Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan jaman, pendidikan ditunutut untuk dapat

mencetak insan yang bermartabat dan berkualitas, agar dapat meningaktkan

taraf hidup bangsa. Berbagai perubahan telah dilakukan dalam dunia

pendidikan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan tuntutan jaman. Untuk

mengetahui apakah pendidikan yang telah dilaksana sudah dapat

menghasilkan lulusan yang berkualitas, maka perlu diadakanya suatu evaluasi

dalam pendidikan.

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui

keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya

dibandingkan dengan suatu tolok ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan

yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Fungsi

utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan

informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.

Seperti yang tertuang dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 57 ayat 2, evaluasi

dilakukan terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan pada jalur formal

dan non formal untuk semua jenjang satuan dan jenis pendidikan. Sebagai seorang

guru dalam mendidik peserta didiknya, pasti tidak lepas dengan proses proses

evaluasi. Evaluasi yang dilakukan bukan hanya bertujuan mengetahi sejauh mana

keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru, tapi juga untuk

mengetahui sajauh mana siswa memahani pengetahuan yang telah diperoleh selama

masa pembelajaran, selain itu evaluasi juga dapat menilai sejauh mana sistem

1
pembelajaran yang telah ada mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai.

Ada dua macam teknik evaluasi yang dapat digunakan dalam

melaksanakan evaluasi, yaitu teknik non tes dan teknik tes. Namun dalam

makalah kami, hanya akan membahas bentuk-bentu tes evaluasi dalam proses

pembelajaran. Dalam makalah atau telaah ini akan dibahas mengenai bentuk-

bentuk tes yang didalamnya terdapat berbagai jenis butir soal yang masing-

masing akan diurai secara lebih mendalam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja bentuk-bentuk tes evaluasi pembelajaran yang selama ini

diterapkan dalam dunia pendidikan?

2. Apa saja pengertian dari tiap bentuk tes?

3. Adakah kelebihan dan kekurangan dari tiap bentuk tes?

4. Apakah hal-hal yang perlu diperhatikan ketika membuat soal-soal tes

sesuai dengan bentuk dan jenisnya.

1.3 Tujuan Analisis

1. Pembaca mampu memahami bentuk-bentuk tes evaluasi pembelajaran

yang selama ini diterapkan dalam dunia pendidikan?

2. Pembaca memahami pengertian dari tiap bentuk tes?

3. Pembaca mampu memahami kelebihan dan kekurangan yang ada dari tiap

bentuk tes?

4. Menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan ketika

membuat soal-soal tes sesuai dengan bentuk dan jenisnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
TES SUBJEKTIF, OBJEKTIF, AFEKTIF, STANDAR, BUATAN GURU,
DAN PSIKOMOTOR

2.1 TES SUBJEKTIF


2.1.1 Pengertian Tes Subjektif
Tes subjektif pada umumnya berbentuk essai (uraian). Tes bentuk esai
adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat
pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-
kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan
sebagainya.
Soal dalam bentuk esai biasanya tidak banyak, sekitar 5-10 buah soal dalam
waktu 90 sampai dengan 120 menit. Soal esai menuntut siswa mengembangkan
kemampuannya dalam mengorganisir, mengintropeksi, menghubungkan
pengertian yang dimiliki sehingga siswa mampu berkreatifitas dam memahami
pembahasan.

2.1.2 Kelebihan Tes Subjektif


1) Mudah disiapkan dan disusun.
2) Tidak berkesempatan berspekulasi atau untung-untungan.
3) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun
dalam kalimat yang bagus.
4) Memberikan kesempatan siswa untuk mengutarakkan maksudnya dengan
gaya bahasa dan caranya sendiri.
5) Dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam masalah yang
diteskan.

2.1.3 Kelemahan Tes Subjektif


1) Kadar validitas dan realibitas renda karena sukar diketahui segi-segi
mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.

3
2) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran
yang akan dites karena soal hanya beberapa saja (terbatas).
3) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi unsur-unsur subjektif.
4) Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan
individual lebih banyak dari penilai.
5) Waktu koreksinya lama dan tidak dapat diwakili kepada orang lain.

2.1.4 Petunjuk Penggunaan


1) Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang
diteskan, dan kalu mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
2) Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat tang disalin langsung
dari buku atau catatan.
3) Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci
jawaban serta pedoman penilaian.
4) Hendaknya diusahakan agar pertanyaanya bervariasi antara “jelaskan”,
“mengapa”, “bagaimana”, “seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih
jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
5) Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah
dipahami oleh tercoba.
6) Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh
penyusun tes. Untuk ini pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi
harus spesifik.
Contoh:
Coba jelaskan tentang cara membuat Sop!
Pertanyaan ini kurang spesifik. Sebaiknya ditambah penjelasan sehingga
menjadi:
Coba jelaskan tentang tata cara membuat Sop Ikan yang berasal dari
Palembang, ceritakan mengenai:
a. Bahan yang harus disediakan.
b. Tata cara pengolahan.
c. Tata cara penghidangan.

4
2.2 TES OBJEKTIF
2.2.1 Pengertian Tes Objektif
Tes objektif adalah tes di mana keseluruhan informasi yang diperlukan untuk
menjawab tes telah tersedia dan peserta harus memilih salah satu alternatif yang
disediakan tersebut. Dalam tes objektif, peserta didik dituntut untuk memilih
beberapa kemungkinan jawaban yang telah tersedia atau memberi jawaban singkat
dengan mengisi titik-titik di tempat tersedia. Soal disusun terstruktur dengan
sempurna. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian tes objektif
adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes (soal)
telah tersedia.
Menurut Dr. Basrowi (2012), mengutip Subino (1987) perbedaan yang
khas bentuk soal objektif dibanding soal esai adalah tugas peserta tes (testee)
dalam merespon tes. Pada tes objektif, tugas testee adalah memanipulasi data yang
telah ada dalam butir soal. Hal ini berbeda dengan soal esai di mana testee harus
menciptakan dan mencari sendiri unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menjawab
soal.

2.2.1 Kelebihan Tes Objektif:


a. Mempunyai validitas tinggi.
b. Memiliki tingkat kepercayaan (reabilitas) tinggi yang susah dicapai tes essay.
c. Dapat meliputi berbagai aspek bahan pelajaran dan kecakapan yang cukup
lengkap.
d. Petunjuknya mudah dimengerti dan pengerjaannya lebih mudah.
e. Skoring lebih mudah dan cepat daripada tes essay.
f. Item-item tes objektif dapat dianalisis dengan item analisis.
g. Meningkatkan mutu berbagai tes yang akan datang.
h. Tes objektif dapat digunakan lagi berulang-ulang kali selama masih valid dan
tidak bocor.

5
2.2.2 Kekurangan Tes Objektif
a. Cara membuatnya memerlukan waktu, tenaga, pikiran, dan ketekunan yang
banyak.
b. Tidak semua aspek pribadi anak dapat diukur dengan tes objektif. Tes
objektif ini berhasil baik untuk mengukur ingatan atau pengetahuan saja.
sukar untuk mengukur berpikir, sikap, dan keterampilan.
c. Jawaban anak belum tentu menunjukkan hasil yang sebenarnya karena
mereka kemungkinan hanya akan meperkirakan jawabannya.
d. Kurang ekonomis karena banyak membutuhkan kertas, dan lain-lainnya.

2.2.3 Jenis-jenis Tes Objektif


Tes objektif terdiri dari beberapa jenis. Masing-masing tes memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut ini akan dibahas mengenai
jenis-jenis tes objektif beserta kelemahan dan kelebihannya.
a. Tes Benar-Salah
Soal tes berbentuk kalimat berita atau pertanyaan yang mengandung dua
kemungkinana, yaitu benar atau salah. Siswa diminta untuk menentukan
pendapatnya mengenai berbagai pertanyaan yang menjadi isi setiap soal.
Bentuk tes ini bermacam-macam variasinya jika dilihat dari segi pola
pengerjaannya. Berikut variasinya:
1) Tes benar salah bentuk pernyataan. Dalam bentuk ini, soal terdiri dari
berbagai pernyataan dan siswa diminta memilih kemungkinan betul atau
salah saja.
2) Tes benar yang menuntut alasan. Dalam bentuk ini, selain seperti bentuk
pertama juga menuntut supaya siswa memberi alasan apabila tidak
memilih kemungkinan salah (menyalahkan pernyataan soal).
3) Tes benar salah dengan membetulkan. Dalam bentuk ini, selain seperti
bentuk pertama, juga menuntut supaya siswa membetulkan pernyataan
soal yang disalahkan (jika siswa memilih kemungkinan salah terhadap soal
yang bersangkutan).
4) Tes benar salah berganda. Pada tempat ini, satu induk persoalan
menghasilkan beberapa anak persoalan. Beberapa anak persoalan itu

6
dirumuskan dalam pernyataan atau soal yang mempunyai kemungkinan
betul atau salah.

Kelebihan tes benar salah adalah sebagai berikut:


1) Mudah dan cepat dalam menilai,
2) Waktu pengerjaannya cepat,
3) Penilaiannya objektif,
4) Menyusun soalnya lebih mudah dibandingkan dengan tes pilihan
berganda,
5) Mencangkup bahwa yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena
biasanya, berbagai pertanyaan singkat, dan
6) Dapat dipakai berulang-ulang.

Kekurangan dari tes benar salah adalah sebagai berikut:


1) Membutuhkan waktu lama dalam menyusun soal dibanding dengan tes
essay,
2) Kemungkinan memperkirakan jawabannya benar,
3) Menyusun pernyataan (soal) supaya pernyataan itu benar atau hanya
salah adalah sulit,
4) Kurang dapat membedakan murid yang pandai dari murid yang kurang
pandai,
5) Reliabilitasnya rendah,
6) Bisa membingungkan siswa,
7) Hanya dapat mengungkapkan ingatan dan pengenalan kembali, serta
8) Banyak persoalan yang tidak dapat diukur atau dinyatakan hanya dengan
dua kemungkinan (benar atau salah).

Berikut ini syarat untuk menyusun soal benar salah:


1) Soal harus singkat, jelas dan bukan kalimat majemuk.
2) Jumlah soal harus banyak dan disusun atas dasar tabel spesifikasi.
3) Satu soal harus berisi satu persoalan.

7
4) Tidak menggunakan kata-kata, seperti selalu, sering kali, pada umumnya,
dan biasanya, karena kata-kata itu memudahkan murid untuk menerka
jawaban.
5) Setiap pernyataan atau soal harus pasti salah atau betul (tidak mendua
arti).
6) Uruta soal betul dan salah harus seimbang.
7) Urutan soal (yang betul dan salah) tidak mengikuti pola teratur.
8) Sebaiknya pernyataan tidak diambil langsung dari buku.
9) Tulisan B-S pada permulaan nomor masing-masing item dengan maksud
untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).

b. Tes Pilihan Ganda


Tes ini menghadapkan siswa pada sejumlah alternatif jawaban. Umumnya,
antara 3 sampai 5 alternatif untuk setiap soal dan tugas siswa adalah memilih
salah satu di antara alternatif tersebut berdasarkan sesuatu dasar pertimbangan
tertentu. Sebelum memasuki uraian dengan contoh-contoh, ada baiknya kalau
diberikan definisi tentang beberapa pengertian yang akan selalu kembali
dipergunakan dalam uraian-uraian selanjutnya.
Stem adalah bagian pokok soal yang merumuskan isi soal. Stem ini bisa
jawaban yang menyertainya dinamakan options, diterjemahkan secara
berbentuk pertanyaan, perintah, maupun kalimat tidak sempurna. Alternatif
yang benar dinamakan key atau kunci, sedangkan alternatif lainnya yang
bertujuan mempersulit proses pencapaian jawaban yang benar dinamakan
distactors atau bila secara langsung diterjemahkan pengganggu atau
pengecoh.
Empat jenis tes pilihan berganda adalah sebagai berikut:
1) Tes pilihan ganda dengan menemukan satu-satunya jawaban yang
benar,
2) Tes pilihan ganda dengan memilih jawaban terbaik,
3) Tes pilihan ganda dengan memilig lebih dari satu jawaban benar, dan
4) Tes pilihan ganda yang menggunakan gambar, bagan, peta, dan lain
sebagainya.

8
Kelebihan Tes Pilihan Ganda
1) Lebih fleksibel dan efektif,
2) Mencangkup hampir seluruh bahan pelajaran,
3) Tepat untuk mengukur penguraian informasi, perbendaharaan kata,
berbagai pengertian, aplikasi prinsip, rumus, serta kemampuan untuk
menginterpretasikan data,
4) Mengukur kemampuan siswa dalam hal membuat penafsiran,
melakukan pemilihan, mendiskriminasikan, menentukan pendapat atas
dasar alasan tertentu dan menarik kesimpulan,
5) Koreksi dan penilaiannya mudah,
6) Objektif, dan
7) Dapat dipakai berulang-ulang.

Kelemahan tes pilihan ganda:


1) Sulit dan membutuhkan waktu lama dalam menyusun soal, dan
2) Tidak dapat dipakai untuk mengukur kecakapan siswa dalam
mengorganisasikan bahan.

Sementara itu, berikut adalah petunjuk umum pernyataan tes pilihan


ganda:
1) Hendaknya secara spesifik, sistem mengembangkan persoal yang
dimaksud untuk dikemukakan kepada siswa, sehingga begitu
membaca, siswa mudah memperoleh gambaran arah persoalan.
2) Kunci jawaban harus tidak bisa diperdebatkan lagi.
3) Berlawanan dengan ketentuan kedua nomor dua, berbagai alternatif
yang dicantumkan sebagai distractors tidak boleh terlalu jelas
“salahnya” atau “ketidakmasukkannya”, sehingga testee bisa
menjawab cukup dengan mengeliminasi berbagai alternatif yang tidak
masuk akal.
4) Berbagai soal alternatif tidak boleh diambil secara kata demi kata,
sehingga kemungkinan jawaban siswa menjawab benar bukan karena

9
menguasai bahannya, tetapi karena bunyi kalimatnya yang sangat
familiar.
5) Untuk masinh-masing soal, hendaknya disediakan antara 4 sampai 5
options karena bila kurang dari itu menyebabkan sulit untuk dibuat
berbagai perbedaan yang jelas di antara alternatif yang satu dengan
yang lainnya.
6) Setiap soal harus berdiri sendiri, artinya terhadap soal yang satu tidak
boleh memberi bantuan dalam menjawab soal lainnya.
7) Harus menghindarkan berbagai soal yang menuntut terlalu banyak
detail, apalagi bila detail tersebut merupakan fakta yang terlalu penting
maknanya salain menuntut hafalan mekanis.
8) Sebagaimana tes objektif lain, stem maupun options harus dirumuskan
secara sederhana dan to the point.

c. Tes Menjodohkan
Sebenarnya, tes ini merupakan bentuk khusus dari tes pilihan
berganda. Isi yang membedakan keduanya yaitu dalam bentuk
menjodohkan tidak hanya ada satu alternatif jawaban. Jawabannya harus
dituliskan dalam satu kemungkinan jawaban. Secara nyata, dalam tes
bentuk ini disediakan dua kelompok bahan, dan siswa harus mencari
pasangan yang sesuai anatara bahan yang terdapat pada kelompok pertama
dan kedua.

Kelebihan dari tes menjodohkan adalah sebagai berikut:


1) Baik untuk mengukur proses mental yang rendah (knowledge),
2) Kemungkinan untuk mengukur proses mental yang tinggi tetap ada,
tetapi sulit sekali,
3) Objektif,
4) Mudah disusun, dan
5) Cocok untuk mengukur berbagai informasi yang berbentuk fakta dari
suatu pengertian, hubungan antarpengertian, atau konsep-konsep.

10
Kelemahan tes menjodohkan adalah sukar mengukur proses mental
yang tinggi dan siswa cenderung membuat berbagai penafsiran.
Sedangkan, petunjuk praktis penyusunan soal adalah sebagai berikut:
1) Buatlah pengantar sejelas mungkin,
2) Bentuklah tes terdiri dari deretan (satu seri) pertanyaan atau persoalan
dan sederetan jawaban,
3) Berbagai hal yang disusun baik dalam pertanyaan maupun jawaban
hendaknya homogeni,
4) Jumlah jawaban buatlah lebih banyak daripada jumlah pertanyaan,
5) Batasi setiap kelompok jangan lebih dari 10 pertanyaan, jika ingin
lebih banyak, buatlah beberapa kelompok,
6) Hendaknya semua pertanyaan dan jawaban dibuat hanya pada satu
halaman,
7) Setiap satu pertanyaan, usahakan hanya ada satu jawaban yang benar,
8) Setiap pertanyaan diberi waktu pengerjaan maksimum ½ menit, serta
9) Buatlah kunci jawaban dan pedoman penilaiannya.

d. Tes Isian
Tes isian adalah tes tertulis yang menuntut siswa untuk mengisikan
perkataan, ungkapan atau kalimat pendek sebagai ajwaban terhadap
kalimat yang tidak lengkap atau jawaban suatu pertanyaan maupun atas
asosiasi yang ahrus dilakukan.
Berikut tiga jenis tes isian sesuai dengan bentuknya:
1) Bentuk pertanyaan dengan satu jawaban, contohnya “Siapakah
proklamator bangsa Indonesia?”
2) Bentuk kalimat tidak lengkap. Siswa tinggal mengisi satu jawaban
yang dibutuhkan, contoh “Proklamator bangsa Indonesia
adalah ................”
3) Bentuk asosiasi. Persoalan diajukan dalam bentuk pertanyaan,
kemudian diikuti (digabungkan) dengan kalimat-kalimat tidak lengkap
dan siswa diminta untuk mengisi atau melengkapi kalimat tersebut,
contohnya “Tulislah tempat di mana barang-barang berikut ini

11
dihasilkan: 1. Aspal : ................................. 2. Intan : ................... 3.
Batu Bara : ................... “

Kelebihan tes isian adalah sebagai berikut:


1) Mudah dalam penyusunannya, terutama untuk mengukur ingatan
atau pengetahuan,
2) Sedikit kesempatan untuk menduga jawaban, dan
3) Cocok untuk siswa tingkat rendah.

Kekurangan tes isian adalah sebagai berikut:


1) Sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi,
2) Sulit menyusun soal yang hanya satu jawaban, apalagi untuk
proses mental tinggi, dan
3) Sulit penilaiannya jika terdapat berbagai macam jawaban yang
benar.

Berikut ini adalah petunjuk praktis penulisan soal:


1) Dalam membuat pertanyaan, jangan terlalu banyak kata yang
dihilangkan, hendaknya, pengertian yang penting saja, tetapi
maksud kalimat tetap jelas dan mudah dipahami.
2) Hendaknya, jawaban yang diingkan benar-benar dibatasi.
3) Sebaiknya, titik-titik (tempat siswa menulis jawaban) diletakkan
pad aujung pernyataan.
4) Jika persoalnnya memerlukan jawaban yang berupa angka,
nyatakanlah satuan-satuan tertentu dalam perhitungan itu.
5) Berilah waktu maksimal 11/2 menit untuk setiap nomor soal.
6) Jangan mengambil alih soal langsung dari buku teks.

Contoh soal tes isian yaitu “syarat apa yang ahrus dipenuhi agar
persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0 mempunyai dua akar yang
kembar? (...............)”

12
2.3 Tes Standar
2.3.1 Pengertian Tes Standar
Pengertian tes standar menurut Sitiatava (2002: 207), adalah tes yang disusun
oleh saru tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan
secara professional. Tes ini dapat digunakan dalam waktu yang relative lama,
dapat diterapkan pada beberapa objek mencakup wilayah luas. Dengan demikian,
tes standar merupakan tes yang telah dibakukan atau distandarisasikan.
Tes standar mengandung prosedur yang seragam untuk menentukan nilai. Tes
tandar dibuat secara khusus dan cermat untuk memberikan informasi yang akurat
tentang prestasi peserta didik. Tes standar berbeda dengan tes buatan guru, tes
buatan guru cenderung difokuskan pada tujuan pembelajaran untuk kelas tertentu.
Sedangkan, tes standar mencakup berbagai materi yang diajarkan diberbagai
kelas.

2.3.2 Tujuan Tes Standar


Secara umum tes standar memiliki tujuan penting dalam proses belajar
mengajar. Berikut tujuannya:
a. Member informasi kemajuan peserta didik (Student Assesment). Dalam hal
ini, tes standar dijadikan sebagai sumber informasi tentang seberapa baik
prestasi dan kemampuan peserta didik.
b. Mendiagnosa tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik (diagnosis). Tes
standar dapat memberikan informasi tentang kekuatan dan kelemahan
pembelajaran peserta didik.
c. Tes standar juga dapat dipakai untuk membuat keputusan tentang peserta
didik diizinkan masuk ke program spesifik atau tidak.
d. Member informasi untuk merencanakan dan meningkatkan pengajaran
(improvement).
e. Membantu administrator mengevaluasi program (Program Evaluation). Jika
sekolah hendak beralih ke program pendidikan yang baru, maka administrasi
sekolah harus tahu seberapa efektif program baru itu.
f. Memberikan akuntabilitas (Accountability). Sekolah dan guru diharapkan
bertanggung jawab atas pembelajaran peserta didiknya.

13
2.3.3 Jenis-Jenis Tes Standar
a. Tes Prestasi (Achievement test)
Tes prestasi dimaksudkan untuk mengukur prestasi individu atau kelompok
dari berbagai mata pelajaran yang telah dipelajari atau keahlian yang telah
dikuasai peserta didik. Berikut beberapa tujuan tes prestasi.
1. Menentukan bagaimana peserta didik dapat menguasai isi pembelajaran.
2. Membandingkan penampilan peserta didik dengan negara lain.
3. Mengikuti kemajuan peserta didik yang giat berusaha.
4. Menentukan apakah peserta didik memiliki latar belakang pengetahuan untuk
memulai pelajaran dalam bidang khusus.
5. Mengidentifikasi masalah-masalah belajar yang dialami peserta didik.

b. Tes diagnostic (Diagnostic Test)


Tes diagnostic berbeda dengan tes prestasi. Umumnya, tes diagnostic
dititikberatkan pada mata pelajaran dan berbagai keterampilan tertentu yang
dianggap penting dikuasai pada mata pelajaran tertentu. Tujuannya adalah untuk
menentukan kebutuhan pembelajaran secara spesifik dari peserta didik, sehingga
kebutuhan itu dapat dipenuhi melalui instruksi regular atau remedial.

c. Tes kecerdasan (Intelligence Test)


Tes kecerdasan dibuat untuk menilai, memberik indikasi atau mengetahui
kemampuan peserta didik secara umum pada berbagai bidang. Tes kecerdasan
paling banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan intelektual secara umum.

d. Tes Bakat (Aptitude Test)


Tes bakat ialah sebuah tes yang bertujuan untuk mengetahui bakat dan
kemampuan seseorang dalam bidang keilmuan. Tes ini juga dapat mencerminkan
tingkat kecerdasan intelektual (IQ) seseorang. Umumnya tes bakat ini memiliki
empat jenis soal, yakni test verbal atau bahasa, tes numeric atau angka, tes logika,
dan tes spasial, atau gambar.

14
2.4 Tes Buatan Guru
2.4.1 Pengertian Tes Buatan Guru
Pengertian tes buatan guru menurut Sitiatava (2002: 221), adalah tes yang
dibuat oleh para guru kelas itu sendiri. Tes tersebut dimaksud untuk mengukur
tingkat keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi setelah berlangsungnya
proses pembelajaran yang dikelola oleh guru kelas. Umumnya, penyusunan soal-
soal tes dilakukan oleh para guru bidang studi yang bersangkutan.
Taraf kepercayaan tes buatan guru sering dianggap rendah atau tidak
diketahui secara pasti karena jarang dilakukan pengujian kadar reabilitas terhadap
alat tes, khususnya oleh guru yang bersangkutan. Sebenarnya, kondisi demikian
patut disayangkan. Meskipun tes itu hanya buatan guru sendiri, idealnya juga
memenuhi criteria validitas, kelayakan butir-butir soal, dan reabilitas. Paling
tidak, alat tes disusun dengan acuan kisi-kisi dan butir-butir soal yang telah
ditelaah, kemudian di revisi.

2.4.2 Tujuan Tes Buatan Guru


Secara singkat, berikut tujuan tes buatan guru:
a. Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran
yang diberikan dalam waktu tertentu.
b. Menentukan sesuatu tujuan telah tercapai atau belum.
c. Memperoleh suatu nilai.
Selanjutnya, baik tes standar maupun buatan guru dianjurkan dipakai jika hasilnya
akan digunakan untuk berbagai hal berikut:
a. Mengadakan diagnosis terhadap ketidakmampuan siswa,
b. Menentukan tempat siswa dalam suatu kelas atau kelompok,
c. Memberikan bimbingan kepada siswa dalam pendidikan dan pemilihan
jurusan, serta
d. Memilih siswa untuk berbagai program khusus.

15
2.4.3 Perbandingan antara Tes Standard an Tes Buatan Guru
Tes Standar Tes Buatan Guru
Berdasarkan bahan dan tujuan umum Berdasarkan atas bahan dan tujuan
dari berbagai sekolah di seluruh khusus yang dirumuskan oleh guru
Negara. untuk kelasnya sendiri.
Mencakup aspek yang luas dan Dapat terjadi hanya mencakup
pengetahuan atau keterampilan dengan pengetahuan atau keterampilan yang
hanya sedikit butir tes untuk setiap sempit.
keterampilan atau topic.
Disusun dengan kelengkapan staf Biasanya, disusun sendiri oleh guru
professor, pembahas, dan editor butir dengan sedikit atau tanpa bantuan orang
tes. lain (tenaga ahli).
Menggunakan butir tes yang sudah Jarang menggunakan butir tes yang
diujicobakan (try out), dianalisis, dan diujicobakan, dianalisis, dan direvisi.
direvisi sebelum menjadi sebuah tes.
Mempunyai reliabilitas yang tinggi. Mempunyai reliabilitas sedang atau
rendah.
Mungkinkan menggunakan norma Norma kelompok terbatas kelas
untuk seluruh Negara. tertentu.

16
2.5 Tes Afektif
2.5.1 Pengertian Afektif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, afektif adalah berkenaan dengan
rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, serta
mempunyai gaya atau makna yang menunjukan perasaan. Pengukuran ranah
afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Pengukur ranah afektif tidak
dapat dilakukan setiap saat (dalam arti pengukur formal) karena perubahan
tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Perubahan sikap
seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Demikian juga pengembangan
minat dan penghargaan serta nilai-nilai.

2.5.2 Tujuan Tes Afektif


Tujuan penilaian afektif adalah sebagai berikut:
a) Untuk mendapatkan umpan balik (feedback), baik bagi guru maupun siswa
sebagai dasar dalam memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan
program perbaikan (remedial program) bagi anak didik.
b) Untuk menentukan perubahan tingkah laku anak didik dan sebagai bahan
evaluasi dalam perbaikan tingkah laku anak didik serta sebagai laporan
kepada orang tua. Selain itu sebagi penentuan lulus tidaknya anak didik.
c) Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak
didik.
d) Untuk mengenal latar belakang kegiatan dan kelainan tingkah laku anak
didik.

2.5.3 Jenis-jenis Tes Afektif


Berdasarkan jenis afektif yang diungkapkan Aderson , berikut jenis-jenis
afektif:
a. Perilaku
Aderson mendefinisikan prilaku sebagai perasaan yang dapat membantu atau
tidak membantu, positif atau negatif dan biasanya, mengarah langsung pada
objek khusus. Hubungan antara perasaan dengan objek tertentu dipelajari dan
secara konsisten dialami oleh kehadiran objek tersebut.

17
b. Minat
Hal ini mempresentasikan perasan yang berkisar dan level perasaan senang
yang tinggi hingga tidak ada kegembiraan sama sekali di setiap kemungkinan
yang digunakan, atau ketika menggunakan kemungkinan tersebut di setiap
kegiatan khusus. Hal yang dipelajari adalah hubungan antara level minat
dengan objek. Seorang siswa mungkin akan sangat tertarik pada drama,
namun sangat tidak menyukai geografi.

c. Motivasi
Jenis sikap ini merupakan kekuatan akan keinginan seorang siswa untuk
meraih atau untuk bertindak secara sukarela di setiap kegiatan sekolah dan
kerja yang berhubungan dengan sekolah.

d. Nilai
Nilai adalah kepercayaan mengenai hal yang harus dikerjakan dan dihargai,
standar yang digunakan dalam bersikap, serta bertindak yang secara personal
dan sosial dapat diterima.

e. Pilihan
Pilihan yang dibuat merefleksikan keinginan atau kecendrungan untuk
memilih sebagai objek yang lain. Selain itu pilihan merupakan akumulai yang
mengarah pada keinginan siswa.

f. Konsep akademis diri


Dalam bagian ini Aderson berpendapat bahwa konsep akademis diri
merupakan sebuah visi diri yang dilakukan oleh orang lain selama periode
tertentu.

g. Tempat pengontrolan
Hal ini merupakan bagian yang sangat penting dalam konsep akademisi diri.
Dalam kasus ini, karakteristik pilihan merupakan alasan murid untuk sukses
atau gagal dalam akademis. Salah satu jenis sebab didefinisikan sebagai sebab

18
internal, misalnya “Saya pintar karena saya belajar”. Maka dia akan terus
berusaha mengontrol dirinya untuk menjadi lebih baik.

2.5.4 Jenis-jenis Skala Afektif


Ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap,
antara lain:
1) Skala Likert
Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima respon
yang menunjukan tingkat. Misalnya:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TB = Tidak Berpendapat
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Contoh skala Likert: Sikap terhadap pelajaran bahasa

S T ST
No Pernyataan S S S S

1. Pelajaran bahasa bermanfaat

2. Pelajaran bahasa sulit

3. Tidak semua harus belajar bahasa

4. Pelajaran bahasa harus dibuat mudah

5. Sekolah saya menyenangkan


Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju

2) Skala Pilihan Ganda

19
Skala ini bentuknya seperti soal pilihan ganda, yaitu suatu pertanyaan yang
diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat. Skala ini dikembangkan oleh Inkels,
seorang ahli penilaian di Stanford University.
Contoh:
Dalam suatu upacara bendera:
a. Setiap peserta harus dengan khidmat mengikuti jalannya upacara tanpa
kecuali.
b. Peserta diperbolehkan bicara asal dalam batas-nbatas tertentu dan tidak
mengganggu jalan upacara.
c. Dalam keadaan terpaksa peserta boleh berbicara tetapi hanya dengan
berbisik.
d. Peserta boleh (merdeka) berbicara asal tertib.

3) Skala Thurstone
Skala Thurstone merupakan skala yang mirip dengan skala buatan Likert
karena merupakan suatu instrumen ynag jawabannya menunjukan tingkat.
Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran bahasa:

N
o Pernyataan 7 6 5 4 3 2 1

1. Saya senang belajar bahasa

2. Pelajaran bahasa bermanfaat

Saya berusaha hadir tiap ada jam


3. pelajaran bahasa

Saya berusaha memiliki buku


4. pelajaran bahasa

5. Pelajaran bahasa membosankan

4) Skala Guttman

20
Skala ini sama dengan yang disusun oleh Bogadrus, yaitu berupa tiga atau
empat buah pernyataan yang masing-masing harus dijawab “ya” atau “tidak”.
Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukan tingkat yang berurutan sehingga
bila responden setuju pernyataan nomor 2, diasumsi setuju nomor 1.
Selanjutnya jika responden setuju dengan pernyataan 3, berarti setuju
pernyataan nomor 1 dan 2.
Contoh:
No Pernyataan Ya Tidak

1 Saya mengizinkan anak saya bermain ke tetangga.

2 Saya mengizinkan anak saya pergi kemana saja ia mau.

3 Saya mengizinkan anak saya pergi kapan saja dan keman


saja.

4 Anak saya bebas pergi kemana saja tanpa minta izin


terlebih dahulu.

5) Semantic Differential
Instrumen ini disusun oleh Osgod dan kawan-kawan ini mengukur konsep-
konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada diukur dalam kategori:
Baik-tidak baik, kuat-lemah, dan cepat-lambat atau aktif-pasif, atau dapat
juga berguna-tidak berguna. Dalam buku Osgood dikemukakan adanya 3
(tiga) faktor untuk menganalisis skalanya:
a) Evaluation (baik-buruk)
b) Potency (kuat-lemah)
c) Activity (cepat-lambat)
d) Familiarity (tambah Nunnally)
Contoh Semantic differential:
Pelajaran Bahasa

1 2 3 4 5 5 6 7

Menyenangka Membosanka
n n

21
Sulit Mudah

Bermanfaat Sia-sia

Menantang Menjemukan

Banyak Sedikit

6) Pengukuran Minat
Disamping menggunakan skala yang telah dipaparka sebelumnya, minat juga
dapat diukur dengan cara seperti di bawah ini:
Contoh:

N S A
o Pernyataan S S B S TS STS

1. Mengunjungi perpustakaan

2. Sandiwara

Pilihan: Senang sampai dengan sangat tidak senang dapat ditentukan sendiri.
Boleh juga diteruskan sampai skala 11.

2.6 Tes Psikomotor


2.6.1 Pengertian Tes Psikomotor
Menurut Sitiatava (2002: 221), Ranah psikomotor merupakan ranah yang
berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah
yang berhubungan dengan aktivitas fisik, seperti lari, melompat, melukis, menari,
memukul, dan lain-lainnya. Tes untuk mengukur penampilan atau kinerja
(performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik.

2.6.2 Bentuk Tes Psikomotor

22
a. Test paper and pencil. Meskipun bentuk aktivitasnya seperti tes tulis, namun
yang menjadi sasarannya adalah kemampuan peserta didik dalam
menampilkan karya, missal berupa desain alat ataupun desain grafis.
b. Tes identifikasi. Tes ini lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam mengidentifikasi sesuatu hal, missal menemukan bagian yang
rusak atau tidak berfungsi dari suatu alat.
c. Tes simulasi. Tes ini dilakukan jika tidak ada alat sesungguhnya yang dapat
dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga dengan
simulasi tetap dapat menilai peserta didik sudah menguasai keterampilan
dengan bantuan peralatan tiruan atau belum.
d. Tes unjuk kerja (work sample). Tes ini dilakukan dengan alat yang
sesungguhnya, sedangkan tujuannya untuk mengetahui peserta didik sudah
menguasai atau terampil menggunakan alat tersebut atau belum.
Adapun urutan langkah tes psikomotorik, sebagaimana dituturkan Edwardes
(1981), adalah mencakup tiga tahap, antara lain:
a. Penyajian dari pendidik.
b. Kegaiatan praktik peserta didik, dan
c. Penilaian hasil kerja peserta didik.

23
KESIMPULAN

Tes adalah salah satu pilihan untuk menguji dan mengevaluasi kemampuan
mengenai apa saja yang telah para siswa pelajari selama pelajaran berlangsung.
Umumnya tes dilakukan diakhir pembelajaran. Sementara itu tes terbagi atas
bermacam-macam tes yaitu, tes subjektif, tes objektif, tes standar, tes buatan guru,
tes afektif dan tes psikomotor.
Setiap tes memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dari setiap
tes yang ada terbagi lagi menjadi beberapa jenis-jenis tes. Sesungguhnya
banyaknya ragam tes ini bertujuan untuk mempermudah pendidik menentukan
bagaimana cara mengevaluasi siswa sesuai dengan kemampuan dan situasi yang
ada. Karena tes berperan penting untuk mengukur tingkat kemampuan siswanya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar EVALUASI PENDIDIKAN. Jakarta: PT.


Bumi Aksara
Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja.
Jogjakarta: DIVA Press.
Anas Sudijono, Prof., Drs., 2013. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.

25

Anda mungkin juga menyukai