Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENATALAKSANAAN PREEKLAMSIA DAN EKLAMSIA

OLEH KELOMPOK 1 :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga makalah ini
bisa tersusun hingga baik, Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi parapembacanya.

Kami sadar masi banyak kekurangan didalam penyusunan makalah ini, karena
keterbatasan pengetahuan serta pengalamankami untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 04 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN……….…………………………………………..…..1

A. Latar Belakang………………………………………………………..….1
B. Tujuan……...………………………………………………………..……1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………..…….2
A. Bronchitis
B. Influenza
C. Pneumonia

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………….…..10
B. Saran……………………………………………………………….……10
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza
yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009). Setiap
orang sudah mengenal dan sudah pernah menderita penyakit ini. Bila terserang penyakit ini
pekerjaan sehari-hari akan terhalang, karena gejala penyakit ini ialah rasa tidak enak badan,
demam, rasa pegal linu, lemas, lesu, bersin-bersin dan terasa nyeri di otot-otot dan sendi
(Prabu, 1996). Penyebab influenza adalah virus RNA yang termasuk dalam keluarga
Orthomyxoviridae yang dapat menyerang burung, mamalia termasuk manusia. Virus
ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat penderita batuk, bersin atau
melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur, ingus) penderita. Ada dua jenis virus
influenza yang utama menyerang manusia yaitu virus A dan virus B (Spikler, 2009). Virus ini
beredar di seluruh dunia dan dapat mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis
kelamin. Influenza diketahui menyebabkan epidemi tahunan dan umumnya mencapai
puncaknya pada musim dingin di daerah beriklim sedang. Sampai saat ini sudah ditemukan
beberapa vaksin yang bisa menangani virus influenza (CDC, 2011).

Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang terbanyak
kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian
terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anakanak dan balita hampir di seluruh
dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu
pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan kematian pada anak .
Bronkhitis adalah inflamasi jalan pernafasan dengan penyempitan atau hambatan

jalan nafas di tandai peningkatan produksi sputum mukoid, menyebabkan ketidak cocokan

ventilasi- perfusi dan menyebabkan sianosis (FKUI, 2007).Bronkhitis adalah infeksi pada

bronkus yang berasal dari hidung dan tenggorokan di mana bronkus merupakan suatu pipa

sempit yang berawal pada trakhea, yang menghubungkan saluran pernafasan atas, hidung,

tenggorokan, dan sinus ke paru. Gejala bronkhitis di awali dengan batuk pilek, akan tetapi

infeksi ini telah menyebar ke bronkus, sehingga menjadikan batuk akan bertambah parah

dan berubah sifatnya (Hidayat, 2011).

B. Rumusan masalah
1.
C. Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Bronkhitis

Bronkhitis adalah inflamasi jalan pernafasan dengan penyempitan atau hambatan


jalan nafas di tandai peningkatan produksi sputum mukoid, menyebabkan ketidak
cocokan ventilasi- perfusi dan menyebabkan sianosis (FKUI, 2007).Bronkhitis
adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung dan tenggorokan di mana
bronkus merupakan suatu pipa sempit yang berawal pada trakhea, yang
menghubungkan saluran pernafasan atas, hidung, tenggorokan, dan sinus ke paru.
Gejala bronkhitis di awali dengan batuk pilek, akan tetapi infeksi ini telah menyebar
ke bronkus, sehingga menjadikan batuk akan bertambah parah dan berubah sifatnya
(Hidayat, 2011).
1. Klasifikasi bronkhitis

Bronchitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut :

a. Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya
dalam waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis akut
akan sembuh total tanpa masalah yang lain.

b. Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara berulang-ulang


dalam jangka waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis kronis ini
juga berarti menderita batuk yang dengan disertai dahak dan diderita selama
berbulan-bulan hingga tahunan.

2. Etiologi Bronchitis

Etiologi Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti


rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus par influenza,
dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah suatu peradangan pada bronchus yang
disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun
parasit.Bronkitis akut merupakan proses radang akut pada mukosa bronkus berserta
cabang–cabangnya yang disertai dengan gejala batuk dengan atau tanpasputum yang
dapat berlangsung sampai 3 minggu. Tidak dijumpai kelainanradiologi pada
bronkitis akut. Gejala batuk pada bronkitis akut harus dipastikantidak berasal dari
penyakit saluran pernapasan lainnya (Gonzales R, Sande M,2008). Bronkitis akut
dapat disebabkan oleh:
a. Infeksi virus: influenza virus, parainfluenza virus, respiratory syncytialvirus
(RSV), adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan lain-lain.
b. Infeksi bakteri: Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis,Haemophilus
influenzae, Streptococcus pneumoniae, atau bakteri atipik (Mycoplasma
pneumoniae, Chlamydia pneumonia,
Legionella).

c. Jamur
d. Noninfeksi: polusi udara, rokok, dan lain-lain.Penyebab bronkitis akut yang
paling sering adalah infeksi virus yakni sebanyak 90% sedangkan infeksi bakteri
hanya sekitar < 10% (Jonssonet al, 2008).
Bronchitis kronik dan batuk berulang adalah sebagai berikut:

a. Asma

b. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronchitis).

c. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi


mycoplasma, chlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
d. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronchiectasis.

e. Sindrom aspirasi.

f. Penekanan pada saluran napas.

g. Benda asing

h. Kelainan jantung bawaan

i. Kelainan sillia primer

j. Defisiensi imunologis

k. Kekurangan anfa-1-antitripsin

l. Fibrosis kistik

m. Psikis

Tidak seperti bronchitis akut, bronchitis kronis terus berlanjut dan merupakan
penyakit yang serius.Merokok adalah penyebab yang paling besar, tetapi polusi
udara dan debu atau gas beracun pada lingkungan atau tempat kerja juga dapat
berkontribusi pada penyakit ini.
3. Faktor yang meningkatkan risiko terkena bronchitis antara lain:

a. Merokok
b. Daya tahan tubuh yang lemah, dapat karena baru sembuh dari sakit atau kondisi
lain yang membuat daya tahan tubuh menjadi lemah.
c. Kondisi dimana asam perut naik ke esophagus (gastroesophageal reflux disease).
d. Terkena iritan, seperti polusi, asap atau debu.

4. Tanda dan Gejala Penderita Bronkhitis

a. Sesak nafas / Dispnea

Sesak nafas atau dispnea adalah perasaan sulit bernafas dan merupakan gejala
yang sering di jumpai pada penderita bronkhitis. Tanda objektif yang dapat di
amati dari sesak nafas adalah nafas yang cepat, terengah- engah, bernafas dengan
bibir tertarik kedalam (pursed lip), hiperkapnia (berkurangnya oksigen dalam
darah), hiperkapnia atau meningkatnya kadar karbondioksida dalam darah
(Diarly, 2008).
b. Nafas berbunyi

Bunyi mengi (weezing) adalah suara pernafasan yang di sebabkan oleh


mengalirnya udara yang melalui saluran nafas sempit akibat kontriksi atau
ekskresi mucus yang berlebihan ( Ikhawati, 2011)
c. Batuk dan sputum

Batuk adalah gejala paling umum pada penderita bronkhitis, seringkali pada
penderita bronkhitis mengalami batuk- batuk hampir setiap hari serta
pengeluaran dahak sekurang- kurangnya 3 bulan berturut- turut dalam satu tahun
dan paling sedikit 2 tahun (Mansjoer, 2000).
d. Nyeri dada.

Nyeri dada sering sekali terjadi pada penderita bronkitis karena ada inflamasi
pada bronkus. Pada penderita bronkitis rasa nyeri di dada di rasakan dengan
tingkat keparahan penyakit (Alsagaff dan Mukty, 2009).
e. Nafas cuping hidung

Pada balita dan anak- anak penderita bronkhitis kadang terjadi adanya nafas
cuping hidung, tetapi tidak semua penderita bronkhitis mengalami hal
tersebut.Dengan adanya cuping hidung berarti terdapat gangguan pada sistem
pernafasan yang menyebabkan kepayahan dalam bernafas (Muttaqin, 2008).
5. Patofisiologi Bronkhitis

Bronkhitis akut dikaraterisiroleh adanya infeksi pada cabang


trakeobrokhial.Infeksi ini menyebabkan hiperemia dan edema pada memberan
mukosa, yang kemudian menyebabkan peningkatan sekresi dahak bronchial.Karena
adanya perubahan memberan mukosa ini, maka terjadi kerusakan pada epitelia
saluran nafas yang menyebabkan berkurangnya fungsi pembersihan
mukosilir.Selain itu, peningkatan sekresi dahak bronchial yang dapat menjadi kental
dan liat, makin memperparah gangguan pembersihan mukosilir.Perubahan ini
bersifat permanen, belum diketahui, namun infeksi pernafasan akut yang berulang
dapat berkaitan dengan peningkatan hiper-reaktivitas saluran nafas, atau terlibat
dalam fatogenesis asma atau PPOK. Pada umumnya perubahan ini bersifat
sementara dan akan kembali normal jika infeksi sembuh (Ikawati, 2009).
6. Manifestasi klinis Bronkhitis

a. Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)

b. Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan.

c. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)

d. Bengek

e. Lelah

f. Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan

g. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan

h. Pipi tampak kemerahan

i. Sakit kepala

j. Gangguan penglihatan

k. Sedikit demam.
7. Komplikasi Bronkhitis

Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
a. Bronchitis kronik

b. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalamiinfeksi


berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian ata. Hal
ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.
c. Pleuritis.

d. Efusi pleura atau empisema

e. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi


supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
f. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteri
pulmonalis), cabang arteri (arteri bronchialis) atau anastomisis pembuluh darah.
Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah
gawat darurat.
g. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
h. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabangcabang arteri
dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt,
terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi
hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor
pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
i. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang
berat da luas

j. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi


klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat
ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea.
8. Penatalaksanaan Bronkhitis

Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita
diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan
acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.Antibiotik
diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya
adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap
tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru.Kepada
penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau
ampisilin.Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah
Mycoplasma pneumoniae.Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin.Jika
penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.
9. Diagnosa keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi


sekret.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
sekresi, spasme bronchus.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

B. Influenza

Influenza adalah infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus influenza, dan
menyebar dengan mudah dari orang ke orang. Virus ini beredar di seluruh dunia dan dapat
mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin (WHO, 2009). Flu sendiri
merupakan suatu penyakit yang self-limiting, dimana bila tidak terjadi komplikasi dengan
penyakit lain, maka setelah 4-7 hari penyakit akan sembuh sendiri. Daya tahan tubuh
seseorang akan sangat berpengaruh terhadap berat ringannya penyakit tersebut. Daya tahan
tubuh dipengaruhi oleh pola hidup seseorang (BPOM, 2006).

a. Etiologi

Dikenal tiga jenis influenza musiman (seasonal) yakni A, B dan Tipe C. Di antara
banyak subtipe virus influenza A, saat ini subtipe influenza A (H1N1) dan A (H3N2) adalah
yang banyak beredar di antara manusia. Virus influenza bersirkulasi di setiap bagian dunia.
Kasus flu akibat virus tipe C terjadi lebih jarang dari A dan B. Itulah sebabnya hanya virus
influenza A dan B termasuk dalam vaksin influenza musiman. Influenza musiman menyebar
dengan mudah Saat seseorang yang terinfeksi batuk, tetesan yang terinfeksi masuk ke udara
dan orang lain bisa tertular. Mekanisme ini dikenal sebagai air borne transmission. Virus
juga dapat menyebar oleh tangan yang terinfeksi virus. Untuk mencegah penularan, orang
harus menutup mulut dan hidung mereka dengan tisu ketika batuk, dan mencuci tangan
mereka secara teratur (WHO, 2009).

Virus influenza A inang alamiahnya adalah unggas akuatik. Virus ini dapat ditularkan
pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar pada peternakan
unggas domestik atau menimbulkan suatu wabah influenza manusia. Virus A merupakan
patogen manusia yang paling virulen di antara ketiga tipe infleuenza dan menimbulkan
penyakit paling berat, yang paling terkenal di Indonesia adalah flu babi (H1N1) dan flu
burung (H5N1) (Spickler, 2009).

Virus influenza B hampir secara ekslusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang
dibandingkan virus influenza A. karena tidak mengalami keragaman antigenik, beberapa
tingkat kekebalan diperoleh pada usia muda, tapi sistem kekebalan ini tidak permanen karena
adanya kemungkinan mutasi virus. Virus influenza C menginfeksi manusia, anjing dan babi,
kadangkala menyebabkan penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C jarang
terjadi disbanding jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak
-anak (Spickler, 2009).

b. Gejala

Gejala influenza biasanya diawali dengan demam tiba-tiba, batuk (biasanya kering),
sakit kepala, nyeri otot, lemas, kelelahan dan hidung berair. Pada anak dengan influenza B
dapat menjadi lebih parah dengan terjadinya diare serta nyeri abdomen. Kebanyakan orang
dapat sembuh dari gejala-gejala ini dalam waktu kurang lebih satu minggu tanpa
membutuhkan perawatan medis yang serius. Waktu inkubasi yaitu dari saat mulai terpapar
virus sampai munculnya gejala kurang lebih dua hari (Abelson, 2009). Pada masa inkubasi
virus tubuh belum merasakan gejala apapun. Setelah masa inkubasi gejala-gejala mulai
dirasakan dan berlangsung terus-menerus kurang lebih selama satu minggu. Hal ini akan
memicu kerja dari sistem imun tubuh yang kemudian setelah kurang lebih satu minggu tubuh
akan mengalami pemulihan hingga akhirnya benar-benar sembuh dari influenza (Spickler,
2009).

Untuk orang-orang dengan faktor resiko tinggi seperti usia di atas 65 tahun, atau
orang-orang dengan penyakit tertentu seperti penyakit kronis pada hati, paru-paru, ginjal,
jantung, gangguan metabolik seperti diabetes melitus, atau orang yang sistem imunnya
rendah berpotensi mengalami keparahan. Kadang sulit untuk membedakan flu dan salesma
pada tahap awal infeksi ini, namun flu dapat diidentifikasi dengan adanya demam mendadak
dan rasa lelah atau lemas (Spickler, 2009). Prognosis pada umumnya baik, penyakit yang
tanpa komplikasi berlangsung 1-7 hari. Kematian terbanyak oleh karena infeksi bakteri
sekunder. Bila panas menetap lebih dari 4 hari dan leukosit > 10.000/ul, biasanya didapatkan
infeksi bakteri sekunder (WHO, 2009).

C. Patofisiologi

Patofisiologi influenza dimulai dari inhalasi droplet virus influenza, diikuti greplikasi virus
dan kemudian infeksi virus menyebabkan inflamasi pada saluran pernafasan.
Virus influenza masuk melalui inhalasi dari droplet yang infeksius, aerosol partikel mikro,
maupun inokulasi langsung lewat sentuhan tangan dari penderita. Virus kemudian mengikat
reseptor asam sialat yang terdapat pada sel epitel jalan napas, khususnya di trakea dan
bronkus. Kemudian, replikasi virus mencapai puncaknya dalam 48 jam pasca infeksi dan
jumlah virus berhubungan langsung dengan derajat keparahan penyakit.
G kasus yang berat, terdapat perluasan infeksi virus mencapai bagian paru-paru distal yang
sesuai dengan karakteristik pneumonitis interstisial.  Kerusakan pada alveoli yang disertai
pembentukan membran hialin menyebabkan perdarahan dan eksudat keluar dari kapiler
alveolar menuju lumen yang kemudian mengakibatkan gangguan pertukaran gas dan
disfungsi napas berat.
Respon imun tubuh terhadap virus influenza mencakup peningkatan sitokin proinflamasi
seperti IL-6 dan IFN-α oleh sel yang terinfeksi.  Peningkatan sitokin memuncak pada 48 hari
kedua pascainfeksi dan sesuai dengan berat gejala yang dialami pasien.
Antibodi serum (IgM, IgG, dan IgA) terhadap hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA)
baru muncul setelah satu minggu pascainfeksi dan belum berperan dalam proteksi terhadap
penyakit akut, namun dapat memberikan imunitas dan proteksi terhadap reinfeksi oleh tipe
virus yang sama hingga beberapa tahun.

D. Diagnosa
Diagnosis influenza sering bergantung pada gambaran klinis saja, namun tes laboratorium
seperti uji diagnostik cepat influenza dapat membantu untuk mengkonfirmasi diagnosis
influenza dan untuk memantau pengembangan epidemi.
Anamnesis

Gejala sistemik yang muncul mendadak setelah 1-2 hari periode inkubasi, yang ditandai oleh
demam, menggigil, nyeri otot, sakit kepala, lemas, dan penurunan nafsu makan. Keluhan
pernapasan seperti batuk kering, nyeri tenggorok, dan pilek dapat terjadi bersamaan dengan
gejala sistemik, namun yang lebih menjadi keluhan utama biasanya adalah gejala sistemik
dibandingkan gejala pernapasan.
Nyeri otot terutama dikeluhkan pada tungkai dan lengan atau otot punggung. Nyeri sendi
tanpa disertai tanda-tanda radang sendi. Nyeri pada mata khususnya saat melihat ke samping
dan disertai rasa terbakar atau peningkatan produksi air mata.

E. Pengobatan

Orang yang menderita flu disarankan banyak beristirahat, meminum banyak cairan, dan
bila perlu mengkonsumsi obat-obatan untuk meredakan gejala yang mengganggu. Tindakan
yang dianjurkan untuk meringankan gejala flu tanpa pengobatan meliputi antara lain :

a. Beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik berlebihan.

b. Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang tinggi akan
menambah daya tahan tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang banyak mengandung
vitamin.
c. Banyak minum air, teh, sari buah akan mengurangi rasa kering di tenggorokan,
mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam.
d. Sering-sering berkumur dengan air garam untuk mengurangi rasa nyeri di tenggorokan.
Beberapa obat yang dapat digunakan adalah penurun panas pada saat terjadi demam,
penghilang sakit untuk meredakan nyeri serta obat batuk jika terjadi batuk. Karena influenza
disebabkan oleh virus, maka antibiotik tidak memiliki pengaruh terhadap infeksi kecuali
diberikan untuk infeksi sekunder seperti pneumonia bakterialis. Pengobatan antiviral dapat
efektif, namun sebagian galur influenza dapat menunjukan resistensi terhadap obat-obatan
antivirus standar (Abelson, 2009).

Obat flu pada umumnya adalah obat tanpa resep dokter yang dapat diperoleh di
apotek-apotek dan toko obat berizin. Obat flu umumnya merupakan kombinasi dari beberapa
zat aktif, seperti kombinasi-kombinasi dari :

a. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan.

b. Analgesik/antipretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan dan antihistamin.


c. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan, antihistamin dan
antitusif atau ekspektoran.
Berikut adalah zat aktif yang umumnya terdapat sebagai komponen obat flu :
a. Analgesik dan antipiretik

Secara umum obat golongan ini mempunyai cara kerja obat yang dapat meringankan rasa
sakit dan menurunkan demam. Zat aktif yang memiliki khasiat analgesik sekaligus
antipiretik yang lazim digunakan dalam obat flu adalah : parasetamol.

b. Antihistamin

Antihistamin adalah suatu kelompok obat yang dapat berkompetisi melawan histamin,
yaitu salah satu me diator dalam tubuh yang dilepas pada saat terjadi reaksi alergi. Zat
aktif yang termasuk golongan ini antara lain klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin
maleat.

c. Dekongestan hidung

Dekongestan hidung adalah obat yang mempunyai efek mengurangi hidung tersumbat.
Obat-obat yang dapat digolongkan sebagai dekongestan hidung antara lain :
fenilpropanolamin, fenilefrin, pseudoefedrin dan efedrin.

d. Ekspektoran dan Mukolitik

Ekspektoran dan mukolitik digunakan untuk batuk berdahak, dimaksudkan untuk


mempermudah pengeluaran dahak. Zat aktif yang termasuk ke dalam kelompok ini antara
lain gliseril guaiakolat, ammonium klorida, bromheksin.

e. Antitusif

Antitusif yaitu obat yang bekerja pada susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan
menaikkan ambang rangsang batuk. Zat aktif yang termasuk antitusif antara lain
dekstrometorfan HBr dan difenhidramin HCl (dalam dosis tertentu).

D. Pneumonia
1. Pengertian pneumonia

Pneumonia adalah kondisi di mana seseorang mengalami infeksi yang terjadi pada kantung-
kantung udara dalam paru-paru orang tersebut. Infeksi yang ditimbulkan pneumonia bisa terjadi
pada salah satu sisi paru-paru maupun keduanya. Kantung udara yang terinfeksi tersebut akan
terisi oleh cairan maupun pus (dahak purulen). Infeksi virus, bakteri, ataupun jamur adalah
penyebab utama pneumonia. Pneumonia lebih dikenal sebagai paru-paru basah di Indonesia.
Menurut Mahmud, 2006 menyebutkan bahwa pneumonia adalah terjadinya
peradangan pada salah satu atau kedua organ paru yang di sebabkan oleh infeksi.
Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan pada paru terisi oleh cairan dan tak jarang
menjadi mati dan timbul abses (Prabu, 1996:37). Penyakit ini umunya terjadi pada anak anak
dengan ciri ciri adanya demam, batuk di sertai napas cepat (takipnea) atau napas sesak.
Defenisi kasus tersebut hingga kini digunakan dalam program pemberantasan dan
penanggulangan ISPA oleh Departemen Kesehatan RI setelah sebelumnya di perkenalkan
oleh WHO pada tahun 1989.

ETIOLOGI
Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi melalui
mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdidi dari :

• Susunan anatomis dari rongga hidung

• Jaringan limfoid di naso faring


• Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret yang di
keluarkan oleh sel epitel tersebut

• Refleks batuk

• Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi

• Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional

• Fagositas, aksi enzimatik dan respon immunohumoral terutama dari IgA Pembagian
pneumonia menurut etiologis atau agen penyebab infeksinya adalah :

1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada orang dewasa) :

• Staphylococcus aureus

• Legionella

• Hemophillus influenzae

2. Virus

• Virus influenzae

• Chicken pox (cacar air)

3. Mycoplasma pneumoniae (organisme yang mirip bakteri)

4. Jamu

• Aspergilus

• Histoplasma

• koksidioidomikosis
Pada umumnya pneumonia terjadi akibat adanya infeksi bakteri pneumokokus (streptokokus
pneumoniae ). Beberapa penelitian menemukan bahwa kuman ini menyebabkan pneumonia hampir
pada semua kelompok umur dan paling banyak terjadi di negara negara berkembang.

GEJALA/MANIFESTASI KLINIS
Gejala pada pneumonia adalah antara lain :

• Kesulitan dan sakit pada saat bernapas : nyeri pleuritik, nafas dangkal dan
mendengkur,tachipnoe.

• Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi : mengecil, kemudian menjadi hilang,
ronchi

• Gerakan dada tidak simetris


• Menggigil dan demam 38,8’C sampai 41,1’C

• Diaforesis, Anoreksia, Malaise


• Batuk kental, produktif : sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat

• Gelisah, Cyanosis

• Masalah masalah psikososial : disorientasi dan anxietas


Kejadian pneumonia pada balita diperlihatkan dengan adanya ciri ciri demam, batuk, pilek,
disertai sesak napas dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, serta cyanosis pada
infeksi yang berat. Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam terjadi karena gerakan paru
yang mengurang akibat infeksi pneumonia yang berat..
2. Gejala pneumonia
Biasanya, gejala yang muncul akibat pneumonia akan berbeda pada tiap pengidap. Gejala
yang dialami pun bisa termasuk dalam kategori ringan hingga parah. Gejala pneumonia bisa
muncul secara tiba-tiba maupun berkembang secara perlahan selama 24 sampai 48 jam sejak
terinfeksi.

Inilah beberapa gejala pneumonia yang perlu diwaspadai:

1. Batuk berdahak.

2. Demam, berkeringat, dan terkadang disertai kondisi menggigil.

3. Napas yang menjadi lebih pendek.

4. Rasa nyeri pada bagian dada yang terasa semakin memburuk saat kamu menarik napas
atau batuk.

5. Kehilangan nafsu makan, tidak memiliki energi,


. Kehilangan nafsu makan, tidak memiliki energi, hingga kelelahan terus-menerus.

6. Mual dan muntah.

7. Rasa kebingungan.

8. Sakit kepala.

Beberapa gejala akan dialami berbeda sesuai dengan usia dan tingkat keparahan pengidap
pneumonia. Biasanya, pada anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun, gejala disertai dengan
napas yang menjadi lebih cepat hingga berbunyi atau mengi.
Anak-anak umumnya tidak menunjukkan gejala apa pun. Namun, terkadang mual, muntah, gangguan
makan dan minum dialami oleh anak-anak pengidap pneumonia. Orang tua atau lansia juga mengalami
gejala yang lebih spesifik. Lansia pengidap pneumonia biasanya akan mengalami kondisi kebingungan
hingga suhu tubuh dibawah normal.

3. Diagnosis pneunium

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada daerah dada untuk
mendeteksi kelainan di dinding dada dan paru-paru pasien. Pemeriksaan dada juga
termasuk pemeriksaan suara napas menggunakan stetoskop.
Untuk memastikan diagnosis dan menentukan tingkat keparahan kondisi pasien,
dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti:
 Pulse oximetry, untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah
 Rontgen dada, untuk memastikan kondisi paru-paru dan luas area paru yang
mengalami infeksi atau peradangan
 CT scan, untuk melihat kondisi paru-paru secara lebih detail
 Tes darah, untuk memastikan adanya infeksi dan menentukan penyebab infeksi
 Tes dahak atau sputum, untuk mendeteksi kuman penyebab infeksi
 Kultur cairan pleura, untuk mengidentifikasi kuman penyebab infeksi
 Bronkoskopi, untuk melihat kondisi saluran napas dengan bantuan alat bronkoskop
 Tes urine, untuk mengidentifikasi bakteri Streptococcus pneumonia dan Legionella
pneumophila yang bisa ada di urine
4. Pengobatan

Pengobatan pneumonia bertujuan untuk mengatasi infeksi, meredakan gejala, dan


mencegah komplikasi. Pengobatan akan diberikan sesuai penyebab dan tingkat
keparahan kondisi.
 Obat antipiretik dan analgetik, seperti ibuprofen atau paracetamol, untuk meredakan
demam dan nyeri
 Obat untuk meredakan batuk
 Obat antibiotik, untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi bakteri
 Obat antivirus, untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi virus
 Obat antijamur, untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi jamur
Penderita pneumonia juga disarankan untuk banyak beristirahat, mengonsumsi
makanan bergizi seimbang, serta banyak minum air putih agar tidak kekurangan
cairan.
Jika mengalami gejala yang berat, penderita pneumonia perlu dirawat di rumah
sakit. Selama rawat inap di rumah sakit, penderita akan diberikan penanganan
berupa:
 Pemberian antibiotik atau obat lain melalui suntikan
 Pemberian oksigen tambahan melalui selang atau masker oksigen, untuk
mempertahankan kadar oksigen dalam darah
 Pemberian cairan infus, untuk menjaga keseimbangan cairan dan kecukupan nutrisi
 Rehabilitasi paru, untuk memaksimalkan penyerapan oksigen dengan melakukan
latihan pernapasan
Penderita pneumonia dengan gejala yang sangat parah perlu ditempatkan dalam
ruang perawatan intensif dan dipasangkan ventilator, yaitu mesin untuk membantu
pernapasan. Proses penyembuhan pneumonia tergantung pada jenis pneumonia,
tingkat keparahan, serta kondisi kesehatan penderita secara umum.
5. Pencegahan

Pencegahan penularan pneumonia dapat dilakukan dengan langkah-langkah


sederhana berikut ini:
 Menjalani vaksinasi
Vaksin merupakan salah satu langkah pencegahan pneumonia. Perlu diingat, vaksin
pneumonia bagi orang dewasa berbeda dengan vaksinasi pneumonia untuk anak-
anak.
 Menjaga daya tahan tubuh
Hal ini dapat dilakukan dengan menjalani pola hidup sehat, seperti cukup
beristirahat, mengonsumsi makanan bergizi, dan rutin berolahraga.
 Menjaga kebersihan
Contoh paling sederhana dari menjaga kebersihan adalah rajin mencuci tangan.
Biasakan untuk mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan hand sanitizer,
dan jangan menyentuh wajah dengan tangan yang belum dicuci.
 Tidak merokok
Kebiasaan merokok dan paparan asap rokok dapat membuat paru-paru rusak dan
lebih rentan terkena infeksi.
 Tidak mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
Kebiasaan mengonsumsi alkohol atau kecanduan alkohol juga bisa menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh, sehingga tubuh lebih rentan mengalami penyakit
infeksi, termasuk pneumonia.
 Menerapkan etika batuk dan bersin
Tutup mulut dengan tisu atau lengan ketika batuk atau bersin. Dengan menerapkan
cara ini, penyebaran infeksi dan penularan pneumonia dari satu orang ke orang
lainnya dapat dicegah.  

Anda mungkin juga menyukai