Anda di halaman 1dari 10

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Disusun Oleh :

Mega Nanda (02622021)

UNIT SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUNINGAN


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul KESEHATAN
REPRODUKSI ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Diklatsar PMI serta untuk menambah wawasan saya.

Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Cirebon, 12 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kesehatan Reproduksi pada Remaja ...................................................................... 3


B. Penyakit Menular Seksual (PMS) .......................................................................... 4
C. Gonore .................................................................................................................... 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 7
B. Saran ...................................................................................................................... 7
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kesehatan reproduksi pada remaja merupakan hal yang krusial dalam skala
global maupun nasional. Menurut WHO terdapat 1.21 miliar remaja (individu usia 10-
19 tahun) di seluruh dunia yang mana jumlah ini merupakan yang terbesar dalam
sejarah manusia. Masalah-masalah kesehatan reproduksi di negara maju, seperti
Amerika Serikat antara lain 41% siswa sekolah menengah atas telah melakukan
hubungan seksual, 22% kasus baru HIV ditemukan pada penderita usia 13-24 tahun,
setengah dari 20 juta penderita IMS setiap tahunnya adalah orang-orang muda berusia
15-24 tahun, dan sekitar 250.000 bayi lahir dari ibu berusia 15-19 tahun.

Permasalahan kesehatan reproduksi di negara-negara Asia juga memiliki


proporsi yang tidak sedikit. Permasalahan tersebut antara lain 13% dari 1139 remaja
usia 15-20 tahun yang disurvei pada tahun 2010 di Malaysia dan 41% dari 1500 anak
muda usia 18-24 yang disurvei pada tahun 2014 di Iran sudah pernah berhubungan
seksual, sekitar 210.000 remaja usia 10-19 tahun pada tahun 2013 diseluruh Asia dan
Pasifik menderita HIV, hampir 1 dari 10 perempuan di Asia Selatan dan Oseania
melahirkan sebelum usia 18 tahun, dan 34% dari 11 juta aborsi pada tahun 2008 di
Asia terjadi pada wanita usia dibawah 25 tahun dengan mayoritas kasus dilakukan
oleh tenaga-non medis.

Survei yang dilakukan di Indonesia oleh Kementerian Kesehatan RI pada


tahun 2012 menunjukkan bahwa sebanyak 4.5% remaja laki-laki dan 0.7% remaja
perempuan usia 15-19 tahun telah melakukan seks pranikah, sedangkan seks pranikah
pada remaja usia 20-24 tahun jumlahnya lebih tinggi lagi yaitu 14.6% pada remaja
laki-laki dan 1.8% pada remaja perempuan. Proporsi kehamilan pada usia 15-19 tahun
berdasarkan data tahun 2013 adalah 1.97%. Pada tahun 2014 kasus infeksi HIV kedua
terbanyak di Indonesia ditemukan pada kelompok umur 20-24 tahun, yaitu sebanyak
3587 orang. Sebanyak 46% kasus aborsi pada tahun 2000 ditemukan pada perempuan
usia 20-29 tahun dan 33% berstatus belum menikah.

Infeksi menular seksual atau penyakit menular seksual adalah infeksi yang
menular melalui hubungan intim. Penyakit ini dapat ditandai dengan ruam atau lepuhan
dan rasa nyeri di area kelamin. Ada banyak jenis penyakit menular seksual, di
antaranya chlamydia, gonore, sifilis, trikomoniasis, dan HIV.

Sesuai namanya, penyakit menular seksual menyebar melalui hubungan intim,


baik secara vaginal, anal, maupun oral. Tidak hanya hubungan intim, penularan juga
dapat terjadi melalui transfusi darah dan berbagi jarum suntik dengan penderita.
Infeksi juga dapat ditularkan dari ibu hamil ke janin, baik selama kehamilan atau saat
persalinan.
Gonore, yang dikenal juga dengan kencing nanah, disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari penis
atau vagina dan rasa nyeri ketika buang air kecil. Bakteri penyebab gonore juga dapat
menimbulkan infeksi di bagian tubuh lain, jika terjadi kontak dengan sperma atau
cairan vagina.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud kesehatan reproduksi pada remaja ?
2. Apa pengertian dari Penyakit Menular Seksual ?
3. Apa itu Gonore ?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kesehatan reproduksi


pada remaja, pengertian PMS (Penyakit Menular Seksual), mengetahui tentang segala
hal tentang penyakit Gonore.
BAB II

PEMBAHASAN
A. KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja adalah orang yang


berusia 12 hingga 24 tahun. Masa remaja merupakan peralihan dari kanak-kanak
menjadi dewasa. Artinya, proses pengenalan dan pengetahuan kesehatan reproduksi
sebenarnya sudah dimulai pada masa ini. Secara sederhana, reproduksi berasal dari
kata “re” yang berarti kembali dan “produksi” yang artinya membuat atau
menghasilkan.

Reproduksi bisa diartikan sebagai proses kehidupan manusia dalam


menghasilkan kembali keturunan. Karena definisi yang terlalu umum tersebut,
seringnya reproduksi hanya dianggap sebatas masalah seksual atau hubungan intim.
Alhasih, banyak orang tua yang merasa tidak nyaman untuk membicarakan masalah
tersebut pada remaja. Padahal, kesehatan reproduksi, terutama pada remaja
merupakan kondisi sehat yang meliputi sistem, fungsi, dan proses reproduksi.

Kurangnya edukasi terhadap hal yang berkaitan dengan reproduksi nyatanya


bisa memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan. Salah satu hal yang sering terjadi
karena kurangnya sosialiasi dan edukasi adalah penyakit seksual menular, kehamilan
di usia muda, hingga aborsi yang berakibat pada hilangnya nyawa remaja.

Peran orangtua merupakan satu hal yang penting dalam edukasi seksual pada
remaja. Apalagi saat ini masih belum banyak orang yang peduli terhadap risiko-risiko
yang bisa menyerang remaja “salah pergaulan” tersebut. Mulai dari ancaman
HIV/AIDS, angka kematian ibu yang meningkat karena melahirkan di usia muda,
hingga kematian remaja perempuan karena nekat mengambil tindakan aborsi.

Pada dasarnya, remaja perlu memiliki pengetahuan seputar kesehatan


reproduksi. Tak hanya untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ tersebut, informasi
yang benar terhadap pembahasan ini juga bisa menghindari remaja melakukan hal-hal
yang tidak diinginkan.

Memiliki pengetahuan yang tepat terhadap proses reproduksi, serta cara


menjaga kesehatannya, diharapkan mampu membuat remaja lebih bertanggung jawab.
Terutama mengenai proses reproduksi, dan dapat berpikir ulang sebelum melakukan
hal yang dapat merugikan.

Pengetahuan seputar masalah reproduksi tidak hanya wajib bagi remaja putri
saja. Sebab, anak laki-laki juga harus mengetahui serta mengerti cara hidup dengan
reproduksi yang sehat. Pergaulan yang salah juga pada akhirnya bisa memberi
dampak merugikan pada remaja laki-laki pula. Berikut ini pengetahuan dasar yang
perlu diketahui remaja :

a. Pengenalan terhadap sistem, proses, serta fungsi alat reproduksi. Usahakanlah


untuk menyampaikan informasi sesuai dengan usia dan kesiapan anak. Tapi
sebaiknya hindari penggunaan istila-istilah tertentu yang malah bisa mengaburkan
makna dan membuat anak tidak mengenal dengan pasti masalah reproduksi.
b. Risiko penyakit. Aspek ini juga sebaiknya sudah mulai dikenalkan dan
disampaikan pada remaja yang sudah beranjak dewasa. Dengan mengetahui risiko
yang mungkin terjadi, remaja tentu akan lebih berhati-hati dan lebih menjaga
kesehatan reproduksi.
c. Kekerasan seksual dan cara meghindarinya. Remaja perlu dikenalkan dengan hak-
hak reproduksi yang ia miliki. Selain itu, diperlukan juga pengetahuan tentang
kekerasana seksual yang mungkin terjadi, apa saja jenisnya, dan bagaimana cara
mencegahnya terjadi.

B. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Penyakit menular seksual atau biasa dikenal dengan infeksi menular seksual
merupakan infeksi yang umumnya ditularkan melalui hubungan seks yang tidak
aman. Penyebarannya pun bisa melalui darah, sperma, atau cairan tubuh lainnya.
Selain itu, penyebarannya bisa melalui pemakaian jarum suntik secara berulang atau
bergantian di antara beberapa orang.

Faktor Risiko Penyakit Menular Seksual (PMS)

Berhubungan intim secara oral, vaginal, ataupun anal yang tidak aman
merupakan faktor utama penyakit kelamin. Selain itu, berhubungan intim dengan
lebih dari satu pasangan dapat meningkatkan resiko terkena penyakit menular seksual.
Penyebaran penyakit pun bisa melalui benda, tanpa hubungan intim, seperti berbagi
alat suntik, jarum, maupun melalui transfusi darah.

Penyebab Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit menular seksual disebabkan oleh beberapa virus dan bakteri yang
menyebar melalui cairan tubuh seperti treponema pallidum (sifilis), neisseria
gonorrhoeae (gonore), clamidia trachomatis (klamidia), human papilomavirus (kutil
kelamin), human immunodeficiency virus (HIV).

Gejala Penyakit Menular Seksual (PMS)

Pada awalnya, sebagian gejala penyakit menular seksual mungkin tidak


diketahui. Meski begitu, terdapat beberapa gejala yang perlu diwaspadai, di
antaranya:

• Mengalami perubahan pada urine.


• Rasa nyeri selama berhubungan seks.
• Kutil atau memar.
• Sakit panggul atau perut bagian bawah.
• Miss V terasa panas atau gatal.
• Keputihan abnormal atau perdarahan vaginal.
• Keluar cairan dari Mr P.
• Buang air kecil terasa menyakitkan atau panas.
C. GONORE

Gonore atau kencing nanah merupakan penyakit menular seksual yang


disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini umumnya ditularkan
melalui hubungan seksual atau kontak langsung dengan luka yang terinfeksi oleh
kuman gonore. Namun, bayi juga dapat terinfeksi dari ibunya ketika proses
melahirkan.

Gonore dapat terjadi pada pria maupun wanita. Gonore dapat menyerang
uretra, rektum, atau tenggorokan. Pada wanita, gonore juga dapat mengenai serviks.

Diagnosis Gonore
Ada beberapa cara untuk menentukan diagnosis gonore. Dokter dapat
melakukan pemeriksaan dengan mengambil cairan atau nanah dari kelamin, untuk
kemudian diperiksa di laboratorium.

Selain itu, dapat pula dilakukan pemeriksaan urine. Jika ditemukan sel darah
putih yang banyak (leukosit) dan tanda-tanda infeksi seperti urine keruh, tentunya
dengan disertai gejala klinis yang jelas, maka gonore dapat ditegakkan.

Pemeriksaan kultur (biakan) kuman juga dapat dilakukan, tetapi membutuhkan


waktu yang lebih lama.

Gejala Gonore
Masa inkubasi gonore sangat singkat. Pada pria umumnya hanya berkisar
antara dua hingga lima hari, tetapi kadang-kadang bisa lebih lama. Namun, pada
wanita, masa inkubasi sulit untuk ditentukan karena pada umumnya infeksi gonore ini
tidak menimbulkan gejala.

Pada pria, awalnya terdapat rasa gatal dan panas di sekitar uretra, saluran yang
menghantarkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh. Selanjutnya, terdapat rasa
nyeri saat buang air kecil dan keluar nanah dari ujung uretra yang kadang-kadang
disertai darah.

Bila infeksi sudah semakin lanjut, nyeri akan semakin bertambah dan nanah
semakin kental dan keruh. Selain itu, terdapat nyeri pada waktu ereksi dan
pembesaran kelenjar getah bening di selangkangan.
Pada wanita, gejala, kalaupun ada, dapat sangat ringan sehingga penderita
tidak menyadarinya. Sebanyak 30%–60% wanita penderita gonore tidak memberikan
gejala.

Gejala yang timbul dapat berupa nyeri saat buang air kecil, buang air kecil
menjadi lebih sering, dan kadang-kadang timbul rasa nyeri pada panggul bawah.
Selain itu, terdapat cairan kental dan keruh yang keluar dari vagina.

Bayi dapat terinfeksi jika dilahirkan secara normal melalui vagina ibu yang
memiliki gonore. Penularan disebabkan karena kontak bayi dengan nanah dari jalan
lahir ibu. Gonore paling sering menimbulkan infeksi mata pada bayi.

Meski demikian, beberapa orang tidak mengalami gejala apa pun sehingga
mereka tidak mencari penanganan medis. Hal ini dapat meningkatkan risiko
komplikasi dan penularan kepada orang lain.

Pengobatan Gonore
Gonore dapat diobati dengan antibiotik. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menganjurkan agar penderita gonore juga diberikan obat untuk memberantas infeksi
klamidia—sejenis kuman yang menyebabkan infeksi kelamin nonspesifik—karena
klamidia sering ditemukan bersama dengan gonore.

Banyak antibiotika yang aman dan efektif untuk mengobati gonore, di


antaranya cefixim, levofloksasin, dan tiamfenikol. Dosis dan penggunaan obat
tersebut harus berdasarkan petunjuk dokter.

Sangat dianjurkan juga agar pasangan penderita turut diperiksa dan diobati,
agar kelak tidak terjadi infeksi bergantian. Hal ini berlaku untuk pasangan seksual
dalam 2 bulan terakhir, atau pasangan seksual terakhir bila selama dua bulan ini tidak
ada aktivitas seksual.

Untuk penanganan di rumah, hindari menggaruk, menggosok, atau menyabuni


kelamin berlebihan untuk mencegah iritasi lebih lanjut. Tidak dianjurkan untuk
mengobati diri sendiri tanpa petunjuk dokter, terutama antibiotik, karena
dikhawatirkan terjadi resistensi gonore terhadap obat.

Di Indonesia, pengobatan gonore dapat ditanggung oleh asuransi BPJS.

Pencegahan Gonore
Untuk mencegah penyakit gonore, sangat penting untuk tidak berganti-ganti
pasangan seksual. Gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual, terutama jika
Anda tidak yakin apakah pasangan Anda benar-benar bersih atau tidak.

Jika menderita gonore, hindari berhubungan seksual sampai pengobatan


antibiotik selesai. Walaupun sudah pernah terkena gonore, seseorang dapat terkena
kembali karena tidak akan terbentuk imunitas untuk gonore. Sarankan juga pasangan
seksual untuk diperiksa agar tidak terjadi infeksi lebih jauh.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesehatan reproduksi pada remaja merupakan hal yang krusial dalam skala
global maupun nasional. Menurut WHO terdapat 1.21 miliar remaja (individu usia 10-
19 tahun) di seluruh dunia yang mana jumlah ini merupakan yang terbesar dalam
sejarah manusia.

Penyakit menular seksual atau biasa dikenal dengan infeksi menular seksual
merupakan infeksi yang umumnya ditularkan melalui hubungan seks yang tidak
aman. Penyebarannya pun bisa melalui darah, sperma, atau cairan tubuh lainnya.
Selain itu, penyebarannya bisa melalui pemakaian jarum suntik secara berulang atau
bergantian di antara beberapa orang.

Gonore atau kencing nanah merupakan penyakit menular seksual yang


disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini umumnya ditularkan
melalui hubungan seksual atau kontak langsung dengan luka yang terinfeksi oleh
kuman gonore. Namun, bayi juga dapat terinfeksi dari ibunya ketika proses
melahirkan.

B. SARAN

Edukasi tentang kesehatan reproduksi pada remaja harus ditingkatkan agar


para remaja bisa menjaga kesehatan reproduksi terutama untuk mencegah pnyakit
penyakit menular seksual.

Anda mungkin juga menyukai