Anda di halaman 1dari 6

Nama : Azhari hidayat

Nim :136
Kelas : HTN D

- TUGAS RESUME URGENSI ILMU FIKIH

Kenapa kita harus belajar fiqih?

Ada banyak alasan yang bisa menjadi latar belakang kenapa kita sebagai muslim wajib belajar ilmu
fiqih, baik alasan yang berdasarkan dalil-dalil syar’i seperti Al-Quran dan As-Sunnah, atau pun yang
sifatnya dengan melihat realitas kehidupan.

A. DALIL SYAR’I

Ada begitu banyak dalil yang mewajibkan kita untuk belajar ilmu fiqih, baik dari Al-Quran maupun
dari As- Sunnah. Kewajiban yang diberikan itu terkadang dalam bentuk konteks individu yang hukumnya
menjadi fardhu ‘ain, namun terkadang juga menjadi kewajiban yang bersifat kolektif, sehingga
hukumnya menjadi fardhu kifayah.

1. Dalil Al-Quran

Ada begitu banyak dalil dari Al-Quran yang mewajibkan umat Islam mempelajari ilmu fiqih. Di
antaranya ketika Allah SWT berfirman : Tidak sepatutnya bagi mu'minin itu pergi semuanya. Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(QS. At-Taubah : 122)

Ayat ini menegaskan tentang keharusan sekelompokorang yang mendalami fiqih dari sekian banyak
orang yang berjihad di jalan Allah. Ayat ini membandingkan antara kewajiban berjihad yang pahalanya
begitu besar dengan kewajiban menuntut ilmu agama. Kalau kita bandingkan antara jumlah orang awam
dan jumlah para ulama, kita akan menemukan perbandingan yang jauh dari proporsional. Dengan kata
lain, ulama di masa sekarang ini termasuk ‘makhluk langka’ bahkan nyaris punah

Mempejari Islam adalah kewajiban pertama setiap muslim yang sudah aqil baligh. Ilmu-ilmu ke-
islaman yang utama adalah bagaimana mengetahui kemauan Allah SWT terhadap diri kita. Dan itu
adalah ilmu syariah.

Allah SWT berfirman :

...Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (ulama) jika


kamu tidak mengetahui (QS. AnNahl : 43) Paling tidak, setiap muslim wajib melakukan thaharah, shalat,
puasa, zakat dan bentuk ibadah ritual lainnya. Dan agar ibadah ritual itu bisa syah dan diterima oleh
Allah SWT, tidak boleh dilakukan dengan pendekatan improvisasi atau sekedar menduga-duga semata.
Harus ada dasar dan dalil yang jelas dan kuat. Karena ibadah ritual itu tidak boleh dilakukan kecuali
sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang m e n g e t a h u i d e n g a n o r a n g - o r a n g y a n g t


i d a k mengetahui?". (QS. Az-Zumar : 9)

2. Dalil As-Sunnah

Sedangkan dalil-dalil yang mewajibkan kita belajar ilmu fiqih yang berupa dalil-dalil dari sunnah
nabawiyah sebenarnya sangat banyak, di antaranya sebagai berikut :

a) Hadits Dicabutnya Ilmu

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits beliau yang shahih : Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu
secara tiba-tiba dari tengah manusia, tapi Allah mencabut ilmu dengan dicabutnya nyawa para ulama.
Hingga ketika tidak tersisa satu pun dari ulama, orangorang menjadikan orang-orang bodoh untuk
menjadi pemimpin. Ketika orang-orang bodoh itu ditanya tentang masalah agama mereka berfatwa
tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan (HR. Bukhari dan Muslim)

b) Hadits Fadhilah Orang Berilmu

Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan hadits shahih riwayat Al-Imam Muslim yang amat masyhur
berikut ini : Orang yang meniti jalan dalam rangka menuntut ilmu agama, maka Allah mudahkan
baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim) Dan para malaikat menaungi dengan sayap-sayap mereka
kepada para penuntut ilmu sebagai tanda keridhaan dari mereka (HR. Muslim) Dan orang yang berilmu
itu dimintakan ampunan oleh semua makhluk Allah yang ada di sekian banyak langit dan bumi, termasuk
ikan-ikan yang ada di kedalaman lautan ikut memintakan ampun. (HR. Muslim) Keutamaan seorang yang
berilmu agama dibandingkan dengan seorang ahli ibadah seperti bulan di malam purnama dibandingkan
semua planet (bintang). (HR. Muslim) Dan sesungguhnya para ulama adalah para ahli waris dari para
nabi, dimana para nabi memang tidak mewariskan dinar atau dirham, melainkan mereka mewariskan
ilmu. Siapa yang menuntut ilmu maka dia telah mendapat warisan yang sangat besar nilainya. (HR.
Muslim

Betapa orang yang belajar menuntut ilmu dan juga orang yang memiliki ilmu dijanjikan oleh Rasulullah
SAW di dalam hadits ini dengan berbagai fadhilah, antara lain :

1) Dimudahkan jalannya menuju surga. Padahal semua orang nanti di hari kiamat akan kesulitan
mendapatkan jalan yang mudah ke dalam surga. Bahkan banyak yang tertatihtatih dan bersusah payah
agar bisa sampai ke surga.

2) Para malaikat meridhai mereka dengan menaunginya dengan sayap-sayap mereka. Padahal malaikat
adalah hamba-hamba Allah yang amat mulia lagi taat. Kalau sampai para malaikat meridhai, tentu hal itu
menunjukkan betapa tingginya derajat orang yang berilmu.
3) Dosa-dosa orang yang menuntut ilmu dimintakan ampun oleh semua makhluk Allah SWT, baik yang
ada di berbagai macam langit yang banyak itu, maupun makhluk Allah SWT yang menetap di atas bumi.
Bahkan ikan-ikan yang hidup di kedalaman samudera luas pun ikut pula memintakan ampunanbuat
mereka.

4) Kelebihan orang yang berilmu dibandingkan orang bodoh yang tidak punya ilmu meski dia rajin
ibadah diibaratkan seperti terangnya bulan purnama dengan terangnya bintang di kegelapan malam.
Bulan purnama yang cahaya menerangi atmosfir langit kita ini tentu jauh berbeda dengan bintang yang
di mata kita hanyalah titik kecil di langit yang hitam.

5) Orang yang berilmu adalah para ahli waris nabi. Mereka mewarisi harta kekayaan para nabi yang tidak
berbentuk uang atau harta benda, melainkan kekayaan itu berupa ilmu yang tidak ternilai harganya.
Maka mereka y a n g b e l a j a r i l m u a g a m a d a n mendapatkannya diibaratkan dengan orang yang
mendapat warisan kekayaan yang sangat besar tidak ternilai harganya.

c) Perintah Belajar Faraidh

Di antara ilmu fiqih adalah masalah faraidh atau pembagian harta warisan. Rasulullah SAW secara
khusus telah memberikan perintah khusus untuk mempelajarinya dan sekalian juga beliau mewajibkan
kita untuk mengajarkannya. Dalilnya sebagai berikut : Dari A'raj radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Wahai Abu Hurairah, pelajarilah ilmu faraidh dan ajarkanlah. Karena dia setengah dari ilmu
dan dilupakan orang. Dan dia adalah yang pertama kali akan dicabut dari umatku". (HR. Ibnu Majah,
AdDaruquthuny dan Al-Hakim)

B. Realitas

Kewajiban untuk belajar ilmu fiqih juga didukung berdasarkan fakta dan realitas yang ada di tengah
kehidupan nyata. Semua menunjukkan atas keharusan kita umat Islam untuk mempelajari dan
menguasai ilmu fiqih. Di antara realitas itu misalnya :

1. Ilmu Fiqih Bagian dari Identitas Ke-Islaman

Seorang muslim dengan seorang non muslim tidak dibedakan berdasarkan KTP-nya. Juga tidak
dibedakan berdasarkan ras, darah, golongan, bahasa, kebangsaan atau keturunan tertentu. Tetapi yang
membedakan antara kedua adalah berdasarkan apa yang diketahuinya tentang ajaran Islam serta
diyakini kebenarannya. Tidak mungkin seorang bisa dikatakan muslim manakala dia tidak mengenal
Allah SWT. Dan tidak-lah seseorang mengenal Allah SWT, manakala dia tidak mengenal ajaran- Nya serta
syariat yang telah diturunkan-Nya. Sehingga mengetahui ilmu-ilmu syariat merupakan bagian tak
terpisahkan dari status keislaman seseorang.

2. Kunci Memahami Al-Quran & As-Sunnah

Sumber utama ajaran Islam adalah Al-Quran yang terdiri dari lebih 6.000-an ayat dan AsSunnah yang
berjumlah ratusan ribu bahkan sampai jutaan. Namun bagaimana mengambil kesimpulan hukum atas
suatu masalah dengan menggunakan dalil-dalil yang sedemikian banyak, harus ada sebuah metodologi
yang ilmiyah yang baku dan disepakati oleh umat Islam sepanjang zaman. Dan metodologi itu adalah
ilmu fiqih. Ilmu fiqih telah berhasil menjelaskan dengan pasti dan tepat tentang hukum-hukum yang
terkandung pada tiap potong ayat dan hadits yang bertebaran. Dengan menguasai ilmu fiqih, maka Al-
Quran dan As-Sunnah bisa dipahami dengan benar, tepat dan akurat, sebagaimana Rasulullah SAW
dahulu mengajarkannya.

3. Fiqih Adalah Porsi Terbesar Ajaran Islam

Dibandingkan dengan masalah aqidah, ahlaq atau pun bidang lainnya, masalah-masalah dalam ilmu
fiqih menempati porsi terbesar dalam khazanah ilmu-ilmu ke- Islaman. Bahkan yang disebut dengan
ulama itu lebih identic sebagai orang yang ahli di bidang ilmu fiqih ketimbang ahli di bidang lainnya.
Sehingga sebagai ilmu yang merupakan porsi terbesar dalam ajaran Islam, ilmu syariah ini menjadi
penting untuk dikuasai. Seorang muslim itu masih wajar bila tidak menguasai ilmu tafsir, hadits, bahasa
Arab, Ushul Fqih, Kaidah Ushul dan lainnya. Tetapi khusus dalam ilmu syarriah khususnya fiqih, nyaris
mustahil bila tidak dikuasai, meski dalam porsi yang seadanya. Sebab tidak mungkin kita bisa beribadah
dengan benar tanpa menguasai ilmu fiqih ibadah itu sendiri.

4. Tingginya Kedudukan UlamaTerhindar Dari Perpecahan

Allah SWT telah meninggikan derajat orang yang memiliki ilmu syariah dengan firman-Nya : Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. AlMujadilah : 11) Sehingga
tampuk kepemimpinan skala mikro dan makro menjadi hak para ahli ilmu syariah. Seorang imam shalat
diutamakan orang y a n g l e b i h m e n d a l a m p e m a h a m a n n y a . (afqahuhum). Bukan yang lebih
tua, sudah menikah, lebih senior dalam struktur pergerakan, lebih tenar atau lebih punya kepemiminan.
Namun imam shalat hendaklah orang yang lebih faqih dalam masalah agama.

5. Menentukan Eksistensi Umat Islam

Para ulama syariah terbiasa berbeda pendapat, karena berbeda hasil ijtihad sudah menjadi
keniscayaan. Namun mereka sangat menghormati perbedaan diantara mereka. Sehingga tidak saling
mencaci, menjelekkan atau menafikan. Sebaliknya, semakin awam seseorang terhadap ilmu syariah,
biasanya akan semakin tidak punya mental untuk berbeda pendapat. Sedikit p e r b e d a a n d i k a l a n
g a n m e re k a s u d a h memungkinkan untuk terjadinya perpecahan, pertikaian, bahkan saling
menjelekkan satu sama lain.

Jadi bagaimana mungkin dia merasa paling benar sendiri ? Paling tidak, dengan mempelajari ilmu
syariah, kita jadi tahu bahwa pendapat yang kita pegang ini bukanlah satu-satunya pendapat. Di luar
sana, masih ada pendapat lainnya yang tidak kalah kuatnya dan sama-sama bersumber dari kitab dan
sunnah juga. Maka kita jadi memahami perbandingan mazhab di kalangan para fuqaha, sebab mereka
memang punya kapasitas untuk melakukan istimbath hukum dengan masingmasing menhaj dan
metodologinya.

6. Menentukan Eksistensi Umat Islam


Agama Islam telah dijamin tidak akan hilang dari muka bumi sampai kiamat, namun tidak ada jaminan
bila umatnya mengalami kemunduran dan kejatuhan. Sejarah membuktikan bahwa mundurnya umat
Islam terjadi manakala para ulama telah wafat dan tidak ada lagi ahli syariah di tengah umat. Sebaliknya,
bila Allah SWT menghendaki kebaikan pada umat Islam, niscaya akan dimulai dari lahirnya para ulama
dan kembali manusia kepada syariat-Nya

7. Menahan Liberalisme, Sekuleris & Pluralisme

Racun pemikiran Orientalis dan Sekuleris tidak akan mempan bila tubuh umat diimunisasi dengan
pemahaman syariah yang mendasar dan matang. Sebaliknya, bila tingkat pemahaman umat terhadap
syariah asal-asalnya dan lemah, maka dengan mudah pemikiran orientalis akan merasuk dan
menjangkiti fikrah umat. Sebaliknya, bila umat ini punya tingkat pemahaman yang mendalam terdapat
ilmu syariah, semua tipu daya itu akan menjadi mentah. Pemahaman syariat Islam akan menjadi filter
atas kerusakan fikrah umat. Sebaliknya, semakin awam dari syariat, umat ini akan semakin menjadi
bulan-bulanan pemikiran yang merusak.

8. Obat Ekstrimisme

Sikap-sikap ekstrim dan keterlaluan dalam pelaksanaan agama seringkali menimpa banyak umat Islam.
Barangkali niatnya sudah baik, yaitu ingin menjalankan ajaran agama. Tetapi bila semangat itu tidak
diiringi dengan ilmu syariah yang benar, sangatbesar kemungkinan terjadi kesalahan fatal yang
merugikan. Dahulu di masa shahabat ada seorang yang terluka di kepala. Seharusnya dia tidak boleh
mandi karena parah sakitnya. Namun dia berjunub pada malamnya dan pagi hari dia bertanya kepada
temannya, apakah dia harus mandi atau tidak. Temannya mengatakan bahwa dia harus mandi. Lalu
mandilah dia dan tidak lama kemudian meninggal.

9. Implementasi Islam Kaaffah

Sebagai muslim yang baik, komitmen dan konsisten dalam memeluk agama Islam, tentu kita tahu
bahwa kita wajib menerima Islam secara kaaffah, tidak sepotong-sepotong. Allah SWT telah
memerintahkan hal dalam firman- Nya : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkahlangkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang
nyata bagimu.(QS. Al-Baqarah : 208)

kalau kita tidak bisa membedakan manakah diantara perbuatan itu yang termasuk bagian dari Islam atau
bukan ? Sebab seringkali kita dihadapkan kepada bentuk-bentuk pengamalan yang disinyalir sebagai
islami, tetapi kita tidak tahu kedudukan yang sesungguhnya. Katakanlah sebagai contoh mudah misalnya
tentang memahami perbuatan Rasulullah SAW.

Apakah semua hal yang dilakukan oleh beliau itu menjadi bagian langsung dari syariat agama ini ?
Ataukah ada wilayah yang tidak termasuk bagian dari syariat ? Lebih rinci lagi, kita dapati dalam hadits
bahwa Rasulullah SAW naik unta, minum susu kambing mentah, istinja` dengan batu, khutbah
memegang tongkat, di rumahnya tidak ada wc dan seterusnya. Apakah hari ini kita wajib melakukan hal
y a n g s a m a d e n g a n b e l i a u s e b a g a i pengejawantahan bahwa Rasululah SAW adalah suri
teladan ? Apakah kita hari ini juga harus naik unta, sebagai pengganti mobil dan pesawat, hanya karena
ingin mengikuti jejak Rasulullah SAW yang berangkat haji naik unta? Haruskah kita minum susu kambing
yang tidak dimasak dahulu, karena beliau SAW suka sekali minum susu kambing tanpa dimasak? Apakah
para khatib Jumat wajib berkhutbah sambil memegang tongkat, karena dahulu beliau SAW berkhutbah
sambil memegang tongkat? Dan tegakah kita berintinja’ tanpa air tetapi diganti dengan batu, karena
Rasulullah SAW berintinja’ dengan batu? Dan haruskah kita buang air di alam terbuka, karena dahulu
Rasulullah SAW melakukannya di alam terbuka dan tidak ada kamar mandi?

Tentu kita perlu merinci lebih detail, manakah dari semua perbuatan dan perkataan beliau SAW yang
menjadi bagian dari syariah dan mana yang secara kebetulan menjadi hal-hal teknis yang tidak perlu
dimasukkan ke dalam ajaran agama ini. Dan untuk itu, harus ada sebuah metodologi yang bisa dijadikan
patokan. Metodologi itu adalah syariat Islam. Tugas ilmu fiqih adalah bagaimana caranya agar kita bisa
memilah dan menentukan manakah dari diri Rasulullah SAW yang menjadi bagian dari ajaran Islam, dan
manakah yang bukan termasuk ajaran selain hanya faktor kebetulan dan teknis semata, sehingga tidak
harus dijadikan tuntunan. Semua itu membutuhkan ilmu yang didasarkan kepada sesautu aturan yang
baku, bukan sekedar pemikiran sesaat, yang boleh jadi nanti berubah-ubah. Dan ilmu itu tidak lain
adalah ilmu fiqih, yang telah eksis di dunia Islam sepanjang 14 abad lamanya, menjadi penerang bagi
umat Islam dalam berpegang kepada Al-Quran dan As- Sunnah. Itulah beberapa hal yang perlu kita
renungkan bersama. Betapa syariat Islam ini memang perlu kita pelajari dengan sebaikbaiknya. Tidak
perlu menunggu dan membuang waktu. Sekaranglah waktu yang tepat untuk mulai belajar. Semoga
Allah SWT memudahkan jalan kita masuk surge karena kita telah menempuh jalan untuk mendapatkan
ilmu keislaman selama di dunia ini

Anda mungkin juga menyukai