Anda di halaman 1dari 3

RESUME VISITING PROFESSOR

Muhammad Akhyarur Rijal


21020116170002

CONTEMPORARY DEVELOPMENT OF URBAN DESIGN IN TOKYO


By Professor, Dr.Eng Tomohiko Yoshida
Ritsumeikan University
Faculty of Police Science
Kyoto merupakan salah satu kota besar yang ada di Jepang yang memiliki banyak
fungsi diantaranya :
- Kyoto as a walkable city
- Kyoto as a gentrifying city
- Kyoto as a ritual city
- Kyoto as a historic city
- Kyoto as a heritage city
- Kyoto as a city of university
- Kyoto as a cultural city
1. Kyoto as a walkable city
Jalan sijo merupakan salah satu jalan terbesar yang berada di Kyoto. Jalan ini
menghubungkan dari barat hingga ke timur dari kota Kyoto. Jalan ini mengalami pelebaran
untuk pejalan kakinya dikarenakan perkembangan kota. Hal ini didasari dengan data yang
mengatakan bahwa terdapat 7000 pejalan kaki per jamnya dalam luas jalan sebesar 7 meter
sedangakan untuk kendaraan sendiri terdapat 2200 kendaraan per jamnya pada ruas jalan sebesar
15 meter. Dikarenakan hal ini pemerintah jepang pada tahun 2001 melakukan perubahan dengan
membuat Kota Kyoto menjadi Walkable City proyek ini sendiri berlangsung hingga tahun 2015.

2. Kyoto as a gentrifying city


Kyoto sebelum pamdemi Covid-19 merupakan kota yang banyak di kunjungi oleh turis
turis. Dikarenakan banyaknya pengunjung yang datang ke Kyoto maka banyak penduduk yang
mengubah rumah pribadinya untuk dijadikan penginapan tradisional salah satu penanda dari
tempat penginapan ini sendiri adanya papan penanda kayu.
Pada tahun 2016 pemerintah jepang melakukan deregulasi terhadap bisnis tempat
penginapan, hal – hal yang dia atur dalam deregulasi tersebut diantaranya :
- 33m2/bisnis dikurangi menjadi 3,3m2 / penginap, yang berarti jumlah penginap
berkurang sebesar 10 penginap
- Harus terdapatnya counter untuk meja registrasi diubah menjadi hanya disarankan
untuk memiliki meja untuk registrasi
Semenjak deregulasi diterapkan terjadi lonjakan jumlah penginapan diikuti dengan kenaikan
harga tanah dan juga jumlah pekerja

3. Kyoto as a ritual city


Di jepang sendiri terdapat suatu ritual untuk membakar gunung yang memiliki tujuan
untuk melepaskan jiwa jiwa leluhur mereka ritual ini di namakan Daimonji Bonfire dimana pada
ritual ini gunung yang terbakar membentuk huruf huruf cina, gunung gunung yang terbakar ini
memiliki posisi yang mengitari kota Kyoto. Agar masyarakat Jepang dapan menyaksikan ritual
tersebut maka pemerintah Jepang membentuk regulasi tentang ketinggian bangunan di wilayah
sekitar peraturan tentang ketinggian banguanan ini pun berubah ubah sepanjang masa.
- 1950 batas bangunan penduduk 20m, dan lainnya 31m aturan ini masih berlaku
hingga sekarang
- 1973 ketinggian maksimumnnya di atur bedasarkan peraturan distrik
- 1996 di beberapa wilayah ketinggian maksimalnya menjadi 15 m
- 2007 pengurangan di gion festival area menjadi 15m
Lalu salah satu peraturan yang ada di Kyoto juga yang regulasi ketinggian untuk pelestarian
lansekap bersejarah. Yaitu “ Fuseu” untuk daimonji bonfire dimana ketinggian bangunan harus
lebih pendek dari ujung dari Fuseu area. Lalu ada pula peraturan yang mengatur tentang iklan
luar ruangan :
- Kontrol ketinggian
- Kontrol titik pandang
- Kontrol Simbol

4. Kyoto as Historic City


Sebelum abad ke 7 Jepang belum memiliki ibu kota hanya beberapa kerajaan yang
berada di sekitar wilayah tersebut. Lalu pada abad ke 7 dimulai lah nara era dimana terdapat 5
kerjaan yang menjadi ibu kota, lalu pada abad ke 8 dimulai Heian era yang menjadikan Kyoto as
ibukota Jepang pada tahun 1180 hingga 1868. Tahun 672 M – 694 M merupakan peralihan dari
zaman kerajaan menajadi zaman ibu kota dan tebentuklah Ibu kota terencana pertama yang
merupakan pusat pemerintahan Jepang selama 16 tahun yaitu Kota Fujiwara
Salah satu yang membawa pengaruh besar terhadap Urban Desaign pada awal ibukota
dari Jepang pada jaman dahulu ialah teori Konfusianisme dari Tiongkok China Beberapa
penerapannya seperti penataan wilayah kerajaan yang tersusun rapih dengan ukuran yg terskala
(9 Li / square), 3 gerbang & 9 jalan yang mengelilingi seluruh sisi, peletakan kerajaan di sisi
selatan & pasar di sisi utara, dsb.

5. Kyoto as City Of Heritage


Kyoto merupakan salah satu kota tertua yang ada di Jepang dengan ini di Kyoto sendiri
banyak terdapat peninggalan dan warisan budaya. Pada Kyoto sendiri terdapat 17 warisan dunia
termasuk Gosho, Rikyu, dan Uji City. Salah satu cara melestarikan budaya yang dilakukakn di
Kyoto yaitu Gion Festival. Festival ini berwal dari adanya wabah penyakit yang menyerang
Jepang sehingga masyarakat jepang mengadakan upacara Goryo-e untuk mengenang arwah yang
meninggal di karenakan wabah tersebut. Selai itu salah satu yang di pertahankan dari Gion
Festival yaitu rumah kayunya.
Selain Gion Festival terdapat pula parade 32 kendaraan yang merupakan salah satu
aktifitas dari kuil Shinto. Setiap daerah sendiri di Kyoto memiliki festifalnya sendiri. Pada abad
ke 15 terjadi perselisihan sipil dan kebakaran besar di sekitar kekaisaran di wilayah Kyoto yang
menyebabkan Kyoto dibagi menjadi 2 wilayah yaitu Utara dan Selatan. Karena masyarakat
Kyoto selatan dapat bertahan hidup lama dan mengelola mata pencaharian maka Gion Festival
dapat di lestarikan turun temurun hingga sekarang.

6. Kyoto as a city of university

Kyoto sabagai dengan sebagain besar daerah di Jepang mengalami permaslahan


Population Trasition sehingga terjadi penurunan murid sekolah dasar yang ada di Kyoto
beberapa sekolah dasar menyatu dengan perguruan tinggi, lalu terjadi pula relokasi perguruan
tinggi dari pinggir kota bergeser ke tengah kota.Lalu untuk menghadapi permasalahan yang ada
sebagai City of University yang merupakan salah satu karakter dari restruksi perkotaan maka
sudah ada 12 sekolah dasar yang diubah fungsi baik menjadi Universitas atau hal lainnya

7. Kyoto as a Cultural City

Salah satu dari 12 sekolah dasar yang diubah yaitu sekolah dasar Tatsuike diubah
menjadi manga museum pada tahun 2006. Pada museum ini hal hal ikonik Jepang, manga dan
komik di tampilkan dan di perjualbelikan. Manga ini sendiri tidak hanya diperjual belikan tapi
juga digunakan untuk menarik minat pariwisatawan asing maupun untuk pemerintah jepang
melakukan promosi

Anda mungkin juga menyukai