21 BBRC 2020 Iii 3 4 JHT
21 BBRC 2020 Iii 3 4 JHT
PENDAHULUAN
1
Kontributor utama
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 421
tumbuh 2,97%. World Bank (2020) juga memproyeksikan bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 hanya akan
mencapai 2,1% dan skenario terburuk, angka proyeksi tersebut dapat
turun menjadi -3,5%. Perlambatan ekonomi tersebut pada saat yang
sama akan berakibat pada peningkatan kemiskinan. Kemiskinan
indentik dengan penurunan atau bahkan kehilangan sumber
pendapatan, yang pada akhirnya akan berujung pada perubahan
struktur pengeluaran kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi.
Mengurangi proporsi pengeluaran nonpangan dapat
mengimbangi penurunan pendapatan rumah tangga. Hal ini
bertujuan untuk mengimbangi pengeluaran pangan guna menjaga
kuantitas dan komposisi asupan pangan. Dengan memprioritaskan
pangan pokok dan pangan dengan harga murah, struktur
pengeluaran pangan juga akan berubah. Untuk itu, masyarakat
menurunkan kualitas konsumsi makanannya dengan membatasi
pilihan makanan sumber protein hewani dan vitamin mineral
(terutama dari buah-buahan), dan bergeser kepada pangan sumber
karbohidrat (Ariani 2020).
Di sisi lain, pola pangan antarkelas sosial akan berbeda. Keluarga
miskin akan menjaga kebutuhaan pangan pokoknya, sementara
keluarga kaya akan banyak mengonsumsi makanan sehat dengan
menjaga pola makan seimbang memperhatikan kebutuhan asupan
protein, vitamin, dan mineral. Hal ini didasarkan pada kesadaran
peningkatan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit,
terutama Covid-19 (Ariani 2020). Tulisan ini bertujuan untuk
membahas permasalahan dan upaya pencapaian ketahanan pangan
dan gizi pada masa dampak pandemi Covid-19.
METODE
422 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19
dari Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian
(Kementan), kepustakaan yang terkait dengan isu sistem pangan dari
jurnal ilmiah, publikasi dari Pusat Sosial Ekonomi Pertanian (PSEKP),
dan sumber lainnya.
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 425
A
Rp80.000
Rp60.000
Rp40.000
Rp20.000
Rp-
B
Jun-20 Juli 2020 Agustus 2020
Gambar 1. Indeks harga pangan dunia (A) dan harga pangan pokok
dan penting nasional (B)
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 427
seperti cabai, bawang daun, terong, dan sayuran lainnya. Sejalan
dengan upaya ini, di kota dan di pinggiran perkotaan dapat
dilakukan dengan memanfaatkan tanaman dalam pot atau bagi yang
mampu dapat memanfaatkan teknik hidroponik.
Terkait dengan upaya diversifikasi pangan, selama ini BKP telah
merintis program pemanfaatan pekarangan melalui program
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Program ini kemudian
dilanjutkan dengan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Selain
Kelompok Wanita Tani (KWT), peserta program ini juga terdiri dari
karang taruna, santri, dan organisasi pemuda lainnya. Beberapa jenis
pangan yang dikembangkan dalam program ini antara lain sayuran,
pangan lokal, bumbu-bumbuan, buah-buahan, serta unggas. BKP
juga mengembangkan Program Pengembangan Industri Pangan
Lokal (PIPL1000) pada tahun 2020. Program ini berupa
pendampingan teknologi, pengemasan (packaging), pemasaran, dan
akses permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kedua
program ini dapat dilengkapi dengan jaring pengaman sosial bagi
keluarga berpenghasilan rendah/miskin untuk meningkatkan
kemampuan memproduksi pangan untuk tanaman sayur/buah
semusim dan sumber protein unggas di sekitar rumah (Saliem 2020).
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 429
penurunan tersebut dapat dikompensasi melalui pemberian
layanan delivery, meskipun penurunan ini tidak proporsional
dengan penurunan yang terjadi di horeka.
3. Diberlakukannya kebijakan bekerja dari rumah atau Work From
Home (WFH) menjadikan ibu rumah tangga lebih sering memasak
makanan sendiri di rumah. Situasi ini dapat meningkatkan
permintaan produk segar dan berkualitas, seperti sayuran dan
daging.
4. Gemar akan hal yang praktis, pasangan rumah tangga milenial
diperkirakan akan lebih banyak memasak makanannya sendiri
dengan bahan yang siap masak (ready to cook) atau frozen food.
Fakta ini dapat berimbas pada peningkatan permintaan produk
pangan berupa bahan/produk beku siap olah.
5. Model belanja online yang berulang (biasanya digunakan untuk
kebutuhan dasar dan pokok) akan mendorong berkembangnya
model berlangganan. Model ini akan mengarah pada peningkatan
intensitas belanja online, yang diharapkan akan tumbuh lebih cepat
pada masa new normal maupun masa yang akan datang.
Model penjualan daring (online) dengan e-commerce bisa menjadi
pilihan karena semakin diminati konsumen pada masa pandemi
Covid-19. Pelaku agribisnis e-commerce seperti Sayurbox mengakui
adanya peningkatan penjualan seiring dengan pandemi Covid-19.
Disebutkan bahwa omset penjualan meningkat sejak Maret dan
perusahaan e-commerce ini mencatat kenaikan pemesanan lima kali
lipat dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Peningkatan
penjualan terbesar adalah sayuran.
Perubahan perilaku konsumen yang lebih menyukai belanja dari
rumah, menuntut produsen (termasuk kelompok tani dan koperasi
tani) untuk beradaptasi dan beralih dari melakukan pemasaran
secara offline ke e-commerce. Melalui sistem e-commerce, kontak
langsung antarmanusia dapat dikurangi. Dalam penggunaannya,
sistem ini memiliki kelebihan, yaitu cepat dan praktis. Namun,
dikarenakan minimnya jaringan internet, membuat e-commerce sulit
diakses di banyak daerah.
430 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19
Terkait dengan e-commerce ini, terdapat dua alternatif yang dapat
dimanfaatkan oleh pelaku usaha pertanian, yaitu bekerja sama
dengan marketplace atau membuat online shop sendiri. Mubarok (2020)
mendefinisikan marketplace sebagai perantara antara penjual dan
pembeli berbasis website melalui jaringan internet. Marketplace
bertindak sebagai pihak ketiga dalam transaksi online dengan
menyediakan fasilitas penjualan dan pembayaran. Di Indonesia
terdapat beberapa marketplace yang menjual berbagai produk
pertanian. Saat ini setidaknya terdapat lima marketplace, yaitu (1)
TaniHub, (2) Petani, (3) PantauHarga, (4) Limakilo, dan (5)
SiKumis.com. Kegiatan e-commerce baik itu melalui marketplace atau
belanja daring sendiri menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi
masalah logistik dan distribusi yang terganggu akibat pandemi Covid-
19, dengan memangkas rantai distribusi hasil produksi dari petani
kepada konsumen. Ashari (2020) menyebutkan setidaknya terdapat
tiga kementerian yang terlibat dalam sinergi pemasaran ini, yaitu
Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perdagangan
serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
432 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19
mengonsumsi pangan yang memenuhi standar kecukupan gizi untuk
hidup sehat, aktif, dan produktif, dengan upaya: (a) meningkatkan
daya beli masyarakat melalui penciptaan kesempatan kerja produktif
terutama bagi keluarga berpendapatan rendah dan pemberian
bantuan sosial tunai untuk pangan bagi masyarakat miskin; (b)
melanjutkan program diversifikasi konsumsi pangan melalui
kampanye dan sosialisasi pola konsumsi pangan beragam, bergizi
seimbang dan aman (B2SA) kepada ibu rumah tangga, anak sekolah,
dan masyarakat; dan memanfatkan lahan pekarangan dan kebun di
sekitar rumah, dengan menanam tanaman pangan, sayuran, buah
berumur pendek dan memelihara unggas (ayam, dan itik) dan ikan;
(c) meningkatkan pemberdayaan dan pengawasan usaha mikro kecil
menengah (UMKM) pangan untuk menerapkan dan mematuhi
proses produksi dan penjualan pangan yang memenuhi persyaratan
keamanan dan mutu pangan; dan (d) mengembangkan pengayaan
(fortifikasi) pangan dengan zat gizi mikro yang dibutuhkan guna
mengatasi permasalahan gizi, seperti mengurangi prevalensi
kerdil (stunting) anak di bawah lima tahun (balita) dan menjaga
kesehatan ibu hamil dan menyusui.
Kesimpulan
Selama pandemi Covid-19, struktur belanja pangan masyarakat
mengalami perubahan. Masyarakat mengutamakan pemenuhan
pangan pokok dan beberapa pangan lainnya dengan harga lebih
murah, membatasi pilihan pangan protein hewani dan vitamin
mineral (terutama dari buah-buahan), sehingga dapat mengurangi
konsumsi pangan karbohidrat.
Pemerintah mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat
tersebut dengan melaksanakan kebijakan pemberian bantuan sosial
dalam bentuk uang dan pangan kepada masyarakat berpendapatan
rendah termasuk kelompok pekerja yang terkena PHK. Selain itu,
Kementan melaksanakan berbagai program peningkatan produksi dan
upaya mendorong kelancaran rantai pasok pangan dilaksanakan.
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 433
Sementara itu, para pengusaha dan konsumen mengatasi hambatan
rantai pasok dengan memanfaatkan penjualan dan pembelian secara
daring.
Saran
Kebijakan yang dapat dilakukan dalam masa pandemi Covid-19
adalah memastikan ketersedian pangan pokok dan penting yang
mencukupi bagi kebutuhan konsumsi pangan secara nasional. Selain
itu, pemerintah perlu memastikan penyediaan pangan, terutama
melalui produksi domestik yang beranega ragam, sehingga asupan
pangan dengan kandungan gizi berimbang terpenuhi. Beberapa
upaya yang disarankan adalah melanjutkan dan meningkatkan
intensitas pemanfaatan teknologi produksi pertanian, menerapkan
manajemen air irigasi untuk meningkatkan indeks pertanaman,
optimalisasi lahan rawa dan lahan kering untuk produksi berbagai
jenis pangan, mengurangi kehilangan hasil panen serta
pengolahannya, mengintensifkan upaya diversifikasi pangan dengan
mengembangkan dan mempromosikan pangan lokal yang beragam.
Dalam rangka memastikan seluruh warga negara memiliki akses
atas pangan yang cukup, bergizi, mudah diperoleh sepanjang waktu
dan dengan harga yang wajar, diperlukan pemberlakuan kebijakan
pada subsistem keterjangkauan pangan, antara lain melalui
pengelolaan kelancaran distribusi pangan pokok dan penting sampai
ke daerah terpencil; memfasilitasi kelancaran perdagangan pangan
antardaerah surplus dan defisit, serta antarpulau melalui pasar pangan
(kolektor), memotong rantai pemasaran pangan dari petani/ kelompok
tani ke pasar konsumen, dan mengembangkan pemasaran pangan
dengan e-commerce. Kebijakan pada subsistem pemanfaatan atau
konsumsi pangan diarahkan agar setiap individu atau perorangan
mampu mengonsumsi pangan yang memenuhi standar kecukupan
gizi untuk hidup sehat, aktif, dan produktif, antara lain melalui
pemberdayaan dan pengawasan UKM pangan untuk menerapkan dan
mematuhi proses produksi dan penjualan pangan yang memenuhi
persyaratan keamanan dan mutu pangan, pemberian bantuan sosial
tunai untuk pangan bagi masyarakat berpendapatan rendah,
434 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19
melanjutkan program diversifikasi konsumsi pangan melalui
sosialisasi pola konsumsi pangan B2SA, dan pemanfaatan lahan
pekarangan dan kebun di sekitar rumah.
DAFTAR PUSTAKA
436 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19