Anda di halaman 1dari 2

ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER Trichoderma spp.

DAN UJI
EFEKTIVITASNYA SEBAGAI AGENSIA HAYATI

Adanya patogan yang menjadi penyebab penyakit pada tanaman, permasalhan yang
terbilang penting pada ranah budidaya tanaman serta penggunaan pestisida kimia yang terus
menerus sehingga menimbulkan banyak permasalahan pada budidaya tanaman. Oleh karena itu,
dihadirkan penggunaan agensi hayati yaitu Trichoderma sp.
Agensi hayati merupakan organisme yang digunakan untuk mengendalikan hama dan
penyakit atau organisme pengganggu tanaman. Agensia pengendali hayati dipilih sebab memiliki
beberapa kelebihan seperti halnya tingginya tingkat keberhasilan dengan pengeluaran biaya yang
rendah, aman untuk lingkungan serta Kesehatan, dan tidak menimbulkan pathogen yang merusak
tanaman.
Trichoderma spp yang digunakan sebagai agensi hayati dipilih oleh karena dapat
berperan sebagai jamur pengendali patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman,
mampu bertindak sebagai mikoparasit bagi jamur lain, penghasil metabolit sekunder yang
memiliki potensi besar untuk pngendalian penyakit tanaman dan masih banyak lagi.
Senyawa metabolit sekunder pada Trichoderma sp. dapat diisolasi menggunakan metode
ekstraksi dengan pelarut etil asetat dengan tahapan seperti peremajaan Trichoderma sp.,
perbanyakan Trichoderma sp., dan ekstraksi senyawa metabolit sekunder Trichoderma sp.
Senyawa metabolit sekunder dari Trichoderma sp. kemudian diuji efektivitas anti jamurnya
terhadap jamur patogen Rhizoctonia solani dan diperoleh hasil yaitu metabolit sekunder dapat
menghambat pertumbuhan Rhizoctonia solani.
Adapun tahap isolasi Trichoderma harzianum metode ekstraksi menggunakan pelarut etil
asetat dan butanol yaitu dengan peremajaan Trichoderma harzianum, perbanyakan Trichoderma
harzianum, ekstraksi senyawa metabolit sekunder Trichoderma harzianum. Senyawa metabolit
sekunder yang dihasilkan kemudian diuji efektivitas anti jamurnya terhadap jamur patogen S.
rolfsii dan diperoleh hasil yaitu menunjukkan bahwa pertumbuhan jamur S. rolfsii dapat
terhambat. Sedangkan pada fraksi etil asetat tidak terdapat penghambatan pertumbuhan jamur S.
rolfsii.
Pada isolasi ini maka terdapat beberapa hal yang diperhatikan seperti jenis pelarut yang
digunakan karena dapat mempengarhui komponen aktif dari bahan yang akan diekstrak, pelarut
yang digunakan pada proses ektraksi perlu diperhatikan mengenai kelarutan atau daya larut serta
tingginya selektivitas terhadap zat terlarut, sifat kepolaran larutan yang digunakan harus
diperhatikan dengan sifat kepolaran dari senyawa yang ingin diekstraksi.
Apabila senyawa yang diisolasi merupakan senyawa yang bersifat polar maka pelarut
yang digunakan sebaiknya adalah pelarut yang bersifat polar seperti aseton, methanol, butanol
ataupun etanol. Sedangkan, bila senyawa yang diisolasi merupakan senyawa yang bersifat semi
polar sampai dengan non polar maka pelarut yang digunakan sebaiknya adalah heksana,
kloroform, dietileter, diklorometana dan juga etil asetat.
Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan oleh pemateri maka senyawa metabolit
sekunder Trichoderma sp. dan T.harzianum (fraksi butanol) efektif dalam menghambat
pertumbuhan patogen penyebab penyakit tanaman. Sedangkan senyawa metabolit sekunder pada
T.harzianum (fraksi etil asetat) tidak menunjukkan keefektifan penghambatan pertumbuhan
patogen penyebab penyakit tanaman.

Anda mungkin juga menyukai