Anda di halaman 1dari 13

Keterkaitan Undang-Undang No.

24 Tahun 2004
dengan hukum ekonomi
mengenai Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Untuk Memenuhi Tugas T1


Mata Kuliah Hukum Ekonomi

Disusun Oleh :

GRADHIN RENITA LISTAKARIN


NIM. 0810110137
Kelas : C

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2009
Hukum Ekonomi adalah ilmu yang berdaya upaya memberi pengetahuan dan
pengertian tentang gejala masyarakat yang timbul karena usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhan atau mencapai kemakmuran1. Masalah ekonomi yang paling
utama adalah “Problem of Choice” yaitu bagaimana keinginan manusia yang tak
terbatas dihadapkan pada alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Manusia harus
berpikir dan melakukan berbagai cara untuk mempertahankan kehidupannya baik
dengan membuat suatu barang (produksi) maupun cara yang lain agar kegiatan
perekonomian mereka berjalan dengan baik.
Untuk mencapai semua itu, tidak hanya masyarakat saja yang harus dituntut
untuk melakukan kegiatan ekonomi demi kesejahteraan dan kehidupan yang layak.
Pemerintah juga ikut berperan dalam memberikan penyuluhan dan pelayanan bagi
masyarakat demi menunjang kegiatan perekonomian rakyat. Oleh karena itu,
diperlukan suatu peranan hukum yang berfungsi untuk memelihara ketertiban dan
keamanan, sebagai sarana pembangunan, sebagai sarana penegak keadilan, sebagai
sarana pendidikan masyarakat2 serta mengatur segala aktivitas ekonomi yang ada
dalam masyarakat untuk terwujudnya suatu pembangunan nasional yang makmur, adil
dan sejahtera.
Dalam rangka memelihara terwujudnya pembangunan nasional diperlukan
adanya suatu lembaga untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat demi
menunjang terwujudnya suatu perekonomian nasional yang stabil3. Maka dari itu
perlu dibentuk suatu lembaga yang independen untuk melaksanakan tugas dan
wewenang demi kemakmuran rakyat. Hal ini telah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah Suatu badan hukum yang
dibentuk pemerintah untuk menghimpun, menyalurkan, dan membantu masyarakat
dalam bidang perbankan. Undang-undang No.24 tahun 2004 dibuat agar dapat
menunjang terciptanya pembangunan perekonomian rakyat yang aman dan stabil,
sesuai dengan Fungsi LPS itu sendiri yaitu: menjamin simpanan nasabah penyimpan,
dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannya4. Hal ini membuktikan bagaimana hubungan hukum dan ekonomi
yaitu bahwa hukum menjadi pengarah dan pengatur terhadap kegiatan ekonomi dan

1
Handout materi perkuliahan hukum ekonomi “Hukum Ekonomi Pengantar”
2
Dr. C. F. G. Sunaryati Hartono, S.H.”Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia”, hal. 10
3
Konsideran UU No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
4
Pasal 4 UU No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
sistem ekonomi akan berjalan lancar dengan dukungan sistem hukum1. Kaitan ini
sangat jelas bahwa Undang-Undang No. 24 tahun 2004 berkaitan dengan hukum
ekonomi. Untuk lebih jelas lagi kita akan membahasnya dengan lebih terperinci.

Karakteristik Hukum Ekonomi


Karakteristik adalah ciri-ciri atau ciri khas suatu hal yang membuatnya
berbeda dari yang lain. Seperti hukum ekonomi juga mempunyai suatu ciri khas atau
ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan hukum yang lain. Kita akan mencoba
mengkaitkan UU no. 24 tahun 2004 dengan hukum ekonomi.
Karakteristik-karakteristiknya sebagai berikut:
a. Hukum ekonomi mencakup hukum publik dan hukum privat
Hukum publik berawal dari kebijakan publik, kebijakan ekonomi sampai pada
fungsi pengaturan yang sifatnya memaksa. Hukum publik dikuasai asas-asas yang
sifatnya melindungi kepentingan umum dengan menjaga asas keseimbangan dan
kontrol sosial publik5. Begitu pula dalam UU No.24 tahun 2004 telah dijelaskan
bahwa tugas LPS adalah merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan
penjaminan simpanan dengan cara: menetapkan dan memungut premi penjaminan
maupun menjatuhkan sanksi administratif6. Hal ini merupakan bukti bahwa dalam
UU No.24 tahun 2004 ini juga mengatur mengenai ranah hukum publik yang
bersifat memaksa demi melindungi kepentingan masyarakat.
Hukum privat adalah hukum pribadi pada subyek hukum yang saling
melakukan interaksi dan transaksi dan sifatnya mengatur5. Dalam UU No. 24
tahun 2004 LPS juga saling bekerja sama dan berinteraksi antara Nasabah Bank
penyimpanan dan LPP (Lembaga Pengawas Perbankan). Terlihat bahwa LPS
menjamin Simpanan nasabah bank yang berbentuk giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu dan bekerja sama dengan LPP dalam melakukan
pengawasan cabang bank. Hal ini membuktikan bahwa dalam UU No. 24 tahun
2004 juga mencakup hukum privat.

b. Hukum ekonomi cakupannya lebih luas dari hukum perdata dan hukum
dagang.

5
Prof. Dr. Sri Redjeki Hartono “ Hukum Ekonomi Indonesia”, hal. 38
6
Pasal 6 ayat (1) huruf a dan I UU No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
Dalam UU No. 24 tahun 2004 mengenai LPS ini tidak hanya mengatur
mengenai masalah Lembaga Penjamin Sosial dalam ranah hukum perdata maupun
ranah hukum dagang saja, tapi kita bisa melihat bahwa dalam UU ini terdapat
sanksi-sanksi administratif yang membuktikan bahwa cakupan hukumnya sangat
luas. Selain itu dalam LPS tidak ada batasan dalam mengkaitkan antara hukum
yang satu dengan hukum yang lain, seperti yang kita tahu di Indonesia pada
kenyataaannya banyak kasus-kasus terjadi bahwa Lembaga-lembaga penjamin
sosial yang menyalahgunakan wewenangnya dengan melakukan tindak pidana
korupsi. Hal ini tidak saja berhubungan dengan hukum perdata ataupun dagang
tapi juga hukum pidana, hukum administrasi negara bahkan politik hukum di
Indonesia. Hal ini semakin mempertegas bahwa Hukum ekonomi merupakan
perpaduan dalam berbagai bidang hukum yaitu Hukum Perdata, Hukum Pidana,
Hukum Dagang, Hukum Internasional, Hukum Administrasi Negara, Hukum Tata
Negara7, yang dapat disimpulkan bahwa Hukum Indonesia adalah keseluruhan
kaidah-kaidah dan putusan-putusan hukum yang secara khusus mengatur kegiatan
dan kehidupan ekonomi di Indonesia.

c. Hukum ekonomi bersifat interdisipliner, multidisipliner dan transnasional


Berkaitan dengan sifat-sifat hukum ekonomi, mari kita melihatnya dengan
melalui 3 macam Pendekatan Hukum ekonomi yang akan dijabarkan sebagai
berikut,
a) Interdisipliner
Hukum ekonomi tidak hanya bersifat hukum perdata saja, tetapi juga
hukum dagang, hukum pidana, hukum tata negara, hukum administrasi negara,
hingga hukum internasional
Hukum Perdata ialah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang
mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang lain. Hal ini
berkaitan dengan UU No. 24 tahun 2004 mngenai LPS yang mengatur
mengenai Premi, yaitu sejumlah uang yang harus dibayarkan setiap bulannya
sebagai kewajiban dari tertanggung8. Hal ini tertuang dalam Kitab Undang-
undang Hukum Perdata pada Buku ke-III, Bab ketujuh belas tentang
penanggungan utang.

7
Handout materi perkuliahan hukum ekonomi “karakter, subyek, dasar hukum ekonomi”
8
Dikutip dari : http://id.wikipedia.org/wiki/premi, diakses tanggal 21 oktober 2009
Hukum Dagang ialah hukum yang mengatur hubungan hukum antara
manusia dengan badan-badan hukum dalam lapangan perdagangan. UU LPS
juga ikut mengatur hubungan antara nasabah bank dengan pelayanan yang
diberikan oleh LPS misalnya bentuk simpanan yang berupa giro, deposito,
wesel, cek, dll9.
Hukum Pidana ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-
pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum yang
diancam dengan hukuman. Hal ini termuat dalam UU No. 24 tahun 2004
mengenai ketentuan sanksi-sanksi administratif dan pidana yang dilakukan
Lembaga Penjamin Simpanan baik berupa denda administratif atau bunga.10
Hukum Tata Negara ialah hukum yang mempelajari prinsip-prinsip
dan norma-norma hukum yang tertuang secara tertulis ataupun yang hidup
dalam kenyataan praktik kenegaraan. Kita ketahui bahwa LPS adalah sebuah
badan hukum yang dibuat oleh negara dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Hal ini terdapat dalam Bab VII mengenai organisasi LPS yang
sepenuhnya bertanggung jawab kepada presiden dan mempunyai wewenang di
dalam dan di luar pengadilan11. Maka dari itu LPS adalah salah satu badan
negara yang dibuat untuk melayani rakyat agar rakyat hidup makmur dan
sejahtera.
Dari beberapa hukum yang telah dijabarkan di atas dapatlah kiranya
bahwa UU LPS ini berkaitan dengan hukum ekonomi.
b) Multidisipliner
Hukum ekonomi memerlukan landasan pemikiran bidang-bidang non
hukum seperti filsafat, ekonomi, sosiologi, administrasi pembangunan, ilmu
pembangunan, ilmu lingkungan hingga tutorologi (Sunaryati Hartono, 1980)
Dalam bidang sosiologi tertuang dalam Bab III mengenai fungsi, tugas
dan wewenang LPS bahwa LPS mempunyai hubungan dan berkaitan erat
dengan para nasabahnya berdasarkan fungsinya yang menjamin dan
memelihara simpanan nasabah bank4, tugas-tugas dalam menjalankan
fungsinya tersebut dan wewenang yang dimilikinya harus digunakan untuk
kepentingan nasabah.

9
Pasal 10 UU No.24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
10
Pasal 92 ayat (1) -(5) UU No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
11
Pasal 70 ayat (1) UU No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
Dalam bidang ekonomi, LPS mengatur mengenai Likuidasi yang
terdapat dalam Bab VI UU No. 24 tahun 2004. dalam hal ini LPS membantu
penyelesaian penanganan bank gagal agar aset bank yang telah gagal tersebut
dapat terjamin dengan aman12.
c) Transnasional
Hukum ekonomi tidak dapat dipisahkan dalam hukum ekonomi
internasional yang melewati batas negara. Hal ini terlihat dalam Bab XI yang
mengatur hubungan LPS dengan lembaga lain baik lembaga dalam negeri
maupun luar negeri13. Hal ini menegaskan bahwa LPS tidak hanya
berhubungan dengan dalam negeri saja tetapi juga merambah ke ekonomi
internasional

d. Hukum ekonomi mengatur secara terinci. ketentuan-ketentuan yang


sebelumnya telah diatur dalam peraturan yang lain. Dalam UU No. 24 tahun 2004,
kita dapat melihat bahwa terdapat ketentuan mengenai Premi14 yang sifatnya
merupakan perjanjian penanggungan yang sebelumnya diatur di dalam Buku ke
III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Oleh karena itu berlaku asas “Lex
Specialis derogate legi Generalis” yaitu ketentuan Undang-Undang ini
mengesampingkan ketentuan dalam KUHPerdata.
Selain itu hukum ekonomi menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan
kepentingan umum. Dalam UU LPS mengatur dalam menangani bank gagal, yaitu
LPS berwenang untuk menjual dan mengalihkan aset bank tanpa persetujuan
debitur maupun kreditur15hal ini dilakukan dalam rangka pengamanan aset bank
sebelum likuidasi dimulai. Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan antara
kepentingan ekonomi yaitu menjual aset bank dengan kepentingan umum yaitu
untuk mengamankan aset tersebut.

Pada dasarnya ilmu hukum dan ilmu ekonomi mempunyai karakteristik yang
sama, yaitu bagaimana kesejahteraan manusia dan kemanusiaan dapat dicapai dan
bagaimana tujuan tersebut harus diatur sehingga tercapai keseimbangan yang adil.
Dengan demikian, hukum ekonomi adalah satu kajian hukum terhadap karakteristik

12
Pasal 43 huruf c UU N0. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
13
Pasal 90 ayat (1) UU No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
14
Pasal 12 UU No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
15
Pasal 6 ayat (2) huruf d UU No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
ekonomi, bagaimana hukum mengatur dan memberikan solusi demi tercapainya
keseimbangan kepentingan para pihak dalam masyarakat untuk mencapai tujuan
ekonomi16.

Subyek Hukum Ekonomi


Subyek hukum ekonomi adalah para pelaku ekonomi yang melakukan kepentingan
dalam berbagai bidang usaha yang saling berkepentingan terhadap kegiatan ekonomi
dalam masyarakat.17
1. Pemerintah
Pemerintah mempunyai dua fungsi yaitu sebagai regulator dan fasilitator:
- Sebagai regulator, pemerintah mempunyai kewajiban untuk mengeluarkan
perundang-undangan dalam hukum ekonomi yang bertujuan untuk adanya
kepastian hukum. Seperti yang kita ketahui bahwa perekonomian global saat ini
sedang mengalami krisis ekonomi yang berpengaruh di hampir semua negara.
Dalam UU tentang LPS ini belum diatur mengenai bagaimana apabila keadaan
tersebut terjadi dan akibatnya LPS menjadi tidak dipercaya oleh masyarakat,
seperti yang terjadi pada kasus bank century dimana uang yang disimpan tidak
bisa dipertanggungjawabkan kembali oleh pihak bank. Hal ini menimbulkan
ketidakpercayaan masyarakat untuk menyimpan uangnya kembali di bank. Oleh
karena itu pemerintah mengeluarkan dan menetapkan UU No. 7 tahun 2009 untuk
menyempurnakan UU No. 24 tahun 2004 yang termuat dalam pembaharuan pasal
11 UU No. 7 tahun 2009 tentang perubahan nilai simpanan yang dijamin jika
terjadinya ancaman krisis yang membuat merosotnya kepercayaan masyarakat18.
- Sebagai fasilitator, pemerintah memberikan fasilitas-fasilitas dalam hukum
ekonomi baik berupa lembaga-lembaga keuangan maupun fasilitas yang lain.
Contoh konkret adalah adanya Lembaga Penjamin Simpanan yang diatur dalam
UU No. 24 tahun 2004 telah kita bahas penjelasan sebelumnya.
Pemerintah sebagai pelaku usaha yang bertujuan untuk mencari keuntungan
baik yang bergerak dalam bidang BUMN/BUMD/Perusahaan Daerah. Misalnya,
dengan adanya Undang-undang mengenai LPS yang tidak hanya berhubungan
dengan dalam negeri tetapi juga berhubungan dengan luar negeri. Maka secara

16
Prof. Dr. Sri Redjeki Hartono “ Hukum Ekonomi Indonesia”, hal. 75-76.
17
Prof. Dr. Sri Redjeki Hartono “ Hukum Ekonomi Indonesia”, hal. 95
18
Perubahan pasal 11 UU No. 24 tahun 2004 jo. UU No. 7 tahun 2009
tidak langsung lembaga ini akan mendatangkan devisa bagi negara. Karena
adanya penanaman modal dari pihak asing.
2. Pelaku Usaha
Pelaku usaha adalah setiap orang yang berhubungan dengan kegiatan usaha.
Pelaku usaha terdiri dari : Perorangan, Badan Usaha, Badan Hukum (asing /
nasional)19. Dalam kaitannya dengan UU No. 24 tahun 2004 mengenai LPS ini
adalah tentang pembentukan awal dari sebuah LPS. Dimulai dengan dimana
seorang pengusaha yang berlaku sebagai (perorangan) pelaku usaha yang
mendirikan suatu perusahaan (badan usaha) dan melakukan kegiatan usaha
perekonomian, sehingga pengusaha tersebut memerlukan suatu badan hukum
untuk membantunya dalam menjamin simpanannya. Oleh kerana itu dibentuklah
suatu Lembaga Penajmin Simpanan yang berfungsi untuk menjamin simpanan
nasabah banknya dan menjaga kestabilan perekonomian negara. Hal ini
menunjukkan bahwa antara pelaku usaha yang satu dengan yang lain saling terkait
dalam menjalankan suatu kegiatan perekonomian agar tercipta suatu
pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran.
3. Masyarakat / konsumen
Masyarakat berperan penting dalam adanya UU tentang LPS ini. Dalam hal
ini masyarakat bisa dikatakan sebagai nasabah bank baik sebagai nasabah
peminjam maupun nasbah debitur. Oleh karena itu jika tidak adanya masyarakat
yang menjadi nasabah bank, maka tidak terbentuklah UU mengenai LPS ini,
karena LPS tidak akan ada jika tidak ada masyarakat yang ikut serta dalam LPS.
4. NGO (Non Government Organization) / LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat)
Kedua subyek ekonomi ini juga berperan penting dalam kegiatan
perekonomian walaupun secara tidak langsung kita tak menyadarinya. Kedua
subyek ini bertugas untuk melakukan pengawasan dalam menjalankan kegiatan
perekonomian. Hal ini dilakukan agara konsumen dapat terlindungi jika lembaga
yang berwenang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Dalam UU No. 24
tahun 2004 terdapat perlindungan konsumen yaitu jika nasabah merasa dirugikan
maka dapat melakukan upaya hukum dalam pengadilan20 yang berarti bahwa

19
Handout materi perkuliahan materi hukum ekonomi “subyek hukum ekonomi”
20
Pasal 20 ayat (1) UU No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
pengadilan merupakan suatu lembaga yang dapat mengawasi dan melindungi
nasabah (konsumen) keuangan LPS agar konsumen dapat terlindungi hak-haknya.
Sumber dan Dasar Hukum Ekonomi
a. Sumber Hukum Ekonomi
Adalah sumber dari mana hukum ekonomi itu dibuat dan dijadikan landasan
dalam pembuatan hukum ekonomi Indonesia (bisa tertulis dan tidak tertulis)
- Sumber Hukum Ekonomi Nasional meliputi:
1. Perundang-undangan
2. Perjanjian dan Traktat yang sudah diratifikasi
3. Hukum kebiasaan
4. Jurisprudensi
5. Pendapat sarjana (doktrin)
- Tingkat kepentingan dan penggunaan sumber-sumber hukum. Hal ini sangat
bergantung pada kekhususan masing-masing masalah hukum atau sistem hukum
yang dianut di suatu negara.

b. Dasar Hukum Ekonomi


Berasal dari sumber hukum ekonomi yang diimplementasikan dalam
peraturan-peraturan tertulis untuk melaksanakan suatu kegiatan ekonomi tertentu.
Menurut Sunaryati, dasar hukum dari hukum ekonomi ditemukan setelah sumber-
sumber hukum / peraturan-peraturan disismatikan menurut:
• Sejarah perkembangan hukum bidang yang bersangkutan di Indonesia.
• Falsafah Indonesia yang melatarbelakangi bidang hukum tersebut
• Kebijakan pemerintah di bidang tersebut
• Pelaksanaan dari kebijakan pemerintah di bidang yang bersangkutan
Dalam UU No. 24 tahun 2004 dasar hukum ekonomi terdapat dalam Pasal 5
ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 23, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan.

Asas - Asas Hukum Ekonomi dalam UU No. 24 tahun 2004


Asas-asas yang terdapat dalam UU No. 24 tahun 2004 adalah :
1. Asas Iman Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Asas ini merupakan asas dasar terbentuknya suatu peraturan
perundangan yang ditandai bahwa setiap aturan perundang-undangan di
Indonesia selalu diawali dengan kalimat “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha
Esa”. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah yang negara yang
beragama, terlihat dalam sejarah, ideologi dan falsafah hidup bangsa Indonesia
yaitu Pancasila dalam sila ke-1 “Ketuhanan Yang Maha Esa”21, yang
mempertegas bahwa dalam membuat suatu undang-undang diperlukan dasar
keagamaan agar tercapainya suatu kemakmuran adalah semata-mata untuk
menjalankan keimanan dan ketakwaan kita pada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Asas Kepastian Hukum
Asas ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang bercirikan
Rechstaat (negara hukum). Yang artinya bahwa diperlukan suatu
perundangan-undang yang legal untuk mengatur suatu kegiatan / aktivitas
masyarakat agar tidak terjadi kerancuan dalam melakukan kegiatan tersebut.
Maka dari itu pemerintah selalu mengeluarkan peraturan perundangan-
undangan baik yang berbentuk UU, Perpu maupun Perda agar masyarakat
tidak melakukan suatu kegiatan sesuai dengan keinginannya sendiri yang
dapat menimbulkan perdebatan antar masyarakat.
Dalam UU No. 24 tahun 2004 asas kepastian hukum terlihat dalam
kalimat bahwa Lembaga Penjamin Simpanan dibentuk berdasarkan Undang-
Undang dan merupakan badan hukum22. Hal ini mempertegas kepastian
hukum dari LPS bahwa LPS legal / sah dibuat olleh UU untuk mencapai
sebuah kepatian hukum.
3. Asas Transparasi / Keterbukaan
Dalam UU No. 24 tahun 2004 menyebutkan bahwa LPS adalah
lembaga yang independent, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya23. Hal ini sekaligus menyangkut dua asas yang lain
yaitu Asas Akuntabilitas dan Asas Kemandirian. Terbukti bahwa antara
asas yang satu dengan yang lain mempunyai keterkaitan, saling berhubungan,
dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain dalam suatu peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

21
Pancasila sila ke-1
22
Pasal 2 ayat (1) dan (2) UU No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
23
Pasal 2 ayat (3) UU No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
4. Asas Pembangunan Berkelanjutan
Bahwa dalam suatu perekonomian bertujuan untuk pembangunan
berkelanjutan. Hal ini terlihat dalam UU N. 24 tahun 2004 bahwa Lembaga
Penjamin Simpanan merupakan perkembangan dari sistem perbankan yang
telah diatir dalam UU perbankan. Hal ini merupakan system yang
berkelanjutan dan berkesenimbungan antara satu dengan yang lain.
5. Asas Manfaat
Segala usaha dan kegiatan pembangunan harus dapat dimanfaatkan
sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat dan
pengembangan pribadi warga masyarakat. Dalam UU No. 24 tahun 2004, LPS
berfungsi untuk menjamin simpanan nasabah bank dan turut serta dalam
kestabilan perekonomian. Hal ini merupakan manfaat yang diberikan LPS
yaitu dengan menjamin simpanan nasabah dan turut serta menjaga
perekonomian negara agar tetap stabil dan seimbang. Oleh karena itu asas ini
juga berkaitan dengan Asas Keseimbangan karena tugasnya juga menjaga
keseimbangan perekonomian negara
6. Asas Keadilan dan Pemerataan
Asas ini menunjukkan bahwa hasil-hasil material dan spiritual yang
dicapai dalam pembangunan harus dapat dinikmati merata oleh seluruh bangsa
dan bahwa tiap warga negara berhak menikmati hasil-hasil pembangunan itu
sesuai dengan nilai-nilai yang diberikannya kepada bangsa dan negara.24
Dalam UU No.24 tahun 2004 hal ini termaktub bahwa LPS juga menjamin
nasabah penjamin maupun nasabah kreditur. Intinya bahwa LPS berlaku adil
dan merata bagi semua nasabah demi kesatuan pembangunan ekonomi yang
juga terkait dengan Asas Kesatuan Ekonomi.
7. Asas Demokrasi Ekonomi
Ialah demokrasi berdasarkan Pancasila yang meliputi bidang politik,
social, dan ekonomi serta dalam penyelesaian masalah-masalah nasional
berusaha sejauh mungkin menempuh jalan permusyawaratan untuk mencapai
mufakat. Bahwa dalam UU No. 24 tahun 2004 menyelesaikan masalah-
masalah sengketa baik nasabah yang mengalami kerugian di dalam

24
Dr. C. F. G. Sunaryati Hartono, S.H.”Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia”, hal. 137
Pengadilan. Hal ini menganut asas demokrasi karena nasabah juga berhak
menuntut di pengadilan.

Politik Hukum dalam Bidang Ekonomi di Indonesia


Peraturan perundang-undangan dan kebijakan dasar yang dibuat berkaitan
dengan perekonomian disebut sebagai politik hukum ekonomi. Hal ini juga
merupakan tujuan dan alasan dibentuknya aturan tersebut karena pentingnya politik
hukum dalam peraturan perundang-undangan adalah adanya kebutuhan dasar dan
adanya interest (ketertarikan), itulah yang menjadi alasan mengapa diperlukannya
peraturan perundang-undangan tersebut. Tujuan dibentuknya aturan-aturan tersebut
adalah untuk melengkapi regulasi dalam kegiatan perekonomian di suatu negara25.
Terdapat dua golongan politik hukum ekonomi, yaitu Kebijakan Dasar (basic
Policy) dan Kebijakan Pemberlakuan (Enactment Policy):
Kebijakan Dasar adalah politik hukum yang menjadi alasan dasar diadakannya
suatu peraturan perundangan yang bersifat netral dan universal. Dalam UU No. 24
tahun 2004 mengenai Lembaga Penjamin Simpanan kebijakan dasarnya adalah bahwa
untuk menunjang perekonomian nasional yang stabil, LPS berfungsi untuk menjamin
simpanan para nasabah penyimpan dan turut serta dalam memelihara stabilitas
perekonomian negara26.
Kebijakan Pemberlakuan adalah politik hukum yang menjadi tujuan atau
alasan yang muncul dibalik pemberlakuan perundang-undangan yang memiliki
muatan politis dan bergantung pada apa yang diinginkan pembuat undang-undang.
Contohnya dalam UU No. 24 tahun 2004 terlihat bahwa kunci agar kelangsungan
usaha bank secara sehat dapat menjamin keamanan simpanan para nasabahnya serta
meningkatkan peran bank sebagai penyedia dana pembangunan dan pelayanan jasa
perbankan adalah membina kepercayaan masyarakat agar masyarakat mau menjadi
peserta nasabah. Penjaminan seluruh kewajiban bank (blanket guarantee) berhasil
mewujudkan kepercayaan masyarakat, tetapi hal ini juga membebani anggaran negara
dan menimbulkan moral hazard pada pihak pengelola bank dan nasabah bank27. Jadi
kebijakan pemberlakuan terdapat sisi positif maupun sisi negatif dari suatu peraturan.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan perekonomian yang aman, adil, dan seimbang,
kita sebagai generasi penerus bangsa dan warga negara Indonesia bersama-sama
25
Handout materi perkuliahan hukum ekonomi “Politik Hukum Bidang Ekonomi Indonesia”
26
Konsideran UU No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
27
Penjelasan UU No.24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
saling mendukung antar komponen masyarakat agar terciptanya suatu pembangunan
perekonomian yang sehat, stabil agar mampu bersaing di dalam perekonomian global
dan khususnya tercipta suatu kemakmuran masyarakat yang sejahtera bagi negara
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai