Anda di halaman 1dari 14

Makalah Metodologi Penelitian Kualitatif

“Instrumen Penelitian Wawancara”


Dosen pengampu: Dra. Hj. Khairawati, M.Pd

Kelompok 11

Arul (
Bandi (11901079)
Hendri (11901018)

Pendidikan Agama Islam 5B


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Pontianak
2021/2022
Kata Pengantar

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan atas ke hadirat Allah


Subhanahu wata a’la, sebab sudah melimpahkan segala rahmat-Nya, yang berupa
kesempatan dan ilmu pengetahuan sehingga makalah ini dapat selesai oleh penulis
tepat pada waktunya.

Kami ucapkan banyak-banyak terimakasih kepada teman-teman yang telah


bekerjasama untuk memberikan ide-ide yang sangat bagus sehingga makalah ini
dapat disusun dengan baik dan benar.

Kami sangat berharap semoga makalah yang sudah kami susun ini dapat
menambah pengetahuan baru bagi para pembaca. Namun terlepas dari itu semua,
kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna.

Sehingga kami selaku penyusun makalah ini sangat mengharapkan kritik


dan saran yang membangun dari para pembaca demi terbentuknya makalah yang
lebih baik lagi.

HALAMAN JUDUL ……………………………


KATA PENGANTAR …………………………

DAFTAR ISI …………………………………

BAB I PENDAHULUAN ………………………

A. Latar Belakang …………………………………………..

B. Rumusan Masalah ………………………………………

C. Tujuan Penulisan ………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN ………………………….

A. Pengertian dari wawancara dan instrument penelitian……

B. Tujuan wawancara……………………………..

C. Bentuk-bentuk dari wawancara……………………

D. Fungsi dari wawancara……………………….

E. Jenis-jenis dari wawancara……………………..

Sikap yang harus dimiliki oleh seorang pewawancara…….

BAB III PENUTUP …………………………………

A. Kesimpulan ……………………………………………

B. Saran ……………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk


mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden.
Apabila wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpulan data, atau sebagai
metode diberi kedudukan yang utama dalam serangkaian metode-metode
pengumpulan data lainnya, ia akan memiliki ciri sebagai metode primer.
Sebaliknya jika ia digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-informasi yang
tidak dapat diperoleh dengan cara lain, ia akan menjadi metode perlengkap. Pada
saat-saat tertentu metode wawancara digunakan orang untuk menguji kebenaran
dan kemantapan suatu datum yang telah diperoleh dengan cara lain, seperti
observasi, test, kuesioner dan sebagainya. Digunakan untuk keperluan semacam
itu metode wawancara akan menjadi batu pengukur atau kriterium.
Dalam tiga golongan fungsi itu tidak implicit bahwa golongan yang satu
mempunyai harga yang lebih tinggi dari yang lain. Sebagai metode primer
wawancara mengemban tugas yang sangat penting. Sebagai pelengkap metode
wawancara menjadi sumber informasi yang sangat berharga, dan sebagai
kriterium ia menjadi alat yang memberikan pertimbangan yang memutuskan.
Ditinjau dari segi itu adanya tiga fungsi pokok itu justru memperlihatkan bahwa
interview merupakan suatu metode yang serba guna.

Dalam proses interview terdapat 2 (dua) pihak dengan kedudukan yang


berbeda. Pihak pertama berfungsi sebagai penanya, disebut pula
sebagai interviewer, sedang pihak kedua berfungsi sebagai pemberi informasi
(Information supplyer), interviewer atau informan. Interviewer mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan atau penjelasan, sambil menilai
jawaban-jawabannya. Sekaligus ia mengadakan paraphrase (menyatakan kembali
isi jawaban interviewee dengan kata-kata lain), mengingat-ingat dan mencatat
jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali keterangan-keterangan lebih
lanjut dan berusaha melakukan “probing” (rangsangan, dorongan).
Pihak interviewee diharap mau memberikan keterangan serta penjelasan, dan
menjawab semua pertanyaan yang diajukan kepadanya. Kadang kala ia malahan
membalas dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pula. Hubungan
antara interviewer dengan interviewee itu disebut sebagai “a face to face non-
reciprocal relation” (relasi muka berhadapan muka yang tidak timbal balik). Maka
interview ini dapat dipandang sebagai metoda pengumpulan data dengan tanya
jawab sepihak, yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan tujuan research.

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari wawancara dan instrument penelitian?

b. Apa tujuan wawancara?

c. apa bentuk-bentuk dari wawancara?

d. apa fungsi dari wawancara?

e. apa jenis-jenis dari wawancara?

f. apa sikap yang harus dimiliki oleh seorang pewawancara?

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui pengertian dari instrument penelitian wawancara,


pengertian dari wawancara, interumen penelitian, tujuan wawancara, bentuk-
bentuk wawancara, fungsi wawancara, jenis-jenis wawancara dan sikap yang
harus dimiliki oleh seorang pewawancara.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian wawancara dan instrument penelitian wawancara


a. Pengertian wawancara

Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara


untuk meminta keterangan atau pendapat mengenai suatu hal.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu


dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut.

Menurut Kartono interview atau wawancara adalah suatu percakapan yang


diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan,
dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Menurut Banister
wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu.

Menurut Denzin & Lincoln interview merupakan suatu percakapan, seni


tanya jawab dan mendengarkan. Ini bukan merupakan suatu alat yang netral,
pewawancara menciptakan situasi tanya jawab yang nyata. Dalam situasi ini
jawaban-jawaban diberikan. Maka wawancara menghasilkan pemahaman yang
terbentuk oleh situasi berdasarkan peristiwa-peristiwa interaksional yang khusus.
Metoda tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individu pewawancara, termasuk
ras, kelas, kesukuan, dan gender.

Menurut Kerlinger wawancara (interview) adalah situasi peran antar-


pribadi berhadapan muka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-
jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang
diwawancarai, atau informan.

Wawancara/interview dipandang sebagai metode penggumpulan data


dengan jalan tanya-jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Dalam proses wawancara/ interview
terdapat dua pihak yang masing-masing memiliki kedudukan yang berbeda. Pihak
pertama sebagai pencari informasi, sedangkan pihak yang lain sebagai pemberi
informasi atau informan.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

b. Pengertian instrument penelitian wawancara

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan untuk mendapatkan


data penelitian. Tanpa instrumen, kamu tidak akan bisa mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian. Bila datanya tidak ada, maka penelitian pun tidak
akan bisa dilakukan. Tidak boleh asal, ada cara tersendiri ketika menentukan
instrumen penelitian. Seperti diketahui, penelitian bersifat ilmiah. Sehingga
instrumen harus terukur dan teruji secara ilmiah. Bila tidak, maka penelitian
tersebut dapat dipertanyakan dan dipatahkan begitu saja. Pada dasarnya instrumen
penelitian kualitatif dan kuantitatif berbeda lo. Tapi sebelum membahas
perbedaan keduanya, ada baiknya simak pengertian instrumen menurut para ahli
di bawah ini Pengertian-pengertian ini akan memberimu gambaran mengenai apa
itu instrumen.

1. Suharsimi Arikunto

Instrumen menurut Suharsimi adalah alat bantu yang digunakan oleh


peneliti ketika mengumpulkan data. Tujuannya agar penelitian sistematis dan
mudah.

2. Ibnu Hajar

Sementara itu, Ibnu Hajar menjelaskan instrumen penelitian merupakan


alat ukur yang dipakai untuk mendapatkan informasi kuantitatif yang berisi
variabel berkarakter dan objektif. Menurut Ibnu, data atau informasi yang
dimaksud meliputi:
a. Data kuantitatif yakni jenis data yang berkaitan dengan jumlah atau
kuantitas yang berbentuk angka. Sehingga data hitung dan disimbolkan
dalam bentuk ukuran-ukuran tertentu,
b. Data kualitatif adalah jenis data yang berhubungan dengan nilai kualitas
misalnya sangat baik, baik, sedang, baik, cukup, kurang, dan sebagainya,
c. Data nominal, data ordinal, data interval atau rasio,
d. Data primer atau data sekunder.

Wawancara adalah salah satu instrumen penelitian yang kerap dipakai untuk
penelitian kualitatif. Dalam wawancara, peneliti mengumpulkan informasi dari
responden melalui interaksi verbal. Sebelumnya peneliti menyiapkan daftar
pertanyaan terstruktur yang berkaitan dengan penelitian. Kemudian peneliti
bertemu dengan narasumber dan mengajukan pertanyaan. Peralatan dan
perlengkapan yang dapat digunakan selama periode wawancara termasuk tape
recorder, kertas, pulpen, laptop, dan lain-lain. Wawancara dapat dilakukan secara
pribadi atau melalui telepon atau sistem surat elektronik (email).

Keuntungan utama dari metode wawancara adalah menghasilkan tingkat


respon yang tinggi. Selain itu, wawancara lebih mewakili seluruh populasi
penelitian. Selain itu, kontak pribadi antara peneliti dan responden memungkinkan
peneliti untuk menjelaskan pertanyaan membingungkan dan ambigu secara detail.

Sama seperti kuesioner, wawancara pun tidak sempurna. Instrumen ini


memiliki kelemahan. Contohnya, jumlah narasumber yang dijangkau tidak banyak
karena keterbatasan waktu dan tenaga peneliti.

- Contoh Instrumen Penelitian

Contoh ini berupa metode wawancara. Jadi sebelum mengambil data,


peneliti harus menyiapkan daftar pertanyaan seperti di bawah ini.

Lampiran 1 Draft Wawancara (Instrumen Penelitian)

Peneliti memiliki peran sebagai instrumen pengumpulan data. Dalam


pengumpulan data tersebut juga digunakan perangkat Bantu. Perangkat Bantu
yang digunakan adalah panduan wawancara (interview guide). Dalam hal ini,
peneliti melakukan wawancara dengan bapak H. Abu Bakar selaku manajer
Koperasi Pondok Pesantren Manba’ul ‘Ulum dan Nina Zuliani selaku pembukuan.
Adapun draft wawancara yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Draft wawancara untuk bapak H. Abu Bakar

a. Terkait dengan produk pembiayaan yang ada di Koperasi Pondok Pesantren


Manba’ul ‘Ulum, pembiayaan bagi hasil manakah yang mampu mendominasi
seluruh pembiayaan yang ada?

b. Bagaimanakah proses melakukan pembiayaan mudharabah di Koperasi Pondok


Pesantren Manba’ul ‘Ulum?

c. Apa maksud dan tujuan penerapan konsep mudharabah?

d. Apa yang menjadi target market dari penyaluran mudarabah?

e. Jenis pembiayaan apa (usaha) saja yang dibiayai pembiayaan mudharabah?

f. Kebijakan apa yang diambil untuk menghindari risiko pembiayaan


mudharabah?

g. Bagaimanakah sistem pembagian hasil pembiayaan mudharabah? Apakah


untuk masing-masing jenis usaha berbeda? Serta apakah jangka waktu
pembiayaan juga akan mempengaruhi bagi hasil atas usaha?

h. Dalam perhitungan pembagian margin, apakah dalam bentuk prosentase atau


nominal?

i. Bagaimana sistem dan prosedur pembayaran dan pelunasan pembiayaan


mudharabah?

j. Selama menerapkan konsep mudharabah, kendala apa saja yang cukup


menghambat proses pelaksanaan.

B. Tujuan wawancara
1) Untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dankondisi
tertentu
2)  Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3)  Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orangtertentu.
4)  Untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,
motivasi serta memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

C.  Bentuk-bentuk wawancara

- Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.

- Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.

- Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon.

- Wawancara pribadi.

- Wawancara dengan banyak orang.

- Wawancara dadakan / mendesak.

- Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang,


pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya.

D.    Fungsi-fungsi

1.  Wawancara dapat mengumpulkan atau menyampaikan informasi,


mempengaruhi sikap orang-orang dan kadang-kadang mempengaruhi perilaku
mereka

2.  Wawancara juga merupakan alat penelitian yang berharga, dimana


memungkinkan pewawancara untuk mengumpulkan informasi lengkap yang dapat
diperoleh lewat kuesioner atau percakapan telepondan juga memanfaatkan isyarat
verbal dan nonverbal
3.  Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau
menjelaskan pertanyaan-pertanyaan secara lebih mudah, sehingga meningkatkan
kemungkinan mendapatkan jawaban dari responden.

E.  Jenis-jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis


yaitu:

1. Wawancara bebas

Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja


kepada responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan
dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang  arah
pertanyaan tidak terkendali.

2. Wawancara terpimpin

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar


pertanyaan yang lengkap dan terinci.

3.  Wawancara bebas terpimpin

Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan


wawancara bebas dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya
pewawancara sudah membawa pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara
garis besar.

Menurut Floyd G. Arpan dalam Toward Better Communications, berdasarkan bentuknya,


wawancara dapat dikelompokkan ke dalam tujuh jenis, yaitu:
1. Wawancara sosok pribadi (personal interview)
2. Wawancara berita (news interview)
3. Wawancara jalanan (man in the street interview)
4. Wawancara sambil lalu (casual interview)
5. Wawancara telepon (telephone interview)
6. Wawancara tertulis (written interview)
7. Wawancara kelompok (discussion interview)
Wawancara berdasarkan cara pelaksanaannya dibagi dua yaitu :
a. Wawancara berstruktur
wawancara secara terencana yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
b. Wawancara tak berstruktur
 wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan.
                                    

F.   Sikap – sikap yang harus dimiliki oleh ewawancara

Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana


agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah
sebagai berikut:

- Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap


informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam
seluruh keterangan dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak.
- Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik
minat si responden.
- Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden
dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua
responden bagaimanapun keberadaannya.
- Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari
ketegangan, jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau
suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan
meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus
mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.
BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

    Wawancara (interview) merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan


tatap muka (face to face) antara pewawancara (interviewer) dengan yang
diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara
bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang diwawancarai
yang relevan dengan masalah yang diteliti. Karena wawancara itu dirancang oleh
pewawancara, maka hasilnya pun dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
pewawancara.  Wawancara juga merupakan alat penelitian yang berharga, dimana
memungkinkan pewawancara untuk mengumpulkan informasi lengkap yang dapat
diperoleh lewat kuesioner atau percakapan telepondan juga memanfaatkan isyarat
verbal dan nonverbal. Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk
menafsirkan atau menjelaskan pertanyaan-pertanyaan secara lebih mudah,
sehingga meningkatkan kemungkinan mendapatkan jawaban dari responden.

B.      Saran

Dari uraian yang telah penulis paparkan, disarankan pembaca dapat


mempelajarinya dan menjadikannya sebagi pedoman, sebagaimana diketahui
bahwa materi ini merupakan salah satu bahan untuk bagaimana sikap seorang
yang beilmu. Untuk pengembangan lebih lanjut penulis juga menyarankan
pembaca agar mencari referensi yang lainnya. Selain itu penulis juga sarankan
agar ketika akan menyusun makalah tentang tafsir ayat-ayat Allah agar sering
bertanya kepada orang yang lebih ahli dalam ilmu tafsir ini.
Mungkin inilah yang dapat dituliskan pada penulisan makalah ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna. Masih banyak kesalahan dari penulisan makalah
ini, karna  manusia adalah tempat salah dan dosa, dan penulis  juga butuh saran
agar bisa menjadi motivasi untuk membuat makalah yang lebih baik lagi.
Daftar Pustaka

Arismunandar, Satrio. 2013. Teknik Wawancara Jurnalistik. Jakarta: Universitas


Indonesia.
Ishwara, Luwi. 2005. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.
Romli, Asep Syamsul M. 2003. Jurnalistik Praktik Untuk Pemula. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.

Anda mungkin juga menyukai