Anda di halaman 1dari 4

1.

Latar Belakang
Jika dilihat topografi kota Subulussalam, wilayah ini memiliki delapan sungai
yang mengalir dari kabupaten pak-pak bharat Sumataera Utara hingga
kabuapaten Aceh singkil sebelah selatan dan kabupaten aceh selatan sebelah
barat. Seyogyanya daerah dengan Aliran sungai, sudah barang tentu memiliki
potensi ikan air tawar yang melimpah. Seperti yang dialkukan oleh peneliti
sebelumnya di sungai lae Soraya, kec. Sultan Daulat terdapat terdapat 57 % ikan
yang dapat dikonsumsi, selain itu 29% berpotensi sebagai ikan hias dan sebesar
14 % berpotensi sebagai ikan hias yang dapat dikonsumsi.

Namun fakta yang terjadi adalah, subulussalam belum mampu menjadi sentral
penghasil ikan air tawar, lantas pertanyaan nya mengapa? Bagaimanakah
sebenarnya, tingkat kebekargaman dan kelimpahan ikan air tawar yang terdapat
di kota subulussalam? Kemudian seperti apakah pengelolaan dan pemanfaatan
ikan air tawar dikalangan masyarakat? Maka pertanyaan itu akan kita jawab
dalam penelitian kami yang berjudul “Ikan Air Tawar Sebagai Potensi Lokal
Subulussalam, Provinsi Aceh: Studi Terhadap Keanekaragaman Dengan
Pendekatan Taksonomi, Morfometrik Dan Etnobiologi”

Saya Ahda Subula sebagai ketua Tim dan Saya Khairul Umam sebagai Anggota
Tim, Kami berasal dari SMA Negeri Unggul Subulussalam, Aceh

2. Rumusan Masalah dan Tujuan


Penelitian ini hadir untuk menjawab pertanyaan 1) Bagaimana tingkat
keanekaragaman ikan air tawar yang terdapat di daerah aliran sungai kota
Subulussalam?; 2) Bagaimana ukuran dan bobot ikan air tawar yang terdapat di
daerah aliran sungai kota Subulussalam? 3) Bagaimana pengelolaan dan
pengolahan yang dilakukan masyarakat terhadap ikan melalui pendekatan
etnobiologi.

3. Metode Penelitian
Secara teknis durasi penelitian yang kami lakukan dari awal hingga laporan akhir
dimulai dari Mei – Oktober. Dan lokasi penelitian yang kami pilih adalah sungai
Lae Kombih, sungai Lae Soraya kec. rundeng dan sungai Lae Soraya kec. Sultan
Daulat. Pemilihan ini kami lakukan untuk memudahkan dalam mengakses lokasi
penelitian tersebut. Untuk prosedur penelitiannya kami melakukan observasi
dan wawancara singkat terakait kondisi fisik sungai, terhadap masyarakat atau
nelayan setempat. Setalah melakukan tahap observasi maka kami lanjutkan
dengan tahap inventarisasi ikan. Untuk pemasangan perangkap kami melakukan
kerja sama dengan nelayan tersebut. Selanjutnya setelah sampel diperoleh kami
melakukan pencatatan nama sepesie dan jumlah spesies yang diperoleh untuk
kemudian di klasifikasikan berdasarkan tinmgkat takson nya. Dalam menghitung
indeks kenakergaman ikan kami menggunakan rumus Shannon-wiener. Selain
pengklasifikasian kami juga melakukan pengukuran bentuk luar tubuh ikan
(morfometrik) mengacu pada hali taksonomis dalam literatur Abraham, dkk.
20111, hal tersebut bertujuan untuk mengungkap adakah hubungan kondisi
fisik, kimia dan biologi sungai terhadap ukuran tubuh ikan. Dan yang tidak kalh
penting kami menyempurnakan dengan pengetahuan tentang pemanfaatan ikan
air tawar oleh masyarakat atau yang disebut dengan etnobiologi.

4. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil inventarisasi yang telah dilakukan pada tiga stasiun penelitian,
diperoleh sebanyak 303 ikan yang berasal dari 5 Ordo dengan 7 famili dan 13
spesies.
(tabel akan ditampilkan dilayar)
Stasiun Jumlah
No Ordo Famili Spesies Nama lokal
I II III
1 Cyclocheilichthys armatus Gar-gar - 10 17 27
Hampala macrolepidota Kebaro 9 7 1 17
Cypriniformes Cyprinidae Rasbora sumatrana Sulung 5 15 12 32
Tor tambroides Ikan Merah - 2 5 7
Tor tambra Ikan Jurung 17 11 15 43
2 Channa striata Bace 3 7 4 14
Perciformes Channidae
Channa lucius Bujuk 1 13 7 21
3 Siluridae Kryptopterus geminus Bale-bale - 10 15 25
Bagridae Hemibagrus nemurus Temabu - 17 20 37
Siluriformes
Hemibagrus caveatus Baung 3 17 21 41
Clariidae Clarias teijsmani Lele batu - 3 13 16
4 Anguilliformes Anguillidae Angguilla sp. Dundung - 7 5 12
5 Elipoformes Megalopida Megalops ciprynoides Ikan Bulan - 4 7 11
e
Jumlah spesies setiap stasiun 38 123 142 303

Jumlah individu yang paling banyak ditemukan dari seluruh satasiun penelitian
terdapat pada stasiun III sebanyak 142 individu, kemudian diikuti oleh stasiun II
sebanyak 123 individu dan stasiun I sebanyak 38 individu. Perbedaan populasi yang
terdapat pada masing-masing stasiun berhubungan dengan faktor fisik dan kimia
yaitu pH air, suhu, arus, Do, BOD dan substrat (Sriwidodo dkk. 2013; Wahyuni dan
Zakia 2018; Putra dkk. 2018).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, kondisi alam pada sungai
Lae Soraya yang terdapat di kecamatan Sultan Daulat, memiliki vegatasi hutan yang
baik. Kondisi tersebut memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan
makhluk hidup didalamnya, hal tersebut selaras dnegan penelitian Sriwidodo (2013).
Sementara itu, kondisi pH air sungai Lae Soraya berada pada rentang 7,0-7,4, Do
sebesar 6,0-6,6 Mg/L dengan suhu 26 o C, kondisi tersebut dinilai positif oleh (Effendi
2003; Putra; 2018).

Sementara sungai Lae Soraya yang terdapat di kecamatan Rundeng merupakan


terusan aliran sungai Lae Soraya yang terdapat di kecamatan Sultan Daulat. Hal
tersebut menyebabkan terdapat kesamaan faktor fisik dan kimia yang terdapat pada
sungai Lae Soraya. Begitupun dengan kondisi ikan yang ditemukan pada sungai Lae
Soraya, kec. Rundeng.

Berbeda dengan sungai Lae Kombih, kondisi fisik dan kimia yang ditemukan oleh
peneliti menunjukkan tingkat pH sebesar 4,7-5,1, DO sebesar 5,3-6,1 dan suhu air
sebesar 28o C. Kondisi pH yang asam tentunya akan mempengaruhi keanekaragaman
ikan, karena dapat menyebabkan kepunahan pada ikan, hal tersebut selaras dengan
pernyataan (Tatangindatu dkk. 2013; Kenconojati dkk. 2018). Perbedaan pada sifat
fisik dan kimia pada ekosistem sungai berbanding lurus terhadap tingkat
keanekaragaman ikan.

Presentase jenis ikan berdasarkan Famili


12 11
16

126
78

25 35

Cyprinidae Channidae Siluridae Bagridae


Clariidae Anguillidae Megalopidae

Gambar ditampilkan di video

Untuk melihat tingkat keanekaragaman suatu jenis ikan dari seluruh stasiun penelitian,
maka dilakukan perhitungan menggunakan rumus Shannon-Wiener. Secara teknis
peneliti menghitung setiap jenis dari seluruh stasiun. keanekaragaman spesies dari
seluruh stasiun diperoleh nilai indeks sebesar 2.442512. Jika mengacu pada indicator
rumus Shannon-Wiener, indeks keragam ikan air tawar termasuk pada kategori sedang.
Jika kita melihat tabel inventariasi ikan maka dapat dilihat terdapat perbedaan yang
signifikan pada antara stasiu I dengan satsiun II dan III.. Hal tersebut tentunya
dipeangaruhi oleh kondisi perairan pada stasiun tersebut, pH air yang asam dan
banyaknya aktivitas masyarakat yang terjadi membuat beberapa jenis ikan tidak dapat
beradaptasi dengan baik.

Pengukuran bentuk luar tubuh ikan (Morfometrik)

Tabel ditampilkan

Pengukuran dilakukan dengan mengakumulasi rerata ukuran masing-masing spesies


yang mengacu pada ahli taksonomi. Pengukuran dialkukan pada 15 titik pengukuran.

Perbedaan ukuran yang terjadi disebabkan perbedaan karakter air pada habitat masing-
masing ikan kondisi fisik, kimia dan biologi air menjadi faktor yang dapat mempengaruhi
bentuk dan ukuran tubuh ikan. Menurut Akmal (2018) menyatakan bahwa karakteristik
morfometrik ikan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetiknya, akan tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi
karakteristik morfologi ikan adalah temperature, salinitas, okesigen terlarut, radiasi,
kedalaman air, kecepatan arus, kejernihan air, dan ketersediaan makananan.
Selanjutnya secara pemnafaatan, dari seluruh ikan yang berhasil diinventarisasi,
terdapat dua jenis ikan yang sering dimanfaatkan dalam dunia pengobatan yaitu jenis
ikan Channa striata dan Angguilla sp. sebagai pengobatan pada percepatan
penyembuhan pada luka. Hal tersebut didukung secara ilmiah melalui penelitian uang
dilakukan oleh Andrie dan Sihombing (2018) melalui tiga formula berupa F1: konsentrasi
fase air ekstrak 10% F2: konsentrasi fase minyak ekstrak 10% F3: konsentrasi kombinasi
fase air-minyak ekstrak 10% (50 : 50), maka diperoleh data bahawa F3: konsentrasi
kombinasi fase air-minyak ekstrak 10% (50 : 50) memiliki efektivitas penyembuhan luka
akut stadium II terbuka dengan nilai AUC 874,901% x hari.

5. Kesimpulan
Melalui hasil penelitian ini maka disimpulkan bahwa bahwa indeks keanekargaman
ikan air tawar yang terdapat di daerah aliran sungai kota Subulussalam sebesar
Ĥ=2.442512 (sedang). . Pengukuran yang dilakukan menujukkan bahwa ukuran
morfometrik ikan pada stasiun II dan III memiliki kemiripan, hal tersebut disebabkan
karena ekosistem perairan pada kedua stasiun tersebut memiliki kesamaan pada
kondisi fisik, kimia dan biologi. Sementara itu, keberadaan ikan ditengah-tengah
masyarakat dimanfaatkan sebagai bahan konsumsi dan pengobatan. Jenis ikan
Channa striata dan Angguilla sp dipercaya dapat menyembuhkan luka khitan pada
anak.

Anda mungkin juga menyukai