Asuhan Keperawatan Epilepsi
Asuhan Keperawatan Epilepsi
Pengertian
akibatlepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel.Epilepsi adalah
gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-
serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak,
yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi .Epilepsi adalah sindroma otak kronis
dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan
berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai
2. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik) Sering terjadi
pada:
5.Tumor Otak
Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama, ialah epilepsi
idopatik, remote symptomatic epilepsy (RSE), epilepsi simtomatik akut, dan epilepsi pada
anak-anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam
klasifikasi tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari
kedua tersebut terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan
Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas pada
CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas
tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik
yang jelas. Sementara itu, dipandang dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-
awitan, definisi neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai
Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12 bulan
pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit neurologik terjadi
pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang adalah 75% pada 12 bulan
pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali itu, bangkitan pertama yang terjadi
pada saat terkena gangguan otak akut akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan
pertama dan 36 bulan pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan
resiko untuk terjadinya bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan
3. Klasifikasi Epilepsi
Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang
berlebihan dari neuron diseluruh area otak-di korteks, di bagian dalam serebrum,
dan bahkan di batang otak dan talamus. Kejang grand mal berlangsung selama 3
atau 4 menit.
3. Epilepsi Fokal
Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regoi setempat
pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada serebrum dan
batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi organik setempat atau adanya
kelainan fungsional.
4. Patofisiologi
Dispnea O2 Menurun
Parsial Umum
klonik Tonik-klonik
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat
pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-juta neuron. Pada
hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf yang
norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-
sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saraf di otak yang
dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps
dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan
hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan
demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar
kebagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran.
Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang
substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-
impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang
5. Manifestasi klinik
berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-bauan tak enak, mendengar
6. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mencegah timbulnya sawan tanpa mengganggu kapasitas dan
psikososial.
1) Pengobatan medikamentosa
Pada epilepsi yang simtomatis di mana sawan yang timbul adalah manifestasi
penyebabnya seperti tumor otak, radang otak, gangguan metabolic, mka di samping
pemberian obat anti-epilepsi diperlukan pula terapi kausal. Beberapa prinsip dasar
a. Pada sawan yang sangat jarang dan dapat dihilangkan factor pencetusnya,
- Termasuk intractable epilepsi.
- Phenobarbital (luminal).
- Primidone (mysolin)
phenyletylmalonamid.
Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah PH.
- Carbamazine (tegretol).
Mempunyaikhasiatpsikotropikyangmungkindisebabkanpengontrolanbangkita
nepilepsiitusendiriataumungkinjugacarbamazinememangmempunyaiefekpsik
gangguanfungsi hati.
- Diazepam.
- Nitrazepam (inogadon).
Terutamadipakaiuntukspasmeinfantildanbangkitanmioklonus.
- Ethosuximide (zarontine).
- Na-valproat (dopakene)
- Acetazolamide (diamox).
Kadang-kadangdipakaisebagaiobattambahandalampengobatanepilepsi.Zat ini
- ACTH
(Hidayat,2009)
2)Pengobatan Psikososial.
Pasien diberikan penerangan bahwa dengan pengobatan yang optimal sebagian besar
akan terbebas dari sawan. Pasien harus patuh dalam menjalani pengobatannya sehingga
dapat bebas dari sawan dan dapat belajar, bekerja dan bermasyarkat secara normal.
- Pastikan diagnosis dengan observasi aktivitas serangan atau satu serangan berikutnya.
- Beri oksigen lewat kanul nasal atau masker, atur posisi kepala dan jalan nafas,
- Pasang jalur intravena dengan NaC10,9%, periksa gula darah, kimia darah,
Jika hipoglikemia/gula darah tidak diperiksa, berikan 50 ml glukosa 50% bolas intravena
Pada dewasa: berikan 0,2 mg/kgBB diazepam dengan kecepatan 5 mg/menit sampai
maksimum 20 mg. Jika serangan masih ada setelah 5 menit, dapat diulangi lagi. Diazepam
Berikan fenitoin 20 mg/kgBB dengan kecepatan <50 mg/menit pada dewasa dan 1
mg/kbBB/menit pada anak; monitor EKG dan tekanan darah selama pemberian.
mg/kg sampai maksimum 30 mg/kg. Jika status menetap, berikan 20 mg/kg fenobarbital
intravena dengan kecepatan 60 mg/menit. Bila apne, berikan bantuan ventilasi (intubasi).
Jika status menetap, anestasia umum dengan pentobarbiatal, midazolam atau propofal.
a. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu (pasien
b.Pasien dilantai jika memungkinkan lindungi kepala dengan bantalan untuk mencegah
e. Jika pasien ditempat tidur singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat tidur.
f. Jika aura mendahului kejang, masukkan spatel lidah yang diberi bantalan diantara
g.Jangan berusaha membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme untuk
memasukkan sesuatu, gigi yang patah cidera pada bibir dan lidah dapat terjadi karena
tindakan ini.
h.Tidak ada upaya dibuat untuk merestrein pasien selama kejang karena kontraksi otot
i. Jika mungkin tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala fleksi
kedepan yang memungkinkan lidah jatuh dan memudahkan pengeluaran salifa dan
mucus. Jika disediakan pengisap gunakan jika perlu untuk membersihkan secret
j. Setelah kejang: pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi,
yakinkan bahwa jalan nafas paten. Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang
grand mal. Periode apnoe pendek dapat terjadi selama atau secara tiba-tiba setelah
7. Pemeriksaan Diagnostik
aktivitas kejang.
4. Sel Darah Merah : Anemia Aplastik mungkin sebagai akibat terapi obat.
5. Kadar obat pada serum: Untuk membuktikan batas obat anti epilepsi.
9. Pemantauan video EEG 24 jam : dapat mengidentifikasikan fokus kejang secara tepat.
1. Pengkajian
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tangal pengkajian, No register, tanggal
rawat dan penanggung jawab dan perawat mengumbpulkan informasi informasi tentang
riwayat kejang pasien. Pasien ditanyakan tentang faktor atau kejadian yang dapat
menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat. Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji:
c. pengalaman kerja
e. Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam
1. Selama serangan :
d.disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik-klonik,
f.mulut berbuih.
j.Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu sisi atau
keduanya.
k.ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam, kurang tidur, keadaan
emosional.
l.penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan gangguan
kesadaran, kejang-kejang.
2. Sesudah serangan
c.Sesudah serangan pasien masih ingat yang terjadi sebelum, selama dan sesudah serangan.
c. ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik, olfaktorik maupun visual.
4. Riwayat Penyakit
b.Padausiaberapaseranganpertama.
c.Frekuensi serangan.
5. Riwayat kesehatan
c.Tumor intrakranial.
6. Riwayat kejang
b. Dosis obat
8.Pemeriksaan fisik
a.Tingkat kesadaran
c.Perubahan pupil
d.Garakan motorik
f.Apnea
g.Cyanosis
h.Saliva banyak
9. Psikososial
a. Usia
b.Jenis kelamin
c.Pekerjaan
b. Kondisi kronik
INTERVENSI RASIONAL
1. Anjurkan klien untuk 1. Menurunkan resiko aspirasi atau
mengosongkan mulut dari masuknya sesuatu benda asing
benda/zat tertentu kedalam tirah baring
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam, masalah termogulasi tidak efektif
teratasi.
Kriterua hasil : Demam berkurang, suhu normal 36,5 – 37,5 ̊ C , Nadi dan RR
normal, tidak ada perubahan warna kulit
INTERVENSI RASIONAL
kepala / ketiak
pakaian tipis yang terbuat dari terhalangi oleh pakaian tebal dan
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 Jam masalah resiko terhadap
cidera teratasi dan tidak terjadi.
Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi aman, tidak
ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INERVENSI RASIONAL
3. Letakkan klien ditempat tidur 3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar mencegah terjadinya cidera pada
klien
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan mengenai prognosis 1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya mengklarifikasi kesalahan
pengobatan persepsi & keadaan penyakit yang
ada
2. Berikan informasi yang 2. Pengetahuan yang diberikan
adekuat tentang prognosis mampu menurunkan resiko dari
penyakit dan tentang interaksi efek bahay satu penyakit & cara
obat yang potensial menanganinya
Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri
dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor
kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )
Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan
sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal
dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.