Anda di halaman 1dari 13

PERENCANAAN DAN ANALISIS PEMBIAYAAN

PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)


(Studi Kasus: Jl. Desa Balunijuk – Desa Air Duren, Kec. Merawang, Kab.
Bangka)

Disusun Oleh :
Darra Aqdama Mahiru (1021811005)
Marini Amelia Putri (1021911011)
Puja Nanda Kuswara (1021911052)
Yulia (1021911062)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2021

PERENCANAAN DAN ANALISIS PEMBIAYAAN


PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)
(Studi Kasus: Jl. Desa Balunijuk – Desa Air Duren, Kec. Merawang, Kab.
Bangka)
Abstrak
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi listrik merupakan energi yang sangat diperlukan bagi manusia modern.
Salah satu usaha yang dilakukan yaitu dengan memanfaatkan sumber-sumber energi
terbaharukan (renewable energy), misalnya energi panas matahari dikonversi menjadi
energi listrik melalui sel surya (solar cell) untuk Lampu Penerangan Jalan. Lampu
Penerangan Jalan adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat dipasang
di kiri atau kanan jalan dan atau di tengah (di bagian median jalan) yang digunakan
untuk menerangi jalan maupun lingkungan di sekitar jalan.
Pemakaian solar cell sebagai pembangkit energi listrik bisa dikatakan tidak
menghasilkan polusi, baik polusi udara maupun polusi terhadap lingkungan sekitar
apalagi bahan bakunya mudah diperoleh dan melimpah di bumi ini terutama di
Indonesia. Berdasarkan pertimbangan ini, nampaknya mengkonversi energi dari sinar
matahari menjadi energi listrik akan menjadi sumber energi utama Indonesia dimasa
mendatang, khususnya bila sumber-sumber energi konvensional (batu bara, minyak
bumi, dan gas bumi) yang digunakan oleh PLN sudah habis dalam penggunaannya.
Tingginya penggunaaan dan terbatasnya persediaan sumbersumber energi
konvensional akan berdampak pada mahalnya harga sumber energi konvensional. Hal
tersebut memungkinkan permintaan pasar terhadap solar cell akan semakin tinggi.
Penerangan Jalan Umum Berbasis Solarcell merupakan sebuah alternatif yang
murah dan hemat untuk digunakan sebagai sumber listrik penerangan karena
menggunakan sumber energi gratis dan tak terbatas dari alam yaitu energi matahari.
Menggunakan Modul/Panel Surya dengan lifetime hingga 25 tahun yang berfungsi
menerima cahaya (sinar) matahari yang kemudian diubah menjadi listrik melalui
proses photovoltaic. Kemudian disimpan di baterai sehingga tidak memerlukan suplai
dari PLN, secara otomatis dapat mulai menyala pada sore hari dan padam pada pagi
hari dengan perawatan yang mudah dan efisien selama bertahun tahun.
Di beberapa daerah Indonesia, terdapat banyak sekali jalan yang belum
tersedia LPJ, sehingga kecelakaan dan tindak kriminalitas sering terjadi. Di Bangka
Belitung, tepatnya di Desa Balunijuk dan Air Duren, terdapat beberapa permasalahan
di sepanjang Jalan Desa Balunijuk menuju Desa Air Duren, salah satu diantaranya
adalah belum tercapainya pemerataan Penerangan Jalan Umum (PJU) di kecamatan
Merawang Kabupaten Bangka. Salah satunya yaitu jalan Desa Balunijuk sampai jalan
Desa Air Duren. Untuk menghindari kecelakaan dan kriminalitas di sepanjang 5.700
meter dan lebar jalan 5 meter yang membentang dari jalan Desa Balunijuk-Desa Air
Duren Kec. Merawang Kab. Bangka, maka diperlukan pengadaan penerangan jalan.
Permasalahan pemerataan PJU akibat dari biaya penyediaan energi tidak hanya
terjadi di Kabupaten Bangka, Indonesia secara umum mengalami masalah serius dari
sektor energi karena laju permintaan energi melebihi pertumbuhan pasokan energi
yang ada. Penggunaan lampu hemat energi dan penggunaan pembangkit listrik tenaga
surya menjadi solusi saat ini. Perencanaan PJU disini untuk menghitung jumlah
kebutuhan titik tiang lampu.
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Lampu Penerangan Jalan Umum


Lampu penerangan jalan umum pertama kali diterapkan pada tahun 1884 di
Rumania. Ada sebanyak 731 lampu jalan yang terpasang di jalan-jalan seluruh
pelosok Rumania. Hal ini membuktikan bahwa kebutuhan akan lampu penerangan
jalan umum telah ada sejak dulu kala. Lampu penerangan jalan umum ini bermanfaat
untuk meningkatkan keamanan, terutama terhadap kriminalitas dan meningkatkan
jarak pandang ketika berkendara pada malam hari.
Seiring dengan meningkatnya peradaban manusia, maka kebutuhan akan lampu
penerangan jalan umum pun semakin meningkat. Wilayah perkotaan yang meluas dan
pertumbuhan jumlah jalan raya mengharuskan penerangan jalan untuk ikut
bertambah. Hal ini berdampak besar pada pertambahan kebutuhan listrik. Saat isu
mengenai krisis energi listrik mencuat, lampu penerangan jalan umum muncul
sebagai salah satu objek yang dapat dihemat penggunaan energi listriknya. Salah satu
alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan energi listriknya
adalah dengan mengganti lampu merkuri dengan lampu LED yang hemat energi. Hal
ini diterapkan oleh negara Jepang yang merupakan negara pertama yang
mengaplikasikan LED sebagai lampu jalan di wilayah Osaka pada awal 2000-an.
Penggunaan lampu LED terbukti dapat menekan jumlah konsumsi listrik sebesar 80%
di wilayah tersebut. Alternatif kedua muncul ketika teknologi solar cell mulai
berkembang. Selain diterapkan di rumah-rumah, solar cell juga diterapkan sebagai
sumber energi alternatif untuk lampu penerangan jalan umum. Penggunaan solar cell
sebagai sumber energi untuk lampu penerangan jalan umum tidak lagi memerlukan
suplai listrik dari PLN, karena solar cell memerlukan listrik dari energi (cahaya)
matahari. Jika kedua alternatif ini digabungkan maka akan menjadi sebuah solusi
efektif untuk penghematan listrik lampu penerangan jalan. Adapun beberapa fungsi
penerangan jalan adalah sebagai berikut :
1. Menghasilkan kekontrasan antara jalan dan obyek.
2. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan khususnya pada
malam hari.
3. Sebagai alat bantu naviagasi pengguna jalan.
4. Mendukung keamanan lingkungan.
5. Menambah nilai keindahan lingkungan.
6. LPJU dipasang diberbagai jenis atau kelas jalan dimana kebutuhannya
disesuaikan.

2.2 Prinsip Kerja PJUBS


Sistem photovoltaic menghasilkan daya keluaran hanya pada saat modul
photovoltaic disinari matahari, oleh karena itu sistem photovoltaic menggunakan
mekanisme penyimpanan energi agar energi listrik selalu tersedia pada waktu
matahari sudah tidak menyinari (malam hari). Baterai merupakan komponen yang
digunakan untuk penyimpanan energi listrik yang dihasilkan array photovoltaic.
Selain untuk media penyimpanan energi listrik, baterai juga digunakan untuk
pengaturan sistem tegangan dan sumber arus yang dapat melebihi kemampuan array
photovoltaic. Sebelum merencanakan PJUBS, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu :
1. Pemakaian daya rata-rata selama 24 jam.
2. Pemakaian daya rata-rata pada malam hari (terhitung dari nilainya sinar matahari
yang mengenai solar cell).
3. Pemakaian daya puncak.
Pertimbangan-pertimbangan diatas digunakan untuk mengetahui spesifikasi
komponen yang akan dipasang pada sistem tersebut, karena salah memilih komponen
bisa menyebabkan sistem ini tidak bekerja dengan baik (mudah rusak/tidak
maksimal). PV module adalah peralatan yang mengubah energi cahaya matahari
menjadi energy listrik. Merupakan peralatan energi terbarukan (renewable energy)
yang ramah akan lingkungan (clean energy). PV module ini pada siang hari akan
menghasilkan energy listrik yang kemudian disimpan dalam baterai sehingga dapat
dipergunakan untuk menyuplai beban lampu pada malam hari. Solar Charge
Controller merupakan peralatan yang mengatur proses pengisian energy dari PV ke
baterai serta pengeluaran energi dari baterai ke beban (lampu) agar baterai tidak
mengalami kerusakan akibat overcharge maupun overdischarge. Box Batere dan
Panel Kontrol adalah sebuah panel untuk wadah/casing baterai dan SCC dengan
instalasi wiring-nya. Battery Bank digunakan untuk menyimpan energi pada siang
hari dari Solar Array yang selanjutnya dipergunakan untuk menyuplai beban (lampu)
pada malam hari (Sundari, 2017).

Gambar 1. Komponen PJUBS


Sumber: TMLEnergy

2.3 Jenis Jalan Menurut Fungsinya Jenis jalan menurut fungsinya


Terdapat didalam Undang-Undang RI No. 38 tahun 2004 diantaranya yaitu Jalan
Arteri, Jalan Kolektor, Jalan Lokal dan Jalan Lingkungan.

2.4 Tiang Lampu Penerangan Jalan


Tiang lampu penerangan jalan terbagi menjadi tiga, yaitu tiang lampu lengan
tunggal tiang lampu lengan ganda dan tiang lampu tanpa lengan. Tiang lampu
memiliki bentuk yang berbeda-beda diantaranya yang umum digunakan yaitu bulat
dan oktagonal. Untuk menentukan sudut kemiringan lengan tiang lampu agar titik
penerangan mengarah ke tengah-tengah jalan, maka rumus yang digunakan yaitu:
t=√ h2 +c 2
Sehingga :
h
cos α=
t
Dimana,
h = tinggi tiang
t = jarak lampu ke tengah-tengah jalan
c = jarak horizontal lampu dengan tengah jalan
W1 = tiang ke ujung lampu
W2 = jarak horizontal lampu ke ujung jalan

Gambar 2. Sudut Kemiringan Lengan Tiang

2.5 Dasar Perencanaan Penerangan Jalan


1. Perencanaan penerangan jalan terkait dengan hal-hal berikut ini :
a. Volume lalu lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang bersinggungan
seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda, dll.
b. Tipikal potongan melintang jalan, situasi (lay-out) jalan dan persimpangan
jalan.
c. Geometrik jalan seperti alinemen horizontal dan vertikal, dll.
d. Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi pantulan cahaya
lampu penerangan.
e. Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya / lampu, data fotometrik lampu
dan lokasi sumber listrik.
f. Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan lain-lain, agar
perencanaan sisstem lampu penerangan efektif dan ekonomis.
g. Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan pengembangan daerah
sekitarnya.
h. Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.
i. Kelas jalan dan standar penerangan.
2. Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan
penerangan jalan, antara lain :
a. Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan.
b. Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horizontal (tikungan) tajam.
c. Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange, tempat parkir, dll.
d. Jalan-jalan berpohon.
e. Jalan jalan yang mempunyai nilai sejarah untuk keperluan nilai estetis.
f. Jalan-jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk pemasangan
lampu di bagian median.
g. Jembatan sempit / panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah (terowongan).
h. Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinteferensi dengan
jalannya.

2.6 Jumlah Titik Lampu Penerangan Jalan


Jumlah titik lampu dapat diketahui apabila kita sudah menentukan jarak antar titik
tiang lampu. Rumus yang digunakan adalah:
L
T= +1
S
Dimana,
T : jumlah titik lampu
L : panjang jalan (m)
S : jarak tiang ke tiang (m)

Perencanaan dan penempatan lampu penerangan jalan dapat dilihat pada Gambar 3.

H2

Gambar 3. Penempatan Lampu Penerangan

Keterangan : H = tinggi tiang lampu


L = lebar badan jalan, termasuk median jika ada
E = jarak interval antar tiang lampu

S1 + S2 = proyeksi kerucut cahaya lampu


S1 = jarak tiang lampu ke tepi kereb
S2 = jarak dari tepi kereb ke titik penyinaran terjauh
I = sudut inklinasi pencahayaan
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Tiang Lampu Penerangan Jalan


Tiang lampu yang digunakan adalah tiang lampu lengan tunggal dengan tinggi
tiang 6 meter dan panjang lengan 2 meter. Sehingga kemiringan lengan dapat
dihitung seperti dibawah ini:
t=√ h2 +c 2
t=√ 62 +1,52 = 6,18 m
Sehingga :
h
cos α=
t
6
cos α= maka, cos α =13,86 °
6,18
Gambar 3. Penentuan sudut kemiringan pada lengan tiang lampu terhadap lebar jalan
3.2 Menghitung Jumlah Titik Lampu Yang Dibutuhkan
Untuk menghitung jumlah titik lampu yang dibutuhkan, dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
L
T= +1
S
T=5700 m /47 m+1 = 121,27 +1 = 122 tiang.
Jarak antar titik tiang lampu yang digunakan yaitu 47 meter dimana jarak tersebut
digunakan karena lampu LED 30 watt pencahayaanya setara dengan lampu SON 70
watt pada SNI 2008. Maka, jumlah kebutuhan titik tiang lampu yaitu 122 titik.

3.3 Perhitungan Daya Lampu dan Penerangan


Proyek ini menggunakan lampu LED untuk jenis lampu penerangannya, dengan
alasan lebih hemat energi dan umur pakai yang panjang sehingga sesuai dengan
sistem penerangan jalan berbasis energi surya. Selain itu, lampu LED yang dipilih
juga merupakan lampu LED DC sehingga pada aplikasinya nanti tidak memerlukan
inverter untuk merubah arus DC dari solar sel ke arus AC yang dibutuhkan lampu.
Hal ini dilakukan sebagai penghematan biaya investasi. Spesifikasi lampu yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Intensitas cahaya: 𝐼 = ∅ /𝜔 =
b. Luminansi rata-rata: 𝐿𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝐼/ (𝐴𝐶𝑜𝑠𝜃)
c. Efikasi Cahaya: 𝐾 = ∅ / P
d. Jumlah titik lampu yang diperlukan
e. Perhitungan Energi Listrik

Anda mungkin juga menyukai