Sianturi
NIM 195100101111027
Kelas/Kelompok A/A18
PRE-LAB
4. Pada suatu perhitungan RRW menunjukkan nilai koefisien fenol pada sampel A>1 dan sampel
B<1. Jelaskan maksud dari kedua nilai tersebut!
Pada perhitungan RRw nilai koefisien fenol pada sampel A>1 menunjukkan bahwa bahan
antimikroba tersebut lebih ampuh atau lebih efektif dibandingkan fenol. Sedangkan jika nilai
koefisien fenol pada sampel menunjukkan B<1 artinya senyawa yang bersifat antimikroba
tersebut kurang ampuh atau kurang efektif dibandingkan dengan fenol. Senyawa fenol digunakan
sebagai pembanding karena fenol merupakan salah satu senyawa anti mikroba atau desinfektan
Nama Miranda Theresia Br. Sianturi
NIM 195100101111027
Kelas/Kelompok A/A18
yang efektif dalam membunuh mikroorganisme. Hal ini menyebabkan fenol dijadikan standar
dari desinfektan karena umum digunakan dalam membunuh mikroorganisme (Shufyani, dkk,
2018).
DIAGRAM ALIR
Sampel
Divortex
Diambil sebanyak 1 ml
Divortex
Diambil 100 μl untuk setiap interval 5, 7,5 dan 10 menit dari tube yang berisi
desinfektan + mikroorganisme dan diinokulasikan ke media NA secara
spread plate
Hasil
Nama Miranda Theresia Br. Sianturi
NIM 195100101111027
Kelas/Kelompok A/A18
ANALISA PROSEDUR
LAPORAN PRAKTIKUM
Tuliskan data pengamatan yang diperoleh dari praktikum mengenai pengaruh disinfektan terhadap
mikroba! Amati pertumbuhan mikroba pada NB! Serta Isilah tabel pada kolom dengan (+) jika ada
pertumbuhan dan (-) jika tidak ada pertumbuhan!
Perhitungan
Rumus:
Pengenceran tertinggi desinfektan yang mematikan pada menit ke − 10,
tetapi tidak mematikan pada menit ke − 5
KF =
Pengenceran tertinggi fenol yang mematikan pada menit ke − 10,
tetapi tidak mematikan pada menit ke − 5
40
Klorin A1 = = 0,444
90
30
Dettol Cair A2 = = 0,33
90
(Elias, et al, 2014).
2. Bahas data fenol tersebut. Apakah dalam interval waktu sepuluh menit terdapat efek mematikan
mikroba? Jelaskan!
Berdasarkan data yang ada, diketahui ada beberapa sampel yang tidak dapat dihitung dan
ada yang dapat dihitung koefisien fenolnya. Sampel yang tidak dapat dihitung koefisien fenolnya
yaitu Hand Sanitizer A3 dan Sabun Cuci Piring A4. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh tidak
Nama Miranda Theresia Br. Sianturi
NIM 195100101111027
Kelas/Kelompok A/A18
memenuhi syarat rumus. Sementara itu, pada sampel Klorin A1 diperoleh nilai KF 0,444 dan pada
sampel Dettol Cair A2 diperoleh nilai KF sebesar 0,33. Hasil ini menunjukkan bahwa sampel
Klorin A1 dan Dettol Cair A2 belum efektif sebagai bahan antimikroba dikarenakan nilai KF yang
diperoleh <1. Pada inteval waktu 10 menit terdapat efek mematikan mikroba pada sebagian besar
pengenceran. Hal ini dikarenakan semakin lama mikroba kontak dengan desinfektan maka
efektivitasnya bertambah dalam membunuh mikroba (Rahma, 2015).
4. Jelaskan mekanisme penghambatan mikroba untuk disinfektan yang mempunyai koefisien fenol
>1 (jika ada)!
Desinfektan yang mempunyai koefisien fenol > 1 menunjukkan efektiivitas yang lebih
tinggi dibandingkan fenol. Mekanisme penghambatan mikroba oleh desinfektan yang memiliki
nilai koefisien fenol > 1 (golongan fenol) yaitu dengan mendenaturasi protein bakteri dalam
rentang waktu tertentu. Terjadinya penggumpalan protein yang merupakan konstituen dari
protoplasma menunjukkan bahwa protein sudah tidak berfungsi. Selain itu terdapat mekanisme
lainnya (golongan klorofor) yaitu dengan mengoksidasi membran sel mikroorganisme. Hal ini
mengakibatkan hilangnya struktur sel dan berakibat pada lisis dan kematian sel. Kemudian
mekanisme dari golongan ammonium kuartener yang bekerja dengan menginduksi pelepasan
bagian intraseluler dari bakteri sehingga terjadi kerusakan membran. Selanjutnya mekanisme dari
golongan oksidator kuat yaitu dengan mengoksidasi membran sel sehingga membran bakteri
mengalami kerusakan dan lisis (Shufyani., dkk, 2018)
Nama Miranda Theresia Br. Sianturi
NIM 195100101111027
Kelas/Kelompok A/A18
5. Disinfektan X mempunyai nilai koefisien <1 dan disinfektan Y mempunyai nilai koefisien >1.
Apakah maksud dari pernyataan tersebut?
Disinfektan X yang memiliki nilai koefisien fenol <1 artinya desinfektan tersebut kurang
efektif dibandingkan fenol dalam membunuh bakteri uji. Desinfektan Y yang mempunyai nilai
koefisien >1 artinya desinfektan tersebut lebih efektif dibandingkan dengan fenol dalam
membunuh bakteri uji. Fenol dijadikan sebagai pembanding karena fenol bersifat efektif dalam
membunuh mikroorganisme baik dengan konsentrasi tinggi ataupun rendah. Koefisien fenol pada
desinfektan diperoleh dengan cara membagi pengenceran tertinggi dari fenol yang membunuh
mikroba dalam 10 menit tetapi tidak membunuh mikroba dalam 5 menit terhadap pegenceran
tertinggi bahan antimikroba yang membunuh mikroba dalam 10 menit tetapi tidak membunuh
mikroba dalam 5 menit (Rahma, 2015).
7. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kinerja disinfektan? (minimal 5) Kaitkan dengan data
yang diperoleh dari praktikum!
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja atau efektivitas desinfektan yaitu pertama jumlah
dan lokasi mikroorganisme. Semakin besar jumlah mikroorgnaisme maka waktu yang diperlukan
desinfektan untuk membunuhnya semakin lama. Kemudian lokasi dari permukaan yang terdapat
mikroorganisme jika berlekuk akan sulit untuk dibersihan. Hal ini dikarenakan hanya permukaan
yang kontak langsung yang akan terdesinfeksi. Faktor kedua yaitu resistensii bawaan
mikroorganisme. Terdapat mikroorganisme yang sporanya tahan terhadap desinfektan karena
adanya mantel spora yang berperan sebagai barier. Bakteri tersebut memiliki dinding sel yang
mencegah masukknya desinfektan pada sel dan juga bakteri dengan gram negatif memiliki
memran ekstraseluler yang dapat berperan sebagai barier penyerapan desinfetan. Faktor ketiga
yaitu konsentrasi dan potensi desinfektan, semakin besar konsentrasi desinfektan maka akan
semakin besar efektivitasnya dalam membunuh mikroba serta semakin pendek juga waktu yang
dibutuhkan. Faktor keempat yaitu faktor kimia dan fisika yang dapat mempengaruhi kinerja
desinfektan yaitu seperti suhu, pH dan kelembapan. Beberapa desinfektan pada suhu yang
meningkta aktivitasnya akan meningkat. pH juga dapat mempengaruhi beberapa aktivitas
desinfektan menjadi meingkat dan pH mempengaruhi aktivitas mikrobial dengan mempengaruhi
molekul desinfektan ataupun permukaan sel. Faktor kelima yaitu bahan organik dan iorganik.
Bahan organik dapat menjadi barier bagi desinfektan sedangkan bahan inorganik dapat menjadi
kontaminan seperti kristal garam. Faktor selanjutnya yaitu ada waktu pajanan atau waktu kontak
desinfektan dengan mikroorgansme dan faktor biofilm atau lapisan tebal sel dan material
Nama Miranda Theresia Br. Sianturi
NIM 195100101111027
Kelas/Kelompok A/A18
ekstraseluler. Faktor lainnya yaitu umur mikroorgansime, jaringan atau unsur yang terkandung
dalam mikroorganisme, jenis racun dari desinfektan dan waktu yang dibutuhkan desinfektan untuk
bekerja. Berdasarkan data praktikum terdapat faktor konseentrasi yang berupa pengenceran dan
waktu. Pengenceran dan waktu sangat mempengaruhi efektivitas dari desinfektan. Pada waktu 10
menit, hampir seluruh data yang ada menunjukkan (-) yang artinya tidak ada E.coli yang tumbuh.
Hal ni menjelaskan desinfektan telah membunuh E.coli. Oleh karena itu faktor waktu sangat
mempengaruhi aktivitas desinfektan begitu juga dengen pengenceran atau konsentrasi. Namun
bergantung pada komposisi dan senyawa penyusun desinfektan itu sendiri. Pada pengenceran 20,
30 dan 40 sebagian besar menunjukkan hasil negatif kecuali pada sampel Hand Sanitizer A3.
Kemudian terdapat data yang (+) pada interval waktu 5 menit yang menunjukkan pada waktu 5
menit desinfektan belum efektif dalam membunuh mikroorganisme (Rahma, 2015).
Nama Miranda Theresia Br. Sianturi
NIM 195100101111027
Kelas/Kelompok A/A18
3. Sebutkan jenis-jenis senyawa disinfektan yang tersedia secara komersial! Bagaimana mekanisme
kerjanya? Minimal 5!
Senyawa-senyawa desinfektan yang tersedia secara komersial yaitu chlorhexidine dan
alkohol. Mekanisme dari kedua jenis desinfektan tersebut hampir sama yaitu dengan mengganggu
struktur membran bakteri. Struktur membran dari bakteri yang terganggu tersebut akan mengalami
lisis sehingga dapat membunuh bakteri tersebut. Senyawa chlorhexidine bekerja dengan merusak
dinding sel dan membran luar sel sehingga menyebabkan terjadinya kebocoran intraseluler
sehingga terjadi koagulasi sitosol. Senyawa yang kedua yaitu alkohol. Alkohol bekerja dengan
merusak membran sel dari bakteri sehingga komponen intraseluler bakteri akan keluar. Selain itu
alkohol juga dapat menyebabkan protein bakteri yang terdapat dalam sel terdenaturasi. Hal ini
mengakibatkan kinerja dari enzim bakteri menjadi terhambat dan mengakibatkan proses
metabolisme dari bakteri tersebut terganggu (Kusuma., dkk, 2019). Jenis senyawa dengan sifat
Nama Miranda Theresia Br. Sianturi
NIM 195100101111027
Kelas/Kelompok A/A18
fumigant (bersifat gas) yaitu formaldehyde. Formaldehid dan glutaraldehid termasuk turunan
aldehid. Glutaraldehid merupakan desinfektan yang efektif terhadap bakteri gram positif dan
negatif. Formaldehid dan glutaraldehid berkerja dengan mendenaturasi protein sel bibit penyakit,
memiliki spektrum luas dan bersifat stabil. Namun kedua senyawa tersebut mudah menimbulkan
resistensi, berpotensi sebagai karsinogen dan dapat mengiritasi selaput lendir. Selain itu terdapat
oxidizing agent yang umum digunakan sebagai desinfektan seperti hidrogen peroksida, iodine dan
Chloramine-T. Senyawa ini bekerja dengan mengganggu struktur dan proses sintesis protein serta
asam nukleat. Senyawa desinfektan lainnya yaitu fenol. Fenol memiliki aktivitas antimikroba yang
mekanisme kerjanya merusak lapisan lemak (lipid) pada membran plasma bibit penyakit atau
bakteri (Aditya, 2011).
4. Adakah metode selain uji koefisien fenol untuk menguji keefektivitasan disinfektan? Jika ada,
jelaskan prinsip kerjanya!
Keefektivitasan desinfektan juga dapat dilakukan dengan uji kapasitas (Capacity test), uji
pembawa (Carrier test), Uji praktek (Practical Test) dan Uji Suspensi (Suspension Test). Prinsip
kerja dari uji kapasitas yaitu dengan meningkatkan jumlah mikroorganisme secara bertahap dan
diukur kemampuan bunuh desinfektan terhadap mikroorganisme tertentu. Jumlah bakteri yang
terbunuh menunjukkan kapasitas desinfektan. Prinsip kerja uji pembawa yaitu bahan pembawa
dikontaminasi inokulum mikroba kemudian dikeringkan dan dimasukkan ke dalam larutan
desinfektan kemudian diinokulasi. Keefektivitasan desinfektan diuji dengan hasil pertumbuhan
mikroba pada media inokulasi. Prinsip kerja uji praktek yaitu dengan mengukur hubungan waktu
dengan konsentrasi desinfektan terhadap mikroorganisme yang terdapat pada peralatan rumah
tangga. Prinsip kerja uji suspensi secara kualitatif yaitu dengan mengambil satu sengkelit suspensi
mikroorganisme kemudian dimasukkan kedalam larutan desinfektan, diinokulasi dan ditanam pada
media pertumbuhan. Secara kuantitatif dengan emmbandingkan jumlah mikroorganisme yang
hidup sebelum dan sesudah kontak dengan desinfektan (Rahma, 2015).
Nama Miranda Theresia Br. Sianturi
NIM 195100101111027
Kelas/Kelompok A/A18
Kesimpulan (prinsip uji fenol, DHP singkat, hasil uji fenolik terbaik)
Prinsip uji koefision fenol yaitu menentukan aktivitas antimikroba pada komponen kimia,
dengan fenol sebagai standar uji pada masa kontak 5;7,5 dan 10 menit. Berdasarkan data hasil
praktikum diketahui pengenceran tertinggi fenol yang memenuhi syarat membunuh mikroba pada
menit ke 10 tetapi tidak membunuh mikroba pada menit ke 5 yaitu pengenceran 1 : 90. Pada
desinfektan yang di uji terdapat sampel yang tidak bisa dihitung nilai koefisien fenol nya yaitu
Hand Sanitizer A3 dan Sabun Cuci Piring A4. Hal ini dikarenakan hasil data yang didapat tidak
memenuhi syarat untuk bisa dihitung koefisien fenolnya. Pada sampel Klorin A1 diketahui nilai
pengenceran tertinggi yang memenuhi syarat yaitu pada pengenceran 1:40 dengan nilai koefisien
fenol yang didapat yaitu 0,444. Pada sampel Dettol Cair A2, pengenceran tertinggi yang
memenuhi syarat yaitu pada pengenceran 40 dengan nilai koefisien fenol yang diperoleh yaitu
0,33. Berdasarkan data praktikum diketahui hasil uji fenolik terbaik yaitu pada sampel Klorin A1.
Hal ini dikarenakan sampel tersebut memiliki nilai koefisien fenol tertinggi dibandingkan sampel
lainnya.
Nama Miranda Theresia Br. Sianturi
NIM 195100101111027
Kelas/Kelompok A/A18
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, T. 2011. Efektivitas Desinfektan Kombinasi Glutaraldehid Dan Poli Dimetil Amonium
Klorida Terhadap Total Bakteri Pada Kandang Ayam Petelur. Skripsi. Surabaya: Universitas
Airlangga
Arivo, D. & Annissatussholeha, N. 2017. Pengaruh Tekanan Osmotik pH, dan Suhu Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan. Vol. 4. No. 3.
Hal: 153 – 160
Elias, E. A., et al. 2014. Evaluation of Efficacy of Disinfectants Using Standard Methods in
Healthcare Facilities in Kogi State Northcentral Nigeria. Asian Journal of Biomedical and
Pharmaceutical Sciences. Vol. 3. No. 27. Page: 34 – 38
Elizabeth, R., dkk. 2013. Uji Efektivitas Pada Antiseptik Di Unit Perinatologi Rumah Sakit Umum
Abdul Moeloek Bandar Lampung. Medical Journal of Lampung University. Vol. 2. No. 5. Hal:
119 – 128
Kusuma, Y., dkk. 2019. Efek Sinergis Kombinasi Chlorhexidine Dan Alkohol Terhadap Daya Hambat
Pertumbuhan Staphylococcus Aureus. E-Jurnal Medika. Vol. 8. No. 3. ISSN: 2303 – 1395
Purwantiningsih, T. I., dkk. 2014. Aktivitas Senyawa Fenol Dalam Buah Mengkudu (Morinda
citrifolia) Sebagai Antibakteri Alami Untuk Penghambatan Bakteri Penyebab Mastitis. Jurnal
Buletin Peternakan. Vol. 38. No. 1. Hal: 59 – 64
Rahma, E. 2015. Penentuan Koefisien Fenol Pembersih Lantai yang Mengandung Pine Oil 2,5%
Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Ratwita, Dwiyanti Feriana., dkk. 2019. Training and Counseling on Disinfection During Repair of
Acrylic Resin Dentures At Dental Laboratories in Surabaya and Jember. Journal of Community
Service and Engagements. Vol. 1. No. 1. Hal: 1 – 7
Shufyani, F., dkk. 2018. Koefisien Fenol Produk Desinfektan Yang Beredar di Salah Satu
Supermarket Kota Lubuk Pakam. Jurnal Penelitian Farmasi Herbal. Vol. 1. No. 1. Hal: 11 – 16
Thohari, N. M., dkk. 2019. Pemanfaatan Tepung Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Sebagai Media
Alternatif Na (Nutrient Agar) Untuk Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli. Jurnal Analis
Kesehatan Sains. Vol. 8. No. 2. Hal: 725 – 737
Utami, S. P., dkk. 2016. Perbandingan Daya Antibakteri Disinfektan Instrumen Preparasi Saluran
Akar Natrium Hipoklorit 5,25%, Glutaraldehid 2%, Dan Disinfektan Berbahan Dasar
Glutaraldehid Terhadap Bacillus subtilis. Jurnal Kedokteran Gigi. Vol. 7. No.2. Hal: 151 – 156
Widyaningsih, W., dkk. 2016. Analisis Total Bakteri Coliform di Perairan Muara Kali Wiso Jepara.
Diponegoro Journal of Maquares. Vol. 5. No. 3. Hal: 157 – 164
Nama Miranda Theresia Br. Sianturi
NIM 195100101111027
Kelas/Kelompok A/A18
(Rahma, 2015).