Anda di halaman 1dari 16

PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

PADA MASA PANDEMI COVID-19

Juni Hestina1, Helena J. Purba1, Saktyanu K. Dermoredjo1


Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Jln. Tentara Pelajar No. 3B, Bogor 16111
Korespondensi penulis: junielraraja@gmail.com

PENDAHULUAN

Kebutuhan mendasar bagi manusia agar dapat hidup sehat, aktif,


serta produktif secara berkelanjutan, dapat diperoleh melalui pangan.
Menurut UU No.18 Tahun 2012, setiap orang dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia wajib memperoleh pangan dengan
kuantitas, kualitas, keamanan, beragam, gizi seimbang, secara merata,
dan terjangkau. Sudut pandang untuk menjaga kualitas dan keamanan
pangan selama pandemi Covid-19, tidak hanya cukup dalam hal
memenuhi persyaratan teknis, tetapi juga faktor-faktor lain (yaitu
pasokan pangan, keterjangkauan dan keamanan). Menurut UU No.18
Tahun 2012, setiap orang dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia wajib memperoleh pangan dengan kuantitas, kualitas,
keamanan, beragam, gizi seimbang, secara merata, dan terjangkau.
Sudut pandang untuk menjaga kualitas dan keamanan pangan selama
pandemi Covid-19, tidak hanya cukup dalam hal memenuhi
persyaratan teknis, tetapi juga faktor-faktor lain (yaitu pasokan pangan,
keterjangkauan dan keamanan).
Pandemi Covid-19 membawa dampak pada berbagai aspek
kehidupan masyarakat yang akarnya datang dari kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dampak yang paling nyata
adalah terjadinya resesi dan penurunan pertumbuhan ekonomi di
berbagai negara termasuk Indonesia. Menurut data BPS (2020),
ekonomi Indonesia triwulan I-2020 dibandingkan triwulan I-2019

1
Kontributor utama

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 421
tumbuh 2,97%. World Bank (2020) juga memproyeksikan bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 hanya akan
mencapai 2,1% dan skenario terburuk, angka proyeksi tersebut dapat
turun menjadi -3,5%. Perlambatan ekonomi tersebut pada saat yang
sama akan berakibat pada peningkatan kemiskinan. Kemiskinan
indentik dengan penurunan atau bahkan kehilangan sumber
pendapatan, yang pada akhirnya akan berujung pada perubahan
struktur pengeluaran kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi.
Mengurangi proporsi pengeluaran nonpangan dapat
mengimbangi penurunan pendapatan rumah tangga. Hal ini
bertujuan untuk mengimbangi pengeluaran pangan guna menjaga
kuantitas dan komposisi asupan pangan. Dengan memprioritaskan
pangan pokok dan pangan dengan harga murah, struktur
pengeluaran pangan juga akan berubah. Untuk itu, masyarakat
menurunkan kualitas konsumsi makanannya dengan membatasi
pilihan makanan sumber protein hewani dan vitamin mineral
(terutama dari buah-buahan), dan bergeser kepada pangan sumber
karbohidrat (Ariani 2020).
Di sisi lain, pola pangan antarkelas sosial akan berbeda. Keluarga
miskin akan menjaga kebutuhaan pangan pokoknya, sementara
keluarga kaya akan banyak mengonsumsi makanan sehat dengan
menjaga pola makan seimbang memperhatikan kebutuhan asupan
protein, vitamin, dan mineral. Hal ini didasarkan pada kesadaran
peningkatan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit,
terutama Covid-19 (Ariani 2020). Tulisan ini bertujuan untuk
membahas permasalahan dan upaya pencapaian ketahanan pangan
dan gizi pada masa dampak pandemi Covid-19.

METODE

Sistem pangan terdiri dari tiga subsistem, yaitu ketersediaan,


keterjangkauan, dan pemanfaatan atau konsumsi pangan. Pandemi
Covid-19 berpengaruh signifikan terhadap kinerja sistem pangan
tersebut. Tulisan ini membahas permasalahan dan upaya pencapaian
ketahanan pangan dan gizi dengan menggunakan data dan informasi

422 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19
dari Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian
(Kementan), kepustakaan yang terkait dengan isu sistem pangan dari
jurnal ilmiah, publikasi dari Pusat Sosial Ekonomi Pertanian (PSEKP),
dan sumber lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyediaan Pangan untuk Memenuhi Asupan Pangan Memenuhi


Kaidah Gizi
Pandemi Covid-19 berdampak pada seluruh aspek kehidupan
masyarakat, berbagai kebijakan yang dilakukan seperti PSBB membuat
intensitas kehidupan sosial menjadi menurun, karena relasi sebagai
dasar kehidupan perekonomian dibatasi. Dampak pandemi Covid-19
terhadap sistem mutu dan pangan adalah (1) dampak ekonomi,
turunnya pendapatan rumah tangga akibat terganggunya aktivitas
ekonomi sehingga masyarakat umumnya mengurangi kualitas
konsumsi makanan dengan membatasi pilihan makanan sumber
protein hewani dan vitamin mineral terutama dari buah-buahan,
bergeser ke pangan sumber karbohidrat, dan (2) terhambatnya lalu
lintas barang, termasuk pangan antarwilayah sehingga ketersediaan
pangan di tingkat pengecer dan rumah tangga terganggu.
Menurut Ariani (2020), respons untuk menjaga sistem
ketersediaan pangan dengan keragaman yang memenuhi kaidah gizi
pada masa pandemi Covid-19 yang dapat diusulkan untuk jangka
pendek dan menengah adalah: Pertama, pemerintah harus terus
berupaya menyediakan makanan pokok seperti beras dalam jumlah
cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah harus
memastikan bahwa petani tidak mengalami kendala dalam
menjalankan usaha tani padi, yang menunjukkan bahwa petani selalu
dalam kondisi sehat, memiliki sarana produksi yang memadai,
tersedianya tenaga kerja (pengolahan, menyiang, panen), dan
memastikan akses pemasaran dengan harga yang menarik. Kedua,
memastikan tersedianya pangan sumber protein hewani seperti telur
dan daging ayam dalam jumlah cukup dan harga yang terjangkau
bagi masyarakat yang daya belinya menurun. Pemerintah dapat
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 423
bekerja sama dengan layanan pengiriman online (Gojek, Grab, dan
lainnya), sehingga masyarakat memperoleh kemudahan dalam
memperoleh makanan dan mengurangi biaya pengeluaran untuk
pangan, minimal sampai kebijakan PSBB dicabut. Jika diperlukan,
pemerintah dapat memberikan subsidi harga untuk beras dan telur
bagi masyarakat miskin. Pemerintah menjaga ketersediaan pangan
strategis lain seperti bawang merah, gula pasir, dan cabai merah
mengingat komoditas ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat
dengan tingkat partisipasi konsumsi tinggi. Ketiga, diversifikasi
produksi pangan harus didorong kembali, terutama pangan sumber
karbohidrat, sehingga diharapkan keragaman konsumsi pangan lokal
akan semakin meningkat. Indonesia memiliki keanekaragaman serta
sumber daya genetik pangan lokal dalam jumlah besar yang spesifik
untuk setiap daerah. Keempat, pemanfaatan pekarangan, dengan
peserta program tidak hanya kelompok wanita tani (KWT) namun
juga karang taruna, santri, dan organisasi pemuda lainnya. Jenis
pangan yang dikembangkan dalam program ini antara lain sayuran,
pangan lokal, bumbu-bumbuan, buah-buahan, serta unggas.

Penyediaan Pangan Berbasis Produksi Pangan Domestik


Untuk memenuhi ketersediaan dan keterjangkauan pangan
masyarakat yang memiliki kualitas jaminan mutu yang baik,
pemerintah telah menjamin stok pangan strategis. Berdasarkan hasil
perhitungan yang dilakukan BKP yang disampaikan pada rapat
terbatas 30 Maret 2020, prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan
pokok nasional untuk periode Juni-Agustus 2020 masih tercukupi
hingga kebutuhan bulan Desember 2020 (Tabel 1). Hanya tiga
komoditas yang memerlukan penambahan pasokan dari impor yaitu
bawang putih, daging sapi/kerbau, dan gula. Hal ini terjadi karena
produksi lokal belum dapat memenuhi kebutuhan domestik
(Damanik 2020).
Untuk meningkatkan daya beli dan konsumsi pangan yang
berkualitas masyarakat di tengah pandemi Covid-19, pemerintah juga
telah memberikan stimulus fiskal sebesar Rp405,1 triliun, dengan
rincian: (1) untuk pemulihan ekonomi nasional Rp150 trilliun, (2)
424 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19
insentif perpajakan dan stimulus KUR Rp70,1 triliun, (3)
perlindungan sosial Rp110 triliun, dan (4) bidang kesehatan Rp75
triliun (Ika 2020). Hal tersebut setidaknya dapat mengurangi beban
masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah atau yang
rentan terhadap dampak sosial dan ekonomi dari pandemi Covid-19.
Tabel 1. Perkiraan ketersediaaan dan kebutuhan pangan pokok
nasional periode Juni-Agustus 2020
Jumlah
Perkiraan Perkiraan
perkiraan
No. Komoditas kebutuhan neraca s.d
ketersediaan
(ton) Agustus (ton)
(ton)
1 Beras 15.741.809 7.492.056 8.249.753
2 Jagung 9.134.664 4.599.959 4.534.705
3 Bawang merah 655.669 354.094 301.575
4 Bawang putih 131.107 146.444 15.337
5 Cabai besar 294.758 273.713 21.045
6 Cabai rawit 282.878 251.998 30.880
7 Daging sapi/kerbau 170.648 192.110 21.462
8 Daging ayam ras 1.197.396 854.604 342.792
9 Telor ayam ras 1.293.023 1.203.041 89.982
10 Gula pasir 2.159.092 691.436 1.467.656
11 Minyak goreng 21.273.274 2.299.897 18.973.377
Sumber: data prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan, BKP (2020)

Indeks harga pangan FAO (FAO Food Price Index/FFPI) rata-rata


naik 1,8 poin dari periode Juli, nilai tertinggi sejak Februari 2020
(Gambar 1). Kenaikan harga pangan terlihat pada komoditas gula dan
minyak nabati (FAO 2020). Kenaikkan harga pangan diakibatkan
turunnya nilai mata uang dolar Amerika Serikat (AS) yang
memengaruhi kenaikkan harga dan permintaan komoditas pertanian
di pasar dunia. Harga komoditas pangan periode Juni-Agustus 2020
cenderung tetap, kecuali untuk daging sapi dan bawang merah.
Terbatasnya ketersediaan daging sapi di dalam negeri, hal ini meme-
ngaruhi harga, sementara untuk bawang merah disebabkan belum
masuknya masa panen produksi sehingga stok dalam negeri terbatas.

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 425
A

Harga komoditas pangan utama periode Juni-Agustus


2020
Rp140.000
Rp120.000
Rp100.000
Harga

Rp80.000
Rp60.000
Rp40.000
Rp20.000
Rp-

B
Jun-20 Juli 2020 Agustus 2020

Sumber : FAO (2020) dan PIHPS (2020)

Gambar 1. Indeks harga pangan dunia (A) dan harga pangan pokok
dan penting nasional (B)

Meskipun secara perkiraan ketersediaan stok dan kebutuhan


pangan mencukupi hingga akhir tahun, ketersediaan pangan untuk
periode selanjutnya harus diperhatikan mengingat secara historis
426 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19
bulan November sampai Januari adalah musim paceklik karena
sumber utama persediaan pangan dari produksi dalam negeri pada
periode tersebut berasal dari hasil panen Musim Tanam (MT) II dan
sisa stok dari hasil panen MT I. Bahkan dalam kondisi normal, pada
periode tersebut produksi pangan hanya sekitar 40% dari produksi
pangan MT II, sedangkan produksi MT II hanya sekitar 70% jika
dibandingkan dengan MT. Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa secara umum musim
kemarau 2020 relatif lebih basah daripada 2019 akan tetapi ada sekitar
30% wilayah yang menurut zona musim (ZOM) akan lebih kering dari
kondisi normalnya (Sumaryanto 2020).
Selain air, kendala pada peringkat berikutnya adalah kemampuan
dan akses terhadap modal bagi usaha pertanian. Menipisnya
simpanan dan berkurangnya pendapatan petani dari kegiatan
nonpertanian, menyebabkan pasokan modal untuk usaha tani
menjadi sangat terbatas. Untuk ketersediaan tenaga kerja
diperkirakan cukup. Menurut Sumaryanto (2020), fasilitasi produksi
yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah
manajemen air pada jaringan irigasi agar kebutuhan air pada musim
ini tercukupi dan lebih efisien. Hal itu dapat dilakukan dengan
menerapkan teknik irigasi berjeda (intermittent) dan penggunaan air
irigasi macak-macak. Untuk mengantisipasi risiko kekeringan,
pemanfaatan irigasi pompa perlu disiapkan sejak awal dan
pemeliharaan saluran irigasi harus lebih diintensifkan. Selain untuk
meningkatkan efisiensi penyaluran air, hal ini juga diperlukan untuk
meningkatkan kinerja irigasi tanam padi MT I tahun depan.
Upaya lainnya untuk meningkatkan produksi dan ketersediaan
pangan beragam adalah: (1) perluasan areal tanam padi pada sawah
rawa lebak, varietas yang cocok untuk ditanam di jenis lahan ini
adalah Inpara (Inbrida padi rawa); (2) peningkatan diversifikasi
tanaman selain padi, seperti jagung, kedelai, kacang hijau, dan sayur-
sayuran dengan sistem pemupukan dan pengendalian organisme
pengganggu tanaman sesuai rekomendasi; (3) intensifikasi
pemanfaatan lahan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan
rumah tangga juga perlu diintensifkan dengan jenis tanaman sayuran

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 427
seperti cabai, bawang daun, terong, dan sayuran lainnya. Sejalan
dengan upaya ini, di kota dan di pinggiran perkotaan dapat
dilakukan dengan memanfaatkan tanaman dalam pot atau bagi yang
mampu dapat memanfaatkan teknik hidroponik.
Terkait dengan upaya diversifikasi pangan, selama ini BKP telah
merintis program pemanfaatan pekarangan melalui program
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Program ini kemudian
dilanjutkan dengan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Selain
Kelompok Wanita Tani (KWT), peserta program ini juga terdiri dari
karang taruna, santri, dan organisasi pemuda lainnya. Beberapa jenis
pangan yang dikembangkan dalam program ini antara lain sayuran,
pangan lokal, bumbu-bumbuan, buah-buahan, serta unggas. BKP
juga mengembangkan Program Pengembangan Industri Pangan
Lokal (PIPL1000) pada tahun 2020. Program ini berupa
pendampingan teknologi, pengemasan (packaging), pemasaran, dan
akses permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kedua
program ini dapat dilengkapi dengan jaring pengaman sosial bagi
keluarga berpenghasilan rendah/miskin untuk meningkatkan
kemampuan memproduksi pangan untuk tanaman sayur/buah
semusim dan sumber protein unggas di sekitar rumah (Saliem 2020).

Penyesuaian Pemasaran dan Penjualan Pangan Saat Pandemi


Covid-19
Secara umum tersendatnya logistik dan distribusi akibat PSBB
berdampak pada menurunnya permintaan transportasi barang
(Direktorat Jendral Perhubungan Darat 2020). Mayasari (2020)
melaporkan bahwa Aptrindo (Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia)
menyampaikan bahwa terjadi penurunan permintaan hingga
mencapai 60%. Demikian juga halnya dengan transportasi barang
melalui laut yang mengalami penurunan pada periode Maret dan
April 2020 sebesar 2,31%. Volume angkutan barang melalui laut pada
Maret 2020 sebesar 25,49 ton, dan menurun pada April 2020 hingga
sebesar 24,91 ton. (Azka 2020a). Moda transportasi barang
menggunakan moda udara, menurut ALFI (Asosiasi Logistik dan
Forwarder Indonesia), juga mengalami penurunan permintaan
428 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19
sebesar 15% (Azka 2020b). Sementara itu, distribusi dan logistik
pangan merupakan aspek penting untuk menjaga mutu dan
keamanan pangan. Kebijakan PSBB berdampak pada terputusnya
rantai pasok pangan sehingga arus komoditas pangan tersendat dari
hulu ke hilir yang dapat memengaruhi kualitas dan keamanan
produk pangan.
Di sisi lain, kegiatan e-commerce mengalami pertumbuhan pada
masa pandemi. Menurut data Direktorat Jendral Perhubungan Darat
(2020), penjualan industri melalui e-commerce meningkat 26% dari
rata-rata bulanan tahun 2019, volume transaksi harian meningkat dari
rata-rata 3,1 juta menjadi 4,8 juta, dan pengguna belanja online
diperkirakan meningkat hingga 12 juta pada tahun 2020. Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dominan digunakan dalam
sistem logistik adalah Logistics Information System (LIS) atau sistem
informasi logistik dan Electronic Data Interchange (EDI) atau
pertukaran data elektronik (Javanovic dan Colovic 2017). Sistem
informasi logistik memungkinkan semua peserta dalam rantai
pasokan untuk berkomunkasi satu sama lain dan menciptakan
peluang untuk manajemen yang efisien dari semua proses logistik..
Pertumbuhan e-ecommerce pada masa pandemi dengan kondisi
kenormalan baru di pengaruhi oleh perubahan perilaku masyarakat
(lebih spesifik konsumen). Menurut Ashari (2020), paling sedikit ada
lima perubahan utama perilaku masyarakat yang diprediksi terjadi
pada masa pandemi Covid-19, yaitu:
1. Pembelian secara daring mulai mengalami pergeseran dari produk
yang sifatnya hanya keinginan (wants) beralih ke produk yang
sifatnya kebutuhan (needs). Perubahan ini akan menguntungkan
karena sebagian besar produk pertanian merupakan kebutuhan
pokok. Produk-produk pertanian akan mengalami peningkatan
atau setidaknya sama seperti sebelum pandemi Covid-19.
2. Konsumen mulai mengurangi makan di restoran (eating out) dan
beralih ke layanan pesan antar (delivery). Pola pembelian makanan
“pesan antar” yang sebelumnya sesekali menjadi lebih rutin. Ini
berarti, hotel, restoran, dan kafe (horeka) akan terpengaruh karena
berkurangnya permintaan untuk makan di tempat. Namun,

Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 429
penurunan tersebut dapat dikompensasi melalui pemberian
layanan delivery, meskipun penurunan ini tidak proporsional
dengan penurunan yang terjadi di horeka.
3. Diberlakukannya kebijakan bekerja dari rumah atau Work From
Home (WFH) menjadikan ibu rumah tangga lebih sering memasak
makanan sendiri di rumah. Situasi ini dapat meningkatkan
permintaan produk segar dan berkualitas, seperti sayuran dan
daging.
4. Gemar akan hal yang praktis, pasangan rumah tangga milenial
diperkirakan akan lebih banyak memasak makanannya sendiri
dengan bahan yang siap masak (ready to cook) atau frozen food.
Fakta ini dapat berimbas pada peningkatan permintaan produk
pangan berupa bahan/produk beku siap olah.
5. Model belanja online yang berulang (biasanya digunakan untuk
kebutuhan dasar dan pokok) akan mendorong berkembangnya
model berlangganan. Model ini akan mengarah pada peningkatan
intensitas belanja online, yang diharapkan akan tumbuh lebih cepat
pada masa new normal maupun masa yang akan datang.
Model penjualan daring (online) dengan e-commerce bisa menjadi
pilihan karena semakin diminati konsumen pada masa pandemi
Covid-19. Pelaku agribisnis e-commerce seperti Sayurbox mengakui
adanya peningkatan penjualan seiring dengan pandemi Covid-19.
Disebutkan bahwa omset penjualan meningkat sejak Maret dan
perusahaan e-commerce ini mencatat kenaikan pemesanan lima kali
lipat dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Peningkatan
penjualan terbesar adalah sayuran.
Perubahan perilaku konsumen yang lebih menyukai belanja dari
rumah, menuntut produsen (termasuk kelompok tani dan koperasi
tani) untuk beradaptasi dan beralih dari melakukan pemasaran
secara offline ke e-commerce. Melalui sistem e-commerce, kontak
langsung antarmanusia dapat dikurangi. Dalam penggunaannya,
sistem ini memiliki kelebihan, yaitu cepat dan praktis. Namun,
dikarenakan minimnya jaringan internet, membuat e-commerce sulit
diakses di banyak daerah.

430 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19
Terkait dengan e-commerce ini, terdapat dua alternatif yang dapat
dimanfaatkan oleh pelaku usaha pertanian, yaitu bekerja sama
dengan marketplace atau membuat online shop sendiri. Mubarok (2020)
mendefinisikan marketplace sebagai perantara antara penjual dan
pembeli berbasis website melalui jaringan internet. Marketplace
bertindak sebagai pihak ketiga dalam transaksi online dengan
menyediakan fasilitas penjualan dan pembayaran. Di Indonesia
terdapat beberapa marketplace yang menjual berbagai produk
pertanian. Saat ini setidaknya terdapat lima marketplace, yaitu (1)
TaniHub, (2) Petani, (3) PantauHarga, (4) Limakilo, dan (5)
SiKumis.com. Kegiatan e-commerce baik itu melalui marketplace atau
belanja daring sendiri menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi
masalah logistik dan distribusi yang terganggu akibat pandemi Covid-
19, dengan memangkas rantai distribusi hasil produksi dari petani
kepada konsumen. Ashari (2020) menyebutkan setidaknya terdapat
tiga kementerian yang terlibat dalam sinergi pemasaran ini, yaitu
Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perdagangan
serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

Upaya Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi


Pencapaian ketahanan pangan dan gizi masyarakat pada masa
pandemi Covid-19 tetap perlu diupayakan dengan sungguh-sungguh
karena berkaitan dengan upaya membangun sumber daya manusia
yang sehat aktif dan produktif. Dalam konsep ketahanan pangan dan
gizi, ketiga subsistem pangan yang harus tetap berkinerja baik dalam
masa pandemi ini, adalah subsistem ketersediaan, keterjangkauan,
dan pemanfaatan atau konsumsi pangan.
Suryana (2020) menyatakan kebijakan subsistem penyediaan
pangan bertujuan untuk menjamin tersedianya pangan pokok dan
utama yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan
nasional. Dalam konteks ini perlu memastikan pertumbuhan
produksi pangan cukup tinggi, terutama untuk pangan pokok dan
penting, dengan (a) guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi
usaha, perlu dilakukan intensifikasi pemanfaatan teknologi produksi
pertanian frontir dan memastikan penerapan teknologi rekomendasi
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 431
oleh petani; (b) penyediaan air sesuai kebutuhan tanaman dalam
rangka peningkatan Indeks Pertanaman (IP); (c) peningkatan
produksi pertanian per hektare melaui ekstensifikasi pada lahan yang
belum dimanfaatkan secara optimal, baik itu lahan rawa maupun
lahan kering; (d) mengurangi kerugian produksi dari proses
pemanenan dan pengolahan pascapanen menjadi makanan yang
dapat diperdagangkan; dan (e) pemanfaatan sumber daya pangan
lokal dalam pengembangan dan peningkatan produksi pangan. Di
samping itu, perlu dilakukan perlindungan petani, melalui asuransi
pertanian, dan mengembangkan Cadangan Pangan Nasional (CPN)
untuk pangan pokok dan penting, yang terdiri dari cadangan pangan
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Kebijakan subsistem keterjangkauan pangan bertujuan untuk
memastikan bahwa semua warga negara memiliki akses terhadap
pangan yang layak dan bergizi, dengan harga yang wajar setiap saat.
Dalam bentuk ini dinilai penting untuk mengelola kelancaran
distribusi pangan pokok dan penting sampai ke daerah terpencil
melalui upaya (a) mendorong pembangunan sarana distribusi pangan
melalui regulasi, insentif, maupun pembangunan infrastruktur; dan
(b) mendukung pembangunan sarana distribusi pangan untuk
memperpanjang umur simpan produk pangan serta
mempertahankan mutu dan kehalalan pangan. Menstimulalsi dan
memfasilitasi kemudahan perdagangan pangan antardaerah surplus
dan defisit, antarpulau, hingga ke pulau-pulau terkecil dan terluar.
Di samping upaya tersebut, diperlukan juga peningkatan efisiensi
pemasaran pangan melalui: (a) pembangunan pasar pangan (kolektor)
atau subterminal agribisnis di daerah produsen, (b) pengembangan
toko/pasar tani guna memotong rantai pemasaran pangan dari
petani/kelompok tani ke konsumen, (c) menjalin kemitraan dengan
para pelaku usaha pemasaran dan perdagangan pangan, (d)
mengembangkan pemasaran melalui e-commerce , dan (e) menetapkan
kebijakan harga pangan dan kebijakan terkait guna memberikan
perlindungan, baik itu kepada konsumen maupun produsen/petani.
Kebijakan pada subsistem pemanfaatan atau konsumsi pangan
diarahkan agar setiap individu atau perorangan mampu

432 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19
mengonsumsi pangan yang memenuhi standar kecukupan gizi untuk
hidup sehat, aktif, dan produktif, dengan upaya: (a) meningkatkan
daya beli masyarakat melalui penciptaan kesempatan kerja produktif
terutama bagi keluarga berpendapatan rendah dan pemberian
bantuan sosial tunai untuk pangan bagi masyarakat miskin; (b)
melanjutkan program diversifikasi konsumsi pangan melalui
kampanye dan sosialisasi pola konsumsi pangan beragam, bergizi
seimbang dan aman (B2SA) kepada ibu rumah tangga, anak sekolah,
dan masyarakat; dan memanfatkan lahan pekarangan dan kebun di
sekitar rumah, dengan menanam tanaman pangan, sayuran, buah
berumur pendek dan memelihara unggas (ayam, dan itik) dan ikan;
(c) meningkatkan pemberdayaan dan pengawasan usaha mikro kecil
menengah (UMKM) pangan untuk menerapkan dan mematuhi
proses produksi dan penjualan pangan yang memenuhi persyaratan
keamanan dan mutu pangan; dan (d) mengembangkan pengayaan
(fortifikasi) pangan dengan zat gizi mikro yang dibutuhkan guna
mengatasi permasalahan gizi, seperti mengurangi prevalensi
kerdil (stunting) anak di bawah lima tahun (balita) dan menjaga
kesehatan ibu hamil dan menyusui.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Selama pandemi Covid-19, struktur belanja pangan masyarakat
mengalami perubahan. Masyarakat mengutamakan pemenuhan
pangan pokok dan beberapa pangan lainnya dengan harga lebih
murah, membatasi pilihan pangan protein hewani dan vitamin
mineral (terutama dari buah-buahan), sehingga dapat mengurangi
konsumsi pangan karbohidrat.
Pemerintah mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat
tersebut dengan melaksanakan kebijakan pemberian bantuan sosial
dalam bentuk uang dan pangan kepada masyarakat berpendapatan
rendah termasuk kelompok pekerja yang terkena PHK. Selain itu,
Kementan melaksanakan berbagai program peningkatan produksi dan
upaya mendorong kelancaran rantai pasok pangan dilaksanakan.
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 433
Sementara itu, para pengusaha dan konsumen mengatasi hambatan
rantai pasok dengan memanfaatkan penjualan dan pembelian secara
daring.

Saran
Kebijakan yang dapat dilakukan dalam masa pandemi Covid-19
adalah memastikan ketersedian pangan pokok dan penting yang
mencukupi bagi kebutuhan konsumsi pangan secara nasional. Selain
itu, pemerintah perlu memastikan penyediaan pangan, terutama
melalui produksi domestik yang beranega ragam, sehingga asupan
pangan dengan kandungan gizi berimbang terpenuhi. Beberapa
upaya yang disarankan adalah melanjutkan dan meningkatkan
intensitas pemanfaatan teknologi produksi pertanian, menerapkan
manajemen air irigasi untuk meningkatkan indeks pertanaman,
optimalisasi lahan rawa dan lahan kering untuk produksi berbagai
jenis pangan, mengurangi kehilangan hasil panen serta
pengolahannya, mengintensifkan upaya diversifikasi pangan dengan
mengembangkan dan mempromosikan pangan lokal yang beragam.
Dalam rangka memastikan seluruh warga negara memiliki akses
atas pangan yang cukup, bergizi, mudah diperoleh sepanjang waktu
dan dengan harga yang wajar, diperlukan pemberlakuan kebijakan
pada subsistem keterjangkauan pangan, antara lain melalui
pengelolaan kelancaran distribusi pangan pokok dan penting sampai
ke daerah terpencil; memfasilitasi kelancaran perdagangan pangan
antardaerah surplus dan defisit, serta antarpulau melalui pasar pangan
(kolektor), memotong rantai pemasaran pangan dari petani/ kelompok
tani ke pasar konsumen, dan mengembangkan pemasaran pangan
dengan e-commerce. Kebijakan pada subsistem pemanfaatan atau
konsumsi pangan diarahkan agar setiap individu atau perorangan
mampu mengonsumsi pangan yang memenuhi standar kecukupan
gizi untuk hidup sehat, aktif, dan produktif, antara lain melalui
pemberdayaan dan pengawasan UKM pangan untuk menerapkan dan
mematuhi proses produksi dan penjualan pangan yang memenuhi
persyaratan keamanan dan mutu pangan, pemberian bantuan sosial
tunai untuk pangan bagi masyarakat berpendapatan rendah,
434 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19
melanjutkan program diversifikasi konsumsi pangan melalui
sosialisasi pola konsumsi pangan B2SA, dan pemanfaatan lahan
pekarangan dan kebun di sekitar rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani M. 2020. Antispasi menyikapi pergeseran prilaku konsumsi pangan


pada masa pandemi Covid-19. [Internet]. Opini. Web Jendela Covid-19
PSEKP. [diakses 2020 Oct 20]. Tersedia dari:
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/Covid-19/opini/443-
diversifikasi-pangan-hikmah-di-balik-pandemi-Covid-19.
Ashari. 2020. Peluang bisnis pertanian pada masa pandemi dan era new
normal. [Internet]. Opini. Web Jendela Covid-19 PSEKP. [Internet].
[diakses 2020 Oct 20]. Tersedia dari: http://pse.litbang.pertanian.go.id/
ind/index.php/Covid-19/opini/443-diversifikasi-pangan-hikmah-di-balik-
pandemi-Covid-19.
Azka R. 2020a. Volume angkutan barang via laut bisa terus menanjak di tengah
pandemi Covid-19. [Internet]. Bisnis.com. [diakses 2020 Oct 20]. Tersedia
dari: https://ekonomi.bisnis.com/read/20200603/98/1247757/volume-angku
tan-barang-vialaut-bisa-terus-menanjak-di-tengahpandemi-Covid-19.
Azka R. 2020b. Beberkan kondisi kargo udara di tengah pandemi. [Internet].
Bisnis.com. [diakses 2020 Oct 20]. Tersedia dari: https://ekonomi.bisnis.com/
read/20200503/98/1235753/alfi-beberkan-kondisi-kargoudara-di-tengah-
pandemi.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020. Berita Resmi Statistik. 5 Mei 2020. Jakarta
(ID): Badan Pusat Statistik.
Damanik RS. 2020. Membangun sinergitas lintas sektor dalam menghadapi
Covid-19. Bul Perenc Pembang Pertan. 1(2):28–40.
Direktorat Jendral Perhubungan Darat. 2020. Tantangan industri logistik
dalam masa pandemi COVID-19. Dalam: Webinar Transportasi dan
Logistik Saat dan Pasca Pandemi Covid-19 di Indonesia; 2020 Jun 10;
Jakarta, Indonesia. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Perhubungan Darat
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2020. Smallholders data portrait.
Food Agric Organ. [Internet]. [diunduh 2020 Oct 2]. Tersedia dari:
www.fao.org/family-farming/data-source/dataportrait/farm-size/en.
Javanovic I, Colovic A. 2017. ICT in Logistics: Possibilities and The Areas of
Application. In Vidovic M, Kilibarda M, Ze«evic S, MiljušM, Radivojevic
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 435
G, editors. Proceeding of the 3rd Logistics International Conference; 2017
May 25-27; Belgrade, Serbia. Bergrade (CS): University of Belgrade,
Faculty of Transport and Traffic Engineering Mayasari S. 2020. Ada
corona, permintaan jasa truk anjlok hingga 60%. [Internet] Kontan.co.id.
[diakses 2020 Sep 24]. Tersedia dari: https://industri.kontan.co.id/news/
ada-corona-permintaan-jasa-truk-anjlok-hingga-60.
Mubarok I. 2020. Apa itu marketplace? pengertian, jenis, dan contohnya.
[Internet]. Niagahoster. [diakses 2020 Jun 6]. Tersedia dari:
https://www.niagahoster.co.id/blog/marketplace-adalah/.
[PIHPS] Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional. 2020. Tabel harga
berdasarkan daerah. [Internet]. [diakses 2020 Oct 5]. Tersedia dari:
https://hargapangan.id/tabel-harga/pasar-tradisional/daerah.
Saliem HP. 2020. Diversivikasi pangan : Hikmah di balik pandemi Covid-19.
[internet]. [diakses 2020 Oct 2]. Tersedia dari:
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/Covid-19/opini/443-
diversifika.
Sumaryanto. 2020. Urgensi peningkatan produksi untuk mengamankan
pasokan pangan Nasional pada masa pandemi Covid-19. [Internet].
Opini. Web Jendela Covid-19 PSEKP. [diakses 2020 Oct 2]. Tersedia dari:
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/Covid-19/opini/443-
diversifikasi-pangan-hikmah-di-balik-pandemi-Covid-19.
Suryana A. 2020. Memperkokoh sistem pangan untuk mengantisipasi
dampak pandemi Covid-19. [Internet]. Opini. Web Jendela Covid-19
PSEKP. [diakses 2020 Oct 2]. Tersedia dari:
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/Covid-19/opini/443-
diversifikasi-pangan-hikmah-di-balik-pandemi-Covid-19.
World Bank. 2020. Indonesia Economic Prospects (IEP). World Bank.
[internet]. [accessed 2020 Sep 25]. Available from:
https://www.worldbank.org/en/country/indonesia/publication/indonesia
-economic-prospect.

436 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19

Anda mungkin juga menyukai