Disusun Oleh :
Kelompok 1
Haeriyah (2225190020)
Kelas VB
Segala puji syukur kami panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Pendidikan
Inklusi. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya
kita nantikan kelak. Penulisan makalah berjudul “KONSEP DASAR ANAK DENGAN
HAMBATAN PENGLIHATAN (TUNANETRA)” dapat diselesaikan dengan baik.
Adapun tujuan penulisan dari Makalah ini untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Pendidikan Inklusi. Dengan makalah ini dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang
Konsep Dasar Anak Dengan Hambatan Penglihatan (Tunanetra) bagi penulis maupun
pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Neti Asmiati, M.Pd. Selaku Dosen Mata
Kuliah Pendidikan Inklusi yang telah memberikan tugas ini, dan kepada semua pihak yang
telah membantu dan membagi ilmu pengetahuan dan wawasan dalam penyelesaian makalah
ini. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
1.4 Manfaat........................................................................................................................ 2
2.5 Layanan Kebutuhan Pendidikan bagi Penyandang Tunanetra saat Diskusi ................ 9
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pandangan yang tidak mewajarkan terhadap individu yang memiliki keterbatasan terjadi
pada masa Renaissance, pada masa itu anak yang memiliki keterbatasan fisik maupun
mental diperlakukan dengan buruk (dianggap sebagai manusia yang kerasukan roh jahat).
5. Apa saja Layanan Kebutuhan Pendidikan bagi Penyandang Tunanetra saat diskusi?
1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai melaui makalah ini adalah sebagai berikut:
1.4 Manfaat
Bagi penulis: makalah ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan tentang
pengertian tunanetra, klasifikasi anak tunanetra, dan karakteristik anak tunanetra. Selain
itu juga untuk melatih membuat makalah yang baik dan benar.
Bagi pembaca : dengan membaca makalah ini tentunya akan menambah pengetahuan
mereka mengenai topik yang dibicarakan dan diharapkan nantinya mampu membagi
pengetahuan mereka kepada orang lain.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologis, kata tuna berarti luka, rusak, kurang atau tiada memiliki; netra berarti
mata atau penglihatan. Jadi tunanetra berarti kondisi luka atau rusaknya mata, sehingga
mengakibatkan kurang atau tidak memiliki kemampuan persepsi penglihatan. Dari
pengertian tersebut dapat dirumuskan bahwa istilah tunanetra mengandung arti rusaknya
penglihatan . Rumusan ini pada dasarnya belum lengkap dan jelas karena belum
tergambarkan apakah keadaan mata yang tidak dapat melihat sama sekali atau mata
rusak tetapi masih dapat melihat, atau juga berpenglihatan sebelah. Sedangkan
pengertian tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak dapat melihat
dan menurut literatur berbahasa Inggris yaitu visually handicapped atau visually
impaired. Banyak orang yang memberikan definisi tentang tunanetra tergantung dari
sudut pandang seseorang berdasarkan kebutuhannya.
Menurut Lowenfeld akibat ketunanetraan menimbulkan tiga macam keterbatasan yaitu (1)
keterbatasan dalam hal luas dan variasi pengalaman, (2) keterbatasan dalam bergerak atau
mobilitas, dan (3) keterbatasan berinteraksi dengan lingkungan. Keterbatasan tersebut
dapat disebabkan secara langsung maupun tidak langsung dari ketunanetraan.
Kognisi adalah persepsi individu tentang orang lain dan obyek-obyek yang
diorganisasikannya secara selektif. Respon individu terhadap orang dan obyek tergantung
pada bagaimana orang dan obyek tersebut tampak dalam dunia kognitifnya ,dan citra atau
“peta” dunia setiap orang itu bersifat individual. Setiap orang mempunyai citra dunianya
masing-masing karena citra tersebut merupakan produk yang ditentukan oleh factor-
faktor berikut: (1) Lingkungan fisik dan sosisalnya, (2) struktur fisiologisnya, (3)
keinginan dan tujuannya, dan (4) pengalaman-pengalaman masa lalunya.
Dari keempat faktor yang menentukan kognisi individu tunanetra menyandang kelainan
dalam struktur fisiologisnya, dan mereka harus menggantikan fungsi indera penglihatan
dengan indera-indera lainnya untuk mempersepsi lingkungannya. Banyak di antara
mereka tidak pernah mempunyai pengalaman visual, sehingga konsepsi orang awas
mereka tentang dunia ini sejauh tertentu mungkin berbeda dari konsepsi orang awas pada
umumnya.
Orang tua memainkan peranan yang penting dalam perkembangan sosial anak. Perlakuan
orang tua terhadap anaknya yang tunanetra sangat ditentukan oleh sikapnya terhadap
ketunanetraan itu, dan emosi merupakan satu komponen dari sikap di samping dua
komponen lainnya yaitu kognisi dan kecenderungan tindakan. Ketunanetraan yang terjadi
5
pada seorang anak selalu menimbulkan masalah emosional pada orang tuanya. Ayah dan
ibunya akan merasa kecewa, sedih, malu dan berbagai bentuk emosi lainnya. Mereka
mungkin akan merasa bersalah atau saling menyalahkan, mungkin akan diliputi oleh rasa
marah yang dapat meledak dalam berbagai cara, dan dalam kasus yang ekstrem bahkan
dapat mengakibatkan perceraian. Persoalan seperti ini terjadi pada banyak keluarga yang
mempunyai anak cacat.
Pada umumnya para ahli yakin bahwa kehilangan penglihatan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kemampuan memahami dan menggunakan bahasa, dan secara umum
mereka berkesimpulan bahwa tidak terdapat defisiensi dalam bahasa anak tunanetra.
Mereka mengacu pada banyak studi yang menunjukkan bahwa siswa-siswa tunanetra
tidak berbeda dari siswa-siswa yang awas dalam hasil tes intelegensi verbal.
Mungkin kemampuan yang paling terpengaruh oleh ketunanetraan untuk berhasil dalam
penyesuaian social individu tunanetra adalah kemampuan mobilitas yaitu ketrampilan untuk
bergerak secara leluasa di dalam lingkungannya. Ketrampilan mobilitas ini sangat terkait
dengan kemampuan orientasi, yaitu kemampuan untuk memahami hubungan lokasi antara
satu obyek dengan obyek lainnya di dalam lingkungan (Hill dan Ponder,1976).
6
B. Susunan Program Pengajaran
• Sistem guru ; a) guru kelas kecuali untuk bidang pengembangan orientasi dan
mobilitas b) tim teaching
A. Kurikulum
• Program muatan lokal antara lain : bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah
atau lainnya yang telah ditetapkan oleh dinas pendidikan daerah setempat
• Sistem guru;
7
(a) Guru kelas, kecuali untuk mata pelajaran orientasi dan mobilitas pendidikan
agama pendidikan jasmani dan kesehatan
A. Kurikulum
• Program muatan local : bahasa daerah, kesenian daerah atau lainnya yang telah
ditetapkan oleh dinas pendidikan daerah setempat
• Siswa : telah tamat sekolah dasar luar biasa atau satuan pendidikan yang
sederajat/setara.
A. Kurikulum
2) Keyboarding Sistem keyboarding digunakan sebagai model respon utama untuk tes,
pekerjaan rumah, dan tugas sekolah lainya.
7) Teknologi Komputer Perangkat lunak yang tersedia dapat menampilkan huruf yang
berukuran besar dalam monitor, lalu mencetak salinan akhir dalam ukuran standar. Ada
sistem komputer yang bisa mengambil input, baik dalam braille maupun dalam huruf
biasa, yang menghasilkan output dalam kedua bentuk tersebut.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Melalui undang-undang yang berlaku di Indonesia, anak berkebutuhan khusus yang
memiliki keterbelakangan atau kelainan, baik dari segi fisik maupun mental dapat
diwadahi melalui pelayanan pendidikan yang disesuaikan atau khusus. Seperti halnya
salah satu kelainan fisik yang diderita oleh anak berkebutuhan khusus yaitu anak yang
memiliki keterbatasan penglihatan (tunanetra). Menurut Aqila Smart dalam buku Anak
Cacat Bukan Kiamat tunanetra diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu buta total
dan kurang penglihatan (low fision).
Layanan Pendidikan bagi anak penyandang Tunanetra terdiri dari Taman Kanak-Kanak
Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB).
Layanan Kebutuhan dalam Pendidikan bagi penyandang Tunanetra Saat Diskusi yaitu
terdiri dari Bacaan dan Tulisan Braille (Braille Reading and Writing), Keyboarding
Sistem keyboarding digunakan sebagai model respon utama untuk tes, pekerjaan rumah,
dan tugas sekolah lainya, Alat bantu Menghitung (Calculation Aids), Optacon Optical-
to-Tactile Converter (Optacon) merupakan mesin yang seukuran dengan tape recorder
kecil, bekerja mengubah materi yang dicetak ke dalam pola-pola getaran pada ujung jari
pemakai, Mesin Baca Kurzweil (Kurzweil Reading Machine) Mesin ini dapat membaca
suatu buku yang tercetak, hasil huruf-hurufnya dikeluarkan dalam bentuk suara, Buku
Bersuara (Talking Books) dan Teknologi Komputer Perangkat lunak yang tersedia
dapat menampilkan huruf yang berukuran besar dalam monitor, lalu mencetak salinan
akhir dalam ukuran standar.
3.2 Saran
Setelah Mengetahui adanya Layanan Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus
(Tunanetra), Kami Menyarankan agar para orang tua yang mempunyai Anak
Berkebutuhan Khusus (Tunanetra) bisa memberikan pelayanan Pendidikan yang layak
sama halnya seperti anak yang lainnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Susanti, Meri & Nora Zulvianti. 2018. PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI
TUNANETRA (STUDI KASUS DI IAIN IMAM BONJOL PADANG) MERI
SUSANTI. Jurnal Bimbingan dan konseling Islam.
https://pauddikmaskalbar.kemdikbud.go.id/berita/mengenal-anak-berkebutuhan-khusus.html
Diakses Pada 03 September 2021 Pukul 09.10 AM
https://www.google.com/amp/s/kabarpendidikanluarbiasa.wordpress.com/2013/04/12/hambat
an-belajar-anak-tunanetra/amp/ Diakses Pada 04 September 2021 Pukul 12. 20 AM
12