PENDAHULUAN
dalam pendidikan.
utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan
Seperti yang tertuang dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 57 ayat 2, evaluasi
dilakukan terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan pada jalur formal
dan non formal untuk semua jenjang satuan dan jenis pendidikan. Sebagai seorang
guru dalam mendidik peserta didiknya, pasti tidak lepas dengan proses proses
evaluasi. Evaluasi yang dilakukan bukan hanya bertujuan mengetahi sejauh mana
keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru, tapi juga untuk
mengetahui sajauh mana siswa memahani pengetahuan yang telah diperoleh selama
masa pembelajaran, selain itu evaluasi juga dapat menilai sejauh mana sistem
1
pembelajaran yang telah ada mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
melaksanakan evaluasi, yaitu teknik non tes dan teknik tes. Namun dalam
makalah kami, hanya akan membahas bentuk-bentu tes evaluasi dalam proses
pembelajaran. Dalam makalah atau telaah ini akan dibahas mengenai bentuk-
bentuk tes yang didalamnya terdapat berbagai jenis butir soal yang masing-
3. Pembaca mampu memahami kelebihan dan kekurangan yang ada dari tiap
bentuk tes?
2
BAB II
PEMBAHASAN
TES SUBJEKTIF, OBJEKTIF, AFEKTIF, STANDAR, BUATAN GURU,
DAN PSIKOMOTOR
3
2) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran
yang akan dites karena soal hanya beberapa saja (terbatas).
3) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi unsur-unsur subjektif.
4) Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan
individual lebih banyak dari penilai.
5) Waktu koreksinya lama dan tidak dapat diwakili kepada orang lain.
4
2.2 TES OBJEKTIF
2.2.1 Pengertian Tes Objektif
Tes objektif adalah tes di mana keseluruhan informasi yang diperlukan untuk
menjawab tes telah tersedia dan peserta harus memilih salah satu alternatif yang
disediakan tersebut. Dalam tes objektif, peserta didik dituntut untuk memilih
beberapa kemungkinan jawaban yang telah tersedia atau memberi jawaban singkat
dengan mengisi titik-titik di tempat tersedia. Soal disusun terstruktur dengan
sempurna. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian tes objektif
adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes (soal)
telah tersedia.
Menurut Dr. Basrowi (2012), mengutip Subino (1987) perbedaan yang
khas bentuk soal objektif dibanding soal esai adalah tugas peserta tes (testee)
dalam merespon tes. Pada tes objektif, tugas testee adalah memanipulasi data yang
telah ada dalam butir soal. Hal ini berbeda dengan soal esai di mana testee harus
menciptakan dan mencari sendiri unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menjawab
soal.
5
2.2.2 Kekurangan Tes Objektif
a. Cara membuatnya memerlukan waktu, tenaga, pikiran, dan ketekunan yang
banyak.
b. Tidak semua aspek pribadi anak dapat diukur dengan tes objektif. Tes
objektif ini berhasil baik untuk mengukur ingatan atau pengetahuan saja.
sukar untuk mengukur berpikir, sikap, dan keterampilan.
c. Jawaban anak belum tentu menunjukkan hasil yang sebenarnya karena
mereka kemungkinan hanya akan meperkirakan jawabannya.
d. Kurang ekonomis karena banyak membutuhkan kertas, dan lain-lainnya.
6
dirumuskan dalam pernyataan atau soal yang mempunyai kemungkinan
betul atau salah.
7
4) Tidak menggunakan kata-kata, seperti selalu, sering kali, pada umumnya,
dan biasanya, karena kata-kata itu memudahkan murid untuk menerka
jawaban.
5) Setiap pernyataan atau soal harus pasti salah atau betul (tidak mendua
arti).
6) Uruta soal betul dan salah harus seimbang.
7) Urutan soal (yang betul dan salah) tidak mengikuti pola teratur.
8) Sebaiknya pernyataan tidak diambil langsung dari buku.
9) Tulisan B-S pada permulaan nomor masing-masing item dengan maksud
untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
8
Kelebihan Tes Pilihan Ganda
1) Lebih fleksibel dan efektif,
2) Mencangkup hampir seluruh bahan pelajaran,
3) Tepat untuk mengukur penguraian informasi, perbendaharaan kata,
berbagai pengertian, aplikasi prinsip, rumus, serta kemampuan untuk
menginterpretasikan data,
4) Mengukur kemampuan siswa dalam hal membuat penafsiran,
melakukan pemilihan, mendiskriminasikan, menentukan pendapat atas
dasar alasan tertentu dan menarik kesimpulan,
5) Koreksi dan penilaiannya mudah,
6) Objektif, dan
7) Dapat dipakai berulang-ulang.
9
menguasai bahannya, tetapi karena bunyi kalimatnya yang sangat
familiar.
5) Untuk masinh-masing soal, hendaknya disediakan antara 4 sampai 5
options karena bila kurang dari itu menyebabkan sulit untuk dibuat
berbagai perbedaan yang jelas di antara alternatif yang satu dengan
yang lainnya.
6) Setiap soal harus berdiri sendiri, artinya terhadap soal yang satu tidak
boleh memberi bantuan dalam menjawab soal lainnya.
7) Harus menghindarkan berbagai soal yang menuntut terlalu banyak
detail, apalagi bila detail tersebut merupakan fakta yang terlalu penting
maknanya salain menuntut hafalan mekanis.
8) Sebagaimana tes objektif lain, stem maupun options harus dirumuskan
secara sederhana dan to the point.
c. Tes Menjodohkan
Sebenarnya, tes ini merupakan bentuk khusus dari tes pilihan
berganda. Isi yang membedakan keduanya yaitu dalam bentuk
menjodohkan tidak hanya ada satu alternatif jawaban. Jawabannya harus
dituliskan dalam satu kemungkinan jawaban. Secara nyata, dalam tes
bentuk ini disediakan dua kelompok bahan, dan siswa harus mencari
pasangan yang sesuai anatara bahan yang terdapat pada kelompok pertama
dan kedua.
10
Kelemahan tes menjodohkan adalah sukar mengukur proses mental
yang tinggi dan siswa cenderung membuat berbagai penafsiran.
Sedangkan, petunjuk praktis penyusunan soal adalah sebagai berikut:
1) Buatlah pengantar sejelas mungkin,
2) Bentuklah tes terdiri dari deretan (satu seri) pertanyaan atau persoalan
dan sederetan jawaban,
3) Berbagai hal yang disusun baik dalam pertanyaan maupun jawaban
hendaknya homogeni,
4) Jumlah jawaban buatlah lebih banyak daripada jumlah pertanyaan,
5) Batasi setiap kelompok jangan lebih dari 10 pertanyaan, jika ingin
lebih banyak, buatlah beberapa kelompok,
6) Hendaknya semua pertanyaan dan jawaban dibuat hanya pada satu
halaman,
7) Setiap satu pertanyaan, usahakan hanya ada satu jawaban yang benar,
8) Setiap pertanyaan diberi waktu pengerjaan maksimum ½ menit, serta
9) Buatlah kunci jawaban dan pedoman penilaiannya.
d. Tes Isian
Tes isian adalah tes tertulis yang menuntut siswa untuk mengisikan
perkataan, ungkapan atau kalimat pendek sebagai ajwaban terhadap
kalimat yang tidak lengkap atau jawaban suatu pertanyaan maupun atas
asosiasi yang ahrus dilakukan.
Berikut tiga jenis tes isian sesuai dengan bentuknya:
1) Bentuk pertanyaan dengan satu jawaban, contohnya “Siapakah
proklamator bangsa Indonesia?”
2) Bentuk kalimat tidak lengkap. Siswa tinggal mengisi satu jawaban
yang dibutuhkan, contoh “Proklamator bangsa Indonesia
adalah ................”
3) Bentuk asosiasi. Persoalan diajukan dalam bentuk pertanyaan,
kemudian diikuti (digabungkan) dengan kalimat-kalimat tidak lengkap
dan siswa diminta untuk mengisi atau melengkapi kalimat tersebut,
contohnya “Tulislah tempat di mana barang-barang berikut ini
11
dihasilkan: 1. Aspal : ................................. 2. Intan : ................... 3.
Batu Bara : ................... “
Contoh soal tes isian yaitu “syarat apa yang ahrus dipenuhi agar
persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0 mempunyai dua akar yang
kembar? (...............)”
12
2.3 Tes Standar
2.3.1 Pengertian Tes Standar
Pengertian tes standar menurut Sitiatava (2002: 207), adalah tes yang disusun
oleh saru tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan
secara professional. Tes ini dapat digunakan dalam waktu yang relative lama,
dapat diterapkan pada beberapa objek mencakup wilayah luas. Dengan demikian,
tes standar merupakan tes yang telah dibakukan atau distandarisasikan.
Tes standar mengandung prosedur yang seragam untuk menentukan nilai. Tes
tandar dibuat secara khusus dan cermat untuk memberikan informasi yang akurat
tentang prestasi peserta didik. Tes standar berbeda dengan tes buatan guru, tes
buatan guru cenderung difokuskan pada tujuan pembelajaran untuk kelas tertentu.
Sedangkan, tes standar mencakup berbagai materi yang diajarkan diberbagai
kelas.
13
2.3.3 Jenis-Jenis Tes Standar
a. Tes Prestasi (Achievement test)
Tes prestasi dimaksudkan untuk mengukur prestasi individu atau kelompok
dari berbagai mata pelajaran yang telah dipelajari atau keahlian yang telah
dikuasai peserta didik. Berikut beberapa tujuan tes prestasi.
1. Menentukan bagaimana peserta didik dapat menguasai isi pembelajaran.
2. Membandingkan penampilan peserta didik dengan negara lain.
3. Mengikuti kemajuan peserta didik yang giat berusaha.
4. Menentukan apakah peserta didik memiliki latar belakang pengetahuan untuk
memulai pelajaran dalam bidang khusus.
5. Mengidentifikasi masalah-masalah belajar yang dialami peserta didik.
14
2.4 Tes Buatan Guru
2.4.1 Pengertian Tes Buatan Guru
Pengertian tes buatan guru menurut Sitiatava (2002: 221), adalah tes yang
dibuat oleh para guru kelas itu sendiri. Tes tersebut dimaksud untuk mengukur
tingkat keberhasilan peserta didik mencapai kompetensi setelah berlangsungnya
proses pembelajaran yang dikelola oleh guru kelas. Umumnya, penyusunan soal-
soal tes dilakukan oleh para guru bidang studi yang bersangkutan.
Taraf kepercayaan tes buatan guru sering dianggap rendah atau tidak
diketahui secara pasti karena jarang dilakukan pengujian kadar reabilitas terhadap
alat tes, khususnya oleh guru yang bersangkutan. Sebenarnya, kondisi demikian
patut disayangkan. Meskipun tes itu hanya buatan guru sendiri, idealnya juga
memenuhi criteria validitas, kelayakan butir-butir soal, dan reabilitas. Paling
tidak, alat tes disusun dengan acuan kisi-kisi dan butir-butir soal yang telah
ditelaah, kemudian di revisi.
15
2.4.3 Perbandingan antara Tes Standard an Tes Buatan Guru
Tes Standar Tes Buatan Guru
Berdasarkan bahan dan tujuan umum Berdasarkan atas bahan dan tujuan
dari berbagai sekolah di seluruh khusus yang dirumuskan oleh guru
Negara. untuk kelasnya sendiri.
Mencakup aspek yang luas dan Dapat terjadi hanya mencakup
pengetahuan atau keterampilan dengan pengetahuan atau keterampilan yang
hanya sedikit butir tes untuk setiap sempit.
keterampilan atau topic.
Disusun dengan kelengkapan staf Biasanya, disusun sendiri oleh guru
professor, pembahas, dan editor butir dengan sedikit atau tanpa bantuan orang
tes. lain (tenaga ahli).
Menggunakan butir tes yang sudah Jarang menggunakan butir tes yang
diujicobakan (try out), dianalisis, dan diujicobakan, dianalisis, dan direvisi.
direvisi sebelum menjadi sebuah tes.
Mempunyai reliabilitas yang tinggi. Mempunyai reliabilitas sedang atau
rendah.
Mungkinkan menggunakan norma Norma kelompok terbatas kelas
untuk seluruh Negara. tertentu.
16
2.5 Tes Afektif
2.5.1 Pengertian Afektif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, afektif adalah berkenaan dengan
rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, serta
mempunyai gaya atau makna yang menunjukan perasaan. Pengukuran ranah
afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif. Pengukur ranah afektif tidak
dapat dilakukan setiap saat (dalam arti pengukur formal) karena perubahan
tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu. Perubahan sikap
seseorang memerlukan waktu yang relatif lama. Demikian juga pengembangan
minat dan penghargaan serta nilai-nilai.
17
b. Minat
Hal ini mempresentasikan perasan yang berkisar dan level perasaan senang
yang tinggi hingga tidak ada kegembiraan sama sekali di setiap kemungkinan
yang digunakan, atau ketika menggunakan kemungkinan tersebut di setiap
kegiatan khusus. Hal yang dipelajari adalah hubungan antara level minat
dengan objek. Seorang siswa mungkin akan sangat tertarik pada drama,
namun sangat tidak menyukai geografi.
c. Motivasi
Jenis sikap ini merupakan kekuatan akan keinginan seorang siswa untuk
meraih atau untuk bertindak secara sukarela di setiap kegiatan sekolah dan
kerja yang berhubungan dengan sekolah.
d. Nilai
Nilai adalah kepercayaan mengenai hal yang harus dikerjakan dan dihargai,
standar yang digunakan dalam bersikap, serta bertindak yang secara personal
dan sosial dapat diterima.
e. Pilihan
Pilihan yang dibuat merefleksikan keinginan atau kecendrungan untuk
memilih sebagai objek yang lain. Selain itu pilihan merupakan akumulai yang
mengarah pada keinginan siswa.
g. Tempat pengontrolan
Hal ini merupakan bagian yang sangat penting dalam konsep akademisi diri.
Dalam kasus ini, karakteristik pilihan merupakan alasan murid untuk sukses
atau gagal dalam akademis. Salah satu jenis sebab didefinisikan sebagai sebab
18
internal, misalnya “Saya pintar karena saya belajar”. Maka dia akan terus
berusaha mengontrol dirinya untuk menjadi lebih baik.
S T ST
No Pernyataan S S S S
19
Skala ini bentuknya seperti soal pilihan ganda, yaitu suatu pertanyaan yang
diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat. Skala ini dikembangkan oleh Inkels,
seorang ahli penilaian di Stanford University.
Contoh:
Dalam suatu upacara bendera:
a. Setiap peserta harus dengan khidmat mengikuti jalannya upacara tanpa
kecuali.
b. Peserta diperbolehkan bicara asal dalam batas-nbatas tertentu dan tidak
mengganggu jalan upacara.
c. Dalam keadaan terpaksa peserta boleh berbicara tetapi hanya dengan
berbisik.
d. Peserta boleh (merdeka) berbicara asal tertib.
3) Skala Thurstone
Skala Thurstone merupakan skala yang mirip dengan skala buatan Likert
karena merupakan suatu instrumen ynag jawabannya menunjukan tingkat.
Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran bahasa:
N
o Pernyataan 7 6 5 4 3 2 1
4) Skala Guttman
20
Skala ini sama dengan yang disusun oleh Bogadrus, yaitu berupa tiga atau
empat buah pernyataan yang masing-masing harus dijawab “ya” atau “tidak”.
Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukan tingkat yang berurutan sehingga
bila responden setuju pernyataan nomor 2, diasumsi setuju nomor 1.
Selanjutnya jika responden setuju dengan pernyataan 3, berarti setuju
pernyataan nomor 1 dan 2.
Contoh:
No Pernyataan Ya Tidak
5) Semantic Differential
Instrumen ini disusun oleh Osgod dan kawan-kawan ini mengukur konsep-
konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada diukur dalam kategori:
Baik-tidak baik, kuat-lemah, dan cepat-lambat atau aktif-pasif, atau dapat
juga berguna-tidak berguna. Dalam buku Osgood dikemukakan adanya 3
(tiga) faktor untuk menganalisis skalanya:
a) Evaluation (baik-buruk)
b) Potency (kuat-lemah)
c) Activity (cepat-lambat)
d) Familiarity (tambah Nunnally)
Contoh Semantic differential:
Pelajaran Bahasa
1 2 3 4 5 5 6 7
Menyenangka Membosanka
n n
21
Sulit Mudah
Bermanfaat Sia-sia
Menantang Menjemukan
Banyak Sedikit
6) Pengukuran Minat
Disamping menggunakan skala yang telah dipaparka sebelumnya, minat juga
dapat diukur dengan cara seperti di bawah ini:
Contoh:
N S A
o Pernyataan S S B S TS STS
1. Mengunjungi perpustakaan
2. Sandiwara
Pilihan: Senang sampai dengan sangat tidak senang dapat ditentukan sendiri.
Boleh juga diteruskan sampai skala 11.
22
a. Test paper and pencil. Meskipun bentuk aktivitasnya seperti tes tulis, namun
yang menjadi sasarannya adalah kemampuan peserta didik dalam
menampilkan karya, missal berupa desain alat ataupun desain grafis.
b. Tes identifikasi. Tes ini lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam mengidentifikasi sesuatu hal, missal menemukan bagian yang
rusak atau tidak berfungsi dari suatu alat.
c. Tes simulasi. Tes ini dilakukan jika tidak ada alat sesungguhnya yang dapat
dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga dengan
simulasi tetap dapat menilai peserta didik sudah menguasai keterampilan
dengan bantuan peralatan tiruan atau belum.
d. Tes unjuk kerja (work sample). Tes ini dilakukan dengan alat yang
sesungguhnya, sedangkan tujuannya untuk mengetahui peserta didik sudah
menguasai atau terampil menggunakan alat tersebut atau belum.
Adapun urutan langkah tes psikomotorik, sebagaimana dituturkan Edwardes
(1981), adalah mencakup tiga tahap, antara lain:
a. Penyajian dari pendidik.
b. Kegaiatan praktik peserta didik, dan
c. Penilaian hasil kerja peserta didik.
23
KESIMPULAN
Tes adalah salah satu pilihan untuk menguji dan mengevaluasi kemampuan
mengenai apa saja yang telah para siswa pelajari selama pelajaran berlangsung.
Umumnya tes dilakukan diakhir pembelajaran. Sementara itu tes terbagi atas
bermacam-macam tes yaitu, tes subjektif, tes objektif, tes standar, tes buatan guru,
tes afektif dan tes psikomotor.
Setiap tes memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dari setiap
tes yang ada terbagi lagi menjadi beberapa jenis-jenis tes. Sesungguhnya
banyaknya ragam tes ini bertujuan untuk mempermudah pendidik menentukan
bagaimana cara mengevaluasi siswa sesuai dengan kemampuan dan situasi yang
ada. Karena tes berperan penting untuk mengukur tingkat kemampuan siswanya.
24
DAFTAR PUSTAKA
25