Anda di halaman 1dari 3

Angka Kematian Kasus Rabies di NTB Rendah

Dipublikasikan Pada : Kamis, 28 Februari 2019 00:00:00, Dibaca : 7.833 Kali


Jakarta, 27 Februari 2019

Rabies atau Penyakit Anjing Gila merupakan penyakit hewan menular akut yang dapat menular dari hewan ke
manusia (zoonosis). Rabies menyerang sistem saraf pada manusia dan hewan berdarah panas (anjing, kucing,
kera) yang disebabkan oleh virus rabies, ditularkan melalui air liur hewan penderita rabies melalui gigitan atau
luka terbuka. Penyakit ini bisa menyebabkan kematian bagi manusia dan hewan.

Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI dr. Siti Nadia Tarmizi menyatakan
hingga tahun 2018, penyakit rabies menjadi endemis di 25 provinsi di Indonesia.

''Ada 9 provinsi yang bebas dari penyakit rabies yaitu Provinisi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI
Jakarta, DIY, Jateng, Jatim, NTB, Papua dan Papua Barat,'' kata Nadia.

Akan tetapi pada tanggal 15 Januari 2019 dilaporkan adanya kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) di
Desa Anamina, Kecamatan Manggelewa, Kabupaten Dompu Provinsi NTB. Berdasarkan hasil pemeriksaan
dari BBVet Denpasar kasus gigitan ini berasal dari anjing yang positif rabies.

Hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh tim terpadu dari Ditjen P2P Kementerian Kesehatan dan
Ditjen PKH Kementerian Pertanian terkait dugaan adanya kejadian luar biasa (KLB) Rabies pada tanggal 17-
20 Januari 2019 ditemukan 192 kasus gigitan hewan penular rabies dan 2 kasus kematian pada manusia karena
rabies (Lyssa).

Hingga Minggu pertama Februari 2019 kejadian luar biasa (KLB) rabies di Kabupaten Dompu NTB terus
meluas ke 9 kecamatan sekitarnya, hingga ke Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Bima.

Berdasarkan laporan mingguan dari Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan Kabupaten Dompu, terdapat jmlah
kumulatif kasus rabies pada minggu III Februari 2019 (data per 24 Februari 2019) ditemukan 735 kasus gigitan
hewan penular rabies dan 6 kasus kematian pada manusia karena rabies (Lyssa).

Di Kabupaten Sumbawa jumlah kumulatif gigitan hewan penular rabies ada 22 kasus dan tidak ada kasus
kematian pada manusia karena rabies (Lyssa). Jumlah kumulatif kasus rabies pada Kabupaten Bima ada 26
kasus gigitan hewan penular rabies dan tidak ada kasus kematian pada manusia karena rabies (Lyssa).

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk
informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS
081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email  kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.
8 Dari 34 Provinsi di Indonesia Bebas Rabies
Dipublikasikan Pada : Senin, 28 September 2020 00:00:00, Dibaca : 1.171 Kali
Jakarta, 28 September 2020

Angka kematian akibat Rabies di Indonesia masih cukup tinggi yakni 100-156 kematian per tahun,
dengan Case Fatality Rate (Tingkat Kematian) hampir 100 persen. Hal ini menggambarkan bahwa rabies
masih jadi ancaman bagi kesehatan masyarakat.

Secara statistik 98% penyakit rabies ditularkan melalui gigitan anjing, dan 2% penyakit tersebut ditularkan
melalui kucing dan kera.

Tantangan berat saat ini adalah masih ada provinsi yang belum bebas rabies. Dari 34 provinsi di Indonesia,
hanya 8 provinsi yang bebas rabies sementara 26 provinsi lainnya masih endemik rabies.

Secara hitoris 8 provinsi tersebut adalah Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Papua, Papua Barat, DKI Jakarta,
Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Dalam 5 tahun terakhir (2015-2019) kasus gigitan hewan penular rabies dilaporkan berjumlah 404.306 kasus
dengan 544 kematian. Saat itu ada 5 provinsi dengan jumlah kematian tertinggi antara lain Sulawesi Utara,
Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan kejadian luar
biasa (KLB) rabies tahun 2019 terakhir dilaporkan terjadi di Nusa Tenggara Barat.

Hal itu menunjukkan upaya pengendalian rabies di Indonesia memerlukan langkah terstruktur dan sistematis.
Peran pemerintah dan lintas sektor masih sangat dibutuhkan dalam mengatasi permasalahan tersebut

Menteri Kesehatan RI dr. Terawan Agus Putranto mengatakan di Indonesia, gigitan anjing dapat dicegah
dengan pemeliharaan anjing domestik yang tepat dan penanganan anjing liar yang benar.

''Pencegahan kematian akibat rabies pada manusia ditentukan oleh, satu, penanganan luka Gigitan Hewan
Penular Rabies (GHPR) yang tepat, dua, pemberian Vaksinasi Anti Rabies (VAR), dan tiga, pemberian Serum
Anti Rabies (SAR). Dukungan seluruh komponen bangsa sangat menentukan dalam mewujudkan,'' katanya di
Gedung Kemenkes, Jakarta, Senin (28/9).

Eliminasi Rabies Global 2030

Hari ini Kementerian Kesehatan gelar Puncak Peringatan Hari Rabies Sedunia 2020. Kegiatan ini merupakan
kolaborasi antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kemenko PMK, Kemendagri dan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Acara ini melibatkan sekitar 1.250 orang dari kementerian/lembaga terkait yang berada di Jakarta dan di
berbagai provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia, termasuk wakil-wakil dari organisasi internasional,
organisasi profesi, serta wakil-wakil lembaga swadaya masyarakat.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Achmad Yurianto mengatakan setiap tahun peringatan Hari
Rabies Sedunia dilaksanakan pada setiap tanggal 28 September.

''Namun pada tahun ini dalam situasi pandemi COVID-19, maka acara Puncak Hari Rabies Sedunia pada hari
ini dilaksanakan secara daring,'' katanya.

Dalam Puncak Hari Rabies ini dilaksanakan penyerahan piagam penghargaan kepada penggiat dalam
penanggulangan rabies dan pemerintah provinsi yang berhasil menekan kasus rabies baik pada hewan maupun
manusia.
Piagam penghargaan diberikan kepada tiga daerah dengan performa terbaik atas pelaporan kasus rabies melalui
Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (SIKHNAS) oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Kementerian Pertanian.

Soft Launching One Health Roadmap Eliminasi Rabies Nasional 2030 oleh Deputi Bidang Koordinasi
Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, Kemenko PMK. Dilanjutkan talkshow
Kolaborasi Kemenkes, Kementan, KemenLHK, Kemendagri.

Peringatan Hari Rabies Sedunia dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
pencegahan dan pengendalian rabies. Selain itu meningkatkan komitmen pemerintah daerah dalam
menyediakan Rabies Center, dan menguatkan jejaring kerja pengendalian rabies.

Tema Hari Rabies Sedunia tahun ini yaitu 'Kolaborasi Berkualitas, Vaksinasi Tuntas! Rabies Bebas!'. Tema ini
sangat relevan dengan upaya pemerintah dan masyarakat dalam mensukseskan pencegahan dan pengendalian
rabies.

Acara Puncak Hari Rabies Sedunia ini diharapkan menjadi inspirasi dan motivasi bagi semua pihak untuk
semakin bersemangat mencapai dalam pencegahan dan penanggulangan Rabies di tengah situasi pandemi
COVID -19.

Pandemi COVID-19 berpengaruh pada penanggulangan penyakit lain termasuk rabies. Khususnya dalam
penerapan protokol pencegahan pandemi COVID-19 yang merupakan tantangan tersendiri bagi para tenaga
kesehatan dalam melakukan penanggulangan rabies di lapangan.

Hotline Virus Corona 119 ext 9. Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,
Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes
melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan
alamat email  kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id (D2/NI)

Anda mungkin juga menyukai