PENDAHULUAN
BAB II
HASIL PENGAMATAN
Kekurangan
2.3 Karakteristik
Prinsip Pembelajaran
Sintak Pembelajaran
d. Memonitor siswa dan kemajuan proyek (monitor the student and the
progress of the project)
B. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan model discovery learning menurut
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) terdiri dari
beberapa langkah yaitu Stimulation Problem statement, Data
collection, Verification, Generalization.
Langkah ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tahap Pelaksanaan
Stimulation Pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
(stimulasi/ menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk
pemberian tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk
rangsangan) menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai
kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah
pada persiapan pemecahan masalah.
Problem Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru
statement memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
(pernyataan/ sebanyak mungkin agenda masalah yang relevan dengan bahan
identifikasi ajar, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
masalah) bentuk hipotesis.
1. Mengamati (Observing)
3. Menalar (Associating)
Menalar/mengasosiasi merupakan proses berpikir yang logis
dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Kegiatan belajar yang
dilakukan dalam proses mengasosiasi/mengolah informasi adalah
sebagai berikut:
6. Menyajikan (Presenting)
7. Menyimpulkan (Conclusion)
a. Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan
mengolah,
b. Bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau
bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarka hasil
kegiatan mengolah informasi.
8. Mengomunikasikan (Communicating)
a. Kelebihan
b. Kekurangan
a) Orientasi
b) Merumuskan masalah
c) Menyusun hipotesis
d) Mengumpulkan data
e) Menguji hipotesis
f) Merumuskan kesimpulan
1. Orientasi
2. Merumuskan masalah
ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
Proses
mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh
sebab itu
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan,
tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang
dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu
sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki
serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang
mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional
dan logis.
4. Mengumpulkan data
5. Menguji hipotesis
6. Merumuskan kesimpulan
Tipe Jigsaw
Menurut Arsa, I Putu Suka (2015:67) model pembelajran
kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran
koopertif, siswa belajar kelompok kecil yang terdiri dari 4-5
orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerja sama
positif dengan setiap anggota bertanggung jawab untuk
memplajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan
menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang
lain .
2. tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda
60
pendekatan melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dan
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.
1) Siswa akan termotivasi belajar karena hasil belajar dinilai secara teliti
dan tepat.
61
3)Diperlukan kinerja kritis evaluatif dari guru selama siswa bekerja dalam
kelompok.
.3 Metode Pembelajaran
A. Definisi
C. Kekurangan
1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk
belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak
atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep- konsep, yang
tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
62
2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karna
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan
teori untuk pemecahan masalah lainnya.
63
D. Kelibihan metode pembelajaran talking stick
1. menguji kesiapan siswa
2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat
3. Mendorong siswa untuk lebih giat belajar
4. Meningkatkan hasil belajar siswa
5. Mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat
F. Langkah-langkah
Menurut gunarto (2013:93) langkah langkah metode talking stick sebagai
berikut:
10. Guru membuat media tongkat untuk keperluan bermaian dalam peroses
belajar
11. Guru menyajikan materi secara klasikal
12. Guru membagikan LKS (lembar kerja siswa) yang harus dipelajari dan
dihafalkan siswa sesuai waktu yang diberikan
13. Guru dan siswa memulai peemaianan talking stick dengan memberikan
tongkat kepada salah satu siswa
14. Siswa diintruksikan untuk memberikan tongkat kepada siswa kepada
siswa lain yang terdekat searah jarum jam
15. Sambil memberikan tongkat siswa dan guru menyanyi bersama
16. Setelah bernyanyi atau guru memberikan tanda tertentu, maka siswa yang
memegang tongkat diberikan pertanyaan
64
17. Jika siswa tidak dapat menjawab guru memberikan hikuman positif, ini
berupa: pemecahan soal soal matematika, berpantun dalam konteks
matematika, ataupun hal lain yang sifatnya menghibur
18. Kegiatan memutar tongkat terus dilaksanakan hingga seluruh siswa
mendapat kesempatan untuk diberikan pertanyaan oleh guru
19. Guru dan siswa menarik kesimpulan bersama, diikuti dengan menutup
pembelejaran dengan berdoa bersama
10. Mengandung isu – isu yang mengandung konflik bias dari berita, rekaman
video, dll
11. Bersifat familiar dengan siswa
12. Berhubungan dengan kepentingan orang banyak
65
13. Mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa sesuai
kurikulum yang berlaku
14. Sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa perlu untuk
mempelajari
Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar mengajar
untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. Menurut Djahiri
(1983:133) metode problem solving memberikan beberapa manfaat antara lain :
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak
dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut.
66
C. Langkah – Langkah Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)
67
e. Tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.
68
20. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa, di
samping menjadi pengalaman yang menyenangkan juga memberi
pengetahuan yang melekat dalam memori otak.
22. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan.
23. Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan dibahas
dalam proses belajar.
16. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru
maupun siswa dan ini tidak semua guru memilikinya.
17. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk
memerankan suatu adegan tertentu.
19. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
2.3.5 Simulasi
69
memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Gladi resik
merupakan salah satu contoh simulasi(Majid, 2014:162).
B. Jenis – jenis
Sosiodrama
Psikodrama
Role Playing
Peer Teaching
70
Simulasi Game
71
3. Penutup
a. Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi
maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus
mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan
tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
b. Merumuskan kesimpulan.
2.3.6 Ekspositori
Metode Ekspositori
72
tidak banyak aktif dalam interaksi antara guru dan murid. Kemudian ekpositori
berkembang menjadi suatu cara pembelajaran di mana dominasi guru berkurang,
siswa menjadi aktif sehingga pusat pembelajaran ada pada siswa. Metode
ekpositori adalah metode terpaduu terdiri dari metode informasi, metode
demonstrasi, metode tanya jawab, metode latihan dan pada akhir pembelajaran
diberikan tugas.
2.3.7 Drill
73
Pengertian lain dapat disebutkan bahwa metode drill adalah cara
mengajar dengan memberikan latihan secara berulang-ulang mengenai apa
yang telah diajarkan guru sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan tertentu (Suwarna, 2005: 111).
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Drill secara
denotative merupakan tindakan untuk meningkatkan keterampilan dan
kemahiran. Sebagai sebuah metode, drill adalah cara membelajarkan siswa
untuk mengembangkan keterampilan serta dapat mengembangkan sikap dan
kebiasaan. Latihan atau berlatih merupakan proses belajar dan membiasakan
diri agar mampu mengembangkan sesuatu (Majid, 2014: 214).
Agar pelaksanaan drill atau latihan dapat berjalan lancar, menurut
Suwarna (2005:111) maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :
27. Perlu adanya penjelasan tentang apa yang menjadi tujuan, sehingga
setelah selesai latihan siswa dapat mengerjakan sesuatu yang diharapkan
guru.
28. Perlu adanya penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan.
29. Lama latihan perlu disesuaikan dengan kemampuan siswa.
30. Perlu adanya kegiatan selingan agar siswa tidak merasa bosan.
31. Jika ada kesalahan segera diadakan perbaikan.
Dalam penggunaan metode drill menurut (Roestiyah; 2008: 126) agar
bisa berhasil guna dan berdaya guna perlu ditanamkan pengertian bagi
instruktur maupun siswa, yaitu:
a. Tentang sifat-sifat suatu latihan, bahwa setiap latihan harus selalu
berbeda dengan latihan yang sebelumnya. Hal itu disebabkan karena
situasi dan pengaruh latihan yang lalu berbeda juga. Kemudian perlu
diperhatikan juga adanya perubahan kondisi atau situasi yang menuntut
daya tanggap atau respon yang berbeda pula. Bila situasi latihan berubah,
sehingga tantangan yang dihadapi berlainan dengan situasi sebelumnya,
maka memerlukan tanggapan atau sambutan yang berbeda pula.
b. Guru perlu memperhatikan dan memahami nilai dari latihan itu sendiri
serta kaitannya dengan keseluruhan pelajaran di sekolah. Dalam
74
persiapan sebelum memasuki latihan guru harus memberikan pengertian
dan perumusan tujuan yang jelas bagi siswa, sehingga mereka mengerti
dan memahami apa tujuan latihan dan bagaimana kaitannya dengan
pelajaran-pelajaran lain yang diterimanya.
75
memperhatikan tindakan dalam perbuatan siswa disaat
berlangsungnya pengajaran.
Kelemahan :
1. Dapat menghambat inisiatif siswa, di mana inisiatif dan minat siswa
yang berbeda dengan petunujuk guru dianggap suatu penyimpangan
dan pelanggaran dalam pengajaran yang diberikannya.
2. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. Dalam
kondisi belajar ini pertimbangan inisiatif siswa selalu disorot dan
tidak diberikan keleluasaan. Siswa menyelesaikan tugas secara statis
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru.
3. Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah siswa
melakukan sesuatu secara mekanis, dan dalam memebrikan stimulus
siswa dibiasakan bertindak secara otomatis.
4. Dapat menimbulkan Verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat
menghafal di mana siswa dilatih untuk dapat menguasai bahan
pelajaran secara hafalan dan secara otomatis mengingatnya bila ada
pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan hafalan tersebut
tanpa suau proses berpikir secara logis.
76
5. Menyuruh siswa mengerjakan di depan kelas, kemudian membahasnya
secara bersama-sama sehingga apabila ada siswa yang masih mengalami
kesulitan dapat langsung menanyakan;
6. Memberikan tugas rumah sebagai latihan, soalnya diambil dari buku
pelajaran yang digunakan;
7. Pertemuan berikutnya tugas tersebut diperiksa bersama-sama, sehingga
siswa yang tadinya mengalami kesulitan dapat mengerti;
Setelah materi selesai, guru menyampaikan kepada siswa bahwa akan
diadakan tes.
2.3.8 Brainstorming
Metode Brainstorming
77
3) Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan
dengan masalah yang diberikan guru.
4) Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
5) Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai
atau dari guru.
6) Terjadi persaingan yang sehat.
7) Siswa merasa bebas dan gembira.
8) Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.
78
4. Pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal siswa yang
tinggal dalam satu wilayah yang dikelompokan dalam satu
kelompok sehingga memudahkan koordinasi kerja.
5. Pengelompokan secara random atau diundi, tidak melihat faktor-
faktor lain.
6. Pengelompokkan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan
kelompok wanita.
Untuk mencapai hasil yang baik, faktor yang harus diperhatikan dalam kerja
kelompok adalah:
79
Aspek-aspek kelompok yang pelu diperhatikan dalam kerja kelompok
ialah:
A. Tujuan
Tujuan harus jelas bagi setiap anggota kelompok agar diperoleh hasil
kerja yang baik.
B. Interaksi
Dibutuhkan komunikasi yang efektif seperti bertukar pikiran satu
sama lain, bertukar pedapat.
C.Kepemimpinan
Kelebihan :
Kekurangan :
80
2. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya
karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus
menyesuaikan diri dengan kelompok.
3. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau
secara adil bahwa orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan
tersebut.
2.4 Hasil Observasi
a. Kegiatan Awal
Membuka pelajaran
Guru memasuki kelas dan menyapa siswa dengan salam.
Kemudian peserta didik memberikan salam kepada guru dan membaca
do’a sebelum memulai proses pembelajaran dan kemudian mengabsen
kehadiran tiap siswanya.
Mempersiapkan perlengkapan belajar mengajar
Guru bersama peserta didik mempersiapkan buku-buku pelajaran
serta perlengkapan belajar lainnya.
Apersepsi (± 15 menit)
Guru menyampaikan asal- usul penemu bilangan irrasional , dan
pengingatan rumus phytagoras dengan bertanya kepada siswa. Guru
meminta salah satu siswa untuk membacakan power point yang
81
bertuliskan √ 2=1,41421 .Kemudian guru bertanya pada siswa lain contoh
selain √ 2bersama-sama dan siswa menjawab ya atau tidak bilangan
tersebut bilangan irrasional. Siswa menyimpulkan apa itu bilangan
irrasional. Selanjutnya guru memotivasi siswa dengan menjelaskan untuk
apa mereka mempelajari pertidaksamaan irrasional tersebut agar siswa
mampu menjawab soal SBMPTN dan lulus perguruan tinggi.
b. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi pelajaran dan memberikan 2 contoh soal yaitu :
Tentukanlah penyelesaian dari pertidaksamaan berikut :
1. 3x + 2 ≥ 3
x−4
2. ≥0
3 x −6
Siswa diberi waktu untuk mencari jawaban soal tersebut dengan diberi
motivasi bagi siswa yang dapat menyelesaikannya diberi nilai tambahan.
Guru menunjuk salah satu siswa untuk menuliskan jawabannya di papan
tulis dan membantunya. Selanjutnya guru membuka slide selanjutnya pada
power point yang berisikan soal “Bagaimanakah cara menentukan
penyelesaian – penyelesaian pertidaksamaan irrasional linear” :
a. √ 2 x−7 ≤3
b. √ x+ 6 ≤2
c. √ 2 x−3≥ √ x+ 1
2 x−2
d.
√ x−3
<2
2 x−1
e.
√ x +3
≥2
82
penjelasan dari guru. Selanjutnya siswa di berikan perintah untuk mencatat
apa yang ada di power point dan contoh penyelesaian dari guru yang
berada di papan tulis. Selanjutnya guru menginstruksikan siswa untuk
melanjutkan penyelesaian soal c hingga e sebagai latihan, guru
mengelompokkan langsung siswa untuk barisan ganjil menghadap
kebelakang yang berarti 1 kelompok terdiri dari 4 siswa untuk
mengerjakan latihan tersebut. Guru berkeliling menanyakan ke siswa jika
ada yang kurang paham bisa ditanyakan ke guru langsung. Siswa
mengerjakan latihan bersama – sama.
c. Kegiatan Akhir (penutup)
Pada kegiatan akhir guru bersama siswa menyimpulkan materi
pembelajaran. Diakhir pelajaran guru memberikan tugas pada LKS hal 33
uji kompetensi nomor 1- 5 sebagai tugas dirumah. Kemudian menutup
pertemuan di kelas dengan mengucapkan salam dan meninggalkan
ruangan kelas tersebut.
83
Adapun tata letak/denah ruang kelas pada saat jam pelajaran yang
berlangsung adalah terlihat seperti pada gambar berikut:
b) Pengelompokan Siswa
Pada kelas ini, pengelompokan hanya dilakukan per-meja. Dimana
satu meja ditempati oleh dua orang siswa atau siswi. Siswa perempuan
lebih banyak daripada siswa laki-laki. Siswa laki-laki lebih banyak
mengisi bangku bagian belakang, sedangkan siswa perempuan mengisi
bangku di bagian depan.
c) Suasana Proses Belajar
Suasana pada awal pembelajaran sangat tenang, dan siswa dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga guru menjelaskan materi
pembelajaran dengan mudah dalam pengelolaan kelas tersebut. Setelah
setengah pelajaran berlangsung kondisi kelas mulai mencair, guru semakin
santai dalam mengajar sehingga suasana kelas menjadi sedikit ribut.
BAB III
84
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
85
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan hasil pengamatan yang
dilakukan terhadap guru yang mengajar di kelas X IPA I tentang materi
pertidaksamaan irasional SMA Ferdy Fery tersebut menerapkan teori belajar
kognitifisme, menggunakan pendekatan saintifik dan untuk metode pembelajaran
guru tersebut menggunakan metode ekspositori
86