurut Lowenfeld akibat ketunanetraan menimbulkan tiga macam keterbatasan yaitu (1)
keterbatasan dalam hal luas dan variasi pengalaman, (2) keterbatasan dalam bergerak atau
mobilitas, dan (3) keterbatasan berinteraksi dengan lingkungan. Keterbatasan tersebut
dapat disebabkan secara langsung maupun tidak langsung dari ketunanetraan.

1. Dampak terhadap Kognisi

Kognisi adalah persepsi individu tentang orang lain dan obyek-obyek yang
diorganisasikannya secara selektif. Respon individu terhadap orang dan obyek tergantung
pada bagaimana orang dan obyek tersebut tampak dalam dunia kognitifnya ,dan citra atau
“peta” dunia setiap orang itu bersifat individual. Setiap orang mempunyai citra dunianya
masing-masing karena citra tersebut merupakan produk yang ditentukan oleh factor-
faktor berikut: (1) Lingkungan fisik dan sosisalnya, (2) struktur fisiologisnya, (3)
keinginan dan tujuannya, dan (4) pengalaman-pengalaman masa lalunya.

Dari keempat faktor yang menentukan kognisi individu tunanetra menyandang kelainan
dalam struktur fisiologisnya, dan mereka harus menggantikan fungsi indera penglihatan
dengan indera-indera lainnya untuk mempersepsi lingkungannya. Banyak di antara
mereka tidak pernah mempunyai pengalaman visual, sehingga konsepsi orang awas
mereka tentang dunia ini sejauh tertentu mungkin berbeda dari konsepsi orang awas pada
umumnya.

2. Dampak terhadap Keterampilaan Sosial

Orang tua memainkan peranan yang penting dalam perkembangan sosial anak. Perlakuan
orang tua terhadap anaknya yang tunanetra sangat ditentukan oleh sikapnya terhadap
ketunanetraan itu, dan emosi merupakan satu komponen dari sikap di samping dua
komponen lainnya yaitu kognisi dan kecenderungan tindakan. Ketunanetraan yang terjadi

5
pada seorang anak selalu menimbulkan masalah emosional pada orang tuanya. Ayah dan
ibunya akan merasa kecewa, sedih, malu dan berbagai bentuk emosi lainnya. Mereka
mungkin akan merasa bersalah atau saling menyalahkan, mungkin akan diliputi oleh rasa
marah yang dapat meledak dalam berbagai cara, dan dalam kasus yang ekstrem bahkan
dapat mengakibatkan perceraian. Persoalan seperti ini terjadi pada banyak keluarga yang
mempunyai anak cacat.

3. Dampak terhadap Bahasa

Pada umumnya para ahli yakin bahwa kehilangan penglihatan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kemampuan memahami dan menggunakan bahasa, dan secara umum
mereka berkesimpulan bahwa tidak terdapat defisiensi dalam bahasa anak tunanetra.
Mereka mengacu pada banyak studi yang menunjukkan bahwa siswa-siswa tunanetra
tidak berbeda dari siswa-siswa yang awas dalam hasil tes intelegensi verbal.

4. Dampak terhadap Orientasi dan Mobilitas

Mungkin kemampuan yang paling terpengaruh oleh ketunanetraan untuk berhasil dalam
penyesuaian social individu tunanetra adalah kemampuan mobilitas yaitu ketrampilan untuk
bergerak secara leluasa di dalam lingkungannya. Ketrampilan mobilitas ini sangat terkait
dengan kemampuan orientasi, yaitu kemampuan untuk memahami hubungan lokasi antara
satu obyek dengan obyek lainnya di dalam lingkungan (Hill dan Ponder,1976).

2.4 Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunanetra


Jenjang pendidikan tunanetra sangat menentukan layanan pendidikan khusus jenjang
pendidikan bagi anak tunanetra terdiri dari ;

1. Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB)

A. Program Kegiatan Belajar :

• Program umum ; pembentukan perilaku melalui pengembangan Pancasila agama


disiplin perasaan atau emosi dan kemampuan bermasyarakat serta pengembangan
kemampuan berbahasa daya berpikir daya cipta keterampilan dan jasmani.

• Program khusus; orientasi dan mobilitas

6
B. Susunan Program Pengajaran

• Kegiatan belajar 3 jam perhari setiap jam pelajaran lamanya 30 menit .

• Lama pendidikan berlangsung selama 1 sampai 3 tahun .

• Usia sekurang-kurangnya berusia 3 tahun

• Rasio guru dan murid satu guru pembimbing 5 peserta didik

• Sistem guru ; a) guru kelas kecuali untuk bidang pengembangan orientasi dan
mobilitas b) tim teaching

2. Sekolah Dasar Luar Biasa ( SDLB)

A. Kurikulum

• Program Umum : Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama,


Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial,
Kerajinan Tangan Dan Kesenian Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan

• Program Khusus : Orientasi dan mobilitas dan Braille.

• Program muatan lokal antara lain : bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah
atau lainnya yang telah ditetapkan oleh dinas pendidikan daerah setempat

B. Susunan Program Pengajaran ;

• Kegiatan belajar sekurang-kurangnya 30 sampai 42 jam pelajaran tiap minggu.


untuk kelas I dan II setiap jam pelajaran lamanya 30 menit. kelas III sampai
dengan IV setiap jam pelajaran lamanya 40 menit.

• Lama Pendidikan : berlangsung selama sekurang-kurangnya 6 tahun

• Usia sekurang-kurangnya berusia 6 tahun

• Rasio guru dan murid satu guru mengajar maksimal 12 siswa

• Sistem guru;

7
(a) Guru kelas, kecuali untuk mata pelajaran orientasi dan mobilitas pendidikan
agama pendidikan jasmani dan kesehatan

(b) Tim teaching

(c) Mengembangkan program pendidikan individual bagi siswa tunanetra yang


membutuhkan layanan tertentu

3. Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)

A. Kurikulum

• Program umum : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, pendidikan


agama, bahasa Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, pendidikan jasmani dan kesehatan bahasa Inggris.

• Program khusus : orientasi dan mobilitas dan Braille

• Program muatan local : bahasa daerah, kesenian daerah atau lainnya yang telah
ditetapkan oleh dinas pendidikan daerah setempat

• Program pilihan : paket keterampilan rekayasa, pertanian, usaha dan


perkantoran, kerumahtanggaan dan kesenian

B. Susunan Program Pengajaran

• kegiatan belajar sekurang-kurangnya 42 jam pelajaran tiap minggu setiap jam


pelajaran lamanya 45 menit alokasi waktu program umum program khusus dan
muatan lokal kurang lebih 48% sedangkan alokasi waktu program pilihan
kurang lebih 52% .

• Lama Pendidikan : berlangsung selama sekurang-kurangnya 3 tahun

• Siswa : telah tamat sekolah dasar luar biasa atau satuan pendidikan yang
sederajat/setara.

• Rasio guru dan murid: satu guru mengajar maksimal 12 siswa.

• Sistem guru : guru mata pelajaran


8
4. Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB)

A. Kurikulum

• Program umum : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, pendidikan


agama, bahasa Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan, alam ilmu
pengetahuan sosial, pendidikan jasmani dan Kesehatan, bahasa Inggris.

• Program khusus : braille

• Program pilihan : paket keterampilan rekayasa, pertanian usaha dan


perkantoran, kerumahtanggaan dan kesenian.

B. Susunan Program Pengajaran

• Kegiatan belajar sekurang-kurangnya 42 jam pelajaran setiap Minggu setiap


jam pelajaran lamanya 45 menit alokasi waktu program umum kurang lebih
38% sedangkan alokasi waktu program pilihan kurang lebih 62%.

• Lama pendidikan berlangsung : selama sekurang-kurangnya 3 tahun

• Siswa : telah Tamat sekolah menengah pertama atau yang sederajat/setara


rasio guru dan murid satu guru mengajar maksimal 12.

• Siswa sistem guru : guru mata pelajaran

2.5 Layanan Kebutuhan Pendidikan bagi Penyandang Tunanetra saat Diskusi


Layanan Kebutuhan dalam Pendidikan bagi penyandang Tunanetra Saat Diskusi yaitu :

1) Bacaan dan Tulisan Braille (Braille Reading and Writing).

2) Keyboarding Sistem keyboarding digunakan sebagai model respon utama untuk tes,
pekerjaan rumah, dan tugas sekolah lainya.

3) Alat bantu Menghitung (Calculation Aids).

4) Optacon Optical-to-Tactile Converter (Optacon) merupakan mesin yang seukuran


dengan tape recorder kecil, bekerja mengubah materi yang dicetak ke dalam pola-
pola getaran pada ujung jari pemakai.
9
5) Mesin Baca Kurzweil (Kurzweil Reading Machine) Mesin ini dapat membaca suatu
buku yang tercetak, hasil huruf-hurufnya dikeluarkan dalam bentuk suara.

6) Buku Bersuara (Talking Books).

7) Teknologi Komputer Perangkat lunak yang tersedia dapat menampilkan huruf yang
berukuran besar dalam monitor, lalu mencetak salinan akhir dalam ukuran standar. Ada
sistem komputer yang bisa mengambil input, baik dalam braille maupun dalam huruf
biasa, yang menghasilkan output dalam kedua bentuk tersebut.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Melalui undang-undang yang berlaku di Indonesia, anak berkebutuhan khusus yang
memiliki keterbelakangan atau kelainan, baik dari segi fisik maupun mental dapat
diwadahi melalui pelayanan pendidikan yang disesuaikan atau khusus. Seperti halnya
salah satu kelainan fisik yang diderita oleh anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang
memiliki keterbatasan penglihatan (tunanetra). Menurut Aqila Smart dalam buku Anak
Cacat Bukan Kiamat tunanetra diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu buta total
dan kurang penglihatan (low fision).

Layanan Pendidikan bagi anak penyandang Tunanetra terdiri dari Taman Kanak-Kanak
Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB).

Layanan Kebutuhan dalam Pendidikan bagi penyandang Tunanetra Saat Diskusi yaitu
terdiri dari Bacaan dan Tulisan Braille (Braille Reading and Writing), Keyboarding
Sistem keyboarding digunakan sebagai model respon utama untuk tes, pekerjaan rumah,
dan tugas sekolah lainya, Alat bantu Menghitung (Calculation Aids), Optacon Optical-
to-Tactile Converter (Optacon) merupakan mesin yang seukuran dengan tape recorder
kecil, bekerja mengubah materi yang dicetak ke dalam pola-pola getaran pada ujung jari
pemakai, Mesin Baca Kurzweil (Kurzweil Reading Machine) Mesin ini dapat membaca
suatu buku yang tercetak, hasil huruf-hurufnya dikeluarkan dalam bentuk suara, Buku
Bersuara (Talking Books) dan Teknologi Komputer Perangkat lunak yang tersedia
dapat menampilkan huruf yang berukuran besar dalam monitor, lalu mencetak salinan
akhir dalam ukuran standar.

3.2 Saran
Setelah Mengetahui adanya Layanan Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus
(Tunanetra), Kami Menyarankan agar para orang tua yang mempunyai Anak
Berkebutuhan Khusus (Tunanetra) bisa memberikan pelayanan Pendidikan yang layak
sama halnya seperti anak yang lainnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Susanti, Meri & Nora Zulvianti. 2018. PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI
TUNANETRA (STUDI KASUS DI IAIN IMAM BONJOL PADANG) MERI
SUSANTI. Jurnal Bimbingan dan konseling Islam.

https://pauddikmaskalbar.kemdikbud.go.id/berita/mengenal-anak-berkebutuhan-khusus.html
Diakses Pada 03 September 2021 Pukul 09.10 AM

https://www.academia.edu/34272233/Layanan_Pendidikan_Bagi_Tunanetra Diakses Pada 04


September 2021 Pukul 12.15 AM

https://www.google.com/amp/s/kabarpendidikanluarbiasa.wordpress.com/2013/04/12/hambat
an-belajar-anak-tunanetra/amp/ Diakses Pada 04 September 2021 Pukul 12. 20 AM

12

Anda mungkin juga menyukai