Oleh
JASDI FIKI ARION
180334007
Segala puji hanya bagi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Tuhan seru
sekalian alam, yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya-lah penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat dan salam semoga tercurah dan
terlimpahkan kepada Nabi pembawa rahmat bagi alam semesta dan akan memberikan
syafaatnya dihari kiamat dan hujjah bagi seluruh manusia, beliau lah nabi kita
Muhammad SAW. Beliau lah yang diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan
akhlak dan menjadi penutup risalah kenabian.
Pada kesempatan materi kali ini, penulis akan mencoba memaparkan mengenai
“Wakalah, Kafalah, dan Hawalah/Hiwalah”. Harapan penulis, semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca khususnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Walaupun
hanya setetes tinta yang penulis goreskan dan mungkin jauh dari kesempurnaan dalam
penulisan makalah ini.
Terakhir, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah
memberikan motivasi kepada penulis dalam penulisan makalah ini, semoga
mendapatkan balasan dari Allah SWT dan semoga kita semua selalu dilimpahkan taufik
dan hidayah-Nya. Amin Ya Rabbal ‘alamin
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5
A. Wakalah...................................................................................................................5
B. Kafalah...................................................................................................................11
C. Hawalah/Hiwalah...................................................................................................15
BAB III PENUTUP.......................................................................................................18
A. Kesimpulan.............................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini ada beberapa rumusan yang menjadi masalah pembahasan,
yaitu :
1) Pengertian Hawalah, Wakalah dan Kafalah
2) Dasar Hukum Hawalah, Wakalah dan Kafalah
3) Rukun dan Syarat Hawalah, Wakalah dan Kafalah
4) Skema Transaksi Hawalah, Wakalah dan Kafalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Wakalah
1) Pengertian
Wakalah atau wakilah merupakan isim masdhar yang secara etimologi bermakna
taukil, yaitu menyerahkan, mewakilkan dan menjaganya. Wakalah secara bahasa berasal
dari kata wakala yang sinonimnya, selama wadhafa yang artinya menyerah. Wakalah
juga berarti al-Hifzu yang berarti menjaga dan memelihara.
Wakalah secara terminology didefinisikan oleh para ulama, antara lain sebagai
berikut :1
1) Menurut Malikiyah
Wakalah adalah penggantian oleh seseorang terhadap orang lain didalam
haknya dimana ia melakukan tindakan hukum seperti tindakanya tanpa
mengaitkan penggantian tersebut dengan apa yang terjadi setelah kematian.
2) Menurut Hanafiyah
Wakalah adalah penempatan seseorang terhadap orang lain ditempat dirinya
dalam satu tasarruf yang dibolehkan dan tertentu, dengan ketentuan bahwa orang
yang mewakilkan termasuk orang yang memilih.
3) Menurut Syafi’iyah
Wakalah adalah penyerahan oleh seseorang kepada orang lain terhadap
sesuatu yang ia berhak mengejarkannya dan sesuatu itu bisa digantikan untuk
dikerjakannya pada masa hidupnya.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ulama mazhab tersebut dapat
dipahami secara substansi hampir tidak ada perbedaan yang signifikan antara para
ulama tersebut, yaitu wakalah adalah suatu akad dimana pihak pertaa menyerahkan
wewenang kepada pihak kedua untuk melalukan sesuatu perbuatan hukum yang bisa
digantikan atas nama orang lain pada masa hidupnya.2 Dengan demikian, apabila
1
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2009)
hlm. 529
5
penyerahan tersebut harus dilakukan setelah orang yang mewakilkan meninggal dunia,
seperti wasiat, maka hal tersebut tidak termasuk wakalah.
2) Dasar Hukum
Hadist Urwah Al-Bariqy
“Dari Urwah al-Bariqy R.A bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam pernah
mengutusnya dengan uang untuk satu dinar membelikan beliau hewan qurban. Hadis
Bukhari meriwayatkannya di tengah-tengah suatu hadits sebagaimana tersebut dalam
hadits dahulu.”
Ijma’ Ulama dan Qiyas
Sebagaimana dalam kitab Al-Mughni menjelaskan bahwa disebutkan : ulama
sepakat dibolehkannya wakalah. Adapun dasar dari qiyas bahwa manusia menuntut
adanya wakalah, karena tidak setiap orang mampu menyelesaikan urusannya sendiri
secara langsung sehingga ia membutuhkan orang lain untuk menggantikannya menjadi
wakil.
3) Rukun
Menurut Hanafiyah, rukun wakalah hanya satu, yaitu shighat ijab dan qabul.
Sedangkan menurut jumhur ulama rukunnya ada empat, yaitu:
Muwakkil, atau orang yang mewakilkan
Muwakkal, atau wakil
Muwakkal fih atau perbuatan yang diwakilkan
Shighat, ijab dan qabul .
Syarat
Muwakkil
Orang yang mewakilkan harus orang yang dibolehkan melakukan sendiri
perbuatannya yang diwakilkannya pada orang lain.
Muwakkal
Yaitu harus orang yang cakap hukum secara fiqih, yakni baligh dan berakal, dan
harus mengetahui tugas atau perkara yang diwakilkan padanya.
2
Dapat dilihat di Rhesa Yogaswara, http://viewislam.wordpress.com/2009/04/16/konsep-akad-
wakalah- dalam-fiqh-muamalah/
6
Muwakkal fih
Perkara yang diwakilkan bukan meminta hutang, dan perkara yang diwakilkan
juga bukan hukum had yang disyaratkan pengaduan, seperti had zina.
Shighat
Setiap lafaz yang menunjukkan pemberian kuasa dalam perkara yang umum.
7
rekening nasabah yang dituju sebesar pengurangan pada rekeningnya sendiri.
Yang sangat sering terjadi saat ini adalah proses yang ketiga ini, dimana nasabah
bisa melakukan transfer sendiri melalui mesin ATM
2. Collection (Inkaso),
Inkaso merupakan kegiatan jasa Bank untuk melakukan amanat dari pihak ke
tiga berupa penagihan sejumlah uang kepada seseorang atau badan tertentu di kota
lain yang telah ditunjuk oleh si pemberi amanat. Disini bank berlaku melakukan
penagihan dan menerima pembayaran tagihan untuk kepentingan Nasabah.
3. Penitipan
yaitu akad pendelegasian pembelian barang, terjadi apabila seseorang
menunjuk orang orang lain sebagi pengganti dirinya untuk membeli sejumlah barang
dengan menyerahkan uang dengan harga penuh sesuai dengan harga barang yang
akan dibeli dalam kontrak wadiah. Agen (wakil) membayar pihak ketiga dengan
menggunakan titipan muwakkil untuk membeli barang. bank menitipkan sejumlah
uang kegiatan penitipan barang bergerak, yang penatausahaannya dilakukan oleh
Bank untuk kepentingan Nasabah berdasarkan suatu akad.
sebagai contoh bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli
barang,
dengan menggunakan akad Wakalah dan akad Murabahah bisa dilakukan secara
prinsip apabila barang yang sudah dibeli melalui Wakalah telah menjadi milik bank.
4. Letter of Credit (L/C)
Letter of Credit (L/C) adalah surat pernyataan akan membayar kepada yang
diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan Importir/ Eksportir dengan pemenuhan
persyaratan tertentu sesuai dengan prinsip syariah L/C syariah dalam pelaksanaannya
dapat menggunakan akad-akad: Wakalah bil Ujrah, Qardh, Murabahah,
Salam/Istishna‟, Mudharabah, Musyarakah, dan Hawalah, ijarah 22. Bagi L/C yang
menggunakan akad Wakalah tugas, wewenang dan tanggung jawab bank harus jelas
sesuai kehendak nasabah bank. Setiap tugas yang dilakukan harus mengatas namakan
nasabah dan harus dilaksanakan oleh bank. Atas pelaksanaan tugasnya tersebut, bank
mendapat pengganti biaya berdasarkan kesepakatan bersama.Pemberian kuasa
berakhir setelah tugas dilaksanakan dan disetujui bersama antara nasabah dengan
8
bank.
SKEMA
Keterangan Skema:
Nasabah (Importir) mempunyai kontrak pembelian barang dengan Eksportir.
Nasabah mengajukan permohonan penerbitan L/C kepada Bank Syariah yang
dilengkapi dengan dokumen kontrak. Setelah ada kesepakatan antara kedua
belah pihak, Nasabah (Importir) melakukan akad
Wakalah bil Ujrah yaitu Bank Syariah menjadi wakil Nasabah dalam
pengurusan dokumen transaksi impor dan untuk itu Nasabah menyetor
sejumlah uang kepada Bank Syariah sebagai jaminan L/C dan Ujrah.
Bank Syariah menerbitkan L/C yang dikirimkan kepada Advising Bank dari
Eksportir.
Advising Bank memberikan advice terhadap L/C kepada Eksportir.
Eksportir mengirimkan barang pesanan kepada Nasabah.
Eksportir menyerahkan berkas dokumen pengiriman barang kepada
Negotiating/Paying Bank.
Negotiating/Paying Bank memeriksa dokumen, melakukan negosiasi,
membayar kepada Eksportir.
Negotiating/Paying Bank mengirimkan dokumen kirim barang dan
9
penagihan pembayaran kepada Bank (Issuing Bank).
Bank Syariah (Issuing Bank) melakukan pemeriksaan dokumen yang
diterima dari Negotiating/Paying Bank untuk diperiksa kesesuaiannya
dengan persyaratan dalam L/C.
Nasabah (Importir) melakukan pembayaran dengan memberi kuasa kepada
Bank Syariah (Issuing Bank) untuk mendebet rekening setoran jaminan pada
point 2 dan juga Ujrah ke Bank Syariah (Issuing Bank).
Bank Syariah (Issuing Bank) membayarkan tagihan pembayaran ke
negotiating/Paying Bank.
5) Contoh Wakalah
Contoh akad pembiayaan murabahah bil wakalah untuk perbaikan renovasi
rumah, yaitu sebagai berikut:
Musytari yang akan mengajukan pembiayaan renovasi sebuah rumah ketika
telah disetujui maka pihak bank (ba‟i) akan memberikan dana yang
kemudian dengan sebuah surat kuasa dari ba‟i, musytari diberi amanah
untuk membeli bahan-bahan bangunan yang dibutuhkannya, dengan syarat
30 (tiga puluh) hari musytari tersebut sudah membeli bahan-bahan
bangunan yang ditunjukan dengan bukti pembelian berupa nota ataupun
faktur. Hal ini terjadi karena menurut pihak bank selaku ba‟i akan sulit
sekali apabila ba‟i yang melakukan pembelian sendiri atas barang-barang
yang diperlukan dalam renovasi rumah tersebut.
Contoh akad murabahah bil wakalah untuk pembelian sebuah rumah
(pembiayaan KPR oleh bank syariah sebagai contoh BTN Syariah), yaitu
sebagai berikut:
Untuk kepentingan musytari pihak bank (ba‟i) terlebih dahulu membeli
rumah (yang dibutuhkan musytari) dari penjual atau developer untuk
kemudian menjual kembali kepada musytari sebesar harga beli dari
developer ditambah sejumlah keuntungan yang dimintakan oleh bank dan
disetujui atau disepakati oleh musytari.
10
B. Kafalah
1) Pengertian
Secara bahasa kafalah berarti dhammu (gabungan), sedangkan secara syara’
kafalah bermakna penggabungan tanggungan seorang kafil dengan tanggungan seorang
ashil untuk memenuhi tuntutan dirinya, atau utang, atau barang, atau suatu pekerjaan.
Adapun kafil adalah orang yang berkewajiban untuk memenuhi tuntunan makful bihi
(orang yang ditanggung). Dan ashil adalah orang yang berutang yang akan ditanggung3.
Al-Kafalah secara etimologi berarti مانJJJ( الضjaminan), ( الحمالةbeban), dan
(الزعامةtanggungan).Secara terminologi, sebagaimana yang dinyatakan para ulama fikih
selain Hanafi, bahwa kafalah adalah, "Menggabungkan dua tanggungan dalam
permintaan dan hutang”. Definisi lain adalah, "Jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafil) kepada pihak ketiga yaitu pihak yang memberikan hutang/kreditor
(makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua yaitu pihak yang
berhutang/debitoratau yang ditanggung (makful ‘anhu, ashil)”.
Pada asalnya, kafalah adalah padanan dari dhamman, yang berarti penjaminan
sebagaimana tersebut di atas.Namun dalam perkembangannya, Kafalah identik dengan
kafalah al-wajhi (personal guarantee, jaminan diri), sedangkan dhamman identik
dengan jaminan yang berbentuk barang/harta benda.
Kafalah adalah akad yang mengandung kesanggupan seseorang untuk
menngganti atau menanggung kewajiban hutang orang lain apabila orang tersebut tidak
dapat memenuhi kewajibannnya. kafalah sebagai akad yang tertuang di dalamnya
tentang kesanggupan seseorang untuk menanggung hukuman yang seharuasnya
diberikan kepada sang terhukum dengan menghadirkan dirinya atau disebut juga
sebagai kafalah An Nafs.
2) Dasar Hukum
1) Hadis
“Penjamin adalah orang yang berkewajiban dalam pembayara” (HR. Abu Dawud
dan Tirmidzi)
3
Institut Bankir Indonesia. Tim Pengembangan, Bank Syari’ah: Konsep, Produk dan Implementasi
Operasional, Jakarta: Djambatan, 2001, hal. 239.
11
2) Ijma’
Ulama membolehkan (mubah) dhaman dalam muamalah karena dhaman sangat
diperlukan dalam waktu tertentu. Adakalanya orang memerlukan modal dalam usaha
dan untuk mendapatkan modal itu biasanya harus ada jaminan dari seseorang yang
dapat dipercaya, apalagi usaha dagangannya besar.
4
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, hal. 31
12
merupakan tanggungan pihak/orang yang berhutang (ashil), baik berupa utang, benda,
orang maupun pekerjaan, bisa dilaksanakan oleh pejamin, harus merupakan piutang
mengikat (luzim) yang tidak mungkin hapus kecuali setelah dibayar atau dibebaskan,
harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya, tidak bertentangan dengan syari'ah
(diharamkan).
Sighah (akad/ijab) Lafadz, disyaratkan keadaan lafadz ijab dan kabul itu berarti
menjamin, dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.
4) Skema Aplikasi Kafalah
Dalam mekanisme system perbankan prinsip-prinsip kafalah dapat diaplikasikan
dalam bentuk pemberian jaminan bank dengan terlebih dahulu diawali dengan
pembukaan fasilitas yang ditentukan oleh bank atas dasar hasil analisa dan evaluasi dari
nasabah yang akan diberikan fasilitas tersebut. Fasilitas kafalah yang diberikan akan
terlihat pada perkiraan administratif baik berupa komitmen maupun kontinjen.
Fasilitas yang dapat diberikan sehubungan dengan penerapan prinsip kafalah
tersebut adalah fasilitas bank garansi dan fasilitas letter of credit. Fungsi kafalah adalah
pemberian jaminan oleh bank bagi pihak-pihakyang terkait untuk menjalankan bisnis
mereka secara lebih amandan terjamin, sehingga adanya kepastian dalam
berusaha/bertransaksi, karena dengan jaminan ini bank berarti akan mengambil alih
risiko/kewajiban nasabah, apabila nasabah wanprestasi/lalai dalam memenuhi
kewajibannya.
Pihak bank sebagai lembaga yang memberikan jaminan ini, juga akan memperoleh
manfaat berupa peningkatan pendapatan atas upah yang mereka terima sebagai imbalan
atas jasa yang diberikan, sehingga akan memberikan kontribusi terhadap perolehan
pendapatan mereka.
Mekanisme dan Sistem Operasi Kafalah oleh Bank Syariah
13
SKEMA KAFALAH
14
C. Hawalah/Hiwalah
1) Pengertian
Menurut Bahasa yang dimaksud hawalah ialah al-intiqal dan al-tahwil, artinya
memindahkan atau mengalihkan. Sedangkan menurut Ibrahim Anis mengatakan bahwa
hiwalah berasal dari kata hawwala yang sinonimnya ghayyara, artinya mengubah dan
memindahkan. Hiwalah secara terminologi didefinisikan sebagai:
Menurut Jumhur Ulama
“Akad yang menghendaki pengalihan hutang dari tanggungjawab seseorang
kepada tanggungjawab orang lain”
Sayyid Sabid dalam bukunya fiqh al-sunnah, dia mendefinisikan hiwalah sebagai
“Hiwalah adalah memindahkan hutang dari tangungan orang yang
memindahkan kepada orang yang dipindahi hutang”.
Berdasarkan definis yang telah dikemukkan di atas, dapat dipahami hiwalah
adalah suatu akad pemindahan hak dari orang yang berhutang kepada orang yang
dibebani tanggungan pembayaran utang tersebut bila terdapat hutang yang sama.
2) Dasar Hukum
1) Hadis
Dari Abu Hurairah Radliallahu bahwa Rasulullah bersabda : “menunda membayar
hutang bagi orang kaya adalah kezhaliman dan apabila seorang dari kalian hutangnya
dialihkan kepada orang kaya, hendaklah dia ikuti”.
3) Rukun dan Syarat
Rukun
Rukun dari hiwalah ada 6 diantaranya, sebagai berikut:
a. Pihak pertama
b. Pihak kedua
c. Pihak ketiga
d. Utang pihak pertama kepada pihak pertama
e. Utang pihak ketiga kepada pihak pertama
f. Shighat
Syarat
15
Adapun syarat dari hawalah/hiwalah, diantaranya:
a. Untuk pihak pertama, baligh, berakal, tidak gila, ada pernyataan persetujuan.
b. Untuk pihak kedua, adanya persetujuan pihak kedua terhadap pihak pertama yang
melakukan hiwalah.
c. Untuk pihak ketiga, adanya persyaratan dari pihak ketiga.
d. Yang melahirkan pemindajan kewajiban kepada pihak ketiga untuk membayar
utang kepada pihak kedua, sedangkan kewajiban untuk membayar hutang baru
dapat dibebankan kepadanya, apabila ia sendiri berhutang kepada pihak kedua.
e. Pihak ketiga dipandang sebagai objek akad.
f. Ijab dan kabul untuk penyempurna akad.
4) Skema Aplikasi Hawalah
16
Dalam praktek perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu
supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksi sebagai berikut:
a. Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki piutang kepada
bank, bank lalu membayar piutang tersebut yang ditagihnya dari pihak ketiga
tersebut.
b. Post dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayar dulu
piutang tersebut.
c. Bill discounting, secara prinsip bill discounting serupa dengan hiwalah. Hanya saja
dalam bill discounting, nasabah harus membayar fee, sedangkan pembayaran fee
tidak didapati dalam kontrak hiwalah.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Wakalah atau wakilah merupakan isim masdhar yang secara etimologi bermakna
taukil, yaitu menyerahkan, mewakilkan dan menjaganya. Dasar hukum wakalah
ialah, Hadist Urwah Al-Bariqy, Ijma’ Ulama dan Qiyas.
2. Kafalah secara bahasa berarti dhammu (gabungan), sedangkan secara syara’
kafalah bermakna penggabungan tanggungan seorang kafil dengan tanggungan
seorang ashil untuk memenuhi tuntutan dirinya, atau utang, atau barang, atau suatu
pekerjaan. Adapun kafil adalah orang yang berkewajiban untuk memenuhi tuntunan
makful bihi (orang yang ditanggung). Dan ashil adalah orang yang berutang yang
akan ditanggung. Dasar hukum kafalah, ialah Hadist , dan Ijma.
3. Hawalah/Hiwalah menurut bahasa ialah al-intiqal dan al-tahwil, artinya
memindahkan atau mengalihkan. Sedangkan menurut Ibrahim Anis mengatakan
bahwa hiwalah berasal dari kata hawwala yang sinonimnya ghayyara, artinya
mengubah dan memindahkan. Dasar huku hiwalah ialah, QS. Al-Baqarah ayat 282,
dan Hadis.
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19