OLEH KELOMPOK 1 :
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga makalah ini
bisa tersusun hingga baik, Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi parapembacanya.
Kami sadar masi banyak kekurangan didalam penyusunan makalah ini, karena
keterbatasan pengetahuan serta pengalamankami untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN……….…………………………………………..…..1
A. Latar Belakang………………………………………………………..….1
B. Tujuan……...………………………………………………………..……1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………..…….2
A. Bronchitis
B. Influenza
C. Pneumonia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza
yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009). Setiap
orang sudah mengenal dan sudah pernah menderita penyakit ini. Bila terserang penyakit ini
pekerjaan sehari-hari akan terhalang, karena gejala penyakit ini ialah rasa tidak enak badan,
demam, rasa pegal linu, lemas, lesu, bersin-bersin dan terasa nyeri di otot-otot dan sendi
(Prabu, 1996). Penyebab influenza adalah virus RNA yang termasuk dalam keluarga
Orthomyxoviridae yang dapat menyerang burung, mamalia termasuk manusia. Virus
ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat penderita batuk, bersin atau
melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur, ingus) penderita. Ada dua jenis virus
influenza yang utama menyerang manusia yaitu virus A dan virus B (Spikler, 2009). Virus ini
beredar di seluruh dunia dan dapat mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis
kelamin. Influenza diketahui menyebabkan epidemi tahunan dan umumnya mencapai
puncaknya pada musim dingin di daerah beriklim sedang. Sampai saat ini sudah ditemukan
beberapa vaksin yang bisa menangani virus influenza (CDC, 2011).
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang terbanyak
kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian
terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anakanak dan balita hampir di seluruh
dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu
pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan kematian pada anak .
Bronkhitis adalah inflamasi jalan pernafasan dengan penyempitan atau hambatan
jalan nafas di tandai peningkatan produksi sputum mukoid, menyebabkan ketidak cocokan
ventilasi- perfusi dan menyebabkan sianosis (FKUI, 2007).Bronkhitis adalah infeksi pada
bronkus yang berasal dari hidung dan tenggorokan di mana bronkus merupakan suatu pipa
sempit yang berawal pada trakhea, yang menghubungkan saluran pernafasan atas, hidung,
tenggorokan, dan sinus ke paru. Gejala bronkhitis di awali dengan batuk pilek, akan tetapi
infeksi ini telah menyebar ke bronkus, sehingga menjadikan batuk akan bertambah parah
B. Rumusan masalah
1.
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bronkhitis
a. Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya
dalam waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis akut
akan sembuh total tanpa masalah yang lain.
2. Etiologi Bronchitis
c. Jamur
d. Noninfeksi: polusi udara, rokok, dan lain-lain.Penyebab bronkitis akut yang
paling sering adalah infeksi virus yakni sebanyak 90% sedangkan infeksi bakteri
hanya sekitar < 10% (Jonssonet al, 2008).
Bronchitis kronik dan batuk berulang adalah sebagai berikut:
a. Asma
e. Sindrom aspirasi.
g. Benda asing
j. Defisiensi imunologis
k. Kekurangan anfa-1-antitripsin
l. Fibrosis kistik
m. Psikis
Tidak seperti bronchitis akut, bronchitis kronis terus berlanjut dan merupakan
penyakit yang serius.Merokok adalah penyebab yang paling besar, tetapi polusi
udara dan debu atau gas beracun pada lingkungan atau tempat kerja juga dapat
berkontribusi pada penyakit ini.
3. Faktor yang meningkatkan risiko terkena bronchitis antara lain:
a. Merokok
b. Daya tahan tubuh yang lemah, dapat karena baru sembuh dari sakit atau kondisi
lain yang membuat daya tahan tubuh menjadi lemah.
c. Kondisi dimana asam perut naik ke esophagus (gastroesophageal reflux disease).
d. Terkena iritan, seperti polusi, asap atau debu.
Sesak nafas atau dispnea adalah perasaan sulit bernafas dan merupakan gejala
yang sering di jumpai pada penderita bronkhitis. Tanda objektif yang dapat di
amati dari sesak nafas adalah nafas yang cepat, terengah- engah, bernafas dengan
bibir tertarik kedalam (pursed lip), hiperkapnia (berkurangnya oksigen dalam
darah), hiperkapnia atau meningkatnya kadar karbondioksida dalam darah
(Diarly, 2008).
b. Nafas berbunyi
Batuk adalah gejala paling umum pada penderita bronkhitis, seringkali pada
penderita bronkhitis mengalami batuk- batuk hampir setiap hari serta
pengeluaran dahak sekurang- kurangnya 3 bulan berturut- turut dalam satu tahun
dan paling sedikit 2 tahun (Mansjoer, 2000).
d. Nyeri dada.
Nyeri dada sering sekali terjadi pada penderita bronkitis karena ada inflamasi
pada bronkus. Pada penderita bronkitis rasa nyeri di dada di rasakan dengan
tingkat keparahan penyakit (Alsagaff dan Mukty, 2009).
e. Nafas cuping hidung
Pada balita dan anak- anak penderita bronkhitis kadang terjadi adanya nafas
cuping hidung, tetapi tidak semua penderita bronkhitis mengalami hal
tersebut.Dengan adanya cuping hidung berarti terdapat gangguan pada sistem
pernafasan yang menyebabkan kepayahan dalam bernafas (Muttaqin, 2008).
5. Patofisiologi Bronkhitis
d. Bengek
e. Lelah
i. Sakit kepala
j. Gangguan penglihatan
k. Sedikit demam.
7. Komplikasi Bronkhitis
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
a. Bronchitis kronik
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita
diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan
acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.Antibiotik
diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya
adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap
tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru.Kepada
penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau
ampisilin.Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah
Mycoplasma pneumoniae.Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin.Jika
penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.
9. Diagnosa keperawatan
B. Influenza
Influenza adalah infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus influenza, dan
menyebar dengan mudah dari orang ke orang. Virus ini beredar di seluruh dunia dan dapat
mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin (WHO, 2009). Flu sendiri
merupakan suatu penyakit yang self-limiting, dimana bila tidak terjadi komplikasi dengan
penyakit lain, maka setelah 4-7 hari penyakit akan sembuh sendiri. Daya tahan tubuh
seseorang akan sangat berpengaruh terhadap berat ringannya penyakit tersebut. Daya tahan
tubuh dipengaruhi oleh pola hidup seseorang (BPOM, 2006).
a. Etiologi
Dikenal tiga jenis influenza musiman (seasonal) yakni A, B dan Tipe C. Di antara
banyak subtipe virus influenza A, saat ini subtipe influenza A (H1N1) dan A (H3N2) adalah
yang banyak beredar di antara manusia. Virus influenza bersirkulasi di setiap bagian dunia.
Kasus flu akibat virus tipe C terjadi lebih jarang dari A dan B. Itulah sebabnya hanya virus
influenza A dan B termasuk dalam vaksin influenza musiman. Influenza musiman menyebar
dengan mudah Saat seseorang yang terinfeksi batuk, tetesan yang terinfeksi masuk ke udara
dan orang lain bisa tertular. Mekanisme ini dikenal sebagai air borne transmission. Virus
juga dapat menyebar oleh tangan yang terinfeksi virus. Untuk mencegah penularan, orang
harus menutup mulut dan hidung mereka dengan tisu ketika batuk, dan mencuci tangan
mereka secara teratur (WHO, 2009).
Virus influenza A inang alamiahnya adalah unggas akuatik. Virus ini dapat ditularkan
pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang berdampak besar pada peternakan
unggas domestik atau menimbulkan suatu wabah influenza manusia. Virus A merupakan
patogen manusia yang paling virulen di antara ketiga tipe infleuenza dan menimbulkan
penyakit paling berat, yang paling terkenal di Indonesia adalah flu babi (H1N1) dan flu
burung (H5N1) (Spickler, 2009).
Virus influenza B hampir secara ekslusif hanya menyerang manusia dan lebih jarang
dibandingkan virus influenza A. karena tidak mengalami keragaman antigenik, beberapa
tingkat kekebalan diperoleh pada usia muda, tapi sistem kekebalan ini tidak permanen karena
adanya kemungkinan mutasi virus. Virus influenza C menginfeksi manusia, anjing dan babi,
kadangkala menyebabkan penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C jarang
terjadi disbanding jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak
-anak (Spickler, 2009).
b. Gejala
Gejala influenza biasanya diawali dengan demam tiba-tiba, batuk (biasanya kering),
sakit kepala, nyeri otot, lemas, kelelahan dan hidung berair. Pada anak dengan influenza B
dapat menjadi lebih parah dengan terjadinya diare serta nyeri abdomen. Kebanyakan orang
dapat sembuh dari gejala-gejala ini dalam waktu kurang lebih satu minggu tanpa
membutuhkan perawatan medis yang serius. Waktu inkubasi yaitu dari saat mulai terpapar
virus sampai munculnya gejala kurang lebih dua hari (Abelson, 2009). Pada masa inkubasi
virus tubuh belum merasakan gejala apapun. Setelah masa inkubasi gejala-gejala mulai
dirasakan dan berlangsung terus-menerus kurang lebih selama satu minggu. Hal ini akan
memicu kerja dari sistem imun tubuh yang kemudian setelah kurang lebih satu minggu tubuh
akan mengalami pemulihan hingga akhirnya benar-benar sembuh dari influenza (Spickler,
2009).
Untuk orang-orang dengan faktor resiko tinggi seperti usia di atas 65 tahun, atau
orang-orang dengan penyakit tertentu seperti penyakit kronis pada hati, paru-paru, ginjal,
jantung, gangguan metabolik seperti diabetes melitus, atau orang yang sistem imunnya
rendah berpotensi mengalami keparahan. Kadang sulit untuk membedakan flu dan salesma
pada tahap awal infeksi ini, namun flu dapat diidentifikasi dengan adanya demam mendadak
dan rasa lelah atau lemas (Spickler, 2009). Prognosis pada umumnya baik, penyakit yang
tanpa komplikasi berlangsung 1-7 hari. Kematian terbanyak oleh karena infeksi bakteri
sekunder. Bila panas menetap lebih dari 4 hari dan leukosit > 10.000/ul, biasanya didapatkan
infeksi bakteri sekunder (WHO, 2009).
C. Patofisiologi
Patofisiologi influenza dimulai dari inhalasi droplet virus influenza, diikuti greplikasi virus
dan kemudian infeksi virus menyebabkan inflamasi pada saluran pernafasan.
Virus influenza masuk melalui inhalasi dari droplet yang infeksius, aerosol partikel mikro,
maupun inokulasi langsung lewat sentuhan tangan dari penderita. Virus kemudian mengikat
reseptor asam sialat yang terdapat pada sel epitel jalan napas, khususnya di trakea dan
bronkus. Kemudian, replikasi virus mencapai puncaknya dalam 48 jam pasca infeksi dan
jumlah virus berhubungan langsung dengan derajat keparahan penyakit.
G kasus yang berat, terdapat perluasan infeksi virus mencapai bagian paru-paru distal yang
sesuai dengan karakteristik pneumonitis interstisial. Kerusakan pada alveoli yang disertai
pembentukan membran hialin menyebabkan perdarahan dan eksudat keluar dari kapiler
alveolar menuju lumen yang kemudian mengakibatkan gangguan pertukaran gas dan
disfungsi napas berat.
Respon imun tubuh terhadap virus influenza mencakup peningkatan sitokin proinflamasi
seperti IL-6 dan IFN-α oleh sel yang terinfeksi. Peningkatan sitokin memuncak pada 48 hari
kedua pascainfeksi dan sesuai dengan berat gejala yang dialami pasien.
Antibodi serum (IgM, IgG, dan IgA) terhadap hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA)
baru muncul setelah satu minggu pascainfeksi dan belum berperan dalam proteksi terhadap
penyakit akut, namun dapat memberikan imunitas dan proteksi terhadap reinfeksi oleh tipe
virus yang sama hingga beberapa tahun.
D. Diagnosa
Diagnosis influenza sering bergantung pada gambaran klinis saja, namun tes laboratorium
seperti uji diagnostik cepat influenza dapat membantu untuk mengkonfirmasi diagnosis
influenza dan untuk memantau pengembangan epidemi.
Anamnesis
Gejala sistemik yang muncul mendadak setelah 1-2 hari periode inkubasi, yang ditandai oleh
demam, menggigil, nyeri otot, sakit kepala, lemas, dan penurunan nafsu makan. Keluhan
pernapasan seperti batuk kering, nyeri tenggorok, dan pilek dapat terjadi bersamaan dengan
gejala sistemik, namun yang lebih menjadi keluhan utama biasanya adalah gejala sistemik
dibandingkan gejala pernapasan.
Nyeri otot terutama dikeluhkan pada tungkai dan lengan atau otot punggung. Nyeri sendi
tanpa disertai tanda-tanda radang sendi. Nyeri pada mata khususnya saat melihat ke samping
dan disertai rasa terbakar atau peningkatan produksi air mata.
E. Pengobatan
Orang yang menderita flu disarankan banyak beristirahat, meminum banyak cairan, dan
bila perlu mengkonsumsi obat-obatan untuk meredakan gejala yang mengganggu. Tindakan
yang dianjurkan untuk meringankan gejala flu tanpa pengobatan meliputi antara lain :
b. Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang tinggi akan
menambah daya tahan tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang banyak mengandung
vitamin.
c. Banyak minum air, teh, sari buah akan mengurangi rasa kering di tenggorokan,
mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam.
d. Sering-sering berkumur dengan air garam untuk mengurangi rasa nyeri di tenggorokan.
Beberapa obat yang dapat digunakan adalah penurun panas pada saat terjadi demam,
penghilang sakit untuk meredakan nyeri serta obat batuk jika terjadi batuk. Karena influenza
disebabkan oleh virus, maka antibiotik tidak memiliki pengaruh terhadap infeksi kecuali
diberikan untuk infeksi sekunder seperti pneumonia bakterialis. Pengobatan antiviral dapat
efektif, namun sebagian galur influenza dapat menunjukan resistensi terhadap obat-obatan
antivirus standar (Abelson, 2009).
Obat flu pada umumnya adalah obat tanpa resep dokter yang dapat diperoleh di
apotek-apotek dan toko obat berizin. Obat flu umumnya merupakan kombinasi dari beberapa
zat aktif, seperti kombinasi-kombinasi dari :
Secara umum obat golongan ini mempunyai cara kerja obat yang dapat meringankan rasa
sakit dan menurunkan demam. Zat aktif yang memiliki khasiat analgesik sekaligus
antipiretik yang lazim digunakan dalam obat flu adalah : parasetamol.
b. Antihistamin
Antihistamin adalah suatu kelompok obat yang dapat berkompetisi melawan histamin,
yaitu salah satu me diator dalam tubuh yang dilepas pada saat terjadi reaksi alergi. Zat
aktif yang termasuk golongan ini antara lain klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin
maleat.
c. Dekongestan hidung
Dekongestan hidung adalah obat yang mempunyai efek mengurangi hidung tersumbat.
Obat-obat yang dapat digolongkan sebagai dekongestan hidung antara lain :
fenilpropanolamin, fenilefrin, pseudoefedrin dan efedrin.
e. Antitusif
Antitusif yaitu obat yang bekerja pada susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan
menaikkan ambang rangsang batuk. Zat aktif yang termasuk antitusif antara lain
dekstrometorfan HBr dan difenhidramin HCl (dalam dosis tertentu).
D. Pneumonia
1. Pengertian pneumonia
Pneumonia adalah kondisi di mana seseorang mengalami infeksi yang terjadi pada kantung-
kantung udara dalam paru-paru orang tersebut. Infeksi yang ditimbulkan pneumonia bisa terjadi
pada salah satu sisi paru-paru maupun keduanya. Kantung udara yang terinfeksi tersebut akan
terisi oleh cairan maupun pus (dahak purulen). Infeksi virus, bakteri, ataupun jamur adalah
penyebab utama pneumonia. Pneumonia lebih dikenal sebagai paru-paru basah di Indonesia.
Menurut Mahmud, 2006 menyebutkan bahwa pneumonia adalah terjadinya
peradangan pada salah satu atau kedua organ paru yang di sebabkan oleh infeksi.
Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan pada paru terisi oleh cairan dan tak jarang
menjadi mati dan timbul abses (Prabu, 1996:37). Penyakit ini umunya terjadi pada anak anak
dengan ciri ciri adanya demam, batuk di sertai napas cepat (takipnea) atau napas sesak.
Defenisi kasus tersebut hingga kini digunakan dalam program pemberantasan dan
penanggulangan ISPA oleh Departemen Kesehatan RI setelah sebelumnya di perkenalkan
oleh WHO pada tahun 1989.
ETIOLOGI
Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi melalui
mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdidi dari :
• Refleks batuk
• Fagositas, aksi enzimatik dan respon immunohumoral terutama dari IgA Pembagian
pneumonia menurut etiologis atau agen penyebab infeksinya adalah :
• Staphylococcus aureus
• Legionella
• Hemophillus influenzae
2. Virus
• Virus influenzae
4. Jamu
• Aspergilus
• Histoplasma
• koksidioidomikosis
Pada umumnya pneumonia terjadi akibat adanya infeksi bakteri pneumokokus (streptokokus
pneumoniae ). Beberapa penelitian menemukan bahwa kuman ini menyebabkan pneumonia hampir
pada semua kelompok umur dan paling banyak terjadi di negara negara berkembang.
GEJALA/MANIFESTASI KLINIS
Gejala pada pneumonia adalah antara lain :
• Kesulitan dan sakit pada saat bernapas : nyeri pleuritik, nafas dangkal dan
mendengkur,tachipnoe.
• Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi : mengecil, kemudian menjadi hilang,
ronchi
• Gelisah, Cyanosis
1. Batuk berdahak.
4. Rasa nyeri pada bagian dada yang terasa semakin memburuk saat kamu menarik napas
atau batuk.
7. Rasa kebingungan.
8. Sakit kepala.
Beberapa gejala akan dialami berbeda sesuai dengan usia dan tingkat keparahan pengidap
pneumonia. Biasanya, pada anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun, gejala disertai dengan
napas yang menjadi lebih cepat hingga berbunyi atau mengi.
Anak-anak umumnya tidak menunjukkan gejala apa pun. Namun, terkadang mual, muntah, gangguan
makan dan minum dialami oleh anak-anak pengidap pneumonia. Orang tua atau lansia juga mengalami
gejala yang lebih spesifik. Lansia pengidap pneumonia biasanya akan mengalami kondisi kebingungan
hingga suhu tubuh dibawah normal.
3. Diagnosis pneunium
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada daerah dada untuk
mendeteksi kelainan di dinding dada dan paru-paru pasien. Pemeriksaan dada juga
termasuk pemeriksaan suara napas menggunakan stetoskop.
Untuk memastikan diagnosis dan menentukan tingkat keparahan kondisi pasien,
dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti:
Pulse oximetry, untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah
Rontgen dada, untuk memastikan kondisi paru-paru dan luas area paru yang
mengalami infeksi atau peradangan
CT scan, untuk melihat kondisi paru-paru secara lebih detail
Tes darah, untuk memastikan adanya infeksi dan menentukan penyebab infeksi
Tes dahak atau sputum, untuk mendeteksi kuman penyebab infeksi
Kultur cairan pleura, untuk mengidentifikasi kuman penyebab infeksi
Bronkoskopi, untuk melihat kondisi saluran napas dengan bantuan alat bronkoskop
Tes urine, untuk mengidentifikasi bakteri Streptococcus pneumonia dan Legionella
pneumophila yang bisa ada di urine
4. Pengobatan